BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
Gambar 3 Kerangka teori penelitian.
3.2 Kerangka Konsep
3.3 Hipotesis 1. Hipotesis Mayor
Terdapat hubungan antara ekspresi VEGF dengan ekspresi Ki-67 labeling index pada penderita astrositoma
2. Hipotesis Minor
a. Terdapat hubungan derajat WHO histopatologi dengan jenis kelamin b. Terdapat hubungan derajat WHO histopatologi dengan mortalitas
c. Terdapat hubungan ekspresi Ki-67 labeling index terhadap derajat WHO histopatologi astrositoma
d. Terdapat hubungan ekspresi Ki-67 labeling index terhadap mortalitas Variabel Bebas:
VEGF Ki-67
Variabel Terikat:
1. Derajat Klasifikasi WHO Astrositoma
e. Terdapat hubungan ekspresi VEGF dengan derajat WHO histopatologi astrositoma
f. Terdapat hubungan ekspresi VEGF dengan mortalitas
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Desain
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang menggunakan metode penelitian analitik untuk menganalisis hubungan antara ekspresi VEGF dengan Ki-67 pada penderita astrositoma intrakranial di RSUP HAM pada Januari 2014 - Juni 2015. Jumlah subjek pada penelitian ini adalah sebanyak 25 subjek.
4.2. Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Bedah Saraf RSUP.H. Adam Malik/FK USU Medan dan Departemen Patologi Anatomi FK USU Medan, Sumatera Utara, dilaksanakan mulai November 2016 – Desember 2016.
4.3. Populasi dan Subjek
B. Populasi terjangkau adalah penderita astrositoma yang menjalani operasi pengangkatan tumor di RSUP.H. Adam Malik Medan.
C. Subjek penelitian adalah seluruh penderita astrositoma yang menjalani operasi pengangkatan tumor di RSUP H. Adam Malik Medan antara bulan Januari 2014 sampai Juni 2015. Subjek penelitian ditentukan dengan metode total sampling dengan penetapan kriteria inklusi dan eksklusi.
4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 4.4.1. Kriteria Inklusi
a. Penderita tumor otak yang telah ditegakkan diagnosis astrositoma berdasarkan pemeriksaan histopatologi jaringan di Departemen Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan
4.4.2. Kriteria Eksklusi
a. Menderita tumor pada organ tubuh lain yang dibuktikan dengan data sekunder pemeriksaan fisik dan radiologi bila dibutuhkan.
b. Lesi multipel pada otak berdasarkan pemeriksaan head CT scan
c. Kejadian berulang (rekurensi) atau kekambuhan (residif), yaitu pasien telah dilakukan tindakan pembedahan sebelumnya untuk pengangkatan tumor astrositoma pada otak, namun terjadi rekurensi atau residif.
1. Variabel independen adalah jumlah sel astrositoma yang mengekspresikan VEGF dan Ki-67
4.6.2 Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur
Ekspresi
Pietsch, & Paulus, 2010)
Menilai sifat sel
tumor pada
saat pulang akhir penderita
4.6. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data 4.6.1. Cara Kerja
1. Diawali dengan identifikasi seluruh subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data subjek penelitian diambil dari bank data Departemen Ilmu Bedah Saraf FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan. Data yang diambil meliputi nama, umur, nomor rekam medis, dan gambaran imaging (MRI atau CT Scan).
2. Data outcome pasien saat pulang didapatkan dari rekam medis penderita. 3. Berdasarkan nomor rekam medis, dilakukan konfirmasi pada Departemen
Patologi Anatomi untuk mendapatkan nomor pemeriksaan Patologi Anatomi yang akan digunakan untuk mendapatkan blok paraffin.
