• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Cemaran Logam Berat Kadmium dan Timbal Pada Beberapa Merek Lipstik Yang Beredar Di Daerah Ciputat Dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Cemaran Logam Berat Kadmium dan Timbal Pada Beberapa Merek Lipstik Yang Beredar Di Daerah Ciputat Dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA CEMARAN LOGAM BERAT KADMIUM

DAN TIMBAL PADA BEBERAPA MEREK LIPSTIK

YANG BEREDAR DI DAERAH CIPUTAT DENGAN

MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN

ATOM (SSA)

SKRIPSI

YEYET DUROTUL YATIMAH

1110102000013

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

(2)

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

ANALISA CEMARAN LOGAM BERAT KADMIUM

DAN TIMBAL PADA BEBERAPA MEREK LIPSTIK

YANG BEREDAR DI DAERAH CIPUTAT DENGAN

MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN

ATOM (SSA)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

YEYET DUROTUL YATIMAH

1110102000013

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

(3)

Skripsi ini adalah benar hasil karya sendiri,

dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan benar.

Nama : Yeyet Durotul Yatimah

NIM : 1110102000013

Tanda Tangan :

(4)

iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Yeyet Durotul Yatimah

NIM : 1110102000013

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Analisa Cemaran Logam Berat Kadmium dan Timbal Pada Beberapa Merek Lipstik Yang Beredar Di Daerah Ciputat Dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Umar Mansur , M.Sc., Apt Lina Elfita, M.Si., Apt

NIP: 197312122011012002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(5)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Yeyet Durotul Yatimah

NIM : 1110102000013

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Analisa Cemaran Logam Berat Kadmium dan Timbal Pada Beberapa Merek Lipstik Yang Beredar Di Daerah Ciputat Dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

DEWAN PENGUJI

Pembimbing 1 : Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt

Pembimbing 2 : Lina Elfita, M.Si., Apt

Penguji 1 : Supandi, M.Si., Apt

Penguji 2 : Eka Putri, M.Si., Apt

(6)

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ABSTRAK

Nama : Yeyet Durotul Yatimah Program Studi : Farmasi

Judul : Analisa Cemaran Logam Berat Kadmium dan Timbal Pada Beberapa Merek Lipstik Yang Beredar Di Daerah Ciputat Dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Pada dekade terakhir penggunaan kosmetik terus meningkat. Salah satu kosmetik yang sering digunakan oleh wanita adalah lipstik. Lipstik harus aman dan tidak boleh mengandung bahan-bahan berbahaya seperti logam berat. Lipstik dapat tercemar oleh logam berat seperti kadmium dan timbal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kadmium dan timbal pada beberapa merek lipstik teregistrasi dan tidak teregistrasi oleh BPOM RI warna coklat gelap (dark brown)

dan merah muda terang (shocking pink) yang beredar di daerah Ciputat. Preparasi sampel menggunakan metode destruksi basah dengan menggunakan HNO3 65% :

H2O2 30 % (3:1). Kadmium dan timbal dianalisa dengan Spektrofotometri

Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang spesifik berturut-turut yaitu 228,8 nm dan 283,3 nm. Penentuan kadar kadmium dan timbal berdasarkan peraturan dari Health Canada dan BPOM RI nomor HK.03.1.23.07.11.6662. Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar kadmium yang melebihi batas yang ditetapkan oleh

Health Canada (3 µg/g) yaitu sampel lipstik kode R4 warna coklat gelap (dark brown) dan R4 warna merah muda terang (shocking pink) dengan kadar berturut-turut yaitu 3,22844 ± 0,14495 µg/g dan 3,10236 ± 0,39800 µg/g. Kadar timbal lipstik yang melebihi batas yang ditetapkan oleh BPOM RI (< 20 µg/g) yaitu sampel lipstik kode TR1 dan TR3 warna coklat gelap (dark brown) dengan kadar berturut-turut yaitu 29,74696 ± 2,97676 µg/g dan 128,34062 ± 9,48087 µg/g dan sampel lipstik kode TR3 warna merah muda terang (shocking pink) dengan kadar 55,32685 ± 7,11639 µg/g.

(7)

Name : Yeyet Durotul Yatimah Program Study : Pharmacy

Title : Analysis Contamination of Cadmium and Lead in Some Lipstick Brands at Ciputat by Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS)

In this modern age the use of lipstick keeps elevated. Lipstick is one of some common cosmetics used by women. That’s why lipstick must be safe and must not contain hazardous substances such as heavy metals. Lipstick can be contaminated by heavy metals such as cadmium and lead. This study intended to determine the levels of cadmium and lead in some brands of dark brown and shocking pink lipstick which have been and haven’t been registered by BPOM RI that available in Ciputat. Sample preparation was done by using the wet destruction using 65% HNO3: 30% H2O2 (3:1). Cadmium and lead were analyzed

using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) at a specific wavelength respectively 228.8 nm and 283,3 nm. Determination of cadmium and lead based on regulations from Health Canada and BPOM RI No.HK.03.1.23.07.11.6662. The results showed, the sample that contain exceed levels of cadmium limited by Health Canada (3 µg/g) are the sample lipstick code R4 of dark brown color and code R4 of shocking pink color, and the level of cadmium respectively 3,22844 ± 0.14495 µg/g and 3.10236 ± 0.39800 µg/g. Sample of lipstick that contain exceed levels of lead, regulated by BPOM RI (<20 µg/g), are the lipstick sample code TR1 and TR3 of dark brown color, the level of lead repectively are 29.74696 ± 2.97676 µg/g and 128,34 062 ± 9.48087 µg/g. Sample code TR3 of shocking pink color also contain exceed levels of lead and the level is 55.32685 ± 7.11639 µg/g.

(8)

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaanirrahiim

Alhamdulillah, puji syukur kehadiratan Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

skripsi dengan judul “Analisa Cemaran Logam Berat Kadmium dan Timbal Pada Beberapa Merek Lipstik Yang Beredar Di Daerah Ciputat Dengan Menggunakan

Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan program pendidikan tingkat Strata 1 (S1) pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta.

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku pembimbing pertama dan ibu Lina Elfita, M.Si., Apt selaku pembimbing kedua, yang memiliki andil besar dalam proses penelitian dan penyelesaian tugas akhir saya ini, semoga segala bantuan dan bimbingan bapak dan ibu mendapat imbalan yang lebih baik di sisi-Nya

2. Bapak Prof. DR. Dr (hc). M. K Tadjudin, Sp. And. selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta

3. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc. selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta

(9)

5. Kak Lisna, Kak Eris, Kak Tiwi, Kak Liken, Kak Rani, Kak Rahmadi, Kak wahyu dan Kak Nita atas dukungan dan kerjasamanya selama kegiatan penelitian

6. Indah, Mayta, Annisa N.F, Auva, Biela, Myra, Delvina, Ipho, Adina, Yuni, Metha, Afifah, Kak Nisa, Kak Bella, dan Kak gian yang telah banyak memberi motivasi dan semangat.

7. Teman-teman seperjuangan Farmasi angkatan 2010 atas semangat serta dukungan moril yang tak terlupakan

8. Kedua orang tua, Ayahanda tersayang H.Satibi dan Ibunda Hj. Mikah yang selalu memberikan kasih sayang, doa yang tidak pernah putus dan dukungan baik moril maupun material. Tidak ada apapun didunia ini yang dapat membalas semua kebaikan cinta dan kasih sayang yang telah kalian berikan kepada anakmu, semoga Allah selalu memberikan keberkahan, kesehatan, keselamatan, perlindungan, cinta dan kasih sayang kepada kedua orang tua hamba tercinta.

9. Adik-adikku tersayang Muhamad Irfan dan Syafira Ramadania Putri yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

10.Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan hingga terwujudnya skripsi ini.

Penulis m e n ya d a r i b a h w a s k r i p s i i n i m a s i h j a u h d a r i s e m p u r n a , n a m u n p e n u l i s berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Akhir kata, penulis berharap semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dicatat sebagai amal ibadah dan dibalas oleh Allah SWT. Aamiin.

Ciputat, 26 Juni 2014

(10)

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yeyet Durotul Yatimah

Nim : 1110102000013

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul

ANALISA CEMARAN LOGAM BERAT KADMIUM DAN TIMBAL PADA BEBERAPA MEREK LIPSTIK YANG BEREDAR DI DAERAH CIPUTAT DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

(SSA)

Untuk dipublikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta

Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat Pada Tanggal : 13 Juli 2014

Yang Menyatakan,

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... x

DAFTAR ISI ... xi

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Lipstik ... 5

2.1.1 Fungsi Lipstik ... 5

2.1.2 Jenis Lipstik ... 6

2.1.3 Komposisi Lipstik ... 8

2.1.4 Pembuatan Lipstik ... 10

2.2 Struktur Anatomi Bibir ... 10

2.3 Logam Berat ... 10

2.3.1 Logam Berat Kadmium (Cd) ... 11

2.3.1.1 Karakteristik Kadmium (Cd) ... 11

2.3.1.2 Bahaya Kadmium (Cd) ... 11

2.3.2 Logam Berat Timbal (Pb) ... 12

2.3.2.1 Karakteristik Timbal (Pb) ... 12

2.3.2.2 Keracunan Timbal ... 13

2.4 Sumber-sumber Potensi Logam Berat Pada Lipstik ... 15

2.5 Destruksi ... 15

2.5.1 Destruksi Basah ... 16

2.5.2 Destruksi Kering ... 16

2.6 Spektrofotometri Serapan Atom ... 17

2.6.1 Instrumen Spektrofotometri Serapan Atom... 18

2.6.2 Gangguan Pada Spektrofotometri Serapan Atom... 21

2.6.3 Kelebihan dan Keterbatasan Spektrofotometri Serapan Atom ... 22

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 23

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 23

3.1.1 Tempat Penelitian ... 23

(12)

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2 Sampel ... 23

3.3 Alat dan Bahan ... 23

3.3.1 Alat ... 23

3.3.2 Bahan ... 23

3.4 Tahapan Penelitian ... 24

3.4.1 Sampel Uji ... 24

3.4.1.1 Pendataan Merek Lipstik yang Beredar di Daerah Ciputat ... 24

3.4.1.2 Pengambilan sampel Uji ... 24

3.5 Analisa Kadmium dan Timbal Pada Beberapa Merek Lipstik ... 24

3.5.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kadmiun dan Timbal ... 24

3.5.1.1 Kurva Kalibrasi Kadmium ... 24

3.5.1.2 Kurva Kalibrasi Timbal ... 24

3.5.2 Preparasi Sampel ... 25

3.5.3 Penentuan Kadmium dan Timbal Dalam Sampel ... 25

3.5.3.1Penentuan Kadmium Dalam Sampel ... 25

3.5.3.2 Penentuan Kadar Timbal Dalam Sampel ... 25

3.5.4 Perhitungan ... 26

3.5.5 Persyaratan Cemaran Logam Kadmium dan Timbal ... 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Pendataan Merek Lipstik Yang Beredar di Daerah Ciputat ... 28

4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi ... 30

4.3 Preparasi Sampel ... 32

4.4 Penentuan Kadar Cemaran Kadmium dan Timbal dalam Beberapa Merek Lipstik ... 34

4.4.1 Kadar Kadmium dalam Beberapa Merek Lipstik ... 34

4.4.2 Kadar Timbal dalam Beberapa Merek Lipstik ... 37

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Lipstik Jenis Stik ... 6

Gambar 2.2 Lipstik Jenis Palet ... 6

Gambar 2.3 Lipstik Jenis Pen Lip Polish ... 7

Gambar 2.4 Lipstik Jenis Liquid ... 7

Gambar 2.5 Lipstik Jenis Pasta ... 7

Gambar 2.6 Komponen Spektrofotometri Serapan Atom ... 17

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Kadmium ... 31

Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Timbal ... 32

Gambar 4.3 Grafik Kadar Kadmium Dalam Lipstik Coklat Gelap ... 35

Gambar 4.4 Grafik Kadar Kadmium Dalam Lipstik Merah Muda Terang... 36

Gambar 4.5 Grafik Kadar Timbal Dalam Lipstik Coklat Gelap ... 38

(14)

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Pendataan Merek Lipstik Yang Beredar Di Daerah

Ciputat ... 29

Tabel 4.2 Data Kode Merek Dan Jumlah Lipstik Yang Teregistrasi dan Tidak Teregistrasi ... 29

Tabel 4.3 Kurva Kalibrasi Kadmium ... 31

Tabel 4.4 Kurva Kalibrasi Timbal ... 31

Tabel 4.5 Kadar Cd Dalam Lipstik Coklat Gelap ... 35

Tabel 4.6 Kadar Kadmium Dalam Lipstik Merah Muda Terang ... 36

Tabel 4.7 Kadar Timbal Dalam Lipstik Coklat Gelap ... 38

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Alur Penelitian ... 48

Lampiran 2 Gambar Alat dan Bahan Penelitian ... 49

Lampiran 3 Spektrofotometri Serapan Atom ... 49

Lampiran 4 Sampel Lipstik Merah Muda Terang dan coklat gelap... 49

Lampiran 5 Proses Destruksi Basah ... 51

Lampiran 6 Data Absorbansi Kadmium Pada Lipstik Coklat Gelap ... 52

Lampiran 7 Data Absorbansi Kadmium Pada Lipstik Merah Muda Terang . 52 Lampiran 8 Data Absorbansi Timbal Pada Lipstik Coklat Gelap... 52

Lampiran 9 Data Absorbansi Timbal Pada Lipstik Pink Cerah ... 53

Lampiran 10 Data Bobot Sampel Lipstik Coklat Gelap ... 53

Lampiran 11 Data Bobot Sampel Lipstik Merah Muda Terang ... 53

Lampiran 12 Data Konsentrasi Kadmium Hasil Analisa AAS Pada Lipstik Coklat Gelap ... 54

Lampiran 13 Data Konsentrasi Kadmium Hasil Analisa AAS Pada Lipstik Merah Muda Terang ... 54

Lampiran 14 Data Konsentrasi Timbal Hasil Analisa AAS Pada Lipstik Coklat Gelap ... 55

Lampiran 15 Data Konsentrasi Timbal Hasil Analisa AAS Pada Lipstik Merah Muda Terang ... 55

Lampiran 16 Data Kadar Kadmium Pada Lipstik Coklat Gelap ... 56

Lampiran 17 Data Kadar Kadmium Pada Lipstik Merah Muda Terang ... 56

Lampiran 18 Data Kadar Timbal Pada Lipstik Coklat Gelap ... 56

Lampiran 19 Data Kadar Timbal Pada Lipstik Merah Muda Terang ... 57

Lampiran 20 Contoh Cara Perhitungan Kadar Kadmium dalam Lipstik ... 57

Lampiran 21 Contoh Cara Perhitungan Kadar Timbal dalam Lipstik ... 58

Lampiran 22 Perhitungan Pembuatan Larutan Standar Kadmium ... 59

Lampiran 23 Perhitungan Pembuatan Larutan Standar Timbal ... 60

Lampiran 24 Sertifikat Analisis HNO3 65 % ... 61

(16)

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah

Penggunaan kosmetik terus meningkat dewasa ini (Valda Mamoto dan Fatimawali, 2013). Kosmetik berasal dari kata Yunani yaitu

kosmetikos yang mempunyai arti keterampilan menghias atau mengatur. Kosmetik merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan khususnya untuk wanita. Produk-produk kosmetik dipakai secara berulang setiap hari di seluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki, sehingga diperlukan persyaratan yang aman untuk dipakai (Tranggono dan Latifah, 2007).

Salah satu kosmetik yang sering digunakan oleh wanita adalah lipstik (Valda Mamoto dan Fatimawali, 2013). Lipstik merupakan campuran dari lilin, minyak dan pewarna dalam berbagai konsentrasi untuk menghasilkan suatu produk akhir (Barel et al., 2009). Lipstik digunakan untuk mewarnai bibir sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada bibir (Mukaromah, 2008). Lipstik juga digunakan untuk melembabkan bibir yang dapat kering karena akibat dari cuaca yang kering ataupun dingin (Departemen Kesehatan RI, 1985). Lipstik harus aman dan tidak mengandung bahan-bahan berbahaya yang melebihi batas yang ditetapkan karena dapat ikut masuk bersama makanan atau minuman yang dikonsumsi.

(17)

yaitu timbal (Pb), kadmium (Cd), Merkuri (Hg), Arsenik (As) dan lain-lain (Agustina, 2010).

Menurut Nnorom et al (2005), dua logam berat yang berpotensi berbahaya adalah kadmium (Cd) dan timbal (Pb). Kadmium adalah elemen yang sangat toksik dengan waktu paruh yang cukup lama. Penimbunan kadmium terutama pada ginjal, kulit, paru dan pankreas (Arisman, 2008). Pada orang dewasa, kadmium dapat menyebabkan kanker payudara, penyakit kardiovaskular atau paru-paru, penyakit jantung, kegagalan reproduktif bahkan dapat menyebabkan kemandulan (Istarani dan Ellina, 2014 dan Agustina, 2010). Sedangkan timbal dapat mengakibatkan gangguan sintesis darah, hipertensi, hiperaktivitas, kerusakan otak, disfungsi ginjal dan retardasi mental (anak-anak lebih sensitif) (Herman, 2006 dan Widyaastuti, 2002). Pada wanita hamil timbal dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir, timbal akan dikeluarkan bersama air susu ibu (Widowati et al,2008).

Cemaran kadmium dan timbal pada lipstik telah ditemukan di beberapa negara seperti; pada Oktober 2005, kadmium dan timbal ditemukan di Umuahia, Nigeria Tenggara (Nnorom et al., 2005). Pada tahun 2012, di Iran ditemukan cemaran kadmium dan timbal pada lipstik yang di impor dari berbagai negara (USA, Perancis, Inggris, Korea, China, Turki, Canada, Taiwan, dan Jerman), yang kemudian dibandingkan dengan lipstik dari Iran (Ziarati et al., 2012). Pada Mei 2013, ditemukan cemaran kadmium dan timbal dalam berbagai merek lipstik di pasar lokal, Faisalabad, Pakistan (Khalida A, et al., 2013). Selanjutnya ditemukan cemaran kadmium dan timbal pada lipstik dan lipgloss milik member

Asian Communities for Reproductive Justice (ACRJ) di Oakland, California (Liu, et al., 2013). Di Indonesia telah ditemukan cemaran kadmium dan timbal pada lipstik dalam negeri dan luar negeri (Supriyadi, 2008).

(18)

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

secara alami mengandung Pb seperti pada beewax yang mengandung Pb ≤ 10 ppm. Pewarna yang digunakan mengandung kadmium dan timbal seperti iron oxide yang mengandung kadmium ≤ 1 ppm dan timbal ≤ 10

ppm (Rowe et al, 2009). Selain itu, cemaran kadmium dan timbal dapat tercemar pada saat produksi seperti berasal dari solder kadmium dan timbal atau pada peralatan untuk produksi lipstik yang menggunakan cat mengandung kadmium dan timbal (Nourmoradi et al., 2013 dan Hepp et al., 2009).

Pemilihan warna lipstik berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Ziarati et al (2012) bahwa kadar timbal tertinggi terdapat pada lipstik warna merah muda (± 40 µg/g) dan kadar kadmium tertinggi terdapat pada lipstik warna coklat (± 1,2 µg/g) dan berdasarkan penelitian oleh Khalida A, et al (2013) bahwa kadar timbal tertinggi terdapat pada lipstik warna coklat gelap (dark brown) yaitu ± 4 µg/g, sedangkan kadar kadmium tertinggi terdapat pada lipstik warna merah muda terang (shocking pink) yaitu ± 3,7 µg/g. Berdasarkan uraian di atas, maka menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). SSA adalah suatu alat instrumen analisa yang dapat menentukan konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan yang didasarkan pada proses penyerapan radiasi sumber oleh atom-atom yang berada tingkat energi dasar (ground state)

(Boybul dan Iis Haryati, 2009). Menurut Watson (2005), SSA merupakan suatu metode analisis yang sangat spesifik dan sensitif.

(19)

Canada yaitu 3 µg/g (Health Canada, 2011). Sedangkan batas aman cemaran logam berat timbal menurut peraturan kepala BPOM RI nomor HK.03.1.23.07.11.6662 adalah < 20 µg/g (BPOM RI, 2011).

Berdasarkan hal-hal di atas, maka dilakukan penelitian tentang analisis cemaran logam berat kadmium dan timbal pada beberapa merek lipstik dengan menggunakan SSA. Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang cemaran kadmium dan timbal pada lipstik serta efek pada kesehatan.

I.2 Perumusan Masalah

1. Berapa kadar logam berat kadmium dan timbal pada beberapa merek lipstik yang beredar di daerah Ciputat ?

2. Apakah kadar logam berat kadmium dan timbal pada beberapa merek lipstik yang beredar di daerah Ciputat melebihi batas aman yang telah di tetapkan oleh Health Canada dan BPOM RI ?

I.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kadar logam berat kadmium dan timbal pada beberapa merek lipstik yang beredar di daerah Ciputat.

2. Untuk mengetahui kesesuaian kadar logam berat kadmium dan timbal pada beberapa merek lipstik yang beredar di daerah Ciputat dengan batas aman yang telah ditetapkan oleh Health Canada dan BPOM RI.

I.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang cemaran kadmium dan timbal pada lipstik dan bahaya menggunakan lipstik yang mengandung logam berat kadmium dan timbal.

2. Menjadi bahan masukan bagi Dinas Kesehatan, BPOM RI tentang kemungkinan kandungan logam berat kadmium dan timbal yang beredar di daerah Ciputat.

(20)

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lipstik

Lipstik adalah produk kosmetik paling luas digunakan (Tranggono dan latifah, 2007). Lipstik merupakan campuran dari lilin, minyak, dan pigmen dalam berbagai konsentrasi untuk menghasilkan suatu produk (Barel et al, 2009). Lipstik disimpan dalam wadah logam atau plastik dengan tutup pulir dan dalam keadaan tertutup (Departemen Kesehatan RI, 1985).

Menurut Tranggono dan Latifah (2007) persyaratan lipstik yang dituntut oleh masyarakat antara lain :

1. Melapisi bibir secara mencukupi

2. Dapat bertahan di bibir selama mungkin

3. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket 4. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir 5. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya 6. Memberikan warna yang merata pada bibir

7. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya 8. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng

atau bintik, atau memperlihatkan hal-hal lain yang tidak menarik.

2.1.1 Fungsi Lipstik

(21)

2.1.2 Jenis Lipstik

Menurut Chenny Han (2010) ada beragam jenis lipstik sebagai berikut:

1. Stik

Jenis ini tidak mengkilap, sedikit lembab, dan mudah digunakan.

Gambar 2.1 Lipstik jenis stik [Sumber: Chenny Han, 2010]

2. Palet

Dalam satu wadah terdapat beberapa jenis warna. Jenis ini biasanya berupa krim padat atau balm.

Gambar 1.2 Lipstik jenis palet [Sumber: Chenny Han, 2010]

3. Pen Lip Polish

(22)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 1.3 Lipstik jenis pen lip polish [Sumber: Chenny Han, 2010]

4. Liquid

Bentuknya cair, mengkilap dan pekat. Biasanya kemasannya dilengkapi dengan spons atau kuas dibagian ujung untuk memudahkan pengolesan.

Gambar 1.4 Lipstik jenis Liquid [Sumber: Chenny Han, 2010]

5. Pasta

Bentuknya semacam gel cair, dikemas dalam bentuk tube seperti pasta gigi dan dapat membuat bibir mengkilap.

(23)

2.1.3 Komposisi Lipstik

Secara garis besar, lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal yaitu mendekati suhu bibir (36-38oC). Salah satu faktor yang harus diperhatikan pada lipstik adalah faktor ketahanan terhadap suhu cuaca disekelilingnya, terutama suhu daerah tropik. Suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yaitu lebih kurang 62oC, biasanya berkisar antara 55-75oC (Departemen Kesehatan RI, 1985).

Komposisi lipstik antara lain: 1. Lilin

Lilin berperan pada kekerasan lipstik. Misalnya: carnauba wax, parafin waxes, ozokerite, beewax, candelila wax, ceresine (Tranggono dan Latifah, 2007).

2. Minyak

Fase minyak dalam lipstik memiliki kemampuan melarutkan zat-zat warna eosin. Misalnya: castor oil, tetrahydrofurfuryl alkohol, fatty acid alkylolamides, dihydroc alkohol beserta monoeter dan mono fatty acid esternya, isopropyl myristate, isopropyl, butyl stearate, paraffin oil (Tranggono dan Latifah, 2007).

3. Lemak

Lemak berperan untuk melembabkan dan memberikan kesan mengkilap (Chee et al. 2010). Misalnya, krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi (misalnya hydrogenatd castrol oil), cetyl alcohol, oleyil alkohol, lanolin (Tranggono dan Latifah, 2007).

4. Asetogliserid

(24)

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Zat-zat pewarna

Zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah zat warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutannya di dalam minyak. Pelarut terbaik untuk eosin adalah castrol oil (Tranggono dan Latifah, 2007). Castrol oil berfungsi sebagai emolien untuk menghaluskan dan melembutkan kulit serta bersifat melembabkan (Widodo dan Sumarsih, 2007).

6. Antioksidan

Antioksidan yang digunakan harus memenuhi syarat (Wasitaatmadja, 1997):

a. Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam kosmetika.

b. Tidak berwarna. c. Tidak toksik.

d. Tidak berubah meskipun disimpan lama. 7. Pengawet

Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan lipstik sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi pada permukaan lipstik sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik. Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben (Poucher, 2000).

8. Parfum

Bahan pewangi (fragnance) atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar (flavoring), harus mampu menutupi bau dan rasa kurang sedap dari lemak-lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang menyenangkan (Tranggono dan Latifah, 2007).

9. Surfaktan

(25)

2.1.4 Pembuatan Lipstik

Pada umumnya pembuatan lipstik meliputi 3 tahap :

1. Penyiapan campuran komponen, yaitu campuran minyak-minyak, campuranzat-zat warna, dan campuran wax.

2. Pencampuran semua itu membentuk massa lipstik.

3. Pencetakan massa lipstik menjadi batangan-batangan lipstik (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2 Struktur Anatomi Bibir

Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri karena lapisan jangatnya sangat tipis. Kandungan lemaknya sedikit sehingga dalam cuaca yang kering dan dingin lapisan jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah yang memungkinkan zat yang melekat padanya mudah penetrasi ke stratum germinativum (Departemen Kesehatan RI, 1985).

Bibir terdiri dari bagian eksternal yang ditutupi oleh kulit, sedangkan bagian internal oleh jaringan epitel yang mengandung mukosa. Bagian ini memiliki banyak pembuluh darah dan ujung-ujung saraf sensorik (Syaifuddin, 2009). Selain itu juga terdapat otot orbikularis oris

menutup bibir, levator anguli oris mengangkat, dan depresor anguli oris

menekan ujung mulut (Pearce, 2009). Bibir memiliki sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang akan digunakan untuk sediaan bibir, terutama dalam hal memilih lemak, pigmen dan zat pengawet yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan (Departemen Kesehatan RI, 1985).

2.3 Logam Berat

(26)

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

termasuk elemen mikro merupakan kelompok logam berat yang nonesensial yang tidak mempunyai fungsi sama sekali dalam tubuh. Logam tersebut bahkan sangat berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan (toksik) pada manusia yaitu: timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As) dan cadmium (Cd) (Agustina, 2010).

2.3.1 Logam Berat Kadmium (Cd)

2.3.1.1 Karakteristik Kadmium (Cd)

Kadmium adalah metal berbentuk kristal putih keperakan (Slamet, 2004). Kadmium merupakan bahan alami yang terdapat dalam kerak bumi. Umumnya kadmium terdapat dalam kombinasi dengan element lain seperti oksigen (kadmium oxide), klorin (kadmium cloride) dan belerang (kadmium sulfide). Senyawa ini stabil, padat, tak mudah menguap, namun kadmium oxide sering dijumpai sebagai partikel kecil dalam udara. Kebanyakan kadmium merupakan produk samping dalam pengecoroan seng, timah atau tembaga (Jeyaratnam dan David Koh. 2010).

2.3.1.2 Bahaya Kadmium (Cd)

Menurut Sudarmaji et al (2006) dan Istarani (2014) gejala akut dan kronis akibat keracunan kadmium sebagai berikut :

 Gejala akut :

a. Sesak dada.

b. Kerongkongan kering dan dada terasa sesak (constriction of chest).

c. Nafas pendek.

d. Nafas terengah-engah, distress dan bisa berkembang ke arah penyakit radang paru-paru.

e. Sakit kepala dan menggigil.

f. Mungkin dapat menyebabkan kematian.

 Gejala kronis:

(27)

c. Gigi terasa ngilu dan berwarna kuning keemasan. Selain menyerang pernafasan dan gigi, keracunan yang bersifat kronis menyerang juga saluran pencernaan, ginjal, hati dan tulang. d. Kanker payudara.

e. Penyakit kardiovaskular.

2.3.2 Logam Berat Timbal (Pb)

2.3.2.1 Karakteristik Timbal (Pb)

Timbal mempunyai nomor atom 82, berat molekul 207,19 dan berat jenis 11,34. Timbal berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh 327,5 0C dan titik didih pada tekanan atmosfer 1740 0C (Tangahu et al., 2011). Timbal sebagai logam berat merupakan unsur yang terbanyak di alam. Timbal nampak mengkilap atau berkilauan ketika baru dipotong, tetapi segera menjadi buram ketika kontak dengan udara terbuka (Sugiyarto dan Retno, 2010).

Menurut Sudarmaji et al (2006), kadar Pb yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus Pb yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat didalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Pb yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5 - 25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1- 60

μg/liter. Secara alami Pb juga ditemukan di permukaan air. Kadar Pb pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1 -10 μg/liter. Dalam air laut kadar Pb lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaranpun mengandung Pb sekitar 0,07 μg/liter. Kandungan Pb dalam air danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10

μg/liter. Secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001 - 0,001 μg/m3. Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4

(anglesite) dan ternyata golena merupakan sumber utama Pb yang berasal dari tambang.

(28)

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Timbal mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk cair dibutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.

2. Timbal merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai bentuk.

3. Sifat-sifat kimia timbal menyebabkan logam ini berfungsi sebagai lapisan pelindung jika kontak dengan udara lembab.

4. Timbal dapat membentuk alloy dengan logam lainnya. Alloy yang terbentuk mempunyai sifat berbeda dengan timbal yang murni. 5. Densitas timbal lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya

kecuali emas dan merkuri (Fardiaz, 1992)

2.3.2.2 Keracunan Timbal (Pb)

Menurut Richard N et al (2006) keracunan timbal disebabkan oleh hal-hal berikut ini :

a. Afinitasnya tinggi untuk gugus sulfihidril, dapat menghambat fungsi enzim seperti enzim-enzim yang terlibat dalam penyatuan besi kedalam molekul heme.

b. Kompetisi dengan ion kalsium untuk memperebutkan penyimpanannya di dalam tulang.

c. Inhibisi enzim yang berkaitan dengan membran sel sehingga terjadi gangguan pada kelangsungan hidup sel darah merah (hemolisis), kerusakan ginjal dan hipertensi.

d. Gangguan pada metabolisme 1,25 dihidroksivitamin D.

Paparan bahan tercemar Pb dapat menyebabkan gangguan pada organ sebagai berikut :

a. Gangguan terhadap fungsi ginjal

(29)

aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis

b. Gangguan terhadap sistem reproduksi.

Pb dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin. Pb mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak -anak sangat peka terhadap paparan Pb di udara. Paparan Pb dengan kadar yang rendah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ. Pada wanita hamil Pb dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir, Pb akan dikeluarkan bersama air susu ibu (Widowati et al.,2008). c. Gangguan terhadap sistem hemopoitik

Keracunan Pb dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat besi dalam serum. Anemia ringan yang terjadi disertai dengan sedikit peningkatan kadar ALA (Amino Levulinic Acid) urine. Dapat dikatakan bahwa gejala anemia merupakan gejala dini dari keracunan Pb pada manusia.

d. Gangguan terhadap sistem syaraf

Efek pencemaran Pb terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Paparan menahun dengan Pb dapat menyebabkan lead encephalopathy. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas, gampang tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya kecerdasan.

(30)

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tempat pengumpulan Pb karena sifat-sifat ion Pb2+ yang hampir sama dengan dengan Ca2+ (Fardiaz, 1992). Dalam tubuh, lebih dari 90 % Pb disimpan dalam tulang (Sumardjo, 2009).

2.4 Sumber-sumber Potensi Logam Berat Pada Lipstik  Kadmium

Kadmium adalah salah satu logam berat yang ditemukan dalam pigmen anorganik produk kosmetik. Sehingga lipstik kemungkinan tercemar oleh kadmium (Nourmoradi et al., 2013).

 Timbal

Lipstik dapat terkontaminasi dengan timbal dapat disebabkan karena bahan dasar yang digunakan secara alami mengandung logam berat atau tercemar selama produksi (Nourmoradi et al., 2013). Menurut Hepp et al (2009), kontaminasi timbal pada lipstik mungkin berasal dari solder timbal atau pada peralatan yang digunakan untuk produksi lipstik yang menggunakan cat yang mengandung timbal. Timbal dapat digunakan sebagai zat warna seperti Pb karbonat dan Pb sulfat (Ardyanto, 2005).

2.5 Destruksi

(31)

2.5.1 Destruksi Basah

Pada umumnya destruksi basah dapat menentukan unsur-unsur dengan konsentrasi yang rendah (Wulandari dan Sukesi, 2013). Destruksi basah dilakukan dengan cara menguraikan bahan organik dalam larutan asam pengoksidasi pekat (H2SO4, HNO3, H2O2 dan HClO4) dengan

pemanasan sampai jernih. Mineral anorganik akan tertinggal dan larut dalam larutan asam kuat. Mineral berada dalam bentuk kation logam dan ikatan kimia dengan senyawa organik telah terurai. Larutan selanjutnya disaring dan siap dianalisis dengan SSA (Dewi, 2012).

Larutan asam nitrat pekat merupakan asam yang paling efektif dan paling sering digunakan dalam destruksi basah karena dapat memecah sampel menjadi senyawa yang mudah terurai dan larutan asam nirtat pekat sendiri sukar menguap. (Dewi, 2011). Preparasi sampel dengan metode destruksi basah dilakukan pada suhu rendah dan dengan penambahan campuran asam kuat untuk mendestruksi senyawa organik dan bahan lain dalam sampel. Metode destruksi basah lebih sering dilakukan untuk analisis sampel yang mudah menguap. Keuntungan dengan metode analisis ini adalah waktu dan proses pengerjaannya lebih cepat, kehilangan mineral akibat penguapan dapat dihindari. Hanya saja dengan metode destruksi basah ini kemungkinan kesalahan lebih besar akibat penggunaan reagen yang lebih banyak dan dalam pengerjaannya membutuhkan perhatian yang ekstra dari analis karena dalam pelaksanaannya reaksi yang terjadi berlangsung kuat dan dapat membuat residu keluar, maka selama pemanasan harus lebih berhati-hati (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.5.2 Destruksi Kering

Destruksi kering dilakukan dengan cara sampel yang akan dianalisis dipanaskan pada temperatur lebih dari 500ºC. Selain itu dapat menguapkan senyawa organik dari C,H,O dan N menjadi gas seperti CO2,

CO, NO, NO2, H2O, dan sebagainya. Keuntungan metode ini adalah

(32)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

samping itu, dapat juga terjadi reaksi antara unsur dengan bahan wadah. Pada destruksi kering, material yang berisi unsur yang rendah ditempatkan dalam wadah silika atau porselin (Dewi, 2012).

2.6 Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom (SSA) adalah suatu metode analisis untuk menentukan konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan yang didasarkan pada proses penyerapan radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar (ground state). Proses penyerapan energi terjadi pada panjang gelombang yang spesifik dan karakteristik untuk tiap unsur. Proses penyerapan tersebut menyebabkan atom penyerap tereksitasi, dimana elektron dari kulit atom meloncat ke tingkat energi yang lebih tinggi. Banyaknya intensitas radiasi yang diserap sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat energi dasar yang menyerap energi radiasi tersebut. Dengan mengukur tingkat penyerapan radiasi (absorbansi) atau mengukur radiasi yang diteruskan (transmitansi), maka konsentrasi unsur di dalam cuplikan dapat ditentukan (Boybul dan Iis Haryati, 2009).

Metode SSA berdasarkan pada prinsip absorbsi cahaya oleh atom. Atom- atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.6.1 Instrumen Spektrofotometri Serapan Atom

(33)

a. Sumber Sinar

Sumber sinar yang dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow cathoda lamp). Lampu terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon). Bila antara anoda dan katoda diberi selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakkan dengan gas-gas mulia yang diisikan tadi. Akibat dari tabrakkan-tabrakkan ini membuat unsur-unsur gas mulia akan kehilangan elektron dan menjadi bermuatan positif. Ion-ion gas mulia yang bermuatan positif ini selanjutnya akan bergerak ke katoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi pula. Pada katoda terdapat unsur-unsur yang sesuai dengan unsur yang dianalisis. Unsur-unsur ini akan ditabrak oleh ion-ion positif gas mulia. Akibat tabrakan ini, unsur-unsur akan terlempar ke luar dari permukaan katoda. Atom-atom unsur dari katoda ini mungkin akan mengalami eksitasi ke tingkat energi-energi elektron yang lebih tinggi dan akan memancarkan spektrum pencaran dari unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis (Gandjar dan Rohman, 2007).

b. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan SSA, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu dengan nyala (flame) dan dengan tanpa nyala (flameless) (Gandjar dan Rohman, 2007).

1. Nyala (flame)

(34)

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tergantung pada gas-gas yang digunakan, misalkan untuk gas batu bara-udara, suhunya kira-kira sebesar 18000C, gas alam-udara 17000C, Asetilen-udara 22000C, dan gas asetilen-dinitrogen oksida (N2O) sebesar 30000C (Gandjar dan Rohman, 2007).

Pemilihan macam bahan bakar sangat mempengaruhi suhu nyala. Komposisi perbandingannya sangat mempengaruhi suhu nyala. Sumber nyala yang paling banyak digunakan adalah campuran asetilen sebagai bahan pembakar dan udara sebagai pengoksidasi. Propana-udara dipilih untuk logam-logam alkali karena suhu nyala yang lebih rendah akan mengurangi banyaknya ionisasi. Nyala hidrogen-udara lebih jernih daripada nyala asetilen-udara dalam daerah UV (di bawah 220 nm) dan juga karena sifatnya yang mereduksi maka nyala ini sesuai untuk penetapan arsenik dan selenium (Gandjar dan Rohman, 2007).

Cara pengatoman pada nyala yaitu dengan memasukkan sampel ke dalam nyala dengan cara yang ajeg dan seragam membutuhkan suatu alat yang mampu mendispersikan sampel secara seragam di dalam nyala. Ada beberapa cara atomisasi dengan nyala ini, yaitu :

 Cara langsung (Pembakaran konsumsi total atau total consumption burner)

Pada cara ini, sampel dihembuskan secara langsung ke dalam nyala, dan semua sampel akan dibakar oleh pembakar. Variasi ukuran kabut (droplet) sangat besar. Diameter partikel rata-rata sebesar 20 mikron, dan sejumlah partikel ada yang mempunyai diameter lebih besar 40 mikron. Semakin besar kabut yang melewati nyala (tanpa semuanya diuapkan), maka efisiensinya semakin rendah(Gandjar dan Rohman, 2007).

 Cara tidak langsung

(35)

akan tertahan dan tidak masuk ke dalam nyala. Dengan cara ini, ukuran terbesar yang masuk ke dalam nyala ± 10 mikron sehingga nyala lebih stabil dibandingkan dengan cara langsung. Masalah yang terkait dengan penggunaan cara ini adalah adanya kemungkinan nyala membakar pencampuran dan terjadi ledakan. Akan tetapi, hal ini dapat dihindari dengan menggunakan lubang sempit atau dengan cara mematuhi aturan yang benar terkait dengan cara menghidupkan gas (Gandjar dan Rohman, 2007). 2. Tanpa nyala (flameless)

Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom gagal mencapai nyala, tetesan sampel yang masuk ke dalam nyala terlalu besar, dan proses atomisasi kurang sempurna. Oleh karena itu muncullah suatu teknik atomisasi baru yakni atomisasi tanpa nyala. Pengatoman dapat dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil sedikit (untuk sampel cair diambil hanya

beberapa μL. Sementara sampel padat diambil beberapa mg), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi yang memenuhi kaidah analaisa kualitatif (Gandjar dan Rohman, 2007).

Sistem pemanasan dengan tanpa nyala ini dapat melalui 3 tahap yaitu : pengeringan (drying) yang membutuhkan suhu yang relatif rendah, pengabuan (ashing) yang membutuhkan suhu yang lebih tinggi karena untuk menghilangkan matriks kimia dengan mekanisme volatilasi atau pirolisis, dan pengatoman (atomising). Pada umumnya waktu dan suhu pemanasan tanpa nyala dilakukan dengan cara terprogram (Gandjar dan Rohman, 2007).

c. Monokromator

(36)

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Dalam monokromator terdapat chopper (pemecah sinar), suatu alat yang berputar dengan frekuensi atau kecepatan perputaran tertentu (Gandjar dan Rohman, 2007).

d. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton. Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sisitem deteksi yaitu: yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu dan yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi (Gandjar dan Rohman, 2007).

e. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.6.2 Gangguan Pada Spektrofotometri Serapan Atom

Gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam SSA adalah sebagai berikut:

1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala.

2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom yang terjadi dalam nyala (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.6.3 Kelebihan dan Keterbatasan Spektrofotometri Serapan Atom

SSA memiliki kelebihan dan keterbatasan sebagai berikut :

 Kelebihan

(37)

 Keterbatasan

(38)

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat

Penelitian analisa cemaran logam berat kadmium dan timbal pada beberapa merek lipstik yang beredar di daerah Ciputat dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom dilaksanakan di Laboraturium Penelitian II Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.1.2 Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2014.

3.2 Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian adalah dari 4 lipstik teregistrasi berwarna coklat gelap (dark brown), 4 lipstik teregistrasi berwarna merah muda terang (shocking pink), 4 lipstik tidak teregistrasi berwarna coklat gelap (dark brown), dan 4 lipstik tidak teregistrasi berwarna merah muda terang (shocking pink).

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: seperangkat alat SSA (Perkin Elmer), lemari asam, timbangan analitik (AND GH-202), hot plate (MSC 400), labu ukur (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), pipet ukur (Pyrex), mikro pipet (Eppendorf research plus), gelas beker (Pyrex), pipet tetes, tissue, batang pengaduk, vial, corong, lap, dan kertas saring.

3.3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan standar (Cd (NO3)2), larutan standar (Pb(NO3)2) , larutan asam nitrat 65 %

(39)

3.4 Tahapan Penelitian

3.4.1 Sampel Uji

3.4.1.1 Pendataan Merek Lipstik yang Beredar di Daerah Ciputat

Tahap pertama survai lokasi tempat penjualan sampel di daerah Ciputat seperti: Pasar Ciputat, Plaza Ciputat, Giant Cirendeu, Ramayana Ciputat, Carefour Ciputat, Tip Top Ciputat dan Super Indo Ciputat.

3.4.1.2Pengambilan sampel Uji

Sampel uji terdiri dari 4 merek lipstik yang teregistrasi dan 4 merek lipstik yang tidak teregistrasi warna coklat gelap (dark brown) dan merah muda terang (shocking pink) yang dijual di pasar swalayan dan pasar tradisional daerah Ciputat.

3.5 Analisa Logam Berat pada Beberapa Merek Lipstik

3.5.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi (Cd dan Pb) 3.5.1.1 Kurva Kalibrasi Kadmium (Cd)

Larutan induk kadmium (Cd(NO3)2) 1000 ppm dipipet 0,5 mL,

dimasukkan ke labu ukur 100 mL, lalu ditambahkan aquabides sampai tanda batas labu ukur. Diperoleh larutan dengan konsentrasi 5,00 ppm. Larutan konsetrasi 5,00 ppm di encerkan menjadi 0,50 ppm, kemudian diencerkan kembali menjadi 0,01 ppm; 0,02 ppm; 0,04 ppm; 0,08 ppm; 0,16 ppm, dan 0,32 ppm dalam labu ukur 50 mL. Larutan standar yang telah dibuat masing-masing diukur serapannya dengan SSA pada panjang gelombang 228,8 nm, lalu hasilnya diplot menjadi kurva kalibrasi.

3.5.1.2Kurva Kalibrasi Timbal (Pb)

Larutan induk timbal (Pb(NO3)2) 1000 ppm dipipet 0,50 mL,

(40)

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan SSA pada panjang gelombang 283,3 nm, lalu hasilnya diplot menjadi kurva kalibrasi.

3.5.2 Preparasi Sampel

Preparasi sampel dengan menggunakan metode destruksi basah yaitu sampel ditimbang ± 1,00 gram, lalu dimasukkan kedalam gelas beker 250 mL untuk dilakukan destruksi basah dengan menggunakan campuran asam HNO3 65% dan H2O2 30%. Destruksi dilakukan dengan HNO3 65%

sebanyak 15 mL ditambahkan kedalam beker gelas dan sambil dipanaskan di hotplate pada suhu ± 1000 C. Proses ini dilakukan sampai hilangnya asap berwarna coklat. Setelah itu larutan ditambahkan dengan H2O2 30 %

sebanyak 5 mL sedikit demi sedikit sambil dilakukan pemanasan pada suhu ±1000 C. Proses destruksi dihentikan sampai larutan jernih, yang menandakan bahwa proses destruksi telah sempurna. Setelah proses destruksi selesai, larutan didiamkan sampai dingin, lalu larutan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL dan tambahkan aquabides sampai tanda batas labu ukur, kemudian larutan dihomogenkan. Lalu disaring dengan menggunakan kertas saring dan dimasukkan ke dalam vial. Destruksi sampel dilakukan dua kali ulangan (Bukhari, 2013 dan Wulandari, 2013).

3.5.3 Penentuan Kadmium dan Timbal dalam Sampel

3.5.3.1 Penentuan Kadmium dalam Sampel

Untuk menentukan kadar kadmium pada lipstik mula-mula dilakukan pengukuran larutan standar yang telah dipersiapkan terlebih dahulu hingga diperoleh kurva kalibrasi dari larutan standar 0,00; 0,01 ppm; 0,02 ppm; 0,04 ppm; 0,08 ppm; 0,16 ppm; dan 0,32 ppm. Setelahitu dilakukan pengukuran serapan sampel. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan SSA dengan panjang gelombang 283,3 nm

3.5.3.2Penentuan Kadar Timbal dalam Sampel

(41)

kurva kalibrasi dari larutan standar 0,00; 0,10 ppm; 0,30 ppm; 0,50 ppm; 1,00 ppm; 3,00 ppm dan 5,00 ppm. Setelah itu dilakukan pengukuran serapan sampel. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan SSA dengan panjang gelombang 283.3 nm.

3.5.4 Perhitungan (BPOM RI, 2011)

Hitung kadar Pb dan Cd dengan persamaan garis regresi kurva kalibrasi menggunakan rumus:

Kadar kadmium atau timbal (μg/g)

=

=

x F (mL)

Dimana :

C = Konsentrasi kadmium atau timbal dalam sampel yang dihitung dari kurva kalibrasi

F = Volume larutan uji dalam mL

B = Bobot sampel dari larutan uji

3.5.5 Persyaratan Cemaran Logam Berat Kadmium dan Timbal

 Menurut peraturan kepala BPOM RI nomor HK. 03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 bahwa kadmium merupakan bahan yang dilarang dalam kosmetik dan belum ada ketetapan persyaratan cemaran logam berat kadmium, sehingga untuk persyaratan cemaran logam berat kadmium pada penelitian ini mengacu pada ketetapan dari HealthCanada yaitu 3 µg/g.

(42)

27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kadar cemaran logam berat kadmium dan timbal pada beberapa merek lipstik, sehingga dapat diketahui keamanan lipstik tersebut untuk digunakan. Keamanan lipstik pada penelitian ini mengacu pada batas aman (batas maksimum cemaran) kadmium dan timbal yang berturut-turut ditetapkan oleh Health Canada dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). Berdasarkan peraturan kepala BPOM RI nomor HK.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 bahwa kadmium merupakan bahan yang dilarang dalam kosmetik dan belum ada ketetapan batas aman cemaran logam berat kadmium pada lipstik, sehingga untuk batas aman cemaran kadmium pada penelitian ini mengacu pada ketetapan dari Health Canada yaitu 3 µg/g (Health Canada, 2011). Batas aman cemaran logam berat timbal pada lipstik berdasarkan peraturan kepala BPOM RI nomor HK.03.1.23.07.11.6662 yaitu < 20 µg/g (BPOM RI, 2011).

Logam berat kadmium dan timbal dipilih sebagai logam berat yang akan dianalisa kadar cemarannya pada lipstik karena cemaran logam kadmium dan timbal sering ditemukan pada produk kosmetik seperti lipstik dan kedua logam berat tersebut merupakan dua logam berat yang berbahaya terhadap kesehatan khususnya pada wanita, sebagai contoh yaitu kadmium dapat menyebabkan kanker payudara, sedangkan timbal pada wanita hamil, dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir, timbal akan dikeluarkan bersama air susu ibu (Istarani dan Ellina, 2012 dan Widowati et al., 2008).

(43)

Pada penelitian sebelumnya (Supriyadi, 2008) bahwa lipstik produk dalam negeri dan produk luar negeri semuanya mengandung logam timbal dan kadmium dengan kadar masing-masing: 33,61 µg/g dan 3,41 µg/g (untuk produk dalam negeri) dan 63,34 µg/g dan 2,97 µg/g (untuk produk luar negeri). Sehingga dapat di duga bahwa lipstik teregistrasi dan tidak teregistrasi oleh BPOM RI juga mengandung kadmium dan timbal.

Pemilihan warna lipstik berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Ziarati et al (2012) bahwa kadar timbal tertinggi terdapat pada lipstik warna merah muda (± 40 µg/g) dan kadar kadmium tertinggi terdapat pada lipstik warna coklat (± 1,2 µg/g) dan berdasarkan penelitian oleh Khalida A, et al (2013) bahwa kadar timbal tertinggi terdapat pada lipstik warna coklat gelap (dark brown) yaitu ± 4 µg/g, sedangkan kadar kadmium tertinggi terdapat pada lipstik warna merah muda terang (shocking pink) yaitu ± 3,7 µg/g. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini menggunakan lipstik warna coklat gelap (dark brown) dan merah muda terang (shocking pink). Selain itu, kedua warna ini cukup digemari oleh masyarakat daerah Ciputat dan banyak beredar di toko kosmetik.

Penetapan kadar cemaran logam berat kadmium dan timbal pada beberapa merek lipstik dilakukan menggunakan spektrofotometri serapan atom karena waktu pengerjaan yang cepat, sensitif, dan sangat spesifik untuk unsur yang akan dianalisis. Tahapan-tahapan yang dilakukan untuk analisis cemaran logam berat kadmium dan timbal dimulai dengan pendataan merek lipstik yang beredar di daerah Ciputat, pembuatan larutan standar dan kurva kalibrasi, preparasi sampel, dan pengukuran logam berat kadmium dan timbal pada beberapa merek lipstik menggunakan spektrofotometri serapan atom.

4.1 Pendataan Merek Lipstik Yang Beredar di Daerah Ciputat

(44)

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.1. Hasil Pendataan Merek Lipstik yang Beredar di Daerah Ciputat

No Nama Tempat Jumlah Lipstik

Teregistrasi Tidak Teregistrasi

Pemilihan merek lipstik di daerah Ciputat berdasarkan jumlah merek lipstik yang paling banyak beredar di daerah Ciputat, sehingga dapat diasumsikan bahwa merek lipstik tersebut paling banyak digunakan oleh masyarakat. Kemudian, untuk pengambilan sampel uji menggunakan metode sampling secara purposive yaitu dimana pemilihan elemen-elemen untuk menjadi sampel berdasarkan pertimbangan yang tak acak dan kriteria yang sudah ditentukan, sehingga setiap elemen tidak mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih (Supranto, 2007). Jumlah sampel uji secara keseluruhan sebanyak 16 sampel uji, yang terdiri dari 4 lipstik teregistrasi berwarna coklat gelap (dark brown), 4 lipstik teregistrasi berwarna merah muda terang (shocking pink), 4 lipstik tidak teregistrasi berwarna coklat gelap (dark brown), dan 4 lipstik tidak teregistrasi berwarna merah muda terang (shocking pink).

Tabel 4.2 Data Kode Merek dan Jumlah Lipstik Yang Teregistrasi dan Tidak Teregistrasi

Lipstik Yang Teregistrasi Oleh BPOM

Lipstik Yang Tidak Teregistrasi Oleh BPOM

Kode Merek Lipstik Jumlah Kode Merek Lipstik Jumlah

R 1 10 TR 1 7

R 2 9 TR 2 4

R 3 7 TR 3 3

R 4 6 TR 4 3

(45)

R 6 4

R 7 3

R 8 – R 14 2 R 15 – R 16 1

Keterangan : R = lipstik teregistrasi, TR = Lipstik tidak teregistrasi

4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Pembuatan kurva kalibrasi diawali dengan pembuatan beberapa larutan standar kadmium dan timbal dari larutan induk 1000 ppm. Pembuatan larutan standar kadmium dan timbal harus dilakukan secara teliti dan hati-hati untuk menghindari kesalahan sehingga memberikan hasil yang kuantitatif. Masing-masing larutan induk 1000 ppm kemudian di encerkan menjadi 5,00 ppm. Untuk kadmium, larutan konsentrasi 5,00 ppm diencerkan kembali menjadi 0,50 ppm lalu dibuat konsentrasi 0,01 ppm; 0,02 ppm; 0,04 ppm; 0,08 ppm; 0,16 ppm; dan 0,32 ppm dalam labu ukur 50 mL. Sedangkan untuk timbal, larutan konsentrasi 5 ppm dibuat konsentrasi 0,10 ppm; 0,30 ppm; 0,50 ppm; 1,00 ppm; dan 3,00 ppm dalam labu ukur 50 mL. Pemilihan konsentrasi kurva kalibrasi berdasarkan batas persyaratan cemaran logam berat kadmium (3 µg/g) dan timbal (< 20 µg/g). Pemilihan konsentrasi ini agar serapan sampel berada dalam rentang kurva kalibrasi.

Pengukuran serapan kurva kalibrasi menggunakan spektrofotometri serapan atom dengan panjang gelombang yang spesifik untuk kadmium dan timbal. Pengukuran serapan kadmium dan timbal berturut-turut dilakukan pada panjang gelombang 228,8 nm dan 283,3 nm. Pemilihan panjang gelombang tersebut karena merupakan panjang gelombang yang paling kuat menyerap garis untuk transisi elektronik dari tingkat dasar ke tingkat eksitasi (Dewi, 2012). Lalu hasil pengukuran serapan diplot menjadi kurva kalibrasi dan memperoleh persamaan garis linear.

(46)

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.3 Kurva Kalibrasi Kadmium Konsentrasi (ppm) Absorban

0,0000 0,0000

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Kadmium

Sedangkan persamaan garis linear timbal yaitu y = 0,00595x – 0,00009 koefisien korelasi (r) adalah 0,9999. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4 dan gambar 4.2.

(47)

Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Timbal

4.3 Preparasi Sampel

Preparasi sampel dilakukan dengan menggunakan metode destruksi. Destruksi berfungsi untuk memutus ikatan antara senyawa organik dengan logam yang akan dianalisis. Agar unsur-unsur tersebut tidak saling mengganggu, maka salah satu unsurnya harus dihilangkan, dengan adanya proses destruksi maka yang diharapkan tertinggal hanya logam (Dewi, 2012). Destruksi yang digunakan yaitu destruksi basah karena dapat menentukan unsur-unsur dengan konsentrasi yang rendah (Wulandari dan Sukaesih, 2013). Destruksi basah dapat menguraikan bahan organik dalam sampel dengan bantuan asam pengoksidasi pekat dan panas. Asam pengoksidasi pekat dapat digunakan tunggal atau campuran.

Proses destruksi basah pada penelitian ini dengan cara menimbang lipstik sebanyak ± 1,00 gram, kemudian dimasukkan kedalam gelas beker 250 mL dan tambahkan 15 mL HNO3 65 % lalu dipanaskan pada suhu ±

1000C. HNO3 65 % digunakan untuk memecah sampel menjadi senyawa

yang mudah terurai. Sedangkan pemanasan pada suhu 1000C pada proses ini untuk mempercepat proses pemutusan ikatan organologam. Pemanasan pada suhu 1000C diharapkan dapat mencegah larutan HNO3 65 % tidak

cepat habis sebelum proses destruksi selesai, karena titik didih larutan HNO3 65 % yaitu 1210C. Pada proses ini akan menimbulkan gas berwarna

(48)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada proses destruksi, muncul gas berwarna coklat, gas ini adalah NO (hasil samping proses destruksi menggunakan asam nitrat). Adanya gas ini mengindikasikan bahwa bahan organik telah dioksidasi secara sempurna oleh asam nitrat. Bahan organik dimisalkan sebagai (CH2O)

lalu didekomposisi (oksidasi) oleh asam nitrat (HNO3) akan menghasilkan

CO2 dan NO. Akibat dekomposisi bahan organik oleh asam nitrat, unsur

yang diteliti terlepas dari ikatannya dengan bahan organik, kemudian diubah ke dalam bentuk garamnya menjadi logam-(NO3) yang mudah larut

dalam air. Gas NO dihasilkan selama oksidasi bahan organik oleh asam nitrat, kemudian gas NO yang diuapkan dari larutan bereaksi dengan oksigen menghasilkan gas NO2, gas ini diserap kembali di larutan. Adanya

gas NO2 mengindikasikan bahwa bahan organik telah dioksidasi asam

nitrat (Wulandari dan Sukaesih, 2013).

Untuk mempercepat reaksi terputusnya kadmium dan timbal dengan bahan organik maka dilakukan penambahan asam lain sebagai katalis yaitu H2O2 30 % sebanyak 5 mL. Penambahan H2O2 bertujuan agar

proses pendestruksian senyawa organik berjalan sempurna yang di tandai dengan terbentuknya larutan jernih (Afrianti dan Syahriar, 2011). Pada proses ini juga dilakukan pemanasan untuk mempercepat proses pendestruksi pada suhu ± 1000C, karena suhu tersebut berada dibawah suhu titik didih H2O2 (150,20C), sehingga proses pendestruksi akan

berjalan sempurna sampai akhir proses destruksi (Wulandari dan Sukaesih, 2013). Reaksi yang terjadi sebagai berikut:

Logam - (CH2O)x + HNO3 Logam – (NO3)x + CO2 +NO +H2O

2 NO + O2  2 NO2

2 H2O2  2 H2O+ O2

2 NO2 + H2O  HNO3 + HNO2

(49)

Gas NO2 yang dihasilkan akan bereaksi dengan H2O akibat

penambahan H2O2. Pada saat penambahan tetes demi tetes H2O2 akan

terurai menjadi H2O dan O2. Kemudian HNO3 mendestruksi bahan organik

yang masih tersisa, sedangkan HNO2 akan terurai menjadi gas NO2 dan

NO. Hal ini akan terus berulang selama proses destruksi, kemudian akan berakhir setelah semua bahan organik terdekomposisi semua (Wulandari dan Sukaesih, 2013).

Setelah proses destruksi sempurna, larutan didinginkan sampai larutan menjadi tidak panas. Kemudian larutan hasil destruksi dipindahkan kedalam labu ukur 50 mL dan diencerkan dengan aquabides sampai tanda batas. larutan disaring dengan menggunakan kertas saring. Selanjutnya filtrat yang diperoleh diukur absorbansinya dengan SSA pada panjang gelombang 228,8 nm untuk kadmium dan 283,3 nm untuk timbal.

4.4 Penentuan Kadar Cemaran Kadmium dan Timbal dalam Beberapa

Merek Lipstik

Penentuan kadar kadmium dan timbal dalam sampel dilakukan menggunakan spektrofotometri serapan atom. Hasil destruksi sampel diukur serapannya dengan panjang gelombang 228,8 nm untuk kadmium dan 283,3 nm untuk timbal.

4.4.1 Kadar Kadmium dalam Beberapa Merek Lipstik

(50)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kadar kadmium terendah terdapat pada sampel lipstik kode R3 dengan kadar 1,28357 ± 0,07269 µg/g. Hasil selengkapnya dapat di lihat pada Tabel 4.5 dan gambar 4.3.

Tabel 4.5 Kadar Kadmium dalam Lipstik Warna Coklat Gelap (Dark Brown)

Keterangan : R = lipstik teregistrasi, TR = Lipstik tidak teregistrasi

Gambar 4.3 Grafik Kadar Kadmium dalam Lipstik Warna Coklat Gelap (Dark Brown)

(51)

dengan hasil penelitian Khalida et al (± 3,5 µg/g) dan Ziarati et al (± 0,8 µg/g).

Kadar kadmium terendah terdapat pada sampel kode R1 dengan kadar 1,28551 ± 0,14542 µg/g. Hasil selengkapnya dapat di lihat pada Tabel 4.6 dan gambar 4.4

Tabel 4.6 Kadar Kadmium dalam Lipstik Warna Merah Muda Terang (Shocking Pink)

Keterangan : R = lipstik teregistrasi, TR = Lipstik tidak teregistrasi

Gambar 4.4 Grafik Kadar Kadmium dalam Lipstik Warna Merah Muda Terang (shocking pink)

(52)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan peraturan kepala BPOM RI nomor HK.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 bahwa kadmium merupakan bahan yang dilarang dalam kosmetik seperti lipstik dan belum ada ketetapan batasan kadar kadmium, sehingga untuk batasan kadar kadmium mengacu pada ketetapan dari Health Canada yaitu kadar maksimum kadmium dalam lipstik adalah 3 µg/g (Health Canada, 2011). Berdasarkan hasil penentapan kadar kadmium bila mengacu pada peraturan Health Canada

bahwa dari 16 sampel lipstik yang dianalisa ada 2 sampel lipstik (12,5 %) yang melebihi batas aman yaitu lipstik kode R4 pada kedua warna. Lipstik kode R4 merupakan lipstik yang teregistrasi oleh BPOM RI. Hal ini dapat terjadi karena BPOM RI belum menetapkan batasan kadar kadmium dalam lipstik, sehingga lipstik kode R4 masih dapat beredar di pasaran.

Secara keseluruhan, kadar logam kadmium tertinggi pada penelitian ini adalah 3,22844 ± 0,14495 µg/g. Hasil tersebut tidak terlalu berbeda jauh dengan kadar logam berat kadmium pada lipstik produk dalam negeri dan lipstik produk luar negeri yang telah dilaporkan oleh Supriyadi yaitu 3,41 µg/g dan 2,97 µg/g.

Kadar kadmium yang melebihi batas yang telah ditetapkan dapat mengganggu kesehatan. Di dalam tubuh, kadmium dapat terakumulasi di hati dan ginjal sehingga dapat merusak fungsi organ tersebut. Dampak lainnya yaitu diare, sakit perut, dan muntah-muntah, kegagalan reproduktif bahkan ketidaksuburan atau kemandulan, kerusakan sistem syaraf pusat, kerusakan imunitas, gangguan psikologis dan kerusakan DNA atau kanker payudara (Agustina, 2010).

4.4.2 Kadar Timbal dalam Beberapa Merek Lipstik

Logam berat timbal terdeteksi pada semua merek lipstik teregistrasi dan tidak teregistrasi berwarna coklat gelap (dark brown) dan merah muda terang (shocking pink) yang dianalisis dengan SSA dengan kadar yang berbeda-beda. Untuk lipstik warna coklat gelap (dark brown),

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Pendataan Merek Lipstik Yang Beredar Di Daerah
Gambar 2.1 Lipstik jenis stik
Gambar 1.3  Lipstik jenis  pen lip polish
Gambar 2.6 Komponen Spektrofotometri Serapan Atom
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pola wacana dengan level tinggi (4 dan 5) yang dihasilkan oleh mahasiswa di kelas ADIS juga lebih tinggi persentasenya dibandingkan dengan kelas ADI. Fakta terjadinya

Berdasarkan kepada dua bukti yang cukup kuat dari segi periwayatannya iaitu melalui hadith Nabi Ṣallallahu c Alaihi Wasallam dan peristiwa pelantikan Abū Bakr

Pejabat Pengadaan pada Bidang SDA Dinas Peker jaan Umum Kabupaten

Memiliki Surat ljjin Usaha Perdagangan (SIUP) kualifikasi Non Kecil jenis barang/jasa dagalngan utama Mobil/Kendaraan Roda 4 (501} yang dikeluarkan oleh instansi

Pelelangan Umum Finishing Pembangunan Gedung Baru Pada Kegiatan Peningkatan Fasilitas dan Rehabilitasi Asrama l{eji Transit Prorrirui Jawa Tengah. Kantor Wilayah Kementerian

[r]

Deputi Bidang KB dan KR,Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

Pada umumnya jumlah sarana ibadah yang terdapat di Desa Pariksabungan.. adalah 8 (unit) bangunan gereja dan tidak mempunyai masjid ataupun