• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE L

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE L"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merobah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung1.

Model pembelajaran aktif adalah suatu model dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Pengajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Mazro’atul Huda Karanganyar diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menerapkan akhlak, perilaku yang sesuai dengan ajaran islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Guru harus mempunyai model pembelajaran yang ideal dengan materi yang akan disiapkan seperti strategi, metode, teknik

(2)

dan taktik pembelajaran yang digunakan demi tercapainya tujuan pembelajaran.2

Hasil observasi dengan guru pengampu mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Mazro’atul Huda Karanganyar Demak, dapat diketahui metode-metode yang selama ini dipakai dalam pembelajaran Fiqih yaitu salah satunya metode pembelajaran active learning, seperti guru memberikan umpan balik terhadap materi yang telah disampaikan, dan siswa dituntut untuk tanggap dan mampu berfikir kritis dan berkata-kata dengan bahasa mereka sendiri. Hal ini di harapkan siswa mampu memahami dan menjelaskan kembali tentang materi yang telah disampaikan oleh guru tersebut.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian yang berjudul “Implementasi model pembelajaran Active

learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Mazro’atul Huda

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2013/2014” ini difokuskan pada proses penerapan model pembelajaran Active learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah pokok yang dirumuskan untuk penelitian ini adalah :

1. Bagaimana implementasi model pembelajaran active learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs.Mazro’atul Huda Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2013/2014?

2. Apa saja Kendal-kendala dalam implementasi model pembelajaran active learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs.Mazro’atul Huda Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2013/2014?

3. Apa solusi dalam mengatasi kendala-kendala dalam implementasi model pembelajaran active learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs.Mazro’atul Huda Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2013/2014? D. Tujuan Penelitian

(3)

Dalam penelitian ini sangat perlu menentukan tujuan, karena setiap pekerjaan yang tidak ditentukan tujuannya tidak akan mencapai sasaran yang tepat dan jelas. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui implementasi model pembelajaran active learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs.Mazro’atul Huda Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2013/2014?

2. Mengetahui kendala-kendala dalam implementasi model pembelajaran active learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs.Mazro’atul Huda Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2013/2014?

3. Mengetahui solusi dalam mengatasi kendala-kendala dalam implementasi model pembelajaran active learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs.Mazro’atul Huda Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2013/2014? E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam upaya menambah dan mengembangkan wawasan dan pengetahuan, terutama tentang implementasi model pembelajaran Active

Learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.

2. Manfaat Praktis

(4)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembahasan Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) 1. Pengertian Model Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Model pembelajaran aktif adalah suatu model dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif (active learning). Untuk dapat mencapai hal tersebut kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa atau anak didik.

Belajar aktif merupakan perkembangan teori learning by doing (1859-1952). Dewey menerapkan prinsip-prinsip “learning by doing”, bahwa siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. Dari rasa keingin tahuan (curriositas) siswa terdapat hal-hal yang belum diketahuinya, maka akan dapat mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam suatu proses belajar. Belajar aktif berguna untuk menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa serta menggali potensi siswa dan guru untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan keterampilan, dan pengalaman.

(5)

a. Memanfaatkan sumber belajar dilingkungannya secara optimal dalam proses pembelajaran

b. Berkreasi mengembangkan gagasan baru

c. Mengurangi kesenjangan pengetahuan yang diperoleh siswa dari sekolah dengan pengetahuan yang diperoleh dari masyarakat

d. Mempelajari relevansi dan keterkaitan mata pelajaran bidang ilmu dengan kebutuhan sehari-hari dalam masyarakat

e. Mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku siswa secara bertahap dan utuh

f. Memberi kesempatan pada siswa untuk dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan

g. Menerapkan prinsip-prinsip belajar aktif.

Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal melakukan aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu yang singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran.Ketika peserta didik belajar dengan aktif berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Jadi pembelajaran aktif adalah suatu model pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif, siswa diajak menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang mereka miliki dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari.3

2. Karakteristik Pembelajaran aktif (Active Learning)

Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswaberperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksiantar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajarantersebut.

(6)

Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagaiberikut:

a. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi olehpengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dankritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.

b. Siswa tidak hanya belajar secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pelajaran.

c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap yang berhubungan dengan materi pelajaran,

d. Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi,

e. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran. Di samping karakteristik tersebut, secara umum suatu proses pembelajaran aktifmemungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama prosespembelajaran akan menimbulkan

positive interdependence, dimana konsolidasi pengetahuanyang dipelajari

hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalambelajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan guru harus mendapatkan penilaian untuk setiap siswa sehingga terdapat individualaccountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektifdiperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills.

(7)

menimbulkan minat belajar yang besar pada siswa. Padaakhirnya hal ini akan membuat proses pembelajaran mencapai learning outcomes

yangdiinginkan.4

3. Sintak atau Langkah-Langkah Pembelajaran Aktif(Active Learning)

Pembelajaran aktif (Active Learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu, pembelajaran aktif (Active Learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Menurut Machmudah (2008),berikut adalah sintak atau langkah-langkah model pembelajaran aktif (Active Learning) :

a. Fase 1: Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Dalam fase ini guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa. Tujuan belajar yang disampaikan adalah untuk memahami sel darah pada sistem peredaran darah.

b. Fase 2: Menyajikan informasi

Dalam fase ini guru menyampaikan penjelasan umum tentang peredaran darah kepada siswa.

c. Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

Dalam fase ini guru membagikan kartu berisi informasi tentang sel darah sebagai penentuan kelompok siswa.

d. Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Dalam fase ini guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

(8)

e. Fase 5: Evaluasi

Dalam fase ini guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi, guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan memberikan soal dan penjelasan.

f. Fase 6: Memberikan penghargaan

Dalam fase ini guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang terbaik sesuai dengan kriteria guru.

4. Kelebihandan Kelemahan Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Active learning sebagai model dalam pembelajaran mempunyai keuntungan

sebagai berikut :

1. Peserta didik lebih termotivasi

Model pembelajaranactive learning memungkinkan terjadinya pembelajaran yang menyenangkan. Suasana yang menyenangkan merupakan faktor motivasi untuk peserta didik. Lebih mudah menyampaikan materi ketika peserta didik menikmatinya. Dengan melakukan hal yang sedikit berbeda, peserta didik akan lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.

2. Mempunyai lingkungan yang aman

Kelas merupakan tempat di mana terjadi percobaan serta kegagalan-kegagalan. Kita tidak hanya membolehkan terjadinya hal-hal tersebut, tetapi juga memberi semangat bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Resiko harus diambil untuk mendapatkan sesuatu yang berharga. Pendidik dapat menyediakan lingkungan yang aman melalui modelling dan setting batas-batas perilaku dalam kelas.

3. Pertisipasi oleh seluruh kelompok belajar

(9)

4. Setiap orang bertanggungjawab dalam kegiatan belajarnya sendiri

Setiap orang bertanggungjawab untuk memutuskan apakah sesuatu hal tepat untuk mereka. Setiap orang dapat menginterpretasikan tindakan-tindakan untuk mereka sendiri dan mengaplikasikannya sesuai dengan kondisi mereka. 5. Kegiatan bersifat fleksibel dan ada relevansinya

Peraturan dan bahasa boleh diubah menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan. Dengan membuat perubahan, kita dapat melakukan kegiatan yang relevan dengan berbagai usia kelompok yang bervariasi dengan mengeksplorasi konsep yang sama.

6. Reseptif meningkat

Dengan menggunakan active learning sebagai model dalam pembelajaran di mana prinsip-prinsip dan penerapan dari prinsip-prinsip diekspresikan oleh peserta didik, informasi menjadi lebih mudah untuk diterima dan diterapkan. 7. Pendapat induktif distimulasi

Jawaban atas pertanyaan tidak diberikan tetapi pertanyaan tersebut dieksplorasi. Pertanyaan dan jawaban muncul dari peserta didik selama kegiatan pembelajaran.

8. Partisipan mengungkapkan proses berpikir mereka

Sementara kegiatan diskusi berlangsung, pendidik dapat mengukur tingkat pemahaman peserta didik. Dengan demikian pendidik dapat berkonsentrasi pada hal-hal yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan.

9. Memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan

Jika peserta didik melakukan kesalahan yang menyebabkan kegagalan, hentikan kegiatan dan pikirkan alternatif lain dan mulai lagi kegiatan. Dengan demikian peserta didik dapat belajar bahwa kesalahan dapat menjadi sesuatu hal yang menguntungkan dan membimbing kita untuk menjadi lebih baik. 10. Memberi kesempatan untuk mengambil resiko

(10)

pada siswa untuk berpartisipasi tanpa tekanan untuk menjadi pemenang, kita telah memberi kebebasan untuk mencoba tanpa merasa malu untuk melakukan kesalahan.

Sedangkan kelemahan-kelemahan dalam penerapan model pembelajaranactive learning adalah:

1. Keterbatasan waktu

Waktu yang disediakan untuk pembelajaran sudah ditentukan sebelumnya, sehingga untuk kegiatan pembelajaran yang memakan waktu lama akan terputus menjadi dua atau lebih pertemuan.

2. Kemungkinan bertambahnya waktu untuk persiapan

Waktu yang digunakan untuk persiapan kegiatan akan bertambah, baik waktu untuk merancang kegiatan maupun untuk mempersiapkan agar peserta didik siap untuk melakukan kegiatan.

3. Ukuran kelas yang besar

Kelas yang mempunyai jumlah peserta didik yang relatif banyak akan mempersulit terlaksananya kegiatan pembelajaran dengan active learning. Kegiatan diskusi tidak akan dapat memperoleh hasil yang optimal.

4. Keterbatasan materi, peralatan dan sumberdaya

Keterbatasan materi, peralatan yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran, serta sumberdaya akan menghambat kelancaran penerapan

active learning dalam pembelajaran.

5. Resiko penerapan active learning

Hambatan terbesar adalah keengganan pendidik untuk mengambil berbagai resiko diantaranya resiko peserta didik tidak akan berpartisipasi, menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi atau mempelajari konten yang cukup. Pendidik takut untuk dikritik dalam mengajar dan merasa kehilangan kendali kelasserta keterbatasan keterampilan.5

B. Kerangka Berfikir

Dalam pembelajaran active learning, seorang guru berusaha agar murid lebih aktif dan kritis dalam materi yang telah disampaikan. Dengan menggunakan

(11)

model pembelajaran aktif, guru bisa mengetahui siswa yang memahami materi yang telah diajarkan tersebut. Siswa juga lebih aktif dalam pembelajaran, tidak hanya guru saja yang faham tentang isi materi tetapi siswa juga memahami materi yang telah disampaiakan oleh guru. Adanya model pembelajaran active learning

ini dapat meningkatkan kreatifitas dalam suatu pembelajaran.

(12)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan

Ditinjau dari segi metodologi penelitian ini adalah penelitian naturalistik, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting)

dan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengalaman, teknik pengumpulan dengan observasi dan wawancara, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitiannya lebih menekankan makna dari pada generalisasi.6

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat yang dijadikan untuk penelitian, Untuk itu, penulis mengambil lokasi penelitian di MTs Mazro’atul Huda Karanganyar Demak, dengan alasan bahwa untuk mencetak peserta didik yang berkualitas dan berperan aktif dalam suatu pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran aktif. Selain itu didukung kemudahan dalam meneliti, karena lembaga yang bersangkutan itu letaknya dekat dengan rumah peneliti. C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjtnya terjun ke lapangan.Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.

Dari instrumen penelitian ini, valid atau tidaknya data itu berdasarkan peneliti yang akan memberikan sebuah data-data mengenai wawancara dalam penelitian sehingga bisa menjelaskan apa yang diteliti.

