• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan, analisis dan pembahasan hasil-hasil penelitian pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan, analisis dan pembahasan hasil-hasil penelitian pada"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan temuan, analisis dan pembahasan hasil-hasil penelitian pada empat kasus keluarga di Desa Cisondari, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, diperoleh beberapa simpulan yang akan diuraikan dalam bab terakhir ini. Sebagai implikasi dari kesimpulan yang sudah dirumuskan, akan dikemukakan juga beberapa saran bagi pihak-pihak yang terkait dengan harapan bahwa hal-hal tersebut akan memberikan sesuatu yang berguna dan bernilai positif bagi penyempurnaan program program pengarusutamaan gender khususnya yang dilakukan melalui pelatihan Pendidikan Keluarga Berwawasan Gender (PKBG) dimasa yang akan datang.

A. SIMPULAN

1. Interaksi Gender dalam pembagian tugas dan tanggungjawab di dalam kehidupan keluarga sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi kecepatan terjadinya kesetaraan dan keadilan gender di dalam keluarga adalah faktor pelatihan PKBG dan suasana harmonis dalam keluarga. Faktor pelatihan PKBG akan mendorong cepatnya interaksi gender yang adil dan setara terjadi dalam kehidupan keluarga juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a) pemahaman akan kesetaraan dan keadilan gender yang utuh; b) kehadiran yang konsisten; c) partisipasi aktif selama proses pelatihan. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi kecepatan terjadinya kesetaraan dan keadilan dalam keluarga

(2)

yaitu a) motivasi yang tinggi untuk mengikuti pelatihan dan mengaplikasikan pengetahuan yang sudah didapatkan; b) konsentrasi yang baik selama pelatihan berlangsung; c) komunikasi yang baik antara suami-istri; d) Sikap terbuka dalam menerima informasi baru; e) latar belakang budaya suami dan isteri; f) faktor sosial ekonomi khususnya kontribusi isteri terhadap penghasilan keluarga; g) Faktor usia; h) posisi/jabatan suami dalam masyarakat, i) jenis pekerjaan suami; dan j) pemaknaan akan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga. Sedangkan faktor pendidikan yang hanya sampai pada jenjang pendidikan dasar tidak mempengaruhi terjadinya interaksi gender yang adil dan setara di dalam kehidupan keluarga.

2. Interaksi Gender dalam pengambilan keputusan keluarga yang adil dan setara dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi kecepatan terjadinya kesetaraan dan keadilan gender di dalam keluarga adalah: a) faktor pelatihan PKBG, b) pengetahuan yang dimiliki suami ataupun isteri tentang materi yang akan diputuskan; c) nilai budaya yang berlaku saat ini; dan d) suasana harmonis dan hangat dalam keluarga. Faktor pelatihan PKBG yang mendorong cepatnya interaksi gender terjadi dalam keluarga pasca PKBG jika tiga faktor berikut terpenuhi yaitu: (1) pemahaman akan kesetaraan dan keadilan gender yang utuh; (2) kehadiran yang konsisten; (3) partisipasi aktif selama proses pelatihan. Sedangkan faktor internalnya yaitu: a) motivasi yang tinggi untuk mengikuti pelatihan dan mengaplikasikan pengetahuan yang sudah didapatkan; b) konsentrasi yang baik selama pelatihan berlangsung; c) komunikasi yang baik antara suami-istri; d) waktu yang tersedia d) Sikap

(3)

terbuka dalam menerima informasi baru; e) latar belakang budaya suami dan isteri; f) faktor sosial ekonomi yang dipengaruhi adanya kontribusi isteri dalam penghasilan keluarga; g) Faktor usia; h) posisi/jabatan dalam masyarakat, i) jenis pekerjaan suami; dan j) pemaknaan akan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga. Sedangkan faktor pendidikan yang hanya sampai pada jenjang pendidikan dasar tidak mempengaruhi kecepatan terjadinya interaksi gender yang adil dan setara dalam pengambilan keputusan keluarga. Selain itu adanya sikap ragu-ragu, tidak percaya diri, dan rasa ketergantungan yang tinggi terhadap suami juga merupakan faktor penghambat utama bagi istri dalam pengambilan keputusan.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan di atas, berikut ini dikemukakan beberapa rekomendasi hasil-hasil penelitian baik bagi pemerintahan desa Cisondari, untuk perbaikan program PKBG, maupun untuk peneliti berikutnya. 1. Bagi Yayasan penyelenggara pelatihan Pendidikan Keluarga Berwawasan

Gender (PKBG), walaupun PKBG dinilai cukup berhasil dalam meningkatkan pemahaman keluarga warga belajar terhadap pentingnya kesetaraan dan keadilan gender dalam keluarga, namun terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk penyempurnaan pelaksanan PKBG di masa yang akan datang. Perbaikan tersebut perlu diarahkan pada hal-hal sebagai berikut. a. PKBG tidak akan berhasil jika tingkat pemahaman akan konsep yang

diajarkan rendah karena faktor kehadiran yang kurang serta motivasi yang rendah selama proses pelatihan. Oleh karena pelatihan PKBG perlu

(4)

dilengkapi dengan pembinaan pada tingkat keluarga, observasi terhadap ekses ketidakadilan gender, karena PKBG tidak akan berhasil jika hanya teori saja tanpa adanya tindak lanjut program yang lebih aplikatif untuk itu perlu diadakan pembinaan lanjutan sebagai kontrol atau supervisi terhadap keluarga-keluarga pasca pelatihan PKBG. Pembinaan lanjutan dapat dilakukan dengan mengadakan wadah konsultasi keluarga melalui paguyuban keluarga yang dibentuk agar pemahaman gender yang dimiliki peserta yang belum utuh dapat ditambah kembali dan untuk yang sudah paham akan menjadi lebih mendalam, tidak mudah hilang, terus terasah dan dapat diaplikasikan kedalam kehidupan peserta sehari-hari. Mengadakan kegiatan yang lebih atraktif setelah program kegiatan PKBG berakhir. Kegiatan yang diadakan sebaiknya tidak hanya melibatkan istri saja, melainkan melibatkan seluruh anggota keluarga. Hal dilakukan guna mempererat rasa memiliki dalam keluarga sehingga dapat lebih saling menghargai dan menghormati.

b. Partisipasi aktif dari peserta selama proses pelatihan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan terjadinya interaksi gender yang adil dan setara oleh karena itu diperlukan suatu bentuk metode pembelajaran yang lebih partisipatif selama proses pelatihan berlangsung sehingga semua peserta dapat terus semangat mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan cara simulasi interaksi gender dalam keluarga secara lebih aplikatif.

(5)

c. Faktor latar belakang budaya yang selalu menjadi alasan tidak terjadinya interaksi yang adil dan setara gender di dalam kehidupan keluarga oleh karena itu diperlukan suatu bentuk pembelajaran dengan pendekatan budaya.

d. Pelatihan PKBG akan lebih berhasil jika dilakukan secara berlainan terhadap kelompok-kelompok keluarga yang memiliki latar belakang sosial-ekonomi yang berlainan, khusus yang berkaitan dengan pekerjaan dan penghasilan keluarga, tetapi tidak perlu dibedakan menurut pendidikan. e. PKBG akan lebih berhasil jika dilanjutkan pembinaanya melalui pelatihan

yang lebih terarah seperti pelatihan keterampilan, kecakapan dan usaha mikro dengan memberikan suntikan modal mikro dan akses terhadap pasar. 2. Bagi pemerintahan Desa Cisondari:

a. Mengingat masih banyak perempuan yang tidak bersekolah dan tidak bekerja, kepada Pemerintah Desa Cisondari diharapkan dapat mendorong masyarakatnya untuk mengikuti berbagai program pelatihan bagi keluarga dalam kaitan dengan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga. Hal ini dilakukan agar pemahaman akan keadilan dan kesetaraan gender dapat diketahui oleh masyarakat luas dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menghasilkan kehidupan yang harmonis dalam keluarga. Semakin banyak keluarga yang memperoleh pelatihan tersebut, semakin dimungkinkan untuk mewujudkan pola interaksi gender yang adil dalam keluarga.

(6)

b. Mengingat penduduk perempuan di Desa Cisondari adalah mereka yang relatif kurang beruntung dalam pendidikan, pekerjaan dan penghasilannya, maka program-program pelatihan dan pemberdayaan penduduk perempuan di Desa Cisondari akan memberikan andil yang besar terhadap kemajuan ekonomi masyarakat di desa ini.

c. Mengingat fasilitas pendidikan formal sangat kurang memadai di desa ini, maka berbagai program dan kegiatan pendidikan non-formal, khususnya pendidikan keterampilan, dan kewirausahaan untuk perempuan mutlak perlu dikembangkan, secara bekelanjutan dan terlembagakan baik melalui kursus maupun PKBM.

d. Perlu diadakan pembinaan bagi kelompok keluarga yang ingin membuka usaha keluarga, terutama para ibu rumah tangga agar dapat memberikan kontribusi terhadap penghasilan keluarga. Pembinaan ini dilakukan mulai dari membimbing dalam menentukan jenis usaha keluarga yang tepat pada tiap keluarga disesuaikan dengan keterampilan atau keahlian yang dimiliki, sampai pada pembinaan mengenai cara-cara memperoleh stimulus dana bantuan usaha.

3. Bagi para peneliti selanjutnya, evaluasi dan penelitian terhadap PKBG perlu dilakukan secara lebih sistematis, terukur, dan kuantitatif dalam lingkup yang lebih makro seperti provinsi dan nasional. Oleh karena itu disarankan untuk dilakukan evaluasi terhadap PKBG sebagai berikut.

a. Perlu disusun dan dikembangkan indikator-indikator kuantitatif dan makro yang dapat mengukur secara tepat akan keberhasilan PKBG sebagai

(7)

program pelatihan yang cukup penting dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga;

b. Perlu dilakukan studi evaluasi kuantitatif secara teratur dan berkala dengan menggunakan indikator keberhasilan PKBG sebagai dasar untuk mengukur tingkat keberhasilan PKBG pada tingkat nasional.

c. Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan model pelatihan PKBG untuk memperbaiki dan pengembangan materi pelatihan, proses pelatihan, serta evaluasi pelatihan yang lebih efisien; dan

d. Perlu dikembangkan suatu sistem dan mekanisme yang memungkinkan agar pelatihan PKBG untuk keluarga-keluarga Indonesia dapat dilaksanakan secara massal dan berkelanjutan. Hal ini penting karena nilai budaya patriakhi yang berkembang dalam keluarga Indonesia memberikan pengaruh yang kuat terhadap ketidakadilan gender. Dengan system tersebut di atas diharapkan agar semakin banyak keluarga yang berkesempatan untuk mengikuti pelatihan PKBG.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini nampak dalam UU Nomor 8 Tahun 1974 jo UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian yang masih menggunakan prinsip : TERBUKA DALAM ARTI NEGARA,

Hasil yang didapatkan menggunakan metode ANN pada beban puncak siang Penyulang Renon adalah nilai drop tegangan terbesar yang didapatkan sebesar ∆V = 0,3568 kV memiliki

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang selalu dilimpahkan kepada penulis, serta berkat doa restu kedua orang tua

1. Siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas/lapangan/laboratorium/ bengkel, ketika sedang asyik mengerjakan

Biasanya paling modal, terus butuh kesabaran untuk mencari pelanggan serta kalau ada barang yang Rijek itu resiko sendiri dan barang tidak bias di kembalikan9. Bagaimana

Berdasarkan analisis yang telah dijabarkan, beberapa temuan terkait desain maskot Dimas dan T.I adalah (1) maskot “DIMAS-TI” dirancang berdasarkan perluasan kata kunci

To download free pemerintah provinsi jawa tengah dinas pendidikan you need to register.. BAB IV-LKPJ ATA 2012.pdf Pemerintah

9 sifat seperti ini tidak hanya terdapat pada Bani Israil saja, akan tetapi, ini merupakan sifat semua golongan manusia yang belum matang pendidikan imannya,