• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Obat Pada Pasien Ibu Hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Obat Pada Pasien Ibu Hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

47 Lampiran 1. Tabel Pengumpulan Data

TABEL DATA PASIEN IBU HAMIL DI POLIKLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLGI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014

No. No. Rekam Medis

Usia Pasien

Usia

Kehamilan Paritas Obat Dosis Metode Pembayaran

(2)

48 8 00.61.92.74 37 24 -- 26 Secundagravida

Vitamin B

Complex 1 x 1 Umum

30 -- 32 Roborantia 1 x 1

38 -- 39 Roborantia 1 x 1

9 00.89.18.89 27 38 -- 39 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

10 00.77.76.99 31 34 -- 35 Multigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

11 00.54.03.16 31 38 -- 40 Multigravida Roborantia 1 x 1 Umum

12 00.90.81.55 30 8 -- 10 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

14 -- 16 Roborantia 1 x 1

23 -- 24

Vitamin B

Complex 1 x 1

32 -- 34 Roborantia 1 x 1

13 00.83.09.95 25 32 -- 34 Multigravida Roborantia 1 x 1 Umum

14 00.79.79.79 32 38 -- 40 Secundagravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

15 00.93.43.69 31 38 -- 40 Secundagravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

16 00.92.16.55 29 12 -- 13 Multigravida Amoxicillin 3 x 500 mg PBI

Ranitidine 3 x 1

Roborantia 3 x 1

18 -- 20 Roborantia 1 x 1

24 -- 26 Roborantia 1 x 1

35 -- 36 Sulfa Ferrous 1 x 1

Vitamin B

Complex 1 x 1

17 00.92.00.36 26 38 -- 40 Primigravida Roborantia 1 x 1 Umum

(3)
(4)

50

25 00.93.61.22 23 26 -- 28 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

26 00.78.62.12 34 4 -- 5 Multigravida Cefadroxil 2 x 500 mg Umum

Transamin 1 x 1

Duphaston 2 x 1

27 00.92.79.22 29 32 -- 34 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

35 -- 36 Nifedipin 3 x 10 mg

36 -- 38 Roborantia 1 x 1

28 00.93.78.32 21 38 -- 40 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

29 00.93.49.42 16 34 -- 36 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

30 00.92.83.62 17 38 -- 40 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

31 00.93.22.92 42 7 -- 8 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

Premaston 1 x 1

32 00.83.25.62 34 18 -- 20 Multigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

33 00.82.73.61 38 34 -- 35 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

34 00.93.98.41 13 36 -- 37 Primigravida Roborantia 1 x 1 PBI

35 00.92.27.71 22 39 -- 40 Secundagravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

36 00.93.45.31 27 36 Secundagravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

37 00.78.63.69 22 28 -- 29 Secundagravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

38 00.93.53.39 22 38 -- 40 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

39 00.94.25.59 33 16 Multigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

40 00.82.78.17 31 37 -- 38 Multigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

41 00.93.03.57 29 36 -- 38 Multigravida Folavit 1 x 1 Non PBI

Roborantia 1 x 1

(5)

51

42 00.93.33.67 19 40 Primigravida Nifedipin 3 x 10 mg Non PBI

43 00.84.74.77 41 38 -- 39 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

44 00.94.80.06 35 38 -- 39 Multigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

45 00.93.77.06 27 38 --39 Secundagravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

40 Lynoral 1 x 1

46 00.94.58.26 29 38 -- 39 Secundagravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

47 00.94.49.36 29 38 -- 40 Secundagravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

48 00.15.83.06 43 38 -- 39 Multigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

49 00.94.13.76 29 38 -- 40 Secundagravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

50 00.80.36.86 36 34 -- 36 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

51 00.81.09.96 24 26 -- 28 Secundagravida Asam Folat 1 x 1 Non PBI

Roborantia 1 x 1

52 00.93.69.96 26 38 -- 40 Multigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

53 00.73.45.45 33 30 -- 32 Multigravida Sulfa Ferrous 1 x 1 Non PBI

Vitamin B

Complex 1 x 1

Amoxicillin 3 x 500 mg

54 00.56.01.75 33 38 -- 40 Secundagravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

55 00.93.72.15 15 38 -- 40 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

56 00.79.66.04 30 37 -- 38 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

57 00.63.80.13 34 37 -- 38 Secundagravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

58 00.93.08.38 41 38 -- 39 Multigravida Roborantia 1 x 1 Medan Sehat

59 00.82.45.89 27 36 -- 37 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

(6)

52

60 00.94.27.69 21 38 Multigravida Roborantia 1 x 1 PBI

61 00.83.32.89 25 24 -- 25 Primigravida Flagystatin Ovula 1 x 1 Non PBI

Nifedipin 1 x 1

34 -- 35 Obimin AF 1 x 1

62 00.81.25.37 44 37 -- 38 Multigravida Asam Folat 2 x 1 Non PBI

Vitamin B

Complex 2 x 1

Sulfa Ferrous 2 x 1

63 00.94.80.06 35 36 -- 38 Multigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

64 00.93.86.28 23 38 -- 39 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

65 00.94.53.36 30 6 -- 8 Primigravida Asam Folat 1 x 1 Non PBI

Sulfa Ferrous 1 x 1

66 00.93.60.16 37 38 -- 39 Primigravida Nifedipin 1 x 10 mg Umum

Sulfa Ferrous 1 x 1

Vitamin B

Complex 1 x 1

67 00.93.97.70 40 38 -- 39 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

68 00.94.08.16 26 34 -- 35 Secundagravida Roborantia 1 x 1 Umum

69 00.92.40.16 26 38 -- 40 Secundagravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

70 00.93.55.70 24 35 -- 36 Secundagravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

71 00.75.16.20 27 36 -- 37 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

72 00.93.50.40 24 38 -- 40 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

73 00.77.14.90 30 38 -- 40 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

74 00.90.16.27 24 30 -- 32 Primigravida Roborantia 1 x 1 Umum

(7)

53

75 00.94.58.97 24 24 -- 25 Primigravida Vibrion 1 x 1 Umum

76 00.91.83.40 18 26 -- 27 Primigravida Sohobion 5000 1 x 1 Non PBI

Ranitidine tab 2 x 1

Metoclopramide

tab 2 x 1

Ulsicral Syrup 3 x 1 C

Cotrimoxazole tab 3 x 400 mg

77 00.83.03.07 37 32 -- 34 Multigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

78 00.92.13.37 32 34 -- 36 Multigravida Roborantia 1 x 1 Umum

79 00.92.20.98 32 36 -- 37 Secundagravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

80 00.92.80.67 24 38 -- 40 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

81 00.93.33.88 39 37 -- 38 Multigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

82 00.81.73.68 28 38 -- 40 Multigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

83 00.86.19.18 23 28 -- 30 Secundagravida Roborantia 1 x 1 Umum

84 00.83.20.17 29 38 -- 39 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

85 00.81.11.27 31 39 -- 40 Primigravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

86 00.81.53.56 31 35 -- 36 Secundagravida Roborantia 1 x 1 Non PBI

36 -- 37 Nifedipin 4 x 10 mg

Metildopa 2 x 1

Vitamin E 1 x 1

Vitamin C 1 x 1

(8)

54

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Penelitian

(9)

55

Lampiran 3.Surat Izin Penelitian Di Ruang Rekam Medis RSUD Dr.Pirngadi Medan

(10)

56 Lampiran 4.Surat Keterangan Selesai Penelitian

(11)

44

DAFTAR PUSTAKA

Asih, Y. (2006). Hubungan Antara Preeklamsia Pada Primigravida Dengan Berat Badan Lahir Rendah Di RSUD Cilacap Periode Januari-Desember 2005.Jurnal Keperawatan Soedirman Vol.1, No.2, November 2006

Artikasari, K. (2009). Hubungan Antara Primigravida Dengan Angka Kejadian Preeklamsia/Eklamsia di RSUD Dr. Moerwati Surakarta Tahun 2008.Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah. Halaman 17.

Briggs, GG, Freeman, RK., Yaffe, S J (2010), In Briggs, GG, Freeman, RK, Sumner, Drugs in Pregnacy and Lactation sixth edition (p. 10), Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. Halaman 1153.

Carissa P. Dewi. (2014). Identifikasi Drug Therapy Problems Pada Pelayanan Resep Untuk Ibu Hamil.Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 1, No. 1, pp. 11- 16.

Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Pelayanan FarmasiUntuk Ibu HamildanMenyusui. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 6, 18.

Hauser, A.R. (2007). Antibiotic Basic For Clinicians : Choosing The Right Antibacterial Agent. London: Lippincott William & Wilkins. Halaman 234.

Jordan, S. (2004). Farmakologi Kebidanan. Cetakan I. Jakarta: EGC. Halaman 225-270.

Kurniawati, L. (2010). Hubungan Pre Eklampsia Dengan Kelahiran Berat Bayi Lahir Rendah (Bblr) di RSUD Sragen.Skripsi. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Halaman 45.

