ANALISIS
TREND
PERKEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN BATU DI
DESA KEJI, MUNTILAN
TAHUN 1999 – 2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh :
MARIA MAHANANI
NIM : 061324015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Kary aku dengan penuh Kasih kepada:
Jesus Chirst pemberi pelangi dan cahay a dikala gelap.
Bapak dan Ibu ku y ang terbaik di dunia, Bapak S uy oto dan Ibu S ri
Muly ani
Teman, sahabat y ang selalu ada dalam suka maupun duka, Wisnu
Tri Putra
S ahabat dan saudara-saudaraku.
Almamaterku Universitas S anata Dharma Yogy akarta
MOTTO
A ku in i ha m ba T uha n t er ja di la h pa da ku m en ur ut Per ka t a n m u.
(Bun da M a r i a )
La kuka n a pa y a n g ka m u bisa , den ga n a pa y a n g ka m u pun y a
di m a n a pun ka m u ber a da . (T heodor e Sov elt )
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Juli 2011
Penulis
Maria Mahanani
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama
: Maria Mahanani
Nomor Mahasiswa
: 061324015
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
ANALISIS
TREND
PERKEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN BATU DI
DESA KEJI MUNTILAN TAHUN 1999-2009
beserta dengan perlengkapan yang diperlukan ( apabila ada). Dengan demikian
saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan ke dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di
Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dan
memberikan royalti kepada saya selama mencantumkan saya sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 12 Agustus 2011
Yang menyatakan
Maria Mahanani
TREND
PERKEMBANGAN
INDUSTRI KERAJINAN BATU DI DESA KEJI MUNTILAN
TAHUN 1999-2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
trend
perkembangan jumlah
pengusaha,
trend
perkembangan jumlah tenaga kerja,
trend
perkembangan jumlah
omset, dan
trend
perkembangan jumlah laba industri kerajinan batu desa Keji
tahun 1999-2009.
Di dalam penelitian ini menggunakan
trend
sekuler dengan metode kuadrat
terkecil. Data yang harus dicari adalah jumlah pengusaha, jumlah tenaga kerja,
jumlah omset pengusaha, jumlah laba pengusaha industri kerajinan batu desa Keji
tahun 1999-2009. Sumber data diperoleh dari para pengrajin batu di desa Keji,
BPS, dan media informasi internet
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
trend
(1) jumlah unit usaha kerajinan
batu mengalami peningkatan sebesar 1,7 unit usaha setiap tahunnya, (2) jumlah
tenaga kerja kerajinan batu mengalami penurunan sebesar -9,4 tenaga kerja setiap
tahunnya, (3) jumlah omset kerajinan batu mengalami peningkatan sebesar
Rp.8.370.427- rupiah setiap tahunnya, (4) jumlah laba kerajinan batu mengalami
peningkatan sebesar Rp.1.496.091-. rupiah setiap tahunnya.
THE
TREND
OF STONE HANDICRAFT INDUSTRY DEVELOPMENT
IN KEJI VILLAGE MUNTILAN IN 1999-2009
Maria Mahanani
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2011
The research aims to find out the trend of the development of (1) the total
number of the enterprenuers; (2) the total number of labour force; (3) the total
number of sale; (4) the total number of profit of stone handicraft industry in Keji
village in 1999-2009.
The research applies seculer trend with the lowest square method. Data were
the total numbers of enterprenuers, labour force, sales, profit of the stone
handicraft industry in Keji village in 1999-2009. The data resources were taken
from stone business in Keji village, Statistics Central Board, and online
information from internet.
The result of the research shows that trend of (1) the total development of
enterpreneuers increases 1,7 unit every year; (2) the total labour decreases -9,4
labours every year; (3) the total sales increases 8.370.427- rupiah every year; (4)
total profit increases 1.496.091-rupiah every year.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
anugerah yang telah diberikan, dan penyertaan-Nya, sehingga penyusunan skripsi ini
dengan
judul
“ANALISIS
TREND
PERKEMBANGAN
INDUSTRI
KERAJINAN BATU DESA KEJI, MUNTILAN TAHUN 1999-2009”
dapat
selesai dengan baik dan berjalan lancar. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu
prasyarat yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Program Studi
Pendidikan Ekonomi.
Dalam penulisan ini penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari
pihak lain penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan terimakasih kepada :
1.
Bapak Rohandi, Ph.D, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Ekonomi, dan juga sekaligus dosen pembimbing I, atas segala bimbingan dan
pengarahan yang telah diberikan dari proses awal sampai dengan akhir
pembuatan skripsi.
4.
Bapak Drs. P.A Rubiyanto, dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi yang
telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd, M.Sc.,
dosen Program Studi Pendidikan
Ekonomi yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini
6.
Ibu Dra. Wigati Retno Astuti, M.Si., M. Ed.,
dosen Program Studi Pendidikan
Ekonomi yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini
7.
Segenap dosen yang telah membantu penulis dalam menimba ilmu
pengetahuan selama menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan
kerja.
8.
Segenap dosen Pendidikan Akuntansi yang telah membantu penulis selama
menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Ekonomi
9.
Mbak Titin, Pak Wawik dan Mbak Aris,
yang telah membantu urusan
administrasi penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi
Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.
10.
Segenap karyawan di UPT Perpustakaan Mrican, Universitas Sanata Dharma
atas segala pelayanan dan fasilitas yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
11.
Bapak Suyoto dan Ibu Sih Mulyani, orangtua penulis yang selama ini telah
memberikan banyak bantuan dan dorongan baik berupa material maupun
spiritual, dan motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan di
Universitas Sanata Dharma.
12.
Beasiswa Sanata Dharma Student Fund, Bantuan Khusus Mahasiswa,
atas
semua bantuan dana yang diberikan sehingga penulis mampu menempuh
pendidikan dengan lancar di Universitas Sanata Dharma.
13.
Sekretariat WR I yang selama ini telah banyak membantu penulis dalam
proses pencarian beasiswa.
14.
Sekretariat WR II yang selama ini telah banyak membantu penulis dalam
proses dispensasi administrasi kuliah..
15.
Sahabat spesial Wisnu Tri Putra
, atas segala dorongan dan dukungan yang
telah
diberikan
sehingga
penulis
bersemangat
untuk
cepat-cepat
menyelesaikan pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
16.
Keluarga
kedua
-
angkatan
2006
…..
Monik”Citra”Magda”Aan”
Penti”Nove”Bandi”Ditya”Wawan”Jalu”Kus”Andi”Heri”
17.
Teman-teman Program Studi Pendidikan Ekonomi semua angkatan,
terimakasih atas dukunganya…..”Raihlah mimpi kalian selagi bisa sebelum
semua terlambat”
18.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan, namun telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, terimakasih atas semuanya.
Segala sesuatu tercipta dengan kekurangan maupun kelebihan,
sehingga perlu “saling melengkapi”. Demikian juga dalam penulisan skripsi ini,
pasti banyak kekurangan. Untuk itulah penulis memohon kritik maupun saran
yang dapat berguna untuk memperbaiki skripsi ini untuk menjadi lebih baik.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini menjadi
berguna bagi semua.
Yogyakarta, Juli 2011
Maria Mahanani
HALAMAN JUDUL ………...i
B.
Subjek dan Objek Penelitian
………...………20
C.
Waktu dan Tempat Penelitian ………...…………21
E.
Variabel Penelitian...………...22
F.
Teknik Pengumpulan Data...………...22
G.
Teknik Analisis Data...………...23
BAB IV GAMBARAN UMUM
A.
Profil Propinsi Kabupaten Magelang ……….26
B.
Perkembangan Kerajinan Batu di Kabupaten Magelang ……….….29
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Analisis Data
………...……33
1.
Trend
Perkembangan Jumlah Pengusaha Industri
Kerajinan Batu Desa Keji Tahun 1999-2009
………...…33
2.
Trend
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Industri
Kerajinan Batu Desa Keji Tahun 1999-2009
………...41
3.
Trend
Perkembangan Jumlah Omset Pengusaha Industri
Kerajinan Batu Desa Keji Tahun 1999-2009
………...49
4.
Trend
Perkembangan Jumlah Laba Pengusaha Industri
Kerajinan Batu Desa Keji Tahun 1999-2009
………...56
B.
Pembahasan
……….64
1.
Pembahasan
Trend
Perkembangan Jumlah Unit Usaha
Kerajinan Batu Desa Keji Tahun 1999-2009
…………...….64
2.
Pembahasan
Trend
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja
Pengrajin Batu Desa Keji Tahun 1999-2009
....…………...69
3.
Pembahasan
Trend
Perkembangan Jumlah Omset
Kerajinan Batu di Desa Keji Tahun 1999-2009...…...….73
4.
Pembahasan
Trend
Perkembangan Jumlah Laba Usaha
Pengrajin Batu Desa Keji Tahun 1999-2009
………...79
A.
Kesimpulan
………...……….85
B.
Saran ...………...……….86
C.
Keterbatasan Penelitian...……….….90
DAFTAR PUSTAKA
…...……….93
DAFTAR TABEL
Tabel V.1
Trend
Perkembangan Jumlah Pengusaha Kerajinan Batu
di Desa Keji Tahun 1999-2009 tanpa Y’ ...32
Tabel V.2
Trend
Perkembangan Jumlah Pengusaha Kerajinan Batu
di Desa Keji Tahun 1999-2009 ...…………...………..36
Tabel V.3
Trend
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Pengrajinan Batu
di Desa Keji Tahun 1999-2009 tanpa Y’ ...………..39
Tabel V.4
Trend
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Pengrajinan Batu
di Desa Keji Tahun 1999-2009 ...………..42
Tabel V.5
Trend
Perkembangan Jumlah Omset Kerajinan Batu
di Desa Keji Tahun 1999-2009 tanpa Y’ ...………..45
Table V.6
Trend
Perkembangan Jumlah Omset Kerajinan Batu
di Desa Keji Tahun 1999-2009 ...………..48
Tabel V.7
Perkembangan Jumlah Laba Pengrajinan Batu
di Desa Keji Tahun 1999-2009 tanpa Y’ ...………..50
Tabel V.8
Perkembangan Jumlah Laba Pengrajinan Batu
Di DesaKeji Tahun 1999-2009 ...………..53
Tabel V.9
Trend
Perkembangan Jumlah Pengusaha Kerajinan Batu
di Desa Keji Tahun 1999-2009 ...………..55
Tabel V.10
Trend
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Kerajinan Batu
di Desa Keji Tahun 1999-2009 ...………….………..60
Tabel V.11
Trend
Perkembangan Jumlah Omset Kerajinan Batu
di Desa Keji Tahun 1999-2009 ...………..63
Tabel V.12
Trend
Perkembangan Jumlah Laba Kerajinan Batu
di Desa Keji Tahun 1999-2009 ...………..68
Grafik V.1
Perkembangan Jumlah Pengusaha Kerajinan Batu
Tahun 1999-2009 ...32
Grafikl V.2
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Pengrajinan Batu
Tahun 1999-2009 ...43
Grafik V.3
Perkembangan Jumlah Omset Kerajinan Batu
Tahun 1999-2009 ...………49
Grafik V.4
Perkembangan Jumlah Omset Kerajinan Batu
Tahun 1999-2009 ...……….…55
Grafik V.5
Perkembangan Jumlah Pengusaha Kerajinan Batu
Tahun 1999-2009 ...………..…56
Grafik V.6
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Kerajinan Batu
Tahun 1999-2009 ...……….…60
Grafik V.7
Perkembangan Jumlah Omset Kerajinan Batu
Tahun 1999-2009 ...………64
Grafik V.8
Perkembangan Jumlah Laba Kerajinan Batu
Tahun 1999-2009 ...………69
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesan, kurang lebih 60%
dari total jumlah seluruh penduduk Indonesia (BPS;2007). Sebagian penduduk
desa masih berkutat dengan berbagai permasalahan seperti produktivitas
tenaga kerja di pedesaan rendah, lahan pertanian semakin sempit, pendapatan
rumah tangga petani rendah, daya beli buruh petani lemah, dan mayoritas
penduduk miskin berada di pedesaan. Kebanyakan kondisi sosial ekonomi di
pedesaan masih tertinggal jauh dari masyarakat di perkotaan, adanya
pembangunan pedesaan dapat memajukan kondisi baik itu sosial maupun
ekonomi masyarakat pedesaan. Pembangunan pedesaan mengarah pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pedesaan dapat dilihat
pula sebagai upaya mempercepat pembangunan pedesaan melalui penyediaan
sarana dan prasarana untuk memberdayakan masyarakat, dan mempercepat
pembangunan ekonomi daerah yang kokoh dan efektif.
Sebagian masyarakat masih bekerja sebagai petani yang masih bersifat
tradisional sehingga tidak mampu mensejahterakan kehidupan mereka. Oleh
karena itu banyak masyarakat pedesaan yang beralih dari sektor pertanian ke
sektor industri non pertanian. Salah satunya adalah dengan adanya industri
skala kecil. Industri skala kecil di Indonesia memang sering menjadi bahan
yang terus menerus dibahas dan merupakan pokok perhatian pemerintah
karena keberadaanya memiliki arti penting bagi ekonomi diantaranya adalah
mampu menyerap tenaga kerja yang tidak bekerja di sektor formal, mampu
menopang perekonomian saat terjadi krisis, menyumbang 10.8% dari total
ekspor nasional dan mampu menyerap 5.4 juta pekerja (Zulaikha,Ellya:2008)
sehingga industri kecil dapat dikatakan sebagai pembuka lapangan kerja baru.
Sebagian tenaga kerja mengandalkan industri skala kecil untuk memperoleh
penghasilan.
Setiap daerah di Indonesia memiliki keunggulan masing-masing. Salah
satunya adalah keunggulan dalam bidang ekonomi yang didukung dengan
adanya industri skala kecil. Salah satu daerah di Jawa yang memiliki
keunggulan dalam sektor industri skala kecil adalah Kabupaten Magelang.
Kabupaten Magelang merupakan salah satu kota kecil yang terletak di Jawa
Tengah. Dari segi industri Kabupaten Magelang memiliki banyak industri
diantaranya industri rokok, industri sabun, industri kayu, industri karoseri,
industri makanan, industri kerajinan, dan masih banyak industri yang lain.
Dimana semua industri tersebut menyumbang banyak bagi pendapatan daerah.
Di kabupaten Magelang sektor perdagangan dan pariwisata memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan PDRB yakni
presentasinya sekitar 16.16% dan menempati urutan ketiga setelah sektor
pertanian (34.23%) dan industri pengolahan (18,91%). Industri kecil
merupakan salah satu sektor yang mempunyai fungsi penting bagi
perekonomian. Fungsi-fungsi tersebut dapat dilihat dari segi sosial, politik,
dalam produksi dan distribusi barang dan jasa. Berbagai barang dan jasa yang
mereka hasilkan bagi konsumen berdaya beli tinggi, sedang maupun rendah
baik itu di perkotaan, pinggiran maupun pedesaan serta bagi aktivitas ekonomi
berskala lebih besar. Fungsi kedua, usaha kecil menjadi penyelamat masalah
jumlah tenaga kerja yang terus membengkak. Fungsi ketiga, keberhasilan
pertumbuhan ekonomi selama ini tidak lepas dari peran industri kecil.
