• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatori yaitu penelitian yang menelaah hubungan antara peubah-peubah penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Peubah-peubah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Lingkungan Fisik, (2) Lingkungan Ekonomi Sosial Budaya, (3) Akses pada informasi, (4) Ketersediaan inovasi, (5) Karakteristik pribadi petani, (6) Kapasitas petani, (7) Kemandirian usahatani dan (8) Keberhasilan usaha pertanian.

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survei dari fakta-fakta dan informasi yang diperoleh di lapangan baik langsung maupun tidak langsung. Pengujian model teoritis dilakukan dengan cara analisis keterandalan model dan parameter yang digunakan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya peubah bebas mampu menjelaskan dan menerangkan keragaman total peubah terikat. Selain itu untuk melihat pengaruh peubah bebas terhadap peubah terikat. Penelitian ini juga menguji peubah tingkat kemandirian berusahatani sebagai peubah antara yang diduga memiliki pengaruh secara nyata terhadap keberhasilan usahatani.

Untuk mengetahui keberadaan hubungan ataupun pengaruh dari masing-masing peubah dilakukan uji statistik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan untuk menjelaskan substansi dari hasil uji statistik akan digunakan pendekatan informasi hasil penelitian kualitatif.

Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di provinsi Jawa Timur yang meliputi wilayah Kabupaten Pasuruan dan, Kabupaten Malang. Kedua wilayah tersebut merupakan sentra usaha pertanian untuk tanaman padi dan tanaman sayuran. Lokasi wilayah kabupaten Pasuruan dipilih dengan pertimbangan sebagai wilayah potensial yang dapat mewakili wilayah untuk pengembangan tanaman padi dengan tingkat

(2)

produktivitas rendah hingga sedang pada kawasan wilayah dataran rendah. Kabupaten Malang dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan merupakan wilayah potensial yang dapat mewakili wilayah untuk pengembangan tanaman padi dengan tingkat produktivitas sedang hingga tinggi pada kawasan wilayah dataran sedang hingga tinggi. Secara kualitatif, petani di wilayah kabupaten Pasuruan dapat dikategorikan sebagai petani sedang berkembang dan petani di wilayah kabupaten Malang dapat dikategorikan sebagai petani maju. Lokasi penelitian usahatani sayuran di Kabupaten Malang terpilih Kecamatan Pujon dengan desa terpilih yakni Desa Ngabab mewakili usahatani sayuran maju dan Desa Madiredo mewakili usahatani sayuran sedang berkembang, sedangkan untuk usahatani padi terpilih Kecamatan Sumberpucung dengan desa terpilih yakni Desa Sumberpucung mewakili usahatani padi dalam setahun petani menanam padi kurang dari dua kali tanam dan Desa Sengreng mewakili usahatani padi dalam setahun petani menanam padi dua kali tanam atau lebih.

Lokasi penelitian untuk usahatani sayuran di Kabupaten Pasuruan terpilih Kecamatan Tutur dengan desa terpilih yakni Desa Ngadirejo mewakili usahatani sayuran maju dan Desa Kayukebek mewakili usahatani sayuran sedang berkembang, sedangkan untuk usahatani padi terpilih Kecamatan Kejayan dengan desa terpilih yakni Desa Pacarkeling mewakili usahatani padi dalam setahun petani menanam padi kurang dari dua kali tanam dan Desa Wrati mewakili usahatani padi dalam setahun petani menanam padi lebih dari dua kali tanam. Rincian lokasi penelitian disajikan pada Tabel 7.

Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Berdasar hasil kajian pustaka menunjukkan bahwa petani kepala keluarga merupakan representasi dari rumah tangga tani. Oleh karena itu, populasi penelitian ini adalah petani kepala keluarga atau anggota keluarga sebagai pengambil keputusan dalam melakukan usaha pertanian untuk tanaman padi dan sayuran. Dengan demikian unit analisis yang digunakan adalah rumah tangga tani. Lingkup penelitian terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan kapasitas petani dan

(3)

faktor determinan lain dalam keberhasilan usaha pertanian tanaman sayuran dan tanaman padi.

Sebagai contoh responden dalam penelitian ini adalah responden terpilih yang merupakan bagian dari populasi terpilih masing-masing desa yang diambil secara acak satu dusun/kampung dan selanjutnya diambil secara acak sebanyak 10 persen dari populasi petani di dusun/kampung tersebut. Tehnik pengambilan contoh dilakukan dengan metode cluster random sampling. Dalam membuat kelompok (cluster) contoh responden dasar pertimbangan yang digunakan adalah (1) indeks pertamanan padi yang diusahakan dalam satu tahun dan (2) macam tanaman sayurang diusahakan dalam satu tahun. Penentuan besarnya jumlah sampel (contoh) petani yang dijadikan responden didasarkan kepada tingkat representatif dan homogenitas yang diharapkan dari populasi penelitian. Untuk mengetahui tingkat representatif dan proporsional homogenitas dilakukan terlebih dahulu kegiatan pra survei. Selain itu juga besarnya jumlah sampel ditentukan pada ketersediaan biaya, waktu dan tenaga. Berdasarkan survei pendahuluan didapatkan jumlah sampel penelitian seperti disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Lokasi Penelitian dan Jumlah Sampel Komoditi Lokasi penelitian

Sayuran Padi

Kabupaten Kecamatan Desa Maju Berkembang Maju Berkembang

Malang Pujon Ngabab 49 - - -

Madiredo 46 - - -

Sb.pucung Sb.pucung - - 41 -

Senggreng - - 39 -

Pasuruan Tutur Ngadirejo - 42 - -

Kayukebek - 40 - -

Kejayan Wrati - - - 43

Pc.keling - - - 42

Jumlah sampel 95 82 80 85

Berdasarkan Tabel 7, didapat jumlah sampel sebesar 342 dengan perincian untuk jumlah sampel petani yang mengusahakan sayuran sebanyak 177 petani dan

(4)

untuk petani padi sejumlah 165 petani. Menurut Gay (1976), jumlah sampel minimal untuk penelitian eksplanatori maupun diskriptif adalah 30 sampel agar memenuhi perkiraan data yang dihasilkan menyebar secara normal. Oleh sebab itu jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi persyaratan.