Kusumawati, E. (2010).Hubungan Pengetahuan Primigravida Tentang Kehamilan Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Kehamilan Trimester 1 Di Bps Fathonah Wn. Skripsi.Surakarta: Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Halaman 18-19.

Kusumawati, Y. (2006). Faktor-faktor Resiko Yang Berpengaruh Terhadap Persalinan Dengan Tindakan (Studi Kasus Di RS dr. Moerwadi Surakarta. Tesis. Surakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. Halaman 22.

Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., dan Lance, L.L. (2008). DrugInformation Hand Book. Ohio: Lexi-Compo. Halaman 79-80.

Mahardinata, I. (2009). Gambaran Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil Pasien Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Januari-Juni

(12)

45

Tahun 2009.Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah. Halaman 12.

Mochtar, R. (2004). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi, Jilid 1. Jakarta: EGC. Halaman 44.

Musbikin, I. (2005). Ibu Hamil dan Melahirkan. Cetakan I. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Halaman 224 – 233.

Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehata, Rineka Cipta, Jakarta. NSW Medications in Pregnancy and Breastfeeding Service.Halaman.27. Nursalam. (2009). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi. Tesis Dan Instrumen Keperawatan. Edisi II. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 80-89.

Pantikawati, Ika. (2010). Asuhan Kebidanan 1 (kehamilan).Yogyakarta : Tuya Medika. Halaman 8-9.

Prawirohardjo, S. (2010).Ilmu kebidanan. Jakarta, YBP-SP. Halaman 279

Raharja, M.B. (2014). Fertilisasi Remaja Di Indonesia.Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1, Agustus 2014

Ramaiah. (2007). Tips Hamil Sehat. Cetakan IV. Yogyakarta: Bookmarks. Halaman 54-86.

Rainandhita, J.V. (2009). Evaluasi Keamanan Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Tahun 2009.Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah. Halaman 13

Saifudin.(2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi I Cetakan Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Halaman 281.

Sartono.(2005). Obat dan Wanita. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 6.

Saryono. (2011). Metodelogi Penelitian Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi Pemula. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. Halaman 127.

Sevilla., dan Consuelo, G. (1973). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press. Halaman 182.

Sukandar, E., Kusnandar. (2013). ISO Farmakoterapi 2. Penerbit: PT. ISFI Penerbitan - Jakarta. Halaman 375, 378.

(13)

46

Vela, S M. (2014).Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Ibu Hamil Di Poliklinik Obstetri Dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2012.Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Halaman 3, 29-47.

Wasnidar.(2007). Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil. Jakarta: Trans Info Media. Halaman 30.

(14)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian retrospective observation. Penelitian retrospective observation adalah analisis dengan metode

pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai subjek penelitian, yang diarahkan pada penyajian informasi mengenai data yang diperoleh melalui proses penelitian, dan pengumpulan data yang diambil dari seluruh populasi atau sebagian populasi (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data–data rekam medis pasien rawat jalan ibu hamil di ruang rekam medis RSUD dr. Pirngadi Medan selama tahun 2014.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang rekam medis RSUD dr. Pirngadi Medan, pada bulan September 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian (Saryono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medis pasien ibu hamil di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2014.

(15)

27

Sampel dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan di teliti (Nursalam, 2009).

Kriteria inklusi yaitu:

Rekam medis pasien ibu hamil rawat jalan di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2014 yang menuliskan No.Rekam Medis, Usia Ibu Hamil, Usia Kehamilan, Paritas, Jumlah Obat. b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu (Nursalam, 2009).

Kriteria eksklusi yaitu:

Rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi tetapi tidak dapat diambil sebagai sampel.

3.4 Defenisi Operasional

Defenisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Profil penggunaan obat kehamilan yaitu gambaran tentang penggunaan obat ibu hamil yang dinilai berdasarkan usia, usia kehamilan, paritas dan golongan obat yang diberikan.

b. Paritas yaitu jumlah anak yang telah dilahirkan oleh objek baik hidup ataupun meninggal.

(16)

28

c. Usia kehamilan yaitu total lama waktu hidup janin berada dalam rahim.

d. Kategori A yaitu penelitian terkontrol menunjukkan tidak ada resiko. Penelitian terkontrol dan memadai pada ibu hamil tidak menunjukkan adanya resiko pada janin.

e. Kategori B yaitu tidak ada bukti resiko pada manusia. Penelitian pada hewan tidak menunjukkan bukti bahwa obat berbahaya terhadap janin, tetapi belum ada penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding pada ibu hamil.

f. Kategori C yaitu penelitian pada hewan telah menunjukkan efek yang tidak dikehendaki terhadap janin, tetapi belum ada penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding pada ibu hamil.

g. Kategori D yaitu terdapat penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding pada ibu hamil atau pengamatan menunjukkan resiko bagi janin. Namun, harus dipertimbangkan manfaat pemberian obat dibandingkan resiko yang dapat ditimbulkan.

h. Kategori X yaitu penelitian yang memadai pada ibu hamil dengan menggunakan pembanding hewan, telah menunjukkan bukti positif terjadinya abnormalitas janin. Penggunaan obat dengan kategori resiko ini dikontraindikasikan pada ibu yang sedang hamil atau akan hamil.

3.5 Teknik Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data dari rekam medis yang menuliskan obat untuk pasien ibu hamil rawat jalan yang dilayani di RSUD dr. Pirngadi Medan.

(17)

29

Data yang diperlukan dicatat pada lembar pengumpul data meliputi : nomor catatan medik, identitas pasien, usia kehamilan, diagnosa, obat yang digunakan.

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan program Microsoft Excel, kemudian disajikan dalam bentuk persentase, nilai rata–rata dan tabel.

3.7 Langkah Penelitian

Adapun cara pengambilan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data rekam medis pasien adalah:

a. Meminta rekomendasi dari dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan penelitian di RSUD dr. Pirngadi Medan.

b. Menghubungi kepala bidang pendidikan dan penelitian RSUD dr. Pirngadi Medan untuk mendapatkan izin melakukan penelitian, dengan membawa surat rekomendasi dari fakultas.

c. Mengumpulkan semua data rekam medis yang masuk dari bulan Januari– Desember 2014 di bagian Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan.

d. Memilih data rekam medis yang sesuai kriteria inklusi e. Melakukan analisis deskriptif.

(18)

30 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebanyak 86 kartu rekam medis pasien ibu hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2014 digunakan sebagai sampelpada penelitan ini, dengan hasil sebagai berikut:

4.1 Pasien Ibu Hamil Berdasarkan Kelompok Usiadi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan

Berdasarkan 86 karturekam medis pasien ibu hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2014 didapatkan pasien ibu hamil berdasarkan kelompok usia yaitu kelompok usia dibawah 21 tahun berjumlah 6 pasien (6,97%), kelompok usia 21–25 tahun berjumlah 22 pasien (25,58%), kelompok usia 26–30 tahun berjumlah 24 pasien (27,90%), dan kelompok usia 31–46 tahun berjumlah 34 pasien (39,53%). Data dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1Pasien ibu hamil berdasarkan kelompok usia

Usia Jumlah Pasien Presentase (%)

< 21 Tahun

Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh bahwa mayoritas pasien ibu hamil di RSUD dr. Pirngadi Medan berada pada pasien dengan kehamilan beresiko tinggi yaitu usia 31-46 tahun. Hal ini didukung oleh penelitian yang

(19)

31

dilakukan Vela (2014) pasien terbanyak dengan kehamilan beresiko tinggi yaitu pada usia> 30 tahun sebanyak 145 orang.

Usia menjadi salah satu penentu status kesehatan ibu hamil. Kehamilan yang terjadi pada usia di bawah 20 tahun, dapat menyebabkan kehamilan lebih mudah mengalami perdarahan serta komplikasi, dibandingkan kehamilan dan persalinan pada usia reproduksi sehat yaitu 20–30 tahun. Hal ini disebabkan organ-organ reproduksibelum berfungsi dengan sempurna(Kusumawati, 2006).

Kehamilan di usia 30 tahun keatas sering disebut sebagai kehamilan beresiko tinggi karena pada usia di atas 30-an, biasanya penyakit–penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi atau diabetes sudah sering muncul. Selain itu kehamilan di usia 30–40 tahun meningkatkan resiko terbentuknya bayi sindrom down, masalah kehamilan dengan penyakit diabetes dan tekanan darah

tinggi, serta persalinan yang sulit dan lama atau dengan bedah caesar (Musbikin, 2005). Hamil di atas usia 30-an bisa terjadi berbagai alasan. Antara lain, karena kesulitan untuk hamil, ingin mempunyai anak lagi, terlanjur hamil di usia rawan, atau memang baru mendapatkan pasangan pada usia tersebut, sehingga mau tidak mau ia akan hamil di usia resiko tinggi (Musbikin, 2005).

