• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modifikasi Resipren dan Bitumen Dalam Peningkatan Kekuatan Aspal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modifikasi Resipren dan Bitumen Dalam Peningkatan Kekuatan Aspal"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kebutuhan aspal untuk pemeliharaan dan pembangunan jalan semakin lama

semakin meningkat. Kebutuhan aspal untuk jaringan jalan di indonesia adalah

sekitar 600 ribu sampai 1 juta ton per tahun (departemen pekerjaan umum, 2010).

Namun selama ini kebutuhan aspal masih sangat bergantung pada aspal minyak.

Sementara itu produksi kilang minyak pertamina maksimum adalah sekitar 600

ribu ton per tahun.

Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai

agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan

sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun

(Sukirman,2003). Aspal dibuat dari minyak mentah (crude oil) dan secara umum berasal dari sisa organisme laut dan sisa tumbuhan laut dari masa lampau yang

tertimbun oleh pecahan batu batuan. Setelah berjuta juta tahun material organisme

dan lumpur terakumulasi dalam lapisan-lapisan ratusan meter, beban dari beban

teratas menekan lapisan yang terbawah menjadi batuan sedimen. Sedimen tersebut

yang lama - kelamaan menjadi atau terproses menjadi minyak mentah yang

menjadi senyawa dasar hydrocarbon. Aspal biasanya berasal dari destilasi dari minyak mentah, namun aspal ditemukan juga sebagai bahan alam (misal :

asbuton), dimana sering juga disebut mineral (Shell Bitumen, 1990).

Aspal adalah komponen yang paling sulit untuk dijelaskan pada bitumen tetapi

memainkan peran penting pada pengkarakterisikan dan proses. Sesuai definisi,

aspal adalah pecahan bitumen yang tidak larut pada larutan paraffin dan larut

dalam benzene atau toluene. Mereka biasanya dinamakan dengan pelarut yang

digunakan pada endapannya, karena setiap aspal berbeda kualitas dan

(2)

Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada aspal

adalah bitumen. Bitumen biasanya ditemukan sebagai bahan yang berwarna coklat

kehitaman , yang diperoleh dari hasil destilasi minyak mentah . Dan secara luas

telah digunakan sebagai bahan pengikat mineral – mineral yang ada pada jalan,

trotoar, dan juga sebagai bahan tahan air yang digunakan dalam pembuatan

atap.Bitumen dihasilkan selama distilasi minyak mentah. Pada umumnya diakui

bahwa minyak mentah dari sisa makhluk hidup laut dan bahan sayuran yang

terendap dengan lumpur dan pecahan batuan dilautan. (Shell Bitumen, 1990). Bitumen adalah zat perekat (cementitious) berwarna hitam atau gelap, yang dapat diperoleh dialam ataupun sebagai hasil produksi. Bitumen terutama mengandung

senyawa hidrokarbon seperti aspal,tar,pitch (Sukirman,2003).

Pemanfaatan aspal di Indonesia diterapkan secara meluas dalam program

pembinaan jalan. Untuk memperbaiki campuran kerja agregat aspal dapat pula

dimodifikasi sifat-sifat fisik aspal khususnya pada penetrasi dan titik lembeknya

dengan menggunakan bahan tambahan sehingga diharapkan bisa mengurangi

kepekaan aspal terhadap temperature dan keelastisannya. Oleh karena itu

ditambahkan bahan polimer yaitu resipren.

Karet alam adalah senyawa hidrokarbon yang dihasilkan melalui

penggumpalan getah dari hasil penyadapan tanaman tertentu. Getah tersebut

kemudian dikenal dengan sebutan lateks, yaitu suatu cairan putih yang keluar dari

batang tananaman yang disadap (Le Brass, 1968).

Karet remah merupakan salah satu jenis karet alam. Menurut Setyamidjaja

(1993), karet ini tidak digolongkan atas visualisasi semata, tetapi berdasarkan sifat

karet yang diuji dalam laboratorium. Karet ini di-bal dengan berat 3,3 Kg. karet

ini diproses dengan cara mencacah dan membersihkannya. Selanjutnya, karet

dikeringkan pada temperatur 100-110oC, sehingga pengeringan berlangsung lebih

(3)

Resipren 35 merupakan sebuah karet alam siklis yang larut dalam pelarut yang

tidak berbau, khususnya hidrokarbon alifatik dan campuran aromatik dan alifatik,

cocok untuk melindungi dan menjaga lapisan dan untuk cat kapal laut. Resipren

35 berada pada posisi yang memiliki kualitas paling tinggi di produk resin.

