• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL ILMIAH PENERAPAN PIDANA TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MATARAM NOMOR : 544PID.SUS2015PN.MTR) Program Studi Ilmu Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "JURNAL ILMIAH PENERAPAN PIDANA TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MATARAM NOMOR : 544PID.SUS2015PN.MTR) Program Studi Ilmu Hukum"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH

PENERAPAN PIDANA TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MATARAM NOMOR :

544/PID.SUS/2015/PN.MTR)

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh :

IMAM PRASETIO D1A113114

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

(2)

HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH

PENERAPAN PIDANA TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MATARAM NOMOR :

544/PID.SUS/2015/PN.MTR)

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh : IMAM PRASETIO

D1A113114

Menyetujui,

Pembimbing Pertama,

Lewis Grindulu, SH., MH

(3)

PENERAPAN PIDANA TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MATARAM

NOMOR: 544/PID.SUS/2015/PN.MTR)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pidana terhadap pengguna narkotika dalam putusan perkara Nomor: 544/Pid.sus/2015/PN.Mtr dan bagaimanakah pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pengguna narkotika dalam putusan perkara Nomor : 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif. Berdasarkan hasil penelitian penerapan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana narkotika yang dilakukan dalam Putusan Nomor : 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr di pandang masih ringan yaitu pidana penjara 1 tahun dibandingkan dengan ancaman pidana yang terdapat dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a UU No.35 tahun 2009 tentang narkotika. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana berdasarkan pertimbangan yuridis dan non yuridis.

Kata kunci : Pidana. Penerapan. Narkotika.

PENALTY APPLICATION TO NARCOTIC USERS (CASE STUDY OF MATARAM COURT COUNTRY NUMBER :

544/PID.SUS/2015/PN.MTR) ABSTRACT

This study aims to determine the application of criminal to the user of narcotics in the decision of case number 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr And how is the judge’s judgment in imposing criminal sanction on the narcotic user in case number 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr. This research uses normative research type. Based on the results of research on the application of criminal sanctions againts the perpetrators of narcotic criminal acts committed in the verdict number 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr. it is considered lightweight, namely a one year criminal compared to the criminal threat contained in Article 127 pragraph 1 sub-pragraph a of the law 35 0f 2009 about narcotics. Judge’s consideration in imposing criminal sanctions based on juridical and non-juridical considerations.

(4)

I.PENDAHULUAN

Penanganan kasus terpidana narkoba di kalangan pengguna selama ini

diproses sebagai tindak pidana, hal itu membuat vonis yang dijatuhkan hakim

kepada korban pengguna narkoba menempatkan terpidana di ruang tahanan

negara atau penjara. Hal ini tentu saja bertentangan dengan teori viktimologi,

bahwa sebenarnya pengguna narkoba merupakan korban dari rantai sindikat

atau mata rantai peredaran narkoba yang sulit melepaskan diri dari

ketergantungan.

Menempatkan korban pengguna narkoba di lembaga pemasyarakatan

(lapas) atau rumah tahanan (rutan) negara justru tidak membuat korban

sembuh atau jera. Sebaliknya banyak rutan dan lapas menjadi pasar baru

peredaran narkoba, bahkan banyak media maupun surat kabar yang

memberitakan banyaknya terpidana yang mati di ruang tahanan akibat

overdosis.

Berdasarakan putusan Nomor 544/Pid.sus/2015/PN.Mtr dengan kasus

tindak pidana narkotika yaitu bahwa pada hari Selasa tanggal 14 juli 2015

sekitar jam 20.30 wita, bertempat dirumah ANDI PRASTIO (dalam perkara

lain), diBTN Taman sejahtera 13 no.3, lingkungan pelembak, kelurahan

pejeruk,kecamatan ampenan, kota mataram, terdakwa yang bernama LALU

NANANG INDRA JAYA tertangkap dirumah temannya dan ketika digeledah

ditemukannya 5 (lima) bungkus kristal putih shabu yang dibungkus dengan

(5)

enam) gram, dan 1 (satu) butir pil warna kuning yang diduga ecstasy seberat

0, 28 (nol koma dua delapan).

