• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN BANK SYARIAH di docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN BANK SYARIAH di docx"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA : TEORI DAN PRAKTIK

Makalah ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu: Zein Muttaqin, S. E. I., M. A.

Disusun oleh:

Ahmad Rido 15423069

Dedi Hartono 15423146

JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur dengan berkat rahmat Allah SWT, yang telah memudahkan kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasul terakhir yang diutus dengan membawa syari’ah yang mudah, penuh rahmat, dan membawa keselamatan dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Makalah yang berjudul Perkembangan Bank Syariah di Indonesia : Teori Dan Praktikini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan. Sesuai dengan fitrahnya, manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan, maka dalam makalah yang kami susun ini belum mencapai tahap kesempurnaan.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi yang membacanya. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidaklah sempurna karena masih dalam proses pembelajaran. Kami meminta maaf apabila masih banyak terdapat kesalahan baik dalam penyampaian maupun penulisan makalah ini. Kami juga menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 10 Oktober 2016

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...1

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB I PENDAHULUAN...4

A. Latar Belakang...4

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan...5

BAB II. PEMBAHASAN...…...6

A. Pengertian dan Dasar Hukum Perbankan Syariah...6

B. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia...7

C. Prinsip – prinsip Bank Syariah...8

D. Akad Bank Syariah...8

E. Produk Bank Syariah : Penghimpunan Dana, Penyaluran Dana dan Jasa...12

F. Strategi Produk Bank...12

G. Keuntungan dan Risiko Bank Syariah...13

BAB III. PENUTUP...14

A. Kesimpulan...14

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Umat Islam di Indonesia bahkan di belahan dunia sekalipun menginginkan sistem perekonomian yang berbasis nilai – nilai dan prinsip – prinsip Islam untuk dapat diterapkan dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi umat.Dalam agamaIslam terdapat ilmu yang mempelajari tata cara bertransaksi dengan orang lain yang di atur dalam syari’ah yaitu ilmu fiqih mu’amalah. Dalam ilmu fiqih mu’amalah kepemilikan pribadi diakui dalam batas – batas tertentu, termasuk kepemilikan alat – alat produksi dan faktor – faktor produksi. Namun, kepemilikan itu dibatasi oleh dua hal yaitu kepentingan masyarakat dan cara memperoleh pendapatan. Dalam ilmu fiqih mu’amalah dijelaskan pula Islam menolak pendapatan dari suap, rampasan atau perampokan, kecurangan, bunga uang, perjudian, perdagangan gelap dan usaha – usaha yang menghancurkan masyarakatseperti menimbun barang untuk menghasilkan keuntungan.

Oleh karena itu dalam dunia Islam khususnya Indonesia di wujudkanlah perbankan yang menerapkan prinsip – prinsip syariah dalam pengoprasiannya yang disebut dengan perbankan syariah. Di Indonesia tentang pendirian bank syariah telah di diskusikan pada era 1980-an. Bank syariah secara yuridis normatif dan yuridis empiris diakui keberadaannya di negara Republik Indonesia. Pengakuan secara yuridis normatif tercatat dalam peraturan perundang- undamgam di Indonesia, diantaranya, undang - undang no.7 tahun 1992 tentang perbankan, undang- undang no 10 tentang perubahan atas undang- undang no.7 tahun 1998 tentang perbankan, undang- undang no.3 tahun 2004 tentang perubahan atas undang – undang no.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, undang- undang no.3 tahun 2006 tentang perubahan atas undang – undang no.7 tahun 1989 tentang peradilan agama. Namun realita kondisi umat Islam di Indonesia ini bahwasannya kebanyakan umat Islam belum banyak yang mengetahui apa hakekat perbankan syariah itu. Banyak yang masih beranggapan Islam hanya diwujudkan dalam peribadatan saja sementara masalah perbankan tidak ada kaitannya dengan Islam. Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memahami perbedaan antara perbankan syariah dan konvensional bahkan banyak di antara mereka yang berpendapat bahwa perbankan syariah dengan konvensional itu sama saja. Oleh karna itu tidak heran bahwa masyarakat Indonesia lebih banyak menggunakan perbankan konvensional daripada perbankan syariah. Itu semua dikarekan karna sistem operasional perbankan syariah di Indonesia belum sepenuhnya syariah bahkan terkesan hanya berlabel syariah saja di karenakan banyak ketidakpahaman para operasional bank syariah dalam mengoprasikannya.