Resipren merupakan resin karet siklis dari karet alam yang memiliki viskositas

larutan yang tinggi, dibuat seperti padatan yang berbentuk butiran. Resipren

memiliki ketahanan terhadap proses penyabunan dan ketahanan kimia bahan

pengikat yang dapat digunakan dalam penggabungan dengan plasticizer yang cocok untuk pelapis yang tahan, untuk aplikasi pada baja suatu beton, karena

kelarutannya dalam pelarut hidrokarbon alifatik dan kompatibilitasnya dengan

kebanyakan minyak rantai panjang. Resipren adalah bahan baku dari berbagai

jenis produk industri diantaranya : pernis, cat kapal, tinta cetak, pelapis cermin,

cat dekorasi, sebagai isolator listrik, cat dasar kendaraan (Bukit, 2011).

Jun Li ( 2007) telah melakukan penelitian dengan menggunakan GMA - g –

LDPE yang dimodifikasi dengan bitumen dari Qinhuangdao. Hasil yang didapat

ialah bitumen yang dimodifikasi dengan GMA - g – LDPE memiliki sifat yang

tahan rutting lebih baik pada suhu dan kelelehan yang tinggi , dan ketahanan retak

pada suhu rendah dibandingkan dengan bitumen yang dimodifikasi dengan LDPE.

Azliandry , H ( 2011) telah melakukan penelitian tentang pemanfaatan karet a

SIR-20 sebagai bahan aditif dalam pembuatan aspal polimer dengan adanya

dikumilperoksida dan divenil benzene menggunakan proses ekstruksi. Hasil

karakterisasi yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan 95 gram aspal dan

5 gram karet SIR -20 efektif dalam meningkatkan sifat mekanis dari campuran

aspal dimana dihasilkan kekuatan tekan maksimum sebesar 0,75 MPa. Sifat fisik

menghasilkan penyerapan air sebesar 0,42%. Analisis termal menghasilkan suhu

suhu Tg 368°C dan suhu Tm 490°C. Analisis struktur permukaan SEM

memperlihatkan adanya perbedaan permukaan setelah karet SIR-20 ditambahkan

kecampuran aspal.

Gonzales V (2011) telah melakukan penelitian tentang pengolahan

(4)

hasil yang didapatkan bahwa semua zat polimer tambahan yang digunakan

berhasil meningkatkan sifat reologi pada bahan pengikatnya. Dalam waktu

pengerjaan 2 – 3 jam dapat menyebabkan peningkatan kekuatan pada bitumen dan

bertambahnya keelastisan dari karet ban remah yang digunakan.

Hermawan (2013) telah melakukan penelitian tentang pemanfaatan lignin

isolat bahan pengikat alami (natural binder) dari kayu pinus (pinus merkusii

jungh et de vriese) sebagai penguat aspal. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa campuran yang optimum adalah berupa lignin isolat dan aspal dengan

perbandingan 40:60 yang memberikan kepadatan dan kuat tekan yang baik, dan

sebanyak 40 gram lignin yang berfungsi sebagai penahan air. Hasil uji morfologi

dengan SEM-EDS dapat dilihat berupa butiran-butiran kecil diatas aspal modifier

yang mengindikasikan bahwa butiran tersebut adalah poliuretan yang hanya

berinteraksi sebagian akibat poliuretan terlalu cepat mengeras pada aspal, sifat

termal dengan DSC menunjukkan bahwa kapasitas kalor untuk variasi optimum

antara lignin isolat : aspal (40:60) sebesar 0,0000608 J/oC. Hasil pengujian FTIR

diperoleh bahwa aspal modifier yang dihasilkan terjadi interaksi kimia yaitu

gugus NCO dari poliuretan dengan MDI berlebih bereaksi dengan gugus hidroksil

dari aspal.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian

tentang modifikasi resipren dan bitumen dalam kekuatan aspal. Dimana dengan

adanya penambahan bitumen dapat membantu untuk merapatkan mineral-mineral

penyusun yang terdapat didalam campuran aspal dan resipren, sehingga

menghasilkan aspal yang memiliki sifat mekanik dan sifat morfologi yang lebih

(5)

1.2Perumusan Masalah

Adapun permasalahan pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perbandingan material yang ideal agar menghasilkan aspal yang

lebih baik.

2. Bagaimana kualitas Aspal yang ditambahkan dengan modifier Bitumen.

3. Bagaimana karakteristik Sifat Mekanik, dan Sifat Morfologi dengan Uji

Transmission Electron Microscopy (TEM)

1.3PembatasanMasalah

Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada:

1. Aspal yang digunakan yaitu aspal produksi asal Iran dengan type grade 60/70

yang diperoleh dari distributor PT. Gudang Aspal 51, Medan Sumatera Utara

2. Bahan pengikat yang digunakan yaitu Resipren yang terdapat di Universitas

Sumatera Utara

3. Bahan perekat yang digunakan yaitu bitumen cair dengan type bitumen penetration 60/70 produksi asal Malaysia yang diperoleh dari Inspectorate Malaysia SDN. BHD Malaysia

