• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji cemaran logam berat timbal dan cadmium pada ekstrak rimpang kunyit dari petani kunyit di Wonogiri dan pasar Beringharjo Yogyakarta dengan spektrofotometer serapan atom - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Uji cemaran logam berat timbal dan cadmium pada ekstrak rimpang kunyit dari petani kunyit di Wonogiri dan pasar Beringharjo Yogyakarta dengan spektrofotometer serapan atom - USD Repository"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

(2)

ii SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

(3)

iii Skripsi berjudul

yang diajukan oleh : Dwi Priharyanti NIM : 068114090

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas semua berkat dan penyertaan2Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Uji Cemaran Logam Berat Timbal dan Cadmium pada Ekstrak Rimpang Kunyit dari Petani Kunyit di Wonogiri dan Pasar Beringharjo Yogyakarta dengan Spektrofotometer Serapan Atom” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S. Farm).

Selama penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, dorongan, pengarahan, maupun sarana. Dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada:

1. Ibu Erna Tri Wulandari, M. Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji yang telah banyak memberikan pengarahan dan dukungan selama proses penelitian sampai penyusunan skripsi ini

2. Ibu Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. dan Bapak Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji skripsi atas segala masukan berupa kritik, saran, bimbingan, dan perhatiannya

3. Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Sarwanto, Mas Ottok serta seluruh staf laboratorium Farmasi USD dan LPPT UGM atas bantuannya selama penulis menyelesaikan skripsi

(8)

viii

5. Teman2teman FST ’06, atas kekompakan, kebersamaan baik dalam suka maupun duka

6. Semua pihak yang telah memberi dukungan, semangat, dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang disusun ini masih memiliki banyak kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

(9)
(10)

x

Kecenderungan masyarakat zaman sekarang yang ingin kembali pada alam ( ) merupakan langkah awal berkembangnya pengobatan tradisional yang telah ada sejak zaman dahulu. Salah satu bahan obat tradisional yang penggunaannya luas yaitu Kunyit ( Val). Berdasarkan Monografi Ekstrak Tanaman Obat Tradisional Indonesia, kadar cemaran logam berat yang diperbolehkan dalam ekstrak Kunyit untuk Cadmium yaitu tidak lebih dari 0,3 mg/kg dan untuk Plumbum yaitu tidak lebih dari 10 mg/kg.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar logam berat Cadmium dan Plumbum dalam ekstrak rimpang Kunyit yang berasal dari petani Kunyit di Wonogiri dan dari pedagang Kunyit di Pasar Beringharjo. Selain itu untuk mengetahui apakah ekstrak tersebut memenuhi syarat yang ditetapkan dalam monografi ekstrak tumbuhan obat Indonesia atau tidak.

Pembuatan serbuk rimpang Kunyit melalui tahap pencucian rimpang, perajangan, pengeringan dan penyerbukan. Serbuk rimpang Kunyit diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang didapat ditetapkan kadar Cd dan Pb menggunakan spektrofotometer serapan atom.

Dari hasil penelitian, diperoleh ekstrak rimpang Kunyit yang berasal dari petani Kunyit di Wonogiri dan dari Pasar Beringharjo mengandung cemaran < 0,002 ppm untuk logam Cd dan < 0,002 ppm untuk logam Pb. Kadar logam berat dalam ekstrak rimpang Kunyit tersebut memenuhi syarat yang ditetapkan dalam monografi ekstrak tanaman obat Indonesia

(11)

xi

The tendency of today's society who want to get back to nature (back to nature) is the first step in the development of traditional medicine which has existed since ancient times. One of the traditional ingredients such extensive use of turmeric ( Val). Based Monograph Indonesian Traditional Medicinal Plant Extracts, heavy metal contaminant levels allowed in turmeric extracts to Cadmium, no more than 0.3 mg / kg and for lead no more than 10 mg / kg.

This study aimed to determine levels of heavy metals cadmium and lead in turmeric extract from turmeric farmer in Wonogiri and from seller in the Market Beringharjo turmeric. In addition to knowing whether they are fulfill the prerequirement extract in the monograph Indonesian medicinal plant extracts or not.

Turmeric powder2making through the stages of washery rhizome, incision, drying and grinding. Turmeric powder extracted by maceration method using 95% ethanol. Extracts determining levels of Cd and Pb using atomic absorption spectrophotometer.

From the result, obtained by turmeric extract containing contamination <0.002 ppm for Cd and <0.002 ppm for Pb. Heavy metal content in turmeric extract from turmeric farmer in Wonogiri and from eligible Beringharjo Market qualified as the monograph Indonesian medicinal plant extracts.

(12)

xii

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ix

INTISARI ... x

xi DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 4

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian... 5

B. Tujuan ... 5

1. Tujuan umum ... 5

(13)

xiii

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 6

A. Rimpang Kunyit ... 6

1. Keterangan botani ... 6

2. Pemerian ... 7

3. Nama daerah ... 8

4. Kandungan kimia ... 8

B. Ekstrak ... 8

1. Definisi ekstrak ... 8

2. Pengelompokan ekstrak ... 9

3. Metode ekstraksi ... 9

4. Penguapan ... 10

C. Plumbum ... 11

D. Cadmium ... 12

E. Spektrofotometer Serapan Atom ... 12

1. Pengabut ... 13

2. Pembakar ... 14

3. Gas pembakar ... 14

4. Sumber cahaya ... 15

5. Monokromator ... 15

6. Detektor ... 15

F. Validasi Metode Analisis ... 16

(14)

xiv

2. Keseksamaan ( ) ... 17

3. Linearitas ... 18

4. Batas deteksi dan batas kuantitasi ... 18

5. Selektivitas ... 18

BAB III. METODE PENELITIAN ... 19

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 19

B. Variabel Penelitian ... 19

1. Klasifikasi variabel ... 19

2. Definisi operasional ... 19

C. Bahan Penelitian ... 20

D. Alat Penelitian ... 20

E. Tata Cara Penelitian ... 20

1. Pengumpulan rimpang kunyit ... 20

2. Identifikasi rimpang kunyit ... 21

3. Pembuatan ekstrak kunyit ... 21

4. Penyiapan sampel ... 22

5. Validasi metode analisis ... 22

6. Pembuatan larutan baku Pb dan Cd ... 23

7. Pengukuran kadar Pb dan Cd dalam sampel ... 24

(15)

xv

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Pengumpulan Rimpang Kunyit ... 25

B. Identifikasi Rimpang Kunyit ... 26

C. Pembuatan Ekstrak ... 30

D. Penyiapan Sampel ... 32

E. Validasi Metode Analisis ... 34

1. Akurasi ... 34

2. Presisi ... 35

3. Batas deteksi dan batas kuantitasi ... 36

F. Pembuatan Larutan Baku Pb dan Cd ... 36

G. Pengukuran Kadar Pb dan Cd dalam Sampel ... 39

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 44

(16)

xvi

Tabel I. Temperatur yang dihasilkan campuran antara bahan bakar

dan oksida ... 15

Tabel II. Konsentrasi analit dan rentang kesalahan yang diperbolehkan ... 17

Tabel III. Hasil uji organoleptis simplisia rimpang kunyit ... 26

Tabel IV. Hasil pengamatan makroskopis s rimpang kunyit ... 27

Tabel V. Hasil pengamatan mikroskopis rimpang kunyit ... 29

Tabel VI. Hasil pengamatan mikroskopi serbuk rimpang kunyit... 29

Tabel VII. Hasil uji organoleptis ekstrak rimpang kunyit ... 32

Tabel VIII. Persen recovery larutan Pb dalam ekstrak rimpang kunyit .. 34

Tabel IX. Hasil penentuan presisi Pb dalam 10 sampel blanko ... 35

Tabel X. Konsentrasi dan absorbansi larutan baku Pb ... 37

Tabel XI. Konsentrasi dan absorbansi larutan baku Cd ... 37

Tabel XII. Kadar Pb dalam sampel ... 39

Tabel XIII. Kadar Cd dalam sampel ... 39

Tabel XIV. Hasil pembacaan respon detektor (absorbansi)10 sampel Pb 49 Tabel XV. Hasil penentuan presisi Pb dalam10 sampel ... 50

Tabel XVI. Hasil penentuan recovery Pb dalam 6 sampel ... 50

Tabel XVII. Hasil pembacaan respon detektor (absorbansi) 10 sampel Cd... 51

Tabel XVIII. Hasil penentuan presisi Cd dalam10 sampel ... 52

(17)

xvii

Gambar 1. Rimpang Kunyit ... 6

Gambar 2. Penampang melintang rimpang kunyit dari petani ... 28

Gambar 3. Penampang serbuk rimpang kunyit dari petani ... 28

Gambar 4. Ekstrak kental rimpang kunyit dari petani ... 32

Gambar 5. Kurva baku Pb ... 38

(18)

xviii

Lampiran 1. Rimpang Kunyit ... 43

Lampiran 2. Ekstrak rimpang kunyit dari petani di Wonogiri (atas) dan Ekstrak rimpang kunyit dari Pasar Beringharjo Yogyakarta (bawah) ... 44

Lampiran 3. Data identifikasi rimpang kunyit secara mikroskopis ... 45

Lampiran 4. Data identifikasi serbuk rimpang kunyit secara mikroskopis ... 46

Lampiran 5. Data verifikasi logam Pb ... 47

Lampiran 6. Data verifikasi logam Cd ... 49

(19)

1

! " #$

Kecenderungan masyarakat zaman sekarang yang ingin kembali pada alam ( ) merupakan langkah awal berkembangnya pengobatan tradisional yang telah ada sejak zaman dahulu. Pengobatan tradisional dipilih oleh masyarakat untuk mengatasi persoalan2persoalan yang berkaitan dengan penyakit (Limananti, 2003).

Salah satu bahan obat tradisional yang penggunaannya luas, yaitu Kunyit ( Val). Menurut Rukmana (1995), manfaat Kunyit antara lain sebagai bahan bumbu dalam berbagai masakan, bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai jenis penyakit pada manusia, bahan baku industri jamu dan kosmetika, bahan penunjang industri teknik dan kerajinan, dan desinfektan untuk mengawetkan benih yang disimpan. Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar. Kunyit sebagai obat luar berfungsi untuk mengobati eksim, bengkak, rematik, dan memperlancar air susu ibu, sedangkan sebagai obat dalam, Kunyit digunakan untuk mengobati panas, demam, diare, gusi bengkak, kencing manis, hepatitis, dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006).

(20)

2

monografi terkait kadar air, organoleptis, dan kadar kandungan kimia. Bila dilihat dari segi keamanan, ada beberapa faktor yang menentukan suatu obat tradisional aman atau tidak yaitu cemaran bakteri, cemaran kapang khamir, cemaran aflatoksin, dan cemaran logam berat. Obat tradisional memenuhi parameter khasiat bila terbukti secara klinis mampu membantu menyembuhkan penyakit, hal ini berkaitan dengan jumlah dan jenis kandungan kimia yang terdapat di dalamnya.

Berdasarkan Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, kadar cemaran logam berat yang diperbolehkan dalam ekstrak Kunyit untuk Cadmium, yaitu tidak lebih dari 0,3 mg/kg dan untuk Plumbum, yaitu tidak lebih dari 10 mg/kg, sedangkan untuk Arsen, yaitu tidak lebih dari 10 Kg/kg.

Cemaran logam berat dapat berasal dari berbagai sumber misalnya asap kendaraan bermotor dan pembakaran sampah, residu bahan agrokimia seperti pupuk dan pestisida, dan limbah industri yang penanganannya kurang baik. Logam yang dikategorikan sebagai logam berat antara lain Plumbum (Pb), Cadmium (Cd), Arsenikum (As), dan Merkuri (Hg). Logam berat umumnya bersifat racun terhadap makhluk hidup.

(21)

Rimpang Kunyit yang akan diteliti diambil dari dua asal yang berbeda, yaitu dari petani dan pasar. Dalam penelitian ini digunakan dua asal yang berbeda, yaitu petani dan pasar bertujuan untuk membandingkan apakah proses yang dialami Kunyit selama masa penyimpanan dan distribusi dapat mempengaruhi kandungan logam beratnya. Tujuan lain yang ingin dicapai, yaitu untuk merepresentasikan rimpang Kunyit yang digunakan oleh industri obat tradisional sebagai bahan baku, baik industri besar (IOT) maupun industri kecil (IKOT). Pada umumnya IOT mendapat bahan baku langsung dari petani sedangkan untuk IKOT mendapat bahan baku dari pasar.

(22)

4

% & ! ' #

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun permasalahan sebagai berikut.

a. Apakah terdapat cemaran logam berat Pb dan Cd dalam ekstrak rimpang Kunyit yang berasal dari petani Kunyit di Wonogiri dan dari Pasar Beringharjo?

b. Berapa kadar logam berat Cadmium dan Plumbum dalam ekstrak rimpang Kunyit yang berasal dari petani Kunyit di Wonogiri dan dari Pasar Beringharjo?

c. Apakah kadar logam berat Cadmium dan Plumbum dalam ekstrak rimpang Kunyit yang berasal dari petani Kunyit di Wonogiri dan dari Pasar Beringharjo memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia?

&!( # ) # !( ( #

(23)

* #+ ) # !( ( #

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kualitas ekstrak rimpang Kunyit dari petani Kunyit di Wonogiri dan Pasar Beringharjo Yogyakarta yang digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.

,-, #

,-, # ,%,%

Mengetahui kualitas ekstrak rimpang Kunyit dari petani Kunyit di Wonogiri dan Pasar Beringharjo Yogyakarta yang digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.

,-, # "',&,&

a. Mengetahui apakah terdapat cemaran logam berat Pb dan Cd dalam ekstrak rimpang Kunyit yang berasal dari petani Kunyit di Wonogiri dan dari Pasar Beringharjo atau tidak.

b. Mengetahui kadar logam berat Cadmium dan Plumbum dalam ekstrak rimpang Kunyit yang berasal dari petani Kunyit di Wonogiri dan dari Pasar Beringharjo.

(24)

6

(%) #$ ,#.(

#$ # /0 #(

Rimpang Kunyit merupakan rimpang Val.

(Anonim, 1977). Klasifikasi tumbuhan Kunyit adalah sebagai berikut. Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma domestica Val (Rukmana, 1994).

(25)

% ( #

Bau khas aromatik; rasa agak pahit, agak pedas, lama kelamaan menimbulkan rasa tebal (Anonim, 1977).

Makroskopik: berupa kepingan ringan, rapuh, warna kuning jingga, kuning kemerahan hingga kuning kecoklatan, berbentuk hampir bundar hingga bulat panjang, kadang2kadang bercabang, lebar 0,5 cm sampai 3 cm, panjang 2 cm sampai 6 cm, tebal 1 mm sampai 5 mm, umumnya melengkung tidak beraturan, kadang2kadang tedapat pangkal upih daun dan pangkal akar (Anonim, 1977).

(26)

8

endodermis tersusun dalam lingkaran, kadang2kadang berkas pembuluh dikelilingi sel parenkim yang tersusun menjari; pembuluh kayu umumnya terdiri dari pembuluh tangga dan pembuluh jala, lebar 20 Om sampai 80 Om, tidak berlignin. Endodermis : terdiri dari 1 lapis sel terentang tangensial, dinding radial menebal, tidak terdapat pati (Anonim, 1977).

Serbuk : warna kuning sampai kuning jingga. Fragmen pengenal adalah butir pati; gumpalan tidak beraturan zat berwarna kuning sampai kuning coklat; parenkim dengan sel sekresi; fragmen pembuluh tangga dan pembuluh jala; fragmen rambut penutup warna kuning; tidak terdapat serabut (Anonim, 1977).

* % 1 '

Tanaman Kunyit di Kalimantan lebih dikenal dengan nama Kunit, sedangkan di Jawa lebih dikenal dengan sebutan Kunyir, Kunir (Anonim, 1977).

2 #1,#$ # "(%(

Kandungan kimia Kunyit meliputi minyak atsiri (tumeron, zingiberen, sesquiterpen alcohol), kurkumin, desmetoksi kurkumin, bisdesmetoksi kurkumin, zat pahit, dan lemak (Anonim, 1985).

"& " +(#(&( "& "

(27)

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi standar baku yang telah ditetapkan (Anonim, 2000).

#$ !0%)0" # "& "

Ekstrak berdasarkan sifatnya dapat dikelompokkan menjadi :

a. ekstrak encer ( ), memiliki konsistensi madu dan mudah dituang,

b. ekstrak kental ( ), memiliki konsistensi liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%,

c. ekstrak kering ( ), memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan dengan kandungan lembab tidak lebih dari 5%, dan d. ekstrak cair ( ), memiliki konsistensi cair dan mudah

dituang (Voigt, 1994). * 01 "& "&(

Penyarian (ekstraksi) adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Pemilihan cairan penyari dan cara penyarian didasarkan pada zat aktif yang terkandung pada bahan tersebut (Anonim, 1986).

Secara umum, penyarian dapat dibedakan menjadi:

(28)

10

b. Menurut Voigt (1994), maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia atau bahan dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar.

c. Perkolasi. Prinsipnya adalah serbuk simplisia ditempatkan pada bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel2sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.

d. Penyarian berkesinambungan. Proses ini dengan cara penggabungan antara proses penyarian yang dilanjutkan dengan proses penguapan (Anonim,1986)

2 #$, ) #

Ekstrak cair yang memiliki konsistensi cair dan kandungan pelarutnya yang masih tinggi dapat diubah menjadi bentuk ekstrak kental. Proses pengentalan ini dapat dilakukan melalui penguapan dengan menggunakan alat

!" Cara kerjanya, yaitu perputaran labu dalam sebuah pemanas pada

(29)

terkandung dalam ekstrak. Pengaturan dalamnya pencelupan ke dalam penangas air, suhu penangas, hampa udara dan suhu pendingin membuat kondisi optimal dapat terpenuhi sehingga proses pengentalan ekstrak dapat berlangsung cepat (Voigt, 1994).

!,%/,%

Plumbum atau timbal adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna coklat kehitaman. Penggunaan dalam jumlah yang paling besar adalah untuk bahan produksi baterai pada kendaraan bermotor. Elektroda dari aki biasanya mengandung 93% Pb dan 7% Sb (antimoni) (Darmono, 1995).

Plumbum masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan saluran pernapasan. Biasanya orang yang keracunan Pb mengkonsumsi sekitar 0,222,0 mg Pb/hari. Plumbum yang diabsorpsi melalui aluran pencernaan didistribusikan ke dalam jaringan lain melalui darah. Logam ini dapat terdeteksi dalam tiga jaringan utama menjadi tiga kompartemen. # di dalam darah Pb terikat dalam sel darah merah dan mempunyai waktu paruh sekitar 25230 hari. # di dalam jaringan lunak (hati dan ginjal) mempunyai waktu paruh sekitar beberapa bulan. $ # tulang dan jaringan keras seperti gigi, tulang rawan, dan sebagainya. Hampir sekitar 90295% Pb dalam tubuh terdapat dalam tulang yang waktu paruhnya mencapai 30240 tahun (Darmono, 1995).

(30)

12

1%(,% 3 14

Cadmium diserap oleh tanaman dari tanah melalui akarnya dan didistribusikan dalam bagian tanaman. Jumlah Cd yang diserap oleh tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk pH tanah, kandungan mineral lain (Ca), dan pemupukan tanah oleh fosfat. Pada umumnya kandungan Cd dalam biji2 bijian, sayuran, dan buah2buahan yang tidak terkontaminasi Cd adalah sangat rendah (Darmono, 1995)

Logam berat seperti kadmium selalu dikeluarkan dalam suatu peleburan timah, besi, tembaga, maupun emas. Daya penguapan kadmium di daerah industri logam dapat menaikkan pencemaran logam, tidak hanya udara bahkan tanah dan tanaman pun dapat tercemar (Friberg and Picastor, 1974).

Cadmium merupakan logam penyebab toksisitas kronis yang biasanya terakumulasi di dalam tubuh tertama dalam ginjal. Keracunan Cd dalam jangka waktu yang lama bersifat toksik terhadap beberapa macam organ, yaitu paru2paru, tulang, hati, dan ginjal (Darmono, 1995).

) " 0+0 0% ( ) # 0%

(31)

Prinsip yang mendasari analisis kuantitatif menggunakan spektrofotometri serapan atom adalah dengan mengukur besarnya serapan sinar dari transmitan. Dimana besarnya serapan yang dihasilkan sebanding dengan jumlah atom yang terdapat di dalam sampel. Sampel yang berbentuk cairan diubah ke dalam bentuk kabut, kemudian diubah ke dalam bentuk atom di dalam nyala api. Di dalam spektrofotometer serapan atom terdapat sumber sinar berupa lampu katoda'% & % (, yang memiliki λ tertentu untuk setiap unsur (Khopkhar, 1990).

Atom2atom pada keadaan dasar mampu menyerap energi cahaya yang panjang gelombang resonansinya khas untuk setiap atom. Jika cahaya dengan λ resonansi itu dilewatkan nyala yang mengandung atom2atom logam, maka sebagian cahaya itu akan diserap, dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala. Inilah asas yang mendasari spektrofotometri serapan atom (Khopkhar, 1990).

Instrumentasi dari spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut.

#$ /,

(32)

14

%/ "

Terdapat dua tipe pembakar yaitu pembakar pracampur dan pembakar konsumsi total. Pada pembakar pracampur, aerosol yang dihasilkan dalam bilik penguap tidak langsung menuju nyala. Aerosol yang besar akan jatuh dan dibuang. Campuran gas2gas dan aerosol itu mengalir ke bagian atas pembakar (nyala). Pada tipe konsumsi total, larutan sampel disalurkan lewat pipa terpisah sehingga bercampur hanya pada ujung pembakar.

Ketika sampel yang telah berubah menjadi uap dibawa menuju api

pelarut menguap di ) . Hasil dari tahap ini adalah

pemisahan partikel padat yang dibawa menuju ) $ . Daerah ini merupakan daerah dengan suhu tertinggi, di sini gas atom dan ion akan terbentuk dari partikel padat. Eksitasi dari spektra emisi atom juga terjadi di daerah ini. Tahap terakhir, atom dan ion akan dibawa menuju lapisan terluar atau

) dimana akan terjadi oksidasi sebelum hasil atomisasi dibuang melalui atomik (Khopkar, 1990) .

* & ) %/ "

(33)

/ ! %) , . #$ 1(' &(!" # 5 %), # # / ' # / " 1 # 0"&(1

' # / " "&(1 # ,1 "&(1 # 0"&($ #

Hidrogen 2100 2780 2

Asetilen 2200 3050 2955

Propana 1950 2800 2

(Pudjaatmaka , 1994)

2 ,%/ 5 ' .

Ada dua jenis lampu yang digunakan yaitu % & % dan

% $ . * & % p atau lampu katode berongga

mempunyai sebuah katode pemancar yang terbuat dari senyawa yang sama dengan yang dianalisis dengan lampu tersebut. ! + % $ atau lampu discas tak berelektrode terdiri dari tabung kuarsa yang mengandung unsur yang diperlukan atau garamnya (Pudjaatmaka dan Setiono, 1994).

6 0#0" 0% 0

Fungsi monokromator adalah memiliki garis dan memunculkan garis resonansi tertentu dari garis2garis lain yang tidak diserap dan dipancarkan oleh sumber radiasi. Ada dua jenis monokromator, yaitu monokromator celah dan monokromator kisi difraksi. Kebanyakan instrumen komersil menggunkan kisi difraksi karena sebaran yang dilakukan oleh kisi dapat memelihara daya pisah yang lebih tinggi sepanjang jangka panjang gelombang yang lebih lebar (Pudjaatmaka dan Setiono, 1994).

7 " 0

(34)

16

akan diteruskan untuk diinterpretasikan sehingga dapat digunakan untuk mengukur jumlah logam dalam sampel (Pudjaatmaka dan Setiono, 1994).

Pengujian kadar cemaran logam Pb dan Cd dapat dilakukan menggunakan spektrofotometer serapan atom dengan % & % yang spesifik untuk tiap logam. Pengujian kadar cemaran logam Pb dan Cd dapat dilakukan pada panjang gelombang 217,0 nm untuk Pb, panjang gelombang 228,8 nm untuk Cd (Anonim, 2001).

!(1 &( 01 # !(&(&

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004). Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut :

5 % # 3 4

(35)

Rentang kesalahan yang diijinkan pada setiap konsentrasi analit pada matriks dapat dilihat pada tabel II.

/ ! 0#& # &( # !( 1 # # #$ " & ! ' # . #$ 1() /0! '" #

# !( ) 1 % (" & %) ! 8 9 . #$ 1() 0! ' 8

100 982102

>10 982102

>1 972103

>0,1 952105

0,01 902107

0,001 902107

0,000.1 (1 ppm) 802110

0,000.01 (100 ppb) 802110

0,000.001 (10 ppb) 602115

0,000.0001 (1 ppb) 402120

(Harmita, 2004) & "& % # 3 4

Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata2rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel2sampelyang diambil dari campuran yang homogen. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi), dapat diukur dengan cara sebagai berikut:

SD = Simpangan baku

(36)

18

* (# ( &

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit (Harmita, 2004).

2 & 1 "&( 1 # / & ", # ( &(

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).

6 ! " (:( &

(37)

19

#(& 1 # #5 #$ # # !( ( #

Penelitian ini termasuk jenis penelitian noneksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif. Penelitian termasuk noneksperimental karena tidak ada perlakuan terhadap subyek uji, dan bersifat deskriptif karena hanya mendeskripsikan keadaan yang ada.

( / ! # !( ( # 1 # +(#(&( ) &(0# ! ! &(+(" &( : ( / !

a. Variabel Bebas dalam penelitian ini, yaitu ekstrak rimpang Kunyit yang berasal dari petani di Wonogiri dan Pasar Beringharjo Yogyakarta .

b. Variabel Tergantung dalam penelitian ini, yaitu kadar Cd dan Pb dalam ekstrak Kunyit.

c. Variabel Pengacau Terkendali dalam penelitian ini, yaitu asal simplisia. d. Variabel Pengacau Tak Terkendali dalam penelitian ini, yaitu kondisi

rimpang saat proses distribusi, kondisi penyimpanan dan lama penyimpanan.

+(#(&( 0) &(0# !

(38)

20

b. Cemaran logam berat adalah cemaran Cd dan Pb dalam ekstrak Kunyit yang diukur dengan spektrofotometer serapan atom dan dinyatakan dalam

ppm ( ).

' # # !( ( #

Rimpang Kunyit dari petani Kunyit di Wonogiri dan Pasar Beringharjo, aquadest, etanol teknis, baku Plumbum (Pb) p.a. Merck, baku Cadmium (Cd) p.a. Merck, HNO3p.a. Merck, HClO4p.a. Merck.

! # !( ( #

Alat2alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat2alat gelas

(Pyrex), " (, - . / % ), "

(0 ),% (* % 0 1221), timbangan analitik (

0 +123# 0 ), , spektrofotometer serapan atom merk

Analytic Jena.

# !( ( #

#$,%),! # (%) #$ ,#.(

(39)

digunakan merupakan rimpang segar yang berwarna kuning kecoklatan, tidak busuk ataupun mengkerut karena penyimpanan yang terlalu lama.

1 # (+(" &( (%) #$ ,#.(

Identifikasi rimpang Kunyit dilakukan secara makroskopis, mikroskopis dan organoleptis. Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, rasa, dan bau simplisia. Identifikasi makroskopis dilakukan dengan mengamati simplisia rimpang Kunyit dan membandingkan dengan acuan yang berlaku. Identifikasi secara mikroskopis dilakukan dengan cara mengiris tipis rimpang basah secara melintang lalu diamati dengan mikroskop. Identifikasi juga dilakukan untuk serbuk dengan metode yang sama. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan acuan.

* %/, # "& " ,#.( a. Pencucian

Pencucian dilakukan pada air mengalir sampai tidak ada tanah yang menempel pada rimpang.

b. Perajangan

Proses perajangan dilakukan dengan peralatan yang tidak dapat berkarat dan dirajang dengan ketebalan 0,320,5 cm.

c. Pengeringan

(40)

22

d. Penyerbukan

Simplisia kering diserbuk dengan$ (mesin penyerbuk). e. Ekstraksi

Ekstraksi menggunakan pelarut etanol 95% dengan metode maserasi selama 24 jam. Setelah 24 jam, maserat kemudian dipisahkan dan proses maserasi diulang 2 kali, dengan prosedur yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap vakum hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental kemudian dimasukkan ke dalam oven sampai didapatkan ekstrak kering.

2 #.( ) # & %) !

Menimbang sampel ± 3 gram lalu dimasukkan dalam beker 100 ml, ditambahkan dengan 5 ml asam nitrat (HNO3) dan 2 ml asam perklorat (HClO4) pekat tetes demi tetes melalui dinding beker dan dipanaskan pada penangas air hingga timbul asap putih dan larutan sampel berwarna jernih. Pemanasan dilanjutkan selama 30 menit hingga volume sampel tinggal 325 ml lalu didinginkan. Sampel yang sudah dingin ditambahkan dengan aquades lalu disaring, filtrat dimasukkan dalam labu ukur 25 ml dan ditambahkan aquades hingga tanda.

6 !(1 &( % 01 # !(&(&

(41)

serapan atom dengan λ 228,8 nm. Validasi metode analisis dilakukan dengan menentukan perolehan kembali ( " ). " dihitung dari kadar yang terukur pada kurva baku dibandingkan dengan kadar yang diketahui dikalikan 100%. Syarat metode analisis menurut Harmita (2004), yaitu jika metode tersebut memberikan nilai perolehan kembali yang tinggi (802110%).

7 %/, # ! , # / ", / 1 # 1

Larutan induk logam Pb menggunakan larutan induk yang mempunyai kadar Pb 1000 Og/ml. Selanjutnya, dibuat larutan baku yang mempunyai kadar Pb 10 Og/ml, yaitu dengan cara memipet 1,0 ml larutan baku induk 1000 Og/ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu ditambahkan asam nitrat sampai tanda.

Dipipet 0,5 ml; 1,0 ml; 2,0 ml; 4,0 ml; 8,0 ml larutan baku Pb, 10 Kg/ml ke dalam masing2masing labu ukur 50 ml. Ditambahkan asam nitrat ke dalam masing2masing labu ukur sampai tanda tera dan dibaca absorbansi larutan baku pada spektrofotometer serapan atom dengan λ 217,0 nm untuk Pb (Anonim, 2004b).

Larutan induk logam Cd menggunakan larutan induk yang mempunyai kadar Cd 1000 Og/ml. Selanjutnya, dibuat larutan baku yang mempunyai kadar Cd 10 Og/ml, yaitu dengan cara memipet 1,0 ml larutan baku induk 1000 Og/ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu ditambahkan asam nitrat sampai tanda.

(42)

24

masing2masing labu ukur sampai tanda tera dan dibaca absorbansi larutan baku pada spektrofotometer serapan atom dengan λ 228,8 nm.

; #$,", # " 1 1 1 # / 1 ! % & %) !

Larutan sampel diambil, kemudian dibaca nilai absorbansi dari pengukuran menggunakan spektrofotometer serapan atom dengan λ 217,0 nm untuk Pb, dan λ 228,8 nm untuk Cd.

# !(&(& &(!

(43)

25

#$,%),! # (%) #$ ,#.(

Rimpang Kunyit yang akan diteliti diambil dari dua asal yang berbeda yaitu dari petani dan pasar. Dalam penelitian ini digunakan dua asal yang berbeda yaitu petani dan pasar bertujuan untuk membandingkan apakah proses yang dialami Kunyit selama masa penyimpanan dan distribusi dapat mempengaruhi kandungan logam beratnya (Pb dan Cd). Tujuan lain yang ingin dicapai, yaitu untuk merepresentasikan rimpang Kunyit yang digunakan oleh industri obat tradisional sebagai bahan baku, baik industri besar maupun industri kecil.

Di Indonesia, sentra penanaman Kunyit di Jawa Tengah dengan produksi mencapai 12.323 kg/ha (Priamboro, 2001). Salah satu daerah yang memproduksi banyak rimpang Kunyit, yaitu Wonogiri, yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Maka dipilih rimpang Kunyit dari petani di Wonogiri sebagai sampel mewakili rimpang Kunyit dari petani. Rimpang Kunyit yang didapatkan dipanen pada bulan Juni 2009 dengan usia panen 12 bulan. Rimpang Kunyit yang dipanen pada musim kemarau memiliki lebih banyak sari dibandingkan bila dipanen pada musim hujan. Selain itu, kandungan air dalam rimpang lebih sedikit sehingga memudahkan proses pengeringan.

(44)

26

1 # (+(" &( (%) #$ ,#.(

Rimpang Kunyit yang didapatkan baik dari pasar maupun petani sebelum digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan identifikasi untuk memastikan bahwa rimpang tersebut adalah rimpang Kunyit. Identifikasi dilakukan secara organoleptis, makroskopis, dan mikroskopis.

Uji organoleptis merupakan uji identifikasi awal yang sangat sederhana karena dilakukan dengan panca indera, pemeriksaan yang dilakukan meliputi bau, rasa, dan bentuk. Berdasarkan Materia Medika, sifat organoleptis simplisia rimpang Kunyit, yaitu bau khas aromatik; rasa agak pahit, agak pedas, lama kelamaan menimbulkan rasa tebal (Anonim, 1977). Tabel III menunjukkan hasil uji organoleptis yang dilakukan pada simplisia rimpang Kunyit.

/ ! &(! ,-( 0 $ #0! ) (& &(%)!(&( (%) #$ ,#.(

#$ % #

0 $ #0! ) ("

,#.( 1 (

) #(

,#.( 1 (

) &

5, # &%( 3 #0#(%< =;;4

Bau Khas aromatis Khas aromatis khas aromatik Rasa Agak pahit,

pedas, lidah terasa tebal

Agak pahit, pedas, lidah terasa tebal

agak pahit, agak pedas, lama kelamaan menimbulkan rasa

tebal Warna Kuning2orange tua Kuning2orange tua

Kuning jingga, kuning kemerahan hingga kuning

kecoklatan Bentuk

(45)

Pengamatan secara makroskopis dilakukan pada simplisia yang telah dikeringkan. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel IV berikut.

/ ! &(! ) #$ % # % " 0&"0)(& (%) #$ ,#.(

( # ,#.( 1 (

) #(

,#.( 1 ( ) & 5, # &%( 3 #0#(%< =;;4 Warna Orange kecoklatan,

Bidang irisan berwarna lebih buram Kuning kecoklatan, Bidang irisan berwarna lebih buram

kuning jingga, kuning kemerahan hingga kuning

kecoklatan Bentuk Kepingan bulat,

ringan, keras tapi rapuh, Diameter= 223 cm,

tebal= 123 mm

Kepingan bulat, ringan, keras tapi

rapuh, Diameter= 223 cm,

tebal= 123 mm

berupa kepingan ringan, rapuh, berbentuk hampir bundar hingga bulat panjang, kadang2

kadang bercabang, lebar 0,5 cm sampai 3 cm, panjang 2 cm

sampai 6 cm, tebal 1 mm sampai 5 mm, umumnya melengkung tidak beraturan,

kadang2kadang tedapat pangkal upih daun dan pangkal

akar

Dari tabel VI dapat disimpulkan bahwa rimpang Kunyit dari petani maupun dari pasar memiliki ciri makroskopis yang hampir sama bila dibandingkan dengan acuan resmi pemerintah.

(46)

28

%/ # %) #$ % !(# #$ (%) #$ ,#.( 1 ( ) #(

%/ * # %) #$ & /," (%) #$ ,#.( 1 ( ) #(

(47)

Hasil identifikasi mikroskopis rimpang dan serbuk Kunyit disajikan dalam tabel V dan tabel VI berikut ini:

/ ! &(! ) #$ % # %(" 0&"0)(& (%) #$ ,#.(

$% # ) #$ # ! ,#.( 1 (

) #(

,#.( 1 ( ) &

epidermis tampak tampak

akar rambut tidak tampak tidak tampak hipodermis tidak tampak tidak tampak

periderm tampak tidak tampak

korteks dan silinder pusat tampak tampak

butir pati tampak tampak

sel sekresi tampak tampak

berkas pembuluh tampak tampak

endodermis tidak tampak tidak tampak

/ ! &(! ) #$ % # %(" 0&"0)(& & /," (%) #$ ,#.(

$% # ) #$ # ! ,#.( 1 (

) #(

,#.( 1 ( ) & butir pati tidak tampak tidak tampak parenkim dengan sel

sekresi

tampak tampak

fragmen pembuluh tangga dan pembuluh jala

tampak tampak

fragmen akar rambut warna kuning

tampak tidak tampak

Apabila dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopis serbuk Kunyit dalam pustaka (Anonim, 1977), maka terlihat parenkim dengan sel sekresi dan fragmen pembuluh yang sama dan khas, yaitu berkas pembuluh yang dikelilingi parenkim yang tersusun menjari.

(48)

30

dipersyaratkan dalam Materia Medika Indonesia sehingga dapat disimpulkan bahwa benar simplisia yang diuji adalah rimpang Kunyit.

%/, # "& "

Rimpang Kunyit segar yang telah didapat diproses menjadi ekstrak melalui tahapan pencucian, pengirisan, pengeringan, penyerbukan, dan ekstraksi. Pembuatan ekstrak dilakukan berdasarkan prosedur standar pembuatan ekstrak.

Pencucian dilakukan dengan air mengalir, hal ini bertujuan untuk menghilangkan tanah dan bahan pengotor lain yang menempel di permukaan luar rimpang. Rimpang basah diiris dengan ketebalan 0,320,5 cm. Semakin tebal irisan rimpang maka akan semakin lama waktu yang diperlukan untuk pengeringan, tetapi bila terlalu tipis maka kandungan senyawa yang mudah menguap akan berkurang. Tebal irisan rimpang yang optimal untuk Kunyit yaitu 326 mm (Siswanto, 2004).

Selanjutnya, irisan rimpang dikeringkan menjadi simplisia kering dengan kadar air kurang dari 10% (ditandai dengan simplisia mudah dipatahkan). Kadar air dalam simplisia dibuat kurang dari 10% untuk mencegah pertumbuhan kapang khamir dan mikroba yang dapat menurunkan kualitas simplisia. Pengeringan dilakukan dengan cara dioven pada suhu 60ºC. Suhu pengeringan yang terlalu tinggi dapat membuat rusaknya senyawa tidak tahan panas yang terdapat dalam simplisia.

(49)

permukaan simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari. Luas permukaan yang besar akan mengoptimalkan pembasahan serbuk simplisia oleh cairan penyari sehingga hasil penyariannya juga akan optimal.

Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan pelarut etanol 95%. Maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling sederhana dan digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Serbuk simplisia diekstrak secara maserasi kinetik, yaitu dilakukan pengadukan yang kontinyu (terus menerus) selama 24 jam. Pengadukan dilakukan secara terus2menerus dengan tujuan mempercepat kelarutan dan menghindari kejenuhan pelarut disekitar serbuk. Setelah diaduk 24 jam maserat diambil, dilakukan penambahan pelarut pada serbuk dan dilakukan proses maserasi lagi, penambahan pelarut dilakukan dua kali. Penambahan pelarut ini bertujuan untuk mendapatkan ekstrak semaksimal mungkin dari serbuk.

Pemilihan pelarut ekstraksi harus mempertimbangkan beberapa faktor yaitu (a) selektivitas; (b) kemudahan bekerja dengan cairan tersebut; (c) ekonomis, dan (d) relatif aman. Berdasarkan kebijakan dan peraturan pemerintah, pelarut yang diperbolehkan adalah air dan alkohol (etanol) serta campurannya (Anonim, 2000). Zat aktif yang terkandung dalam rimpang Kunyit, yaitu kurkuminoid, memiliki sifat yang cenderung nonpolar, maka dipilih etanol 95% sebagai pelarut ekstraksi.

(50)

32

Kunyit. Ekstrak yang diperoleh memiliki karakteristik organoleptis seperti yang dipaparkan pada tabel VII berikut.

/ ! &(! ,-( 0 $ #0! ) (& "& " (%) #$ ,#.(

" (& (" ,#.( ) & ,#.( ) #(

Bentuk semisolid semisolid

Warna Coklat tua kemerahan Coklat tua kemerahan

Bau Khas aromatis Khas aromatis

Rasa Pahit, menimbulkan rasa tebal di lidah

Pahit, menimbulkan rasa tebal di lidah

%/ 2 "& " " # ! ,#.( 1 ( ) #(

#.( ) # %) !

(51)

1. Untuk logam Pb

3Pb + 8HNO3 → 3Pb(NO3)2+ 2NO + 4H2O 2. Untuk logam Cd

3Cd + 8HNO3 → 3Cd(NO3)2+ 2NO + 4H2O

Asam kuat dalam penyiapan sampel ini juga berfungsi sebagai agen pengoksidasi senyawa2senyawa organik yang terdapat dalam sampel. Sampel dalam penelitian ini merupakan bahan alam dimana mengandung banyak senyawa organik, dan bila senyawa organik tidak dihilangkan dapat mengganggu pada saat dilakukan pembacaan absorbansi karena dengan adanya panas dari nyala api akan meninggalkan kerak pada instrumen. Metode perombakan sampel organik menggunakan asam kuat disebut metode destruksi basah. Asam kuat yang dapat digunakan dalam metode ini antara lain asam nitrat, asam sulfat, asam perklorat, dan asam klorida dan dapat digunakan secara tunggal maupun campuran (Inderayani, 2003).

(52)

34

!(1 &( 01 # !(&(&

Validasi metode dilakukan untuk menjamin parameter dalam penelitian memenuhi persyaratan. Dalam penelitian ini parameter yang dianalisis adalah akurasi, presisi, batas kuantitasi dan batas deteksi.

1. akurasi

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya (Harmita, 2004). Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali ( " ). Pada penelitian ini penentuan " dilakukan dengan metode penambahan baku ( % ), yaitu dengan cara sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel, dicampur, dan dianalisis lagi, selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar sebenarnya. Hasil pengukuran % " dapat dilihat pada tabel VIII berikut.

/ ! & # ! , # / 1 ! % "& " (%) #$ ,#.(

1 & / # #. 3))%4 1 ,", 3))%4 8

0,2 0,203 101,50%

0,4 0,389 97,25%

0,8 0,833 104,125%

Menurut Harmita (2004), untuk persentase analit pada matriks sampel sebesar 0,121 ppm, rentang " yang diijinkan adalah 802110%. Nilai

" metode AAS memenuhi syarat " ini, sehingga dapat dinyatakan

(53)

2. presisi

Presisi merupakan simpangan baku dari beberapa kali penentuan kuantitatif terhadap sampel yang dianalisis dengan metode terpilih. Makin kecil simpangan relatif yang dihasilkan oleh suatu metode maka validitas metode tersebut semakin terjamin. Penentuan nilai presisi dilakukan dengan sepuluh sampel blanko dispiking sehingga konsentrasi terhitung larutan Pb 0,5 ppm, lalu dibaca absorbansinya menggunakan spektrofotometer serapan atom pada λ 217,0 nm.

/ ! > &(! ) # # , # ) &(&( / 1 ! % & %) ! /! #"0

0 %) ! 0#& # &( / ,", 3))%4

1 0,5032 2 0,5111 3 0,4996 4 0,4969 5 0,4988 6 0,4976 7 0,5074 8 0,5030 9 0,5011 10 0,4992 Konsentrasi rata2rata SD CV 0,50179 ppm 0,0197ppm 0,197%

(54)

36

3. Batas deteksi dan batas kuantitasi

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Dari hasil pengujian didapatkan untuk logam Pb nilai LOD adalah 0,002 ppm dan nilai LOQ adalah 0,0036 ppm. Pada logam Cd nilai LOD yang didapat adalah 0,002 ppm dan nilai LOQ adalah 0,0036 ppm

%/, # , # ", / 1 # 1

Pembuatan kurva baku bertujuan untuk memperoleh persamaan regresi linear yang selanjutnya digunakan untuk menghitung kadar Pb dan Cd dalam sampel. Linearitas suatu kurva baku menunjukkan bahwa kenaikan respon yang terjadi dikarenakan deteksi instrumen sebanding dengan kenaikan konsentrasi baku yang digunakan. Parameter linearitas suatu kurva ditentukan dengan nilai koefisien korelasi (r) lebih besar dari 0,999 (Snyder et al., 1997).

(55)

/ ! > 0#& # &( 1 # /&0 / #&( ! , # / ", /

0 0#& # &( 3%$? 4 /&0 / #&( /

1 0,05 0,00050

2 0,1 0,00260

3 0,2 0,00467

4 0,4 0,00932

5 0,8 0,01832

A = 0,000131 B = 0,022649 r = 0,99983

y = 0,022649 x + 0,000131

/ ! > 0#& # &( 1 # /&0 / #&( ! , # / ", 1 0 0#& # &( 3%$? 4 /&0 / #&(

1

1 0,05 0,00801

2 0,1 0,01804

3 0,2 0,03446

4 0,4 0,06472

5 0,8 0,12129

A = 0, 002975 B = 0,149450

r = 0,999164 y = 0,149450 x + 0, 002975

(56)

38

.

%/ 6 , : / ", /

%/ 7 , : / ", 1

(57)

#$,", # 1 1 1 # / 1 ! % %) !

Penentuan kadar Cd dan Pb dalam sampel dilakukan dengan mengukur nilai absorbansi larutan sampel dengan AAS dengan λ 228,8 nm untuk Cd dan 217,0 nm untuk Pb. Penentuan kadar menggunakan kurva baku yang sebelumnya telah diukur, yaitu y = 0,022649 x + 0,000131 untuk Pb dan y = 0,149450 x + 0, 002975 untuk Cd. Hasil pengukuran kadar larutan sampel tersaji dalam tabel XII dan tabel XIII berikut.

/ ! > 1 / 1 ! % & %) ! "& " (%) #$ ,#.(

"& " (%) #$ ,#.( & (#$' -0 3))%4

"& " (%) #$ ,#.(

#( 0#0$( ( 3))%4

20,0016 20,0305

20,0579 20,0148

20,0186 20,0303

20,0341 20,0306

20,0288 20,0277

/ ! > 1 1 1 ! % & %) ! "& " (%) #$ ,#.( "& " (%) #$ ,#.(

& (#$' -0 3))%4

"& " (%) #$ ,#.(

#( 0#0$( ( 3))%4

20,0206 20,0178

20,0212 20,0238

20,0213 20,0216

20,0222 20,0289

20,0198 20,0302

(58)

40

Berdasarkan Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, kadar cemaran logam berat yang diperbolehkan dalam ekstrak Kunyit untuk Cadmium, yaitu tidak lebih dari 0,3 mg/kg (0,3 ppm) dan untuk Plumbum, yaitu tidak lebih dari 10 mg/kg (10 ppm). Kadar logam berat Cd dan Pb dalam ekstrak rimpang Kunyit dari petani di Wonogiri dan Pasar Beringharjo Yogyakarta lebih kecil dari nilai batas yang ditetapkan sehingga memenuhi persyaratan keamanan.

(59)

41 &(%),! #

1. Cemaran logam berat yang terdapat dalam ekstrak rimpang Kunyit baik rimpang Kunyit dari petani Kunyit di Wonogiri dan Pasar Beringharjo Yogyakarta sebesar < 0,002 ppm untuk logam Cd dan < 0,002 ppm untuk logam Pb.

2. Kadar logam berat dalam ekstrak rimpang Kunyit yang berasal dari petani Kunyit di Wonogiri dan dari Pasar Beringharjo memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia.

#

1. Perlu dilakukan pengujian logam berat As untuk menentukan apakah ekstrak rimpang Kunyit memiliki kandungan logam berat sesuai yang dipersyaratkan dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia atau tidak.

(60)

42

42

Anonim, 1977, 0 0 # 4 ., 47252, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1985, 5 . , Jilid I, 49, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1986, 6 , 2240, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta

Anonim, 2000, 7 ! % 5 , cetakan

pertama, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2001, % 0 . , 13th, 440, 1053, Merck and CO Inc, Nj.USA

Anonim, 2004a, 0 $ ! 5 . # Vol.I, 51253,

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2004b, 8 . , 0626992.3, Badan Standarisasi

Nasional, Jakarta

Broto, H., et all., 2006, " 9 %

% / $ 0 : $ % 122;,

http://www.btkljogja.or.id/file_dokumen/30012008SURVEI%20TIMBAL% 20PADA%20RRAMBU%20MANUSIA.pdf, diakses tanggal 5 Februari 2010

Darmono, 1995, / $ $ 0 % * , 6, 97, 109,

Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta

Darmono, 2008,/ $ $ % ,1232149, UI Press, Jakarta Friberg, L., and Piscator, M., 1974, % ! " , 19227, CRC

Press Inc., US

Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya, 0 4 % . , Vol. I, No. 3, 1172135

Inderayani, P., 2003, Perbandingan Destruksi Kering dan Destruksi Basah pada Penentuan Fe dalam Ubi Kayu (0 % ! Crantz sin.M.

(61)

Khopkar, S. M., 1990, 9 , 2752285, UI Press, Jakarta Kurniawan, I. A., 2000, Analisis Cadmium (Cd) dalam Daging Kerang Darah

(Anadara granosa) dari Pasar Tambak Lorok Semarang dengan Spektrofotometri Serapan Atom, , Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Limananti, A. I., dan Triratnawati, 2003, Ramuan Jamu Cekok Sebagai Penyembuhan Kurang Nafsu Makan pada Anak : Suatu Kajian Etnomedisin, 0 % , Vol.VII, No.1, 11220

Mulja, M., dan Suharman, 1995, . , 627, Universitas Airlangga Press, Surabaya

Priamboro, F., 2001, ' Val.(,

http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/kunyit.pdf, diakses tanggal 5 Desember 2009

Pudjaatmaka, A.H, dan Setiono, L., 1994, $ 4 $ , 9442963, EGC, Jakarta

Rukmana, R., 1994, , 11213, Kanisius, Jakarta

Sinaga, E., 2006, , Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat UNAS/ P3OUNAS, http://iptek.apjii.or.id, diakses tanggal 20 Desember 2009

Siswanto, Y. W., 2004, $ * 5 , 46,

Penebar Swadaya, Jakarta

Snyder, L.R., Kirkland, J.J., and Glajch, J.L., 1997, * / 0 %

9 " , 2nd Edition, 225, JohnWiley & Sons, Inc., New York

Suryanto, S., 2008, Uji Cemaran Logam Berat (Arsenikum, Cadmium, dan Plumbum) Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val) dan Ekstrak Daging Buah Asam Jawa (Tamarindus indica L.) dengan Spektrofotometer Serapan Atom, , Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

(62)

44

(63)

45

(64)

46

(65)

47

(66)

48

(67)

49

Lampiran 5. Data verifikasi logam Pb

# # , # 1 # @

Matriks blanko dispiking dengan konsentrasi analit yang masuk memberikan respon (absorbansi).

/ ! > &(! ) %/ 5 # &)0# 1 " 0 3 /&0 / #&(4 & %) ! /

0 /&0 / #&( ! #"0

%) ! 3. & %) !4

9 3. 4 3.9. 4

1 0,00080 0,00132

0,00152

6,724x1029

2 0,00078 0,00155 7,84 x10210

3 0,00039 0,00176 1,4884x1028

4 0,00049 0,00188 4,0804x1028

5 0,00058 0,00156 1,444x1028

6 0,00047 0,00124 7,952x1028

7 0,00056 0,00166 1,9044x1028

8 0,00073 0,00144 5,6644x1028

9 0,00066 0,00139 1,7424x1028

10 0,00050 0,00140 1,429x1027

Σ (y2y a)2 3,80132 x1027

(68)

50 # # , # &(&(

10 sampel blanko dispiking sehingga konsentrasi terhitung larutan Pb 0,5 ppm

/ ! > &(! ) # # , # ) &(&( / 1 ! % & %) !

0 %) ! 0#& # &( / ,", 3))%4

1 0,5032 2 0,5111 3 0,4996 4 0,4969 5 0,4988 6 0,4976 7 0,5074 8 0,5030 9 0,5011 10 0,4992 Konsentrasi rata2rata SD CV 0,50179 ppm 0,0197ppm 0,197%

* # # , # 50: .

6 sampel blanko dispiking sehingga konsentrasi terhitung larutan Pb 0,2 ppm. 6 sampel yang telah dispiking dan blankonya (6 matriks tanpa spiking) ditentukan kadar Pb dengan spektrofotometer serapan atom

/ ! > &(! ) # # , # 50: . / 1 ! % 7 & %) !

0 %) !

0#& # &( / #) &)("(#$

3))%4

0#& # &( / 1 #$ # &)("(#$

3))%4

8 50: .

1 0,0047 0,2056 100,45

2 0,0035 0,2010 98,75

3 0,0102 0,2108 100,30

4 0,0031 0,2158 106,35

5 0,0068 0,2026 97,90

6 0,0064 0,2013 97,45

(69)

51

Lampiran 6. Data verifikasi logam Cd

# # , # 1 # @

Matriks blanko dispiking dengan konsentrasi analit yang masuk memberikan respon (absorbansi).

/ ! > &(! ) %/ 5 # &)0# 1 " 0 3 /&0 / #&(4 & %) ! 1

0 /&0 / #&( ! #"0

%) ! 3. & %) !4

9 3. 4 3.9. 4

1 0,00073 0,00144

0,001522

6,724x1029

2 0,00078 0,00155 7,84 x10210

3 0,00050 0,00140 1,4884x1028

4 0,00080 0,00132 4,0804x1028

5 0,00058 0,00156 1,444x1029

6 0,00047 0,00124 7,9524x1028

7 0,00056 0,00166 1,9044x1028

8 0,00039 0,00176 5,6644x1028

9 0,00066 0,00139 1,7424x1028

10 0,00090 0,00190 1,429x1027

Σ (y2y a)2 3,80176 x1027

(70)

52 # # , # &(&(

10 sampel blanko dispiking sehingga konsentrasi terhitung larutan Pb 0,5 ppm

/ ! > &(! ) # # , # ) &(&( 1 1 ! % & %) !

0 %) ! 0#& # &( / ,", 3))%4

1 0,5030 2 0,5111 3 0,5020 4 0,4969 5 0,4992 6 0,5032 7 0,5074 8 0,4996 9 0,5011 10 0,4998 Konsentrasi rata2rata SD CV 0,50233 ppm 0,00578 ppm 1,15%

* # # , # 50: .

6 sampel blanko dispiking sehingga konsentrasi terhitung larutan Cd 0,2 ppm. 6 sampel yang telah dispiking dan blankonya (6 matriks tanpa spiking) ditentukan kadar Pb dengan spektrofotometer serapan atom

/ ! > > &(! ) # # , # 50: . 1 1 ! % 7 & %) !

0 %) !

0#& # &( / #) &)("(#$

3))%4

0#& # &( / 1 #$ # &)("(#$

3))%4

8 50: .

1 0,0040 0,2047 100,35

2 0,0060 0,2016 97,80

3 0,0049 0,2030 99,05

4 0,0019 0,2001 99,10

5 0,0120 0,2050 96,50

6 0,0086 0,2014 96,40

(71)

53

(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)

63

Penulis skripsi dengan judul “Uji Cemaran Logam Berat (Cadmium dan Plumbum) Ekstrak Rimpang Kunyit

( 9 Val( dari Petani Kunyit Di

Wonogiri dan Pasar Beringharjo Yogyakarta dengan Spektrofotometer Serapan Atom” bernama lengkap Dwi Priharyanti. Penulis dilahirkan di Sleman pada tanggal 15 April 1988, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Thomas Yusuf Sugiyono dan Cicilia Titin Sumarni. Penulis memulai bangku sekolah di TK Kanisius Totogan Sleman pada tahun 199321994, lalu di SD Kanisius Totogan Sleman pada tahun 199422000. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan pendidikan di SMP N I Kalasan Sleman hingga tahun 2003, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta hingga tahun 2006. Selepas dari SMA, pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan selesai menempuh pendidikan S1 pada tahun 2010.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pemeriksaan kadar cemaran logam berat Pb, Cd, dan Hg dalam sampel cumi-cumi dari perairan laut Belawan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom menunjukkan bahwa

Dari hasil pemeriksaan kandungan logam berat merkuri, timbal, dan kadmium pada daging segar kepiting rajungan dari Pelabuhan Gabion Belawan diperoleh bahwa untuk logam

Logam berat sering terdapat dalam kosmetik, baik yang ditambahkan dengan sengaja, dengan tujuan untuk mempercantik warna dari produk sediaan maupun dengan tidak disengaja yang

Uji kualitatif adanya logam berat timbal (Pb) dan kadmium (Cd) dalam 12 sampel pensil alis, baik pensil alis yang memiliki nomor registrasi BPOM maupun tidak memiliki

Besarnya kandungan logam timbal yang terdapat dalam setiap sampel berasal dari gas buangan kendaraan bermotor yang akan terbang ke udara, sebagian akan menempel pada

Logam berat sering terdapat dalam kosmetik, baik yang ditambahkan dengan sengaja, dengan tujuan untuk mempercantik warna dari produk sediaan maupun dengan tidak disengaja yang

Berdasarkan survei yang dilakukan tempat tumbuh rimpang jahe emprit dataran rendah yang akan digunakan dalam penelitian ditanam berdekatan dengan jalan tol,

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa kandungan logam berat timbal (Pb) pada berbagai makanan olahan lorjuk (solen sp.), seperti kacang lorjuk, rengginang lorjuk, serta