• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah ekotoksikologi ANALISIS KONSENTR docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah ekotoksikologi ANALISIS KONSENTR docx"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PRODI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Jl. Achmad Yani Km. 36 Fakultas Teknik UNLAM Banjarbaru 70714,

Telp : (0511) 4773868 Fax: (0511) 4781730,Kalimantan Selatan,

(2)
(3)

MAKALAH EKOTOKSIKOLOGI

“ANALISIS KONSENTRASI BAHAN/ ZAT TOKSIK (BOD,COD, TSS, pH dan AMONIAK) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI KARET BERBASIS

SUMBER MODEL RLTEC DAN DILUSI”

DOSEN PENGAJAR :

Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., ST., Mkes. NIP : 19780420 200501 2 002

Disusun Oleh :

Tri Wardani (H1E113002)

M. Royan P.K (H1E113201)

M. Erwin batara (H1E113222)

Mursyid (H1E113224)

Betina Surya (H1E113242)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN BANJARBARU

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Kelompok : III ( Tiga)

Nama / NIM :Tri Wardani (H1E113002)

M. Royan P.K(H1E113201)

M. Erwin batara (H1E113222)

Mursyid (H1E113224)

Betina Surya (H1E113242)

Fakultas : Teknik

Program Studi : Teknik Lingkungan

Dengan ini telah menyelesaikan Tugas Ekotoksikologi.

Banjarbaru, Juni 2016

Disahkan Oleh

Dosen Pembimbing

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas taufik dan hidayah-Nya maka usaha – usaha dalam menyelesaikan makalah tugas Ekotoksikologi. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini banyak mendapat bantuan dan dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sutarto Hadi M.Si M.Sc selaku Rektor Universitas Lambung Mangkurat

2. Bapak Dr.Ing Yulian Firmana Arifin, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.

3. Bapak Dr. Rony Riduan S.T.,M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan.

4. Ibu Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., S.T., Mkes selaku dosen mata kuliah Ekotoksikologi.

5. Seluruh Dosen Teknik Linkungan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru dan jajarannya.

6. Teman-teman Teknik Lingkungan angkatan 2013.

Saran dan kritik yang konstruktif tetap penulis harapkan serta akan dijadikan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan makalah “Analisis Konsentrasi Bahan/ Zat Toksik ( BOD,COD, TSS dan Amoniak) Pada Industri Karet Berbasis Sumber Model RLTEC Dan Dilusi”. Akhirnya penulis mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penyusunannya. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru, Juni 2016

(6)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH KEPADA ...i

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

RANGKUMAN...ix

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan Penulisan...2

1.4Manfaat Penulisan...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4

2.1 Prediksi Berbasis Sumber...4

2.1.1 Model RLTEC (Release from the Technosphere)...4

2.1.2 Model Dilusi...7

2.2 Industri Karet...8

2.2.1 Proses Pengolahan Karet (sheet)...8

2.2.2 Karakteristik Limbah cair industri karet...9

2.3 Sumber Limbah Industri Karet...12

2.3.1 Bahan baku olahan karet rakyat...12

2.3.2 Bahan baku berasal dari lateks kebun...12

2.4 Analisis Paparan Suatu Bahan atau Zat...14

2.5 Prediksi Konsentrasi Bahan atau Zat dalam Ekosistem...17

2.6 Penerapan Ekotoksikologi Penerapan Ekotoksikologi Pada Rekayasa Teknologi Lingkungan...18

(7)

3.1 Hasil Pengukuran Limbah Industri dari Jurnal Penelitian Puti Sri

Komala dkk....21

3.2 Pembahasan...21

3.2.1 Analisis Konsentrasi Zat atau bahan pada Industri karet...22

3.2.2 Efek Bahan Atau Zat Limbah cair industri karet Bagi Ekosistem...25

3.2.3 Metode Pengolahan Limbah cair industri karet...25

BAB IVPENUTUP...29

4.1Kesimpulan...29

4.2Saran...29

DAFTAR PUSTAKA...30

SOAL DAN JAWABAN...33

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

RANGKUMAN

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Model RLTEC merupakan model yang digunakan mengestimasi lepasan zat ke berbagai media lingkungan udara, air dan tanah dari sumber-sumber kegiatan pabrikasi, produksi dan konsumsi.(1) Selain model RLTEC Model dilusi juga digunakan dalam prediksi ekstimasi pelepasan zat melalui titik pembuangan dan sumber pabrikasi. Dalam ekotoksikologi, model dilusi termasuk ke dalam analisis ekspose. Analisis ekspose sendiri merupakan paparan suatu bahan atau zat pencemar (bahan beracun) di lingkungan.(4)

Bahan atau zat pada limbah industri dapat bersifat toksik bagi lingkungan ekosistem maupun bagi manusia, limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan industri menghasilkan bebagai macam zat toksik yang berbahaya Industri pengolahan karet merupakan industri yang mengolah lateks (getah) karet menjadi karet setengah jadi, bentuk karet tersebut dapat berupa sheet, krep dan karet remah.(5) Dalam pengolahannya, industri karet menggunakan bahan-bahan kimia sebagai bahan koagulan lateks dan air dalam jumlah yang cukup besar untuk pencucian tangki-tangki tempat lateks serta untuk proses penggilingan. Dengan begitu limbah yang dihasilkan dari kegiatan tersebut berupa cairan. Limbah cair tersebut ditampung dalam kolam penampungan yang akan selanjutnya dibuang ke sungai setelah 3 hari. Limbah cair pabrik karet mengandung komponen karet yaitu protein, lipid, karotenoid, dan garam anorganik.(4)

(12)

kesehatan. Limbah industri karet cenderung menurunkan kualitas lingkungan seperti air, udara, tanah dan semua yang terkandung di dalamnya. Limbah cair karet di perairan dapat menghalangi masuknya oksigen terlarut ke dalam air.(4)

Besarnya potensi dampak buruk yang ditimbulkan oleh limbah cair industri karet terhadap organisme yang ada di perairan maupun yang bertempat tinggal di sekitaran sungai menyebabkan setiap pabrik karet harus mengolah air limbahnya sampai memenuhi persyaratan standar baku mutu yang berlaku. Salah satu contoh rekayasa teknologi dalam pengolahan limbah cair yaitu fitoremediasi, fitotoksikologi, bioremediasi.(16) Proses pengolahan limbah tersebut dapat mengurangi jumlah berbagai bahan atau zat toksik sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem perairan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu model RLTEC ?