Disamping berperan sebagai penjaga kestabilan perolehan devisa melalui
sektor industri kerajinan, diperkirakan lebih dari separoh pertumbuhan
ekonomi Indonesia khususnya perdagangan merupakan sumbangan industri
kecil. Keempat, industri kecil berperan penting dalam perolehan devisa
Negara melalui produk-produk kerajinan.
Salah satu industri kerajinan tersebut adalah industri kerajinan batu.
Industri kerajinan ini merupakan salah satu industri kecil di kota Muntilan.
Industri kerajinan batu ini merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki
kabupaten Magelang, karena industri ini hanya dapat kita jumpai di kota
Magelang. Di daerah lain sulit untuk menemukan industri kerajinan batu
semacam ini. Oleh karena itu industri ini merupakan salah satu asset yang
dimiliki oleh Kabupaten Magelang. Salah satu desa yang menjadi pusat
industri kerajinan batu adalah desa Keji yang terletak di Kecamatan Muntilan.
Jumlah para pelaku industri kerajinan batu ini sekitar 20 orang, beberapa
diantaranya adalah Suyoto, Suyoko, Suyoso, Jumeri, Heri, Asroji, Pranoto,
Industri kerajinan batu ini merupakan salah satu keunggulan lokal yang
dimiliki oleh Kabupaten Magelang, banyak para wisatawan lokal maupun
wisatawan asing yang berminat terhadap hasil kerajinan dari batu tersebut.
Barang-barang yang diproduksi oleh para pengrajin batu dibagi menjadi 2
macam yaitu barang fungsional dan barang nonfungsional. Barang fungsional
misalnya dapat berupa cowek, lumpang, alu, muntu, meja & kursi batu,
wastafel, lampion, perapian, pot bunga, ornament, kijing, dan lain lain.
Sedangkan barang nonfungsional dapat berupa patung dan relief. Ketertarikan
para wisatawan akan kerajinan batu tersebut menjadi salah satu pertimbangan
bagi pemerintah Magelang tentang pengembangan industri kecil tersebut.
Pengembangan industri kerajinan batu sangat prospektif jika dilihat dari
faktor-faktor ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, tekhnologi, sistem
pembiayaan usaha, dan distribusi pemasaran produk. Salah satu program yang
dicanangkan adalah pendirian griya dagang di salah satu pusat industri
kerajinan batu tersebut. Hal ini digunakan untuk membantu para pengrajin
untuk memasarkan produk mereka. Para pelaku industri kerajinan batu perlu
melakukan inovasi supaya tidak kalah bersaing dengan produk industri
kerajinan dari Kabupaten lain. Selain itu adanya penanaman modal dari para
investor hendaknya diarahkan bagi para pengrajin yang kesulitan permodalan.
Dari tahun ke tahun industri kerajinan batu mengalami banyak
perkembangan. Mulai dari jumlah masyarakat yang terjun dalam usaha ini
,perubahan perekonomian para pelaku usaha yang cenderung menjadi lebih
perkembangan tersebut banyak masyarakat yang ikut terjun dalam usaha ini.
Industri batu memberikan dampak positif bagi masyarakat di desa Keji
diantaranya mengurangi angka pengangguran, sejak adanya industri ini jumlah
penganggur di desa Keji berkurang sehingga angka kriminalitas ikut
berkurang. Banyak masyarakat yang bekerja di sektor ini karena dirasa
mampu memberikan penghidupan yang lebih layak dibandingkan pekerjaan
mereka sebelumnya. Indutri kerajinan batu ini juga meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Banyak para pelaku yang semula hidup kurang layak namun
setelah terjun dalam industri ini mereka mampu mencukupi kehidupan
keluarga dan membeli barang-barang mewah misalnya saja mobil dan sepeda
motor.
Penelitian tentang industri kerajinan batu di Kabupaten Magelang ini
penting untuk dilakukan karena industri ini merupakan industri kecil yang
diharapkan mampu berkembang pesat dengan dukungan aktivitas pariwisata di
Kabupaten Magelang yang akan memberikan peluang besar bagi pemasaran
produk industri kecil tersebut. Dengan demikian maka sektor industri kecil
dan sektor pariwisata dapat berkembang secara sinergis dalam rangka
pengembangan ekonomi lokal.
B. Batasan Masalah
Industri kerajinan batu juga memiliki trend perkembangan. Dari
industri kerajinan batu di Desa Keji. Berdasarkan latar belakang di atas
peneliti membatasi penelitian dalam hal “Analisis Trend Perkembangan
Industri Kerajinan Batu Di Desa Keji Tahun 1999-2009”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis dapat mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana analisis trend perkembangan jumlah pengusaha industri
kerajinan batu Desa Keji Tahun 1999 – 2009 ?
2. Bagaimana analisis trend perkembangan jumlah tenaga kerja industri
kerajinan batu Desa Keji Tahun 1999 – 2009 ?
3. Bagaimana analisis trend perkembangan jumlah omset pengusaha industri
kerajinan batu Desa Keji Tahun 1999 – 2009 ?
4. Bagaimana analisis trend perkembangan jumlah laba pengusaha industri
kerajinan batu Desa Keji Tahun 1999 – 2009 ?
D. Tujuan Penelitian
1. Menganalis trend perkembangan jumlah pengusaha industri kerajinan batu
Desa Keji Tahun 1999 – 2009.
2. Menganalisis trend perkembangan jumlah tenaga kerja industri kerajinan
batu Desa Keji Tahun 1999 – 2009.
3. Menganalisis trend perkembangan jumlah omset pengusaha industri
4. Menganalisis trend perkembangan jumlah laba pengusaha industri
kerajinan batu Desa Keji Tahun 1999 – 2009.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya akan berguna dan bermanfaat bagi banyak
pihak diantaranya :
1. Bagi peneliti
a. Dapat mengetahui secara mendalam tentang trend perkembangan
industri kerajinan batu Desa Keji Tahun 1999 – 2009.
b. Dapat mendeskripsikan secara mendalam tentang trend
perkembangan industri kerajinan batu Desa Keji Tahun 1999 –
2009.
c. Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan trend perkembangan industri kerajinan batu
Desa Keji Tahun 1999 – 2009.
2. Bagi pengusaha kerajinan batu
Sebagai gambaran tentang perkembangan industri kerajinan batu
sehingga dapat memotivasi para pengusaha untuk mengembangkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengusaha / Industri Kecil
1. Pengertian Usaha Kecil
Indonesia memerlukan strategi yang baik dalam pengembangan
perekonomian, salah satunya adalah dengan pengembangan terhadap
industri-industri kecil yang ada di nusantara dimana industri-industri ini
merupakan sektor yang menyumbang cukup besar bagi perekonomian.
Pengertian usaha kecil menurut UU No 20 (pasal 1) tahun 2008 tentang
UMKM adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha
Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Sedangkan menurut UU
yang lama yaitu UU No 9 (pasal 1) Tahun 1995 pengertian usaha kecil
adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Kriteria yang dapat dipergunakan sebagai ukuran untuk menetapkan
besar kecilnya seorang pengusaha atau suatau perusahaan tergantung dari
sudut pandang penilai. Dari berbagai literatur kriteria untuk menentukan
besar kecilnya suatu perusahaan antara lain besarnya modal yang dimiliki,
kapasitas produksi, banyaknya tenaga buruh yang dipekerjakan, dan
seberapa jauh dominasi perusahaan tersebut pada pasar untuk produk
sejenis dan sebagainya.
Industri kecil dan menengah telah tumbuh dan berkembang dengan
cepat dari waktu ke waktu. Perkembangan industri kecil yang pesat
berdampak pada kompetisi yang semakin meningkat. Kompetisi yang
semakin ketat akan cenderung menyebabkan tingkat keuntungan (rate of
return) yang diperoleh usaha kecil dan menengah mengarah pada
keseimbangan. Bahkan pada kondisi tertentu, industri kecil yang tidak
mampu berkompetisi akan kalah dari persaingan usaha, atau mengalami
kebangkrutan.
2. Asas dan Tujuan Usaha Kecil
Menurut UU No 20 tahun 2008 tentang UMKM Pasal 2, adalah sebagai
berikut ;
a. kekeluargaan
b. demokrasi ekonomi
c. kebersamaan
d. efisiensi berkeadilan
f. berwawasan lingkungan
g. kemandirian
h. keseimbangan kemajuan
Menurut UU No 9 Tahun 1995, Pasal 4 Pemberdayaan Usaha Kecil
bertujuan :
a. menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan Usaha Kecil menjadi
usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi
Usaha Menengah
b. meningkatkan peranan Usaha Kecil dalam pembentukan produk
nasional, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, meningkatkan
ekspor, serta peningkatan dan pemerataan pendapatan untuk
mewujudkan dirinya sebagai tulang punggung serta memperkokoh
struktur perekonomian nasional.
Menurut UU No 20 (pasal 3) Tahun 2008 tentang UMKM menjelaskan
bahwa tujuan usaha kecil adalah menumbuhkan dan mengembangkan
usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan
3. Tujuan Pembangunan Usaha Kecil
a. Memperluas kesempatan kerja
Dengan adanya pembangunan industri kecil semakin bertambah pula
jumlah industri kecil maka akan semakin banyak tenaga kerja yang
terserap oleh karena itu kesempatan kerja akan semakin betambah.
b. Meratakan kesempatan berusaha
Dengan adanya pembangunan industri kecil maka semakin besar pula
kesempatan bagi masyarakat untuk membuka usaha sesuai dengan
keahlian mereka masing-masing.
c. Menunjang pembangunan daerah
Dengan adanya pembangunan industri kecil maka dapat membantu
pembangunan daerah. Angka pengangguran berkurang dan pendapatan
masyarakat menjadi meningkat yang menyebabkan PDB turut serta
meningkat dimana hal ini dapat menyebabkan dana untuk pembangunan
daerah bertambah.
d. Memanfaatkan SDA dan SDM yang ada
Dengan adanya pembangunan industri kecil maka SDA maupun SDM
yang ada dapat lebih memiliki nilai guna, misalnya batu dari letusan
gunung berapi yang semula hanya untuk bahan bangunan setelah ada
para pengrajin batu, maka nilai batu menjadi semakin bertambah.
Selain itu UU No 20 pasal 4 Tahun 2008 menjelaskan prinsip dan
1) penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan usaha
mikro, kecil, dan menengah untuk berkarya dengan prakarsa
sendiri
2) perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan
berkeadilan
3) pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi
pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah
4) peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;dan
5) penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
secara terpadu.
Selain itu dalam UU No 20 tahun 2008 juga dijelaskan tentang tujuan
pemberdayaan UMKM adalah sebagai berikut :
a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan
b. dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri
c. peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan
daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,
pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Kriteria Usaha Kecil menurut UU No 9 Tahun 1995, Pasal 5 adalah
sebagai berikut :
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000 (dua ratus
juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp1.000.000.000 (satu
milyar rupiah)
c. milik Warga Negara Indonesia
d. berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung
maupun tidak langsung dengan Usaha.
Sedangkan menurut UU No 20 Tahun 2008, Pasal 6 kriteria usaha
kecil adalah sebagai berikut :
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b. hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000 (dua milyar
lima ratus juta rupiah ).
1. Pengertian Tenaga Kerja
Untuk menghasilkan suatu barang maupun jasa yang dibutuhkan oleh
para produsen adalah faktor-faktor produksi seperti bahan baku, peralatan,
tanah dan bangunan, permodalan dan tenaga kerja. Dalam ilmu ekonomi
setiap kegiatan manusia untuk menghasilkan suatu barang atau jasa untuk
memenuhi suatu kebutuhan masyarakat disebut sebagai kerja. Sedangkan
manusia yang melaksanakanya disebut sebagai tenaga kerja. Menurut UU
No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pengertian tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan suatu
barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat. Berdasarkan dari definisi tersebut berarti siapapun dan
usia berapapun yang dapat bekerja untuk menghasilkan sesuatu baik barang
maupun jasa dapat disebut tenaga kerja.
2. Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja
Salah satu cara untuk memperbaiki kondisi perekonomian adalah
dengan meningkatkan kualitas SDM di Indonesia. Strategi dalam jangka
panjang yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas SDM adalah
dengan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, sedangkan jangka
pendeknya dapat dilakukan dengan cara pelatihan ketrampilan. Pemerintah
dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui jalur formal dan informal.
Melalui jalur formal antara lain dengan menyediakan pendidikan yang
Sedangkan melalui jalur informal antara lain dengan adanya kursus-kursus
murah, pelatihan, lokakarya dan sebagainya.
Dalam permasalahan peningkatan kualitas tenaga kerja tidak hanya
merupakan tanggung jawab pemerintah melainkan juga merupakan
tanggung jawab pihak perusahaan atau industri itu sendiri, hal ini berguna
untuk meningkatkan kemajuan dan juga untuk perkembangan perusahaan.
Meskipun tenaga kerja telah memiliki kecakapan dan juga ketrampilan
dasar yang dibutuhkan dalam bekerja namun pelatihan dan pengembangan
tetap dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana cara untuk mengoperasikan
mesin, cara untuk mengatasi masalah kerja, serta hal yang menyangkut
tekhnis. Selain itu pelatihan dan pengembangan juga dapat digunakan
untuk meningkatkan produktivitas.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan ketrampilan
pekerja. Pertama dapat dilakukan dengan On-The-Job Training, adalah
program pelatihan yang diselenggarakan perusahaan dimana para pekerja
belajar mempelajari pekerjaanya langsung dibawah atasan yang lebih
berpengalaman. Selain itu dapat dilakukan dengan apprenticeship training
dimana seseorang pekerja baru mempelajari pekerjaan barunya dengan
menjadi asisten dari pekerja yang lebih berpengalaman untuk waktu yang
relatif panjang. Cara yang kedua dapat dilakukan dengan Off-The-Job
Training, adalah program pelatihan yang diselenggarakan perusahaan
dengan metode ceramah, konferensi, film atau alat bantu audio visual atau
bahkan mesin khusus.
C. Indikator-Indikator Perkembangan Industri Kecil
1. Pengertian dan Karakteristik Omset
Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini, perhatian pada perhitungan
laba rugi semakin dirasakan manfaatnya. Dengan adanya informasi
mengenai omset, maka dapat membandingkan antara modal yang tertanam
dengan penghasilan sebagai alat untuk mengukur kinerja efisiensi
perusahaan. Omset merupakan keseluruhan penerimaan dari berbagai
kegiatan dalam sebuah usaha. Secara garis besar konsep omset dapat
ditinjau dari dua segi yaitu :
a. Menurut ilmu ekonomi
Omset menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang
dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan
mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan
semula (Rustam.2002). Pengertian tersebut menitikberatkan pada total
kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan
kata lain, omset adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah
keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya
kekayaan awal periode ditambah perubahan penilaian yang bukan
diakibatkan perubahan modal dan hutang.
b. Menurut ilmu akuntansi
Banyak konsep omset didefinisikan dari berbagai literatur akuntansi
dan teori akuntansi. Namun pada dasarnya konsep omset dapat
ditelusuri dari dua sudut pandang, yaitu : Omset dalam arti luas
menitikberatkan kepada keseluruhan kegiatan perusahaan yang
menghasilkan kenaikan aktiva atau berkurangnya hutang dan dapat
merubah modal pemiliknya. Pemfokusan kegiatan perusahaan terhadap
kegiatan utama yang berakibat kepada kenaikan aktiva atau
pengurangan hutang dan yang dapat merubah modal tersebut merupakan
arti sempit dari omset (Rustam,2002).
Omset diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan dalam
memanfaatkan faktor-faktor produksi untuk mempertahankan diri dan
pertumbuhan. Seluruh kegiatan perusahaan yang menimbulkan omset
secara keseluruhan menimbulkan pengaruh positif (omset) dan
keuntungan juga pengaruh negatif (beban / kerugian). Selisih dari
keduanya nantinya menjadi laba atau rugi
Omset umumnya digolongkan atas omset yang berasal dari kegiatan
normal perusahaan dan omset yang bukan berasal dari kegiatan normal
perusahaan. Omset dari kegiatan normal perusahaan biasanya diperoleh
kegiatan utama perusahaan. Omset yang bukan berasal dari kegiatan
normal perusahaan adalah hasil di luar kegiatan utama perusahaan yang
sering disebut hasil nonoperasi.
2. Pengertian dan Fungsi Ekonomis Laba
Dalam ilmu ekonomi laba (profit) adalah balas jasa untuk suatu
jenis sumber daya manusia yang sangat tertentu, yaitu kegiatan
pengusaha atau kewirausahaan yang mengorganisir produksi,
mengkombinasikan faktor-faktor produksi, dan menanggung risikonya.
Yang menjadi pendapatan bagi pengusaha adalah “sisa” setelah jumlah
penerimaan total dikurangi seluruh biaya produksi. Laba pengusaha
dibedakan menjadi 2 kelompok (Rustam,2002) :
a. Laba normal adalah imbalan minimal yang perlu agar si pengusaha
tetap mau berusaha di salah satu cabang produksi tertentu.
b. Laba murni adalah kelebihan setelah laba normal
Para ahli ekonomi mendefinisikan laba agak berbeda dengan
pengertian para akuntan. Para akuntan mengartikan laba sebagai
selisih antara penerimaan total dan biaya-biaya produksi tenaga
kerja, bahan-bahan, penyusutan, dan sebagainya.
Di kalangan kaum sosialis dan komunis, laba perusahaan
kerap dikecam sebagai kejelekan sistem kapitalis. Dalam sistem
ekonomi pasar laba merupakan daya dorong kuat dibelakang
perusahaan untuk selalu mencari cara-cara baru, produk-produk
baru, dan teknik-teknik baru. Laba mendorong efisiensi dan
investasi sehingga mampu membuka kesempatan kerja baru dan
kemajuan masyarakat.
Adanya laba murni merupakan petunjuk bahwa ternyata
masyarakat membutuhkan produk tersebut dan bahwa produk
tersebut perlu ditingkatkan. Laba merupakan faktor penting dalam
mengatur alokasi sumber daya diantara sektor-sektor produksi,
tentunya apabila dilakukan secara wajar dan dalam batas-batas
normal. Sebab ada juga yang mencari laba dengan cara yang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang akan digunakan adalah statistik
deskriptif yaitu statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau
memberikan gambaran tentang objek yang diteliti melalui data sampel/
populasi sebagaimana adanya (Sugiyono, 2007:21). Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dengan pendekatan
kuantitatif informasi data dapat diwujudkan dengan angka dan dengan
pendekatan kualitatif untuk menambahkan informasi penting yang
berhubungan dengan penelitian.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek
Subjek adalah benda, hal atau orang tempat variable penelitian tersebut
melekat. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah industri
kerajinan batu di desa Keji.
2. Objek
Dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah jumlah industri kerajinan
batu, omset industri kerajinan batu, tenaga kerja, dan laba industri
kerajinan batu.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2010. Dan penelitian ini
dilakukan di Desa Keji , Muntilan, Magelang. Industri kerajinan batu ini
dipilih untuk penelitian karena industri ini menjadi ciri khas Kabupaten
Magelang. Sedangkan industri-industri kecil lain yang dimiliki oleh
Kabupaten Magelang mudah juga untuk ditemukan di daerah lain.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiono (2007:55) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan menarik
kesimpulan. Dalam penelitian ini populasi sentra industri kerajinan batu salah
satunya adalah Desa Keji, Kecamatan Muntilan, Magelang. Jumlah populasi
dalam penelitian sekitar 20 pengrajin. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Karena dalam penelitian ini
semua pengrajin batu di Desa Keji dijadikan sebagai sampel. Sampel dalam
E. Variabel Penelitian
1. Jumlah pengusaha industri kerajinan batu Desa Keji Tahun 1999 – 2009.
(unit usaha/tahun)
2. Jumlah tenaga kerja industri kerajinan batu Desa Keji Tahun 1999 – 2009.
(orang/tahun)
3. Jumlah omset pengusaha industri kerajinan batu Desa Keji Tahun 1999 –
2009.(rupiah/tahun)
4. Jumlah laba pengusaha industri kerajinan batu Desa Keji Tahun 1999 –
2009. (rupiah/tahun)
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan dan pengumpulan data penulis menggunakan beberapa
metode berikut :
1) Metode wawancara
Metode wawancara adalah pengumpulan data atau informasi dengan
melakukan tanya jawab langsung kepada para pengusaha kerajinan batu.
Wawancara akan dilakukan kepada para pengrajin batu di Desa Keji
dengan menggunakan pedoman wawancara. Dengan metode ini penulis
melakukan wawancara langsung dengan pemilik usaha mengenai berbagai
hal yang berhubungan dengan yang akan diteliti seperti penghasilan setiap
Melalui metode ini penulis memperoleh data dan informasi mengenai
trend perkembangan industri kerajinan batu di desa Keji.
2) Metode dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan mempelajari
dan memahami data yang bersumber dari catatan atau dokumen yang
tersedia dan berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. Peneliti
akan mencari data yang berbentuk tulisan, catatan maupun gambar yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dengan metode ini penulis
memperoleh data dengan mempelajari dokumen yang berupa
catatan-catatan seperti jumlah pemasukan dan pengeluaran setiap bulanya.
3) Metode observasi
Metode observasi adalah teknik pengumpulan data melalui pengamatan
langsung terhadap subjek yang diteliti. Dengan metode ini peneliti akan
mengamati secara langsung pada para pengrajin batu di Desa Keji untuk
memperoleh gambaran tentang keadaan fisik yang sesungguhnya.
G. Teknik Analisis Data
Deret berkala dibedakan menjadi 4 macam komponen yang seakan-akan
independen dan disebabkan oleh beberapa hal. Analisis data menggunakan
deret berkala yaitu menggunakan kuadrat terkecil untuk menghitung nilai
trend dari awal tahun 1999 – 2009. Alasan menggunakan deret berkala
yang mendekati kenyataan sebenarnya. Metode kuadrat minimum merupakan
metode yang memuaskan bagi penggambaran garis trend linear.
Rumus Y’= a + bX
Y : nilai trend periode tertentu
a : nilai konstanta yaitu nilai Y’ pada saat X sama dengan Nol (0)
b : nilai kemiringan yaitu nilai Y’ pada saat X bertambah satu satuan
X : nilai periode tahun
Bentuk tabel perhitungan :
Tahun Y X X2 XY Nilai Trend (Y’)
1999
2000
2001
2002
2003
2004
Tahun Y X X2 XY Nilai Trend (Y’)
2006
207
2008
2009
Mencari nilai a = ΣY
n
Mencari nilai b = ΣXY
BAB IV
GAMBARAN UMUM KERAJINAN BATU DI KABUPATEN MAGELANG
A. Profil Provinsi Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang adalah sebuah Kabupaten yang berada di
provinsi Jawa Tengah. Ibu Kota Kabupaten Magelang adalah Kota Mungkid
yang terletak di Kecamatan Mungkid. Kabupaten Magelang berbatasan
dengan Kabupaten Temanggung di utara, Kabupaten Semarang dan
Kabupaten Boyolali di timur, Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan, serta
Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Purworejo di barat. Candi Borobudur,
sebuah mahakarya peninggalan Dinasti Syailendra yang kini menjadi
kebanggaan Indonesia dan dunia, berada di wilayah Kabupaten Magelang.
Secara geografis Kabupaten Magelang berada di cekungan sejumlah
rangkaian pegunungan. Bagian timur ( perbatasan dengan Kabupaten
Boyolali terdapat Gunung Merbabu (3.141 meter dpl) dan Gunung Merapi
(2.911 m dpl) ). Bagian barat ( perbatasan dengan Kabupaten Temanggung
dan Kabupaten Wonosobo ) terdapat Gunung Sumbing (3.371 m dpl). Di
bagian barat daya terdapat rangkaian Bukit Menoreh. Bagian tengah mengalir
Kali Progo beserta anak-anak sungainya menuju selatan. Di Kabupaten
Magelang terdapat Kali Elo yang membelah dua wilayah ini. Pertemuan
kembali kedua titik itu terletak di desa Progowati yang konon dahulu di
tempat itu lebih banyak wanitanya dibanding pria.
Kabupaten Magelang terdiri atas 21 Kecamatan, yang dibagi lagi atas
sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan
Mungkid. Kecamatan-Kecamatan yang ada di Kabupaten Magelang adalah
sebagai berikut : Kecamatan Mungkid, Kecamatan Muntilan, Kecamatan
Grabag, Kecamatan Salam, Kecamatan Salaman, Kecamatan Ngluwar,
Kecamatan Tempuran, Kecamatan Srumbung, Kecamatan Borobudur,
Kecamatan Ngablak, Kecamatan Bandongan, Kecamatan Sawangan,
Kecamatan Secang, Kecamatan Tegalrejo, Kecamatan Mertoyudan,
Kecamatan Dukun, Kecamatan Candimulyo, Kecamatan Windusari,
Kecamatan Kajoran, Kecamatan Kaliangkrik, dan Kecamatan Pakis.
Kabupaten Magelang berada di jalur strategis yang menguhubungkan
dua Ibukota provinsi yaitu Semarang dan Yogyakarta. Mungkid, yang
merupakan Ibukota Kabupaten ini, berada sekitar 10 km sebelah selatan Kota
Magelang. Mungkid dulunya adalah Kota Kecamatan yang kemudian
dikembangkan menjadi Ibukota baru Kabupaten Magelang, menggantikan
Kota Magelang. Secang merupakan persimpangan menuju
Semarang-Yogyakarta dengan jalan provinsi menuju Temanggung. Dahulu Magelang
dilalui jalur kereta api yang menghubungkan Semarang dan Yogyakarta,
bahkan merupakan salah satu jalur kereta api tertua di Indonesia. Namun
sejak meletusnya Gunung Merapi, jalur tersebut rusak dan tidak difungsikan
Sejarah Kabupaten Magelang tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan Kota Magelang. Pada tahun 1801, Letnan Gubernur Jendral
Sir Stamford Raffles mengangkat Ngabei Danuningrat sebagai bupati
pertama Magelang, atas petunjuk dari gurunya beliau memilih daerah antara
desa Mantiash dan desa Gelangan sebagai pusat pemerintahannya. Pada
tahun 1930, jabatan Bupati diserahkan kepada putranya yang bernama
Ngabei Danukusumo, namun kedudukan bupati masih diakui sehingga ada
dua pimpinan di daerah Magelang yaitu bupati Magelang dan Walikota
Magelang.
Seiring perkembangan waktu, kedudukan Kabupaten Magelang
diperkuat melalui UU No. 2 tahun 1948 dengan Ibukota di Kota Magelang.
Pada tahun 1950 berdasarkan UU No. 13 tahun 1950 Kota Magelang berdiri
sendiri dan diberi hak untuk mengatur rumah tangga sendiri, sehingga ada
kebijaksanaan untuk memindah Ibukota Kabupaten ke daerah lain. Ada dua
alternatif Ibukota penganti Kota Magelang, yaitu Kawedanan Secang atau
Kawedanan Muntilan, namun kedua daerah ini ditolak. Pada tanggal 22 maret
1984, Kota Mungkid secara resmi diresmikan sebagai Ibukota Kabupaten
Magelang oleh gubernur Jawa Tengah.
Candi Borobudur merupakan obyek wisata andalan Provinsi Jawa
Tengah yang kini mendapat perlindungan dari UNESCO sebagai warisan
Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Ngawen, Candi Canggal, Candi
Selogriyo, dan Candi Gunungsari.
Selain candi, Kabupaten Magelang juga memiliki obyek wisata alam,
antara lain kawasan wisata Kopeng, kawasan wisata Gardu Pandang Ketep
juga kawasan wisata air terjun Kedung Kayang yang berjarak kira-kira 5 km
dari Ketep Pass, kawasan pengawasan gunung Merapi yaitu Gardu Pandang
Babadan, air terjun Curug Silawe, Losari Coffee Plantation, pemandian air
panas Candi Umbul dan air terjun Sekar Langit (di Kecamatan Grabag). Di
samping itu Kali Progo dan Kali Elo juga sering digunakan untuk wisata
arung jeram. Satu museum terletak di jalan antara Candi Mendut dan
Borobudur, yaitu Museum Senirupa Haji Widayat.
Makanan khas Kabupaten Magelang di antaranya getuk trio, wajik
salaman, tape ketan muntilan, kupat tahu, sop senerek, dan salak nglumut
Magelang. Kesenian khas Magelang antara lain adalah kubro siswo, badui,
dan jathilan. Selain itu Magelang juga memiliki oleh-oleh kerajinan tangan
yang khas yaitu kerajinan dari batu dan juga peralatan rumah tangga seperti
sapu, sulak, keset, dan lain lain.
B. Perkembangan Kerajinan Batu di Kabupaten Magelang
Berdasarkan data Pemetaan Industri Kreatif departemen Perdagangan
pada tahun 2007 pertumbuhan industri kreatif di Indonesia rata-rata setiap
tahunya 8,21%, dengan penyerapan tenaga kerja 5,4 juta, selain itu industri
bidang industri kreatif di Indonesia yang menyumbang PDB terbesar adalah
industri kerajinan. Sektor ini menyumbang sekitar 29 triliun (27,72%) dari
PDB. Sebagian besar industri kerajinan di Indonesia tersebar di daerah
pedesaan, dimana hal ini seharusnya dapat menjadikan kesejahteraan bagi
daerah pedesaan.
Industri kerajinan batu merupakan salah satu diantara banyak industri
yang turut menyumbang PDB bagi Kabupaten Magelang. Industri ini mulai
muncul di Kabupaten Magelang sekitar tahun 1950. Pada awal munculnya
industri ini para pengrajin hanya memproduksi umpak. Pengrajin pertama kali
di Kecamatan Muntilan adalah Bp.Jaya. Sedangkan di desa Keji kerajinan
batu muncul sejak tahun 1984 dan pengrajin yang pertama adalah bapak
Suyoto. Pada awalnya industri kerajinan batu di desa Keji hanya
memproduksi barang-barang seperti cowek, lumpang, muntu, dan alu.
Adapun peralatan yang digunakan masih sangat sederhana. Seiring
perkembangan jaman dan tekhnologi, industri kerajinan batu mulai
berkembang mulai dari barang yang diproduksi sampai dengan peralatan yang
digunakan.
Pada awalnya bapak Suyoto bekerja di salah satu Bank Swasta di Kota
Muntilan, namun pada tahun 1984 beliau lebih memilih untuk menjadi
wiraswasta. Setelah berhenti bekerja, bapak Suyoto mencari ide untuk
memanfaatkan bahan yang ada di sekitar rumahnya untuk dimanfaatkan
menjadi peluang ekonomi. Bapak Suyoto mendapatkan ide dengan membuat
digunakan masih menggunakan peralatan tradisional, belum ada mesin.
Bahkan untuk menghaluskan cowek masih menggunakan batu. Pertama-tama
hasil kerajinan batu tersebut dipasarkan di daerah sekitar yaitu masyarakat di
Desa Keji, selain itu beliau juga memasarkan kerajinan batu di tempat-tempat
yang banyak dikunjungi orang di daerah Muntilan. Semakin lama industri
kerajinan batu ini mulai berkembang. Sekitar tahun 1990 jenis barang yang
diproduksi semakin berkembang, pada tahun tersebut para pengrajin mulai
memproduksi tempat lampu yang biasa digunakan sebagai penghias taman.
Selain itu banyak konsumen yang meminta pada para pengrajin untuk
membuat cowek dengan bentuk yang lain seperti buah-buahan, ikan, daun,
dan bentuk unik lainnya. Dikarenakan permintaan masyarakat semakin
meningkat, bapak Suyoto mencari tenaga kerja untuk belajar membuat
kerajinan tersebut.
Seiring dengan meningkatnya permintaan semakin banyak pula
masyarakat yang ikut belajar membuat kerajinan tersebut. Setelah melihat
prospek yang bagus dari usaha ini banyak masyarakat desa Keji yang ikut
terjun ke dalam usaha kerajinan batu tersebut dan mendirikan usaha sendiri.
Sampai saat ini jumlah unit usaha kerajinan batu di Desa Keji berjumlah
sekitar 20 unit usaha. Rata-rata jumlah tenaga kerja pada setiap unit usaha
kerajinan batu berjumlah sekitar 5 sampai 10 tenaga kerja. Tergantung dari
besar kecilnya industri kerajinan batu tersebut. Kemunculan industri ini
memberi dampak positif bagi masyarakat di Desa Keji diantaranya
masyarakat yang pada awalnya hanya pengangguran dengan keberadaan
industri kerajinan batu ini mereka semua tidak menganggur lagi. Tentunya hal
ini juga dapat meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten Magelang.
Semakin lama industri ini berkembang, banyak masyarakat dari desa
lain yang ikut terjun ke dalam usaha ini. Selain itu jenis barang yang
diproduksi semakin berkembang, dimana awalnya hanya membuat cowek,
saat ini para pengrajin dapat membuat barang yang lebih kreatif. Hal ini untuk
mengikuti trend perkembangan jaman, beberapa barang tersebut diantaranya
adalah berbagai macam patung, relief, air mancur, meja & kursi, kijing, dan
lain sebagainya.
Saat ini industri kerajinan batu ini menjadi andalan di Kabupaten
Magelang, karena industri ini memberikan sumbangan bagi pendapatan
daerah yang cukup besar. Pemasaran produk kerajinan batu ini juga mulai
berkembang. Pada awalnya produk industri kerajinan batu dipasarkan di
daerah sekitar seperti Yogyakarta dan Semarang, namun semakin lama daerah
pemasaran meningkat sampai ke Kota lain bahkan sampai ke Luar Negeri.
Hal ini juga didukung dengan adanya candi Borobudur di Kota Magelang.
Banyak para wisatawan asing yang mengunjungi candi Borobudor tertarik
pada kerajinan batu.
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. ANALISIS DATA
1. Trend Perkembangan Jumlah Pengusaha Industri Kerajinan Batu Desa Keji Tahun 1999 – 2009
Analisis data yang pertama digunakan untuk menjawab rumusan
masalah yang pertama mengenai trend perkembangan jumlah pengusaha
industri kerajinan batu Desa Keji tahun 1999 – 2009. Teknis analisis data
menggunakan trend sekuler dengan metode kuadrat terkecil, perhitungan
nilai trend (Y’) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y : nilai trend periode tertentu
a : nilai konstanta yaitu nilai Y’ pada saat X sama dengan nol (0)
b : nilai kemiringan yaitu nilai Y’ pada saat X bertambah satu satuan
X : nilai periode tahun
Sedangkan penghitungan rumus untuk mencari nilai a dan b adalah
sebagai berikut :
Mencari nilai a = ΣY
N
Mencari nilai b = ΣXY
ΣX2
Jumlah pengusaha industri kerajinan batu di desa Keji pada tahun
2009 berjumlah kurang lebih 20 unit usaha. Tingkat pendidikan para
pengrajin batu di Desa Keji bermacam-macam ada yang bersekolah
sampai ke tingkat SD, ada yang sampai ke tingkat SMP, dan ada juga yang
sampai ke tingkat SMA. Namun untuk pendidikan yang sampai tingkat
SMA hanya sebagian kecil saja dari seluruh jumlah pengrajin. Rata-rata
usia para pengrajin batu di Desa Keji saat ini adalah 35 tahun sampai
dengan 50 tahun. Bagi sebagian besar pengrajin, menjadi pengrajin
merupakan mata pencaharian pokok sebagian besar pengrajin, namun ada
juga yang menjadikan pemahat itu sebagai pekerjaan sampingan.
Dalam penelitian ini perhitungan nilai trend perkembangan jumlah
pengusaha industri kerajinan batu Desa Keji tahun 1999 – 2009 dapat
dilakukan dengan mencari data mengenai jumlah pengusaha industri
kerajinan batu desa Keji pada tahun 1999-2009. Berikut ini telah disajikan
data mengenai jumlah pengrajin batu di Desa Keji pada tahun 1999-2009
Tabel V.1
Trend Perkembangan Jumlah Pengusaha Kerajinan Batu di Desa Keji
tahun 1999-2009 (orang) tanpa Y1
Tahun Pengusaha Tahun (x) XY x2 Y1
1999 5 -5 -25 25
2000 5 -4 -20 16
2001 6 -3 -18 9
2002 10 -2 -20 4
2003 13 -1 -13 1
2004 16 0 - 0
2005 16 1 16 1
2006 17 2 34 4
2007 19 3 57 9
2008 20 4 80 16
2009 20 5 100 25
Sumber : Hasil observasi, 2010
Untuk mencari persamaan Y’= a + bX, adalah dengan mencari
nilai a dan b. Nilai a dicari dengan rumus :
a = ΣY = 147 = 13,4
n 11
pengusaha industri kerajinan batu di Desa Keji pada tahun 1999-2009.
Sedangkan n merupakn jumlah data yang tersedia. Nilai b dicari dengan
rumus :
b = ΣXY = 191 = 1,7
ΣX2 110
Nilai X di atas merupakan kode tahun dimana dalam penghitungan
ini tidak menggunakan angka tahun sesungguhnya seperti 1999, 2000,
2001 dan seterusnya. Untuk lebih mempermudah dalam penghitungan
maka diberikan kode, dimana kode tersebut tergantung jumlah data yang
ada.
Pemberian kode pada jumlah data yang genap tidak sama dengan
jumlah data yang ganjil. Pada penelitian ini jumlah data yang ada adalah
ganjil sehingga pengkodeanya menggunakan angka 0 yang diletakan di
tengah tahun, sedangkan tahun-tahun sebelumnya diberikan kode -1, -2, -3
dan seterusnya sedangkan tahun-tahun sesudahnya diberikan kode 1, 2, 3
dan seterusnya.
Bila konstanta a dan b disubstitusikan ke dalam persamaan maka
akan diperoleh persamaan trend linier yang memenuhi persyaratan
kuadrat terkecil sebagai berikut : Y1 = a + bx
Keterangan :
Y1 = nilai trend yang ditaksir
a = 13,4 = nilai trend periode dasar 2004
b = 1,7 = penurunan per tahun secara linier
x = unit tahun yang dihitung dari x = 0
Karena yang dilakukan adalah perhitungan trend perkembangan
jumlah pengusaha, maka hasil perhitungan merupakan angka pembulatan.
Dengan demikian cara menghitung nilai trend jumlah unit usaha
kerajinan batu tahun 1999-2009 adalah:
- Tahun 1999
Y1 = 13,4 + (1,7 . -5)
= 4,9 dibulatkan menjadi 5
- Tahun 2000
Y1 = 13,4 + (1,7 . -4)
= 6,6 dibulatkan menjadi 7
- Tahun 2001
Y1 = 13,4 + (1,7 . -3)
- Tahun 2002
Y1 = 13,4 + (1,7 . -2)
= 10 dibulatkan menjadi 10
- Tahun 2003
Y1 = 13,4 + (1,7. -1)
= 11,7 dibulatkan menjadi 12
- Tahun 2004
Y1 = 13,4 + (1,7 . 0)
= 13,4 dibulatkan menjadi 13
- Tahun 2005
Y1 = 13,4 + (1,7 . 1)
= 15,1 dibulatkan menjadi 15
- Tahun 2006
Y1 = 13,4 + (1,7 . 2)
= 16,8 dibulatkan menjadi 17
- Tahun 2007
= 18,5 dibulatkan menjadi 19
- Tahun 2008
Y1 = 13,4 + (1,7 . 4)
= 20,2 dibulatkan menjadi 20
- Tahun 2009
Y1 = 13,4 + (1,7 . 5)
= 21,9 dibulatkan menjadi 22
Hasil perhitungan trend jumlah unit usaha kerajinan batu tahun
1999-2009 dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut:
Tabel V.2
Trend Perkembangan Jumlah Pengusaha Kerajinan Batu Di Desa Keji tahun 1999-2009 (unit)
Tahun Unit
usaha Tahun (x) XY x 2
Y1
1999 5 -5 -25 25 5
2000 5 -4 -20 16 7
2001 6 -3 -18 9 8
2002 10 -2 -20 4 10
Tahun Unit
usaha Tahun (x) XY x 2
Y1
2004 16 0 - 0 13
2005 16 1 16 1 15
2006 17 2 34 4 17
2007 19 3 57 9 19
2008 20 4 80 16 20
2009 20 5 100 25 22
Sumber : Hasil observasi, 2010
Dari persamaan Y1 = 13,4 + (1,7. x)juga dapat dicari trend jumlah tenaga kerja yang bekerja sebagai pengrajin batu untuk prediksi 3 tahun
yang akan datang berdasarkan jumlah unit tahun yang dihitung dari
periode dasar, yaitu:
- Tahun 2010
Y1 = 13,4 + (1,7. 6)
= 23,6 dibulatkan menjadi 24
- Tahun 2011
Y1 = 13,4 + (1,7. 7)
- Tahun 2012
Y1 = 13,4 + (1,7. 8)
= 27
Untuk merangkum hasil perhitungan trend jumlah unit usaha
kerajinan batu tahun 1999-2009 akan dapat ditampilkan dalam bentuk
grafik sebagai berikut:
Grafik V.1
Perkembangan Jumlah Kerajinan Batu tahun 1999-2009 (unit)
Sumber : Diolah, 2010
2. Trend Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kerajinan Batu Desa Keji Tahun 1999 – 2009
Analisis data yang kedua digunakan untuk menjawab rumusan masalah
yang kedua adalah mengenai trend perkembangan jumlah tenaga kerja
menggunakan trend sekuler dengan metode kuadrat terkecil, perhitungan
nilai trend (Y’) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y : nilai trend periode tertentu
a : nilai konstanta yaitu nilai Y’ pada saat X sama dengan nol (0)
b : nilai kemiringan yaitu nilai Y’ pada saat X bertambah satu satuan
X : nilai periode tahun
Sedangkan penghitungan rumus untuk mencari nilai a dan b adalah
sebagai berikut :
Mencari nilai a = ΣY
n
Mencari nilai b = ΣXY
ΣX2
Perhitungan nilai trend perkembangan jumlah tenaga kerja industri
kerajinan batu Desa Keji tahun 1999 – 2009 dapat dilakukan dengan
mencari data mengenai jumlah tenaga kerja industri kerajinan batu desa
Keji pada tahun 1999-2009. Berikut ini telah disajikan data mengenai
jumlah tenaga kerja industri kerajinan batu di Desa Keji pada tahun
1999-2009 dalam bentuk tabel di bawah ini :
Trend Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Sebagai Pengrajin Batu di Desa Keji tahun 1999-2009 (orang)
tanpa Y1
Tahun Tenaga Kerja (Y) Tahun (x) XY x2 Y1
1999 86 -5 -430 25
2000 118 -4 -472 16
2001 103 -3 -309 9
2002 204 -2 -408 4
2003 178 -1 -178 1
2004 77 0 - 0
2005 72 1 72 1
2006 54 2 108 4
2007 58 3 174 9
2008 46 4 184 16
2009 43 5 215 25
Sumber : Hasil Olahan, 2010
Untuk mencari persamaan Y’= a + bX, adalah dengan mencari
nilai a dan b. Nilai a dicari dengan rumus :
a = ΣY = 1039 = 94,4
n 11
industri kerajinan batu di Desa Keji pada tahun 1999-2009. Sedangkan n
merupakan jumlah data yang tersedia. Nilai b dicari dengan rumus :
b = ΣXY = -1044 = -9,4
ΣX2 110
Bila konstanta a dan b disubstitusikan ke dalam persamaan maka
akan diperoleh persamaan trend linier yang memenuhi persyaratan
kuadrat terkecil sebagai berikut:
Y1 = a + bx
Y1 = 94,4 + (-9,4. x)
Keterangan :
Y1 = nilai trend yang ditaksir
a = 94,4 = nilai trend periode dasar 2004
b = -9,4 = penurunan per tahun secara linier
x = unit tahun yang dihitung dari x = 0
Karena yang dilakukan adalah perhitungan trend perkembangan
jumlah tenaga kerja, maka hasil perhitungan merupakan angka
pembulatan. Dengan demikian cara menghitung nilai trend jumlah tenaga
- Tahun 1999
Y1 = 94,4 + (-9,4 . -5)
= 141,4 dibulatkan menjadi 141
- Tahun 2000
Y1 = 94,4 + (-9,4 . -4)
= 132 dibulatkan menjadi 132
- Tahun 2001
Y1 = 94,4 + (-9,4 . -3)
= 122,6 dibulatkan menjadi 123
- Tahun 2002
Y1 = 94,4 + (-9,4 . -2)
= 113,2 dibulatkan menjadi 113
- Tahun 2003
Y1 = 94,4 + (-9,4. -1)
= 103,8 dibulatkan menjadi 104
- Tahun 2004