Instrumen dan Teknis Pengumpulan data

Penelitian ini bersifat eksplanatori yaitu menjelaskan kapasitas petani dalam mewujudkan keberhasilan usahatani pada usahatani padi dan usahatani sayuran. Instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk melaksanakan dalam penelitian ini adalah :

(1) daftar pertanyaan/kuesioner yang disiapkan dan disusun sebelum penelitian dilaksanan oleh peneliti.

(2) pedoman pertanyaan yaitu sejumlah pertanyaan kunci untuk merekam fenomena-fenomena kualitatif baik untuk responden maupun pihak-pihak lain yang terkait dan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.

Selain mengadakan wawancara dengan responden juga dilakukan: (3) pengamatan langsung terhadap objek penelitian.

(4) wawancara secara mendalam kepada sejumlah responden terpilih.

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pencatatan data yang telah tersedia di kantor-kantor maupun sejumlah instansi yang terkait dengan tujuan penelitian.

Untuk memperoleh data primer maupun data sekunder tersebut, digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

(1) pengamatan yaitu data dikumpulkan melalui pengamatan langsung terhadap objek penelitian.

(2) Wawancara yaitu mengadakan wawancara langsung dengan objek penelitian untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dengan menggunakan daftar pertanyaan (questionaire) yang telah disiapkan dan disusun peneliti terlebih dahulu. Daftar pertanyaan ini terlebih dahulu akan dilakukan uji kesahihan dan kehandalan.

(5)

(3) Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat data yang sudah tersedia baik yang berupa cetak maupun berupa gambar di instansi atau kantor yang ada dan terlait dengan tujuan penelitian.

Kesahihan dan Keterandalan

Kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) sangat penting dalam merancang alat pengukuran dalam suatu penelitian. Kidder (1981) mengatakan bahwa penelitian dikatakan sahih (valid) ketika alat ukur atau instrumen yang dibuat dapat mengukur dengan tepat terhadap obyek penelitian yang diukur sehingga kesimpulan yang dibuat benar dan penelitian dikatakan handal (reliable) apabila hasil penemuan dapat diulang kembali.

Kesahihan (validitas)

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), validitas menunjukkan tingkat suatu alat pengukur yang dapat mengukur sesuatu yang diukur. Sebuah tes dapat dikatakan sahih ketika ia mengukur sesuatu yang memang akan diukur (Black dan Champion, 1992). Menurut Babbie (1992), validitas merujuk pada tingkat suatu pengukuran secara empiris cukup menggambarkan makna nyata (real) dari suatu konsep yang sedang dipertimbangkan. Validitas instrumen diperlukan untuk memberikan keyakinan tentang ketepatan perangkat pengukuran yang digunakan sehingga mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian.

Menurut Kidder (1981), ada empat jenis validitas, yaitu (1) validitas rupa, (2) validitas prediktif, (3) validitas konstruk dan (4) validitas isi. Singarimbun dan Effendi (1995) membagi validitas enam jenis yaitu (1) validitas konstruk, (2) validitas isi, (3) validitas eksternal, (4) validitas prediktif, (5) validitas budaya, dan (6) validitas rupa.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap: (1) validitas isi, (2) validitas prediktif, dan (3) validitas konstruk. Pertimbangan penggunaan ketiga validitas ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

(6)

(1) Validitas isi menggambarkan sejauhmana alat ukur representatif/mewakili semua dimensi atau aspek dan kerangka konsep. Validitas ini didasari pada pendapat ahli maupun baik dari kajian pustaka yang sesuai dengan tujuan penelitian dan dari uji validitas logika yakni dengan menghubungkan teori kebutuhan dengan teori pengambilan keputusan.

(2) Validitas prediktif adalah kemampuan alat ukur untuk mengidentifikasi-kan perbedaan-perbedaan pada masa mendatang. Validitas prediktif didasarkan pada hubungan antara kemandirian dan jiwa wirausaha terhadap keberhasilan usaha pertanian. Validitas ini akan dilihat dari hasil perhitungan korelasi antar peubah-peubah yang determinan terhadap keberhasilan usaha pertanian. (3) Validitas konstruk adalah suatu evaluasi sejauh mana instrumen mengukur konstruk yang secara teoritis diharapkan peneliti untuk diukur. Validitas konstruk dapat menerangkan hubungan antar konstruk yang ada. Dalam penelitian ini akan ditunjukkan bahwa kemandirian petani mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi dengan jiwa wirausaha terhadap kapasitasnya. Selanjutnya, hubungan kedua peubah tersebut akan mempengaruhi tingkat keberhasilan usaha pertanian yang dilakukan petani untuk pencapaian tujuan rumah tangga petani yaitu sejahtera.

Hasil uji validitas instrumen tentang (1) validitas isi, (2) validitas prediktif, dan (3) validitas konstruk disajikan pada Tabel 8.

Keterandalan (Reliabilitas)

Keterandalan adalah indeks alat ukur yang dipakai dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu pengukuran relatif konsisten apabila diulangi dua kali atau lebih (Singarimbun dan Effendi, 1995). Dengan kata lain reliabilitas menunjuk pada konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur suatu gejala yang sama. Menurut Kerlinger (1996), ada tiga kriteria pendekatan untuk mengukur keterandalan, yaitu:

(1) suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali memberikan hasil yang sama,

(7)

(2) suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila alat ukur tersebut dapat mengukur hal yang sebenarnya dari sifat yang diukur,

(3) reliabilitas suatu alat ukur dapat dilihat dari galat (error) pengukurannya Menurut Black dan Champion (1992), keterandalan dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk yaitu bentuk eksternal dan bentuk internal. Reliabilitas eksternal terdiri dari bentuk (1) test–retest, dan (2) bentuk paralel dari tes yang sama. Reliabilitas internal terdiri dari bentuk tehnik split haft dan bentuk diskriminasi soal. Menurut Ancok (Singarimbun dan Effendi, 1995) terdapat beberapa metode yang dapat digunakan menghitung tingkat keterandalan alat ukur yaitu (1) teknik pengukuran ulang yakni responden/sample yang sama agar menjawab semua pertanyataan pada alat ukur yang sama sebanyak dua kali dengan selang waktu yang berbeda, (2) tehnik belah dua yaitu membagi responden menjadi dua bagian berdasarkan nomor urut gasal dan genap dalam kuesioner, dan (3) teknik paralel yaitu membuat dua jenis alat ukur untuk mengukur aspek yang sama dan diberikan kepada responden yang sama, kemudian diadakan pengujian reliabilitas.

Berdasarkan uraian tentang teknis uji validitas dan uji reliabilitas tersebut, penelitian ini mengambil secara acak sejumlah 30 responden di luar lokasi tempat penelitian tetapi memiliki tingkat kesamaan kondisi dengan lokasi yang diteliti. Teknih uji validitas adalah total item/butir dikorelasikan dengan masing-masing item/butir menggunakan korelasi Pearson Product Moment dengan rumus sebagai berikut:

{

∑ ∑

}{

}

− = 2 2 2 2 ( ) ( ) ) )( ( y y n x x n y x xy n rxy

keterangan : r = koefisien korelasi N = banyaknya kasus X = variabel bebas y = variabel terikat

Semakin tinggi nilai koefisien korelasi semakin kecil kesalahan pengukuran. Kemudian langkah selanjutnya adalah uji reliabilitas dengan

(8)

menggunakan angka reliabilitas alpha (α) Cronbach untuk keseluruhan peubah dengan rumus : ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ + =

2 2 1 1 t b cronbach k k

σ

σ

α

keterangan : αcronbach = angka reliabilitas α Cronbach k = banyaknya item pertanyaan

σb2 = jumlah varians item pertanyaan σt2 = varians total

Reliabilitas alat ukur (pedoman pertanyaan) diketahui dengan melihat nilai alpha (α) Cronbach yang ditentukan besarnya nilai ≥0.60. Nilai α Cronbach yang lebih besar dari 0.60 merupakan alat ukur yang reliabel.

Hasil uji reliabilitas dan uji validitas dilakukan kepada 30 responden yang memiliki tingkat kesamaan kondisi dengan lokasi penelitian disajikan pada Tabel 8. Reliabilitas data seluruh butir/item pertanyaan dari seluruh peubah penelitian menunjukkan reliabel (handal), demikian pula untuk uji validitas masing-masing peubah penelitian.

Tabel 8. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

No Peubah Validitas

(Kisaran koef.r)

Reliabilitas

(α Cronbach) Keterngan 1 (X1) Lingkungan Fisik 0.496 – 0.862** 0.8538 Valid dan Reliabel 2 (X2) Lingkungan Esobud 0.456 – 0.844** 0.9054 Valid dan Reliabel 3 (X3) Ketersedian Inovasi 0.585 – 0.862** 0.9160 Valid dan Reliabel 4 (X4) Karakteristik Petani 0.441 – 0.860** 0.9121 Valid dan Reliabel 5 (X5) Aksesbilitas Informasi 0.432 – 0.862** 0.8399 Valid dan Reliabel 6 (Y1) Kapasitas Petani 0.432 – 0.768** 0.8209 Valid dan Reliabel 7 (Y2) Kemandirian Usahatani 0.436 – 0.976** 0.8746 Valid dan Reliabel

(9)

Peubah Penelitian

Secara umum variabel/peubah penelitian terdiri dari peubah bebas dan peubah terikat/tidak bebas. Peubah bebas dalam penelitian ini meliputi:

(1) Lingkungan Fisik (X1)

(2) Lingkungan Ekonomi dan Sosial Budaya/ESOBUD (X2) (3) Ketersediaan Inovasi (X3)

(4) Karakteristik Pribadi Petani (X4): (5) Aksesibilitas Informasi (X5)

Peubah terikat/tergantung dalam penelitian ini terdiri dari: (6) Kapasitas Petani (Y1)

(7) Kemandirian Usahatani (Y2) (8) Keberhasilan Usahatani (Y3)

Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Peubah

(1) Lingkungan fisik (X1) adalah kondisi sumber daya alam/potensi, tempat usaha pertanian tersebut dilaksanakan. Faktor lingkungan fisik dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi kondisi iklim (X1.1), kondisi curah hujan (X1.2), tipologi lahan (X1.3) dan sifat lahan/tanah (X1.4). Keempat Indikator tersebut masing-masing dioperasionalisasikan dalam bentuk parameter yang tercantum pada Tabel 9. Pengukuran pada masing-masing parameter dilakukan dengan memberikan skor skala likert yang dimodifkasi sesuai kondisi setempat secara berjenjang yang dimulai dari (a) sangat rendah diberi nilai skor 1, (b) rendah diberi nilai skor 2, (c) baik/tinggi diberi nilai skor 3, dan (d) sangat baik/tinggi diberi nilai skor 4. Skala sedang/cukup dihindari agar responden dapat memberikan jawaban secara lebih tajam/tegas dan ragu-ragu pada pertanyaan yang diajukan. Skor tiap parameter itu sendiri merupakan skala ordinal. Selanjutnya agar dapat memenuhi syarat untuk kepentingan analisis uji statistik dilakukan proses konversi/transformasi, yaitu merubah skala ordinal menjadi skala interval. Transformasi dilakukan untuk setiap indikator dan peubah/varibel dalam penelitian ini terutama nilai pengukuran yang berskala ordinal. Rumus umum tranformasi yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti Li (1975) yang juga digunakan

(10)

Tabel 9. Peubah, Indikator, Parameter Lingkungan fisik, dan lingkungan ekonomi sosial dan budaya

Variabel (patokan/petunjuk) Indikator Parameter (ukuran) (X1) Lingkungan Fisik •Kondisi iklim •Kondisi Kebutuhan Air •Tipologi lahan •Sifat lahan/tanah

• Tingkat kesesuaian suhu dengan macam usahatani yang dilakukan

•Tingkat kesesuaian kelembangan udara dengan usahatani yang dilakukan

•Tingkat kesesuaian curah hujan dengan macam usahatani yang dilakukan

•Tingkat kesesuaian kebutuhan air dengan macam usahatani yang dilakukan

•Tingkat kesesuaian tipologi lahan dengan usahatani yang dilakukan

•Tingkat kesesuaian sifat lahan/tanah dengan usahatani yang dilakukan (X2) Lingkungan

ekonomi dan sosial budaya

•Kesesuaian dengan sistem nilai dan norma yang dianut

•Penguasaan aset ekonomi

•Keterlibatan keluarga

•Interaksi dengan tokoh masyarakat

• Tingkat kesesuaian nilai-nilai dalam masyarakat dengan usaha yang dilakukan

• Tingkat keterikatan pada adat istiadat dan norma

• Penguasaan lahan usahatani

• Kepemilikan alat transportasi

• Kepemilikan alat komunikasi

• Kepemilikan sarana produksi

• Keterlibatan anggota keluarga dalam memutuskan jenis usahatani

• Jumlah tenaga kerja keluarga

• Jumlah tenaga kerja bukan keluarga

• Tingkat dukungan tokoh formal masyarakat terhadap usahatani

• Tingkat dukungan tokoh non-formal masyarakat terhadap usahatani

• Tingkat kekerapan pertemuan dengan tokoh formal masyarakat

• Tingkat kekerapan pertemuan dengan tokoh formal masyarakat

(11)

Sumardjo (1999) yakni :

(a) Transformasi indek indikator:

Jumlah skor yang dicapai – jumlah skor minimal Indek Indikator =

Jumlah skor maksimal – jumlah skor minimal x100%

Keterangan: selang nilai indek transformasi indikator berkisar 0 - 100

(b) Transformasi indek peubah/variabel:

Jumlah skor yang dicapai – jumlah skor minimal Indek peubah =

Jumlah skor maksimal – jumlah skor minimal x100%

Keterangan: selang nilai indek transformasi peubah/variabel berkisar 0 – 100

Nilai indek tranformasi minimun dicapai bila semua parameter setiap indikator setelah diukur menunjukkan angka skor 1, sedangkan indek

masikmum dicapai bila nilai skor parameter setiap indikator setelah diukur menunjukkan angka skor 4. Dengan menggunakan perhitungan ini, maka sebaran data yang berupa skala interval berkisar dari nilai 0 hingga 100. Pengelompokan kategori menggunakan empat jenjang/tingkatan yaitu: (a) sangat rendah berada pada kisaran nilai 0 hingga 25,

(b) rendah berada pada kisaran nilai 26 hingga 50,

(c) baik/tinggi berada pada kisaran nilai 51 hingga 75, dan (d) sangat baik/tinggi berada pada kisaran nilai 76 hingga 100.

Pengelompokan ini berlaku lebih lanjut untuk semua proses kategori pada penelitian. (2) Lingkungan sosial ekonomi budaya (X2) adalah individu atau sekelompok

individu dan sistem kemasyarakatan yang telah menjadi tradisi dan atau kelembagaan yang mengandung nilai dan norma serta pemanfaatan keberadaan-nya mempengaruhi pola pikir dan tindakan petani dalam melaksanakan usaha di bidang pertanian. Lingkungan ekonomi dan sosial budaya yang diukur dalam penelitian ini adalah (X2.1) Orientasi nilai budaya, (X2.2) Keterlibatan keluarga, (X2.3) Interaksi dengan tokoh masyarakat, (X2.4) Penguasaan aset ekonomi. Pengukuran terhadap keempat indikator tersebut dilakukan dengan memberikan skor pada tiap-tiap parameter sama seperti yang dilakukan pada peubah lingkungan fisik (X1).

(3) Ketersediaan inovasi (X3) adalah keberadaan suatu obyek (ide, gagasan maupun tehnik) yang dianggap baru dan yang dinilai lebih bermanfaat dalam

(12)

keberadaan usaha petani. Inovasi ini dapat berasal hasil-hasil penelitian maupun inovasi yang berasal dari petani lain di luar lingkungan petani. Ketersediaan inovasi yang dipertimbangkan dalam penelitian ini meliputi (X3.1) jenis inovasi, (X3.2) sifat keuntungan inovasi, (X3.3) sifat keselarasan, (X3.4) sifat kerumitan inovasi, (X3.5) sifat dapat dicoba, (X3.6) sifat dapat diamati dan (X3.7) dasar bentuk keputusan dalam memilih inovasi. Pengukuran terhadap ketujuh indikator tersebut dilakukan dengan memberikan skor pada tiap-tiap parameter sama seperti yang dilakukan pada peubah lingkungan fisik (X1). (4) Karakteristik pribadi petani adalah ciri-ciri yang melekat bagi seseorang

