JURNAL ILMIAH
PENERAPAN PIDANA TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MATARAM NOMOR :
544/PID.SUS/2015/PN.MTR)
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh :
IMAM PRASETIO D1A113114
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH
PENERAPAN PIDANA TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MATARAM NOMOR :
544/PID.SUS/2015/PN.MTR)
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh : IMAM PRASETIO
D1A113114
Menyetujui,
Pembimbing Pertama,
Lewis Grindulu, SH., MH
PENERAPAN PIDANA TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MATARAM
NOMOR: 544/PID.SUS/2015/PN.MTR)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pidana terhadap pengguna narkotika dalam putusan perkara Nomor: 544/Pid.sus/2015/PN.Mtr dan bagaimanakah pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pengguna narkotika dalam putusan perkara Nomor : 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif. Berdasarkan hasil penelitian penerapan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana narkotika yang dilakukan dalam Putusan Nomor : 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr di pandang masih ringan yaitu pidana penjara 1 tahun dibandingkan dengan ancaman pidana yang terdapat dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a UU No.35 tahun 2009 tentang narkotika. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana berdasarkan pertimbangan yuridis dan non yuridis.
Kata kunci : Pidana. Penerapan. Narkotika.
PENALTY APPLICATION TO NARCOTIC USERS (CASE STUDY OF MATARAM COURT COUNTRY NUMBER :
544/PID.SUS/2015/PN.MTR) ABSTRACT
This study aims to determine the application of criminal to the user of narcotics in the decision of case number 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr And how is the judge’s judgment in imposing criminal sanction on the narcotic user in case number 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr. This research uses normative research type. Based on the results of research on the application of criminal sanctions againts the perpetrators of narcotic criminal acts committed in the verdict number 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr. it is considered lightweight, namely a one year criminal compared to the criminal threat contained in Article 127 pragraph 1 sub-pragraph a of the law 35 0f 2009 about narcotics. Judge’s consideration in imposing criminal sanctions based on juridical and non-juridical considerations.
I.PENDAHULUAN
Penanganan kasus terpidana narkoba di kalangan pengguna selama ini
diproses sebagai tindak pidana, hal itu membuat vonis yang dijatuhkan hakim
kepada korban pengguna narkoba menempatkan terpidana di ruang tahanan
negara atau penjara. Hal ini tentu saja bertentangan dengan teori viktimologi,
bahwa sebenarnya pengguna narkoba merupakan korban dari rantai sindikat
atau mata rantai peredaran narkoba yang sulit melepaskan diri dari
ketergantungan.
Menempatkan korban pengguna narkoba di lembaga pemasyarakatan
(lapas) atau rumah tahanan (rutan) negara justru tidak membuat korban
sembuh atau jera. Sebaliknya banyak rutan dan lapas menjadi pasar baru
peredaran narkoba, bahkan banyak media maupun surat kabar yang
memberitakan banyaknya terpidana yang mati di ruang tahanan akibat
overdosis.
Berdasarakan putusan Nomor 544/Pid.sus/2015/PN.Mtr dengan kasus
tindak pidana narkotika yaitu bahwa pada hari Selasa tanggal 14 juli 2015
sekitar jam 20.30 wita, bertempat dirumah ANDI PRASTIO (dalam perkara
lain), diBTN Taman sejahtera 13 no.3, lingkungan pelembak, kelurahan
pejeruk,kecamatan ampenan, kota mataram, terdakwa yang bernama LALU
NANANG INDRA JAYA tertangkap dirumah temannya dan ketika digeledah
ditemukannya 5 (lima) bungkus kristal putih shabu yang dibungkus dengan
enam) gram, dan 1 (satu) butir pil warna kuning yang diduga ecstasy seberat
0, 28 (nol koma dua delapan).
Berdasarkan uraian peristiwa kasus pada putusan diatas, terdakwa
dapat diputus pidana penjara juga diputus untuk rehabilitasi. Hal inilah yang
belum diberikan oleh hakim kepada pelaku penyalahguna tindak pidana
narkotika. Pada double track system perumusan sanksi terhadap
penyalahguna narkotika merupakan kebijakan hukum pidana dalam formulasi
ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai sanksi yang diberikan kepada
pelaku penyalahguna narkotika, yaitu berupa sanksi pidana dan sanksi
tindakan mengingat pelaku penyalahguna narkotika memiliki posisi yang
sedikit berbeda dengan pelaku tindak pidana lainnya.
Berdasarkan Dari uraian latar belakang diatas maka dapat disimpulkan
rumusan masalah sebagai berikut : 1.Bagaimana penerapan pidana terhadap
pengguna narkotika dalam putusan perkara Nomor :
544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr? 2. Bagaimana dasar pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan sanksi pidana terhadap pengguna narkotika dalam putusan
perkara Nomor : 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr?
Tujuan yang hendak ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk
mengetahui penerapan pidana terhadap pengguna narkotika dalam putusan
perkara Nomor: 544/Pid.sus/2015/PN.Mtr serta untuk mengetahui dasar
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pengguna
narkotika dalam putusan perkara Nomor : 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr, dan
yaitu sebagai syarat untuk menyelesaikan studi ilmu hukum starata satu pada
Fakultas Hukum Universitas Mataram. Secara teoritis yaitu penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan dibidang
hukum pidana, dalam rangka pengembangan wawasan dan pengkajian
penerapan pidana terhadap pengguna narkotika.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif,
Penelitian normatif yaitu sering kali hukum dikonsepkan sebagai apa yang
tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum
dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berprilaku
manusia yang dianggap pantas.1 Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach), Pendekatan
Konseptual (Conceptual Approach), Pendekatan Kasus (Case Approach).
Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber
dari kepustakaan dan jenis bahan hukum Bahan Hukum Primer, skunder dan
tersier. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian
ini adalah studi dokumen berupa pengumpulan bahan yang diperoleh dari
buku-buku serta peraturan perundang-undangan. Setelah bahan dikumpulkan
dan diteliti maka akan diolah, dipelajari dan disusun secara sistematis, logis,
dan yuridis guna memperoleh kesimpulan yang jelas mengenai objek yang
menjadi permasalahan.
II. PEMBAHASAN
Penerapan Pidana Terhadap Pengguna Narkotika Dalam Putusan Perkara Nomor : 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr.
a. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Berdasarkan dakwaan primair Penuntut Umum yakni pasal 112 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, yang
unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :
1. Setiap orang
2. Memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkotika
golongan 1 bukan tanaman tanpa hak atau melawan hukum.
Adapun unsur setiap orang dapat dijelaskan untuk menunjukan
subyek hukum, yakni setiap orang yang telah diduga sebagai pelaku
tindak pidana. Didalam persidangan telah dihadapkan oleh Penuntut
Umum seseorang yang diduga telah melakukan tindak pidana
sebagaimana dalam dakwaannya yakni orang atas nama LALU
NANANG INDRA JAYA dan dimuka persidangan identitasnya telah
dicocokan dengan identitas sebagaimana dalam surat dakwaan Penuntut
Umum, ternyata adanya kecocockan antara satu dengan yang lainnya
sehinggga dalam perkara ini tidak dapat kesalahan orang {error in
persona) yang diajukan ke muka Persidangan. Berdasarkan pertimbangan
tersebut Majelis berkeyakinan unsur yang pertama ini terpenuhi.
Unsur yang kedua adalah memiliki, menyimpan, menguasai, atau
melawan hukum. Dalam unsur ini terdapat beberapa anasir yang
kesemuanya tidak harus terpenuhi salah satu elemen unsur dalam
perbuatan terdakwa maka unsur ini dianggap telah terpenuh, yang
dimaksud dengan tanpa hak atau melawan hukum adalah bahwa
seseorang tidak mempunyai suatu hak atau izin dari pihak yang
berwenang untuk melakukan sesuatu perbuatan yang ditenntukan oleh
undang-undang atau aturan lainnya yang berlaku.
Unsur “memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan”
sebagaimana disebutkan dalam pasal 112 ayat (1) UU No.35 Tahun
2009 tentang Narkotika, mempunyai makna da tujuan bahwa narkotika
yang dimiliki, disimpan atau dikuasai tersebut adalah untuk
diperdagangkan atau diperjualbelikan, bukan untuk digunakan sendiri,
hal ini sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung No. : 1386
K/Pid.Sus/2011, yang menyatakan bahwa :
“Terdakwa membeli narkotika bukan untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan melainkan untuk digunakan sendiri, dan Terdakwa yang bermaksud untuk menggunakan atau memakai narkotika tersebut, tentu saja menguasai atau memiliki narkotika tersebut,akan tetapi kepemilikan atau penguasaan narkotika tersebut semata-mata hanya untuk digunakan, sehingga harus dipertimbangkan bahwa kepemilikan atau penguasaan atas suatu narkotika dan sejenisnya harus dilihat maksud dan tujuannya atau kontekstualnya dan bukan hanya tekstualnya dengan menghubungkan kalimat dalam undang-undang tersebut”
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas maka kepemilikan atau
penguasaan narkotika golongan 1 semata-mata ditujukan untuk
digunakan pada diri terdakwa sendiri tidaklah tepat diterapkan pasal
Berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan, bahwa dari hasil
urine terdakwa yang positif mengandung narkotika golongan 1, dan
narkotika yang ditemukan berupa 5 (lima) bungkus kristal putih shabu
dan 1 (satu) butir pil warna kuning berupa extacy bukanlah jumlah
yang banyak dan bukan untuk tujuan komersil diperjual belikan. Bahwa
yang dakwaan oleh Penunut Umum sudah benar bahwa terdakwa tidak
bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang diatur dalam pasal
112 ayat (1) UU No.35 Tahun 2009, sejalan dengan pemikiran Hakim
bahwa unsur yang kedua dari dakwaan pertama tidak terpenuhi oleh
terdakwa.
Selanjutnya Dakwaan Subsidair yaitu pasal 127 ayat (1) huruf a
UU No.35 tahun 2009 dengan unsur-unsurnya sebagai berikut :
1. Setiap orang
2. Menyalahgunakan narkotika Golongan 1 bagi dirinya sendiri ;
Unsur kesatu ini telah dipertimbangkan dalam dakwaan primair
Penunut Umum dan telah terpenuhi sehingga penuntut Umum ambil
alih sebegai bahan pertimbangan, maka dengan demikian unsur pertama
ini telah terpenuhi.
Unsur yang kedua adalah menyalahgunakan narkotika golongan 1
bagi dirinya sendiri, yang dimaksud dengan penyalahguna sebagaimana
dalam pasal 1 angka 15 UU No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Fakta yang terungkap dipersidangan bahwa terdakwa
mengkonsumsi shabu dan ecstasy yang termasuk golongan 1 adalah
untuk dirinya sendiri bukan untuk orang lain dan penggunaan tersebut
bukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan untuk reagenisia diagnostik, serta reagensia laboratorium
sebab terdakwa tidak mendapat persetujuan Menteri melainkan
terdakwa berprofesi sebagai wiraswasta bukan penyidik maupun
petugas laboratorium.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka jelaslah bahwa terdakwa
dalam menggunakan narkotika golongan 1 dengan cara mengkonsumsi
shabu serta ecstasy serta sebelumnya terdakwa telah mengakui
menggunakan shabu dengan jalan melawan hukum sehingga dengan
demikian jelaslah terdakwa telah menyalahgunakan Narkotika golongan
1 bagi dirinya sendiri, dengan adanya pertimbangan-pertimbangan
tersebut maka majelis berkeyakinan bahwa unsur kedua inipun telah
terpenuhi.
Telah terpenuhinya seluruh unsur dalam Dakwaan subsidair
Penuntut Umum, maka dengan demikian terdakwa harus dinyatakan
telah terbukti secara sah menurut hukum melakukan tidak pidana dan
pasal yang diterapkan oleh Jaksa Penuntut Umum sudah tepat sesuai
dengan Perbuatan Terdakwa, dilihat dari pengakuan terdakwa bahwa
sebelumnya juga terdakwa sudah pernah memakai shabu di Gili
Berdasarkan uraian diatas, maka hasil analisis yang dapat
disimpulkan oleh penyusun adalah terdakwa terbukti secara sah dan
meyakinkan menurut hukum telah memenuhi unsur tindak pidana
sebagaimana yang dimaksudkan melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a
UU No.35 tahun 2009 Tentang Narkotika.
Kemudian model dakwaan yang dipakai adalah subsidaritas
(pengganti), dimana dakwaan subsidaritas adalah surat dakwaan yang
terdiri dari dua atau lebih dakwaan yang disusun secara berurutan dari
dakwaan pidana yang terberat sampai yang teringan.
b. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum
Untuk mengetahui suatu tuntutan tersebut telah sesuai atau tidak,
maka dilihat dari apa yang di anggap terbukti oleh jaksa penuntut
umum. Oleh karena itu dakwaan jaksa penuntut umum akan
membuktikan dakwaan yang jaksa penuntut umum anggap terbukti
yaitu pasal 127 ayat (1) huruf a UU No.35 tahun 2009 dengan
unsur-unsurnya sebagai berikut :
1. Setiap orang
2. Menyalahgunakan narkotika Golongan 1 bagi dirinya sendiri ;
Unsur kesatu ini telah majelis pertimbangkan dalam dakwaan
primair Penunut Umum dan telah terpenuhi sehingga majelis ambil alih
sebegai bahan pertimbangan, maka dengan demikian unsur pertama ini
Unsur yang kedua adalah menyalahgunakan narkotika golongan 1
bagi dirinya sendiri, yang dimaksud dengan penyalahguna sebagaimana
dalam pasal 1 angka 15 UU No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
adalah orang yang menggunakan tanpa hak atau melawan hukum;
Telah terpenuhinya seluruh unsur dalam tuntutan subsidair
Penuntut Umum, maka dengan demikian terdakwa harus dinyatakan
telah terbukti secara sah menurut hukum melakukan tidak pidana dan
dengan adanya Persamaan persepsi hakim dan jaksa penuntut umum
tersebut di dasari oleh karena terdakwa terbukti secara sah dan
meyakinkan telah melanggar hukum dan melakukan tindak pidana
“MENYALAHGUNAKAN NARKOTIKA GOLONGAN I BUKAN
TANAMAN BAGI DIRI SENDIRI ”
Dari hasil penelitian serta melihat beberapa fakta-fakta tersebut
yang berkenaan dengan Tindak Pidana yang dilakukan oleh terdakwa
yang kemudian merujuk pada pertimbangan hukum hakim berikut
dengan hasil analisis di atas maka penyusun berpendapat bahwa
penerapan ketentuan pidana dalam perkara ini yakni Pasal 127 ayat (1)
huruf a UU No.35 tahun 2009 Tentang Narkotika maka jaksa Penuntut
umum mengajukan tuntutan kepada terdakwa yang pada intinya agar
terdakwa dikenakan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam)
bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan.dengan perintah
Dari tuntutan yang diajukan jaksa penuntut umum menurut analisis
penyusun bahwa tuntutan tersebut masih terlalu ringan apabila
dibandingkan dengan ancaman sanksi pidana yang ada pada pasal 127
ayat (1) huruf a UU No.35 Tahun 2009 yang ancaman pidananya
selama 4 tahun seharusnya jaksa penuntut umum mempertimbangkan
untuk mengajukan tuntutan minimal setengah dari ancaman sanksi
pidana yang ada dalam undang-undang.
Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika Dalam Putusan Perkara Nomor : 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr.
a. Pertimbangan Yuridis
Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan hakim
yang didasarkan pada faktor-faktor yang terungkap didalam
persidangan dan oleh Undang-Undang telah ditetapkan sebagai hal
yang harus dimuat di dalam putusan. Pertimbangan yang bersifat
yuridis diantaranya.2
Bahwa majelis hakim menyatakan dalam pertimbangan yuridis
terdakwa melanggar pasal 127 ayat (1) huruf a UU No.35 Tahun
2009 tentang Narkotika, yang unsur-unsurnya adalah sebagai
berikut: 1. Setiap orang adalah terdakwa LALU NANANG INDRA
JAYA ALIAS NANANG, pada hari Selasa tanggal 14 juli 2015
sekitar pukul 20:30 Wita atau setidak-setidaknya pada suatu waktu
tertentu dalam bulan juli 2015, bertempat di rumah terdakwa di BTN
Taman Sejahtera 13 No.3 Lingkungan Pelembak Kelurahan Pejeruk
Kecamatan Ampenan Kota Mataram atau Setidak-tidaknya pada
suatu tempat teretentu yang masih termasuk dalam daerah hukum
Pengadilan Negeri Mataram. 2. Menyalahgunakan Narkotika
Golongan I bagi dirinya sendiri, bahwa yang dimaksud dengan
penyalahguna sebagaimana dalam pasal 1 angka 15 UU No.35
Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah orang yang menggunakan
tanpa hak atau melawan hukum, dan yang dimaksud dengan
Narkotika menurut ketentuan dalam Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang No.35 Tahun 2009 adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintesis,
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan. bahwa pengaturan penggunaan
narkotika yang secara sah dan tidak melawan hukum secara khusus
diatur dalam Pasal 7 UURI No.35 tahun 2009 yakni Narkotika
hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sedangkan secara khusus untuk narkotika Golongan I diatur dalam
Pasal 8 UU No. 35 Tahun 2009 menerangkan bahwa :
(1) Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk
(2) Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat
digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan untuk reagensia
diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah
mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.
b. Pertimbangan Non Yuridis
Disamping pertimbangan yang bersifat yuridis, hakim dalam
menjatuhkan putusan juga membuat pertimbangan yang bersifat non
yuridis yaitu mengenai akibat perbuatan terdakwa dan
keadaan-keadaan teretentu yang dihubungkan dengan fakta dipersidangan.
Sebelum menjatuhkan putusan perlu dipertimbangkan hal-hal
yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa :
Hal-hal yang memberatkan :
- Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat dan dapat merusak
mental masyarakat
Hal-hal yang meringankan :
- Terdakwa bersikap sopan di persidangan
- Terdakwa menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulangi
III. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian penyusun tersebut di atas, maka penyusun
menarik kesimpulan yakni sebagai berikut :
1. Penerapan Pidana terhadap pelaku tindak pidana menyalahgunakan
narkotika golongan I bukan tanaman bagi diri sendiri dalam perkara
Putusan Nomor 544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr di pandang masih ringan
yaitu pidana penjara 1 tahun dibandingkan dengan ancaman pidana
yang terdapat dalam Pasal 127 Undang-Undang No.35 Tahun 2009
Tentang Narkotika yaitu 4 tahun penjara.
2. Pertimbangan Hakim terhadap pelaku dalam perkara Putusan Nomor
544/Pid.Sus/2015/PN.Mtr yaitu pertimbangan yuridis perbuatan pelaku
telah memenuhi semua unsur-unsur pasal yang ada didalam pasal 127
ayat (1) huruf a Undang-Undang No.35 Tahun 2009 dan pertimbangan
sosilogis adalah hal yang memberatkan yaitu Perbuatan Terdakwa
meresahkan masyarakat dan dapat merusak mental masyarakat dan hal
yang meringankan terhadap terdakwa yaitu Terdakwa bersikap sopan di
persidangan, Terdakwa menyesali perbuatannya dan tidak akan
mengulanginya lagi, Terdakwa belum pernah dihukum.
Saran
Adapun saran yang dapat penyusun berikan sehubungan dengan
1. Agar efektivitas penerapan sanksi pidana terhadap pengguna
Narkotika dapat terealisasi dengan maksimal, hendaknya sanksi dan
pelaksanaannya harus lebih jelas dan benar-benar menjadi alat
pemaksa agar seseorang mentaati dan tidak melanggar norma hukum
tersebut, serta perlunya meningkatkan kesadaran hukum terhadap
masyarakat dalam upaya penanggulangan, penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika di Indonesia.
2. Diharapkan kepada majelis hakim untuk lebih mempertimbangkan
aspek rehabilitasi bagi para pengguna narkotika agar pengguna
tersebut setelah direhabilitasi akan dapat kembali dan dapat diterima
dalam kehidupan masyarkat secara baik serta tidak mengulangi
DAFTAR PUSTAKA 1. BUKU-BUKU
Amirudin dan H. Zainal Asikin,2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum,
PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
Andi Hamzah, 1997, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta
Ad a mi. 2002. "Pelajaran Hukum Pidana, Bagian I: Stelsel Pidana Teori-Teori
Pemidanaan dan Batas Berlakunya Hukum Pidana." Jakarta : Raja Grafindo Persada
Amir Ilyas, 2012, Asas-asas Hukum Pidana, Rangkang Education Yogyakarta
dan Pukap Indonesia, Yogyakarta,
A. Fuad Usfa & Tongat, 2004, Pengantar Hukum Pidana, UMM Press,
Malang,
Barda Nawawi Arief, 2003, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.
Djoko Prakoso, 1988, Hukum Penitensier di Indonesia, edisi pertama (PT.
Liberty) Yogyakarta.
Hari Sasangka, 2003, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana Untuk
Mahasiswa dan Praktisi Serta Penyuluh Masalah Narkoba, Mandar Maju, Bandung.
I Made Widnyana, 2010, Asas-Asas Hukum Pidana, PT. Fikahati Aneska,
Jakarta.
Kansil, 1989. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia. Balai
Pustaka. Jakarta.
Loebby Loqman, 2001, Pidana dan Pemidanaan, Datacom, Jakarta,
Moeljatno, 1985, Membangun Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta.
Moeljatno, 2009, Asas-asas Hukum Pidana, Edisi revisi cet. Ke 8,PT.Rineka
Cipta,Jakarta
Marlina, Hukum Penitensier,Reflika Aditama, Bandung, 2011,
Roeslan Saleh, 1987, Stelsel Pidana Indonesia , Bina Aksara, Jakarta.
Roeslan Saleh. 1983, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban
Pidana.Penerbit Aksara Baru.Jakarta.
Sudarto, 1981, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung.
Soedarto, 2007, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung,
Soedarto, 1975, Hukum Pidana jilid IA dan IB Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto.
Suharto RM,1996, Hukum Pidana Materiil Unsur-unsur Obyektif Sebagai
Dasar Dakwaan Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta.
Supramono, G. 2001. Hukum Narkotika Indonesia.Djambatan, Jakarta.
Soedjono, D, 1977, Narkotika dan Remaja, Alumni Bandung.
Tolib Setiady,2010, Pokok-Pokok Hukum Penitensier Indonesia,Alfabeta,
Bandung.
2. UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana