FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN SEKSUAL PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN DI TK DHARMA BAKTI IV
TAMANTIRTO BANTUL YOGYAKARTA
Dina Putri Utami Lubis*)
ABSTRACT
Background :The sexual sticky much happened in children under age, in Tamantirto numeral of
sexual sticky was higher than all district of village head in Bantul. Sex education advantageous to prevent sexual sticky on children under age actually 4 - 6 years old. This research was aimed to study factors that influenced mother teached sex education to children 4 - 6 years old. The research was done on March - May 2005 in kindergarten of Dharma Bakti IV Bantul.
Method : Kind of this research is descriptif analytic with cross sectional approach. Data were
analyzed using frequency distribution, and the statistical analysis using chi square.
Result : The result showed that the mostin come of respondent are lower (66,1%), age of
respondent upper 30 years old (55,4%), (44,9%) respondent working as labourer, (74,6%) rate of respondent Java,and (76,6%) respondent never got sex education. The result of statistic analysis : there was significant correlation between mother’s proceeds with teaching sex education, show with p = 0,045 (p<0,05). Rate was have significant correlation with teaching sex education, show with p=0,037 (p<0,05). The history of parents sex education also have significant with teaching sex education, show with p=0,014 (p<0,05).
Conclussion : The conclusions from this research were mother’s proceeds ( economy of society
), rate (culture of society), and history of parents sex education influenced teaching sex education . It is to be hoped the teacher in kindergarten of Dharma Bakti can teach sex education, the care givers be actif give health promotion to mothers who has children 4 – 6 years old so they can ask more about sex education , and searcher in the next can do research in wide scope.
Keywords : Sex education – economic – culture – religion.
______________________________________
PENDAHULUAN
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
mempunyai luas kurang lebih 3.186 Km2 ,
berpenduduk kurang lebih 3.020.837 jiwa
(data Juni 1990) dan terbagi menjadi 5
Daerah Tingkat II, yakni: Kotamadya
Jogjakarta, yang merupakan Ibu kota
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kabupaten Sleman dengan Ibu kota Beran,
Kabupaten Bantul dengan Ibu kota Bantul,
Kabupaten Kulon Progo dengan Ibu kota
Ibu kota Wonosari. (Population Projection
by BPS, 2000).
Kabupaten Bantul tercatat
mempunyai penduduk sebanyak +_ 34.396
jiwa, dan jumlah balita sebanyak 3067 jiwa,
Kelurahan Tamantirto ,Kecamatan Kasihan
berpenduduk sebanyak 7.419 jiwa
Perempuan dan 7.305 jiwa Laki-laki
(Puskesmas Kasihan I, 2003 ) . Namun
jumlah anak-anak 4 – 6 tahuntidak ada
dalam data statistic sensus penduduk tetqpi
yang bersekolah di Taman Kanak-kanak
Dharma Bakti IV Tamantirto 54 orang
anak . Pada tanggal 29 Nopember 2004
telah di lakukan survey pendahuluan
terhadap 10 orang wali murid (ibu ) di TK
Dharma Bakti IV Tamantirto ,Kasihan
,Bantul, untuk mengetahui pendapat
mereka jika pendidikan seks di berikan pada
anak usia 4 – 6 tahun. Berdasarkan survey
pendahuluan tersebut yang dapat dilihat
dalam bentuk table di bawah ini :
anak usia 4-6 tahun tentang bagaimana
Ibu-ibu tersebut mengatakan bahwa
anaknya masih terlalu kecil untuk dapat
diajarkan pendidikan seks dan sebagian lagi
mengatakan tabu.
Sedangkan pendidikan seks
seharusnya memang sudah diberikan sejak
usia masa kanak-kanak wal (usia 4-6 tahun)
dengan cara yang benar. Pelajaran seks bagi
bagian tubuhnya. Apa nama-nama bagian
tubuhnya, serta bagaimana merawat dan
membersihkannya. Mengajari mereka
bagaimana perbedaan cara membuang air
besar dan terutama air kecil pada laki-laki
dan perempuan serta membersihkannya.
