• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat (UU No. 1 Tahun 2011). Kumuh yang dimaksud adalah kumuh dalam artian tidak teratur, kotor, dan tercemar. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mencatat luas permukiman kumuh di Indonesia hingga pada Oktober 2014 adalah 38.431 hektar. 23.473 hektar berada di wilayah perkotaan dan 11.957 hektar berada di wilayah perdesaan. Sementara itu, menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2014, jumlah desa yang termasuk dalam kawasan permukiman kumuh adalah 4.508 desa. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia saat ini sedang melaksanakan sebuah program untuk mengurangi permukiman kumuh di Indonesia. Program itu dinamai Program/Gerakan 100-0-100 (P2KP, 2015). Program 100-0-00 maksudnya adalah pencapaian akses air minum 100%, mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk masyarakat Indonesia. Program 100-0-100 memerlukan kerja keras dan kolaborasi semua pihak yaitu Pemerintah Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta dan kelompok peduli lain, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan sampai dengan implementasi dan evaluasi programnya. Program 100-0-100 ditargetkan selesai pada akhir tahun 2019.

Tahap awal Program 100-0-100 adalah pendataan baseline permukiman kumuh. Pendataan baseline permukiman kumuh Program 100-0-100 ini merupakan pemetaan kolaboratif yang dilakukan oleh masyarakat khususnya melalui Program Peningkatan Kualitas Permukiman (P2KP). P2KP melakukan pemetaan kolaboratif menggunakan formulir. Formulir ini dibuat berdasarkan kriteria dan indikator baseline permukiman kumuh oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang berupa isian-isian singkat terkait kualitas permukiman dan dicetak dengan kertas. Setelah dilakukan pendataan baseline, formulir akan dikumpulkan ke pusat yaitu Kabupaten/Kota.

(2)

Pelaksanaan pendataan baseline permukiman kumuh dengan formulir kertas, rentan terhadap kerusakan atau kehilangan formulir. Karena itu, diperlukan cara agar pendataan baseline permukiman kumuh tetap berjalan tanpa takut formulir rusak atau hilang. Selain itu, isian formulir dapat terus dipantau dari waktu ke waktu. Solusinya adalah dengan menggunakan Open Data Kit.

Open Data Kit merupakan aplikasi pengumpulan data dengan piranti bergerak. Open Data Kit dapat mengumpulkan data berupa teks, angka, dan pilihan. Open Data Kit memungkinkan pelampiran foto, audio, video, serta data koordinat. Hal ini akan memperkaya data hasinya. Dengan Open Data Kit, data akan terkumpul dalam sebuah server data yang sudah diatur sebelumnya sehingga pendata tidak akan khawatir akan hilang dan rusaknya data. Data yang telah dikumpulkan dengan Open Data Kit dapat disajikan dalam berbagai bentuk penyajian misalnya diagram, fusion tables, dan peta interaktif story maps dengan ArcGIS Online. Peta interaktif story maps dengan ArcGIS Online ini akan menampilkan kawasan kumuh di Kota Palu disertai dengan deskripsi dan media yang mendukung penyajiannya sehingga menarik.

Pengumpulan data baseline permukiman kumuh dengan ODK akan membuat data baseline permukiman kumuh tersaji lebih cepat jika dibandingkan dengan pengumpulan data baseline permukiman kumuh menggunakan formulir manual. Selain itu, peta yang dibuat dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai pelaksanaan pendataan baseline permukiman kumuh pada Program 100-0-100.

Melalui kegiatan aplikatif ini penulis akan membuat formulir pengumpulan data baseline permukiman kumuh Program 100-0-100 dengan Open Data Kit, menyajikan datanya dalam bentuk peta interaktif pada sebuah story map memanfaatkan teknologi ArcGIS Online.

I.2. Cakupan Kegiatan

Cakupan kegiatan aplikatif Pemanfaatan Open Data Kit dan ArcGIS Online dalam Pengumpulan dan Penyajian Data Baseline Permukiman Kumuh di Kota Palu adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan ini dilakukan dengan mengambil sampel dan hasil pendataan baseline permukiman kumuh Program 100-0-100 di Kota Palu hingga Februari 2016.

