• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Agama Islam Dan Agama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Agama Islam Dan Agama"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Agama Islam Dan Agama-Agama Selain Islam

Berbicara tentang agama Islam, kita tak kan pernah lupa dengan orang yang pertama membawa agama ini kedalam dunia ini. Orang yang menjadi contoh utama dalam segala hal dalam kehidupan, baik hubungan antara manusaia atau dengan Tuhan itu sendiri. Dia adalah Nabi Muhammad Saw. Beliau adalah seorang di antara manusia teragung yang dikenal oleh sejarah peradaban manusia. Kita sebagai penganut agama Islam dituntut untuk menghayati ajaran beliau, Sebagaimana di Firmankan Allah SWT dalam Al-qur’an

Artinya: sungguh telah ada dalam diri Rasulullah suri tauladan yang baik (uswatun hasanah)

Kita bukan hanya dituntut bukan hanya menghayati ajaran beliau tetapi memantapkan cinta dan penghargaan kita atas jasa-jasa serta pengorbanan beliau Karena kalau kita tidak mampu mengakui dan memberi penghoramatan kepada para tokoh, maka kepada siapa lagi penghormatan itu kita berikan? Kalau kita enggan memberi hak-hak manusia agung, maka, mungkinkah kita bersedia memberi hak orang-orang kecil? Justru karena jasa dan pengorbanan Nabi Muhammad Saw, serta atas dasar pemberian hak penghormatan itulah sehingga Allah SWT, dan para malaikat mencurahkan rahmat dan memohonkan maghfiroh untuk beliau serta menganjurkan ukmat Islam untuk menyampaikan shalawat dan salam sejahtera kepada Nabi Muhammad Saw. Dan segenap keluarga beliau.

Kedudukan utama Nabi Muhammad Saw, tercermin antara lain dalam Firman Allah yang artinya:

Dan kami telah tinggikan namamu

Dalam arti pengakuan kenabian Nabi Muhammad Saw. Nama beliau juga disandingkan dengan nama Tuhan dengan pengakuan akan ke-Esaan Allah SWT dalam dua kalimat Syahadat:

(2)

Hal ini juga berarti kepatuhan kepada beliau identik dengan kepatuhan kepada Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah SWT:

Artinya: siapa taat kepada Rasul, maka dia telah taat kepada Allah. Barang siapa yang berpaling dari ketaatan itu, maka kami tidak mengutusmu menjadi pemelihara mereka (QS An-Nisa : 80)

Seorang muslim yang baik bukan hanya patuh kepada Rasulullah tetapi juga kagum kepada beliau dengan kekaguman berganda: sekali ketika memandang beliau dengan hati menggunakan kaca mata iman dan menemukannya sebagai Nabi dan Rasul, dan kali lain ketika memandang beliau dengan nalar dan aneka tolok ukur objektif, yang menemukan pada diri beliau, budi luhur serta karya-karya agung.

Kedua hal itulah yang mengukir dan membentuk citra nabi Muhammad Saw. Dalam pikiran dan hati seorang muslim. Oleh karena itu sebagaimana ditulis oleh seorang sarjana jerman Annemarie Schimmel dalam bukunya And Muhammd is his messenger “dalam keadaan darurat, seorang Muslim mungkin menyangkal keyakinannya kepada Allah, tetapi sekali-kali ia tidak akan bersedia mengutarakan kata-kata rendah apalagi penghinaan terhadap Nabinya, walau diancam dengan kematian sekalipun”[1]

Keluhuran Nabi Muhammd Saw, bukan hanya dinyatakan Allah, dan hanya diyakini umat Islam, berdasar Firman-Nya:

Artinya: sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung (QS Al-Qalam :4)

Tetapi juga diakui oleh kawan dan lawan. betapa tidak, cetusan paling buruk dalam percakapannya adalah: “semoga dahinya berlumuran Lumpur”, ketika diminta untuk mengutuk, beliau menjawab: “Aku bukan diutus sebagai pengutuk, tetapi Aku diutus sebagai pengajak kepada kebaikan dan penyebar rahmat.”[2]

(3)

beliau dihormati dan dijunjung tinggi. dalam kesibukannya memimpin, beliau menerima dengan lapang dada, dan tangan terbuka siapa pun yang datang walau seorang badui yang tak mengenal basa-basi.

Komitmen beliau terhadap waktu amat tinggi, tidak saja dalam menyelesaikan tugas atau memenuhi sebuah janji, tapi juga dalam mengisi waktu itu sendiri. Tidak heran, karena memang ajaran Ilahi yang diterimanya berpesan:

Artinya: Apabila engkau telah menyelesaikan satu pekerjaan, maka kerjakanlah yang lain hingga engkau letih, dan hendaklah kepada Tuhanmu engkau mengharap. (QS An-Nashrah: 7-8)

Kebersihan yang diperagakan dalam diri, rumah dan lingkungannya amat menonjol, karena beliau yakin bahwa kebersihan adalah manifestasi iman, dank arena menurut beliau: menyingkirkan kotoran atau gangguan dari jalan adalah bagian terendah dari keimanan.