2. Apa itu model Dilusi ?

3. Bagaimana karakteristik limbah cair industri Karet ?

4. Apa saja bahan atau zat yang terdapat dalam limbah cair industri karet ?

5. Apa bahaya bahan atau zat yang ditimbulkan limbah cair karet terhadap ekosistem dan lingkungan ?

6. Bagaimana cara mengolah limbah cair industri karet ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari Penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui model pencemaran RLTEC

2. Mengetahui model pencemaran Dilusi

3. Mengetahui Karakteristik limbah cair industri karet

(13)

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui model prediksi bahan atau zat 2. Mahasiswa dapat mengetui karakeristik limbah karet. 3. Mahasiswa dapat mengetahui bahaya limbah karet.

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prediksi Berbasis Sumber

2.1.1 Model RLTEC (Release from the Technosphere)

Model RLTEC digunakan untuk mengestimasi lepasan zat ke berbagai media lingkungan udara, air dan tanah dari sumber-sumber kegiatan pabrikasi, produksi dan konsumsi. Sumber zat yang diidentifikasi meliputi :

1. Kuantitas zat, jenis zat, jumlah zat dan kecepatan pemaparan.

2. Lokasi. (9)

Jalannnya racun di Lingkungan bergantung pada :

a. Sumbernya

Berdasarkan sumbernya zat/bahan terbagi atas beberapa kelompok,yaitu :

1. Sumber alami atau buatan.

Hal yang membedakan jenis racun di klasifikasi ini dengan jenis racun pada klasifikasi lainnya ialah racun jenis ini merupakan jenis racun asli yang berasal dari makhluk hidup seperti flora dan fauna, dan kontaminasi yang terjadi ketika suatu organisme mengalami kontak langsung dengan berbagai macam racun yang berasal dari lingkungan, seperti bahan baku (mentah) suatu industri yang mengandung racun ataupun hasil buangan dari industri tersebut yang beracun serta bahan sintetis yang beracun.(19)

2. Sumber berbentuk titik, area, dan bergerak.

(15)

atau penyebarannya tidak merata ke berbagai arah dan dapat bergerak maupun berupa sumber area. Contoh dari sumber distributif diantaranya ialah sumber yang berasal dari berbagai proses pembakaran (domestik) dan pertanian (penyemprotan insektisida didaerah pertanian, daerah endemis penyakit bawaan vector/insekta) serta perumahan. Sedangkan sumber non-distributif merupakan sumber yang berupa sumber , seperti halnya cerobong asap suatu pabrik, akhir dari pipa IPAL industri.(20)

A. Sumber domestik, komersial, dan industri yang lokasi sumber, sifat dan jenisnya berbeda.

Buangan domestik pada umumnya dapat kita temukan didaerah permukiman dan pada umumnya buangan domestik ini tidak terlalu beracun dan kebanyakan memiliki sifat organik, kecuali buangan ini terkontaminasi oleh buangan insektisida sisa obat d an lain-lain. Buangan komersial dapat sangat beragam, demikian pula dengan buangan industri. Buangan dalam kategori ini dapat berwujud gas, cairan, maupun padatan. Klasifikasi ini tidak dapat dipisah secara sempurna, karena buangan domestik akan tercampur didalam buangan komersial dan industri. (15)

B. Media Transpor

Ketika suatu zat memasuki lingkungan maka, jalannya zat/bahan tersebut bergantung pada media transpor yang membawanya. Media ini berupa udara, air, tanah,organisme, rantai makanan dan lain-lain. Media ini dapat berfungsi secara kontinu atau tidak kontinu, cepat atau lambat, jauh atau dekat, utuh atau tidak utuh serta teratur dan tidak teratur. Sehingga dekat atau tidaknya suatu zat dari lingkungan bergantung pada faktor di lingkungan yang mempengaruhinya.(1)

(16)

lingkungan akan mendistribusikannya ke berbagai kompartemen seperti air, tanah,udara dan biota.(18)

Distribusi ini terjadi dengan kompartemen terdekat seperti fase padat, cair dan gas dengan fase cair yang menyebabkan terjadinya kelarutan ; fase padat dan gas dengan fase gas menyebabkan volatisasi serta fase cair dengan padat menyebabkan adsorpsi. Kehadiran dan konsentrasi zat pada setiap kompartemen digunakan untuk memprediksi perilaku dan jalannya zat kimia di lingkungan. Apabila terjadi reaksi antara suatu zat dengan zat lainnya maka akan membentuk suatu senyawa yang akan mengalami transpor dan transformasi.Transpor tergantung pada daya larut zat, koefisien partisi antar kompartemen lingkungan, koefisien dissosiasi, formasi kompleks, leaching, up take oleh organisme, adsorptivitas dan sifat mudah atau tidaknya menguap maka transformasi tergantung dari ada atau tidaknya spesies lain.

Prediksi dan perilaku zat di lingkungan terbagi atas 3 kemungkinan, yaitu :

1. Zat/bahan tetap berada pada tempat dimana zat tersebut mulai masuk atau dilepaskan.

2. Zat atau bahan masuk ke lingkungan melalui media (air, tanah, udara, dan sedimen).

Zat atau bahan bertransformasi atau terurai melalui proses kimia,fisik atau biologi .(15)

C. Proses Transpor 1. Transpor dalam air

a. Adveksi adalah pergerakan bulk yang diakibatkan oleh aliran.

b.Difusi terjadi karena perbedaan konsentrasi, difusi ini terbagi menjadi dua yaitu difusi molekuler, disebabkan karena adanya pergerakan molekul secara acak sedangkan difusi turbulen (pengadukan)

c. Dispersi adalah pengadukan yang terjadi dalam air tanah ketika adveksi terjadi dalam kecepatan rendah yang tidak mengakibatkan turbulensi.

d.Kelas Penggunaan & Dispersi Zat

(17)

a.