4.2 Jumlah Pasien Ibu Hamil Berdasarkan Paritas di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan

Berdasarkan 86 kartu rekam medis pasien ibu hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2014 didapatkan bahwa mayoritas pasien ibu hamil berdasarkan paritas yaitu pada kehamilan primigravida (kehamilan anak pertama) sebanyak 36 pasien (41,86%), kehamilan secundagravida (kehamilan anak kedua) sebanyak 24 pasien (27,91%), dan

(20)

32

kehamilan multigravida (kehamilan anak lebih dari dua kali) sebanyak 26 pasien (30,23%).Data dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2Jumlahpasien ibu hamil berdasarkan paritas

Paritas Jumlah Pasien Persentase (%)

Primigravida

Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Vela (2014) dimana jumlah pasien ibu hamil yang memeriksakan kehamilanke RSUP Haji Adam Malik Medan selama tahun 2012 yaitu primigravida(kehamilan anak pertama) sebanyak 136 pasien (40,72%), kehamilan secundagravida (kehamilan anak kedua) sebanyak 80pasien (23,95%), dan kehamilan multigravida (kehamilan anak lebih dari dua kali) sebanyak 118pasien (35,32%). Hal ini dikarenakan pasien primigravida biasanya memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi sehingga lebih sering memeriksakan kandungannya, dibandingkan pasien secundagravida dan multigravida,.Primigravida lebihmembutuhkan usaha keras daripada multigravida yang sudahberpengalaman sebelumnya.

Kecemasan yang dialami oleh paraprimigravida didasarkan pada ketidaktahuan dalam mengatasi kecemasan menjelang persalinanpertamanya, mulai dari kecemasan akanperkembangan janin dalam rahim, cemas jika bayi lahir prematur, cemasterhadap kematian bayinya, cemas jikabayinya lahir cacat, cemas akan prosespersalinan, cemas terhadap kemungkinankomplikasi saat persalinan, cemas terhadapnyeri yang timbul saat persalinan (Kusumawati, 2010).

(21)

33

4.3UsiaPasien Ibu Hamil Berdasarkan Paritasdi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan

Berdasarkan 86 kartu rekam medis pasien ibu hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2014didapatkan usia pasien ibu hamil dibawah 21 tahun mayoritas merupakan pasien primigravida sebesar 100% (6 pasien). Sebanyak 22 pasien ibu hamil yang berusia 21–25 tahun, padaprimigravida berjumlah 12 pasien (54,55%), secundagravida 8 pasien (36,36%), dan multigravida 2 pasien (9,09%). Pasienibu hamil yang berusia 26– 30 tahun berjumlah 23 pasien, pada primigravida 10 pasien (43,48%), secundagravida 7 pasien (30,44%), dan multigravida 6 pasien (26,09%).Pasien ibu hamil yang berusia 31–46 tahun sebanyak 34 pasien, dimana padaprimigravida berjumlah 8 (22,86%), secundagravida 9 pasien (25,71%), dan multigravida 18 pasien (51,43%). Data dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Usia pasien ibu hamil berdasarkan paritas

Usia Paritas

Primigravida Secundagravida Multigravida < 21 tahun

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, persentaseibuusia 15–19 tahun yang sedang hamil anak pertama adalah 3% (Raharja, 2014)). Hal ini terjadi peningkatan, dimana pada Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002–2003, persentase ibu usia 15 -19 tahun yang sedang hamil anak pertama hanya2%. Berdasarkan hasil penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan selama tahun 2012, didapat pasien usia dibawah 21 tahun

(22)

34

yang sedang hamil primigravida 100%.Konsekuensi dari pernikahan usia dini dan melahirkan diusia remaja adalah beresiko untuk melahirkan prematur dan berat badan lahir rendah serta angka kelahiran juga lebih tinggi (Vela, 2014).

Pengawasan pada ibu hamil dengan usia di bawah 18 tahun perlu diperhatikan karena sering terjadi anemia, hipertensi menuju preeklamsia/eklamsia, persalinan dengan berat badan lahir rendah, kehamilan disertai infeksi, penyulit proses persalinan yang diakhiri dengan tindakan operasi. Aspek sosial yang sering menyertai ibu hamil dengan usia muda adalah kehamilan yang belum diinginkan, kecanduan obat dan atau perokok, arti dan manfaat antenatal care yang kurang diperhatikan. Aspek sosial dapat menimbulkan

kesulitan tumbuh kembang janin dan penyulit saat proses persalinan berlangsung (Artikasari, 2009).

Usia terbaik untuk seorang ibu hamil antara usia 20 tahun hingga 35 tahun. Ibu yang pertama kali hamil pada usia diatas 35 tahun disebut primigravida tua. Pada primigravida tuarisiko kehamilan meningkat bagi sang ibu yang dapat terkena preeklamsia/eklamsia (Artikasari, 2009).

Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester ketiga kehamilan, tetapi bisa terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosaatau hamil anggur (Prawiroharjo, 2005).Faktor predisposisi terjadinya preeklampsia adalah molahidatidosa atau hamil anggur, diabetes militus, kehamilan ganda, hidrops fetalis, obesitas, dan umur yang lebih dari 35 tahun.Preeklampsia lebih banyak dijumpai pada primigravida daripadamultigravida (Kurniawati, 2010).

(23)

35

Preeklampsia umumnya terjadi pada trimester IIIkehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumtrimester II pada kehamilan tropoblastik, sepertimolahidatidosa.Kasus preeklampsi terutamadijumpai pada primigravida umur 20-24 tahundan mempunyai kecenderungan melahirkanbayi dengan BBLR (bayi berat lahir rendah) karena adanya suatumekanisme imunologi (blocking antibodies)terhadap antigen, disamping faktor endokrindan genetik (Asih, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Artikasari (2009) di RSUD DR.Moewardi Surakarta, didapatkan kejadian preeklampsia pada primigravida sebanyak 29,2%. Dengan faktor risiko 1,458 kali lebih besar untuk terkena preeklamsia/eklamsia pada Ibu hamil primigravida dibanding ibu hamil tidak primigravida

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan di RSUD Sragen, diperoleh hasil bahwa ibu hamil dengan preeklampsia sebagian besar terjadi pada primigravidasebesar 26 orang (59,09%) sedangkan pada multigravida sebesar 18orang (40,91%). Secara internasional kejadian hipertensi dalam kehamilan dapat diperkirakan pada primigravida sekitar 7-12% sedangkan pada multigravida kejadian hipertensi antara 5 ½ -8%.Angka kejadian preeklampsia meningkat pada primigravidamuda dan semakin tinggi pada primigravida tua.(Kurniawati, 2010).

4.4Kunjungan Pasien Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

Berdasarkan 86 kartu rekam medis pasien ibu hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2014 didapatkan jumlah pasien yang berkunjungmemeriksa kehamilan pada trimester pertama sebanyak 4 kunjungan (4,35%), usia kehamilan trimester kedua sebanyak 12kunjungan

(24)

36

(13,04%), usia kehamilan trimester ketiga sebanyak 84 kunjungan (82,61%).Data dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4Kunjungan pasien ibu hamil berdasarkan usia kehamilan

Usia Kehamilan Jumlah Kunjungan Persentase (%) Trimester Pertama

Hasil penelitian diperoleh bahwa pasien ibu hamil dengan usia kehamilan trimester tiga paling banyak jumlah kunjungan di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2014.Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Vela (2014) yaitu mayoritas pasien ibu hamil yang memeriksakan kehamilan pada usia kehamilan trimester ketiga sebanyak 412 kali kunjungan, diikuti usia kehamilan kedua sebanyak 159 kunjungan dan pada trimester pertama sebanyak 70 kunjungan.

Pemeriksaan kehamilan atau pemeriksaan antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa kehamilan ibu dan bayinya secara berkala, yang diikuti dengan upaya memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu juga janin, serta mengenali secara dini adanya ketidaknormalan yang mungkin terjadi pada kehamilan (Prawiroharjo, 2010).

Kunjungan pemeriksaan kehamilan (antenatal care)yang dianjurkan kepada ibu hamil minimal 4 kali selama hamil antara lain: kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan

(25)

37

sesudah minggu ke 36) dua kali kunjungan. Walaupun demikian disarankan kepada ibu hamil untukmemeriksakan kehamilannya dengan jadwal sebagai berikut: sampai dengan kehamilan 28 minggu periksalah empat minggu sekali, kehamilan 28-36 minggu perlu pemeriksaan dua minggu sekali, kehamilan 36-40 minggu setiap satu minggu sekali dan apabila terdapat keluhan-keluhan tertentu (Pantikawati, 2009).

Kehamilan trimester ketiga adalah trimester terakhir pada kehamilan.Periode ini adalah fase yang penting untuk pertumbuhan berat bayi, juga periode dimana masalah obstetrik dan medis dapat berkembang. Beberapa masalah obstetrik yang dapat terjadi antara lain perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa, solusi plasenta, prematuritas, pertumbuhan janin terhambat dan kehamilan serotinus. Masalah medis lainnya dapat terjadi seperti hipertensi dan anemia dalam kehamilan. Faktor resiko persalinan dengan tindakan ekstraksi vakum dan prematuritas pada kehamilan trimester ketiga di usiamuda lebih tinggi dibandingkan dengan usia reproduksi sehat. Sehingga banyak pasien yang memeriksakan kehamilannya di trimester ketiga (Vela, 2014).