4. Bahan agregat halus yang digunakan merupakan pasir yang diperoleh dari

toko panglong CV. Setia Jaya, Medan Sumatera Utara

5. Bahan agregat kasar yang digunakan merupakan batu kerikil yang diperoleh

dari toko panglong CV. Setia Jaya, Medan Sumatera Utara

6. Analisis dan karakterisasi yang dilakukan adalah Analisa Sifat Ketahanan

Terhadap Air dengan Uji Serapan Air (Water Absorption Test), analisa Sifat Mekanik dengan Uji Kuat Tekan (Compressive Strength Test), dan analisa Sifat Morfologi dengan Uji Transmission Electron Microscopy (TEM)

(6)

1.4TujuanPenelitian

Berdasarkan masalah diatas maka, tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbandingan material yang ideal agar menghasilkan aspal

yang lebih baik.

2. Untuk mengetahui kualitas Aspal yang ditambahkan dengan modifier

Bitumen.

3. Untuk mengetahui karakteristik Sifat Mekanik, dan Sifat Morfologi dengan

Uji Transmission Electron Microscopy (TEM)

1.5ManfaatPenelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Sebagai informasi mengenai pemanfaatan bitumen sebagai bahan tambahan

dalam modifikasi aspal yang dapat meningkatkan sifat mekanik dan sifat

morfologi dari aspal.

2. Sebagai alternatif dimana bitumen merupakan suatu bahan tambahan yang

keberadaannya melimpah di Indonesia, pengolahan cukup sederhana, bahan

yang ramah lingkungan dan sekaligus diharapkan dapat memberikan

sumbangan yang positif terhadap pengembangan teknologi konstruksi

perkerasan jalan di Indonesia.

1.6Metodologi Percobaan

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium, dimana pada penelitian ini

dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu :

1. Tahapan Preparasi Agregat Halus dan Agregat Kasar

2. Tahapan Pembuatan Aspal Modifier

Pada tahapan ini variasi resipren direaksikan terlebih dahulu dengan bitumen

selanjutnya dicampurkan dengan variasi aspal, dan ditambahkan dengan

agregat halus dan batu kerikil. Campuran tersebut yang kemudian diblending

(7)

3. Tahapan Karakterisasi Aspal Modifier

Untuk karakterisasi yaitu dengananalisa Sifat Ketahanan Terhadap Air

dengan Uji Serapan Air (Water Absorption Test) ,analisa Sifat Mekanik dengan Uji Kuat Tekan (Compressive Strength Test), dan analisa Sifat Morfologi dengan Uji Transmission Electron Microscopy (TEM).

Variabel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

- Variabel Bebas : - Bitumen cair, aspal dan resipren dengan variasi perbandingan (v/v/b) :

20 75 : 5 ; 20 : 70 : 10 ; 20 : 65 : 15 ; 20 : 60 : 20 ; 20:

55 : 25 ; 0: 80 : 20 dan 20 : 80 : 0 .

- Variabel Tetap : - Agregat pasir halus 100 mesh 300 gram

- Agregat Batu Kerikil 50 gram

- Variabel Terikat : -Uji Serapan Air (Water Absorption Test) - Uji Kuat Tekan (Compressive Strength Test)

- Uji Transmission Electron Microscopy (TEM)

1.7 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan. Analisa Sifat

Mekanik dengan Uji Kuat Tekan (Compressive Strength Test) di Laboratorium Penelitian Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Analisa

Sifat Morfologi dengan Uji Transmission Electron Microscopy (TEM) di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Referensi

Dokumen terkait

Rangkaian Lampu Otomatis Menggunakan Sensor Cahaya ini terdiri dari 6 blok , yaitu Blok Catu Daya, Blok Pengubah Tegangan dari AC Ke DC, Blok Penstabil Tegangan, Blok Input,

Informasi Geografis Menggunakan Metode Clustering A.303 A.304 A.305 15 41122201 Muhamad Husen RPL Seleksi penetuan guru teladan melalui sistem pendukung. keputusan dengan AHP

[r]

Terimakasih karena selalu mendukung dalam doa, memberikan semangat, meluangkan waktu, membantu dalam setiap proses pengerjaan skripsi, bahkan tidak segan-segan

Ø   Politisi daerah (anggota DPRD) meminta jatah dari setiap proyek pembangunan yg disetujui, meminta “uang sukses” dari Calon Kepala Daerah dan rekanan swasta... Tapi DPR tetap

Disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu persyaratan menempuh Sarjana Strata 2 Magister (S-2) Pendidikan Agama Islam (M.Pd). Program Pascasarjana

Penelitian ini mengkaji ungkaoan metaforis dalam kolom esai taratarot pada situs berita medanbagus.com melalui perspektif semantik. Penelitian ini bertujuan untuk

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan guru dalam merancang dan