Transpor pada partikel b. Transport dalam tanah c. Transport dalam air tanah d. Transport dalam udara .(15)

2.1.2 Model Dilusi

Model dilusi disebut juga dengan metode prediksi ekstimasi pelepasan zat melalui titik pembuangan dan sumber pabrikasi. Dalam ekotoksikologi, model dilusi termasuk ke dalam analisis ekspose. Analisis ekspose sendiri merupakan paparan suatu bahan pencemar (bahan beracun) di lingkungan. Model dilusi juga dikenal dengan pengenceran. Pengenceran disini, misalnya air limbah pada suatu pabrik sebelum dibuang ke badan air seperti sungai, terlebih dahulu diencerkan hingga konsentrasi pencemar yang ada di pada air limbah berada pada konsentrasi terendah.(7)

(18)

2.2 Industri Karet

Industri pengolahan karet merupakan salah satu pengolahan limbah dengan mengunakan model dilusi dimana proses pengolahan limbahnya dengan metode pengenceran. Industri pengolahan karet yang banyak ditemukan pada berbagai wilayah di Indonesia. Industri pengolahan karet alam merupakan industri yang mengolah lateks (getah) karet menjadi karet setengah jadi, bentuk karet tersebut dapat berupa sheet, krep dan karet remah.(22)

2.2.1 Proses Pengolahan Karet (sheet)

Sheet adalah salah satu produk karet alam yang telah sejak lama dikenal di pasaran. Pada masa sebelum perang dunia kedua, dalam perdagangan sheet dikenal “Java Standard Sheet”, yaitu berupa lembaran-lembaran sheet yang telah diasap, bersih dan liat, bebas dari buluk (jamur), tidak saling melekat, warna jernih, tidak bergelembung udara dan bebas dari akibat pengolahan yang kurang sempurna. Standard tesebut sampai sekarang masih dipertahankan sehingga perdagangan sheet masih mampu bertahan sampai saat ini. Adapun cara pengolahan sheet secara garis besar terdiri dari proses berikut :

1. Penerimaan lateks

Tahap awal pengolahan karet adalah penerimaan lateks dari kebut pohon karet yang telah disadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi.

e. Pengenceran

Pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya tetap dijaga. Pengenceran dilakukan dengan penambahan air bersih dan tidak mengandung unsur logam serta kadar bikarbonat.

f. Pembekuan

(19)

dengan pengadukan agar tercampur lateks secara merata serta membantu proses pembekuaan.

g. Penggilingan

Tujuannya untuk memperlebar karet dan membuang serum, menyeragamkan ketebalan karet untuk mempercepat proses pengasapan.

h. Pengasapan dan pengeringan

Tujuannya untuk menurunkan kadar air dan memberi warna pada karet serta mengawetkan lembaran karet.

i. Pengepakan

Pengepakan ini bertujuan untuk mempermudah pengumpulan karet sheet. (19)

2.2.2 Karakteristik Limbah cair industri karet

Dalam pengolahannya, industri karet menggunakan bahan-bahan kimia sebagai bahan koagulan lateks dan air dalam jumlah yang cukup besar untuk pencucian tangki-tangki tempat lateks serta untuk proses penggilingan. Dengan begitu limbah yang dihasilkan dari kegiatan tersebut berupa cairan. Karakteristik limbah cair dapat digolongkan pada karakteristik fisik, kimia, dan biologi sebagai berikut:

1.Karakteristik Fisik

Karakteristik fisik air limbah yang perlu diketahui adalah total solid, bau, temperatur, densitas, warna, konduktivitas dan turbidity.

1) Total solid

Total solid adalah semua materi yang tersisa setelah proses evaporasi pada suhu 103°C - 105°C. Karakteristik yang bersumber dari saluran air domestik, industri, erosi tanah, dan infiltrasi/inflow ini dapat menyebabkan bangunan pengolahan penuh dengan sludge dan kondisi anaerob dapat tercipta sehingga mengganggu proses pengolahan.

(20)

Karakteristik ini bersumber dari gas-gas yang dihasilkan selama dekomposisi bahan organic dari air limbah atau karena penambahan suatu substrat ke air limbah.

3) Temperatur

Temperatur air mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut di dalam air. Semakin tinggi temperatur air kandungan oksigen dalam air berkurang atau sebaliknya.

4) Density

Density adalah perbandingan antara massa dengan volume yang dinyatakan sebagai slug/ft3(kg/m3).

5) Warna

Air limbah yang berwarna, banyak menyerap oksigen dalam air, sehingga dalam waktu lama akan membuat air berwarna hitam dan berbau. Pada kenyataannya pencemaran oleh zat warna juga dapat menyebabkan gangguan estetika lingkungan.

6) Kekeruhan (Turbidity)

Turbidity atau dikenal sebagai kekeruhan ini diukur dengan perbandingan antara intensitas cahaya yang dipendarkan oleh sampel air limbah dengan cahaya yang dipendarkan oleh suspensi standar pada konsentrasi yang sama.

2. Karakterisitik Kimia

Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perlu diidentifikasi yaitu, bahan organik, anorganik, dan gas

1) Bahan organik

(21)

pestisida dan fenol, dimana sumbernya adalah limbah domestik, komersil, industri kecuali pestisida yang bersumber dari pertanian dan fenol dari industri.

2) Bahan anorganik

Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh asal air limbah. Pada umumnya berupa senyawa-senyawa yang mengandung logam berat, senyawa senyawa anorganik yang bersifat asam kuat dan basa kuat, senyawa fosfat, senyawa nitrogen (amonia, nitrit, dan nitrat), dan juga senyawa-senyawa belerang (sulfat dan hidrogen sulfida).

3) Gas

Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak diolah adalah nitrogen (N2), oksigen (O2), metana (CH4), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), dan karbon dioksida (CO2).

3. Karakterisitik Biologi

Pada air limbah, karaktreristik biologi menjadi dasar untuk mengontrol timbulnya penyakit yang dikarenakan organisme patogen. Karakteristik biologi tersebut seperti bakteri dan mikroorganisme lainnya yang terdapat dalam dekomposisi dan stabilisasi senyawa organik.

Limbah cair pabrik karet mengandung komponen karet (protein, lipid, karotenoid, dan garam anorganik), lateks yang tidak terkoagulasi dan bahan kimia yang ditambahkan selama pengolahan. Karakteristik limbah cair pabrik karet tersebut yaitu berwarna keruh dan berbau tidak enak. Adanya bahanbahan organik tersebut menyebabkan nilai BOD dan COD menjadi tinggi. Limbah dengan karakteristik tersebut dapat mencemari lingkungan, baik pencemaran udara maupun pencemaran air.(5)

2.3 Sumber Limbah Industri Karet

(22)

2.3.1 Bahan baku olahan karet rakyat

Bahan baku karet rakyat berbentuk koagulum (bongkahan) yang telah dibubuhi asam semut, dan banyak mengandung air dan unsur pengotor dari karet baik disengaja maupun tidak disegaja oleh kebun rakyat. Sumber limbahnya antara lain:

a. Penyimpanan koagulum

b. Sebelum produksi terlebih dulu karet disempot air sehingga menghasilkan limbah

c. Pencacahan koagulum lalu di cuci dengan air lagi

d. proses peremahan dengan hammer mill juga menghasilkan limbah cair, waaupun jumlahnya relatif kecil.

2.3.2 Bahan baku berasal dari lateks kebun

Dalam proses produksi untuk meghasilkan karet digunakan air lebih sedikit, tetapi mempunyai bahan kimia didalam air limbahnya. Sumber limbahnya adalah dari proses pencacahan dan peremahan.

Pengaruh tiap parameter terhadap lingukungan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. BOD

BOD merupakan salah satu parameter limbah yang memberi gambaran atas tingkat polusi air. Semakin tinggi nilai BOD menunjukkan makin besar oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme merubah organik. Makin tinggi kandungan bahan organik akan menyebabkan makin berkurangnya konsentrasi oksigen terlarut di dalam air yang akhirnya berakibat kematian berbagai biota air. Pengurangan konsentrasi oksigen terlarut menyebabkan kondisi aerob bergeser ke kondisi anaerob.

b. COD

(23)

c. Padatan Terendap

Padatan terendap menunjukkan jenis padatan yang terkandung di dalam cairan limbah yang mampu mengendap di dasar cairan secara gravitasi dalam waktu paling lama sekitar 1 jam.

d. Padatan Tersuspensi

Padatan tersuspensi adalah padatan yang membentuk suspensi atau koloid. Secara kasat mata padatan ini terlihat mengapung atau mengambang serta mengeruhkan air karena berat jenisnya relatif rendah.

e. Padatan Terlarut

Padatan ini bersama-sama dengan suspensi koloid tidak dapat dipisahkan secara penyaringan. Pemisahannya hanya dapat dilakukan dengan proses oksidasi biologis atau koagulasi kimia.

f. Kandungan Nitrogen

Bentuk senyawa nitrogen yang paling umum adlah protein amonia, nitrit dan nitrat. Ketiga jenis terakhir ini dihasilkan dari perombakan protein, sisa tanaman dan pupuk yang tersisa di dalam cairan limbah.

g. Derajat Keasaman (pH)

Suatu cairan dikatan bersifat normal bila pH = 7 . makin rendah nilai pH artinya air makin bersifat asam, sebaliknya makin tinggi bersifat basa. (12)

2.4 Analisis Paparan Suatu Bahan atau Zat

Analisis pemaparan suatu zat merupakan proses kajian pergerakan zat dari sumber aktivitasnya hingga mencapai lingkungan dimana zat akan menetap atau keadaan suatu zat ketika zat tersebut keluar dari sumbernya. Analisis pemaparan ini akan menghasilkan prediksi distribusi konsentrasi (PDK). PDK ini digunakan sebagai dasar penetapan konsentrasi zat untuk mengkaji efek negatif bagi makhluk hidup.(9)

Analisis pemaparan terdiri atas 3 tahapan, yaitu : a. Sumber zat hasil dari suatu aktivitas

b. Transpor zat melalui media lingkungan yang meliputi pengenceran dan transformasi

c. Tempat tujuan dimana zat itu akan berada.(10)

(24)

Gambar 2.1 Analisis Pemaparan

Dengan mempelajari ekotoksikologi dapat diketahui keberadaan polutan dalam suatu lingkungan (ekosistem) yang dalam waktu singkat, dapat menyebabkan perubahan biokimiawi suatu organisme. Selanjutnya perubahan tersebut dapat mempengaruhi perubahan fisiologis dan respon organisme, perubahan populasi, komposisi komunitas, dan fungsi ekosistem. Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.

Transpor

Zat

melalui

media

lingkung

an

Pengencer an zat

Tempat tujuan zat

transform asi zat Sumber

(25)

Gambar 2.2. Sumber, distribusi, transpor, dan transformasi polutan serta respon terhadap polutan pada organisme, populasi, komunitas, dan ekosistem.(13)

Berdasarkan gambar di atas, polutan dilepaskan dari sumber polutan ke dalam ekosistem, selanjutnya mengalami proses distribusi dan transpor melalui daur atau siklus biogeokimia serta mengalami transformasi, baik secara fisik atau biologis. Polutan tersebut kemudian dapat diuptake oleh organisme dan dapat menyebabkan efek lethal (kematian) dan sublethal. Dalam tubuh organisme, polutan dapat mengalami biotransformasi dan bioakumulasi. Selanjutnya, terjadi perubahan karakteristik dan dinamika populasi (reproduksi, imigrasi, recruitment, mortalitas), struktur dan fungsi komunitas (diversitas spesies, perubahan hubungan predator-prey), dan fungsi ekosistem (respirasi terhadap rasio fotosintesis, laju siklus nutrien, dan pola aliran nutrien).

(26)

dipengaruhi oleh sejumlah proses pengangkutan seperti evaporasi (penguapan), presipitasi, pencucian dan aliran. Penguapan akan menurunkan konsentrasi bahan toksik dalam air, sedangkan presipitasi, pencucian dan aliran cenderung meningkatkan konsentrasi bahan toksik. (Connel dan Miller, 1995).

Dalam ekotosikologi diketahui bahan -bahan toksik yang berupa senyawa kimia organik yang dapat bersifat toksik atau menimbulkan pengaruh merugikan lingkungan perairan antara lain: protein, karbohidrat, lemak dan minyak, pewarna, asam-asam organik, fenol, deterjen dan pestisida organik. Pengaruh negatif senyawa kimia organik terhadap organisme perairan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti konsentrasi senyawa kimia, kualitas fisika-kimia air, jenis, stadia dan kondisi organisme air serta lama organisme terpapar senyawa kimia tersebut . Keberadaan polutan dalam suatu lingkungan (ekosistem) yang dalam waktu singkat, dapat menyebabkan perubahan biokimiawi suatu organisme.Selanjutnya perubahan tersebut dapat mempengaruhi perubahan fisiologis dan respon organisme, perubahan populasi, komposisi komunitas, dan fungsi ekosistem.(1)

2.5 Prediksi Konsentrasi Bahan atau Zat dalam Ekosistem

Ekosistem adalah suatu sistem yang saling mengikat dan saling menyokong dalam tatanan lingkungan yang mencakup segala bentuk aktivitas dan interaksi yang terdapat di dalamnya. Ekotoksikologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang jalannya racun di lingkungan, pengaruhnya, penyelesaian serta mekanisme terjadinya paparan racun tersebut terhadap segala bentuk aktivitas dan interaksi yang terdapat di lingkungan. Ekokinetika berasal dari kata kinetic yaitu gerak, dan eko yaitu ekosistem.Ekokinetika adalah gerak suatu zat atau racun di dalam ekosistem yang tergantung pada sifat fisika, kimia, dan biologi.