(5)

Islam mempunyai peran penting di dalamnya yaitu mewujudkan transaksi perbankan yang bebas dari riba. Oleh karna itu sudah seharusnya kita mengetahui dan memahami tentang perbankan syariah dan pengoprasian sistem perbankan syariah tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah pengertian bank syariahdan dasar hukumnya di Indonesia ? 2. Bagaimanakah perkembangan bank syariah di Indonesia?

3. Bagaimanakah akad dan produk bank syariah di Indonesia beserta praktiknya ? 4. Bagaimanakah keuntungan dan risiko bank syariah ?

C. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian bank syariah dan dasar hukumnya di Indonesia. 2. Mengetahui perkembangan bank syariah di Indonesia.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM PERBANKAN SYARIAH 1. Pengertian

Bank syariah terdiri atas dua kata, yaitu bank dan syariah. Kata bank bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yaitu pihak yang berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Kata syariah dalam versi bank syariah di Indonesia adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain untuk penyimpangan dana dan pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan usaha dan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam.

Penggabungan kedua kata dimaksud, menjadi “ bank syariah”. Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai denganhukum Islam. Selain itu, bank syariah biasa disebut Islamic bankingatau interest fee banking, yaitu suatu sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan sistem bunga (riba), spekulasi (maisir), dan ketidakpastian atau ketidakjelasan (gharar).

Bank syariah sebagai sebuah lembaga keuangan mempunyai mekanisme dasar, yaitu menerima deposito dari pemilik modal (depositor) dan mempunyai kewajiban (liability) untuk menawarkan pembiayaan kepada investor pada sisi asetnya, dengan pola dan skema pembiayaan yang sesuai dengan syariat Islam. Pada sisi kewajiban, terdapat dua kategori utama, yaitu interest-fee current and saving accounts dan investment accounts yang berdasarkan pada prinsip PLS (Profit and Loss Sharing)antara pihak bank dengan pihak depositor; sedangkan pada sisi aset, yang termasuk di dalamnya adalah segala bentuk pola pembiayaan yang bebas riba dan sesuai prinsip atau standar syariah seperti mudharabah, musyarakah, istisna, salam, dan laini-lain.

2. Dasar Hukum

(7)

( konvensional ) untuk membuka kantor cabang yang khusus melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

B. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA 1. Latar Belakang Bank Syariah

Berkembanngnya bank – bank syariah di negara – negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Rahadjo, A. M. Saifuddin, M. Amien Aziz, dan lain – lain. Beberapa uji coba pada segala yang relatif terbatas telah diwujudkan. Diantaranya adalah Baitut Tamwil –Salman, Bandung, yang sempat tumbuh mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk koperasi, yakni koperasi Ridho Gusti.

Akan tetapi, prakarsa lebih khusus mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majlis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18 – 20 Agustus 1990 menyelenggatrakan Lokakarya Bunga Bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil Lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di hotel Sahid Jakarta, 22 – 25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat MUNAS IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia.

kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan pihak terkait.

2. PT Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut diatas. Akte Pendirian PT Bank Muamalat Indonesia di tanda tangani pada tanggal 1 November 1991. Pada saat penandatanganan akte pendirian ini trpukul komitmen pembelian saham sebanyak Rp. 84 Milyar.

Pada tanggal 3 November 1991, dalam acara silaturrahmi Presiden di Istana Bogor, dapat dipenuhi dengan total komitmen modal disetor awal sebesar Rp 106.126.382.000.00. dengan modal awal tersebut, pada tanggal 1 mei 1992, Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi. Hingga September 1999, Bank Muamalat Indonesia telah memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, dan makasar.