4. Pewarnaan VEGF dilakukan di Departemen Patologi Anatomi FK USU oleh tenaga laboran yang sudah terlatih. Proses pewarnaan memakan waktu selama ± 270 menit dengan rincian sebagai berikut:
a. Blok paraffin dari specimen astrositoma dipotong dengan microtome dengan ketebalan 3 micron
b. Slide hasil potongan microtome dipanaskan pada hotplate dengan suhu 60 0
e. Bilas lagi dengan aquadesselama 5 menit
f. Masukkan slide kedalam TRS yang sudah dihangatkan
g. Masukkan ke dalam microwave samsung TDS dengan kondisi sebagai berikut: jika 800 watt panaskan selama 2,5-3 menit dan jika 100 watt panaskan selama 10 menit
h. Setelah itu dinginkan slide selama 20 menit
i. Slide dibilas lagi dengan wash buffer (WB)/PBS-T selama 5 menit j. Kemudian bloking dengan DAKO FLEX Peroxidase selama 5
menit
k. Bilas dengan wash buffer (WB)/PBS-T selama 5 menit l. Antibodi primer selama 20-60 menit
m.Bilas dengan wash buffer (WB)/PBS-T selama 5 menit n. DAKO FLEX HRP selama 20 menit
o. Bilas dengan wash buffer (WB)/PBS-T selama 5 menit p. DAKO FLEX DAB + SUBSTRAT selama 5 menit q. Bilas dengan air mengalir (keran) selama 5 menit r. Hematoxylin selama 2 menit
s. Bilas dengan air mengalir (keran) selama 5 menit
t. Dehidrasi dengan alkohol 70%, 80% dan absolute selama 2 menit u. Xylene 2 kali selama 2 menit
v. Mounting medium dan coverslip
sebelumnya. Setiap specimen dikategorikan berdasarkan sistem berikut (Oehring et al., 1999):
a. 0: tidak ada sel yang imunopositif b. 1: sel imunopositif berjumlah<10% c. 2: sel imunopositif berjumlah 10-50% d. 3: sel imunopositif berjumlah 50-90% e. 4: sel imunopositif berjumlah>90%.
6. Pewarnaan Ki-67 Li dilakukan di Departemen Patologi Anatomi FK USU oleh tenaga laboran yang sudah terlatih. Proses pewarnaan memakan waktu selama ± 270 menit dengan rincian sebagai berikut:
a. Blok parafin dari spesimen meningioma dipotong dengan microtome dengan ketebalan 0,3 micron
b. Slide hasil potongan microtome dipanaskan pada hotplate dengan suhu 60 0
c. Dehidrasi dengan alkohol absolut 80% / 70% selama 2 menit C selama 60 menit
d. Kemudian slide dibilas dengan air mengalir (keran) selama 2 menit e. Bilas lagi dengan aquades selama 5 menit
f. Masukkan slide kedalam TRS yang sudah dihangatkan
g. Masukkan kedalam microwave samsung TDS dengan kondisi sebagai berikut: jika 800 watt panaskan selama 2,5-3 menit dan jika 100 watt panaskan selama 10 menit
h. Setelah itu dinginkan slide selama 20 menit
j. Kemudian bloking dengan DAKO FLEX Peroxidase selama 5 menit
k. Bilas dengan wash buffer (WB)/PBS-T selama 5 menit l. Antibodi primer selama 20-60 menit
m.Bilas dengan wash buffer (WB)/PBS-T selama 5 menit n. DAKO FLEX HRP selama 20 menit
o. Bilas dengan wash buffer (WB)/PBS-T selama 5 menit p. DAKO FLEX DAB + SUBSTRAT selama 5 menit q. Bilas dengan air mengalir (keran) selama 5 menit r. Hematoxylin selama 2 menit
s. Bilas dengan air mengalir (keran) selama 5 menit
t. Dehidrasi dengan alkohol 70%, 80% dan absolut selama 2 menit u. Xylene 2 kali selama 2 menit
v. Mounting medium dan coverslip w.Pengamatan dibawah mikroskop
Pemeriksaan IHC Ki-67 menggunakan reagen Monoclonal Mouse Anti-Human Ki-67 Antigen yang diproduksi Dako North America Inc.
7. Analisis ekspresi Ki-67 dilakukan secara semikuantitatif oleh seorang spesialis patologi anatomi tanpa mengetahui data klinis dan diagnosis sebelumnya. Setiap specimen dikategorikan berdasarkan sistem berikut (Johannessen, 2006):
b. Pewarnaan Ki-67 lemah adalah apabila pada gambaran mikroskopis terdapat <10% nukleus yang menyerap warna dari 1000 sel tumor c. Pewarnaan Ki-67 kuat adalah apabila pada gambaran mikroskopis
terdapat >10% nukleus yang menyerap warna dari 1000 sel tumor.
4.6.2. Teknik Pengumpulan Data
Seluruh specimen blok paraffin astrositoma yang sebelumnya telah dilakukan pewarnaan dasar hematoxylin-eosin dan dikonfirmasi sebagai suatu astrositoma sejak Januari 2014 hingga Juni 2015 dikumpulkan dan dilakukan pencatatan data-data pasien yang diperoleh dari rekam medik pasien dan assesmen departemen bedah saraf. Data yang dicatat meliputi jenis kelamin, usia, grading WHO, dan jenis histopatologi.