(3)

2. Lokasi kegiatan berada di lima kawasan perkumiman kumuh di Kota Palu yaitu: 1) Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu.

2) Kelurahan Basusu Barat, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu. 3) Kelurahan Nunu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu.

4) Kelurahan Silae, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu. 5) Kelurahan Ujuna, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu.

3. Pembuatan formulir digital pendataan Program 100-0-100 mengacu pada Panduan Operasional Baku (POB) Tata Cara Pendataan 100-0-100 Tingkat Desa/Kelurahan yang disusun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

4. Peta interaktif story maps hanya untuk menyajikan data, tidak untuk menambahkan dan/atau mengunduh data.

I.3. Tujuan Tujuan kegiatan aplikatif ini adalah sebagai berikut:

1. Membuat formulir digital pengumpulan data baseline permukiman kumuh Program 100-0-100 berbasis Open Data Kit.

2. Menyajikan data baseline permukiman kumuh hasil pelaksanaan Program 100-0-100 dalam bentuk peta interaktif story maps dengan ArcGIS Online.

I.4. Manfaat Manfaat kegiatan aplikatif ini adalah:

1. Bagi pemerintah, formulir digital pengumpulan data baseline permukiman kumuh Program 100 mempermudah pengumpulan data baseline Program 100-0-100 yang dilakukan oleh masyarakat melalui tim Program Peningkatan Kualitas Permukiman (P2KP) Kota Palu. Selain itu, formulir digital juga mempercepat tersajinya hasil pendataan Program 100-0-100 dalam bentuk peta interaktif story maps.

2. Bagi masyarakat, peta interaktif story maps memberikan informasi tentang kawasan kumuh di Kota Palu.

(4)

I.5. Landasan Teori I.5.1.Permukiman Kumuh

Permukiman kumuh merupakan suatu tempat tertentu yang setengah atau lebih dari seluruh rumah tangganya kekurangan air bersih, sanitasi, tempat hidup yang cukup, perumahan yang tahan lama, kepemilikan yang aman, atau kombinasinya. Permukiman kumuh di banyak negara tidak lain hanyalah lingkungan perumahan terpinggirkan. Pemahaman tentang aspek kekurangan dan dinamika pembangunan daerah kumuh dalam kota merupakan dasar untuk meningkatkan kehidupan penduduk permukiman kumuh dan membangun keharmonisan perkotaan (UN-HABITAT, 2008).

Permukiman kumuh ditentukan menggunakan dua data yaitu data fisik dan data non fisik (P2KP, 2015). Data fisik yang terkait dengan tujuh indikator kumuh yaitu kondisi bangunan hunian (meliputi keteraturan bangunan, kepadatan bangunan, kondisi fisik bangunan), jalan lingkungan, drainase lingkungan, pembuangan air limbah, penyediaan air bersih dan air minum, pengelolaan persampahan, dan pengamanan bahaya kebakaran. Data non fisik terkait dengan infrastruktur permukiman. Terdapat enam data non fisik yaitu legalitas pendirian bangunan, kepadatan penduduk, mata pencarian penduduk, penggunaan daya listrik, fasilitas pelayanan kesehatan, dan fasilitas pelayanan pendidikan.

Berdasarkan data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, permukiman kumuh di Indonesia pada Oktober 2014 memiliki luas 38.431 hektar. Data Badan Pusat Statistik tahun 2014, jumlah desa yang termasuk dalam kawasan permukiman kumuh adalah 4.508 desa. Permukiman kumuh tersebut tersebar diberbagai lokasi dari perkotaan hingga pedesaan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, tipologi permukiman kumuh dibagi menjadi lima yaitu, permukiman kumuh di atas air, permukiman kumuh di tepi air, permukiman kumuh di dataran rendah, permukiman kumuh di perbukitan, dan permukiman kumuh di kawasan rawan bencana.

(5)

Gambar I.1. Potret permukiman kumuh di Indonesia

Gambar I.1 menunjukkan potret permukiman kumuh di Indonesia. Pada gambar tersebut terlihat bahwa permukiman sangat padat, bangunan huniannya semi permanen, dan tidak teratur.

Permukiman kumuh memiliki dampak negatif terhadap berbagai aspek kehidupan yaitu aspek kesehatan, aspek lingkungan, aspek kerawanan sosial, aspek tumbuh kembang anak, aspek kebencanaan, dan aspek pelayanan publik (BKKBN, FKM UI, 2011). Dilihat dari aspek kesehatan, permukiman kumuh tidak memenuhi kriteria rumah sehat misalnya karena tidak adanya fasilitas mandi cuci kakus dan sanitasi yang buruk. Hal ini dapat menimbulkan risiko penyakit berbasis lingkungan. Permukiman kumuh mempunyai andil terhadap penurunan kualitas lingkungan karena terbatas bahkan tidak tersedianya ruang terbuka hijau dan pembuangan limbah yang

(6)

tidak dikelola dengan baik. Lingkungan menjadi tercemar dan berujung pada penurunan kualitas lingkungan. Permukiman kumuh memiliki akses jalan yang sempit dan banyak ditemui jalan buntu, hal ini menjadi rawan terhadap tindak kejahatan. Tidak hanya itu, sebagian besar bidang tanah di permukiman kumuh tidak memiliki hak kepemilikan sehingga rawan terhadap penggusuran yang mengakibatkan konflik sosial. Permukiman kumuh dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Hal ini disebabkan karena tingginya tingkat polusi, minimnya tempat bermain, rawan terhadap kejahatan dan penyakit berbasis lingkungan. Dari aspek kebencanaan, evakuasi bencana di permukiman kumuh sulit karena padatnya permukiman, tidak teraturnya bangunan, serta sempitnya akses jalan untuk menuju dan meninggalkan lokasi. Permukiman kumuh juga dapat menjadi penyebab terjadinya bencana misalnya kebakaran karena padat dan tidak permanennya bangunan hunian dan banjir karena pengelolaan limbah yang buruk. Permukiman kumuh minim adanya fasilitas publik. Jalan yang rusak semakin menyulitkan untuk menjangkau fasilitas publik yang ada.

I.5.2.Pemetaan Permukiman Kumuh

Pemetaan Permukiman Kumuh adalah pemetaan yang dilakukan dengan tujuan memetakan tingkat kekumuhan suatu daerah/permukiman dengan menggunakan berbagai macam teknik pemetaan. Teknik pemetaan yang yang dapat dilakukan diantaranya adalah pemetaan terestris, penginderaan jauh, foto udara, maupun pemetaan secara kolaboratif (Sliuzas, 2013). Kombinasi berbagai teknik pemetaan menjadikan data lebih mutakhir. Kombinasi teknik pemetaan untuk mengidentifikasi permukiman kumuh misalnya identifikasi dengan penginderaan jauh, sensus, serta pemetaan kolaboratif (Kohli, 2015). Dari sensus dan pemetaan kolaboratif inilah dihasilkan data baseline permukiman kumuh. Data baseline permukiman kumuh adalah data dasar yang dihasilkan dari pengumpulan data (FGD, observasi, transek, dll) di lapangan terkait indikator fisik dan non fisik bangunan hunian. Data baseline permukiman kumuh digunakan sebagai tolok ukur untuk pencapaian target dalam upaya mengurangi permukiman kumuh (P2KP, 2015).

Pemetaan permukiman kumuh dengan penginderaan jauh dilakukan dengan pengolahan citra satelit. Citra satelit yang digunakan adalah citra satelit yang memiliki

(7)

resolusi spasial tinggi. Citra satelit dengan resolusi spasial tinggi diolah untuk mengidentifikasi indikator fisik permukiman kumuh. Indikator fisik tersebut misalnya keteraturan bangunan, kepadatan bangunan, dan lebar jaringan jalan.