Pada awal penirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan Bank Syariah ini belum mendapat perhatian yang oktiman dari tatanan industri perbankan Nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah ini hanya diketegoriikan sebagai “bank dengan sistem bagi hasil”; tidak terdapat rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Hal ini sangat jelas tercermin dari UU No. 7 tahun 1992, dimana pembahasan Perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan hanya sepintas lalu merupakan sisipan belaka.

3. Era Reformasi dan Perbankan Syariah

(8)

Peluang tersebut ternyata disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan dalam bidang perbankan syariah bagi para stafnya. Sebagian bank tersebut ingin menjajaki untuk membuka divisi atau cabang ssyariah dalam institusinya. Sebagian lain bahkan berencana mengkonversi diri sepenuhnya menjadi bank syariah. Hal demikian diantisipasi oleh Bank Indonesia dengan mengadakan “Pelatihan Perbankan Syariah” bagi para pejabat Bank Indonesia dari segenap bagian, terutama aparat yang berkaitan langsung seperti DPNP (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan), kredit, pengawasan, akuntansi, riset, dan moneter.

C. PRINSIP – PRINSIP BANK SYARIAH

Adapun prinsip – prinsip bank syari’ah adalah sebagai berikut : a. Menjauhkan diri dari kemungkinan adanya unsur riba.

Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka suatu hasil usaha, seperti penetapan bunga simpanan atau bunga pinjaman yang dilakukan pada bank konvensional. Seperti yang terkandung dalam QS. Al Baqarah ayat 278 :

ننيننمنؤؤمم مؤتمنؤكم نؤإن آوبنرلنا ننمن ينقنبن امن اوؤرمذنون هنللا اوقمتتنا اوؤنممنان ننيؤذنلاتن اهنيتمان اين

)

278 (

Hai orang – orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang – orang yang beriman

b. Menerapkan prinsip sistem bagi hasil dan jual beli dengan mengacu kepada al – Quran QS. Al Baqarah ayat 275

“ Orang – orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang – orang yang telah sampai kepadanya larangan dari tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni – penghuni neraka, mereka kekal didalamnya “

Ayat diatas mengandung kesimpulan bahwa setipa kelembagaan ekonomi islam harus selalu dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara uang dengan barang/jasa.

D. AKAD BANK SYARIAH

Berbagai jenis akad yang diterapkan oleh bank syariah dapat dibagi ke dalam enam kelompok pola, yaitu :

a. Pola titipan, seperti wadi’ah yad amanah dan wadi’ah yad dhamanah ; b. Pola pinjaman, seperti qardh dan qardhul hasan ;

c. Pola bagi hasil, seperti mudharabah dan musyarakah ; d. Pola jual beli, seperti murabahah, salam, dan istishna ; e. Pola sewa, seperti ijarah dan ijarah wa iqtina; dan

f. Pola lainnya, seperti wakalah, kafalah, hiwalah, ujr, sharf, dan rahn.

1. Akad Pola Titipan

(9)

al-amanah ‘tangan amanah’ yang kemudian dalam perkembangannya memunculkan yad-dhamanah ‘ tangan penanggung’. Akad Wadi’ah yad Dhamanah ini akhirnya banyak dipergunakan dalam aplikasi perbankan syariah dalam produk – produk pendanaan.

a. Titipan Wadi’ah yad Amanahadalah titipan yang selama belum dikembalikan kepada penitip tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima titipan sampai barang titipan tersebut diambil kembali oleh penitip.

b. Titipan Wadi’ah yad Dhamanahadalah titipan yang selama belum dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Apabila dari hasil pemanfaatan tersebut diperoleh keuntungan maka seluruhnya menjadi hak penerima titipan.

2. Akad Pola Pinjaman

Satu – satunya akad berbentuk pinjaman yang diterapkan dalam perbankan syariah adalah Qardhdan turunannya Qardhul Hasan. Karena bunga dilarang dalam Islam, maka pinjaman Qardhmaupun Qardhul Hasan merupakan pinjaman tanpa bunga. Lebih khusus lagi, pinjaman Qardhul Hasan merupakan pinjaman kebajikan yang tidak bersifat komersial, tetapi bersifat sosial.

a. Pinjaman Qardh

Qardh merupakan pinjaman kebajikan/lunak tanpa imbalan, biasanya untuk pembelian barang – barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran, dan jumlahnya.