Tubuh bagian dalam, hanya boleh dilihat
oleh ibu ataupun dokter atas sepengetahuan
ibu, merupakan salah satu upaya pencegahan
terhadap tindak kriminalitas seksual seperti
yang sering terjadi akhir-akhir ini
(Indonesia-p@igc.apc.org, 1996).
Lokasi penelitian dilakukan di
kelurahan Tamantirto karena wilayah
tersebut merupakan wilayah transisi dari
pedesaan ke perkotaan namun
masyarakatnya memiliki cirri-ciri
masyarakat pedesaan. Hubungan keluarga
dan masyarakat sangat kuat, struktur
keluarga berbentuk extend family dimana
satu keluarga terdiri atas tigagenerasi yang
tinggal dalam satu rumah, sehingga pola
pendidikan seks yang ditanamkan oleh ibu
tidak akan terlepasbagaiman pengaruh orang
tua sebelumnya dalam memberikan
pendidikan seks. Sedangkan untuk kasus
pelecehan seksual (pencabulan) angkanya
tertinggi di daerah Tamantirto. Pada anak
balita yaitu yaitu 10 orang dalam 1 tahun
terakhir ini, bahkan 1 orang ada yang
berkali-kali. Ini merupakan data yang
dilaporkan pada Dukuh di desa tersebut dan
banyak lagi kasus yang diselesaikan dengan
cara damai atau ganti rugi (POLSEK
Kasihan, 2004). Sedangkan menurut hokum
bila melakukan pencabulan dikenakan pasal
295296 KUHP dan bila melakukan
persetubuhan dengan wanita dibawah umur
dikenakan pasal 286288 KUHP dan
melanggar undang – undang RI nomor 39
pasal 58 tahun 1999.
Berangkat dari fenomena tersebut
diatas peneliti tertarik untuk mencari
kejelasan tentang factor-faktor yang
mempengaruhi ibu dalam mengajarkan
pendidikan seksual pada anak usia 4-6 tahun
di TK Dharma Bakti IV Tamantirto Bantul
Yogyakarta.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif
analitik dengan rancangan Cross Sectional.
Metode ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran dan informasi tentang factor –
factor yang mempengaruhi ibu dalam
dilakukan pada bulan Maret sampai Mei
2005, di Taman Kanak-kanak Dharma Bakti
IV Tamantirto, Kasihan, Bantul,
Yogyakarta.
Populasi dalampenelitian ini adalah
ibu – ibu yang memiliki anak usia 4-6 tahun,
yaitu yang bersekolah di Taman
Kanak-kanak Dharma Bakti IV Tamantirto yang
berjumlah 53 orang menggunakan “ “total
sampling” (Abramsom, 1997) karena
semuanya memiliki kriteria sampel yaitu ibu
– ibu yang memiliki anak usia 4 – 6 tahun
dan menyatakan bersedia menjadi
responden.
Instrumen yang digunakan adalah
kuisioner.Pertanyaan yang digunakan adalah
pertanyaan tertutup dan dijawab langsung
oleh responden tanpa diwakilkan kepada
orang lain. Kuisioner terdiri dari dua data
yaitu :
1. Data umum yaitu,nama, umur,
pendidikan terakhir ibu, agama,
pekerjaan, suku, alamat, penghasilan
keluarga/bulan, berapa orang yang
tinggal dalam satu rumah.
2. Data Khusus : untuk mengetahui
factor social ekonomi, sosial budaya,
dan pengaruh dari pendidikan seks
ibu mempengaruhi dalam
mengajarkan pendidikan seksual
pada anak usia 4-6 tahun terdiri dari
23 pertanyaan, meliputi 10
pertanyaan tentang sikap ibu yang
dipengaruhi factor sosial ekonomi
dalam penerapan pendidikan seks
pada anak, 10 pertanyaan tentang
sikap ibu yang dipengaruhi factor
sosial budaya dalam penerapan
pendidikan seks pada anak, dan 3
pertanyaan tentang sikap ibu yang
dipengaruhi riwayat pendidikan seks
ibu dalam penerapan pendidikan seks
pada anak. Penilaian aspek tersebut
dengan cara : jawaban sangat setuju
(SS) akan diberi skor 4, jawaban
setujub(S) akan diberi skor 3,
jawaban tidak setuju (TS) akan
diberi skor 2, dan jawaban sangat
tidak setuju (STS) akan diberi skor 4.