sebagai pelaku utama yang berkaitan erat dengan kesiapannya untuk meng-kembangkan diri dalam melakukan usaha pertanian. Karakteristik petani ini meliputi (X4.1) tingkat pendidikan, (X4.2) umur petani (X4.3) pengalaman berusahatani, (X4.4) tingkat kekosmopolitan, dan (X4.5) tingkat keberanian mengambil resiko. Tingkat pendidikan (X4.1) diukur dengan menghitung jumlah tahun dalam mengikuti pendidikan formal. Selain itu, untuk jenis pendidikan non-formal seperti pelatihan yang berkaitan dengan usahatani padi atau sayuran yang mereka lakukan juga dihitung frekuensinya. Pengukuran pengalaman berusahatani (X4.3) dilakukan dengan menghitung jumlah tahun mulai berusahatanitanaman padi atau sayuran hingga waktu saat penelitian dilakukan. Pengukuran tingkat kekosmopolitan (X4.5) dan tingkat keberanian dalam mengambil resiko dilakukan seperti cara pengukuran peubah lingkungan fisik (X1). Peubah, indikator dan parameter untuk ketersediaan inovasi dan karakteristik pribadi petani disajikan pada Tabel 10 dan Tabel 11.

(5) Aksesbilitas pada informasi (X5) adalah aktivitas yang dilakukan oleh petani untuk meraih pengetahuan (pesan) yang terkait dengan usaha pertanian yang dilakukan. Akses petani terhadap informasi tersebut terkait dengan (1) sumber informasi, (2) kualitas informasi, (3) macam informasi yang diperoleh dan (4) kredibilitas pemberi informasi. Peubah, indikator dan parameter aksesbilitas pada informasi disajikan pada dan Tabel 12.

(13)

Tabel 10. Peubah, Indikator, Parameter Ketersediaan Inovasi

Variabel (patokan/petunjuk) Indikator Parameter (ukuran)

(X3) Ketersediaan Inovasi (1) Jenis inovasi (2) Sifat inovasi •Keuntungan relatif •Keselarasan •Kerumitan •Dapat dicoba •Dapat diamati (3) Bentuk keputusan penerapan inovasi

• Jenis inovasi yang sering digunakan (teknis/sosial)

• Jenis inovasi yang sering dibutuhkan (teknis/Sosial)

• Tingkat kehematan beaya produksi yang dirasakan dibandingkan inovasi

sebelumnya

• Tingkat hasil produksi yang diperoleh dibandingkan inovasi sebelumnya

• Tingkat keuntungan yang diperoleh dibandingkan inovasi sebelumnya

• Tingkat penghargaan masyarakat yang dirasakan dibandingkan inovasi sebelumnya

• Tingkat kesesuaian inovasi yang dirasakan petani dengan sistem nilai yang dianut

• Tingkat kesesuaian inovasi yang dirasakan dengan pengalaman sebelumnya

• Tingkat kesesuaian inovasi yang dirasakan petani dengan kebutuhannya

• Tingkat kerumitan yang dirasakan petani dalam memahami inovasi yang dibutuhkan

• Tingkat kerumitan yang dirasakan petani dalam menerapkan inovasi yang dibutuhkan

• Tingkat kemudahan inovasi yang dirasakan petani dalam mencoba pada ahan terbatas

• Tingkat kemudahan inovasi yang dirasakan petani dalam mencoba berdasarkan sumberdaya yang dimiliki

• Tingkat mudahnya hasil penerapan inovasi dapat dilihat langsung oleh petani

• Tingkat mudahnya penerapan inovasi yang dirasakan petani untuk

dikomunikasikan antar sesama petani

• Tingkat kefaktualan (konkrit) inovasi yang dirasakan petani

• Tingkat pilihan keputusan dalam menerapan inovasi yang dipilih (individu, kelompok, dan paksaan/kekuasaan

(14)

Tabel 11. Peubah, Indikator, Parameter Karakteristik Pribadi Petani Variabel Indikator

(patokan/petunjuk)

Parameter (ukuran) (X4.1) Pendidikan Lama dan macam

pendidikan

• Lamanya waktu pendidikan yang diikuti sampai pada saat penelitian dilakukan

• Macam pendidikan yang pernah diikuti sampai pada saat penelitian dilakukan (X4.2) Umur Lama tahun kehidupan • Waktu sejak lahir hingga waktu

penelitian (X4.3)Pengalaman

berusahatani

Kegiatan usahatani • Lamanya waktu dalam berusahatani

• Jenis usahatani yang pernah diusahakan (X4.4) Tingkat

Kekosmopolitan

Keterbukaan terhadap dunia diluar

lingkungaannya

• Intensitas pergaulan dengan petani dan masyarakat lain

• Jumlah waktu yang digunakan untuk media informasi

• Tingkat keaktifan mencari informasi (X4.5) Keberanian

mengambil resiko

Pemahaman dan pengelolaan resiko

• Tingkat pemahaman tentang resiko

• Tingkat melaksanakan usaha beresiko yang dilakukan

(6) Kapasitas petani adalah daya-daya yang melekat pada pribadi seseorang sebagai pelaku utama pengelola sumber daya pertanian untuk dapat menetap-kan tujuan usahatani secara tepat dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara tepat pula. Daya petani dalam menetapkan dan pencapaian tujuan usaha pertanian diukur dari pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Petani sebagai pelaku utama dalam mengelola usahatani perlu dan dapat meng-identifikasi potensi usahatani, pemanfaatan peluang, mengatasi permasalahan usahatani yang dihadapi dan dapat menjaga keberlanjutan sumber daya usahatani yang dikuasai.

(7) Kemandirian Petani dalam berusahatani adalah perwujudan dari keleluasaan seseorang sebagai pelaku utama yang mengandalkan pengelolaan sumber daya pertanian untuk memilih dan mengarahkan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan usaha pertanian yang dilakukan secara saling ketergantungan yang menguntungkan, bertanggung jawab dan menerima segala konsekuensinya. Kemandirian tersebut terdiri dari

(15)

aspek pengambilan keputusan, aspek permodalan, menjalin kerjasama (partnertship) dan kedinamisan usahatani.