Rukun akad Qardh atau Qardhul Hasan :

- Pelaku akad, yaitu muqtaridh (peminjam), pihak yang membutuhkan dana, dan muqridh (pemberi pinjaman) , pihak yang memiliki dana.

- Objek akad, yaitu qardh (dana).

- Tujuan, yaitu ‘iwadh berupa pinjaman tanpa imbalan. - Shighat, yaitu Ijab dan Qabul

Sedangkan syarat dari akad Qardh atau Qardhul Hasan yang harus dipenuhi dalam transaksi, yaitu:

- Kerelaan kedua belah pihak.

- Dana digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat dan halal.

Pinjaman Qardh biasanya diberikan oleh bank kepada nasabahnya sebagai fasilitas pinjaman talangan pada saat nasabah mengalami over-draft. Fasilitas ini dapat merupakan bagian dari satu paket pembiayaan lain, untuk memudahkan nasabah bertransaksi.

3. Akad Pola Bagi Hasil

Akad bank syariah yang utama dan paling penting yang telah disepakati oleh para ulama adalah akad dengan pola bagi hasil dengan prinsip mudharabah dan musyarakah. Prinsipnya adalah al-ghunm bi’l-ghurm atau al-kharaj bi’l-daman, yang berarti bahwa tidak ada bagian keuntungan tanpa ambil bagian dalam risiko, atau untuk setiap keuntungan ekonomi riil harus ada biaya ekonomi riil.

a. Musyarakah

(10)

b. Mudharabah

Perjanjian kerja sama untuk mencari keuntungan antara pemilik modal dan pengusaha (pengelola dana). Perjanjian tersebut bisa saja terjadi antara deposan sebagai penyedian dana dan bank syariah sebagai mudharib. Bank syariah menjelaskan keinginannya untuk menerima dana investasi dan sejumlah nasabah, pembagian keuntungan disetujui antara kedua belah pihak sedangkan kerugian ditanggung oleh penyedia dana, asalkan tidak terjadi kesalahan atau pelanggaran syariah yang telah ditetapkan, atau tidak tejadi kelalaian di pihak bank syariah. Kontrak mudharabah dapat juga diadakan antara bank syariah sebagai pemberi modal atas namanya sendiri atau khusus atas nama deposan, pengusaha, para pengrajin lainnya termasuk petani, pedagang dan sebagainya. Mudharabah berbeda dengan spekulasi yang berunsur perjudian (gambling) dalam pembelian dan transaksi penjualan.

4. Akad Pola Jual Beli

Jual beli (buyu’ jamak dari bai’) atau perdagangan atau perniagaan secara terminologi Fikih Islam berarti tukar menukar harta atas dasar saling ridha (rela), atau memindahkan kepemilikan dengan imbalan pada sesuatu yang diizinkan.

Bentuk jual beli yang diadopsi dalam perbankan syariah dalam pemberian pembiayaan secara luas ada tiga, yaitu bai’ al-murabahah, bai’ as salam, dan bai’ al-istishna’. seorang dan pihak ketiga lain kemudian menjual barang ini kepada pelanggan yang sama.

b. Salam

Jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran dilakukan di muka, dengan syarat – syarat tertentu menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda atau menjual suatu barang yang ciri – cirinya jelas dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya diserahkan kemudian hari.

c. Istishna’

Kontrak penjualan antara al – mustashni’ (penjual akhir) dan al – shani’(pemasok) di mana pemasok berdasarkan suatu pesanan dan penjual akhir berusaha membuat sendiri atau meminta pihak lain untuk membuat dan membeli al – masnu (pokok) kontrak, menurut spesifikasi yang disyaratkan dan menjualnya kepada penjual akhir dengan harga sesuai dengan kesepakatan serta dengan metode penyelesaian di muka melalui cicilan atau ditangguhkan sampai suatu waktu di masa depan.