Penskoran berdasarkan katagori
dilakukan sebagai berikut (Klein, 1999) :
Baik nilai ≥ 35
Kurang baik nilai 25 – 34
Analisa data dilakukan 2 tahap yaitu
uji univariat untuk mengetahui
gambaran responden dengan cara
menghitung distribusi dan frekuensi
dari subjek penelitian. Uji bivariat
untuk mengetahui hubungan antara
variable bebas dan variable terikat.
Uji statistic yang digunakan adalah
Chi Square.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan uji statistic dengan
menggunakan analisis chi square dapat
dilihat ada atau tidaknya hubungan antara
penghasilan ibu, suku dan riwayat
pendidikan seks ibu dengan mengaarkan
pendidikan seks pada anak usia 4-6 tahun di
Taman Kanak-kanak Kasihan Bantul.
Jumlah responden berkurang 6 orang dari 53
menjadi 47 dikarenakan pindah sekolah dan
sakit pada saat penelitian berlangsung
sehingga didapatkan data sebagaiberikut :
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan penghasilan.
Karakteristik berdasarkan penghasilan,
sebagian besar responden
berpenghasilan rendah sebanyak 66,1.
Tabel 3. Distribusi responden
Karakteristik berdasarkan umur,
sebagian besar responden termasuk
dalam usia dewasa yaitu diatas 30 tahun
(55.4 %).
Karakteristik responden berdasarkan
pendidikan, pada umumnya responden
sudah berpendidikan formal prosentase
tertinggi berpendidikan SD sebesar
Tabel 5. Distribusi responden
Berdasarkan data pada table 5 dapat kita
ketahui bahwa pekerjaan responden
sebagian besar adalah buruh (44,9%) ,
diikuti ibu rumah tangga sebesar 31,9%,
dan hanya sebagian kecil yang bekerja
sebagai wiraswsta, tani karyawan
swasta, pensiunan dan guru.
Kenyataan ini memungkinkan ibu tidak
banyak mempunyai banyak kesempatan
untuk memperhatikan perkembangan
seksual anak , dan mengajarkan
pendidikan seks sesuai tahap
perkmbangan usia anak-anaknya.
Karakteristik berdasarkan suku,
mayoritas responden adalah suku Jawa
dengan prosentase sebesar 74,6 % .
Tabel 6. Distribusi Responden
berdasarkan Suku
Suku F %
Jawa 35 74,6%
Luar Jawa 12 25,4%
Total 47 100%
Karakteristik berdasarkan suku,
mayoritas responden adalah suku Jawa
dengan prosentase sebesar 74,6 % .
Tabel 6. Distribusi Responden
berdasarkan riwayat pendidikan seks.
Riwayat Pendidikan
ketahui bahwa sebagian besar responden
belum pernah diajarkan pendidikan seks
sebanyak 31 responden (75,6 %) dan
responden yang pernah diajarkan
pendidikan seks sebanyak 16 responden
(23,4 %).
Distribusi Hubungan Penghasilan Ibu,
Suku dan Riwayat Pendidikan Seks Ibu
dengan Mengajarkan pendidikan Seks.
Berdasarkan uji statistic dengan
dilihat ada atau tidaknya hubungan anatara
penghasilan ibu, suku dan riwayat pendidikan
seks dengan mengajarkan pendidikan seks pada
anak usia 4-6 tahun di Taman Kanak-kanak
Kasihan bantul. Hasil analisis dapat dilihat
dibawah ini :
Tabel 8. Distribusi Hubungan Penghasilan Ibu
dengan Mengajarkan pendidikan Seks.
Pengha silan
Ibu
Mengajarkan Pendidikan seks Jumlah
Baik %
Berdasarkan table 8 dapat kita ketahui bahwa
dari 47 responden terdapat 34 responden (72,3
%) yang termasuk kategori kurang dalam
penerapan pendidikan seks dan 7 responden
(14,9 %) yang termasuk kategori baik
sedangkan 6 responden (12,7 %) yang termasuk
kategori jelek.
Dari uji chi square didapat X2 adalah 21,404
dan p = 0,045 sehingga ada hubungan yang
signifikan antara penghasilan ibu dengan
mengajarkan pendidikan seks. Besarnya
hubungan tersebut dengan analisis koefisiensi
kontingensi = 0,559. Sehingga dapat kita
katakan faktor sosial ekonomi mempengaruhi
ibu dalam mengajarkan pendidikan seks pada
anak usia 4 -6 tahun.
Tabel 9. Distribusi Hubungan Suku dengan
Mengajarkan pendidikan Seks.
Suku Mengajarkan Pendidikan Seks Jumlah Baik % Kurang
kurang baik dalam penerapan pendidikan seks
dan yang termasuk kategori jelek sebanyak 6
responden (12,7 %) sedangkan kategori baik
hanya 7 responden (14,9 %).
Dari uji chi square didapat X2 adalah
2,360 dan p = 0,037 sehingga ada
hubungan yang signifikan antara suku
dengan mengajarkan dalam pendidikan
seks. Besarnya hubungan tersebut dengan
analisis koefisiensi kontingensi = 0,219.
Sehingga dapat kita katakan faktor social
mempengaruhi ibu mengajarkan
pendidikan seks pada anak usia 4-6 tahun.
Tabel 10. Distribusi Hubungan Riwayat
Pendidikan Seks Ibu dengan
Mengajarkan pendidikan Seks.
Riwayat Pendidikan
Seks
Mengajarkan Pendidikan Seks Jumlah Baik % Kurang
ketahui bahwa dari 47 responden terdapat
32 responden (72,4 %) yang termasuk
kategori kurang baik dalam penerapan
pendidikan seks dan yang termasuk
kategori jelek sebanyak 8 responden
(17,0 %) sedangkan yang termasuk
kategori baik sebanyak 7 responden (14,9
%). Dari uji chi square didapat X2 adalah
8,554 dan p = 0,014 sehingga ada
hubungan signifikan antara riwayat
pendidikan seks ibu dengan mengajarkan
pendidikan seks. Besarnya hubungan
tersebut dengan analisis koefisiensi
kontingensi = 0,392. Sehingga dapat kita
katakan riwayat pendidikan seks ibu
mempengaruhi ibu dalam mengajarkan
pendidikan seks pada anak usia 4-6 tahun.
Untuk mengetahui hubungan dari
masing-masing variabel terhadap
mengajarkan pendidikan seks dapat
dilihat table sebagai berikut :
Tabel 11. Hubungan penghasilan Ibu,
Suku, dan Riwayat Pendidikan Seks Ibu
dengan Mengajarkan Pendidikan Seks.
No. Variabel Koefisien
Kontingensi p
mempengaruhi ibu dalam mengajarkan
pendidikan seks pada anak usia 4 – 6
tahun di TK Dharma Bakti IV Bantul
adalah penghasilan ibu, suku, dan riwayat
Dari ketiga variabel yang mempunyai
hubungan signifikan terhadap
mengajarkan pendidikan seks, didapat
koefisien kontingensi penghasilan ibu
lebih besar dari pada angka koefisien
kontingensi variabel lain, sehingga factor
sosial ekonomi merupakan factor yang
paling dominan mempengaruhi ibu dalam
mengajarkan pendidikan seks pada nak
usia 4 – 6 tahun di TK Dharma Bakti IV
Kasihan Bantul.
PEMBAHASAN
1. Faktor sosial ekonomi
Dari hasil penelitian menyebutkan
bahwa factor social ekonomi
mempengaruhi ibu dalam mengajarkan
pendidikan seks pada anak usia 4 – 6
tahun karena pada tabel 6 dapat kita
lihat bahwa ibu banyak yang bekerja di
luar rumah yaitu sebagai buruh untuk
membantu terpenuhinya perekonomian
keluarga yang sebagian besar
perpenghasilan rendah ( lihat tabel 2).