Pemetaan permukiman kumuh dengan sensus dilakukan dengan melakukan pengumpulan data terkait permukiman kumuh misalnya jumlah penduduk, penghasilannya, dan mata pencahariannya. Beberapa data terkait permukiman kumuh sudah ada di pusat statistik setiap daerah sehingga data dapat dipertanggungjawabkan. Data yang terkumpul digunakan sebagai dasar dalam mengidentifikasi kumuh tidaknya suatu permukiman. Sementara itu, pemetaan secara kolaboratif dilakukan dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD). FGD dilakukan dengan beberapa perwakilan masyarakat yang tahu gambaran umum permukiman yang ditempati.

I.5.3.Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sebuah sistem informasi yang khusus mengelola data yang memiliki informasi spasial misalnya letak geografis suatu lokasi (Prahasta, 2009). SIG memiliki empat komponen yaitu data masukan, data keluaran, manajemen data, serta manipulasi dan analisis data.

Gambar I.2. Komponen SIG (Prahasta, 2009)

Gambar I.2 merupakan ilustrasi empat komponen SIG menurut Prahasta (2009). Berikut penjelasannya:

1. Data masukan. Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggungjawab dalam mengkonversikan

Data Masukan

Data Keluaran

Manajemen Data

Manipulasi dan Analisis

Data

(8)

atau mentransformasikan format-format data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh perangkat SIG yang bersangkutan.

2. Data keluaran. Subsistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan keluaran (termasuk mengubahnya ke format yang dikehendaki) seluruh atau sebagian basisdata (spasial) baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti halnya tabel, grafik, peta, dan lain sebagainya.

3. Manajemen data. Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun tabel-tabel atribut terkait ke dalam sebuah sistem basisdata sedemikian rupa hingga mudah dipanggil kembali, diperbaharui, dan diedit.

4. Manipulasi dan analisis data. Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi dan penggunaan fungsi-fungsi dan operator matematis & logika) dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

SIG memiliki beberapa keuntungan. Menurut Xia (2004) terdapat lima keunggulan sistem informasi geografis yaitu:

1. SIG memiliki kemampuan untuk melakukan analisis spasial.

2. SIG dapat mengkategorikan dan menempatkan objek ke dalam tema-tema tertentu, dengan demikian SIG memiliki kemampuan untuk melakukan aksi-aksi yang berbeda pada setiap tema tersebut.

3. SIG memiliki kemampuan untuk menyimpan data yang berhubungan dengan presentasi visual atas basis data spasial.

4. SIG dapat dilaksanakan secara daring, sehingga control terhadap sistem menjadi mudah dan dapat dilakukan dari jarak jauh.

5. Biaya pelaksanaan SIG sangat rendah.

I.5.4.Layanan Peta berbasis Web (Web Map Service)

Layanan web adalah program yang dapat dipanggil di atas internet oleh pengguna terlepas dari platform yang digunakan (Aditya & Lemmens, 2003). Salah satu contoh layanan web adalah layanan peta berbasis web (web map service). Menurut

(9)

ISO 19128: 2005 Layanan Peta berbasis Web (Web Map Service) adalah sebuah layanan web yang menghasilkan peta tergeoreferensi dari satu atau beberapa server peta daring. Layanan ini memungkinkan peta diakses lintas aplikasi secara cepat melalui internet. WMS umumnya tersedia dalam format gambar seperti PNG, GIF atau JPEG atau berbasis vektor scalable vector graphics (SVG) atau format Web Computer Graphics Metafile (WebCGM).

Layanan peta berbasis web memiliki keunggulan dan kelemahan. Berikut merupakan keunggulan dan kelemahan layanan peta berbasis web (Jhonson & Wyk, 2015).

Keunggulan:

1. Mudah diakses. Layanan peta berbasis web tersedia di server daring. Untuk mengaksesnya cukup diperlukan ID ataupun tautan ke file di server daring. 2. Dapat digunakan sebagai peta dasar pada aplikasi pengolahan peta.

3. Tersedia secara gratis. Layanan peta berbasis web dapat diakses oleh siapa saja yang mengetahui ID ataupun tautannya.

4. Dapat dikombinasikan dengan data yang ada untuk melakukan analisis spasial pengambilan keputusan.

Kelemahan

1. Membutuhkan koneksi internet.

2. Atribut datanya terbatas, sehingga terbatas jika digunakan untuk melakukan query.

3. Tidak semua layanan peta berbasis web menyediakan metadata. Jika ada, metadata susah diakses.

I.5.5.Peta Berbasis Web

Menurut Kraak dan Brown (2001), peta berbasis web dikategorikan menjadi dua model, yaitu peta statis dan peta dinamis. Masing-masing kategori tersebut dibagi lagi menjadi dua tipe yaitu tampilan saja dan interaktif.

(10)

Gambar I.3. Skema peta berbasis web (Kraak & Brown, 2001) Penjelasan Gambar I.3 adalah sebagai berikut:

1. Peta statis tampilan saja: merupakan peta berbasis web yang peta dasarnya didapat dari hasil pindai peta yang dibutuhkan, kemudian dimasukkan ke dalam web dalam bentuk bitmaps dan berformat raster.

2. Peta statis interaktif: merupakan peta berbasis web yang peta dasarnya berasal dari hasil pindai peta yang dibutuhkan, peta tersebut memiliki fungsi seperti zooming dan panning serta dapat memunculkan informasi pada peta. Peta ini berformat raster.

3. Peta dinamis tampilan saja: merupakan peta berbasis web yang dibuat menggunakan script-script pembuat peta seperti Java Script, VRML, QuicktimeVR dan lain-lain. Namun peta ini tidak berisikan animasi-animasi pada petanya, hanya berupa fungsi zooming dan panning.

4. Peta dimanis interaktif: merupakan peta berbasis web yang dibuat menggunakan script-script pembuat peta seperti Java Script, VRML, QuicktimeVR. Peta ini berisi fungsi-fungsi seperti zooming, panning, geocoding, geotagging dan pencarian lokasi.

peta berbasis web

statis

tampilan saja interaktif

dinamis

(11)

I.5.6.Story Maps

Story Maps merupakan sebuah peta dinamis interaktif yang dibuat dengan informasi pendukung. Informasi pendukung meliputi teks, gambar, audio, maupun video yang mampu mendukung peta yang disajikan. Sebagai peta dinamis interaktif story maps harus memiliki fungsi-fungsi yang mendukung kedinamisan dan keinteraktifan misalnya zoom, pan, swipe, pop-up, dan slider waktu yang membantu pengguna menjelajahi story maps (GIS WebTech, 2016). Menurut ESRI (2016) story maps merupakan bentuk penyajian peta mengombinasikan teks narasi, gambar, dan berbagai konten multimedia yang mendukung fitur geografi yang ditampilkan.

Gambar I.4. Komponen story maps

Gambar I.4 merupakan komponen yang membentuk story maps. Komponen tersebut yaitu peta sebagai komponen utama, serta teks dan data multimedia (gambar, audio, video) sebagai komponen pendukungnya.

Story maps dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan misalnya:

1. Memberikan informasi kepada publik tentang suatu peristiwa. Berbagai peristiwa dapat disajikan menggunakan story maps misalnya peristiwa sejarah, terorisme, perkembangan budaya, dan perkembangan olimpiade. 2. Mengedukasi. Story maps dapat dimanfaatkan untuk mengedukasi

masyarakat. Misalnya saja mengedukasi mengenai berbagai flora dan fauna endemik, makanan khas, persebaran penyakit, dan penemuan penting. 3. Mempromosikan pariwisata. Pariwisata sangat baik jika dipromosikan

melalui story maps. Saat ini pariwisata sudah bukan sekedar lintas kota atau provinsi melainkan lintas negara. Melalui story maps akan semakin mudah mempromosikan pariwisata dan mengajak masyarakat dunia untuk berwisata ke suatu negara.

Story Maps

Peta

Teks

Data Multimedia

(12)

I.5.7.Pengumpulan Data dengan Piranti Bergerak

Pengumpulan Data dengan Piranti Bergerak merupakan sebuah metode yang memungkinkan seseorang/lembaga untuk mengumpulkan data baik secara daring maupun luring dengan piranti bergerak seperti smartphones dan tablets (GIS Cloud's, 2015). Metode ini sebenarnya hampir sama dengan metode pengumpulan data menggunakan formulir kertas, hanya saja dengan metode ini formulir yang digunakan adalah formulir digital. Metode ini memiliki kelebihan yaitu memungkinkan untuk menyertakan gambar, foto, video, audio, serta data lokasi berupa koordinat. Adanya gambar, foto, video, audio, serta data lokasi berupa koordinat membuat data semakin mutakhir. Kelebihan lainnya yaitu proses pengumpulan data menjadi lebih mudah dan efisien waktu, tenaga, dan biaya. Pengumpulan data mudah karena dilakukan dengan piranti bergerak yang berkembang pesat saat ini, sebagian besar orang menguasai pengoperasian piranti bergerak. Biaya cetak formulir kertas dapat dipangkas sehingga mengurangi pengeluaran. Selain itu, untuk memudahkan pekerjaan survei, metode ini menyediakan solusi yaitu, mampu membuat sebuah formulir digital pengumpulan data dengan piranti bergerak, mengumpulkan data tersebut pada sebuah piranti bergerak dan mengirimkannya ke sebuah server, menyatukan data yang terkumpul pada sebuah server dan mengekstraknya ke format yang berguna (ILRI, 2014). Data tersebut juga dapat disajikan dalam berbagai bentuk misalnya peta, tabel, dan berbagai diagram. Adanya data koordinat memungkinkan penyajian dalam bentuk peta analog maupun peta digital. Contoh aplikasi pengumpulan data dengan piranti bergerak yaitu Open Data Kit (ODK) dari Google dan Survey123 dari ESRI.

I.5.8.Open Data Kit

Open Data Kit (ODK) merupakan seperangkat open-source yang digunakan untuk melakukan pengumpulan data dengan piranti bergerak (Open Data Kit, 2016). Untuk menjalankan atau menggunakan Open Data Kit dalam melakukan pengumpulan data, dibutuhkan tiga hal yaitu mendesain formulir digital, membuat server data, dan aplikasi yang terhubung ke server tersebut (Open Data Kit, 2016).

Pertama adalah mendesain formulir digital yang dapat dilakukan menggunakan ODK Build atau XLSForm. ODK Build merupakan aplikasi web yang digunakan untuk

(13)

mendesain formulir dengan user interface drag-and-drop (Open Data Kit, 2016). ODK Build memungkinkan pengguna untuk mendesain formulir secara langsung pada halaman web. Sementara itu, XLSForm merupakan standar pembuatan yang membantu menyederhanakan pembuatan atau desain formulir digital menggunakan pengolah angka. XLSForm memungkinkan pembuatan atau desain formulir secara luring karena menggunakan aplikasi pengolah angka (Open Data Kit, 2016).

Kedua adalah membuat server data ODK Aggregate. ODK Aggregate digunakan sebagai penyedia formulir digital untuk diakses melalui smartphone. Selain itu, ODK Aggregate juga digunakan sebagai pusat pengumpulan dan pengolahan hasil pengumpulan data. Melalui ODK Aggregate, hasil pengumpulan data dapat divisualisasikan ke dalam bentuk peta maupun grafik, dapat diekspor ke dalam berbagai format seperti CSV maupun KML, serta dapat dipublikasikan ke dalam Google Spreadsheets maupun Google Fusion Tables (Open Data Kit, 2016).

Ketiga adalah aplikasi yang terhubung ke server data ODK Aggregate yaitu ODK Collect. ODK Collect dijalankan menggunakan smarthphone. Smartphone yang dapat digunakan untuk menjalankan ODK Collect adalah smartphone yang menggunakan sistem operasi Android. Versi sistem operasi Android minimal yang dapat digunakan adalah Jelly Bean (Android 4.1). Dengan demikian, versi Android setelah Jelly Bean (diatas Android 4.1) dapat digunakan untuk menjalankan ODK Collect. ODK Collect mendukung pengumpulan data berupa teks, angka, gambar, audio, video, dan koordinat (Open Data Kit, 2016). Data-data yang telah dikumpulkan dapat segera dikirim ke server data ODK Aggregate.

I.5.9. XLSForm

XLSForm merupakan standar pembuatan yang membantu menyederhanakan pembuatan atau desain formulir digital menggunakan pengolah angka (XLSForm, 2016). XLSForm terdiri dari tiga worksheet yaitu survey, choices, dan settings.

I.5.9.1. Worksheet Survey. Worksheet survey berisi keseluruhan pengaturan dari struktur isi formulir serta daftar pertanyaan dan informasi. Setiap baris pada sheet survey mewakili satu pertanyaan atau informasi. Worksheet survey memiliki tiga kolom wajib yang harus diisi yaitu kolom type yang menentukan jenis masukan

(14)

pertanyaannya, kolom name yang menentukan variable nama (unik) masukan, dan kolom label yang berisi teks yang akan ditampilkan pada formulir.

Gambar I.5. Contoh tampilan worksheet survey

Gambar I.5 merupakan contoh tampilan dari worksheet survey yang telah dibuat menggunakan XLSForm. Pada gambar terlihat tiga kolom wajib (type, name, dan label) serta masing-masing pendefinisiannya.

Worksheet survey memiliki kolom-kolom pendukung diantaranya:

1. Hint. Kolom hint digunakan untuk memberikan petunjuk pengisian suatu pertanyaan.

Gambar I.6. Contoh tampilan kolom hint

Gambar I.6 menunjukkan contoh tampilan kolom hint. Pada gambar terlihat petunjuk pengisian informasi berupa Provinsi, Kab/Kota, dan Kecamatan.

2. Required. Kolom required digunakan untuk menandai bahwa suatu pertanyaan harus di isi.

(15)

Gambar I.7. Contoh tampilan kolom required

Gambar I.7 menunjukkan contoh tampilan kolom required. Jika suatu pertanyaan harus/wajib diisi, maka pada kolom required diisikan yes. Jika tidak harus diisi maka pada kolom required tidak perlu diisi.

3. Appearance. Kolom appearance digunakan untuk mengatur tampilan pertanyaan.

Gambar I.8. Contoh tampilan kolom appearance

Gambar I.8 menunjukkan contoh tampilan kolom appearance. Pada gambar tersebut, tampilan yang dipilih adalah field-list. Tampilan field-list memungkinkan pertanyaan ditampilkan dalam bentuk urutan list dari atas ke bawah.

4. Relevant. Kolom relevant digunakan untuk melewati suatu pertanyaan atau membuat pertanyaan muncul atas respon dari pertanyaan lainnya.

(16)

Gambar I.9. Contoh tampilan kolom relevant

Gambar I.9 merupakan contoh tampilan kolom relevant. Pada kolom relevant terdapat isian ${A5_18} = 'a' or ${A5_18} = 'b'. Maksudnya adalah pertanyaan nomor 19 akan muncul jika pada pertanyaan nomor 18 dipilih a atau b. Jika pertanyaan nomor 18 diisi c, d, atau e, maka pertanyaan nomor 19 akan dilewati, sehingga langsung menuju ke pertanyaan 20.

5. Calculation. Kolom calculation digunakan untuk melakukan perhitungan.

Gambar I.10. Contoh tampilan kolom calculation

Gambar I.10 menunjukkan contoh tampilan kolom calculation. Pada kolom calculation terdapat isian ${A2_6_A}*${A2_6_B}*${A2_6_C}. Isian tersebut merupakan formula untuk menghitung luas bangunan hunian yaitu panjang (A2_6_A) x lebar (A2_6_B) x jumlah lantai (A2_6_C).

Berikut merupakan berbagai type pertanyaan yang didukung oleh XLSForm. Tabel I.1. Tabel berbagai jenis masukan pada kolom type

No. Type pertanyaan Keterangan

1. integer Digunakan untuk mendefinisikan masukan berupa integer

2. decimal Digunakan untuk mendefinisikan masukan berupa bilangan desimal

(17)

4. select_one [options] Digunakan untuk membuat pilihan ganda, hanya satu jawaban yang dapat dipilih

5. select_multiple [options] Digunakan untuk membuat pilihan ganda, dapat memilih lebih dari satu pilihan

6. note Digunakan untuk menampilkan catatan, tidak untuk memberikan masukan

7. geopoint Digunakan untuk merekam koordinat suatu titik 8. geotrace Digunakan untuk merekam garis dari dua atau

lebih koordinat

9. geoshape Digunakan untuk merekam poligon dari tiga atau lebih koordinat

10. date Digunakan untuk mendifinisikan masukan berupa tanggal

11. time Digunakan untuk mendifinisikan masukan berupa waktu

12. dateTime Digunakan untuk mendifinisikan masukan berupa tanggal dan waktu

13. image Digunakan untuk mengambil gambar

14. audio Digunakan untuk merekam suara

15. video Digunakan untuk merekam video

16. barcode Digunakan untuk scan sebuah barcode, membutuhkan aplikasi barcode scanner yang sudah terinstal

17. calculate Digunakan untuk melakukan sebuah perhitungan 18. acknowledge Menyatakan konfirmasi yang menetapkan nilai

(18)

I.5.9.2. Worksheet Choices. Worksheet choices digunakan untuk menentukan pilihan jawaban dari pertanyaan pilihan ganda. Setiap barisnya mewakili satu pilihan jawaban. Worksheet choices memiliki tiga kolom utama yaitu kolom list name yang merupakan kelompok dari serangkaian jawaban dari suatu pertanyaan, kolom name menunjukkan nama unik dari jawaban suatu pilihan, kolom label yang menunjukkan pilihan jawaban yang muncul pada formulir. Informasi dan penulisan atribut yang terekam adalah yang sesuai dengan kolom name, bukan kolom label.

Gambar I.11. Contoh tampilan worksheet choices

Gambar I.11 merupakan contoh tampilan dari worksheet choices yang telah dibuat menggunakan XLSForm. Pada gambar terlihat tiga kolom utama (listname, name, dan label) serta masing-masing pendefinisiannya.

I.5.9.3. Worksheet Settings. Worksheet settings digunakan untuk kustomisasi formulir misalnya pemberian judul dan ID formulir. Judul formulir akan ditampilkan kepada pengguna saat mengakses formulir ini. ID formulir digunakan untuk mengidentifikasi pengumpulan formulir.

Gambar I.12. Contoh tampilan worksheet settings

Gambar I.12 merupakan contoh tampilan dari worksheet settings yang telah dibuat menggunakan XLSForm. Pada gambar terdapat judul formulir dan IDnya.

Gambar

Gambar I.1. Potret permukiman kumuh di Indonesia
Gambar I.2. Komponen SIG (Prahasta, 2009)
Gambar I.3. Skema peta berbasis web (Kraak & Brown, 2001)  Penjelasan Gambar I.3 adalah sebagai berikut:
Gambar I.4. Komponen story maps
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kerja sama tersebut, Balai Bahasa Sulawesi Selatan berperan sebagai Perpanjangan tangan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan

P rogram Kota Tanpa Kumuh(KOTAKU) adalah program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang merupakan upaya strategis Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman,

Komponen utama pada meter energi, yaitu: mikro-prosesor, layar tampilan ( display ), kapasitor untuk catu daya, komponen untuk sistem pengukuran, rele/kontaktor, varistor,

Penelitian yang dilakukan ini menggunakantrianggulasi sumber, yaitu melihat sesuatu yang sama (persepsi terhadap objektivitasdata), dari berbagai perspektif yang

Menurut Jeffery, “ Use Case Diagram, suatu diagram yang melukiskan interaksi antara sistem dengan para pemakai. Dengan kala lain, use cesa diagram dengan nyata

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengukuran dengan metode kehilangan berat memiliki hasil yang optimal, semakin tinggi konsentrasi ortofosfat yang ditambahkan pada

KEDUA : Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ditetapkan berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan melibatkan peran masyarakat

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kecamatan Serpong