4.5Jumlah Jenis Obat Yang Diresepkan Selama Kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

Berdasarkan 86 kartu rekam medis pasien ibu hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2014 diperoleh bahwa mayoritas pasien ibu hamil menerima satu jenis obat selama melakukan pemeriksaan kehamilan yaitu 64 pasien (74,42%), diikuti dengan tiga dan dua jenis obat yaitu 9 pasien (10,47%) dan 8 pasien (9,30%). Hanya 5 pasien yang

(26)

38

mendapat lebih dari empat jenis obat selama kehamilan. Rata–rata penggunaan obat per pasien 1,65jenis obat selama kehamilan.Data dapat dilihat pada Tabel 4.5 Tabel 4.5Jumlah jenis obat yang diresepkan selama kehamilan

Jumlah Jenis Obat Jumlah Pasien Persentase (%) 1

Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Vela (2014) di RSUP Haji Adam Malik Medanyaitu mayoritas pasien ibu hamil yang menerima satu jenis obat selama kehamilannya 240 pasien (71,85%), diikuti dengan 3 dan 2 jenis obat yaitu 35 pasien (10,47%) dan 32 pasien (9,58%), serta hanya 5 orang pasien yang mendapat obat lebih dari 5 jenis selama kehamilan. Rata–rata penggunaan obat perpasien 1,61 jenis obat selama kehamilan.

4.6 Jumlah Penggunaan Obat Berdasarkan Paritas di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

Berdasarkan 86 kartu rekam medis pasien ibu hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2014didapatkan rata–rata jumlah penggunaan obat yang diresepkan pada ibu hamil berdasarkan paritas yaitu pada kehamilan primigravida rata–ratapenggunaan obat 1,69obat perpasien, kehamilan secundagravida rata–rata 1,5obat perpasien, dan kehamilan multigravida rata–rata 1,73 obat perpasien.Data dapat dilihat pada Tabel 4.6

(27)

39

Tabel 4.6 Jumlah penggunaan obat berdasarkan paritas

Paritas Jumlah Pasien Jumlah Obat Rata - Rata

Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa rata–rata jumlah penggunaan obat berdasarkan paritas yang paling tinggi adalah pada pasien multigravida (kehamilan anak ketiga). Dengan rata keseluruhan 1,65obat untuk ibu hamil selama kehamilan.

Penelitian yang dilakukanVela (2014) diperoleh rata–rata jumlah penggunaan obat yang diresepkan pada tiap ibu hamil berdasarkan paritasyaitu pada kehamilan primigravida penggunaan obat rata–rata 1,55 obat, pada kehamilan secundagravida penggunaan obat rata–rata 1,84 obat dan pada kehamilan multigravida penggunaan obat rata–rata 1,52 obat. Dengan rata keseluruhan 1,61 obat untuk ibu hamil selama kehamilan. Hal ini menunjukkan rata–rata penggunaan obat di RSUP Haji Adam Malik Medan dan di RSUD dr. Pirngadi Medan masih tergolong baik karena rata–rata penggunaan obat cukup sedikit.

Secara umum, hingga 86% ibu hamil dilaporkan menggunakan beberapa jenis obat selama kehamilan dengan rata–rata penggunaan obat adalah 2,9 obat tiap pasiennya (Sukandar, 2013).

(28)

40

4.7 Golongan Obat Yang Diresepkan Selama Kehamilan

Berdasarkan 86 kartu rekam medis pasien ibu hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2014 didapatkan golongan obat yang diresepkan pada ibu hamil yaitu golonganobatantianemia sebanyak 121 (85,21%), obat kardiovaskular 7 (4,93%), obat antibakteri 4 (2,82%), obat gastrointestinal 3 (2,11%), obat antiemetik 1 (0,70%), obat antifungi 1 (0,70%), obat respiratori1 (0,70%), obat antitrombotik 1 (0,70%), dan obat hormonal 3 (2,11%). Data dapat dilihat pada Tabel 4.7

Table4.7 Golongan obat yang diresepkan selama kehamilan

No. Golongan Obat Jumlah Kategori Persentase (%)

I. Obat Antianemia 121 85,21

1. Roborantia

(29)

41

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa golongan obat yang paling banyak diresepkan pada pasien ibu hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2014 adalah obat untuk mengobati antianemia, diikuti kardiovaskular dan antibakteri.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan Vela (2014) bahwa golongan obat yang paling banyak diresepkan pada pasien ibu hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan yaitu obat golongan anemia 410 (76,20%), diikuti kardiovaskular 32 (5,93%) dan antibakteri 23 (4,26%).

Pada penelitian yang dilakukan di Civil Hospital mendapatkan hasil yang sama yaitu obat yang banyak diresepkan untuk ibu hamil adalah golongan obat antianemia termasuk preparat besi dan vitamin serta suplemen mineral sebesar 74,9%. Hal tersebut sesuai dengan kebutuhan ibu hamil akan vitamin dan nutrisi mengalami peningkatan untuk menunjang pertumbuhan janin (Carissa, 2014).

(30)

42

4.8 KategoriObat Berdasarkan Kategori Resiko Terhadap Janin

Berdasarkan 86 kartu rekam medis pasien ibu hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2014,bahwamayoritas kategori obat yang digunakan berdasarkan resiko terhadap janin adalah kategori A122 (85,92%), kategori B 9 (6,33%), kategori C 11 (7,75%), kategori D dan X tidak terdapat obat yang diresepkan pada pasien ibu hamil. Dari hasil penelitian ini, bahwa kategori obat yang banyak diresepkan adalah kategori A, diikuti oleh kategori C dan B.Data dapat dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8Kategori obat berdasarkan kategori resiko terhadap janin

Kategori Jumlah Obat Persentase (%)

A

Keadaan ini tidak berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Vela (2014) di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan didapatkan kategori A sebanyak 428 (79,40%), kategori B 25 (4,63%), kategori C 79 (14,65%), kategori D 7 (1,29%), dan pada kategori X tidak terdapat obat yang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian Vela (2014) juga diperoleh kategori obat yang banyak diresepkan yaitu kategori A, diikuti oleh kategori Cdan B.

(31)

43 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 86 kartu rekam medis pasien ibu hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2014 dapat disimpulkan bahwa:

a. Jumlah penggunaan obat–obatan pada pasien ibu hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2014 dengan rata keseluruhan 1,65 jenis obat selama masa kehamilan.

b. Golongan obat yang digunakan pada pasien ibu hamil paling banyak pada golongan obat antianemia 121 (85,21%).

c. Peresepan obat yang paling banyak di gunakan pada pasien ibu hamil berdasarkan kategori FDA adalah kategori A 122 (85,92%).

5.2 Saran

Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian disarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di sarana kesehatan lain mengenai profil penggunaan obat selama kehamilan.

(32)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

Kehamilan adalah fase penting yang akan dialami dalam kehidupan wanita. Proses kehamilan dimulai dari proses pembuahan satu sel telur yang bersatu dengan satu sel spermatozoa di tuba fallopii dan hasilnya akan terbentuk zigot. Zigot mulai membelah diri dari satu sel menjadi dua sel, dari dua sel menjadi empat sel dan seterusnya.Pada hari ke empat zigot tersebut menjadi segumpal sel yang sudah siap untuk menempel/nidasi pada lapisan dalam rongga rahim (endometrium). Kehamilan dimulai sejak terjadinya proses nidasi ini. Wanita hamil istilah medisnya disebut gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran).Seorang wanita yang hamil untuk pertama kali disebut primigravida (gravida 1), dan wanita yang belum pernah hamil disebut sebagai gravida 0 (Depkes RI, 2006).

Kebanyakan manusia, kehamilan berlangsung sekitar 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari).Kehamilan yang berlangsung antara 20-38 minggu disebut kehamilan prematur, sedangkan jika lebih dari 42 minggu disebut kehamilan postterm.Menurut usianya, kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu (Depkes RI, 2006):

a. Trimester pertama (0 – 12 minggu)

Dimulai dari proses konsepsi sampai usia kehamilan tiga bulan.

(33)

7 b. Trimester kedua (12 – 28 minggu)

Dari bulan keempat sampai usia kehamilan enam bulan. c. Trimester ketiga (28 – 40 minggu)

Dari bulan ketujuh sampai usia kehamilan sembilan bulan.

2.2 Gangguan Pada Kehamilan

Walaupun kehamilan merupakan proses yang membahagiakan, namun terkadang bukan suatu hal yang mudah untuk dijalani. Sebab, selama 9 bulan menjalani proses ini, volume rahim akan meningkat sebanyak 1000 kali. Jadi, kehamilan tidak akan luput dari keluhan ringan yaitu (Musbikin, 2005):

a. Mual dan Muntah

Adanya perubahan hormon di dalam tubuh menyebabkan timbulnya rasa mual dan muntah pada pagi hari (morning sickness).Biasanya terjadi pada bulan pertama kehamilan sampai akhir triwulan pertama.

b. Sakit Kepala

Penyebab sakit kepala bisa karena perubahan hormon yang terjadi pada tubuh yang kemudian memicu timbulnya perubahan tekanan darah.Pada umumnya, keluhan ini banyak muncul pada trimester pertama.Namun, beberapa ibu hamil cenderung lebih mudah terserang sakit kepala ketika mengalami kelelahan, tekanan (stress), hidung tersumbat dan lapar.

c. Kaki Bengkak

Adanya hambatan aliran cairan tubuh dan juga darah di dalam tubuh, akibat tekanan oleh rahim yang membesar serta adanya gaya gravitasi, akan menyebabkan terjadinya pembengkakan pada kaki. Biasanya, ketika bangun pagi,

(34)

8

pembengkakan pada kaki akan hilang dengan sendirinya. Tangan dan wajah juga ikut sedikit membengkak.

d. Nyeri Bagian Tubuh

Memasuki trimester ketiga, tubuh mulai merasakan nyeri pada bagian belakang, terutama bagian bawah punggung atau seputar panggul.Rasa nyeri dikarenakan berat tubuh janin yang terus bertambah, mulai menekan tulang panggul serta sistem persarafan yang ada di sekitarnya.Rasa nyeri ini juga timbul di seluruh punggung, daerah sekitar bokong serta paha.

e. Anemia

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan (Wasnidar, 2007).

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah: keguguran (abortus), kelahiran prematur, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin, serta anemia yang berat (< 4 gr %) dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan (Saifudin, 2006).

Defisiensi zat besi akan mengakibatkan anemia sehingga menurunkan jumlah maksimal oksigen yang dibawa oleh darah. Wanita yang mengalami anemia biasanya tampak sangat letih, kehilangan selera makannya dan merasa

(35)

9

tidak mampu untuk mengatasi berbagai masalah.Bila tidak diobati, anemia dapat berlanjut pada keadaan gagal jantung.Oleh sebab itu, kita harus menyadari bahwa gejala sesak napas dan takikardia dapat disebabkan oleh anemia dan tidak selalu berhubungan dengan kehamilan ibu (Jordan, 2004).

f. Sering Berkemih (Miksi)

Sering berkemih merupakan gejala umum pada kehamilan trimester pertama dan ketiga.Hal ini terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini akan hilang pada trimester kedua. Dan gejala ini kembali pada trimester ketiga kehamilan karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin (Mochtar, 2004).

g. Preeklampsia

Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda edema, hipertensi dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini umunya terjadi pada trimester ketiga kehamilan, tetapi bisa terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa.Preeklampsia yang terjadi pada ibu hamil dapat menjadi eklampsia yaitu dengan tambahan gejala kejang dan diikuti dengan koma (Prawiroharjo, 2010).

Preeklampsia menyebabkan perubahan anatomi-patologik yang terjadi pada plasenta dan uterus yaitu cairan darah ke uterus menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin karena kekurangan oksigen dan dapat pula terjadi gawat janin. Plasenta yang tidak baik akan berdampak pada gangguan pertumbuhan janin sehingga berat badan janin yang dilahirkan rendah. Preeklamsia juga dapat menyebabkan peningkatan tonus

(36)

10

uterus dan kepekaannya terhadap rangsang sehingga terjadi partus prematurus (Prawiroharjo, 2010).

2.3 Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan atau antenatal caremerupakan pemeriksaan yang sangat penting dilakukan untuk memeriksa kehamilan ibu dan bayinya secara berkala, dalam upaya memantau kemajuan kehamilan, mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar serta mengenali secara dini adanya ketidaknormalan yang mungkin terjadi pada kehamilan sehingga dapat tercapai kesehatan yang optimal (Prawiroharjo, 2010).

Maka itu sangat penting ibu hamil melakukan kunjungan ke bidan atau dokter sedini mungkin guna mendeteksi adanya komplikasi dini yang terjadi pada kehamilan. Selama melakukan kunjungan asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan (Prawiroharjo, 2010).

Kunjungan Pemeriksaan kehamilan (antenatal care) yang dianjurkan kepada ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan antara lain: kehamilan trimester pertama (< 14 minggu) satu kali kunjungan, kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36) dua kali kunjungan. Meskipun demikian disarankan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dengan jadwal

(37)

11

sebagai berikut: sampai dengan kehamilan 28 minggu periksalah empat minggu sekali, kehamilan 28-36 minggu perlu pemeriksaan dua minggu sekali, kehamilan 36-40 minggu setiap satu minggu sekali dan apabila terdapat keluhan-keluhan tertentu (Pantikawati, 2009).

Pemeriksaan umum selama kunjungan biasanya mencakup (Ramaiah, 2007):

a. Memeriksakan tekanan darah dan berat badan b. Memeriksa pergerakan bayi

c. Menentukan pertumbuhan bayi melalui ketinggian rahim

d. Memeriksakan posisi bayi di dalam rahim. Beberapa minggu sebelum kelahiran, sebagian besar bayi memutar sehingga kepala berada di ujung bawah rahim. Ini adalah posisi normal. Jika bayi tidak memutar dan pantat berada di ujung bawah rahim, bayi dikatakan berada dalam posisi sungsang.

e. Memeriksa perubahan-perubahan dalam leher rahim dengan melakukan pemeriksaan vagina mendekati tanggal persalinan. Ini untuk mengetahui seberapa besar bayi telah membesar dan seberapa besar bayi telah mengembang.

2.4 Penggunaan Obat Pada Kehamilan

Pemakaian obat bebas dan obat resep perlu diperhatikan selama kehamilan sampai masa nifas.Penggunaan obat pada wanita hamil perlu berhati-hati karena banyak obat yang dapat melintasi plasenta.Beberapa obat dapat memberi resiko pada kesehatan ibu dan janin.Selama trimester pertama, obat dapat menyebabkan cacat lahir (teratogenesis), dan resiko terbesar terjadi pada kehamilan 3-8

(38)

12

minggu.Pada trimester kedua dan ketiga, obat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fungsional pada janin atau dapat meracuni plasenta (Depkes RI, 2006).

Dalam upaya mencegah terjadinya efek yang tidak diharapkan dari obat-obatan yang diberikan selama kehamilan, maka Australian Drug Evaluation Commitee maupun Food and Drug Administration (FDA-USA), telah menyiapkan

klasifikasi resiko obat-obatan dikategorikan menjadi 5 yaitu kategori A, kategori B, kategori C, kategori D, kategori X. Kategori-kategori ini menjelaskan tentang boleh dan tidak boleh diberikan obat selama kehamilan, dimana uraian tersebut sampai saat ini masih dipakai sebagai rujukan atau acuan di penjuru dunia, termasuk Indonesia. Australian Drug Evaluation Commitee maupun Food and Drug Administration (FDA-USA) membuat kategori obat menurut tingkat

bahayanya terhadap janin sebagai berikut: a. Kategori A

Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko bagi janin pada trimester pertama kehamilan dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester kedua dan ketiga.Contohnya asam folat, nystatin vagina, pyridoxine, thyroxine Na (Thyrax®) (Lacy et al, 2008).

b. Kategori B

Studi pada reproduksi hewan percobaan tidak menunjukkan bukti bahwa obat berbahaya pada janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil atau sistem reproduksi hewan percobaan yang menunjukkan efek samping, dimana tidak ada penegasan dengan studi kontrol pada wanita saat trimester pertama dan tidak ada bukti resiko janin pada trimester berikutnya. Contohnya beberapa

(39)

13

antibiotika seperti amoksisilin, eritromisin, bisacodyl (Dulcolax®), paracetamol (Sanmol®), Terbutaline (Bricasma®) (Lacy et al, 2008).

c. Kategori C

Studi pada hewan percobaan menunjukkan adanya efek samping pada janin (teratogenik) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil.Obat kategori ini hanya boleh diberikan kepada ibu hamil jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari resiko yang mungkin terjadi pada janin. Contohnya asam mefenamat, aspirin, salbutamol (Ventolin® ), ketotifen (Zaditen® ), clonidin (Catapres® ) (Lacy et al, 2008).

d. Kategori D

Terbukti adanya resiko terhadap janin manusia, tapi manfaat penggunaan obat pada wanita hamil dapat dipertimbangkan (misalnya terjadi situasi yang dapat mengancam jiwa ibu hamil, dimana obat lain tidak dapat digunakan atau tidak efektif). Contohnya karbamazepin (Tegretol®), propylthiouracil, dan phenitoin serta beberapa anti kanker (Doxorubicin, cisplatin,) atau kemoterapi (Lacy et al, 2008).

e. Kategori X

Studi pada hewan percobaan atau manusia telah menunjukkan adanya kelainan janin (abnormalitas) atau terbukti beresiko terhadap janin.Resiko penggunaan obat pada wanita hamil jelas lebih besar dari manfaat yang diperoleh.Obat kategori X merupakan kontraindikasi bagi wanita hamil. Contohnya danazol (Azol®), simvastatin (Esvat®), warfarin Na (Simarc-2®), methotrexate (Emthexate Combipar®), ribavirin (Rebetol®) (Lacy et al, 2008).

(40)

14 2.5 Mekanisme Kerja Obat Pada Kehamilan

Perubahan fisiologi selama kehamilan dapat berpengaruh terhadap kinetika obat pada ibu hamil yang akan berdampak terhadap perubahan respon ibu hamil terhadap obat yang diminumnya. Dengan demikian, perlu pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang relatif tidak aman sehingga harus dihindari selama kehamilan agar tidak merugikan ibu dan janin yang dikandung (Depkes, RI., 2006).

Plasenta adalah organ yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan kehamilan, karena fungsi plasenta bukan hanya sebagai alat pemberi makanan pada janin (nutritif), tetapi juga sebagai alat yang mengeluarkan sisa metabolisme (ekskresi), sebagai alat pemberi zat asam (O2) dan mengeluarkan CO2 (respirasi), sebagai alat membentuk hormon, sebagai alat menyalurkan antibodi ke janin dan plasenta dapat pula dilewati kuman-kuman dan obat tertentu (Prawiroharjo, 2010).

Perpindahan obat melalui plasenta umumnya berlangsung secara difusi sehingga konsentrasi obat di darah ibu serta aliran darah plasenta akan sangat menentukan perpindahan obat lewat plasenta. Plasenta memiliki sifat selektif untuk mentransfer obat secara perlahan atau secara cepat dari ibu ke janin tergantung pada variabel, seperti kualitas aliran darah uteroplasenta, berat molekul dari substansi dalam obat (bahan yang berat molekulnya lebih kecil dapat melintasi plasenta lebih mudah), kadar ionisasi dari molekul-molekul obat (obat yang tidak terionisasi akan mudah melewati plasenta), dan derajat kemampuan ikatan obat dengan protein plasma plasenta (obat-obat yang mudah berikatan tidak mudah menembus plasenta) melawan kemampuannya untuk berikatan dengan plasma protein janin. Selain itu, plasenta juga memiliki aktivitas enzimatik

(41)

15

tersendiri dalam biotransformasi suatu obat yang dapat mempengaruhi janin (Depkes, RI., 2006).

2.6 Obat Yang Digunakan Pada Kehamilan

Selama kehamilan, seorang ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan obat.Obat sebaiknya diresepkan pada ibu hamil jika keuntungan yang diharapkan lebih besar daripada resiko bagi janin sehingga ibu dapat melahirkan bayi yang sehat dengan selamat (Depkes RI, 2006). a. Zat Besi

Zat besi merupakan mineral yang diperlukan oleh semua sistem biologi di dalam tubuh.Besi merupakan unsur esensial untuk sintesis hemoglobin, sintesis katekolamin dan produksi panas.Zat besi disimpan dalam hepar dan sumsum tulang.Sekitar 70% zat besi yang ada di dalam tubuh berada dalam hemoglobulin dan 3% nya dalam mioglobin (simpanan oksigen intramuskuler) (Jordan, 2004).

Ekstrak zat besi diperlukan selama kehamilan.Kebutuhan besi meningkat dari 1,25 mg /hari pada saat tidak hamil menjadi 6,6 mg /hari selama kehamilan yang disebabkan karena besi digunakan dalam pembentukan janin dan cadangan dalam plasenta serta untuk sintesis Hb ibu hamil. Kebutuhan total besi selama kehamilan mempunyai distribusi yang tidak merata. Pada trimester pertama kebutuhan zat besi turun karena tidak terjadi haid.Dan pada trimester kedua kebutuhan besi mulai meningkat, dan peningkatan ini berlanjut sampai akhir kehamilan.Kebutuhan zat besi meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan besi bagi janin. Berikut kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin tunggal yaitu:

(42)

16

200 – 600 mg untuk memenuhi peningkatan massa sel darah merah; 200 – 370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya; 150 – 200 mg untuk kehilangan eksternal;

30 – 170 mg untuk tali pusat dan plasenta;

90 – 310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat melahirkan (Jordan, 2004).

Dengan demikian, kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara 580 – 1340 mg, dan 440 – 1050 mg diantaranya akan hilang dalam tubuh ibu pada saat melahirkan (Jordan, 2004).

Untuk mengatasi kehilangan zat besi, ibu hamil memerlukan rata-rata 3,5– 4 mg zat besi per hari. Kebutuhan ini akan meningkat secara signifikan dalam trimester terakhir, yaitu dari rata-rata 2,5 mg/hari pada awal kehamilan menjadi 6,6 mg/hari. Zat besi yang tersedia dalam makanan berkisar dari 0,9 hingga 1,8 mg/hari dan ketersediaan ini bergantung pada kecukupan dietnya. Karena itu, pemenuhan kebutuhan pada kehamilan memerlukan mobilisasi simpanan zat besi dan peningkatan absorpsi zat besi. Meskipun, absorbsi zat besi meningkat cukup besar selama kehamilan, namun bila kehamilan yang satu dengan yang lain memiliki jarak yang cukup dekat dan/atau bila simpanan zat besinya rendah, maka asupan zat besi yang cukup hanya dapat dipenuhi lewat suplementasi. Hanya pada keadaan yang sangat ekstrem, bayi akan lahir dengan defisiensi zat besi. Defisiensi zat besi selama kehamilan berkaitan dengan berat badan bayi rendah, kelahiran prematur, kematian janin, kematian ibu, pre eklampsia, kerentanan terhadap infeksi dan gangguan fungsi kognitif bayi (Jordan, 2004).

(43)

17 b. Asam Folat

Satu-satunya suplemen yang dianggap esensial bagi semua ibu hamil di Inggris (UK) adalah asam folat yang menurunkan insidens defek neural tube sebesar 50-70%. Pemberian asam folat berdasarkan bukti dari sejumlah penelitian penting yang meliputi beberapa uji-klinis terkontrol acak (Jordan, 2004)

Pada manusia, asam folat merupakan unsur esensial dalam pembentukan timidin yang merupakan komponen DNA. Tanpa asam folat akan terjadi gangguan pembelahan sel yang mempengaruhi embrio dan pembentukan sel-sel darah. Selama kehamilan, kebutuhan terhadap asam folat meningkat dua kali lipat dan tetap tinggi pada masa laktasi (Jordan, 2004).

Untuk membantu mencegah kejadian pertama defek neural tube, kepada semua wanita harus dianjurkan untuk minum suplemen 400 mikrogram asam folat per hari sejak saat mereka berencana untuk hamil (sedikitnya 12 minggu sebelum pembuahan) hingga akhir trimester pertama. Memulai suplementasi sebelum minggu ketujuh akan memberikan keuntungan yang signifikan. Wanita yang belum meminum suplemen dan melanjutkan pemakaiannya paling tidak sampai kehamilan minggu ke-12 (Jordan, 2004).

Diperkirakan suplementasi asam folat akan mencegah terjadinya sekitar seribu kasus defek neural tube setiap tahun. Suplementasi asam folat prakonsepsi dalam bentuk tablet sudah dianjurkan bagi semua wanita di Inggris (UK) sejak tahun 1993, karena pemberian bentuk tablet ini merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketersediaan asam folat di dalam tubuh (Jordan, 2004).

(44)

18 c. Vitamin

Selama kehamilan vitamin merupakan faktor utama dalam mempertahankan kesehatan dan untuk melahirkan janin yang sehat.Ibu hamil membutuhkan vitamin A untuk pertumbuhan, vitamin B1, B2 dan niasin untuk menghasilkan energi. Vitamin B6 untuk mengatur penggunaan protein oleh tubuh dan vitamin B12 serta asam folat untuk pembentukan sel-sel darah dan sel- sel lain. Selain itu, ibu hamil juga membutuhkan vitamin C dan vitamin D (Musbikin, 2005).

Vitamin A merupakan senyawa yang penting untuk mempertahankan pertumbuhan normal sel, mengatur proliferasi, dan differensiasi jaringan epitel serta membantu dalam menjalankan fungsi penglihatan dan reproduksi.Vitamin A (retinol) memberikan kerja yang terarah pada defisiensi jaringan normal.Tiga bentuk vitamin A yang aktif secara biologis di dalam tubuh yaitu retinol, asam retinoat, dan senyawa turunan lainnya. Retinol berfungsi untuk mempertahankan struktur membran mukosa sedangkan asam retinoat berperan dalam perkembangan retina serta terlibat dalam pengaturan pola pembentukan awal embrio terutama pada lempeng sistem syaraf dan berperan dalam ekspresi gen (Briggs, 2010).

Penggunaan suplemen vitamin A dengan dosis tinggi (lebih dari 6000 IU) selama kehamilan telah dilaporkan dapat menyebabkan efek merugikan berupa cacat lahir, sehingga dapat merubah proses diferensiasi normal. Waktu yang rentan terjadinya kecacatan adalah pada trimester pertama dan kedua kehamilan, karena pada saat ini lah terjadi proses embriogenesis dan organogenesis (Briggs, 2010).