Hal ini didukung oleh pendapat
Risman (2004) yang mengemukakan
bahwa orang tua yang terlibat aktif
dalam masyarakat industry, misalnya
sebagai pekerja yang seringkali
meninggalkan rumah, dapat
berdampak pada kelalaian kewajiban
mendidik anak, sehingga anak
terlantar.
2. Faktor sosial budaya
Dari hasil penelitian juga
menyebutkan bahwa faktor sosial
budaya mempengaruhi ibu dalam
mengajarkan pendidikan seks pada
anak usia 4-6 tahun karena rasa tabu
dan malu untuk membicarakan seks
pada anak, juga anak usia 4-6 tahun
dianggap belum pantas dan masih
terlalu kecil untuk mengajarkan
pendidikan seks. Hal tersebut di atas
didukung oleh Risman (2004) yang
mengemukakan bahwa seksualitas
orang tua pada umumnya mereka
masih menganggap adalah sesuatu
yang tabu dan saru untuk
dibicarakan. Maxwell (2000) juga
menegaskan bahwa orang tua
menganut aturan agama dan dalam
konteks sebuah budaya yang tidak
3. Riwayat pendidikan seks ibu.
Penelitian yang telah dilakukan
mendapat hasil, riwayat pendidikan
seks mempengaruhi ibu dalam
mengajarkan pendidikan seks pada
anak usia 4-6 tahun di Tk Dharma
Bakti Tamantirto. Sehingga dapat
kita lihat ibu yang belum pernah
diajarkan pendidikan seks, maka
tidak akan mengajarkan pendidikan
seks pada anaknya (lihat tabel 10).
Hal tersebut didukung oleh Risman
(2004) yang mengungkapkan bahwa
pendidikan seks yang diterima orang
tua di masa lalu secara tidak
langsung akan mempengaruhi cara
orang tua dalam mendidik anaknya.
Dan Maxwell (2000) mengatakan
bahwa orang tua sangat bingung
tentang seks, mereka tidak pernah
berdiskusi tentang perasaan seks dan
hasrat tentang seseorang. Tidak
seorangpun mengira akan
mengajarkan seks pada anak-anak.
Ketakutan orang tua adalah melihat
anaknya menjadi makhluk seksual
karena itu mereka tidak yakin
menjelaskan pada anak-anak.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Faktor sosial ekonomi
mempengaruhi ibu dalam
mengajarkan pendidikan seks
pada anak, maka semakin
rendah penghasilan keluarga
dan semakin lama ibu bekerja
di luar rumah sehingga
mengajarkan pendidikan seks
semakin buruk.
2. Faktor sosial budaya juga
berpengaruh terhadap ibu
dalam mengajarkan
pendidikan seks.
3. Riwayat pendidikan seks
mempengaruhi ibu dalam
mengajarkan pendidikan seks
pada anak usia 4-6 tahun di
Taman Kanak-kanak
Tamantirto, maka semakin
ibu tidak diajarkan
pendidikan seks pula pada
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian
yang diperoleh, maka disarankan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Kepada Taman Kanak-
Kanak Dharma Bakti IV
Tamantirto Kasihan Bantul.
Bagi guru agar memberikan
penyuluhan, pembinaan dan
pengarahan tentang
pendidikan seks yang sesuai
dengan usia taman kanak –
kanak.
2. Kepada Pihak Puskesmas
Kasihan I, Dinas Kesehatan
Kota Yogyakarta dan Dinas
Kesehatan setempat serta
pihak – pihak lain yang
terkait.
a. Perlu melakukan promosi
kesehatan yang bertujua
menanamkan sikap yang
positif pada ibu terhadap
pendidikan seks pada
anak. Hal ini dapat
dilakukan dengan
menyampaikan informasi
mengenai masalah
kesehatan dan tindak
criminal khususnya
mengenai pendidikan
seks pada anak kepada
ibu – ibu yang memiliki
usia 4 – 6 tahun dalam
berbagai kesempatan dan
metode yang sesuai.
b. Penyampaian informasi
masalah kesehatan
khususnya mengenai
pendidikan seks pada
anak dapat dilakukan oleh
kader Posyandu yang
telah dilatih oleh petugas
Puskesmas.