5. Akad Pola Sewa

Transaksi nonbagi hasil selain yang berpola sewa atau ijarah. Ijarah , biasa juga disebut sewa, jasa, atau imbalan adalah akad yang dilakukan atas dasar suatu manfaat dengan imbalan jasa. Ijarah adalah istilah dalam Fikih Islam dan berarti memberikan sesuatu untuk disewakan. Menurut Sayyid Sabiq, ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Jadi hakikatnya ijarah adalah penjualan manfaat.

(11)

1) Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang mempekerjakan disebut musta’jir, pihak pekerja disebut ajir, upah yang dibayarkan disebut ujrah.

2) Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu memnidahkan hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan leasing (sewa) di bisnis konvensional. Pihak yang menyewa (lesee) disebut musta’jir, pihak yang menyewakan (lessor) disebut mu’jir/muajir, sedangkan biaya sewa disebut ujrah.

Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan syariah. Sementara itu, ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk investasi atau pembiayaan di perbankan syariah.

Ijarah adalah transaksi sewa – menyewa barang tanpa alih kepemilikan di akhir periode. Ijarah wa Iqtina atau (IMBT) adalah transaksi sewa beli dengan perjanjian untuk Ijarah muntahiya bittamlik menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih kepemilikan objek sewa.

Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi adalah : (1)Pelaku akad (2)Objek akad (3)Shighah (Ijab dan Qabul).

6. Akad Pola Lainnya

Selain pola – pola yang telah dijelaskan, masih ada jenis akad lain yang biasa digunakan perbankan syariah, yaitu sebagai berikut.

1. Wakalah : adalah perwakilan antara dua belah pihak. Aplikasi dalam perbankan syariah:

a. Wakalah biasanya diterapkan untuk pembuatan letter of credit, atas pembelian barang di luar negri (L/C Import ), atau penerusan permintaan akan barang dalam negeri dari bank luar negeri (L/C Export )

b. Wakalah juga diterapkan untuk melakukan transfer dana dari nasabah kepada alamat di tempat lain.

2. Kafalah :adalah akad jaminan satu pihak kepada pihak lain. Apilikasi dalam perbankan syariah yaitu membuat garansi atas suatu proyek (performance bonds), partisipasi dalam tender (tender bonds), atau pembayaran lebih dulu (advance payment bonds).

3. Hawalah : adalah kad pemindahan utang/piutang suatu pihak kepada pihak lain. Aplikasi dalam perbankan syariah ;

a. Diterapkan pada fasilitas tambahan kepada nasabah pembiayaan yang ingin menjual produknya kepada pembeli dengan jaminan pembayaran dari pembeli tersebut dalam bentuk giro mundur. Ini lazim disebut Post Dated Check. 4. Rahn : adalah akad menggadaikan barang dari satu pihak kepada pihak lain,

dengan uang sebagai gantinya. Aplikasi dalam perbankan syariah :

a. Akad ini digunakan sebagai akad tambahan pada pembiayaan yang berisiko dan memerlukan jaminan tambahan.

b. Akad ini juga dapat menjadi produk tersendiri untuk keperluan nasabah yang sifatnya jasa dan konsumtif, seperti pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. 5. Sharf : adalah jual – beli mata uang asing yang berbeda, seperti rupiah dengan

(12)

6. Ujr : adalah imbalan yang diberikan atau yang diminta atas suatu pekerjaan yang dilakukan. Aplikasi dalam perbankan syariah yaitu untuk penggajian, penyewaan safe deposit box, penggunaan ATM, dan sebagainya.

E. PRODUK BANK SYARIAH : PENGHIMPUNAN DANA, PENYALURAN DANA DAN JASA

1. Penghimpunan Dana

Dalam produk perbankan di bidang penghimpunan dana dikenal dengan istilah simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu (Pasal 1 angka 5 UU No. 10 tahun 1998)

2. Penyaluran Dana

Produk penyaluran dana pada umumnya dikenal dengan kredit yang dalam UU Perbankan didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam – meminjam antara bank denganpihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu denganpemberian bunga.