Perjalanan suatu zat atau bahan di lingkungan dapat diketahui melalui sifat fisik dan kimia dari zat atau bahan tersebut. Sifat fisika dan kimia ini terbagi atas :

(27)

Sifat fisik atau kimia dipengaruhi oleh berat molekul. Pengelompokan zat kimia dibagi menjadi zat kimia yang bersifat polar dan non-polar. Molekul yang mempunyai polaritas bersifat hidrofilik (menyukai air), sehingga lebih terlarut dalam air. Sedangkan molekul non-polar yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) lebih suka berada pada tempat-tempat yang kaya organik dan akan teradsorbsi dengan kuat.(15)

b. Kelarutan

Penyebaran suatu zat di lingkungan dipengaruhi oleh kelarutan. Semakin mudah larut maka semakin luas distribusi zat tersebut. Kelarutan suatu zat dapat digunakan untuk mengukur pergerakan atau mobilitas suatu zat di lingkungan.(15)

c. Volatilisasi atau Penguapan

Volatilisasi atau penguapan terjadi dari fase gas/udara dan fase padat/tanah ke fase gas. Volatilisasi suatu zat tergantung pada angin, ekstraksi air dan agitasi tanah oleh organisme. Penguapan ini juga dipengaruhi oleh sifat inheren dari zat tersebut.(15)

2.6 Penerapan Ekotoksikologi Penerapan Ekotoksikologi Pada Rekayasa Teknologi Lingkungan

Teknologi dapat didefinisikan teknik yang bersumber dari keadaan pengetahuan manusia saat ini tentang bagaimana cara untuk memadukan sumber-sumber, guna menghasilkan produk-produk yang dikehendaki, menyelesaikan masalah, memenuhi kebutuhan, atau memuaskan keinginan , meliputi metode teknis, keterampilan, proses, teknik, perangkat dan bahan mentah. Rekayasa adalah proses berorientasi tujuan dari perancangan dan pembuatan peralatan dan sistem untuk mengeksploitasi fenomena alam dalam konteks praktis bagi manusia, seringkali menggunakan hasil-hasil dan teknik-teknik dari ilmu. Teknologi seringkali merupakan konsekuensi dari ilmu dan rekayasa.(18)

(28)

dan remediation yang berasal dari kata Latin remedium yang berarti menyembuhkan. Fitoremediasi berarti juga menyelesaikan masalah dengan cara memperbaiki kekurangan. Dengan demikian fitoremediasi adalah pemanfaatan tumbuhan, mikroorganisme untuk meminimalisasi dan mendetoksifikasi bahan pencemar, karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam-logam berat dan mineral yang tinggi atau sebagai fitoakumulator dan fotochelator. Konsep pemanfaatan tumbuhan dan mikroorganisme untuk meremediasi tanah terkontaminasi bahan pencemar adalah pengembangan terbaru dalam teknik pengolahan limbah. Fitoremediasi dapat diaplikasikan pada limbah organik (BOD,COD, TSS) maupun anorganik (Amonia) dalam bentuk padat, cair dan gas. (18)

Tumbuhan mempunyai kemampuan untuk menahan substansi toksik dengan cara biokimia dan fisiologisnya serta menahan substansi non nutritive organik yang dilakukan pada permukaan akar. Bahan pencemar tersebut akan dimetabolisme atau diimobolisasi melalui sejumlah proses termasuk reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisa enzimatis. Mekanisme fisiologi fitoremediasi dibagi menjadi :

1. Fitoekstraksi : pemanfaatan tumbuhan pengakumulasi bahan pencemar untuk memindahkan logam berat atau senyawa organik dari tanah dengan cara mengakumulasikannya di bagian tumbuhan yang dapat dipanen.

2. Fitodegradasi : pemanfaatan tumbuhan dan asosiasi mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa organik.

3. Rhizofiltrasi : pemanfaatan akar tumbuhan untuk menyerap bahan pencemar, terutama logam berat, dari air dan aliran limbah.

4. Fitostabilisasi : pemanfaatan tumbuhan untuk mengurangi bahan pencemar dalam lingkungan.

(29)

Menurut Corseuil & Moreno (2000), mekanisme tumbuhan dalam menghadapi bahan pencemar beracun adalah :

1. Penghindaran (escape) fenologis. Apabila pengaruh yang terjadi pada tanaman musiman, tanaman dapat menyelesaikan siklus hidupnya pada musim yang cocok.

2. Ekslusi, yaitu tanaman dapat mengenal ion yang bersifat toksik dan mencegah penyerapan sehingga tidak mengalami keracunan.

3. Penanggulangan (ameliorasi). Tanaman mengabsorpsi ion tersebut, tetapi berusaha meminimum kan pengaruhnya. Jenisnya meliputi pembentukan khelat (chelation), pengenceran, lokalisasi atau bahkan ekskresi.

4. Toleransi. Tanaman dapat mengembangkan sistem metabolit yang dapat berfungsi pada konsentrasi toksik tertentu dengan bantuan enzim

Untuk prosfek dari fitoremediasi ,walaupun teknologi fitoremediasi masih dalam tahap perkembangan dan banyak hal belum terjawab, penerapan teknologi fitoremediasi untuk pemulihan lingkungan merupakan alternatif terbaik saat ini karena biaya yang relative murah dibanding dengan teknologi berbasis fisika dan kimia.Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan dan mikroorganisme yang besar. Dalam suatu pertemuan yang diadakan di LIPI, Bandung, sebuah tim peneliti dari Inggris mengungkapkan bahwa mereka berhasil mengisolasi >120 jenis mikroorganisme dari segumpal tanah yang mereka peroleh dari lantai hutan di Ujung Kulon. Dan beberapa di antara mikroorganisme tersebut mempunyai kemampuan untuk mendegradasi xenobiotika seperti senyawa organik aromatik berkhlor. Hal ini menunjukkan potensi alam Indonesia yang perlu dimanfaatkan.(18)

Dalam hubungannya dengan pemanfaatan tumbuhan sebagai agensia pemulihan lingkungan tercemar, yaitu :

1. Laju akumulasi harus tinggi.

(30)

Pemilihan tumbuhan yang mempunyai daya serap dan akumulasi tinggi terhadap logam berat merupakan priorotas yang sangat penting. Karena walaupun telah disebutkan sebelumnya bahwa beberapa tumbuhan bersifat hiperakumulator, namun kebanyakan tumbuhan tersebut berasal dari wilayah beriklim sedang. Sehingga perlu dicari tumbuhan asli yang tentunya sudah beradaptasi baik dengan iklim Indonesia.(18)

(31)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengukuran Limbah Industri dari Jurnal Penelitian Puti Sri Komala dkk.

Tabel 3.1 Kualitas Limbah Cair Industri Karet PT. Lembah Karet Padang Parameter Limbah Cair Karet (mg/l) Baku Mutu (mg/l)

BOD 150 60

COD 300 200

TSS 150 100

Amoniak 13 5

pH 5,6 6-9

(Sumber:Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah).

3.2 Pembahasan

Model RLTEC merupakan model yang digunakan mengestimasi lepasan zat ke berbagai media lingkungan udara, air dan tanah dari sumber-sumber kegiatan pabrikasi, produksi dan konsumsi. Pada industri karet, jumlah lepasan zat yang paling banyak dihasilkan berupa limbah cair yang berpotensi mencemari lingkungan, limbah cair yang dihasilkan berasal dari proses pengolahan Dalam prediksi ekstimasi pelepasan zat melalui titik pembuangan dan sumber pabrikasi digunakan model dilusi merukan metode analisis ekspose. Analisis ekspose sendiri merupakan paparan suatu bahan atau zat pencemar (bahan beracun) di lingkungan.

(32)

38,671 m3 ton karet remah sedangkan limbah karet remah berbahan baku lateks sebesar 24,518 m3/tonkaret kering.(6)

Pada dasarnya limbah cair industri karet remah tidak banyak mengandung bahan kimia dan logam berat karena proses pengolahannya merupakan rangkaian dari proses penerimaan lateks, pengenceran, pembekuan, pengasapan dan pengeringan. Limbah yang dihasilkan banyak mengandung bahan organik dan amoniak dengan konsetrasi yang tinggi.(2)

3.2.1 Analisis Konsentrasi Zat atau bahan pada Industri karet

Berdasarkan penelitian dari beberapa jurnal, konsentrasi bahan/zat dalam limbah cair industri karet seperti BOD, COD, TSS, pH dan amoniak berada diatas baku mutu, berikut hasil analisis konsentrasi limbah cair industri karet :

3.2.1.1 pH

pH merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat pencemaran pada perairan. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik.

pH pada hasil output pengolahan karet PT. Lembah Karet Padang berada pada angka 5,9. pH ini berada dibawah baku butu yang ditentukan oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbahditentukan bahwa baku mutu pH yang boleh dibuang ke lingkungan adalah pada kisaran angka 6,0-9,0. Nilai pH yang dibawah baku mutu dapat mempengaruhi ekosistem perairan. pH yang rendah dapat menyebabkan tingkat korosi yang tinggi pada air sungai sehingga dapat menimbulkan kerak pada besi dan berdampak negatif pada mahluk hidup.

3.2.1.2 TSS (Total Suspended Solid)

(33)

kekeruhan pada air. Limbah cair yang mempunyai kandungan zat tersuspensi tinggi tidak boleh dibuang langsung ke badan air karena disamping dapat menyebabkan pendangkalan juga dapat menghalangi sinar matahari masuk kedalam dasar air sehingga proses fotosintesis mikroorganisme tidak dapat berlangsung. Hasil yang ditunjukkan dari penelitian jurnal adalah sebesar 150 mg/L.

Hasil uji tidak memenuhi baku mutu sesuai dengan peraturan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, nilai baku mutu dari kadar TSS sebesar 100 mg/L. Hasil tersebut menyatakan bahwa air hasil dari pengolahan limbah karet memiliki kadar TSS yang cukup tinggi. Tingkat kandunggan TSS yang tinggi dapat berpengaruh terhadap pendangkalan sungai, dan kekeruhan menjadi sumber toksikologi di perairan tersebut. Dengan demikian air hasil pengolahan tersebut perlu proses pengolahan sebelum dibuang sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan perairan.

3.2.1.3 NH3 (Amoniak)

Amoniak merupakan senyawa nitrogen organik yang bersifat toksik terhadap organisme yang hidup di perairan. Amonia sangat toksik walau dalam konsentrasi yang sedikit. NH3 dari hasil pengolahan karet di PT. Lembah Karet Padang berdasarkan data penelitian yang dilakukan nilai amoniak sebesar angka 13 mg/L yang berada di atas baku mutu dari total zat NH3 yang boleh dibuang ke lingkungan yaitu sebesar 5 mg/L sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah. Konsentrasi NH3 yang tinggi dalam perairan dapat bersifat toksik akut menyebabkan kematian, sedang perlakuan kronis dapat menimbulkan kerusakan ginjal, mereduksi pertumbuhan dan malfungsi otak, penurunan nilai darah serta mereduksi kapasitasi pembawa oksigen pada tubuh ikan.

3.2.1.4 BOD (Biological Oxygen Demand)

(34)

terlarut dan tersuspensi dalam air buangan. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, jika suatu badan air tercemar oleh zat organik maka bakteri akan dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses biodegradable berlangsung, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada biota air dan keadaan pada badan air dapat menjadi anaerobik yang ditandai dengan timbulnya bau busuk.

Hasil uji sampel menunjukkan data kadar BOD pada air limbah cair industri karet dari PT. Lembah Karet Padang adalah sebesar 150 mg/L. Hasil ini tidak memenuhi baku mutu sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah. Di dalam peraturan tersebut, nilai baku mutu dari kadar BOD telah ditetapkan sebesar 60 mg/L. Air hasil dari pengolahan karet memiliki kadar BOD yang tinggi sehingga perlu proses pengolahan sebelum berlebih akan mengakibatkan kandungan oksigen terlarut di perairan menjadi rendah, akibatnya oksigen bagi sumber kehidupan makhluk air tidak dapat terpenuhi. Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan kadar COD pada hasil pengolahan industri karet dari PT. Lembah Karet Padang adalah sebesar 300 mg/L. Hasil tidak memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah. , sebesar 200 mg/L. Sehingga perlu proses pengolahan sebelum dibuang kesungai agar tidak menimbulkan dampak pencemaran yang tinggi.

3.2.2 Efek Bahan Atau Zat Limbah cair industri karet Bagi Ekosistem

(35)

nitrogen, fosfor dan senyawa amoniak yang cukup tinggi sehingga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan bila tidak diolah dengan baik sebelum dibuang kelingkungan.(22)

Adanya bahan-bahan organik tersebut menyebabkan nilai BOD dan COD menjadi tinggi dalam batas-batas tertentu dapat bersifat toksik bagi ekosistem dalam perairan. Limbah cair industri karet yang tidak diolah secara optimal dapat menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan jika dibuang langsung kesungai dalam jumlah besar menimbulkan air sungai menjadi keruh dan berbau tidak sedap, menghalangi masuknya oksigen terlarut kedalam air bahkan bisa menyebabkan ikan disungai menjadi mabuk dan mati (5). Air limbah cenderung menurunkan kualitas lingkungan seperti air, udara, tanah dan semua yang terkandung di dalamnya. Selain itu bagi manusia yang memanfaatkan air yang telah tercemar untuk mandi, mencuci bahkan mengonsumsi air sungai dapat menyebabkan munculnya berbagai penyakit termasuk penyakit kulit juga merupakan media penularan penyakit di masyarakat Penampungan dan pembuangan air limbah yang memenuhi kesehatan persyaratan yang diperlukan untuk melindungi, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat. lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air limbah dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. air limbah dapat berkembang biak situs mikroorganisme patogen yang dapat mentranmisi penyakit (21).

3.2.3 Metode Pengolahan Limbah cair industri karet

Limbah cair industri karet yang tidak diolah secara optimal dapat menjadi salah satu penyebab dari kerusakan lingkungan. Agar limbah hasil pengolahan industri karet dapat dibuang ke badan lingkungan dengan aman dan tidak mencemari lingkungan, maka perlu metode pengolahan limbah cair industri karet. Cara penurunan bahan atau zat yang terkandung dalam limbah cair industri karet dapat menggunakan beberapa metode :

3.2.4.1 Metode fitoremidiasi

(36)

Tanaman A. microphylla muda berumur 2 hari dibiakkan pada bak-bak berdiameter 40 cm. Dibiarkan selama 7 hari, lalu memilih A. microphylla yang berdiameter (1,5 cm, warna daun hijau cerah dan panjang akar (2 cm). Dilakukan uji pendahuluan selama 7 hari untuk menentukan konsentrasi air limbah yang tertinggi yang memungkinkan A. microphylla dapat tumbuh dengan baik. Sebelum proses fitoremidiasi limbah cair industri karet diencerkan dengan Konsentrasi limbah cair yang digunakan yaitu 25%, 50%, 75%, 100 %. Sebelum dan sesudah perlakuan, limbah cair diukur parameter fisika dan kimianya meliputi pH, BOD, COD, TSS, dan NH3 berdasarkan metode Alaerts dan Santika (1984). Pengukuran dilakukan setelah 12 hari perlakuan. Pemberian tanaman A. microphylla berpengaruh dalam memperbaiki kualitas limbah cair pabrik karet terutama untuk menurunkan suhu, BOD, dan TSS.

3.2.4.1 Metode Bioremediasi

Salah satu metode pengolahan yang memanfaatkan media tanah adalah Multi Soil Layering (MSL), yaitu media tanah sebagai media utama disusun dalam sebuah konstruksi susunan batu bata yang terdiri atas lapisan campuran tanah dengan 10-35% partikel besi, bahan organik dan lapisan zeolite (Wakatsuki dkk., 1993). MSL dilengkapi 2 zone pengolahan yaitu zone aerob pada lapisan zeolite dan zone anaerob pada lapisan tanah (Salmariza, 2002). Mekanisme pengolahan pada reaktor MSL merupakan kombinasi proses fisika, kimia dan biologi. Dalam pengolahan biologis, bakteri merupakan komponen terbesar yang berperan dalam mendegradasi limbah dengan jumlah lebih dari 1013 bakteri/m2 permukaan tanah (Masunaga dkk, 2012). Efisiensi pengolahan limbah cair industri karet dengan menggunkan konsorsium bakteri seperti dalam penelitiaan yang dilakukan oleh (Puti dkk, 2012) dapat dilihat sebagai berikut :

1. Penyisihan BOD

(37)

yang ada mampu menurunkan senyawa organik biodegradable ini terutama pada zona aerob. Pada kondisi ini bakteri memerlukan senyawa organik untuk pertumbuhannya.

Hasil degradasi senyawa organik kompleks yang ada dalam limbah cair karet ditransformasikan menjadi senyawa organik yang lebih sederhana diuraikan leboh lanjut pada kondisi anaerob melalui proses fermentasi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan uji reaksi karbohidrat pada semua jenis bakteri yang diuji. Hampir semua bakteri mampu menguraikan senyawa gula (glukosa, sukrosa, laktosa dan manitol) yang merupakan jenis-jenis senyawa organik sederhana.

2. Penyisihan COD

(38)

3. Penyisihan amoniak

Parameter amoniak tidak mempunya i pengaruh terhadap bakteri pada kondisi anaerob karena penurunan parameter amoniak terjadi pada zone aerob. Penurunan amoniak terjadi melalui proses oksidasi pada zone aerob menghasilkan senyawa nitrat yang selanjutnya direduksi pada zone anaerob melalui proses denitrifikasi. Hal yang sama diungkapkan oleh Wakatsuki dkk. (1993) lapisan aerob dapat meningkatkan nitrifikasi melalui oksidasi amoniak menjadi nitrit dan nitrat, sedangkan pada lapisan anaerob dapat terjadi proses denitrifikasi melalui reduksi nitrat menjadi nitrous oksida dan gas nitrogen.

4. pH

Limbah cair karet mempunyai pH 4,7 - 9, sementara sebagian besar bakteri hidup pada rentang 5,3 - 7,5. Namun dengan kemampuannya beradaptasi mkroorganisme tersebut dapat hidup pada rentang asam maupun basa yang terdapat pada limbah cair karet serta menetralisir limbah menjadi netral.

(39)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Model RLTEC digunakan untuk mengestimasi lepasan zat ke berbagai media lingkungan udara, air dan tanah dari sumber-sumber kegiatan pabrikasi, produksi dan konsumsi.

2. Model dilusi disebut juga dengan metode prediksi ekstimasi pelepasan zat melalui titik pembuangan dan sumber pabrikasi.

3. Karakteristik limbah cair pabrik karet yaitu berwarna keruh dan berbau tidak enak.

4. Konsentrasi bahan atau zat (BOD,COD, TSS dan Amoniak) yang berlebihan pada limbah cair karet dapat bersifat toksik bagi mahluk hidup dan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.

5. Metode pengolahan limbah cair industri karet dapat dilakukan dengan rekayasa teknologi dalam lingkungan yaitu fitoremediasi, bioremediasi dan lain sebagainya.