Dilakukan pewarnaan imunohistokimia VEGF pada seluruh blok parafin yang terkumpul. Setelah dilakukan pewarnaan VEGF, dihitung persentase inti sel tumor yang menyerap warna.
Data ekspresi Ki-67 pada subjek penelitian ini diperoleh dari pemeriksaan sebelumnya yang telah dilakukan dan dilakukan penghitungan ulang presentase ekspresi sel.
4.7. Alur Penelitian
4.8. Rencana Pengolahan dan Analisa Data
Data yang didapatakan diolah dengan menggunakan menggunakan perangkat lunak pengolah data. Normalitas data akan dinilai menggunakan uji Kolmogorov. Variabel kategorik dianalisis dalam bentuk frekuensi dan persentase yang disajikan dalam bentuk tabel. Variabel numerik disajikan dalam bentuk rerata dan standar deviasi jika distribusi normal. Jika distribusi tidak normal, digunakan pengelompokan data kedalam kelompok.
Seleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
Pengumpulan data penderita astrositoma di RSUP H. Adam Malik
Pengumpulan blok paraffin dan preparat slide pemeriksaan IHC Ki-67 di Lab. Patologi Anatomi RSUP HAM
Pewarnaan IHC (VEGF) di Dep. Patologi Anatomi FK USU Penghitungan ekspresi Ki-67
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Subjek penelitian diambil dari bulan Januari 2014 hingga Juni 2015. Penelitian ini memperoleh 25 spesimen dari pasien-pasien astrositoma intrakranial yang telah menjalani operasi pengangkatan tumor di RSUP. H. Adam Malik Medan. Diagnosis astrositoma berdasarkan konfirmasi hasil pemeriksaan histopatologi jaringan yang sesuai dengan gambaran astrositoma. Spesimen astrositoma yang telah berbentuk blok parafin tersebut dilakukan pewarnaan imunohistokimia VEGF. Hasil pemeriksaan Ki-67 labeling index diperoleh dengan penghitungan ekspresi sel pada preparat slide pemeriksaan IHC yang telah dilakukan sebelumnya.
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik
Usia (tahun) 35,96 ± 14,67
Jenis kelamin (n/%)
Laki-laki 15 (60)
Wanita 10 (40)
Derajat WHO (n/%)
I 9 (36)
II 6 (24)
III 4 (16)
IV 6 (24)
Total 25 (100)
5.2 Analisis Astrositoma Berdasarkan Derajat WHO 5.2.1 Analisis Derajat WHO dan Jenis Kelamin
terdapat perbedaan derajat WHO yang bermakna antara kelompok laki-laki dengan perempuan (p=1,000;tabel 5.2).
Tabel 5.2 Derajat WHO dan jenis kelamin
Derajat WHO Laki-laki n(%) Perempuan n(%) P
I 5 (33,3) 4 (40)
1,000a
II 4 (26,7) 2 (20)
III 3 (20) 1 (10)
IV 3 (20) 3 (30)
Total 15 (100) 10 (100)
a
Uji Chi Square
5.2.2 Analisis derajat WHO dan mortalitas
Pada penelitian ini, terlihat bahwa tidak ada satu pun penderita astrositoma derajat I dan II yang meninggal (tabel 5.3). Sementara itu, 28.6% penderita astrositoma derajat III meninggal. Pada kelompok derajat IV, 71.3% penderita meninggal. Terdapat perbedaan signifikan derajat WHO antara kelompok yang hidup dengan kelompok yang meninggal (p=0,001, tabel 5.3).
Derajat WHO Hidup n(%) Meninggal n(%) P
I 9 (50) 0 (0)
0.001a
II 6 (33,3) 0 (0)
III 2 (11,1) 2 (28,6)
IV 1 (5,5) 5 (71,3)
Total 18 (100) 7 (100)
a
Uji Chi Square
5.3 Ekspresi Ki-67 labeling index
Dari 25 subjek penelitian, terdapat 2 subjek dengan ekspresi Ki-67 Li negatif, 9 subjek dengan ekspresi Ki-67 Li lemah, dan 14 subjek dengan ekspresi Ki-67 Li yang kuat.
A B
Gambar 4 Hasil Pewarnaan Ki-67: (A) Kuat(> 10 sel/10 LPB) (B) Lemah(< 10 sel/10 LPB)
Sebagian besar pria (53,3%) menunjukkan ekspresi Ki-67 Li yang kuat. Sementara itu, sekitar 40% wanita menunjukkan ekspresi Ki-67 Li yang lemah. Tidak ada satupun wanita yang menujukkan ekspresi Ki-67 Li yang negatif. Tidak terdapat perbedaan ekspresi Ki-67 Li yang bermakna antara laki-laki dengan perempuan (p=0,483, tabel 5.4)
Tabel 5.4 Ekspresi Ki-67 Li berdasarkan jenis kelamin
Ki-67 LI Laki-laki n (% Perempuan n (%) p
Negatif 2(13.3) 0 (0)
Lemah 5(33,3) 4 (40) 0.483a
Kuat 8 (53,3) 10 (10)
Total 15 (100%) 10 (100%)
a
Uji Chi Square
5.3.1 Ekspresi Ki-67 labeling index dan Klasifikasi Astrositoma
Uji statistik menunjukkan korelasi positif yang tidak signifikan antara ekspresi Ki-67 dengan derajat astrositoma berdasarkan WHO (r=0,362; p=0,076).
Tabel 5.5 Distribusi ekspresi Ki-67 Li terhadap klasifikasi Astrositoma Ki-67
5.3.2 Analisis Ekspresi Ki-67 labeling index terhadap Mortalitas
Berdasarkan data dari penelitian ini didapati bahwa pasien-pasien dengan ekspresi Ki-67 labeling index yang lemah terdapat 7 pasien (77.7%) yang hidup dan 2 pasien (22.22%) yang meninggal, sedangkan pada pasien-pasien dengan hasil pewarnaan Ki-67 kuat terdapat 9 pasien (64.2%) yang hidup dan 5 pasien (35.7%) yang meninggal. Dua pasien dengan hasil pewarnaan Ki-67 negatif, keduanya hidup (tabel 5.6).
Tabel 5.6 Distribusi ekspresi Ki-67 labeling index terhadap mortalitas
Ki-67 LI Hidup Meninggal Total p
Negatif 2 (100%) 0 (0%) 2 (8%)
Lemah 7 (77,7%) 2 (22,2%) 9 (36%) 0.512a
Kuat 9 (64,2%) 5 (35,7%) 14 (56%)
Total 18 (72%) 7 (28%) 25 (100%)
a
Uji chi square
5.4 Ekspresi VEGF
Dari 25 subjek penelitian, terdapat 1 subjek dengan ekspresi VEGF + 2, 5 subjek dengan ekspresi VEGF +3 dan 19 subjek dengan ekspresi VEGF +4.
A B
Gambar 5. Ekspresi VEGF pada astrositoma. (A) Ekspresi VEGF +2, (B) ekspresi VEGF + 3, (C) dan (D) ekspresi VEGF +4
5.4.1 Analisis Ekspresi VEGF berdasarkan Jenis Kelamin
Sebagian besar pria (53,3%) menunjukkan ekspresi VEGF yang sangat kuat (+4). Sementara itu, sekitar 80% wanita menunjukkan ekspresi VEGF yang sangat kuat (+4). 20% subjek penelitian, baik pada kelompok pria maupun wanita, menunjukkan ekspresi VEGF +3. Tidak terdapat perbedaan ekspresi VEGF yang bermakna antara laki-laki dengan perempuan (p=0,704, tabel 5.7)
Tabel 5.7 Ekspresi VEGF berdasarkan jenis kelamin
VEGF Laki-laki n(%) Perempuan n(%) p
+2 1(13.3) 0 (0)
+3 3(20) 2 (20) 0.704a
+4 11 (53,3) 8 (80)
Total 15 (66,7) 10 (100)
a
Uji chi square
5.4.1 Analisis Ekspresi VEGF dengan Klasifikasi Astrositoma
Tabel 5.8 Distribusi ekspresi VEGF terhadap klasifikasi astrositoma
Setelah dilakukan analisis statistik, diketahui bahwa nilai signifikansi ekspresi VEGF terhadap klasifikasi astrositoma adalah p = 0.106 (p > 0.05) dan dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak dijumpai korelasi yang signifikan antara kedua variabel tersebut (tabel 5.8).
Uji Spearman
5.4.2 Analisis Ekspresi VEGF dengan Mortalitas
Tabel 5.9 Distribusi ekspresi VEGF terhadap mortalitas
Setelah dilakukan analisis statistik, didapatkan nilai signifikansi p = 0.680, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ditemukan korelasi yang signifikan antara ekspresi VEGF terhadap mortalitas pasien dengan astrositoma intrakranial (tabel 5.9).
Uji chi square
5.4.3 Hubungan Ekspresi VEGF terhadap Ki-67 labeling index
Setelah dilakukan analisis statistik, ditemukan bahwa nilai signifikansi antara kedua variabel tersebut adalah p = 0.508, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ditemukan korelasi yang signifikan antara ekspresi VEGF terhadap Ki-67 labeling index (tabel 5.10).
Tabel 5.10. Hubungan ekspresi VEGF dengan Ki-67
+4 1 7 11
a
Uji Spearman
BAB 6 PEMBAHASAN
Astrositoma merupakan jenis tumor glioma terbanyak yaitu sebesar > 75% dari seluruh glioma. Glioma sendiri merupakan tumor neuroektodermal yang berasal dari sel neuroglia sustentakular (Thotakurta et al, 2014).
Dalam abad terakhir, klasifikasi tumor otak telah didasarkan pada konsep histogenesis bahwa tumor dapat diklasifikasikan berdasarkan kesamaan mikroskopik dengan sel-sel asli yang berbeda dan tingkatan diferensiasi yang diperikirakan. Karakteristik dari kesamaan histologi ini terutama bergantung pada gambaran pada mikroskopik cahaya pada potongan yang diwarnai dengan hematoxylin dan eosin, ekspresi protein-protein tertentu pada imunohistokimia dan karakteristik utrastruktural (Louis, 2016).
Studi-studi dalam dua dekade terakhir telah mengklarifikasi dasar genetik dari tumorigenesis pada beberapa tumor otak yang biasa dan yang lebih jarang, meningkatkan kemungkinan bahwa pengetahuan tersebut mungkin terlibat dalam klasifikasi tumor (Louis, 2016).
Astrositoma diklasifikasikan menjadi empat grade dimana grade I dan grade II digolongkan menjadi low grade astrositoma, sedangkan grade III dan grade IV digolongkan menjadi high grade glioma (Tonn et al,2006; Winn ,2011).
Indeks proliferasi merupakan marker poten yang dapat mengestimasi pertumbuhan dari neoplasma secara kuantitatif dan sangat berguna untuk menentukan prognosis pada pasien-pasien dengan neoplasma. Ki-67 secara kuantitatif terkait dengan mitotik indeks melalui perbedaan dari perbedaan waktu siklus sel dan dapat menunjukan perbedaan grading malignansi pada tumor-tumor astrositik. Oleh karena itu Ki-67 diharapkan dapat menjadi parameter proliferasi yang penting untuk menentukan faktor-faktor prognosis lainnya (Schröder, Feisel, & Ernestus, 2002).
permeabilitas pembuluh darah normal terhadap protein plasma tanpa menyebabkan cedera sel endotel, degranulasi sel mast, atau respon inflamasi yang signifikan (Machein & Plate, 2000).
Neovaskularisasi yang nyata merupakan karakter dari banyak neoplasma pada sistem saraf. Kebanyakan morbiditas dan mortalitas dari neoplasma sistem saraf ganas atau jinak berhubungan dengan derajat vaskular tumor dan luas edema vasogenik peritumoral (Machein & Plate, 2000). Bentuk ekspresi dari VEGF dan reseptornya pada tumor otak mengundikasikan bahwa VEGF mungkin memiliki peran besar dalam angiogenesis tumor dan pembentukan edema peritumoral yang berhubungan dengan tumor otak (Licht & Kesbet, 2013).
epidemiologi tentang kejadian astrositoma di Indonesia secara umum, dan di kota Medan secara khusus.
Dari 25 subjek tersebut, 10 subjek perempuan dan 15 subjek laki-laki. Jika dilakukan perbandingan pada kedua jenis kelamin ini didapatkan perbandingan sebesar laki-laki : perempuan sama dengan 1,5:1, namun secara statistik tidak ditemukan perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok tersebut (p = 1.000). Pada tahun 2014 Thotakura melalui studinya memaparkan hal yang sama bahwa insidensi astrositoma lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan pada perempuan dengan perbandingan laki-laki:perempuan = 1,84:1 (Thotakura, 2014). Hal ini mendukung literatur-literatur yang sebelumnya menyebutkan bahwa astrositoma lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada perempuan (Winn, 2011).
Pada penelitian ini didapatkan bahwa klasifikasi WHO memiliki peranan pada mortalitas dengan hasil signifikansi p=0,001 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan terdapat ada hubungan yang signifikan antara klasifikasi WHO dengan prognosis dari pasien. Sama dengan studi yang dilakukan oleh Anvari et al, menyimpulkan bahwa derajat WHO klasifikasi astrositoma berhubungan dengan mortalitas (Anvari, 2016).
Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa ekspresi Ki-67 tidak memiliki peranan pada klasifikasi astrositoma dengan hasil signifikansi p=0,076 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persentase Ki-67 dengan klasifikasi astrositoma intrakranial. Hal ini tidak sesuai dengan publikasi-publikasi yang telah dilakukan sebelumnya yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Ki-67 dengan derajat klasifikasi astrositoma. Publikasi oleh Johannessen et al (2006) memaparkan bahwa nilai ki-67 semakin meningkat dengan meningkatnya derajat klasifikasi WHO. Hal ini disebabkan oleh karena Ki-67 dapat menilai aktifitas proliferasi dari sel-sel tumor sehingga semakin tinggi nilai Ki-67 maka semakin meningkat derajat keganasan dari tumor tersebut (Johannessen, 2006). Dari studi yang dilakukan oleh Thotakura pada tahun 2014 juga didapatkan hasil yang serupa (Thotakura, 2014).
besar dibandingkan dengan pasien-pasien penderita astrositoma dengan nilai Ki-67 <20% . Seluruh publikasi-publikasi ini mendukung bahwa Ki-Ki-67 memiliki nilai prognosis baik terhadap angka keselamatan maupun terhadap rekurensi (Johannessen, 2006).
Pada penelitian ini tidak ditemukan ekspresi VEGF yang negatif dan +1, dan mayoritas memiliki ekspresi +4. Setelah dilakukan analisis statistik dapat ditarik kesimpulan bahwa ekspresi VEGF tidak berhubungan dengan derajat klasifikasi astrositoma. Hal ini sama dengan studi yang dilakukan oleh Oehring et al pada 1999, di mana tidak dijumpai hubungan antara ekspresi VEGF terhadap derajat klasifikasi astrositoma (p = 0.3749). Berbeda dengan studi yang dilakukan oleh Wang et al pada 1999, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ekspresi positif VEGF terhadap klasifikasi patologi dan grade (p < 0.01).
yang lain. Dalam Oehring, 1999, ekspresi VEGF pada adenokarsinoma memiliki nilai prognostik, tidak seperti pada kanker lambung pada manusia. Relf et dalam Oehring, 1999, mendemonstrasikan nilai prognostik ekspresi VEGF pada kanker payudara, yang tidak dikonfirmasi pada studi-studi lain (Oehring, 1999).
karsinoma sel skuamosa laring menemukan bahwa ditemukan korelasi yang positif antara VEGF dan Ki-67. Namun Bao et al melalui studi yang dilakukannya tentang hubungan Ki-67 dengan p53, VEGF dan C-erbB-2 menemukan bahwa tidak ditemukan korelasi bermakna antara Ki-67 dengan VEGF, namun ko-ekspresi dari Ki-67 dan VEGF berhubungan dengan ukuran tumor dan stadium klinis (Li et al., 2004).
BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Tidak ditemukan hubungan ekspresi VEGF terhadap Ki-67 labeling index pada penderita astrositoma, p = 0.508 (p>0.05)
2. Tidak terdapat hubungan antara klasifikasi astrositoma berdasarkan WHO dengan jenis kelamin penderita astrositoma, p = 1,000 (p>0.05)
3. Terdapat hubungan antara klasifikasi astrositoma berdasarkan WHO dengan mortalitas penderita astrositoma, p = 0,001 (p<0.05)
4. Tidak ada hubungan bermakna antara indeks proliferasi berdasarkan nilai Ki-67 dengan klasifikasi astrositoma berdasarkan WHO, p = 0,076 (p>0.05)
6. Tidak ditemukan hubungan ekspresi VEGF terhadap klasifikasi astrositoma berdasarkan WHO, p = 0.704 (p>0.05)
7. Tidak ditemukan hubungan ekspresi VEGF terhadap mortalitas penderita astrositoma, p = 0.680 (p>0.05)
7.2 Saran