Berdasarkan uraian peristiwa kasus pada putusan diatas, terdakwa

dapat diputus pidana penjara juga diputus untuk rehabilitasi. Hal inilah yang

belum diberikan oleh hakim kepada pelaku penyalahguna tindak pidana

narkotika. Pada double track system perumusan sanksi terhadap

penyalahguna narkotika merupakan kebijakan hukum pidana dalam formulasi

ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai sanksi yang diberikan kepada

pelaku penyalahguna narkotika, yaitu berupa sanksi pidana dan sanksi

tindakan mengingat pelaku penyalahguna narkotika memiliki posisi yang

sedikit berbeda dengan pelaku tindak pidana lainnya.

Berdasarkan Dari uraian latar belakang diatas maka dapat disimpulkan

rumusan masalah sebagai berikut : 1.Bagaimana penerapan pidana terhadap

pengguna narkotika dalam putusan perkara Nomor :

544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr? 2. Bagaimana dasar pertimbangan hakim dalam

menjatuhkan sanksi pidana terhadap pengguna narkotika dalam putusan

perkara Nomor : 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr?

Tujuan yang hendak ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk

mengetahui penerapan pidana terhadap pengguna narkotika dalam putusan

perkara Nomor: 544/Pid.sus/2015/PN.Mtr serta untuk mengetahui dasar

pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pengguna

narkotika dalam putusan perkara Nomor : 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr, dan

(6)

yaitu sebagai syarat untuk menyelesaikan studi ilmu hukum starata satu pada

Fakultas Hukum Universitas Mataram. Secara teoritis yaitu penelitian ini

diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan dibidang

hukum pidana, dalam rangka pengembangan wawasan dan pengkajian

penerapan pidana terhadap pengguna narkotika.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif,

Penelitian normatif yaitu sering kali hukum dikonsepkan sebagai apa yang

tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum

dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berprilaku

manusia yang dianggap pantas.1 Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach), Pendekatan

Konseptual (Conceptual Approach), Pendekatan Kasus (Case Approach).

Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber

dari kepustakaan dan jenis bahan hukum Bahan Hukum Primer, skunder dan

tersier. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian

ini adalah studi dokumen berupa pengumpulan bahan yang diperoleh dari

buku-buku serta peraturan perundang-undangan. Setelah bahan dikumpulkan

dan diteliti maka akan diolah, dipelajari dan disusun secara sistematis, logis,

dan yuridis guna memperoleh kesimpulan yang jelas mengenai objek yang

menjadi permasalahan.

(7)

II. PEMBAHASAN

Penerapan Pidana Terhadap Pengguna Narkotika Dalam Putusan Perkara Nomor : 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr.

a. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Berdasarkan dakwaan primair Penuntut Umum yakni pasal 112 ayat

(1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, yang

unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

1. Setiap orang

2. Memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkotika

golongan 1 bukan tanaman tanpa hak atau melawan hukum.

Adapun unsur setiap orang dapat dijelaskan untuk menunjukan

subyek hukum, yakni setiap orang yang telah diduga sebagai pelaku

tindak pidana. Didalam persidangan telah dihadapkan oleh Penuntut

Umum seseorang yang diduga telah melakukan tindak pidana

sebagaimana dalam dakwaannya yakni orang atas nama LALU

NANANG INDRA JAYA dan dimuka persidangan identitasnya telah

dicocokan dengan identitas sebagaimana dalam surat dakwaan Penuntut

Umum, ternyata adanya kecocockan antara satu dengan yang lainnya

sehinggga dalam perkara ini tidak dapat kesalahan orang {error in

persona) yang diajukan ke muka Persidangan. Berdasarkan pertimbangan

tersebut Majelis berkeyakinan unsur yang pertama ini terpenuhi.

Unsur yang kedua adalah memiliki, menyimpan, menguasai, atau

(8)

melawan hukum. Dalam unsur ini terdapat beberapa anasir yang

kesemuanya tidak harus terpenuhi salah satu elemen unsur dalam

perbuatan terdakwa maka unsur ini dianggap telah terpenuh, yang

dimaksud dengan tanpa hak atau melawan hukum adalah bahwa

seseorang tidak mempunyai suatu hak atau izin dari pihak yang

berwenang untuk melakukan sesuatu perbuatan yang ditenntukan oleh

undang-undang atau aturan lainnya yang berlaku.