(13)

D. Sumber Data 1. Data primer

Data primer atau data pertama adalah data yang diperoleh secara langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan data langsung pada subyek yang sebagai sumber data yang dicari.Dari primer ini diperoleh dari objek lapangan yang diteliti, yaituguru, serta siswa di Mts Mazro’atul Huda Karanganyar Demak.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Dari data sekunder tersebut, peneliti akan memberikan data meliputi dari referensi buku-buku, internet serta hasil wawancara yang bersangkutan dengan penelitian yang diteliti.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data tentang MTs Mazro’atul Huda Karanganyar Demak mengenai implementasi model pembelajaran active learning yang digunakan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, dilakukan dengan jalan penelitian.

2. Wawancara

(14)

jawabannya pun telah disiapkan dan setiap responden diberi pertanyaan yang sama, serta peneliti mencatatnya.7

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini, untuk menganalisis hasil temuan, maka penulis menggunakan tiga macam analisis, yaitu: reduksi data, display (penyajian data), dan verifikasi. 1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu, dalam penelitian ini aspek-aspek direduksi adalah implementasi model pembelajaran active learning yang digunakan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, untuk mengetahui kemampuan siswa.

2. Display ( penyajian data)

Setelah melakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

Sesuai dengan aspek-aspek penelitian ini, maka penyajian datanya dimulai dari ruang lingkup model pembelajaran active learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, dari hasil-hasil yang diharapkan dari pembelajaran.

3. Verifikasi

Verifikasi dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.Temuan ini dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Data display yang telah didukung oleh data-data yang mantap akan dapat dijadikan kesimpulan.

G. Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Setiap laporan penelitian bersifat

(15)

individualisme selalu berbeda dari orang-perorang, dari peneliti satu dengan peneliti yang lain. Tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa dan jalan pikiran sendiri.

Demikian halnya juga dalam pengumpulan data, pencatatan hasil observasi dan wawancara terkandung unsur-unsur individualistik sehingga untuk mengetahui validitas dan reliabilitas data dalam penelitian kualitatif perlu pengujian data lebih lanjut.

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, kredibilitas, transferability, dependability, confirmability. Penelitian ini lebih mendominankan uji kredibilitas. Uji kredibilitas data penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan:

1. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawaancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui ataupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.

2. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan, dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

3. Trianggulasi

Pengujian triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Setelah peneliti memperoleh data hasil wawancara, data tersebut akan disusun secara sitematis.

4. Analisis Kasus Negatif

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Hamruni, Strategi Pembelajaran,Insan Madani: Yogyakarta, 2012

Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif,Yappendis: Yogyakarta, 2004

Siregar, Eveline dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia Indonesia: Jakarta, 2010

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D), Alfabeta: Bandung, 2010

Zaini,Strategi Pembelajaran Aktif, Pustaka Insan Madani: Yogyakarta, 2008 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, PT Bumi Aksara:

Referensi

Dokumen terkait

Oleh itu, pembangunan web portal berasaskan MOODLE ini bakal menjadi salah satu jalan penyelesaian kepada masalah yang dihadapi oleh guru dan pelajar dalam

Peningkatan permintaan kayu sengon diduga disebabkan oleh semakin berkurangnya pasokan kayu dari luar jawa, menurunnya produksi kayu dari kawasan hutan negara (Perum Perhutani)

Jika Anda ingin mengganti jawaban, Anda dapat menggantinya dengan jawaban lain dengan cara memberikan tanda garis horizontal (-) pada jawaban yang salah dan

glycines yang hidup pada tanaman aplikasi PGPR memiliki waktu yang lebih panjang sehingga perkembangan menjadi imago dewasa menjadi lebih lambat pula dibandingkan dengan tanaman

Sedangkan pada siklus II dilaksanakan model supervisi pembelajaran kolaboratif oleh kepala sekolah dalam kualifikasi baik, dan (2) terjadi peningkatan rata-rata

Disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi keselamatan kerja dan membuat variasi yang baru dalam mengkomunikasikan keselamatan kerja,

うちかづきみのかさにあて月のよは扇子うちかざしてl うちかづきみのかさにあて月の夜はあふ、ぎうち﹀かざ して実

Mengenai struktur kehidupan sosial yang terjadi pada masyarakat di Kampung Kauman, kini Kauman telah mengalami perubahan yang sangat besar seiring dengan