Peubah, indikator dan parameter untuk kapasitas petani dan kemandirian berusahatani masing-masing disajikan pada Tabel 13 dan Tabel 14.

Tabel 12. Peubah, Indikator, Parameter Akses pada Informasi Variabel Indikator (patokan/petunjuk) Parameter (ukuran) (X5) Aksesbilitas pada informasi • Sumber informasi yang diterima, •Kesesuaian informasi yang diterima, •Macam informasi yang diterima •Kredibilitas orang/ pemberi informasi

• Ketersediaan sumber informasi yang dapat dipercaya secara baik.

• Ketersediaan informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi

• Informasi yang diperoleh dapat menjelaskan secara spesifik

• Dapat tidaknya informasi yang diperoleh menjelaskan hal-hal yang sedang dipertimbangkan

• Jenis informasi yang diperoleh sudah sesuai dengan kebutuhan

• Jumlah informasi yang diperoleh dapat dimanfaatkan sebagai menarik

kesimpulan

• Jumlah informasi yang diperoleh cukup representatif

• Jumlah informasi yang diperoleh sudah sesuai dengan kebutuhan

• Tingkat pengetahuan terhadap informasi

• Kemudahan pelayanan

(16)

Tabel 13. Peubah, Indikator, Parameter Kapasitas Petani

Variabel Indikator

(patokan/petunjuk) Parameter (ukuran) (Y1) Kapasitas

Petani • Mengidentifikasi potensi

•Memanfaatkan peluang •Mengatasi permasalahan •Menjaga keberlanjutan sumberdaya usahatani

• Tingkat pengetahuan terhadap sumber-sumber informasi yang tepat

• Tingkat kemampuan dalam menggunakan pengalaman untuk perencanaan usaha

• Tingkat pengetahuan penyebab kegagalan dan keberhasilan usaha yang dilakukan

• Tingkat pemahaman tentang perubahan permintaan pasar

• sikap tentang perubahan lingkungan usahatani

• Tingkat pengetahuan tentang informasi dan inovasi yang tepat

• Tingkat kemampuan dalam menggunakan informasi dan inovasi untuk tujuan usaha

• Tingkat kemampuan belajar dari pengalaman sendiri dan orang lain

• Sikap penilaian setiap perubahan (permintaan pasar) sebagai peluang untuk dimanfaatkan

• Tingkat pengetahuan informasi dan inovasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi

• Tingkat kemampuan penggunaan informasi dan inovasi dalam

memecahkan masalah yang dihadapi

• Tingkat kemampuan belajar dari

pengalaman sendiri dan orang lain dalam memecahkan masalah

• Sikap antisipatif terhadap setiap perubahan usaha

• Tingkat kreativitas membuat pilihan usaha yang lebih menguntungkan

• Tingkat pengetahuan tentang pengelolaan sumberdaya yang tepat

• Tingkat pemahaman kebutuhan sumberdaya yang diperlukan

• Tingkat pengetahuan tentang sumberdaya alternatif

• Sikap penggunaan sumberdaya alternatif

• Tingkat keselarasan informasi dan sikap terhadap inovasi yang digunakan dengan sumber daya yang dimiliki

(17)

Tabel 14. Peubah, Indikator, Parameter Kemandirian Berusahatani Variabel Indikator

(patokan/petunjuk) Parameter (ukuran)

01 02 03 (Y2) Tingkat Kemandirian Berusahatani • Pengambilan Keputusan • Penyediaan modal •Menjalin kemitraan (Partnership) •Kedinamisan usahatani

• Tingkat pengtahuan tentang pasar yang menguntungkan

• Tingkat kemampuan dalam menentukan pemasaran yang menguntungkan

• Tingkat pengetahuan tentang pemilihan inovasi yang tepat

• Tingkat kemampuan dalam menentukan inovasi yang menguntungkan

• Tingkat kemampuan dalam menentukan cara-cara berproduksi yang menguntungkan

• Tingkat kemampuan dalam menghadapi resiko

• Tingkat kemampuan dalam menentukan pilihan usaha

• Tingkat pengetahuan tentang sumber-sumber permodalan

• Tingkat pemahaman tentang cara-cara mendapatkan modal

• Sikap terhadap perkembangan sumber-sumber permodalan

• Tingkat kemampuan dalam mengatasi masalah modal

• Tingkat kemampuan dalam pengelolaan keuntungan untuk modal

• Tingkat pengetahuan tentang kemitraan

• Tingkat pemahaman tentang cara melakukan kemitraan

• Tingkat kemampuan dalam mendapatkan mitra

• Tingkat kemampuan berkerjasama dengan pihak lain

• Tingkat kemampuan untuk menampung aspirasi

• Inovatif

• Kreatif

(18)

(8) Keberhasilan usahatani adalah kondisi yang diperoleh dari upaya pelaku utama dalam mengelola usahatani yang dinilai dari aspek kepastian pasar, aspek produkvitas dan aspek keberlanjutan. Kepastian pasar meliputi jaminan untuk mendapatkan faktor produksi yang dibutuhkan dan hasil, usaha yang dilakukan selaras dengan lingkungan, hasil yang diperoleh sesuai/dapat terserap oleh pasar. Produktivitas adalah usaha yang dilakukan efisiensi dari aspek modal, tenaga kerja dan waktu. Keberlanjutan merupakan suatu jaminan keleluasaan sumberdaya usahatani yang dimiliki untuk dapat dipergunakan secara berkelanjutan. Peubah, indikator dan parameter keberhasilan usaha pertanian disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Peubah, Indikator, Parameter Keberhasilan Usahatani

Variabel Indikator (patokan/petunjuk) Parameter (ukuran) 01 02 03 (Y3) Keberhasilan Usahatani • Kepastian pasar o Produktivitas

• Tingkat pengetahuan perencanaan usaha yang berorientasi pasar

• Tingkat kemampuan dalam memasarkan hasil usaha

• Tingkat pengetahuan tentang ketersediaan faktor produksi

• Tingkat kemampuan menjangkau faktor produksi yang dibutuhkan

• Tingkat jaminan berusaha dengan sistem nilai yang dianut

• Tingkat pengetahuan tentang cara-cara meningkatkan hasil produksi

• Tingkat kemampuan dalam mendapatkan cara-cara meningkatkan hasil produksi

• Tingkat pengetahuan penggunaan sumberdaya yang tepat

• Tingkat kemampuan dalam menggunakan sumberdaya secara tepat

• Tingkat pengetahuan tentang B/C ratio

• Tingkat kemampuan dalam pencapaian B/C ratio

(19)

(Lanjutan Tabel 15) Variabel Indikator

(patokan/petunjuk) Parameter (ukuran)

o Keberlanjutan o Tingkat pengetahuan tentang

pengembangan usaha

o Tingkat kemampuan dalam

mengembangkan usaha

o Tingkat pengetahuan tentang

kelangsungan penyediaan sumberdaya

o Tingkat kemampuan dalam penyediaan

sumberdaya

o Tingkat pengetahuan tentang

kelangsungan proses produksi

o Tingkat kemampuan dalam penyediaan

pemintaan pasar

o Tingkat kemampuan dalam

menciptakan peluang pasar yang menguntungkan

Analisis Data

Dalam penelitian ini data yang telah terkumpul dianalisis secara diskriptif kualitatif dan kuantritatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memberikan penjelasan kritis yang berkaitan dengan peubah. Analisis kuantitatif dilakukan apabila data yang diperoleh menyebar secara normal. Analisis statistik yang digunakan meliputi (1) Koefisien korelasi Pearson product moment, (2) metode model regresi linear berganda, dan (3) metode analisis jalur (Path Analysis). Secara garis besar analisis tersebut digunakan:

(1) Untuk menganalisis model peningkatan kapasitas dalam mewujudkan keberhasilan usaha pertanian digunakan metode analisis deskriptif kualitatif. (2) Untuk mengetahui ada tidaknya keeratan hubungan dan perbedaan kapasitas

petani dalam mewujudkan keberhasilan usaha pertanian karena faktor tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, kekosmopolitan, ketersediaan inovasi, akses pada informasi dan lingkungan sosial menggunakan Korelasi Pearson product moment dengan rumus:

(20)

{

∑ ∑

}{

}

− = 2 2 2 2 ( ) ( ) ) )( ( y y n x x n y x xy n rxy

keterangan : r = koefisien korelasi N = banyaknya kasus

x = variabel bebas y = variabel terikat

(3) Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi model peningkatan kapasitas dalam mewujudkan keberhasilan usaha pertanian digunakan metode model regresi linear berganda dengan rumus :

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + … + bnXn + e Keterangan : Y = variabel dependen b0 = intersep b1… bn = koefisien regresi X1…Xn = variabel independen .e = error (pengganggu)

(4) Untuk menganalisis besarnya pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi model peningkatan kapasitas dalam mewujudkan keberhasilan usaha pertanian digunakan metode Path Analysis (analisis lintasan/jalur) dengan rumus:

.rij = pij + Σ k pik rjk Keterangan :

r = koefisien korelasi, p = koefisien jalur

.i , j, k = variabel .i,.j dan k

Untuk menghitung koefisien jalur, dapat dihitung dengan menggunakan matriks sebagai berikut ;

(21)

.r1.j 1 r1.2 r1.3 r1.4 ……… r1.j pi.1 .r2.j r2.1 1 r2.3 r2.4 ………… r2.j pi.2 .r3.j r3.1 r3.2 1 r3.4 ……….. r3.j pi.3 . . . . . ………. . . . . . . . ………. . . . . . . . ………. . . .ri.j ri.1 ri.2 ri.3 ri.4 .…………. 1 pi.j

Besarnya persentase pengaruh langsung masing-masing variabel independen (X) terhadap peubah/variabel dependen (Y) dihitung dengan mengkuadratkan nilai koefisien jalur lalu dikali 100 persen untuk masing-masing peubah/variabel.

Untuk menghitung besarnya pengaruh secara bersama-sama variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y), maka analisis dilanjutkan dengan rumus:

R2 j.1.2.3….i = pj.1 r1j + pi.2 r2.j + … + pi.j ri.j

Kemudian untuk menghitung besarnya pengaruh dari luar model digunakan rumus sebagai berikut:

i j

ie R

P = 1− 2 .1.2.3...

Menurut Mueller (1977) dan Sudjana (2003) besarnya persentase pengaruh diluar model dapat dihitung dengan mengkuadratkan hasil nilai Pie yang dikalikan dengan 100 persen.

Model analisis statistik untuk menguji beberapa hipotesis penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Hipotesis 1:

Karakteristik pribadi petani yang ditunjukkan oleh pendidikan, umur, pengalaman berusahatani, kekosmopolitan, keberanian mengambil resiko berpengaruh nyata terhadap kapasitas petani dan kemandirian usahatani.

(22)

Uji statistik yang digunakan: (1) Uji korelasi, (2) Analisis regresi, dan (3) Analisis jalur . Hubungan antar peubah yang terungkap pada hipotesis 1 disajikan pada Gambar 5. Keterangan: (X4.1) tingkat pendidikan, (X4.2) umur/usia petani (X4.3) pengalaman berusahatani, (X4.4) tingkat kekosmopolitan,

(X4.5) tingkat keberanian mengambil resiko. (Y1) Kapasitas petani

(Y2) Kemandirian usahatani

Hipotesis 2:

Kapasitas petani dipengaruhi secara nyata baik langsung maupun tidak langsung oleh karakteristik pribadi petani, ketersediaan inovasi, akses pada informasi, lingkungan ekonomi dan sosial budaya serta lingkungan fisik tempat usahatani.

Uji statistik yang digunakan: (1) Uji korelasi, (2) Analisis regresi, dan (3) Analisis jalur.

Hipotesis 3:

Kemandirian usahatani dipengaruhi secara nyata baik langsung maupun tidak langsung oleh kapasitas petani, karakteristik pribadi petani, ketersediaan inovasi, akses pada informasi, lingkungan ekonomi dan sosial budaya serta lingkungan fisik tempat usahatani.

Uji statistik yang digunakan: (1) Uji korelasi, (2) Analisis regresi, dan (3) Analisis jalur.

Gambar 5. Pengaruh antar peubah secara konseptual pada Hipotesis 1

Y

1 Kapasitas X4.2 Umur

Y

2 Kemandirian X4.1 Pddkan X4.5 Ksmpolit X4.3 Pglman X4.5 Resiko

(23)

Hubungan antar peubah yang terungkap pada hipotesis 2 dan hipotesis 3 disajikan pada Gambar 6 dan Gambar 7.

Keterangan:

(X1) Lingkungan fisik

(X2) Lingkungan sosial ekonomi budaya (X3) Ketersediaan inovasi

(X4) Karakteristik pribadi petani (X5) Akses pada informasi (Y1) Kapasitas petani

Keterangan:

(X1) Lingkungan fisik

(X2) Lingkungan sosial ekonomi budaya (X3) Ketersediaan inovasi

(X4) Karakteristik pribadi petani (X5) Akses pada informasi (Y1) Kapasitas petani (Y2) Kemandirian usahatani

Hipotesis 4:

Tingkat keberhasilan usaha pertanian dipengaruhi secara nyata baik langsung maupun tidak langsung oleh tingkat kemandirian usahatani, kapasitas petani, ketersediaan inovasi, karakteristik pribadi petani, akses pada informasi, lingkungan ekonomi dan sosial budaya serta lingkungan fisik tempat usahatani.

X4 X3 X1 X2 X5 Y1 Y2

Gambar 6. Pengaruh antar peubah secara konseptual pada Hipotesis 2

X4 X3 X1 X2 X5 Y1

(24)

Uji statistik yang digunakan: (1) Uji korelasi, (2) Analisis regresi, dan (3) Analisis jalur. Hubungan antar peubah yang terungkap pada hipotesis 4 disajikan pada Gambar 8.

Keterangan:

(X1) Lingkungan fisik

(X2) Lingkungan social ekonomi budaya (X3) Ketersediaan inovasi

(X4) Karakteristik pribadi petani (X5) Akses pada informasi (Y1) Kapasitas petani (Y2) Kemandirian usahatani (Y3) Keberhasilan usahatani

Hipotesis 5:

Kapasitas petani berpengaruh langsung secara nyata terhadap keberhasilan usaha pertanian dan memiliki pengaruh tidak langsung melalui kemandirian usahatani.

Uji statistik yang akan digunakan: (1) Analisis regresi dan (2) Analisis jalur. Hubungan antar peubah yang terungkap pada hipotesis 5 disajikan pada Gambar 9.

Keterangan: (Y1) Kapasitas petani (Y2) Kemandirian usahatani (Y3) Keberhasilan usahatani X4 X3 X1 X2 X5 Y1 Y2 Y3

Gambar 9. Pengaruh antar peubah secara konseptual pada Hipotesis 5

Y

2

Y

1

Y

3

Gambar

Tabel  7. Lokasi Penelitian dan Jumlah Sampel   Komoditi  Lokasi penelitian
Tabel 8. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Tabel 9. Peubah, Indikator, Parameter Lingkungan fisik, dan  lingkungan ekonomi sosial dan budaya
Tabel 10. Peubah, Indikator, Parameter Ketersediaan Inovasi  Variabel  (patokan/petunjuk) Indikator  Parameter (ukuran)  (X 3 )  Ketersediaan  Inovasi  (1) Jenis inovasi  (2) Sifat inovasi  • Keuntungan relatif  • Keselarasan   • Kerumitan  • Dapat dicoba  • Dapat diamati  (3)  Bentuk keputusan  penerapan inovasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Usulan Program : Perbaikan Atmosfir Akademik dan Manajemen Internal Jurusan Budidaya Hutan. Mochamad

ketahui bahwa kekhasan PAK membuat PAK berbeda dengan mata pelajaran lain, yaitu PAK menjadi sarana atau media dalam membantu peserta didik berjumpa dengan Allah di mana pertemuan

Panitia Pengadaan Barang/Jasa akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi untuk paket Pekerjaan kontruksi pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

2.6 Penyelesaian Alternatif dari Akar Permasalahan yang Berhasil. Diidentifikasi dan

Gereja yang satu : Gereja yang tampak sebagai perwujudan kehendak tunggal Yesus Kristus untuk dalam Roh Kudus tetap hadir kini di tengah manusia untuk menyelamatkan (LG 8).

Panitia Pengadaan Barang/Jasa akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan Pascakualifikasi untuk paket Pekerjaan Pengadaan Barang pada Dinas Kelautan dan Perikanan

Kisi-kisi instrumen penelitian tentang motivasi implementasi nilai- nilai kewirausahan disajikan pada tabel, merupakan kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk engukur

Үнэлгээний аргачлалыг ашигласнаар орон нутгийн засаг захиргааны албан хаагчид, улс төрийн намуудын тухайн нутаг дэвсгэр