(45)

19 d. Antiemetik

Mual dan muntah selama kehamilan paling banyak dikeluhkan oleh ibu hamil (kira-kira 80 %), hal ini disebabkan oleh peningkatan kadar gonadotropik. Perubahan dalam metabolisme karbohidrat dan emosi.Bila mual dan muntah terlalu sering disebut hiperemasis.Hiperemasis gravidarum adalah muntah-muntah pada wanita hamil yang dapat berakibat fatal.Penderita hiperemasis gravidarum mengalami muntah terus-menerus sehingga cadangan karbohidrat,

protein dan lemak terpakai untuk energi dan mengakibatkan tubuh menjadi kurus. Dengan demikian akan berkurang proses penyerapan zat-zat makanan sehingga ibu hamil perlu dirawat di Rumah Sakit guna mendapatkan asupan penggantian cairan tubuh dan obat anti muntah parenteral (Sartono, 2005 ).

e. Analgesik dan Antipiretik

Asetaminofen (Farmadol®, Panadol®, Parasetamol®) merupakan obat kategori B, yang biasa digunakan pada ibu hamil selama kehamilan maupun untuk jangka waktu yang pendek. Asetaminofen ditemukan pada air susu ibu dengan konsentrasi yang kecil. Saat ini tidak ditemukan bukti nyata adanya anomali janin akibat pemakaian obat ini (Mahardinata, 2009).

f. Antibiotik

Infeksi merupakan penyebab utama kematian prematur pada bayi.Meskipun terapi profilaksis antibiotik belum terbukti bermanfaat, pemberian obat antibiotik kepada ibu hamil dengan kasus ketuban pecah dini dapat memperlambat kelahiran dan menurunkan insidens infeksi (Jordan, 2004).

Kehamilan mempengaruhi pemilihan antibiotik.Umumnya penisilin dan sefalosporin dianggap sebagai preparat pilihan pertama pada kehamilan.Karena

(46)

20

pemberian sebagian besar antibiotik lainnya berkaitan dengan peningkatan resiko malformasi pada janin.Beberapa obat antibiotik, seperti eritromisin, resiko tersebut rendah dan setiap resiko pada janin harus dipertimbangkan terhadap keseriusan infeksi pada ibu. Pada obat antibiotik yang baru, seperti vankomisin, informasi yang tersedia hanya sedikit dan karena itu, pabrik menyarankan agar antibiotik tersebut tidak digunakan pada kehamilan (Jordan, 2004)

g. Obat Kardiovaskular

Kelainan kardiovaskular dapat terjadi selama kehamilan atau sebelum saat pembuahan.Kelainan kardiovaskular disebabkan oleh kelainan hipertensi yang sudah ada sebelumnya, hipertensi akibat kehamilan atau pre-eklampsia.Semua keadaan ini terus menerus berdampak pada mortalitas maternal (Jordan, 2004).

Normalnya tekanan darah sistolik dan diastolik akan turun sebanyak 10-15 mmHg selama pertengahan masa kehamilan. Keadaan ini akan berbalik pada kehamilan yang menyebabkan tekanan darah mencapai puncaknya 3-4 hari postpartum. Pada kehamilan, tekanan darah diastolik normalnya harus dibawah 75 mmHg dalam trimester kedua, dan 85 mmHg dalam trimester ketiga.Bagi ibu hamil yang menderita hipertensi, pemantauan terhadap proteinuria dan hipertensi harus dilanjutkan selama 6-12 minggu sesudah melahirkan.(Jordan, 2004).

Pemilihan jenis antihipertensi untuk wanita hamil agak sedikit kompleks karena obat yang telah dievaluasi pemakaiannya selama kehamilan secara adekuat hanya sedikit.Metildopa merupakan antihipertensi dengan kategori B pada kehamilan.Berdasarkan data follow-up jangka panjang selama 7,5 tahun menunjukkan bahwa aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik fetus stabil dan dianggap aman dengan metildopa (Depkes RI, 2006). Obat dari golongan

(47)

21

inhibitor dan ARB (angiotensi II reseptor blocker) tidak boleh digunakan pada

trimester 2 dan 3 kehamilan (kategori D) karena dapat menyebabkan disfungsi ginjal janin Kebanyakan antihipertensi yang dapat digunakan dalam kehamilan seperti nifedipin, labetalol, atau hidralazin termasuk dalam kategori C (Jordan, 2004).

h. Antitrombotik

Selama kehamilan kemungkinan ibu mengalami tromboemboli vena.Dengan keadaan seperti ini antikoagulan mampu menghambat pembentukan atau fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Mekanisme kerja asam traneksamat sebagai antifibrinogen adalah untuk membentuk ikatan kompleks yang reversibel dengan plasminogen sehingga plasmin tidak dapat terikat dengan fibrin dan mekanisme fibrinolisis dihambat.Asam traneksamat menyebar ke berbagai jaringan dan juga masuk dalam sistem susunan saraf pusat, cairan sinovia (cairan sendi) dan membran sinovia.Obat ini dapat menembus sawar uri (plasenta) sehingga penggunaan pada kehamilan perlu dipertimbangkan kembali (Rainandhita, 2009).

Tromboemboli adalah penyumbatan beberapa bagian sistem kardiovaskular oleh massa bekuan darah yang tidak terkendali. Preeklampsia berkaitan dengan penyempitan arteri spiralis pada plasenta yang dapat menyebabkan kondisi iskemia dan tromboemboli. Pemberian Aspirin dosis rendah (75 mg/hari) dapat mengurangi produksi platelet oleh tromboksan. Hasil uji klinis memberikan keuntungan yang sedikit namun aspirin direkomendasikan dalam pencegahan preeklampsia terutama pada wanita dengan faktor resiko berikut: pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya, menderita

(48)

22

hipertensi kronik, terdapat penyakit ginjal atau autoimun. Berbagai studi menunjukkan bahwa penggunaan aspirin dosis rendah untuk mencegah preeklampsia tidak menyebabkan toksisitas pada janin dan neonatal, namun penggunaan aspirin dosis rendah pada kehamilan harus dibatasi karena masih diperlukan studi lebih lanjut tentang rasio manfaat dan resikonya (Briggs, 2010). i. Obat Gastrointestinal

Nyeri ulu hati yang terjadi selama kehamilan merupakan masalah yang relatif sering dijumpai dan 45-85% ibu hamil mengalaminya.Refluks lambung cenderung terjadi untuk pertama kali pada kehamilan sekitar 36 minggu karena adanya perubahan dalam traktus gastrointestinal bagian atas yang mencapai taraf maksimal pada kehamilan.Hal ini dikarenakan sfingter esofagus distal yang tidak bekerja dengan efektif, motilitas dan tonus lambung yang menurun, serta pengosongan lambung yang lambat (Jordan, 2004).

Penggunaan obat-obat antagonis histamin (H2) merupakan preparat yang efektif dan umumnya ditoleransi dengan baik.Obat golongan ini (simetidin, ranitidine, famotidin, nizatidin) banyak digunakan, dan di Amerika Serikat termasuk dalam kategori B FDA-AS, kecuali nizatidin. Umumnya obat-obat antagonis H2 hanya diberikan dalam trimester kedua dan ketiga ketika terjadi perubahan gaya hidup dan penggunaan sukralfat tidak berhasil mengatasinya (Jordan, 2004).

j. Obat Respiratori

Pada kehamilan terjadi perubahan fungsi dan anatomi tubuh termasuk saluran pernapasan, dimana kebutuhan oksigen meningkat.Perubahan ini terjadi karena adanya peningkatan kebutuhan oksigen basal pada akhir kehamilan sekitar

(49)

23

20-40 ml/menit.Dengan gejala umum, kongesti hidung, lender, nyeri tenggorokan, batuk kering atau produktif, sakit kepala dan demam ringan (Prawiroharjo, 2005).

Pada kehamilan penggunaan obat batuk dan selesma merupakan obat yang paling sering digunakan.Preparat simpatomimetik seperti pseudoefedrin atau fenilpropanolamin ataupun preparat antihistamin seperti difenhidramin banyak digunakan sebagai obat selesma (Jordan, 2004).Penggunaan pseudoefedrin, serta obat antihistamin yang mempunyai efek dekongestan seperti bromfeniramin, klorfeniramin serta meklozin tidak menyebabkan bayi lahir cacat, dari penelitian yang telah dilakukan. Untuk itu penggunaan obat respiratory pada ibu hamil dianjurkan menggunakan dosis serendah mungkin (Sartono, 2005 ).

k. Obat Kortikosteroid

Sejak tahun 1994 penggunaan obat kortikosteroid semakin banyak digunakan dalam penatalaksanaan persalinan prematur.Pemberian kortikosteroid pada bayi prematur dapat mengurangi insidens sindrom gawat napas neonatus, perdarahan intraventrikuler dan kematian neonatus.Penggunaan preparat steroid pada ibu hamil dengan pemberian oral lebih banyak efek sampingnya.Hal ini dikarenakan obat dapat melintasi plasenta dengan mudah (Jordan, 2004).

Pemberian steroid yang berulang-ulang akan menyebabkan kelambatan perkembangan saraf dan pertumbuhan yang buruk pada hewan dan mungkin pula pada manusia akan mengurangi pertumbuhan janin dan lingkaran kepala (Jordan, 2004).

l. Obat Antifungi

(50)

24

Penyakit karena bakteri dan virus sering dijumpai dibandingkan penyakit jamur (fungus) . Jamur yang patogen bersifat oportunis yaitu tumbuh normal pada permukaan tubuh dan akan menyerang tubuh hospes (inang) ketika terjadi supresi system kekebalan. Infeksi jamur bisa bersifat sistemik mengenai seluruh tubuh, atau superficial seperti pada tinea pedis dan tinea imbrikata. Candida albicans dalam kondisi yang merugikan akan berubah menjadi mikroorganisme patogen yang dapat terjadi kandidiasis (thrush) dan infeksi sistemik. Pada kehamilan, infeksi Candida dapat bertambah parah dikarenakan perubahan pH pada sekret vagina (Jordan, 2004).

Obat antifungi yang selektif terhadap sel-sel jamur adalah golongan polien, yaitu amfoterisin B dan nistatin.Nistatin digunakan sebagai preparat topical, untuk mengatasi kandidiasis vagina dan oral, dikarenakan nistatin bersifat kurang selektif dan lebih toksik daripada amfoterisin B (Jordan, 2004).

m. Obat Antikonvulsan

Hampir semua ibu hamil penderita epilepsi akan mendapatkan obat antiepilepsi. Umumnya terapi dengan satu macam obat (monoterapi) memberikan resiko yang lebih kecil daripada terapi lebih dari satu macam obat (politerapi).Obat antiepilepsi hanya boleh diberikan bila manfaat terapinya melebihi resiko serangan yang tidak terkontrol, mengingat semua obat antiepilepsi berpotensi teratogenik (Jordan, 2004).

Obat antikonvulsan yang biasa digunakan pada ibu hamil antara lain fenitoin, fenobarbital, karbamazepin, ethosuksimid, klonazepam dan asam atau Na-Valproat (Sartono, 2005 ). Fenitoin mempunyai efek yang tidak diharapkan

(51)

25

terjadi pada janin yang dikenal dengan sindrom hidantoin dengan ciri-ciri hambatan pertumbuhan, malformasi facial dan hambatan mental (Sartono, 2005 ).

Sebagian pakar yang berwenang menganggap golongan barbiturat (fenobarbital, primidon) tidak begitu teratogenik bila dibandingkan dengan obat antiepilepsi yang lain. Tetapi juga menyebabkan kekurangan asam folat pada ibu hamil selain gangguan pembekuan darah pada neonatus, gejala putus obat dan depresi pernapasan (Jordan, 2004). Ibu hamil yang menggunakan fenitoin, fenobarbital atau primidon memerlukan tambahan asam folat dan bayi yang dilahirkan memerlukan vitamin K. Dosis obat antikonvulsan yang tepat yaitu dosis yang dapat mencegah terjadinya serangan dan tidak menimbulkan toksisitas (Sartono, 2005 ).

Sampai saat ini hanya gabapentin, iamotrigin, okskarbazepin, tiagabin, topiramat dan vigabatrin yang sudah tercantum dalam BNF (British National Formularium) (Jordan, 2004).

(52)

1 BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan kondisi seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam rahim.Selama kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Oleh sebab itu, seorang ibu hamil pada masa kehamilannya memerlukan terapi obat karena gangguan kesehatan yang diderita, baik yang berkaitan maupun yang tidak berkaitan dengan proses kehamilannya (Depkes, RI., 2006).

Obat yang diminum oleh ibu hamil perlu mendapatkan perhatian, karena obat yang diminum dapat mempengaruhi janin yang dikandungnya.Ini disebabkan hampir sebagian besar obat dapat melintasi plasenta. Obat di dalam plasenta mengalami proses biotransformasi, dimana obat tersebut dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga terbentuk senyawa yang reaktif bersifat teratogenik (Depkes, RI., 2006).

Efek teratogenik biasanya hanya muncul pada saat fetus terpapar pada masa kritis perkembangan. Walaupun begitu, tidak semua fetus yang terpapar akan terkena efek. Resiko teratogenik juga sangat ditentukan dari seringnya penggunaan obat.Perkembangan implantasi dari telur yang telah dibuahi membutuhkan waktu 1-2 minggu.Oleh karena itu efek negatif dari penggunaan obat pada waktu ini seringkali menghasilkan aborsi spontan (Sukandar, 2013).

Pada umumnya hampir semua obat yang digunakan pada ibu hamil, akan mempunyai efek pada janin yang dikandungnya. Untuk menghindari efek obat

(53)

2

yang tidak diingini terhadap janin yang sedang tumbuh, pemilihan dalam menggunakan obat pada ibu hamil sangat penting untuk diperhatikan (Sartono, 2005).

Beberapa ibu hamil belum memperhatikan kondisi mereka dan melanjutkan penggunaan obat selama kondisi akut dan kronis. Secara umum, hingga 86% ibu hamil dilaporkan menggunakan beberapa jenis obat selama kehamilan dengan rata–rata penggunaan obat adalah 2,9 obat tiap pasiennya (Sukandar, 2013).

Para ahli di banyak negara telah menyiapkan sistem klasifikasi resiko berdasarkan data dari studi manusia dan hewan untuk membantu dokter menafsirkan resiko yang terkait dengan obat-obatan selama kehamilan. Klasifikasi yang paling terkenal, diperkenalkan oleh US Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 1979, dengan menggunakan huruf A, B, C, D dan X untuk lima

kategori yang memerlukan perhatian khusus terhadap kemungkinan efek terhadap janin (Hauser, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Nuraena (2005) dengan acuan Food and Drug Administration (FDA-USA) diperoleh hasil sebagai berikut: penggunaan

obat dengan kategori A sebanyak 65,08% (397 obat), kategori B sebesar 18,20% (111 obat), kategori C sebesar 13,44% (82 obat), kategori D sebesar 3,28% (20 obat), dan kategori X tidak ditemukan dalam penelitian ini.

Studi penggunaan obat pada pasien ibu hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan diperoleh 539 obat dari 334 kartu rekam medis ibu hamil dengan kategori obat A sebanyak 428 obat (79,40%), kategori obat B sebanyak 25 obat (4,63%), kategori obat C sebanyak 79 obat

(54)

3

(14,65%), kategori obat D sebanyak 7 (1,29%), dan kategori obat X tidak ditemukan (Vela, 2014).

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Penggunaan Obat Pada Pasien Ibu Hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi di RSUD dr. Pirngadi Medan, yang merupakan Rumah Sakit Tipe B (Pendidikan). Selain itu di Poliklinik Obtetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan belum pernah dilakukan penelitian tentang penggunaan obat pada pasien ibu hamil. Pada penelitian ini penggunaan obat mengacu pada kategori keamanan obat yang ditetapkan oleh FDA, yang mengkategorikan obat-obat menjadi 5 kategori yaitu kategori A, B, C, D, X. Dimana uraian tersebut sampai saat ini masih dipakai sebagai rujukan atau acuan di penjuru dunia, termasuk Indonesia.

(55)

4 I.2 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan obat pada pasien ibu hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2014. Parameter pengamatan yaitu jumlah penggunaan obat, golongan obat yang digunakan dan kategori obat oleh FDA. Kerangka pikir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.1 dibawah ini:

Parameter Pengamatan

Gambar 1.1 Skema Parameter Pengamatan

1.3Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Berapa jumlah penggunaan obat–obatan pada pasien ibu hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2014?

b. Golongan obat apa saja yang digunakan pada pasien ibu hamil?

c. Bagaimana peresepan obat pada pasien ibu hamil berdasarkan kategori FDA? ada Ibu Hamil

1. Jumlah penggunaan obat 2. Golongan obat yang digunakan 3. Kategori obat oleh FDA

Gambar

TABEL DATA PASIEN IBU HAMIL  DI POLIKLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLGI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014
Tabel  4.1Pasien ibu hamil berdasarkan kelompok usia
Tabel 4.2Jumlahpasien ibu hamil berdasarkan paritas
Tabel 4.3 Usia pasien ibu hamil berdasarkan paritas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran tindakan ibu-ibu hamil tentang pengambilan imunisasi TT Mayoritas responden dari setiap usia kehamilan yang diperolehi dari penelitian ini yang mempunyai tingkat

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu hamil terhadap kesadaran pemeriksaan kehamilan pada trimester III di

Hasil: hasil penelitian ini menunjukan bahwa ibu hamil resiko tinggi berdasarkan uji tabulasi silang didapatkan ibu hamil dengan kehamilan risiko tinggi mayoritas

Penelitian ini menggambarkan distribusi wanita hamil penderita BV yang memeriksakan diri ke Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan umur,

Hasil penelitian ini menentukan bahwa persepsi pasien tentang pelayanan keperawatan di poliklinik jantung RSUD Dr Pirngadi Medan adalah persepsi pasien yang kategori persepsi

Penelitian ini menggambarkan distribusi wanita hamil penderita BV yang memeriksakan diri ke Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan umur,

Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil , usia ibu hamil, keterpaparan informasi dengan pengetahuan ibu hamil mengenai kedaruratan obstetri ( tanda

Pada penelitian Nuraena ini memakai acuan Food and Drug Administration (FDA-USA) diperoleh hasil sebagai berikut : penggunaan obat dengan kategori faktor resiko A