3. Kepada Ibu –ibu yang
memiliki Anak Usia TKK
Agar tidak malu bertanya
mengenai informasi
kesehatan kepada petugas
kesehatan, khususnya
mengenai pendidikan seks
pada anak. Peningkatan
pengetahuan juga dapat
sumber – sumber bacaan
yang terkait dengan masalah
tersebut. Prinsipnya dalam
penyampaian pendidikan seks
pada anak ibu harus jujur,
terbuka dan menggunakan
cara dan bahasa yang
sederhana sehingga mudah
dipahami oleh anak sesuai
dengan tahap usianya.
4. Kepada Perawat Maternitas.
a. Agar memberikan
penyuluhan dan dorongan
kepada orang tua
khususnya ibu – ibu yang
memiliki anak usia 4 – 6
tahun agar mengajarkan
pendidikan seks sejak
dini.
b. Agar melakukan
penelitian tentang
pendidikan seks sejak
dini terutama dampaknya
bagi anak dimasa dating.
5. Kepada Peneliti yang Lain.
a. Kepada peneliti
berikutnya agar lebih
menyempurnakan
penelitian dengan metode
yang lebih lengkap
diantaranya pengumpulan
data tidak hanya
menggunakan kuisioner
saja, tapi diikuti juga
dengan diskusi kelompok
terpadu serta wawancara
mendalam sehingga
didapat hasil yang lebih
baik.
b. Kepada peneliti yang lain
agar melakukan tentang
pendidikan seks pada
anak usia 4 – 6 tahun
dengan menggunakan
jenis korelasi, dengan
pendekatan kuantitatif
sehingga dapat ditemukan
hubungan antar variabel
dan prosentase tertinggi
variabel mana yang
paling berpengaruh
terhadap pemberian
pendidikan seks.
c. Hendaknya melakukan
penelitan tentang
anak usia 4 – 6 tahun
dengan lingkup sampel
yang lebih luas yakni
dengan menambah
jumlah sampel,
memperluas area
penelitian yaitu dengan
meneliti semua anak usia
4- 6 tahun di wilayah
Tamantrto baik yang
bersekolah maupun tidak
guna memperoleh
gambaran yang lebih luas
dan tergeneralisasi.
KEPUSTAKAAN
Abramson, J.H. (1997). Metode
Survey dalam
Kedokteran Komunitas. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
BPS, (2000). Population Projection. www.bps.co.id
Tentang Seks . Pikiran Rakyat Cyber
Media. terapi seksual menjawab berbagai
pertanyaan tentang sesualitas,
Cetakan ke-2 Mitra Utama : Jakarta.
Kurniati (2003). Hubungan Antara Persepsi Ibu Tentang Pendidikan Seks pada Anak Usia 0-5 tahun dengan Sikap Ibu dalam Menerapkan Pendidikan Seks, Karya Tulis Ilmiah Program Studi
Ilmu Keperawatan UGM :
Yogyakarta.
Laporan Kasus POLSEK Kasihan Bantul, 2004.
Maxwell, S.(2000). Breaking Our Silence About Sex . www. Parenthood.com.
Miqdad, A. (2001). Pendidikan Seks Bagi Remaja. Cetakan ke-3. Penerbit Mitra Pustaka : Yogyakarta.
Nurdadi, S (2003). Kondisi Keluarga
Mempengaruhi Pendidikan Seks. Media Indonesia.
Risman, E.(2004). Kita Alpa Memuliakan Anak. www.republika.co.id
Sulistyo, R. (1996). Pendidikan Sex. Penerbit Elstar Offset : Bandung.
Undang – Undang Republik Indonesia .(1999). Tentang Hak Asasi Manusia , Nomer 23 Pasal 58.
Vitalaya, A. (2004). Pendidikan Seks Dan Kesehatan Harus Melibatkan Orang Tua . Media Indonesia.
Paat, G. (1997 ). Remaja Dan Hubungan
Seksual Pranikah .
www.percikaniman.com
Zega, T. (1999). Persepsi Ibu Rumah Tangga
Terhadap Kesehatan Reproduksi
Bagi Remaja . Tesis Program Pasca