Kita tidak mampu mengurai segala keagungan dan kepribadian Nabi Muhammad Saw., yang menjadi teladan bagi aneka tipe manusia. Baik tipe seniman, ilmuwan, pekerja dan tipe manusia yang memiliki kecenderungan kuat beribadah kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Kita juga tidak mampu merinci keteladanan beliau sebagai ayah, suami, teman, negarawan, panglima perang, dan lain sebagainya. Batas pengetahuan tentang beliau adalah sesungguhnya beliau sebaik-baik mahkluk Tuhan seluruhnya.[3]

Menyadari kedudukan beliau sebagai panutan dan teladan, menuntut kita tidak terpaku dalam formalitas lahiriah dan melupakan esensi ajarannya. Kita sadari bahwa ajarannya berorientasi kepada usaha persatuan dan kemanusiaan, sebagaiman Firman Allah:

(4)

Namun ajaran yang diajarkan tidak melebur perbedaan, tapi tetap menghormati perbedaan. Karena setiap kelompok telah memilih jalan dan tatanan hidup mereka, sehingga mereka harus berpacu mencapai prestasi kebajikan. Sebagaimana firmannya:

Artinya: untuk tiap-tiap umat diantara kamu , kami berikan aturan dan jalan terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. (QS Al-Ma’idah: 48)

Disamping itu kaum muslim ditugasi mengusahakan perbaikan antara manusia, dan menjadi penengah yang adil untuk menjadi saksi dan patron-patron hidup ditengah-tengah umat manusia. Kita juga di tuntut berlaku adil terhadap terfadap siapapun sebagaimana firman Allah AWT:

Artinya: janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum menjadikanmu tidak berlaku adil. (QS Al-Maidah)

Masalah pluralisme agama, dalam bukunya yang berjudul “Agama Masa Depan: Filsafat Prenial”, salah seorang cendekiawan muslim indonesia Prof. Dr. Komaruddin Hidayat

(5)

beliau hanya memberikan peringatan bahwasannya kita tidak akan selamanya ada dalam dunia ini. Jadi jangan anda forsir apa yang anda miliki hanya untuk menjadi judge terhadap yang lain dan beranggapan anda tidak ada yang benar. Apa yang anda yakini adalah benar tanpa harus menyalahkan keyakinan orang lain. Sebagaimana firman Allah SWT tentang keyakinan suatu agama dalam surat Al-Kafirun: 6

Artinya: untukmulah agamamu. Dan untukkulah agamaku

Kalau kita perhatikan dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menekankan kepada kita bahwasannya tidak ada Pluralisme dengan umat yang lain, tapi disatu pihak kita diperintahkan untuk bertoleransi terhadap umat yang lain seperti ayat-ayat yang telah tertera diatas. Perlu digaris bawahi bahwasannya Islam adalah agama yang paling menjunjung masalah toleransi terhadap agama yang lain, terutama dalam masalah ahklak (tingkah laku) orang Islam terhadap siapapun, baik itu terhadap saudara, tetangga, teman dan lain sebagainya. Bahkan terhadap umat yang lain. Oleh karena itu, wajar ketika suatu hari Nabi Muhammad pernah Bersabda: “aku diutus untuk menyempurnakan kesempurnaan Akhlak” . pernah pada suatu ketika Nabi dan para sahabat sedang duduk-duduk bersama, dilewati oleh rombongan orang yang meninggal, lalu salah seorang sahabat mengatakan kepada Nabi “ya Rasulullah dia (yang meninggal) adalah orang Yahudi” Nabi hanya menjawab: “bukankah ia manusia”. Disini dapat kita simpulkan bahwasannya Nabi sangat menghormati agama yang lain entah apapun agama mereka. karena walau bagaimanapun meraka adalah sama-sama manusia yang diciptakan Tuhan dan mempunyai keyakinan tersendiri tentang Tuhan meraka. Dan terhadap ayat-ayat yang agak ektrimis itu hanya berlaku dalam masalah yang berkaitan dengan Akidah seorang musliam, dalam masalah akidah tidak ada kerjasama dan tidak ada persamaan sebagai mana telah dijelaskan dalam Al-Qura’an dalam surat Al-kafirun ayat 1-6. yang menolak kerjasama terhadap kafir quraisy yang ingin bekerja sama dalam menyembah Tuhan dan berhala-berhala mereka.

(6)

beragama kepada dua yaitu: Islam dan Non-Islam. Kita beranggapan bahwasannya agama Islam itu sama besarnya dengan semua agama selain Islam apabila semua agama tersebut disatukan dengan nama kelompok, Non-Islam. padahal pada kenyataannya kebesaran Islam tidak sebesar agama Kristen saat ini. Ini adalah factor internal dalam Islam dalam menjalin hubungan dengan agama-agama yang lain, factor eksternal adalah adanya perang salib yang terjadi antara umat Islam dan Kristen yang menjadikan Islam sangat sulit menjalin hubungan dengan agama Kristen, bahkan dengan agama yang lainpun mengalami kesulitan, apalagi di Indonesia karena pada pada awalnya Negara indeonesia adalah sebuah kumpulan kerajaan yang pada awalnya adalah daerah-daerah yang dikuasai oleh agama Hindu, hingga hal ini mungkin mempengaruhi hubungan Islam dengan agama Hindu di Indonesia.[6] Dan masih banyak lagi hal yang mempengaruhi hubungan Islam dengan agama-agama yang lain di Indonesia.

Kita harus mengembalikan masalah Pluralisme Agama kepada ajaran Nabi Muhammad Saw, karena itu, pluralisme positif dan kemajemukan yang membawa keserasian sosial, merupakan salah satu hakikat ajaran Nabi Muhammad Saw. Kita harus bersyukur karena mata dunia tertuju kepada kita dengan penuh penhargaan bahwa ajaran Nabi Muhammad terpancar dalam kehidupan umat islam diseluruh dunia. Tapi kita fokuskan pembahasan ini pada kehidupan islam di Indonesia.

Islam Indonesia menurut dunia luar menunjukkan wajahnya yang menarik dan karakternya yang memikat sebagai rahmatan lil ‘alamin (sebagai rahmat bagi seluruh alam, seluruh umat manusia), jauh dari radikalisme dan ekstremitas yang melanda dunia masa kini. bukan saja umat Islam di belahan timur dunia yang mengagumi pendekatan keagamaan kita, dunia barat sekalipun yang tidak luput dari ekstremitas keagamaan menunjuk Indonesia sebagai model alternative bagi perwujuddan kerukunan antarumat beragama dipermukaan bumi ini.

(7)

menciptakan kehidupan keagamaan yang harmonis, yang tidak dijumpai di Negara-negara Eropa dan Amerika.[7]

Indonesia tandasnya “is a model of religius tolerance that other countries could do well to emulate” (Indonesia merupakan contoh dalam toleransi keagamaan yang patut ditiru oleh dunia). Tidak heran, karena menurut Prof. Mahmud Ayoub, Profesor universitas temple Philadelphia: “pengamalan agama dalam masyarakat Indonesia dibanding dengan mayarakat lainnya merupakan model yang paling dekat dengan nilai Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhmmad Saw”. Jika kita menengok dari dunia luar, kita akan tahu dan sadar betapa besar nikmat Tuhan yang dilimpahkan kepada bangsa kita. Nilai luhur bangsa yang seiring dengan ajaran toleransi Nabi Muhammad Saw, telah berakar dalam jiwa, berkat kearifan dan jasa para pendahulu, yang dilestarikan oleh pemimpin-pemimpin bangsa dewasa ini. Dalam konteks teristimewa masa kini bahkan akhir-akhir ini. Coba perhatikan firman Allah SWT:

Artinya: janganlah kamu menjadi seperti seorang oerempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat dan bercerai berai (QS Al-Nahl: 92)

Untuk memelihara hal tersebut ada dua hal yang harus digaris bawahi :

Pertama, kita harus mampu mensosialisasikan semangat ajaran serta keteladanan Nabi Muhammad Saw. Toleransi dan moderasi yang beliau ajarkan harus senantiasa menjadi acuan dan pedoman dalanm interaksi kita dengan umat agama lain. Kita seyogyanya tidak terpengaruh oleh pendapat dan pendekatan umat Negara lain yang telah dibebani oleh sejarah konflik dan permusuhan yag ikut mewarnai budaya mereka. Konflik yang berkepanjangan, apalagi kontak fisik yang mengorbankan jiwa, tidak pernah terjadi di negri kita. Oleh karena itu kedamaian dalam sejarah hubungan antar umat beragama di Indonesia harus tercermin dalam interaksi kita. tidak saja dituntu untuk bersama-sama mengoreksi citra dan kesan keliru yang boleh jadi tergambar dalam benak masing-masing, tapi lebih Dari itu kita harus memberi contoh dalam upaya menjalin kerja sama kontruktif, jauh dari perdebatan teologis doctrinal yang selalu berakhir dengan jalan buntu. Sebagaimana firman Ilahi:

(8)

“saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS Ali Imran: 64)

Diantara sekian banyak contoh yang ditunjukkan oleh Nabi dalam menjalin hubungan keakraban, adalah kelapangan dada beliau mengizinkan delegasi Kristen Najran yang berkunjung ke Madinah untuk berdo’a di kediaman beliau, sebagaimana diungkapkan oleh sejarawan Islam Ali bin BUrhanuddin Al-Halaby Al-Syafi’i dalam bukkunya Al-Shirah[8]

Sebaliknya pada saat-saat kritis dalam perjuangan Nabi di Makkah, Raja Abissynia atau Ethiopia, yaitu raja Najasyi atau Negus, yang beragama Kristen melindungi Umat Islam, sampai-sampai ketika wakil masyarakat Arab Jahiliyah meminta untuk mengektradisi dan mengembalikan pengikut Nabi ke Mekkah, Negus menolak seraya berkata: “apakah engkau meminta aku menyerahkan pengikut Muhammad, seorang yang telah didatangi malaikat Jibril? Demi Tuhan, Ia (Muhammad) benar, dan ia akan mengalahkan musuh-mushnya “. Dalam pada itu, saat Nabi menjadi penguasa di Madinah berpesan: siapa yang mengganggu umat agama samawi, maka ia telah menggangguku.

(9)

Artinya: sesungguhnya kamu pasti dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “sesungguhnya kami ini orang nasrani.” Yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib. Juga karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. (QS Al-Maidah: 82)

Namun harus diingat bahwa betapapun keras usaha setiap kelompok keagamaan dalam menjalin hubungan dengan kelompok lain, konflik intern yang melanda tubuh suatu umat pasti akan merupakan kendala yang menggerogoti keutuhan umat itu sendiri, sehingga pada gilirannya akan menghambat tercapainya suasana dialogis dan kerja sama dengan umat lain. Komunitas agama di Indonesia dengan prestasinya dalam mewujudkan suasana dialogis harmonis selama ini diharapakan tidak terperangkap oleh konflik-konflik intern yang sering disebabkan oleh kekurangan pemahaman tentang inti ajara masing-masing Disatu pihak. atau oleh pengaruh factor eksternal politis yang sedang melanda dunia Islam.

Jadi segala sesuatu harus kita kembalikan kepada inti ajaran kita masing-masing dan semua yang ada adalah kebenaran menurut penganutnya masing-masing. Kembalikan semua hal ke dalam ajaran agama Islam yang sangat indah dan penuh dengan kasih Tuhan.

Salam sejahtera semoga damai selalu menyertai kita semua. Amin.

Referensi

 Dr Syihab Alwi, Islam Inklusif: menuju sikap terbuka dalam beragama, cetakan ke-V, 1999,

Mizan

 Prof. Dr Komaruddin Hidayat, Filsafat Perenial: Agama Masa Depan

 Prof. Drs Musrifah Darajah. Sejarah Peradaban Islam Klasik

Sejarah Kebudayaan Islam, Depag RI untuk MAK kelas II tahun 1997

(10)

[1] Dr Syihab Alwi, Islam Inklusif: menuju sikap terbuka dalam beragama, cetakan ke-V, 1999, Mizan Jakarta hal Hal. 333

[2] Ibid

[3] Ibid Hal. 334

[4] Prof. Dr Komaruddin Hidayat, Filsafat Perenial: Agama Masa Depan

Sebagai catatan beliau adalah rector terpilih dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan menggatikan rector yang sekarang yaitu Prof. Dr. Azyumardi Azra.

[5] Prof. Dr Komaruddin Hidayat, Psikologi Kematian

[6]Prof. Drs Musrifah Darajah. Sejarah Peradaban Islam Klasik

[7] Dr Syihab Alwi, Islam Inklusif: menuju sikap terbuka dalam beragama, cetakan ke-V, 1999, Mizan Jakarta hal. 335

[8] Ibid hal. 337 [9] Ibid hal. 338

Critical Response ”Hubungan Islam dengan Agama lain di

dunia”

Bicara tentang hubungan islam dengan agama-agama lain di dunia, maka kita telah membahas mengenai konsep pluralisme dalam beragama. Islam secara tegas memberikan kebebasan sepenuhnya kepada manusia dalam masalah agama dan keberagamaan. Ia merujuk ayat al-Qur’an yang menyatakan bahwa “tak ada paksaan dalam agama.” Ia juga merujuk ayat yang menunjukkan bahwa Tuhan mempersilahkan siapa saja yang mau beriman atau kufur terhadap-Nya.

(11)

ke-17, perang salib yang melibatkan dua peradaban besar, juga konflik antara Hindu dan Muslim di India. Fakta-fakta ini menunjukkan, agama rentan dengan konflik dan kekerasan.

Berdasarkan fakta di atas, maka perlulah ada sebuah kritik ideologi terhadap agama yang eksis. Kritik ini penting agar kita menyadari bahwa agama bukanlah barang suci yang bebas dari kontaminasi manusia. Agama terbentuk melalui proses sejarah, bercampur dengan budaya serta hasrat-hasrat manusia. Kata “agama” sendiri memiliki jenis pemaknaan yang luas meliputi gagasan-gagasan, praktek-praktek, juga pengalaman-pengalaman – kadang positif dan kadang negative. Kritik ideologi ini bukan untuk melamahkan fungsi dan ajaran suatu agama, bukan pula membenarkan ajaran atheis, melainkan kritik ini merupakan refleksi untuk membangun agama menjadi lebih baik, terutama dalam posisinya sebagai unsur yang melekat dalam sejarah dan budaya manusia

ISLAM DAN TOLERANSI ANTAR AGAMA

Perspektif ajaran Islam tentang toleransi antar umat beragama terkait erat dengan doktrin Islam tentang hubungan antara sesama umat manusia dan hubungan Islam dengan agama-agama lain. Perspektif Islam tentang toleransi beragama sebenarnya bukan berangkat dari aspek teologis semata, tetapi juga berpijak pada aspek kemanusiaan itu sendiri, sementara di sisi lain juga tidak mengabaikan pengalaman historis manusia dalam pergaulan hidup, terutama dalam kehidupan beragama.

Seperti agama-agama lain, Islam memang memiliki klaim-klaim ekslusif, terutama menyangkut wilayah keimanan (baca: tauhid). Akan tetapi, disamping klaim-klaim ekslusif, Islam juga memberikan penekanan khusus pada klaim inklusivisme keagamaan, sebagaimana akan kita lihat. Inklusivisme demikian sebenarnya memiliki akar teologis pada adanya satu Tuhan, satu kebenaran, dan satu asal usul manusia. Menurut Islam, manusia berasal dari satu asal yang sama, yakni Adam dan Hawa. Kendati berasal dari nenek moyang yang sama, lalu kemudian manusia menjadi bersuku-suku, berkaum-kaum, dan berbangsa-bangsa, dengan kebudayaan dan

peradaban yang berbeda-beda. Perbedaan demikian justru mendorong mereka untuk saling mengenal, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran:

(12)

Dengan demikian, menurut ajaran Islam, meskipun manusia memiliki perbedaan-perbedaan budaya, bahasa, warna kulit, kepercayaan, dan sebagainya, sebenarnya mereka adalah satu umat. Al-Quran menyatakan:

”Sesungguhnya umatmu ini adalah umat yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya 21:92).

Jadi , perspektif ”kesatuan umat manusia” memiliki akar yang kuat dalam ajaran Al-Quran. Perspektif itu selanjutnya berkembang menjadi ”solidaritas antarmanusia” (ukhuwwah insaniyyah atau ukhuwwah basyariyyah).

Dalam satu rumpun umat manusia, Allah menurunkan satu kebenaran universal melalui Kitab-kitab Suci dan para rasul-Nya. Akan tetapi, ketika kebenaran universal itu diterapkan dalam ruang waktu terbatas, kebenaran itu ditanggapi berbeda oleh manusia dengan pemahamannya sendiri-sendiri, maka terjadilah perbedaan penafsiran, yang kemudian menjadi menajam dengan masuknya berbagai vested interest akibat hawa nafsu. Inilah yang disanyalir oleh Al-Quran: ”Sesungguhnya manusia adalah umat yang satu, kemudian Allah mengutus para nabi yang membawa kabar gembira dan memberi peringatan, dan Dia menurunkan bersama para nabi itu Kitab Suci untuk menjadi pedoman bagi manusia berkenaan dengan hal-hal yang mereka perselisihkan; dan tidaklah berselisih tentang hal itu melainkan mereka yang telah menerima Kitab Suci itu sesudah datang kepada mereka berbagai keterangan, karena persaingan antara mereka.” (QS. Al-Baqarah 2:213).

Memang Allah memberikan petunjuk kebenaran kepada manusia, tetapi Dia juga memberikan kebebasan dan kemerdekaan kepada mereka untuk mempercayai atau mengingkarinya. Namun, segala pilihan itu wajib mengandung resiko tanggung jawab. Al Quran menyatakan:

”Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin

(beriman), hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (beriman), hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir), biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka.” (QS. Al-Kahf 18:29).

Allah tidak memaksakan kehendakNya kepada manusia, karena hasil paksaan hanyalah kepura-puraan dan hal demikian bertentangan dengan fitrah (watak bawaan) manusia. Karena itu, Allah berfirman:

” Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman segala orang yang di muka bumi. Maka apakah kamu (hendak) memaksakan manusia supaya menjadi orang –orang beriman semuanya?” (QS. Yunus 10:99).

(13)

”Tidak ada paksaan dalam menganut agama. Sesungguhnya telah jelas antara yang benar dan yang sesat.” (QS. Al-Baqarah 2:256).

Dari itu, tugas rasul hanya menyampaikan seruan:

”Dan katakanlah kepada orang-orang yang diberi kitab dan kepada orang-orang yang ummi. Apakah kamu mau masuk Islam. Jika mereka masuk Islam, maka sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanya menyampaikan. Dan Allah Maha Melihat hamba-hambaNya.” (QS. Al-’Imran 3:20).

Sehubungan dengan itu, Islam tentu saja mewajibkan kepada para pemeluknya untuk menyampaikan pesan-pesan Islam melalui dakwah, sebagaimana dianjurkan Al-Quran:

”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, pelajaran-pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik!” (QS. An-Nahl 16:125).

Akan tetapi, panggilan demikian tidak boleh dilakukan dengan melibatkan pemaksaan.

Disebabkan adanya prinsip-prinsip di atas, maka Al-Quran mengajarkan paham kemajemukan keagamaan (religious plurality). Ajaran ini tidak perlu diartikan sebagai secara langsung

pengakuan akan kebenaran semua agama dalam bentuknya yang nyata sehari-hari. Akan tetapi, ajaran kemajemukan keagamaan itu menandaskan pengertian dasar bahwa semua agama diberi kebebasan untuk hidup, dengan resiko yang akan ditanggung oleh para penganut agama itu masing-masing, baik secara pribadi maupun secara kelompok. Sikap ini dapat ditafsirkan sebagai suatu harapan kepada semua agama yang ada, yang pada mulanya menganut prinsip adanya satu kebenaran, untuk saling berdamai dan saling berlapang dada dalam berbagai lapangan

kehidupan. Dalam konteks ini, Islam sangat menekankan kepada para penganutnya untuk mengembangkan common platform, yang dalam istilah al-Quran disebut ”kalimatun sawa”, sebagaimana hal itu diisyaratkan ke dalam perintah Allah swt. kepada RasulNya, Nabi Muhammad Saw.:

”Katakanlah olehmu (Muhammad), ’Wahai Ahli Kitab, marilah menuju ke titik pertemuan (kalimatun sawa’) antara kami dan kamu, yaitu bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan tidak pula mempersekutukan-Nya kepada apa pun, dan bahwa sebagian dari kita tidak

mengangkat sebagian yang lain sebagai ”tuhan-tuhan” selain Allah.” (QS. Al-Imran 3:64) Jadi, common platform itu hendaklah dibangun di atas keimanan yang benar, yakni tauhid, keesaan Tuhan. Dari dasar inilah selanjutnya dikembangkan titik-titik dalam berbagai lapangan kehidupan. Dengan mengembangkan titik-titik temu, bukan perbedaan, akan dapat diciptakan kehidupan bersama yang toleran, saling menghargai, dan saling mempercayai.

Bahkan, Al-Quran mengajarkan kepada Nabi Muhammad saw. dan umatnya untuk menyampaikan kepada penganut agama lain, setelah kalimatun sawa’ tidak dicapai:

(14)

ditanyai (pula) tentang dosa yang kamu perbuat.’ Katakanlah, Tuhan kita akan menghimpun kita semua, kemudian menetapkan dengan benar (siapa yang benar dan yang salah) dan Dialah Maha Pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui.” (QS. Saba 34:24-26).

Hubungan persaudaraan antara Muslim dan non-Muslim sama sekali tidak dilarang oleh Islam, selam pihak lain menghormati hak-hak kaum Muslim: ”Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berbuat adil (memberikan sebagian hartamu) kepada orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama, dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah 60:8).

Pengembangan ”kalimatun sawa” dalam aspek-aspek tertentu yang berkaitan dengan teologi, doktrin, dan ritual, atau akidah dan ibadah tentu saja tidak dapat dijadikan prioritas, karena kemungkinan-kemungkinan celah ke arah itu sukar ditemukan. Dalam aspek-aspek itu yang perlu dibangun adalah tanggung jawab setiap pribadi untuk memiliki keyakinan dan ritual dalam berhubungan dengan Tuhan, tanpa mengganggu orang lain. Inilah yang diisyaratkan Al-Quran dalam ungkapan:

”Bagi kamu agamamu dan bagiku agamaku.” (QS. Al-Kafirun 109:6).

Dan: ”Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak (perlu ada) pertengkaran antara kami dan kamu. Allah mengumpulkan kita dan kepadaNya-lah kita kembali.” (QS. Asy-Syura 42:15).

Bertolak dari kerangka ajaran di atas, kaum Muslimin mengimplementasikan ”teologi

kerukunan” Islam sepanjang sejarah Nabi Muhammad sendiri telah memulai pengalaman itu, ketika beliau hijrah ke Madinah, pada 622 M. Pembentukan negara Madinah (Negara Kota), tidak diragui, merupakan momen sejarah sejauh menyangkut implementasi kerangka teologi , doktrin, dan gagasan kerukunan keagamaan Islam terhadap para penganut agama-agama lain, dalam konteks ini, khususnya agama Yahudi dan Nasrani.

Momen sejarah itu adalah penetapan Piagam Madinah atau sering disebut Konstitusi Madinah oleh Nabi Muhammad saw. Dalam konstitusi itu, secara tegas dinyatakan hak-hak penganut agama Yahudi untuk hidup berdampingan secara damai dengan kaum Muslim. Kaum Yahudi menerima Konstitusi Madinah secara sukarela. Berkat konstitusi itu, kaum Yahudi terangkat dari sekadar klien kesukuan menjadi warga negara yang sah. Dalam seluruh entitas politik atau negara Islam sepanjang sejarah, kaum Yahudi tidak pernah kehilangan status ini. Posisi mereka tidak bisa dilenyapkan, karena begitulah yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.

Di sisi lain, menyangkut kaum Nasrani tidak lama setelah Nabi Muhammad saw. melakukan ”pembebasan” (fath) Mekah, pada 8 H/630 M, sejumlah penganut agama Nasrani di Yaman mengirimkan utusan kepada Nabi saw. di Madinah. Kedatangan mereka adalah untuik

(15)

agama mereka semula. (Nasrani), dalam lingkup entitas politik Islam. Nabi seterusnya mengukuhkan eksistensi mereka sebagai ummah yang khas, seperti juga kaum Yahudi.

Apa yang dipraktikkan Nabi Muhammad itu dan diajarkan oleh Al-Quran seperti disebutkan di atas senantiasa menjadi acuan bagi kaum Muslim dalam hidup berdampingan dengan pemeluk-pemeluk agama lain di dunia sejagat. Jika terjadi konflik, di mana kaum Muslim mendapat tekanan, intimidasi, dan sebagainya dari pemeluk agama lain, maka Islam mengizinkan pemeluknya untuk membela diri. Di sinilah termanifestasinya jihad sebagai peperangan untuk mempertahankan diri dalam rangka menegakkan kebenaran kalimat Tuhan. Perintah perang dalam Al-Quran adalah sebagai reaksi, bukan aksi, seperti dinyatakan:

”Telah diizinkan perang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha-Kuasa menolong mereka itu. Yaitu orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka, tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata, ’Tuhan kami hanya Allah’ Dan sekiranya Allah tiada menolak sebagian mereka dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyaik disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang-orang yang menolong diri-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha-Kuasa lagi Maha-Perkasa.” (QS. Al-Hajj 22:39-40).

Jadi jelas, Islam menghendaki kedamaian antarmanusia, tidak boleh ada penganiayaan,

penindasan, pengucilan dan meremehkan di antar sesama manusia. Peperangan hanya dilakukan sebagai upaya bela diri dan untuk mengenyahkan tekanan-tekanan dan

penganiayaan-penganiayaan dalam masyarakat. Oleh sebab itu, Al-Quran menganjurkan untuk tidak saling mencurigai, tidak mencari-cari kesalahan orang lain, tidak menggunjing (QS. Al Hujurat 49:12), karena semuanya itu dapat mengganggu berjalannya toleransi.

Demikian, gambaran global ajaran Islam. Semoga ada manfaatnya bagi segenap Muslim dan para pemeluk agama lain, untuk mengawali pengenalan terhadap sejarah dan ajaran Islam, amin ya Rabbal’alamin!

Makalah Posisi Islam di Antara Agama-agama di Dunia

POSISI ISLAM DI ANTARA AGAMA-AGAMA DI DUNIA

A. PENDAHULUAN

(16)

1. Kelompok agama yang diturunkan oleh Tuhan melalui wahyu-Nya sebagaimana termaktub dalam kitab suci Alquran dan agama ini biasanya disebut dengan agama samawi (agama langit) karena berasal dari atas langit. Yang termasuk kedalam kelompok agama ini antara lain Yahudi, Nasrani dan Islam.

2. Kelompok agama yang didasarkan pada hasil renungan mendalam dari tokoh yang membawanya sebagaimana terdokumentasikan dalam kitab suci yang disusunnya dan agama ini biasanya disebut dengan agama ardli (agama bumi) karena berasal dari bumi. Yang termasuk kedalam kelompok agama ini antara lain Hindu, Budha, Majusi, Kong Hucu dan lain sebagainya.

Agama-agama tersebut hingga saat ini masih dianut oleh umat manusia didunia dan disampaikan secara turun temurun oleh penganutnya. Didalam mengkaji agama islam biasanya sering dihadapkan dengan agama-agama tersebut dengan tujuan untuk mengetahui posisi islam diantara agama-agama tersebut.

B. PEMBAHASAN

Islam adalah agama yang terakhir diantara sekalian agama besar di dunia yang semuanya merupakan kekuatan raksasa yang menggerakan revolusi dunia dan mengubah nasib sekalian bangsa , agama yang melingkupi segala-galanya dan mencakup sekalian agama yang datang sebelumnya.

Posisi Islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya:

(17)

agama didunia dengan kitab sucinya alquran yang merupakan gabungan dari semua kitab suci didunia ( kitab taurat, zabur dan injil yang murni )

Di dalam Alquran dijumpai ayat-ayat yang menyuruh umat islam mengakui agama-agama yang diturunkan sebelumnya sebagai bagian dari rukun iman, misalnya suruh albaqarah ayat 4

كلبق نم لزنأ امو كيلا لزنأ امب نونمؤي نيذلاو “ Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepada engkau dan apa yang diturunkan sebelum engkau “

2. Islam adalah agama yang terakhir dan merupakan pernyataan kehendak ilahi yang sempurna.

Di dalam Alquran disebutkan

انيد مﻻسﻻا مكل تيضرو يتمعن مكيلع تممتأ و مكنيد مكل تلمكأ مويلا “ Pada hari ini Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan Aku lengkapkan nikmat-Ku

kepadamu, dan Aku meridhoi islam sebagai agamamu

3. Agama islam memiliki tugas yang besar yaitu:

a. Mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan diantara sekalian agama di dunia

b. Menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang telah ada sebelumnya

c. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para penganut agama sebelumnya yang kemudian dimasukan kedalam agamanya itu

(18)

e. Memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia yang selalu bergerak maju.

4. Dengan datangnya islam, agama memperoleh arti yang baru dan didalamnya terdapat unsur pembaruan. Dalam hal ini paling kurang ada 2 hal:

a. Agama islam harus diperlakukan sebagai sebuah ilmu, dimantapkan dengan menyajikan ajaran agama sebagai landasan perbuatan bagi perkembangan manusia menuju tingkat kehidupan yang lebih tinggi lagi.

b. Ruang lingkup agama islam mencakup kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

5. Posisisi agama islam terhadap agama-agama lain dapat dilihat dari dua sifat yang dimiliki ajaran islam, yaitu akomodatif dan persuasif.

Islam berupaya mengakomodir ajaran-ajaran agama masa lalu dengan memberikan makna dan semangat baru didalamnya. Sebelum islam datang dijumpai adanya kebiasaan

masyarakat jahiliyah melakukan kurban persembahan kepada para dewa dan arwah leluhur untuk memperoleh keberkahan. Kebiasaan berkurban ini diteruskan oleh islam dengan tujuan kurban diarahkan sebagai bentuk pengabdian dan rasa syukur kepada Allah atas segala karunia yang diberikan-Nya , sedangkan daging kurbannya diberikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang kurang mampu.

(19)

dilarang pada saat-saat tertentu saja, yaitu pada saat akan melakukan sholat, hingga kemudian dilarang pada kapan saja.

5. Hubungan islam dengan agama-agama lain dapat dilihat pada ajaran moral yang ada didalamnya dan konsep gender yang terdapat pada masing-masing agama.

a. Dalam agama Hindu terdapat ajaran yang menganggap bahwa keinginan terhadap kesenangan merupakan hal yang bersifat alamiyah sesuai dengan kodrat manusia. Akan tetapi terdapat ajaran untuk mengendalikan hawa nafsu terhadap kenikmatan tersebut.

Dalam agama Hindu, wanita diibaratkan sebagai tanah dan laki-laki diibaratkan sebagai benih. Hasil terjadinya jasad badaniyah yang hidup terjadi karena melalui hubungan antara tanah dan benih. Potensi wanita dipandang kreatif dan penuh kebaikan hanya apabila potensi itu terjadi secara harmonis dengan pria.

b. Dalam agama Budha terdapat ajaran tentang pengendalian diri dari memperturutkan hawa nafsu yang berakibat pada terjadinya tindakan kejahatan dan terdapat pula sejumlah ajaran etis tentang larangan membunuh, larangan mencuri, berdusta dan lain sebagainya.

Agama Budha menyatakan bahwa seorang istri berkedudukan dan berperan cukup besar dalam menyukseskan suaminya. Suami istri memiliki kewajiban dan tanggung jawab bersama dalam rumah tangga dan adanya kehendak bersama dalam menjalankan kehidupan berumah tangga. Seorang istri yang patut dipuji dalam suatu keluarga yaitu istri yang keibuan, istri yang seperti saudara, istri yang seperti sahabat dan istri yang seperti pegawai.

(20)

d. Dalam agama Kristen terdapat ajaran tentang perintah berbuat baik antara sesama manusia, saling mencintai sesama manusia, bersifat pemurah dalam setiap hal yang menyangkut kebaikan, menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan lain sebagainya.

Dalam agama Kristen, Yesus tidak membeda-bedakan laki-laki dan perempuan. Ia menghargai wanita sebagai pribadi yang utuh. Yesus berbicara langsung dengan wanita, menyembuhkan wanita yang sakit dan memanggil wanita untuk mengikutinya.

e. Dalam agama Islam terdapat ajaran tentang pengendalian hawa nafsu keduniaan yang diikuti oleh keharusan melakukan perbuatan yang baik bagi kemanusiaan. Islam

mengingatkan umatnya agar jangan mengikuti hawa nafsu karena mengikuti hawa nafsu akan menjerumuskan pelakunya kedalam kehidupan yang menyengsarakan.

Dalam ajaran Yahudi yang dibawa oleh Nabi Musa terdapat ajaran menghormati hari sabtu. Ajaran ini tidak dianggap relevan lagi dalam ajaran Islam. Semua hari dalam ajaran Islam memiliki kedudukan dan makna yang sama, tergantung kepada orang yang memanfaatkannya. Dalam agama islam wanita diumpamakan seperti tanah ladang tempat bercocok tanam

sebagaimana disebut dalam Alquran surah Al-baqarah ayat 223 yang artinya : “ Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tersebut bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah amal yang baik untuk dirimu dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.”

Rasulullah menyebutkan kriteria seorang istri sebagaimana yang disebutkan dalam suatu hadits yang artinya : “ Tidak ada sesuatu yang diambil faedahnya oleh orang muslim setelah takwakepada Allah yang lebih baik baginya daripada seorang istri shalihah yang jika seorang suami memerintahnya, ia mematuhinya; jika suami memandangnya, maka ia menyenangkannya; jika suami menggilirnya, maka ia mematuhinya; dan jika suami pergi darinya, maka ia

memelihara diri dan harta (suami)nya ”.

(21)

Rasulullah shollallahu alahi wa sallam untuk menyempurnakan ajaran-ajaran para Nabi dan Rasul terdahulu dan memerintahkan manusia untuk mengimani apa yang diwahyukan kepada beliau berupa Alquran dan Assunnah.

