PROFESIONALITAS KERJA GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, DAN STATUS KEPEGAWAIAN
Survei : Guru-Guru Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh : Tri Ningsih
041334079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
PERSEMBAHAN
Jika hari ini seorang Perdana Menteri berkuasa
Jika hari ini seorang Raja menaiki takhta
Jika hari ini seorang Presiden sebuah negara
Jika hari ini seorang Ulama yang mulia
Jika hari ini seorang Peguam menang bicara
Jika hari ini seorang penulis terkemuka
Jika hari ini siapa sahaja menjadi dewasa;
Sejarahnya dimulakan oleh seorang guru biasa
Dengan lembut sabarnya mengajar tulis-baca...
( Guru oh guru... Usman Awang 1979 )
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
♥ GURU – GURU SEDARI KECIL KU
♥ ORANG TUA TERKASIH
MOTTO
...Life is God’s gift to you. The way you live your life is yor gift to God. Make it fantastic one...
...Masa lalu adalah kenangan penuh pelajaran Masa kini adalah kenyataan
Masa depan adalah pengharapan penuh misteri...
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 6 Maret 2009
Tri Ningsih
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Sanata Dharma : Nama : Tri Ningsih
Nomor Mahasiswa : 041334079
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PROFESIONALITAS KERJA GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, DAN STATUS KEPEGAWAIAN
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 12 Maret 2009
Yang menyatakan
Tri Ningsih
ABSTRAK
PROFESIONALITAS KERJA GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, DAN STATUS KEPEGAWAIAN
Survei : Guru-guru SMA se-Kota Yogyakarta Tri Ningsih
Universitas Sanata Dharma 2009
Penelitian ini bertujuan mengetahui: (1) perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja; dan (3) perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari status kepegawaian.
Penelitian ini merupakan penelitian survei. Jumlah populasi penelitian sebanyak 1.829 guru. Sampel penelitian adalah guru-guru Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta yang berjumlah 317 orang. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan Analysis of Variance (ANOVA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan (sign. value= 0,659 > α= 0,05); (2) tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja (sign. value= 0,324 > α=0,05) dan (3) tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari status kepegawaian (sign. value=0,539 > α=0,05).
ABSTRACT
TEACHER’S PROFESSION PERCEIVED FROM LEVEL OF EDUCATION, PERIOD OF SERVICE, AND OFFICIAL STATUS
A Survey done on High School Teachers in Yogyakarta
Tri Ningsih
Sanata Dharma University 2009
The research aims to find out the difference of teacher’s profession perceived from (1) level of education; (2) period of service; (3) official status.
This study is a kind of an observation research. The research population was
all high school teachers in Yogyakarta. The samples were 317 teachers. The technique of taking samples was purposive sampling. The technique of collecting
data was questionnaire. The technique of analysing the data was Analyse Of Variance (ANOVA).
The results of the research show that there isn’t any difference in teachers profession perceived from (1) level of education (sign. value= 0,659> α= 0,05); (2) period of service (sign. value= 0,324> α= 0,05); and (3) official status (sign. value= 0,539> α= 0,05).
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kasih, yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
a. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.
b. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
c. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
d. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma dan Pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu, memberikan saran dan kritik yang sangat berarti dalam membimbing penyelesaian skripsi ini.
e. Bapak S. Widanarto, S.Pd., M.Si dan Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
f. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan selama proses perkuliahan.
g. Keluarga terkasih bapak ibu di rumah yang telah sabar menunggu & danardono sahabat hati yang ada selalu.
h. Teman-teman, Dwi In teman sepenelitian, Via juga teman-teman PAK’A & PAK’B ’04 atas hari-hari bersamanya selama perkuliahan bertahun-tahun. i. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dan karenanya peniulis mengharapkan berbagai kritik, saran dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pembaca.
Yogyakarta, 6 Maret 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Batasan masalah ... 4
C.Rumusan Masalah ... 5
D.Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Teoritik
1. Profesionalitas Kerja Guru ... 7
2. Tingkat Pendidikan ... 12
3. Masa Kerja ... 14
4. Status Kepegawaian ... 15
B.Kerangka Berpikir ... 17
C.Hipotesis ... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Jenis Penelitian ... 21
B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
C.Subjek Dan Objek Penelitian ... 21
D.Populasi Dan Sampel ... 22
E. Operasionalisasi Variabel ... 23
F. Teknik Pengumpulan Data ... 28
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 28
H. Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 37
1. Deskripsi Responden Penelitian ... 37
2. Profesionalitas Kerja Guru ... 40
B. Analisis Data ... 44
C. Pembahasan ... 51 BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN
A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 60 C. Keterbatasan ... 63 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Profesionalitas Kerja Guru... 23
Tabel 3.2 Skoring Pernyataan Profesionalitas Kerja Guru ... 26
Tabel 3.3 Rangkuman Uji Validitas Untuk Variabel Profesionalitas Kerja Guru ... 29
Tabel 3.4 Rumusan Perhitungan Anova ... 35
Tabel 4.1 Sebaran Responden Penelitian ... 37
Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 38
Tabel 4.3 Masa Kerja Responden ... 38
Tabel 4.4 Status Kepegawaian Responden ... 39
Tabel 4.5 Profesionalitas Kerja Guru ... 40
Tabel 4.6 Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 40
Tabel 4.7 Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Masa Kerja ... 41
Tabel 4.8 Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Status Kepegawaian ... 43
Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 45
Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Masa Kerja ... 45
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Status Kepegawaian ... 46
Tabel 4.12 Rangkuman Tabel Homogenitas ... 47
Tabel 4.13 Tabel ANOVA Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 48
Tabel 4.14 Tabel ANOVA Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Masa Kerja ... 49
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN ... 68
LAMPIRAN 2. DATA VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 77
LAMPIRAN 3. DATA INDUK PENELITIAN ... 85
LAMPIRAN 4. ANALISIS DATA... 98
LAMPIRAN 5. SURAT IZIN PENELTIAN ... 106
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh
kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya. Kualitas SDM
tersebut meliputi seluruh kemampuan dan potensi diri yang dimiliki oleh
setiap individu terkait. Untuk menghasilkan individu yang berkualitas
diperlukan suatu tatanan sistem pendidikan yang berkualitas pula. Guru
merupakan salah satu komponen yang memegang peran utama dalam sistem
pendidikan tersebut.
Perkembangan profesi guru sejalan dengan perkembangan masyarakat
dan sistem persekolahan. Sejalan dengan perkembangan masyarakat, guru
dituntut memiliki tingkat kemampuan yang memadai dalam mendayagunakan
teknologi komunikasi dan informasi. Guru dengan kemampuan artifisialnya
dituntut untuk dapat membelajarkan siswa dalam jumlah yang besar dan selalu
mempersiapkan diri menghadapi perkembangan jaman yang semakin
mengglobal. Sementara sejalan dengan perkembangan sistem persekolahan,
guru dituntut memiliki kompetensi – kompetensi tertentu yang harus dikuasai
sesuai dengan standar mutu yang sudah ditetapkan pemerintah.
Kompetensi-kompetensi keguruan yang dituntut untuk dikuasai seorang
guru yang profesional pada saat ini adalah kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial (Standar Nasional
Pendidikan, Pasal 28 ayat 3). Kompetensi pedagogik adalah kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi: pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, serta pengembangan peserta didik untuk mengaktualisaikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan
bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik dan
masyarakat sekitar.
Banyak permasalahan yang dihadapi para guru karena
ketidakmampuannya menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di
sekelilingnya sebagai akibat dari keterbatasan mereka sebagai individu
ataupun kemampuan sekolah dan pemerintah. Permasalahaan semakin tampak
oleh sebab adanya tuntutan agar institusi pendidikan termasuk guru untuk
selalu menyesuaikan diri dengan segala perkembangan yang ada dalam
masyarakat. Berhadapan dengan tantangan seperti itu baik pemerintah maupun
guru harus berusaha untuk menumbuhkan dan meningkatkan profesionalitas
kerjanya.
Ada berbagai faktor yang berhubungan dengan profesionalitas kerja
kepegawaian guru. Tingkat pendidikan yang ditempuh seorang guru adalah
salah satu unsur penentu keahliannya dalam bekerja. Guru yang menempuh
tingkat pendidikan yang lebih tinggi diduga akan memiliki kemampuan pada
proses belajar siswa, menguasai secara mendalam materi pelajaran dan metode
pembelajaran, mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan
belajar dari pengalamannya, serta menyadari bagian dari masyarakat belajar
dalam lingkungan profesinya. Keseluruhan hal itu memungkinkan mereka
untuk selalu meningkatkan profesionalitas kerjanya. Jadi jelas bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki seorang guru, maka semakin tinggi
profesionalitas kerjanya. Sedangkan guru dengan tingkat pendidikan yang
rendah, maka rendah pula pemahamannya akan pengetahuan dari kompetensi
– kompetensi keguruan yang sebenarnya dituntut untuk dimiliki olehnya
sehingga hal ini akan berdampak pada rendahnya profesionalitas kerjanya.
Ditinjau dari masa kerja, guru dengan masa kerja yang lama diduga
memiliki profesionalitas kerja yang tinggi. Hal ini disebabkan pada rentang
waktu yang lama seseorang akan memiliki pemahaman, pengetahuan, dan
kebiasaan yang lebih baik. Selama rentang waktu itu, guru tersebut dapat
selalu belajar dan akhirnya kemampuannya menjadi semakin terasah. Hal ini
berbeda dengan pengetahuan dan kompetensi dari seseorang yang belum
begitu berpengalaman dimana mereka cenderung memiliki keahlian profesi
yang belum teruji. Dengan demikian diduga kuat bahwa semakin lama masa
sebaliknya semakin pendek masa kerjanya semakin rendah pula
profesionalitas kerjanya.
Status kepegawaian yang dimiliki seorang guru diduga juga akan
mempengaruhi profesionalitas kerjanya. Guru dengan status pegawai tetap,
misalnya, dilihat dari aspek ekonomi guru cenderung mendapatkan imbalan
yang lebih baik dibandingkan dengan guru berstatus pegawai tidak tetap
ataupun guru honorer. Dari aspek psikologis dan sosial pun guru berstatus
pegawai tetap akan lebih memiliki keadaan psikologis dan sosial yang lebih
baik dibanding guru berstatus tidak tetap atau guru honorer. Jadi diduga kuat
bahwa semakin tinggi status kepegawaian guru semakin tinggi pula
profesionalitas kerjanya, dan sebaliknya semakin rendah status
kepegawaiannya smakin rendah pula profesionalitas kerjanya
Dari uraian di atas, diketahui bahwa ada banyak hal yang dapat
mempengaruhi profesionalitas kerja guru. Pada penelitian ini, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “PROFESIONALITAS KERJA
GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, DAN
STATUS KEPEGAWAIAN”. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang
dilakukan di beberapa SMA swasta dan negeri di kota Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat profesionalitas kerja guru.
budaya. Fokus penelitian ini adalah tingkat pendidikan, masa kerja, dan status
kepegawaian guru.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat
pendidikan?
2. Apakah ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja?
3. Apakah ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari status
kepegawaian?
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat
pendidikan.
2. Untuk mengetahui profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja.
3. Untuk mengetahui profesionalitas kerja guru ditinjau dari status
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Lembaga Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat profesionalitas kerja guru serta
membantu untuk meningkatkan profesionalitas kerja guru.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi para
mahasiswa berikutnya dan menjadi pembanding untuk penelitian sejenis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Profesionalitas Kerja Guru
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:702), kata “profesional”
berasal dari kata sifat (adjektiva) yang berarti bersangkutan dengan profesi;
memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya; mengharuskan
adanya pembayaran untuk melakukannya (bukan amatir). Kenneth Lynn
dalam Muhammad Nurdin (2008:100) memberikan definisi profesi sebagai
berikut: “ A profession delivers esoteric service based on esoteric knowledge
systematically formulated and applied to the needs of a client” (suatu profesi
yang menyajikan jasa dengan berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang
dipahami oleh orang tertentu secara sistematik yang diformulasikan dan
diterapkan untuk memenuhi kebutuhan klien). Dari pengertian tersebut, dapat
ditarik pengertian bahwa dalam suatu pekerjaan yang bersifat profesional
dipergunakan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual,
yang secara sengaja harus dipelajari dan secara langsung dapat dipergunakan
bagi kemaslahatan orang lain. Pekerjaan yang bersifat profesional adalah
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan
untuk itu dan bukan pekerjaan lain (Samana, 1989:40).
Pengajaran dilaksanakan oleh tenaga-tenaga profesional. Tingkat
profesionalisasi itu didasarkan pada kemampuan khusus, pengalaman, latar
belakang akademis, ijazah, dan gelar yang dimilikinya. Chamberlin seperti
dikutip oleh Oemar Hamalik (2006:26) menyebutkan tingkat-tingkat
profesional terdiri dari: cadet teacher, executive teacher, lead teacher, master
teacher, provisional teacher, profesional teacher, regular teacher, senior
teacher, special teacher, teacher assistant, teacher intern, dan team teacher.
Siegart sebagaimana dikutip oleh Rahardi (Media MNPK, 1998:29)
menyatakan bahwa ada tiga sikap dasar bagi individu dan masyarakat untuk
dapat menjadi profesional antara lain adanya keseimbangan antara sikap
altruistik dengan sikap non altruistik atau egoistik dalam diri individu maupun
masyarakat, adanya penonjolan kepentingan luhur dalam praktek kerja
keseharian dan munculnya sikap solider antar teman seprofesi. Menurut
Rahardi (Media MNPK, 1998:30), profesionalisme kerja memiliki tiga ciri
utama yang saling terkait sebagai berikut:
1. Adanya kapasitas atau stok keahlian yang bersumber pada ilmu
pengetahuan dan teknologi yang benar dan mapan
2. Adanya moral, etika, serta perilaku baik secara individu maupun kelompok
yang baik.
3. Adanya pelayanan atau pengabdian yang tulus terhadap individu,
masyarakat dan lingkungan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jabatan
guru tergolong jabatan profesional karena memenuhi ke tiga macam sikap
dasar profesionalisme.
Dalam Undang – Undang tentang Guru tahun 2005 BAB I pasal 1
disebutkan pula bahwa :
kemanusiaannya secara optimum, pada jalur pendidikan formal jenjang pendidikan dasar dan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini formal”.
Ciri-ciri profesional tugas guru sebagai pendidik dan pengajar menurut
Hariwung (1989:9) antara lain :
1. Adanya suatu keutuhan teori intelektual, yang diperluas oleh penelitian
dan terorganisasi. Hal ini sudah dapat dipenuhi dengan adanya teori – teori tentang ilmu kependidikan yang dikembangkan dalam penelitian.
2. Adanya teknik intelektual. Disini terdapat sejumlah teknik intelektual yang
meliputi metodologi pengajaran, teknik evaluasi, dan teknik metodologi penelitian pendidikan.
3. Penggunaan teknik tersebut terhadap peristiwa – peristiwa praktis. Metode
dan teknik pendidikan dimaksud juga sudah banyak membantu dalam pemecahan masalah-masalah praktis di dalam berbagai situasi di sekolah
4. Suatu jangka waktu latihan dan sertifikasi yang relatif lama.
5. Serangkaian standar atau patokan dan suatu ketentuan etika yang
dilaksanakan. Untuk ini, terdapat Kode Etik Guru Indonesia, yang ditetapkan dalam Konggres PGR ke XII tanggal 21-25 November 1973 di Jakarta.
6. Kemampuan untuk menerapkan kepemimpinannya sendiri. Tugas guru di
dalam proses belajar mengajar adalah suatu penerapan kepemimpinan kependidikan, yang bersumber pada kepemimpinan pendidikan secara struktural dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
7. Suatu perhimpunan anggota-anggota profesi dengan kualitas komunikasi
yang tinggi.
8. Pengakuan sebagai profesi. Pengakuan dimaksud ditunjukkan oleh
penempatan lulusan dalam bidang pekerjaan sebagai guru di sekolah sesuai dengan jenjang pendidikan.
9. Kepentingan profesional untuk penggunaan tugas guru secara
bertanggung jawab. Hal ini ditunjukkan oleh tuntutan masyarakat terhadap kualitas lulusan yang dapat dipertanggung jawabkan.
10.Hubungan yang mapan antara PGRI dengan organisasi-organisasi
profesional lainnya.
Profesionalitas kerja guru diukur berdasarkan suatu standar kompetensi
yang telah ditetapkan pemerintah. Menurut Mulyasa (2007:26), kompetensi
guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi,
guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman peserta didik
pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.
Dalam Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 disebutkan bahwa
kompetensi dasar guru antara lain kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,arif,
dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru
sebagai bagian dari masyarakat untuk bergaul dan berkomunikasi secara
efektif dengan peserta didik dan masyarakat sekitar.
Peraturan Mendiknas Nomor 16 Tahun 2007 menyebutkan bahwa
terdapat sejumlah indikator dalam setiap kompetensi dasar keguruan. Dalam
kompetensi pedagogik, indikator-indikator pengukuran yang termasuk di
dalamnya antara lain :
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Pada kompetensi kepribadian, indikator-indikator pengukuran yang
termasuk di dalamnya antara lain :
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Pada kompetensi sosial, indikator-indikator pengukuran yang
termasuk di dalamnya antara lain :
1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluaraga, dan status sosial ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia
yang memiliki keragaman sosial budaya.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara
lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Pada kompetensi profesional, indikator-indikator pengukuran yang
termasuk di dalamnya antara lain :
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
3. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi
dan mengembangkan diri.
A. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang telah
diselesaikan seseorang dalam masa hidupnya. Tingkat pendidikan yang
dimiliki seseorang berdampak pada kompetensi yang dimilikinya. Profesi
guru telah menjadi profesi yang menuntut dimilikinya profesionalitas kerja
yang tinggi. Salah satu cara yang dapat membentuk setiap profesional adalah
melalui pendidikan prajabatan.
Terdapat empat macam program pendidikan guru antara lain (Sahertian,
1994:68)
1. Program non gelar (program diploma) dengan rincian sebagai berikut:
a. Program Diploma (D1) dengan lama studi 1-2 tahun
b. Program Diploma II (D2) dengan lama studi 2-3 tahun
c. Program Diploma III (D3) dengan lama studi 3-5 tahun
2. Program gelar yang melalui jenjang Sarjana (S1) dengan lama studi 4-7
tahun
3. Program Pasca Sarjana (S2) dengan lama studi 6-9 tahun
4. Program Doktor (S3) dengan lama studi 8-11 tahun
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
menyebutkan bahwa kualifikasi akademik guru meliputi:
Kualifikasi akademik Guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup kualifikasi akademik Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudatul Atfal (RA), Guru Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Guru Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Guru Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Guru Sekolah Dasar Luar Biasa/Sekolah Menengah Luar Biasa/Sekolah Menengah atas Luar Biasa (SDLB/SMPLB/SMALB), dan Guru Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) sebagai berikut:
a. Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA
Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D4) atau Sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
b. Kualifikasi Akademik Guru SD/MI
Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
c. Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs
Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
d. Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA
Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D–IV) atau Sarjana (S1) program studi sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
e. Kualifikasi akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB
Guru pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D–IV) atau Sarjana (S1) program pendidikan khusus atau Sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
f. Kualifikasi akademik Guru SMK/MAK
2. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Sertifikasi dan Kesetaraan
Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai Guru dalam bidang – bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk melaksanakannya.
C. Masa Kerja
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:550), menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan masa adalah waktu, zaman atau lama waktu tertentu.
Sedangkan yang dimaksud dengan kerja (1990:428), adalah kegiatan
melakukan sesuatu; sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Jadi yang
dimaksud dengan masa kerja adalah rentang masa seorang guru
melaksanakan tugasnya sebagai pengajar pada suatu lembaga pendidikan
tertentu. Masa kerja berhubungan dengan waktu kerja seseorang yaitu dari
segi kuantitas seseorang di dalam menjalani pekerjaannya (Tulus, 1992:113).
Pengalaman mengajar adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas
dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan atau kelompok
masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat
berupa surat keputusan atau surat keterangan yang sah dari lembaga
berwenang (Muslich, 2007:14). Masa kerja seorang guru berstatus PNS
terhitung pada saat diterimanya SK (Surat Keputusan) yang diterbitkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan untuk guru berstatus non PNS
dikeluarkan oleh lembaga atau satuan pendidikan tempat ia bekerja. Masa
kerja biasa dihitung dalam satuan tahun.
D. STATUS KEPEGAWAIAN
Secara umum status kepegawaian tenaga pendidikan pada suatu
lembaga pendidikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : guru tetap dan guru
tidak tetap (Suwondo, 2003:439)
1. Guru tetap. Guru tetap adalah guru yang telah diangkat menjadi pegawai
tetap pada suatu instansi pendidikan yang berkewajiban mengajar 24 jam
per minggu dan melaksanakan tugas administrasi lainnya. Guru Tetap
dapat berstatus pegawai negeri sipil (PNS) atau bukan PNS.
2. Guru tidak tetap. Guru tidak tetap adalah guru yang belum diangkat
menjadi pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan, baik instansi
pendidikan negeri maupun swasta. Guru tidak tetap dapat berstatus guru
bantu. Pengadaan guru bantu dapat dilakukan melalui ikatan kerja dengan
sistem kontrak yang sebelumnya proses seleksi yang berorientasi pada
standar kompetensi guru dan dilaksanakan secara terpadu melalui kerja
sama antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten /kota.
Ada pula yang membedakan status kepegawaian guru menjadi :
1. Pegawai Negeri Sipil
2. Guru Tetap Yayasan
3. Guru Bantu
Undang-Undang Tentang Guru tahun 2005 pasal 1 menyebutkan bahwa :
Guru tetap adalah guru yang dipekerjakan secara permanen oleh pemerintah, pemerintah daerah, BHP, atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan.
Guru tetap Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah guru tetap yang diangkat sebagai pegawai negeri sipil oleh pemerintah dan/ pemerintah daerah berdasarkan peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Guru tetap non PNS adalah guru tetap yang diangkat oleh BHP, atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjian kerja.
Guru tidak tetap adalah guru yang diangkat secara sementara oleh pemerintah, pemerintah daerah, BHP, atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjan kerja.
Status karyawan pada suatu organisasi dapat pula dibedakan menjadi
(http/www.portalhr.com):
1. Karyawan kontrak. Karyawan kontrak adalah karyawan yang dipekerjakan
oleh perusahaan untuk jangka waktu tertentu, waktunya terbatas maksimal
hanya tiga tahun. Status karyawan kontrak hanya dapat dapat diterapkan
untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan
pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya.
b. Pekerjaan yang diperlkirakan peyelesaiannya dalam waktu yang tidak
terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun.
c. Pekerjaan yang bersifat musiman.
d. Untuk pekerjaan yang bersifat tetap, tidak dapat diberlakukan status
e. Jika setelah kontrak kemudian perusahaan atau organisasi menetapkan
yang bersangkutan menjadi karyawan tetap, maka masa kontrak tidak
dihitung sebagai masa kerja.
2. Karyawan tetap. Karyawan tetap adalah karyawan yang bekerja pada suatu
organisasi dimana tidak ada batasan jangka waktu lamanya karyawan
tersebut bekerja. Hubungan kerja antara organisasi dan karyawan tetap
dituangkan dalam perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu. Perusahaan
atau organisasi dapat mensyaratkan masa percobaan maksimal tiga bulan,
dan masa kerja dihitung sejak masa percobaan.
E. Kerangka Berpikir
1. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi cara
berpikir dan bertindak dalam hidupnya, tidak terkecuali dalam dunia
pekerjaannya. Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi untuk
bidang pekerjaannya biasanya cenderung melakukan hal yang
berhubungan dengan pekerjaannya itu sebaik mungkin. Dengan demikian,
pekerjaan profesional adalah pekerjaan yang dipersiapkan melalui proses
pendidikan dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang harus
dipenuhinya, maka semakin tinggi pula derajat profesi yang diembannya.
Tinggi rendahnya pengakuan profesionalisme sangat tergantung kepada
keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuh (Nurdin, 2008:102). Orang
bagian dari hidupnya dan akan selalu berusaha untuk terus menjaga dan
memperbaiki mutu kinerjanya. Ia akan bersikap profesional dalam
pekerjaannya dan terus meningkatkan kompetensinya karena menyadari
bahwa ilmu yang telah didapatkan pada pendidikan formal harus
diterapkan dalam pekerjaannya. Sedangkan guru dengan kualifikasi
pendidikan yang minim cenderung memiliki profesionalitas kerja yang
rendah karena guru tersebut tidak memiliki kompetensi-kompetensi yang
seharusnya dimiliki, yang didapat melalui proses pendidikan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Hariwung (1989:11) yang mengatakan bahwa
untuk menjalankan pekerjaan sesuai dengan tuntutan-tuntutan yang
dipersyaratkan, maka orang yang dibebani tugas harus memiliki teori atau
pengetahuan, pandangan atau konsep-konsep yang dapat menjelaskan
kepadanya tentang pekerjaan tersebut dengan tuntutannya. Berdasarkan
pengetahuan, pandangan dan pikiran-pikiran dimaksud ia mampu
menyediakan seperangkat cara-cara operasional, serta informasi dan
ketrampilan untuk pekerjaan tersebut.
2. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau dari Masa Kerja
Rentang waktu yang telah dijalani seseorang dalam bekerja biasanya
akan membentuk suatu kebiasaan dan kemampuan tersendiri. Masa kerja
atau waktu merupakan konsep yang sangat penting bagi seorang
profesional. Waktu yang dipergunakan untuk kegiatan profesional
(teacher’s time) adalah intensitas waktu dari seorang guru yang digunakan
menjalani bidang profesi tertentu misalnya mengajar cenderung belum
memiliki keahlian pedagogik yang cukup tinggi. Namun seiring dengan
berjalannya waktu, keahlian mengajar (pedagogik) tersebut akan terus
terasah. Guru akan terus belajar dari tindakan-tindakannya dan
mengevaluasi hasil pembelajarannya, sehingga akhirnya akan memiliki
profesionalitas kerja yang tinggi. Hal ini dikuatkan dalam pedoman
sertifikasi guru dimana uji kompetensi akan dilakukan melalui penilaian
portofolio. Salah satu komponen portofolio itu adalah pengalaman
mengajar (Pedoman Penyusunan Perangkat Portofolio, 2007:50 ). Guru
dengan pengalaman lebih banyak akan berpeluang untuk memperoleh
sertifikasi dibandingkan dengan guru dengan pengalaman mengajar yang
sedikit. Jadi jelas terlihat bahwa dengan pengalaman atau masa kerja yang
lebih panjang akan mempengaruhi tingkat profesionalitas kerja seseorang.
3. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau dari Status Kepegawaian
Status kepegawaian yang dimiliki seorang guru sering berdampak
pada kinerjanya. Guru dengan status karyawan tetap cenderung memiliki
profesionalitas kerja yang tinggi karena guru tersebut merasa bahwa ia
adalah milik instansi tempat ia bekerja sehingga ia berusaha menjalankan
pekerjaaannya sebaik mungkin, berusaha menjaga dan meningkatkan
nama baik lembaga tempat guru tersebut mengajar. Guru dengan status ini
diduga memiliki profesionalitas kerja yang lebih baik baik karena guru
tersebut mendapatkan imbalan yang layak berupa materi dan fasilitas
mungkin. Sedangkan guru dengan status karyawan tidak tetap kurang
memiliki profesionalitas kerja yang baik dalam menjalankan tugasnya. Hal
ini disebabkan kompensasi yang diterima sangat berbeda dibandingkan
guru berstatus karyawan tetap. Ditinjau dari aspek sosial dan psikologis,
karyawan berstatus pegawai tetap atau PNS akan cenderung lebih tenang
dan nyaman dalam menjalani pekerjaannya sehingga berdampak baik bagi
prestasi kerjanya dibanding dengan karyawan berstatus karyawan tidak
tetap.
F. HIPOTESIS
Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang masih memerlukan jawaban atau
pembuktian kebenarannya (Soeharto, 1989:134). Dalam penelitian ini,
hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan
2. Ada perbedaan profesionalits kerja guru ditinjau dari masa kerja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan metode survei.
Surakhmad dalam Arikunto (2006:110) mengatakan bahwa pada umumnya
survei merupakan cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau individu
dalam waktu (jangka waktu) yang bersamaan. Jumlahnya biasanya cukup
besar. Dalam penelitian ini kesimpulan yang ditarik hanya berlaku dan
terbatas pada guru-guru SMA Negeri dan Swasta di kota Yogyakarta.
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri dan Swasta di Kota
Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan
November 2008.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah guru-guru SMA Negeri dan Swasta di Kota
Yogyakarta.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat
pendidikan, masa kerja, dan status kepegawaian.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung
ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik
tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin
dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 1989:6). Sesuai masalah yang diteliti
maka populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SMA Negeri dan
Swasta di Kota Yogyakarta yang berjumlah 1.829 orang guru.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan
cara-cara tertentu (Sudjana, 1989:161). Ukuran sampel dalam penelitian
ini ditentukan dengan menggunakan tabel Krecjie. Krecjie dalam
melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 5%, jadi
sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi
(Sugiyono, 2007:62) Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah
sebagian guru-guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta yang
berjumlah 317 orang. Sampel tersebut diambil dari 8 SMA di kota
Yogyakarta, yaitu SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta,
BOPKRI 2 Yogyakarta, SMA Muhammadyah 2 Yogyakarta, SMA
Marsudi Luhur, dan SMA Bhinneka Tunggal Ika.
3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
Teknik penarikan sampel ini terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti seperti
jumlah sekolah dan karakteristik sekolah.
E. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel Profesionalitas Kerja Guru
Profesionalitas kerja guru adalah kemampuan seorang guru dalam
menguasai kompetensi-kompetensi dasar keguruan dalam menjalankan
profesinya. Adapun dimensi profesionalitas kerja guru tersebut antara lain
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Profesionalitas kerja guru
Dimensi Indikator Pernyataan
Positif Negatif
Kompetensi Pedagogik
1. Menguasai karakteristik
peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
1,2
Kompetensi Kepribadian
3. Mengembangkan kurikulum
yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu
4. Menyelenggarakan kegiatan
pengembangan yang mendidik.
5. Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
6. Memfasilitasi pengembangan
potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7. Berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
8. Menyelenggarakan penilaian
dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9. Memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
10. Melakukan tindakan reflektif
untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
1. Bertindak sesuai dengan
norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
2. Menampilkan diri sebagai
pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
3. Menampilkan diri sebagai
pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
4. Menunjukkan etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5. Menjunjung tinggi kode etik
Kompetensi Sosial
Kompetensi Profesional
1. Bersikap inklusif, bertindak
objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluaraga, dan status sosial ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
3. Beradaptasi di tempat bertugas
di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
4. Berkomunikasi dengan
komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
1. Menguasai materi, struktur,
konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. Menguasai standar kompetensi
dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu.
3. Mengembangkan materi
pelajaran yang diampu secara kreatif.
4. Mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
5. Memanfaatkan teknologi
Pengukuran atas indikator-indikator profesionalitas kerja guru tersebut
menggunakan skala Likert. Pemberian skor pada variabel ini tersaji
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Skoring Pernyataan Profesionalitas Kerja Guru
Kriteria Jawaban Skor
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat setuju
Setuju Ragu - ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
5 4 3 2 1
1 2 3 4 5
2. Variabel Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang ditempuh atau
diselesaikan seorang guru. Pemberian skor untuk variabel tingkat
pendidikan ini adalah sebagai berikut:
Tingkat pendidikan Skor
S2 5
S1/D4 4
D3 3
D2 2
<D2 1
3. Variabel Masa Kerja
Yang dimaksud masa kerja dalam penelitian ini adalah suatu masa dimana
penelitian ini masa kerja guru dalam menjalani profesinya dihitung dalam
satuan tahun. Pemberian skor untuk variabel masa kerja adalah sebagai
berikut:
Masa Kerja Skor
>25 tahun
23-25 tahun
20-22 tahun
17-19 tahun
14-16 tahun
11-13 tahun
8-10 tahun
5-7 tahun
2-4 tahun
9
8
7
6
5
4
3
2
1
4. Status Kepegawaian
Status kepegawaian merupakan keadaan atau kedudukan seseorang yang
berprofesi sebagai guru dalam hubungannya dengan masyarakat keguruan.
Pengukuran variabel ini adalah sebagai berikut:
Status Kepegawaian Skor
PNS 4
Guru Tetap Yayasan 3
Guru Bantu 2
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden. Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data tentang profesionalitas kerja guru,
tingkat pendidikan, masa kerja, dan status kepegawaian.
G. Teknik Pengujian Instrumen
Di dalam penelitian, data memiliki kedudukan yang paling tinggi karena
data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat
pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data sangat menentukan
bermutu tidaknya hasil penelitian. Untuk mengumpulkan data memerlukan
instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang baik harus memenuhi dua
persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.
1. Pengujian Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Dalam penelitian ini validitas akan dihitung
dengan menggunakan perhitungan korelasi Product Moment (Arikunto,
2006:170):
(
)( )
(
)
{
2 2}
{
2( )
2}
Keterangan:
xy r
X
∑
Y
∑
XY
∑
= koefisien korelasi
= jumlah skor X = jumlah skor Y
= jumlah hasil kali antara X dan Y N = banyaknya sampel yang diuji
Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukan
tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya
hasil koefisien korelasi ini dibandingkan dengan nilai r korelasi Product
Moment pada tabel. Jika hasil r hitung lebih besar dari r tabel maka butir
pertanyaan tersebut dikatakan valid, dan begitu sebaliknya.
Uji validitas dilakukan terhadap item-item pernyataan variabel
profesionalitas kerja guru, dilakukan pada guru-guru Sekolah Menengah
Atas diluar yang menjadi sampel penelitian ini. Berikut adalah rangkuman
uji validitas untuk variabel profesionalitas kerja guru :
Tabel 3.3
Rangkuman Uji Validitas Untuk Variabel Profesionalitas Kerja Guru
Butir No Korelasi Dengan Koreksi Status
1 0.569 Valid
2 0.825 Valid
3 0.527 Valid
4 0.633 Valid
5 0.655 Valid
6 0.435 Valid
7 0.506 Valid
8 0.497 Valid
9 0.414 Valid
10 0.649 Valid
12 0.694 Valid
13 0.711 Valid
14 0.511 Valid
15 0.579 Valid
16 0.571 Valid
17 0.392 Valid
18 0.080 Tidak Valid
19 0.534 Valid
20 0.430 Valid
21 0.610 Valid
22 0.391 Valid
23 0.458 Valid
24 0.212 Tidak Valid
25 0.104 Tidak Valid
26 0.583 Valid
27 0.447 Valid
28 0.558 Valid
29 0.624 Valid
30 0.636 Valid
31 0.570 Valid
32 0.706 Valid
33 0.651 Valid
34 0.717 Valid
35 0.427 Valid
36 0.575 Valid
37 0.617 Valid
38 0.485 Valid
39 0.132 Tidak Valid
Pengambilan keputusan ini dilakukan dengan cara membandingkan
nilai- nilai koefisien rhitung masing- masing butir dengan nilai koefisien rtabel.
Dengan jumlah data (N) sebanyak 33 responden dan taraf signifikansi
5% atau 0,05 maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,228. Maka bila nilai
koefisien rhitung lebih kecil dari 0.228 adalah tidak valid. Dari tabel diatas
yang tidak valid. Keempat pernyataan tersebutt selanjutnya tidak
digunakan dalam penelitian ini.
2. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena
instrumen itu sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat
tendensius, mengarahkan responden untuk memilih jawaban – jawaban
tertentu. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen
yang skornya bukan satu dan nol, misalnya angket atau soal bentuk uraian
(Arikunto, 1989 : 164).
Rumus Alpha:
(
)
⎥⎢⎣⎡ −∑ ⎥⎦⎤ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ −= 22
11 1 1 t b k k r σ σ Keterangan: = 11
r reliabilitas instrumen
= k = ∑ 2 b σ = 2 t σ
banyaknya butir pertanyaan jumlah varian butir
varian total
Tingkat reliabilitas kuesioner diuji pada taraf signifikansi 5%. Instrumen
dikatakan reliabel apabila nilai r alpha > 0,60 dan instrumen dikatakan
tidak reliabel apabila nilai alpha < 0,60 (Nunnaly dalam Imam Ghozali,
2001:20).
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus
Windows versi 16,0. Dari tiga puluh sembilan butir pernyataan pada
variabel profesionalitas kerja guru diperoleh nilai koefisien alpha (rtt)
sebesar 0,740. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan
membandingkan nilai koefisien alpha dengan 0,60 dari hasil perhitungan
diperoleh nilai koefisien alpha lebih besar daripada nilai 0,60. Hal ini
membuktikan bahwa instrumen profesionalitas kerja guru dapat
dikatakan reliabel.
H. Teknik analisis data
1. Statistik Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan data hasil pengumpulan
data yang sudah didapat dan penelitian lapangan yang meliputi responden,
variabel profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan, masa
kerja, dan status kepegawaian. Maka untuk keperluan deskripsi data
digunakan tabel distribusi frekuensi untuk setiap variabel.
2. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
terjaring berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas
dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (uji K-S).
Uji K-S ini digunakan untuk menguji apakah dua sampel berasal dari
populasi - populasi yang memiliki distribusi yang sama atau berbeda.
dan memfokuskan pada selisih terbesar antara kedua distribusi
tersebut dengan rumus (Sudrajat, 1985:39):
D = Max
[
Fo(Xi)−SN(Xi)]
Keterangan :
D = Deviasi atau penyimpangan maximum
Fo(Xi) = Proporsi yang diharapkan dari nilai yang sama atau lebih
kecil dari Xi
SN(Xi) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi dari satu
sampel random dengan N observasi.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi masing –
masing variabel normal atau tidak dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Jika nilai probabilita lebih besar dari α =0,05 berarti sebaran data
normal
2) Jika nilai probabilita lebih kecil dari α =0,05 berarti sebaran data
tidak normal.
b. Uji Homogenitas
Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan varians populasi
yang berdistribusi normal berdasarkan sampel yang telah diambil dari
setiap populasi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
melakukan pengujian ini. Pengujian yang dipakai adalah uji F dengan
rumus sebagai berikut : (Sudjana, 1975:250)
Harga Fhitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel
dengan dk pembilang dan dk penyebut. Kesimpulan: F tabel > F
hitung serta signifikansi lebih dari 0,05, maka varians data yang
dianalisis homogen, sebaliknya bila Ftabel < Fhitung dan signifikansi
kurang dari 0,05 maka varians data yang dianalisa tidak homogen.
3. Pengujian Hipotesis
a. Perumusan Hipotesis
Ho1= Tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari
tingkat pendidikan
Ha1= Ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat
pendidikan
Ho2= Tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari
masa kerja
Ha2= Ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa
kerja
Ho3= Tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari
status kepegawaian
Ha3= Ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari status
kepegawaian
b. Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis menggunakan Analisis
Varians. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut
1) Mengelompokkan skor berdasarkan kategori
2) Langkah berikutnya adalah mencari harga-harga untuk setiap unsur
yang diperlukan dengan rumus Anava. Harga - harga tersebut
adalah :
a) Banyaknya subjek dalam setiap kelompok (n ) k
b) Rerata skor untuk masing-masing kelompok (X)
c) Jumlah skor dalam setiap kelompok (∑Χ)
d) Jumlah kuadrat setiap skor dalam kelompok
(
∑Χ2)
e) Jumlah untuk masing-masing harga (sesuai rerata)
Tabel 3.4
Rumus Perhitungan ANOVA
Sumber variasi
Jumlah kuadrat (JK) d.b MK F
Kelompok (K) Dalam (d)
(
) (
)
N nkJK
−
X XJK k t
k 2 2 ∑ ∑ = k t
JK
=
dJK
1 − =K dbkK
N
db
=
−
kk k db JK MK = d k o MK MK F = d d d db JK MK =
Total (T)
(
)
N XT
2
2 − ∑
X JKT =∑ T
1 = N−
dbT
Keterangan:
nk = jumlah subyek dalam kelompok k = banyaknya kelompok
N = jumlah subyek seluruhnya
(
)
2Ν Χ
∑
T= faktor frekuensi yang muncul berkali-kali
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan antara F hitung
ada perbedaan secara signifikan untuk profesionalitas kerja guru ditinjau
dari tingkat pendidikaan. Begitu pula sebaliknya, jika harga F hitung < F
tabel maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan
untuk profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan.
Catatan :
Perumusan dan pengujian hipotesis, serta pengambilan kesimpulan untuk
variabel masa kerja, dan status kepegawaian dilakukan dengan cara yang
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan November 2008. Subyek penelitian ini adalah guru-guru di Sekolah Menengah Atas se- Kota Yogyakarta. Keseluruhan Sekolah Menengah Atas ini antara lain adalah SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA Negeri 11 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, SMA Muhammadyah 2 Yogyakarta, SMA Bhinneka Tunggal Ika, dan SMA Marsudi Luhur Yogyakarta. Kuesioner yang diberikan kepada guru adalah sebanyak 317 buah. Jumlah kuesioner yang diisi lengkap oleh responden sebanyak 241 buah. Dengan demikian response rate pengembalian kuesioner sebesar 76,02%. Secara lengkap sebaran responden tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 4.1
Sebaran Responden Penelitian Nama Sekolah Responden Tidak
Kembali
Rusak Gagal Jumlah
SMA N 3 YK 50 11 - - 39 SMA N 9 YK 50 10 - - 40 SMA N 11 YK 13 6 - - 7 SMA BOPKRI 1 YK 40 13 - - 27 SMA BOPKRI 2 YK 50 14 - - 36 SMA Muhammadyah 2 YK 60 18 - - 42 SMA Bhinneka Tunggal Ika 24 - - - 24 SMA Marsudi Luhur YK 30 4 - - 26
Jumlah 317 76 - - 241
1. Deskripsi Responden Penelitian a. Tingkat Pendidikan
Tabel 4.2
Tingkat Pendidikan Responden No Tingkat pendidikan f fr (%)
1 S2 14 5,8
2 S1/D4 212 88
3 D3 13 5,4
4 D2 2 0,8
5 <D2 - -
Total 241 100
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden yang mempunyai tingkat pendidikan kurang dari D2 tidak diketemukan, tingkat pendidikan D2 sebanyak 2 orang atau 0,8%, tingkat pendidikan D3 sebanyak 13 orang atau 5,4%, tingkat pendidikan S1/D4 sebanyak 212 orang atau 88%, dan tingkat pendidikan S2 sebanyak 14 orang atau 5,8%. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagian besar responden penelitian ini mempunyai tingkat pendidikan S1/D4.
b. Masa Kerja
Tabel 4.3
Masa Kerja Responden
No Masa Kerja f fr (%)
1 >25 tahun 36 15
2 23-25 tahun 27 11,2
3 20-22 tahun 25 10,4
4 17-19 tahun 20 8,3
5 14-16 tahun 16 6,6
6 11-13 tahun 25 10,4
7 8-10 tahun 22 9,1
8 5-7 tahun 29 12
9 2-4 tahun 41 17
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang mempunyai masa kerja 2-4 tahun sebanyak 41 orang atau 17,0%, masa kerja 5-7 tahun sebanyak 29 orang atau 12%, masa kerja 8-10 tahun sebanyak 22 orang atau 9,1%, masa kerja 11-13 tahun sebanyak 25 orang atau 10,4%, masa kerja 14-16 tahun sebanyak 16 orang atau 6,6%, masa kerja 17-19 tahun sebanyak 20 orang atau 8,3%, masa kerja 20-22 tahun sebanyak 25 orang atau 10,4 %, masa kerja 23-25 tahun sebanyak 27 orang atau 11,2%, dan masa kerja lebih dari 25 tahun sebanyak 36 orang atau 15%. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagian besar responden penelitian ini mempunyai masa kerja 2-4 tahun.
c. Status Kepegawaian
Tabel 4.4
Status Kepegawaian Responden
No. Status Kepegawaian f fr (%)
1 PNS 123 51,1
2 Guru Tetap Yayasan 23 9,5
3 Guru Bantu 9 3,7
4 Guru Honorer 86 35,7
Total 241 100
disimpulkan sebagian besar responden penelitian ini berstatus pegawai negeri sipil.
2. Profesionalitas Kerja Guru
Profesionalitas kerja guru disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4.5
Profesionalitas Kerja Guru
Skor Frekuensi Persentase (%) Interpretasi 148-175 127-147 113-126 99-112 <99 88 142 9 2 - 36,51 58,92 3,73 0,84 - Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi Rendah Sangat rendah
Jumlah 241 100
Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa profesionalitas kerja guru di kota Yogyakarta dikategorikan sangat tinggi sebanyak 88 guru atau 36,51%, dikategorikan tinggi sebanyak 142 guru atau 58,92%, dikategorikan cukup tinggi sebanyak 9 guru atau 3,73%, dikategorikan rendah sebanyak 2 guru atau 0,84%, dan tidak terdapat guru yang dikategorikan sangat rendah. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan mean = 145,02, median = 144 , dan modus =145 ( Lampiran 4)
a. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Tabel 4.6
Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Kriteria Sangat
Tinggi Tinggi
Cukup
Tinggi Rendah
Sangat
Rendah Jumlah
<D2 F - - -
Fr (%) - - -
D2 F 1 1 - - - 2
Fr (%) 50 50 - - - 100
Fr (%) 38 54 7,7 - - 100
S1/D4 F 76 126 8 2 - 212
Fr (%) 36 59 3,8 0,9 - 100
S2 F 6 8 - - - 14
Fr (%) 43 57 - - - 100
Total F 88 142 9 2 241
Fr (%) 36,51 58,92 3,74 0,83 100
Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut: 1) tidak diketemukan guru dengan tingkat pendidikan di bawah D2; 2) di tingkat pendidikan D2, 1 guru atau 50% memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, dan 1 guru atau 50% memiliki profesionalitas kerja tinggi; 3) di tingkat pendidikan D3, 5 guru atau 38% memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 7 guru atau 54% memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 1 guru atau 7,7% memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi; 4) di tingkat pendidikan S1/D4, 76 guru atau 36% memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 126 guru atau 59% memiliki profesionalitas kerja tinggi, 8 guru atau 3,8% memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi, dan 2 guru atau 0,9% memiliki profesionalitas kerja rendah; 5) di tingkat pendidikan S2, 6 guru atau 43% memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, dan 8 guru atau 57% memiliki profesionalitas kerja tinggi.
b. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari masa Kerja Tabel 4.7
Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Masa Kerja
Masa Kerja
Kriteria Sangat
Tinggi Tinggi
Cukup
Tinggi Rendah
Sangat
Rendah Jumlah
2-4 F 14 25 1 1 - 41
5-7 F 11 17 1 - - 29
Fr (%) 37,9 58,6 3,4 - - 100
8-10 F 9 12 1 - - 22
Fr (%) 40,9 54,5 4,5 - - 100
11-13 F 14 10 1 - - 25
Fr (%) 56 40 4 - - 100
14-16 F 3 12 - 1 - 16
Fr (%) 18,8 75 - 6,2 - 100
17-19 F 7 13 - - 20
Fr (%) 35 65 - - - 100
20-22 F 7 18 - - - 25
Fr (%) 28 72 - - - 100
23-25 F 13 13 1 - - 26
Fr (%) 48,1 48,1 3,7 - - 100
>25 F 10 22 4 - - 36
Fr (%) 27,8 61,1 11,1 - - 100
Total F 88 142 9 2 241
Fr (%) 36,51 58,92 3,74 0,83 100
tahun, 3 guru (18,8%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 12 guru (75%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 1 guru (6,2%) memiliki profesionalitas kerja rendah; 6) Masa kerja 17-19 tahun, 7 guru (35%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, dan 13 guru (65%) memiliki profesionalitas kerja tinggi; 7) Masa kerja 20-22 tahun, 7 guru (28%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, dan 18 guru (72%) memiliki profesionalitas kerja tinggi; 8) Masa kerja 23-25 tahun, 13 guru (48,1%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 13 guru (48,1%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 1 guru (3,7%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi; 9) Masa kerja >25 tahun, 10 guru (27,8%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 22 guru (61,1%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 4 guru (11,1%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi.
c. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Status Kepegawaian Tabel 4.8
Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Status Kepegawaian
Status Kepegawaian
Kriteria Sangat
Tinggi Tinggi
Cukup
Tinggi Rendah
Sangat
Rendah Jumlah
Guru F
Honorer
49 1 86
32 4 -
Fr (%) 37,20 56,97 4,65 1,16 - 36
Guru Bantu
F 2 6 1 - - 9
Fr (%) 22,22 66,67 1,16 - - 4
Guru Tetap Yayasan
F 9 13 - 1 - 23 Fr (%)
39,13 56,52 - 4,34 - 10
PNS F 45 74 4 - - 123
Fr (%) 36,58 60,16 3,25 - - 51
Total F 88 142 9 2 241
Tabel 4.8 di atas menu an b profes nalitas k rja gur ditinjau dari s waia kan s bagai berikut: 1) Guru honorer, 32 guru (37,20%) memiliki profesionalitas kerja sanga
B. Analisi 1. Pen
a. Pengujian Normalitas
rmalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya t pendidikan, masa kerja, dan status adalah hasil pengujian normalitas yang
njukk ahwa io e u
tatus kepega n dapat diurai e
t tinggi, 49 guru (56,97%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, 4 guru (4,65%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi, dan 1 guru (1,16%) memiliki profesionaitas kerja rendah; 2) Guru Bantu, 2 guru (22,22%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 6 guru (66,67%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 1 guru (1,16%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi; 3) Guru tetap yayasan, 9 guru (39,13%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 13 guru (56,52%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 1 guru (4,34%) memiliki profesionalitas kerja rendah; 4) PNS, 45 guru (36,58%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 74 guru (60,16%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 4 guru (3,25%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi.
s Data
gujian Prasyarat Analisis
Uji no
dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (uji K-S). (Lampiran 4)
Tabel 4.9
Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan
D2 D3 S1 S2
N 2 13 212 14
Normal Parametersa
Mean 143.50 145.08 144.70 148.86
Std. Deviation 6.364 15.618 12.618 12.272
Most Extreme Differences
Absolute .260 .213 .077 .193
Positive .260 .213 .077 .193
Negative -.260 -.162 -.050 -.175
Kolmogorov-Smirnov Z .368 .769 1.119 .723
Asymp. Sig. (2-tailed) .999 .596 .164 .672
sebagaimana tersaji dalam t 4.9 unjuk
Tabel 4.10
Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Masa Kerja
Hasil pengujian abel men kan
bahwa nilai probabilitas untuk variabel profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan D2 adalah 0,999; tingkat pendidikan D3 adalah 0, 596; tingkat pendidikan S1 adalah 0,164; tingkat pendidikan S2 adalah 0,672. Keseluruhan nilai asimp. sig tersebut lebih besar dari α = 0,05 Dengan demikian, dapat disimpulkan distribusi data pro