Sedangkan dalam perbankan syariah mengenai penyaluran dana ini dikena dengan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

3. Bidang Jasa

Produk – produk perbankan di bidang jasa terdiri dari : (1)Transfer (2)Jaminan Bank/ Bank Garansi (3)Jasa – jasa di bidang devisa (4)Jasa – jasa lainnya.

Adapun yang merupakan jasa- jasa lain yang dapat dilakukan oleh bank umum adalah :

- Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan di bidang keuangan lain seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan BI.

- Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI.

- Menjadi bank persepsi dalam rangka penerimaan pajak atau setoran – setoran penerimaan negara/daerah lainnya.

- Memberikan bantuan administrasi kepada usaha nasabah, khususnya nasabah golongan lemah atau koperasi.

F. STRATEGI PRODUK BANK

Dalam dunia perbankan strategi produk yang dilakukan adalah mengembangkan suatu produk yaitu :

1. Penentuan Logo dan Moto

Logo merupakan serangkaian ciri khas suatu bank sedangkan moto merupakan serangkaian kata – kata yang berisikan visi dan misi bank dalam melayani masyarakat.

(13)

Karena jasa memiliki keanekaragaman, maka setiap jasa harus memiliki nama, tujuannya agar mudah dikenal dan diingat pembeli. Nama merupakan salah satu bentuk dari merek. Pengertian merek seringkali diartikan sebagai nama, istilah, simbol, disain, atau kombinasi dari semuanya.

3. Menciptakan Kemasan

Kemasan merupakan pembungkus suatu produk. Dalam dunia perbankan kemasan lebih diartikan kepada pemberian pelayanan atau jasa kepada para nasabah atau bentuk tawaran produk yang dapat menarik perhatian para nasabah.

4. Keputusan Label

Label merupakan sesuatu yang dilekatkan pada produk yang ditawarkan dan merupakan bagian dari kemasan.

Langkah – langkah atau proses pengembangan produk baru adalah pembangkit gagasan, peyaringan gagasan, pengembangan dan pengujian konsep, strategi pemasaran, analisis bisnis, pengembangan produk, pengujian pasar, dan komersialisasi

G. KEUNTUNGAN DAN RISIKO BANK SYARIAH 1. Keuntungan bank

Tingkat keuntungan bersih yang dihasilkan oleh bank dipengaruhi oleh faktor – faktor yang dapat dikendalikan dan faktor – faktor yang tidak dapat dikendalikan. Faktor yang dapat dikendalikan dipengaruhi oleh manajemen segmentasi bisnis, pengendalian pendapatan (tingkat bagi hasil, keuntungan atas transaksi jual beli, pendapatan fee atas layanan yang diberikan) dan pengendalian biaya. Faktor yang tidak dapat dikendalikan adalah faktor eksternal yang dapat memengaruhi kinerja bank seperti kondisi ekonomi secara umum dan situasi persaingan di wilayah operasinya. Untuk mengukur kinerja bank menggunakan dua rasio yaitu perbandingan antara pendapatan bersih dengan rata – rata (ROA) dan perbandingan antara pendapatan bersih dengan rata – rata modal atau investasi para pemilik bank (ROE).

Bagi bank syariah, sumber dana yang paling dominan bagi pembiayaan asetnya adalah dana investasi, yang dapat dibedakan antara investasi jangka panjang (permanen) dari para pemilik dan investasi jangka pendek (temporer) dari para nasabah (rekening mudharabah). Hanya sebagian kecil saja yang merupakan kewajiban kepada pihak ketiga, yaitu berupa dana – dana titipan (rekening wadhiah). 2. Risiko bank

Sebagai sebuah entitas bisnis, dalam kegiatan usahanya bank menghadapi resiko-resiko yang memiliki potensi mendatangkan kerugian. Resiko ini tidaklah bisa selalu dihindari tetapi harus dikelola dengan baik tanpa harus mengurangi hasil yang harus dicapai. Resiko yang dikelola dengan tepat dapat memberikan manfaat kepada Bank dalam menghasilkan laba. Agar manfaat tersebut dapat diraih maka para pengambil keputusan harus mengerti tentang risiko dan pengelolaannya. Seperti juga perbankan pada umumnya, maka bank syariah juga memerlukan prosedur dan tata kelola yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan resiko yang timbul dari kegiatan usaha yang dilakukannya, yang disebut sebagai manajemen resiko.