C. PENUTUP

Posisi Islam diantara agama-agama lain tampak bersifat adil, obyektif dan proporsional. Dengan sifatnya yang adil, ajaran Islam mengakui peran yang dimainkan agama-agama yang pernah ada didunia. Dengan sifatnya yang obyektif, Islam memperbaiki dan meluruskan ajaran-ajaran agama yang salah dan tersesat. Dengan bersifat proporsional, Islam memberikan perhatian terhadap ajaran agama yang tidak seimbang. Islam adalah agama yang terbuka, mau

berkompromi dan berdialog dengan agama lain. Dengan sifatnya yang demikian ini, Islam telah tampil sebagai penyempurna, korektor, pembenar dan sekaligus sebagai pembaru.

Setiap ajaran agama-agama tersebut memiliki perbedaan yang berkaitan dengan

keyakinan (teologis) dan ritualistik, yakni peribadatan. Terhadap hal ini masing-masing agama dianjurkan untuk saling menghargai dan menghormati.

Islam adalah agama perdamaian, jauh dari sikap bermusuhan dan bukan agama kaum teroris. Terjadinya pertentangan antara satu agama dengan agama lain sebagaimana terlihat dalam sejarah, sama sekali bukan disebabkan karena faktor agama, melainkan karena faktor-faktor lain yang mengatasnamakan agama. Hal seperti ini harus segera dicegah dan dikembalikan kedalam situasi yang merperlihatkan keharmonisan hubungan antara agama-agama yang ada didunia.

Hubungan Umat Islam dengan Pengikut Agama lain

(22)

Hal yang seringkali menjadi ganjalan dari non-Muslim adalah terhadap Islam adalah Umat Islam tidak memperlihatkan wajah bersahabat dan malah memusuhi non muslim. Benarkah demikian? Tentu hal itu tidak benar, kalaupun ada beberapa kasus yang memperlihatkan adannya pertikaian atau rasa tak bersahabat dari Umat Islam maka hal itu dilakukan oknum individu Muslim, dan tidak dapat menunjukkan bahwa itulah Islam yang sebenarnya.

Al-Qur'an memberikan pedoman yang cukup mengenai hal ini.

“Katakanlah, “Hai Ahli-kitab, marilah kepada satu kalimat yang sama di antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali kepada Allah swt., dan tidak pula kita mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan [a] sebagian yang lain sebagai Tuhan selalin Allah swt..” Tetapi, jika mereka berpaling, maka katakanlah, “Jadilah saksi bahwa kami orang-orang yang menyerahkan diri kepada Tuhan” ” (Q.S 3:64

Ini adalah semangat kerjasama yang Islam telah tanamkan antara kalangan umat Islam untuk mengundang pengikut agama lain secara bersama-sama atas dasar umum untuk bekerjasama dalam upaya mencapai saling menghormati dan menghargai.

Pada subyek yang sama, Alquran menyatakan lebih lanjut:

“Dan, tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa; dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Q.S 5:2)

(23)

mengundang untuk melakukan hal tersebut.

Islam telah memberikan prinsip emas yang dapat diikuti dan bermanfaat bagi seluruh umat manusia. Islam mengajarkan bahwa segala urusan harus didasarkan pada keadilan.

Alquran menyatakan:

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu berdiri teguh karena Allah, menjadi saksi dengan adil; dan janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu

bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah swt. Sesungguhnya, Allah swt. Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.” (Q.S 5:8)

Ini membuat hal yang sangat jelas bahwa Islam memerintahkan pengikut sejatinya, kendatipun dengan musuh sekalipun mereka harus selalu bersikap adil. Apakah mungkin agama yang mengajarkan ajaran kerukunan dan kerjasama yang indah ini – bisa mendorong kekerasan atau kebencian terhadap orang lain?

Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa jauh dari rasa permusuhan dan kebencian terhadap non muslim, Islam mengajarkan cinta, kasih sayang dan kebajikan yang bersifat universal, karena Islam adalah rahmat bagi sekalian alam, maka rasa kebencian dan permusuhan itu dengan sendirinya tentu merupakan ganjalan bagi semangat rahmatan lil alamin tersebut. Bagaimana rahmat itu akan tercapai kalau umat Islam membatasi rahmat itu sendiri, nir non Muslim.

Sumber: ARtikel Islam: Menjawab Beberapa Keberatan Tentang Islam

Aku nyarinya di alamat internet ini :

https://studiislam.wordpress.com/category/islam-dan-agama-lain/

http://myhabibah.blogspot.com/2010/01/islam-dan-toleransi-antar-agama.html#

ps://studiislam.wordpress.com/category/islam-dan-agama-lain/page/2/

p://warnettitan.blogspot.co.id/2013/05/makalah-posisi-islam-di-antara-agama.html

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Mahyuddin (2008:59) yakni analisis data dimulai dengan menelaah sejak mulai pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul. Data tersebut direduksi

Abstrak. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujun untuk mengetahui pengaruh Pengaruh Profesionalisme Guru, Diklat, dan Prestasi guru terhadap Kualitas Pendidikan di Sekbin 3

Selain rilis kinerja 2Q17 dari berbagai perusahaan, sentimen yang penting pada pekan ini adalah rilis data inflasi Juli dan pertumbuhan ekonomi 2Q17..

In this research, response of the crop by cutting height of 0-5 cm showed more shoots or tillers and leaf area index (Table 2 and 3) because cutting the tip part

Keberadaan perempuan tidak hanya berdampak pada diri sendiri dan keluarga, namun juga memeberikan pengaruh yang besar kepada masyarakat, bangsa dan negara. Kemajuan

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah membuat suatu software basis data mengenai data pegawai pada Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia dengan menggunakan Visual

Economic benefits yang diperoleh adalah meningkatnya produktivitas kerja masyarakat Indonesia karena meningkatnya motivasi bekerja dan membuat pertumbuhan ekonomi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) dan Sistem Pengendalian Internal yang diterapkan pada Perusda Pabrik Es (PE) Saripetojo