4.2 Saran

Adapun saran dari penulisan ini ialah :

(40)

DAFTAR PUSTAKA

1)Aryani, Sunarto dan Tertri. 2004. Toksisitas Akut Limbah Cair Pabrik Batik CV. Giyant Santoso Surakarta dan Efek Sublethalnya terhadap Struktur Mikroanatomi Branchia dan Hepar Ikan Nila (Oreochromis niloticus T.). Jurnal Bio Smart Vol.6 No.2. ISSN: 1412-033X

2)Chasri Nurhayati dkk, 2013. Optimasi Pengolahan limbah cair karet Remah menggunakan mikroalga Indigen dalam menurunkan kadar BOD,COD, TSS. Universitas Sriwijaya, Palembang.

3)Dix, H.M. 1981. Environmental Pollution. John Willey & Sons: New York

4)DR.Harmita, dkk. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 3. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

5)Dwi Yulianti dkk, 2005. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Karet PTPN IX Kebun Batu Jamus Karanganyar Hasil Fitoremediasi dengan Azolla microphylla Kaulf untuk Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa Linn.). Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

6) Gapkindo, 1992. Rencana Pengendalian Limbah Crumb Ruber. Gapkindo. Indonesia

7)Habiburohman. 2013. Makalah Pengetahuan Lingkungan Pengolahan Limbah

Cair. http://abby1807.blogspot.com/2013/06/makalah-pengetahuan

lingkungan.html

8)Husni, Hayatul. 2010. Uji Toksisitas akut Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Ikan Mas (Cyprinus Carpio Lin). Jurnal Jurusan Teknik Lingkungan. Universitas Andalas.

9)MacKay D, Paterson S and Schroeder W H (1986) Model describing the rates of transfer processes of organic chemicals between atmosphere and water. Environmental Science and Technology, 20(8), 810-816.

(41)

11)Masunaga, T., K. Sato, , dan T. Wakatsuki.Soil’s Environmental Purifying Function - Polluted Water Treatment by Multi-Soil-Layering System. (http://wwwwec.web.ntut.edu.tw/ezfiles/31/1031/img/155/169121271.pdf

12)Prastiwi Nadia, 2010.Pengelolaan Limbah cair industri karet. Universitas

Lambung Mangkurat. Banjarbaru

13)Puspito, Andhikan. 2004. Ekotoksikologi. Universitas Gajah Mada: Yogjakarta.

14)Puti Sri K dkk, 2012. Identifikasi Mikroba Anaerob Dominan Pada Pengolahan Limbah Cair Pabrik Karet Dengan Sistem Multi Soil Layering (Msl). Universitas Andalas.

15)Saeni MS, 1989. Kimia lingkungan.Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan Dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. IPB. Bogor.

16)Salmariza, 2002. Minimalisasi Pencemaran Industri Crumb Rubber dengan

Metoda MSL (Multi Soil Layering). Padang, Sumatera Barat.

17)Santika dan Aleart G, 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya

18)Sarwoko dan Samudro, 2009. Ekotoksikologi Teknosfer. Guna Widya. Surabaya.

19)Setyamidjaja, Djoehana. 1982. Karet Budidaya dan Pengolahan. CV. Yusa Guna: Jakarta

20)Siringoringo, H.H, 2000. “Kemampuan Beberapa Jenis Tanaman Hutan Kota Dalam Menjerap Partikulat Timbal”. Bul. Pen. Hutan.

21) Sholihah Qomariyatus, 2015. Relationship between Knowledge, Environmental

Sanitation and Personal Hygiene with Scabies (Observational study in the Diamond Miners Community of Cempaka District Banjarbaru South Kalimantan).universitas Lambung mangkurat. Banjarbaru

(42)

23)Wakatsuki, T., H. Esumi dan S. Omura, 1993. High performance and N &

Premovable on-site domestic wastewater treatment system by Multi Soil Layering Method, Wat. Sci. Tech., 27, (1), 31-40

(43)

SOAL DAN JAWABAN

1. Model yang digunakan untuk mengestimasi lepasan zat zat ke berbagai media lingkungan udara, air dan tanah dari sumber-sumber kegiatan pabrikasi, produksi dan konsumsi disebut ?

2. Transformasi atau perpindahan bahan toksik di lingkungan yang terjadi secara fisik dapat melalui proses ? menghalangi sinar matahari masuk kedalam dasar air sehingga proses fotosintesis mikroorganisme tidak dapat berlangsung disebabkan oleh tingginya kandungan bahan/zat ?

4. Bakteri yang menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses biodegradable berlangsung, dapat mengakibatkan kematian pada biota air dan keadaan pada badan air dapat menjadi anaerobik dapat menimbulkan bau busuk hal ini disebabkan oleh?

a. Kandungan pH tinggi

b. Kandungan BOD tinggi c. Kandungan COD tinggi

d. Kandungan Amoniak tinggi

e. Kandungan TSS tinggi

5. Metode pengolahan limbah cair karet yang memanfaatkan media tanaman sebagai pereduksi limbah disebut ?

(44)

c. Fitoremediasi d. Kolam aerasi

(45)
(46)

Gambar

Gambar  2.1 Analisis Pemaparan

Referensi

Dokumen terkait

Agar upaya peningkatan mutu di unit pelayanan farmasi puskesmas dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang

Sampel yang telah ditimbang kemudian dilarutkan dengan aquades pada labu ukur berukuran 500 mL hingga larutan berubah menjadi warna putih keruh dan ditepatkan dengan

Di samping itu terdapat pula kelompok- kelompok sastra yang senantiasa menjaga riak kesastraannya melalui kegiatan diskusi dan produksi karya sastra seperti Kelompok

Memperoleh gambaran empirik kepemimpinan kepala SMA swasta Islam, terutama dilihat dari aspek-aspek: (a) faktor-faktor organisasional yang mendasari kemampuan kepemimpinan

Dengan adanya orientasi tujuan yang jelas dalam belajar siswa akan lebih mengetahui apa yang harus siswa lakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga dalam

Perairan Sumber Beceng tercemar dibuktikan dengan rata-rata indeks keanekaragaman plankton antara 1,0 - 1,5 yaitu sebesar 1,24 serta kondisi fisika-kimia perairan Sumber

dan dinyatakan sebagai Lethal Concentration (LC), ANOVA One Way untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak terhadap jumlah kematian larva dan uji Tukey untuk

Dari perumusan strategi yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa strategi, yang pertama yaitu dengan menjaga kualitas produk perusahaan agar konsumen tidak berpindah ke