Unsur “memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan”

sebagaimana disebutkan dalam pasal 112 ayat (1) UU No.35 Tahun

2009 tentang Narkotika, mempunyai makna da tujuan bahwa narkotika

yang dimiliki, disimpan atau dikuasai tersebut adalah untuk

diperdagangkan atau diperjualbelikan, bukan untuk digunakan sendiri,

hal ini sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung No. : 1386

K/Pid.Sus/2011, yang menyatakan bahwa :

“Terdakwa membeli narkotika bukan untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan melainkan untuk digunakan sendiri, dan Terdakwa yang bermaksud untuk menggunakan atau memakai narkotika tersebut, tentu saja menguasai atau memiliki narkotika tersebut,akan tetapi kepemilikan atau penguasaan narkotika tersebut semata-mata hanya untuk digunakan, sehingga harus dipertimbangkan bahwa kepemilikan atau penguasaan atas suatu narkotika dan sejenisnya harus dilihat maksud dan tujuannya atau kontekstualnya dan bukan hanya tekstualnya dengan menghubungkan kalimat dalam undang-undang tersebut”

Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas maka kepemilikan atau

penguasaan narkotika golongan 1 semata-mata ditujukan untuk

digunakan pada diri terdakwa sendiri tidaklah tepat diterapkan pasal

(9)

Berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan, bahwa dari hasil

urine terdakwa yang positif mengandung narkotika golongan 1, dan

narkotika yang ditemukan berupa 5 (lima) bungkus kristal putih shabu

dan 1 (satu) butir pil warna kuning berupa extacy bukanlah jumlah

yang banyak dan bukan untuk tujuan komersil diperjual belikan. Bahwa

yang dakwaan oleh Penunut Umum sudah benar bahwa terdakwa tidak

bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang diatur dalam pasal

112 ayat (1) UU No.35 Tahun 2009, sejalan dengan pemikiran Hakim

bahwa unsur yang kedua dari dakwaan pertama tidak terpenuhi oleh

terdakwa.

Selanjutnya Dakwaan Subsidair yaitu pasal 127 ayat (1) huruf a

UU No.35 tahun 2009 dengan unsur-unsurnya sebagai berikut :

1. Setiap orang

2. Menyalahgunakan narkotika Golongan 1 bagi dirinya sendiri ;

Unsur kesatu ini telah dipertimbangkan dalam dakwaan primair

Penunut Umum dan telah terpenuhi sehingga penuntut Umum ambil

alih sebegai bahan pertimbangan, maka dengan demikian unsur pertama

ini telah terpenuhi.

Unsur yang kedua adalah menyalahgunakan narkotika golongan 1

bagi dirinya sendiri, yang dimaksud dengan penyalahguna sebagaimana

dalam pasal 1 angka 15 UU No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(10)

Fakta yang terungkap dipersidangan bahwa terdakwa

mengkonsumsi shabu dan ecstasy yang termasuk golongan 1 adalah

untuk dirinya sendiri bukan untuk orang lain dan penggunaan tersebut

bukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan untuk reagenisia diagnostik, serta reagensia laboratorium

sebab terdakwa tidak mendapat persetujuan Menteri melainkan

terdakwa berprofesi sebagai wiraswasta bukan penyidik maupun

petugas laboratorium.

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka jelaslah bahwa terdakwa

dalam menggunakan narkotika golongan 1 dengan cara mengkonsumsi

shabu serta ecstasy serta sebelumnya terdakwa telah mengakui

menggunakan shabu dengan jalan melawan hukum sehingga dengan

demikian jelaslah terdakwa telah menyalahgunakan Narkotika golongan

1 bagi dirinya sendiri, dengan adanya pertimbangan-pertimbangan

tersebut maka majelis berkeyakinan bahwa unsur kedua inipun telah

terpenuhi.

Telah terpenuhinya seluruh unsur dalam Dakwaan subsidair

Penuntut Umum, maka dengan demikian terdakwa harus dinyatakan

telah terbukti secara sah menurut hukum melakukan tidak pidana dan

pasal yang diterapkan oleh Jaksa Penuntut Umum sudah tepat sesuai

dengan Perbuatan Terdakwa, dilihat dari pengakuan terdakwa bahwa

sebelumnya juga terdakwa sudah pernah memakai shabu di Gili

(11)

Berdasarkan uraian diatas, maka hasil analisis yang dapat

disimpulkan oleh penyusun adalah terdakwa terbukti secara sah dan

meyakinkan menurut hukum telah memenuhi unsur tindak pidana

sebagaimana yang dimaksudkan melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a

UU No.35 tahun 2009 Tentang Narkotika.

Kemudian model dakwaan yang dipakai adalah subsidaritas

(pengganti), dimana dakwaan subsidaritas adalah surat dakwaan yang

terdiri dari dua atau lebih dakwaan yang disusun secara berurutan dari

dakwaan pidana yang terberat sampai yang teringan.

b. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Untuk mengetahui suatu tuntutan tersebut telah sesuai atau tidak,

maka dilihat dari apa yang di anggap terbukti oleh jaksa penuntut

umum. Oleh karena itu dakwaan jaksa penuntut umum akan

membuktikan dakwaan yang jaksa penuntut umum anggap terbukti

yaitu pasal 127 ayat (1) huruf a UU No.35 tahun 2009 dengan

unsur-unsurnya sebagai berikut :

1. Setiap orang

2. Menyalahgunakan narkotika Golongan 1 bagi dirinya sendiri ;

Unsur kesatu ini telah majelis pertimbangkan dalam dakwaan

primair Penunut Umum dan telah terpenuhi sehingga majelis ambil alih

sebegai bahan pertimbangan, maka dengan demikian unsur pertama ini

(12)

Unsur yang kedua adalah menyalahgunakan narkotika golongan 1

bagi dirinya sendiri, yang dimaksud dengan penyalahguna sebagaimana

dalam pasal 1 angka 15 UU No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

adalah orang yang menggunakan tanpa hak atau melawan hukum;

Telah terpenuhinya seluruh unsur dalam tuntutan subsidair

Penuntut Umum, maka dengan demikian terdakwa harus dinyatakan

telah terbukti secara sah menurut hukum melakukan tidak pidana dan

dengan adanya Persamaan persepsi hakim dan jaksa penuntut umum

tersebut di dasari oleh karena terdakwa terbukti secara sah dan

meyakinkan telah melanggar hukum dan melakukan tindak pidana

MENYALAHGUNAKAN NARKOTIKA GOLONGAN I BUKAN

TANAMAN BAGI DIRI SENDIRI

Dari hasil penelitian serta melihat beberapa fakta-fakta tersebut

yang berkenaan dengan Tindak Pidana yang dilakukan oleh terdakwa

yang kemudian merujuk pada pertimbangan hukum hakim berikut

dengan hasil analisis di atas maka penyusun berpendapat bahwa

penerapan ketentuan pidana dalam perkara ini yakni Pasal 127 ayat (1)

huruf a UU No.35 tahun 2009 Tentang Narkotika maka jaksa Penuntut

umum mengajukan tuntutan kepada terdakwa yang pada intinya agar

terdakwa dikenakan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam)

bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan.dengan perintah

(13)

Dari tuntutan yang diajukan jaksa penuntut umum menurut analisis

penyusun bahwa tuntutan tersebut masih terlalu ringan apabila

dibandingkan dengan ancaman sanksi pidana yang ada pada pasal 127

ayat (1) huruf a UU No.35 Tahun 2009 yang ancaman pidananya

selama 4 tahun seharusnya jaksa penuntut umum mempertimbangkan

untuk mengajukan tuntutan minimal setengah dari ancaman sanksi

pidana yang ada dalam undang-undang.

Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika Dalam Putusan Perkara Nomor : 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr.

a. Pertimbangan Yuridis

Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan hakim

yang didasarkan pada faktor-faktor yang terungkap didalam

persidangan dan oleh Undang-Undang telah ditetapkan sebagai hal

yang harus dimuat di dalam putusan. Pertimbangan yang bersifat

yuridis diantaranya.2

Bahwa majelis hakim menyatakan dalam pertimbangan yuridis

terdakwa melanggar pasal 127 ayat (1) huruf a UU No.35 Tahun

2009 tentang Narkotika, yang unsur-unsurnya adalah sebagai

berikut: 1. Setiap orang adalah terdakwa LALU NANANG INDRA

JAYA ALIAS NANANG, pada hari Selasa tanggal 14 juli 2015

sekitar pukul 20:30 Wita atau setidak-setidaknya pada suatu waktu

(14)

tertentu dalam bulan juli 2015, bertempat di rumah terdakwa di BTN

Taman Sejahtera 13 No.3 Lingkungan Pelembak Kelurahan Pejeruk

Kecamatan Ampenan Kota Mataram atau Setidak-tidaknya pada

suatu tempat teretentu yang masih termasuk dalam daerah hukum

Pengadilan Negeri Mataram. 2. Menyalahgunakan Narkotika

Golongan I bagi dirinya sendiri, bahwa yang dimaksud dengan

penyalahguna sebagaimana dalam pasal 1 angka 15 UU No.35

Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah orang yang menggunakan

tanpa hak atau melawan hukum, dan yang dimaksud dengan

Narkotika menurut ketentuan dalam Pasal 1 ayat (1)

Undang-Undang No.35 Tahun 2009 adalah zat atau obat yang berasal dari

tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintesis,

yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan

dapat menimbulkan ketergantungan. bahwa pengaturan penggunaan

narkotika yang secara sah dan tidak melawan hukum secara khusus

diatur dalam Pasal 7 UURI No.35 tahun 2009 yakni Narkotika

hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan

dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

sedangkan secara khusus untuk narkotika Golongan I diatur dalam

Pasal 8 UU No. 35 Tahun 2009 menerangkan bahwa :

(1) Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk

(15)

(2) Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat

digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dan untuk reagensia

diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah

mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.

b. Pertimbangan Non Yuridis

Disamping pertimbangan yang bersifat yuridis, hakim dalam

menjatuhkan putusan juga membuat pertimbangan yang bersifat non

yuridis yaitu mengenai akibat perbuatan terdakwa dan

keadaan-keadaan teretentu yang dihubungkan dengan fakta dipersidangan.

Sebelum menjatuhkan putusan perlu dipertimbangkan hal-hal

yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa :

Hal-hal yang memberatkan :

- Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat dan dapat merusak

mental masyarakat

Hal-hal yang meringankan :

- Terdakwa bersikap sopan di persidangan

- Terdakwa menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulangi

(16)

III. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan uraian penyusun tersebut di atas, maka penyusun

menarik kesimpulan yakni sebagai berikut :

1. Penerapan Pidana terhadap pelaku tindak pidana menyalahgunakan

narkotika golongan I bukan tanaman bagi diri sendiri dalam perkara

Putusan Nomor 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr di pandang masih ringan

yaitu pidana penjara 1 tahun dibandingkan dengan ancaman pidana

yang terdapat dalam Pasal 127 Undang-Undang No.35 Tahun 2009

Tentang Narkotika yaitu 4 tahun penjara.

2. Pertimbangan Hakim terhadap pelaku dalam perkara Putusan Nomor

544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr yaitu pertimbangan yuridis perbuatan pelaku

telah memenuhi semua unsur-unsur pasal yang ada didalam pasal 127

ayat (1) huruf a Undang-Undang No.35 Tahun 2009 dan pertimbangan

sosilogis adalah hal yang memberatkan yaitu Perbuatan Terdakwa

meresahkan masyarakat dan dapat merusak mental masyarakat dan hal

yang meringankan terhadap terdakwa yaitu Terdakwa bersikap sopan di

persidangan, Terdakwa menyesali perbuatannya dan tidak akan

mengulanginya lagi, Terdakwa belum pernah dihukum.

Saran

Adapun saran yang dapat penyusun berikan sehubungan dengan

(17)

1. Agar efektivitas penerapan sanksi pidana terhadap pengguna

Narkotika dapat terealisasi dengan maksimal, hendaknya sanksi dan

pelaksanaannya harus lebih jelas dan benar-benar menjadi alat

pemaksa agar seseorang mentaati dan tidak melanggar norma hukum

tersebut, serta perlunya meningkatkan kesadaran hukum terhadap

masyarakat dalam upaya penanggulangan, penyalahgunaan dan

peredaran gelap Narkotika di Indonesia.

2. Diharapkan kepada majelis hakim untuk lebih mempertimbangkan

aspek rehabilitasi bagi para pengguna narkotika agar pengguna

tersebut setelah direhabilitasi akan dapat kembali dan dapat diterima

dalam kehidupan masyarkat secara baik serta tidak mengulangi

(18)

DAFTAR PUSTAKA 1. BUKU-BUKU

Amirudin dan H. Zainal Asikin,2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum,

PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

Andi Hamzah, 1997, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, PT. Pradnya

Paramita, Jakarta

Ad a mi. 2002. "Pelajaran Hukum Pidana, Bagian I: Stelsel Pidana Teori-Teori

Pemidanaan dan Batas Berlakunya Hukum Pidana." Jakarta : Raja Grafindo Persada

Amir Ilyas, 2012, Asas-asas Hukum Pidana, Rangkang Education Yogyakarta

dan Pukap Indonesia, Yogyakarta,

A. Fuad Usfa & Tongat, 2004, Pengantar Hukum Pidana, UMM Press,

Malang,

Barda Nawawi Arief, 2003, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.

Djoko Prakoso, 1988, Hukum Penitensier di Indonesia, edisi pertama (PT.

Liberty) Yogyakarta.

Hari Sasangka, 2003, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana Untuk

Mahasiswa dan Praktisi Serta Penyuluh Masalah Narkoba, Mandar Maju, Bandung.

I Made Widnyana, 2010, Asas-Asas Hukum Pidana, PT. Fikahati Aneska,

Jakarta.

Kansil, 1989. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia. Balai

Pustaka. Jakarta.

Loebby Loqman, 2001, Pidana dan Pemidanaan, Datacom, Jakarta,

Moeljatno, 1985, Membangun Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta.

Moeljatno, 2009, Asas-asas Hukum Pidana, Edisi revisi cet. Ke 8,PT.Rineka

Cipta,Jakarta

(19)

Marlina, Hukum Penitensier,Reflika Aditama, Bandung, 2011,

Roeslan Saleh, 1987, Stelsel Pidana Indonesia , Bina Aksara, Jakarta.

Roeslan Saleh. 1983, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban

Pidana.Penerbit Aksara Baru.Jakarta.

Sudarto, 1981, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung.

Soedarto, 2007, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung,

Soedarto, 1975, Hukum Pidana jilid IA dan IB Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto.

Suharto RM,1996, Hukum Pidana Materiil Unsur-unsur Obyektif Sebagai

Dasar Dakwaan Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta.

Supramono, G. 2001. Hukum Narkotika Indonesia.Djambatan, Jakarta.

Soedjono, D, 1977, Narkotika dan Remaja, Alumni Bandung.

Tolib Setiady,2010, Pokok-Pokok Hukum Penitensier Indonesia,Alfabeta,

Bandung.

2. UNDANG-UNDANG

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Referensi

Dokumen terkait

Two Bayesian estimators of µ using two different priors are derived, one by using conjugate prior by applying gamma distribution, and the other using

PERENCANAAN ULANG TIMBUNAN OPRIT DAN ABUTMENT JEMBATAN PLASMA BATU TUGU- PLASMA TANJUNG KURUNG, PALEMBANG (YANG MENGALAMI KERUNTUHAN SEBELUMNYA PADA SAAT PELAKSANAAN).. RIF’

Dinas Pendapat Daerah Kabuapaten Malang dapat memberikan Kepastian Hukum Pengenaan NPOPTKP (Nilai Perolehan Obyek Pajak Tidak Kena Pajak) atas BPHTB (Bea Perolehan

Potensi wisata adalah sumberdaya alam yang beraneka ragam, dari aspek fisik dan hayati, serta kekayaan budaya manusia yang dapat dikembangkan untuk pariwisata. Banyu

Jika nilai piksel pada citra lebih besar dari nilai threshold yang ditentukan maka nilai piksel tersebut akan diubah menjadi warna putih dan diinisialkan dengan

Pembelajaran inovatif yang relevan dengan kondisi sekarang ini adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) , yaitu pembelajaran yang menekankan

respected and applied in connection with forest management rights, access to forest resources, sharing of benefits, etc. National Law No. - Approved ILO Convention 169 on

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Roesmarkam, dkk (2002) menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik akan terlihat setelah beberapa musim tanam, sehingga pada penelitian ini