(14)
(15)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berkembanngnya bank – bank syariah di negara – negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi islam mulai dilakukan. Bank syariah sebagai sebuah lembaga keuangan mempunyai mekanisme dasar, yaitu menerima deposito dari pemilik modal (depositor) dan mempunyai kewajiban (liability) untuk menawarkan pembiayaan kepada investor pada sisi asetnya, dengan pola dan skema pembiayaan yang sesuai dengan syariat Islam. Pada sisi kewajiban, terdapat dua kategori utama, yaitu interest-fee current and saving accounts dan investment accounts yang berdasarkan pada prinsip PLS (Profit and Loss Sharing) antara pihak bank dengan pihak depositor; sedangkan pada sisi aset, yang termasuk di dalamnya adalah segala bentuk pola pembiayaan yang bebas riba dan sesuai prinsip atau standar syariah seperti mudharabah, musyarakah, istisna, salam, dan laini-lain.

Berbagai jenis akad yang diterapkan oleh bank syariah dapat dibagi ke dalam enam kelompok pola, yaitu :

a. Pola titipan, seperti wadi’ah yad amanah dan wadi’ah yad dhamanah ; b. Pola pinjaman, seperti qardh dan qardhul hasan ;

c. Pola bagi hasil, seperti mudharabah dan musyarakah ; d. Pola jual beli, seperti murabahah, salam, dan istishna ; e. Pola sewa, seperti ijarah dan ijarah wa iqtina; dan

f. Pola lainnya, seperti wakalah, kafalah, hiwalah, ujr, sharf, dan rahn.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin, 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta : Sinar Grafika .

Syafi’i Antonio, Muhammad, 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik.Jakarta : Gema Insani Press.

Mahendra, Sona, 2012. Skripsi Pelaksanaan Pembiayaan Implan Pada Bank Syariah.Program Studi Ekonomi Islam FIAI UII Yogyakarta.

Ascarya, 2007. Akad Dan Produk Bank Syariah. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Suwikyo, Dwi, 2009. Kamus Lengkap Ekonomi Islam. Yogyakarta : Total Media.

Arifin, Zainul, 1999. Memahami Bank Syariah – Lingkup Peluang, Tantangan, dan Prospek. Jakarta : AlvaBet.

Anshori,H. Abdul Ghofur, 2008. Tanya Jawab Perbankan Syariah. Yogyakarta : UII Press.

Rianto, M. Nur, 2010. Dasar – dasar Pemasaran Syariah.Bandung : Alfabeta.

Arifin, Zainul, 2005. Dasar- dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta : Alvabet.

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan perkembangan Pelabuhan Bajoe tidak berdampak kepada masyarkat sekitar yang dimana tempat mata pencariannya sebagai nelayan dan seiring berkembangnya pelabuhan

Penelitian yang dilakukan pada Sub DAS Wimbi ini berupa kajian yang menitikberatkan pada permasalahan degradasi keseimbangan tata air dan degradasi lahan yang

Sedangkan manfaat yang diharapkan adalah siswa dapat meningkatkan kreativitas dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA pada siswa Kelas IV, sedangkan bagi

• Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait Tekanan Zat dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-Sehari., Peserta didik

Dengan demikian Prima Tani dilaksanakan dengan empat strategi (Badan Litbang Pertanian, 2004): (1) Menerapkan teknologi inovatif tepat-guna melalui penelitian dan

HUBUNGAN GAMBARAN HEMATOLOGI DAN STATUS GIZI DENGAN TERJADINYA SYOK PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE ANAK DI RUMAH SAKIT GOTONG

Hasil belajar matematika siswa diambil dari tes akhir yang dilakukan pada kedua keelas, untuk mengetahui hasil belajar di kelas yang menggunakan model PBL dan kelas yang

Selain kepuasan pelanggan, loyalitas juga merupakan salah satu tujuan akhir perusahaan, loyalitas menjadi sangat penting karena dapat menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan,