• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFESIONALITAS KERJA GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, DAN STATUS KEPEGAWAIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROFESIONALITAS KERJA GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, DAN STATUS KEPEGAWAIAN"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PROFESIONALITAS KERJA GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, DAN STATUS KEPEGAWAIAN

Survei : Guru-Guru Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh : Tri Ningsih

041334079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2009

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

Jika hari ini seorang Perdana Menteri berkuasa

Jika hari ini seorang Raja menaiki takhta

Jika hari ini seorang Presiden sebuah negara

Jika hari ini seorang Ulama yang mulia

Jika hari ini seorang Peguam menang bicara

Jika hari ini seorang penulis terkemuka

Jika hari ini siapa sahaja menjadi dewasa;

Sejarahnya dimulakan oleh seorang guru biasa

Dengan lembut sabarnya mengajar tulis-baca...

( Guru oh guru... Usman Awang 1979 )

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

♥ GURU – GURU SEDARI KECIL KU

♥ ORANG TUA TERKASIH

(5)

MOTTO

...Life is God’s gift to you. The way you live your life is yor gift to God. Make it fantastic one...

...Masa lalu adalah kenangan penuh pelajaran Masa kini adalah kenyataan

Masa depan adalah pengharapan penuh misteri...

(6)

Pernyataan Keaslian Karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 6 Maret 2009

Tri Ningsih

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Sanata Dharma : Nama : Tri Ningsih

Nomor Mahasiswa : 041334079

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PROFESIONALITAS KERJA GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, DAN STATUS KEPEGAWAIAN

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 12 Maret 2009

Yang menyatakan

Tri Ningsih

(8)

ABSTRAK

PROFESIONALITAS KERJA GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, DAN STATUS KEPEGAWAIAN

Survei : Guru-guru SMA se-Kota Yogyakarta Tri Ningsih

Universitas Sanata Dharma 2009

Penelitian ini bertujuan mengetahui: (1) perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja; dan (3) perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari status kepegawaian.

Penelitian ini merupakan penelitian survei. Jumlah populasi penelitian sebanyak 1.829 guru. Sampel penelitian adalah guru-guru Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta yang berjumlah 317 orang. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan Analysis of Variance (ANOVA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan (sign. value= 0,659 > α= 0,05); (2) tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja (sign. value= 0,324 > α=0,05) dan (3) tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari status kepegawaian (sign. value=0,539 > α=0,05).

(9)

ABSTRACT

TEACHER’S PROFESSION PERCEIVED FROM LEVEL OF EDUCATION, PERIOD OF SERVICE, AND OFFICIAL STATUS

A Survey done on High School Teachers in Yogyakarta

Tri Ningsih

Sanata Dharma University 2009

The research aims to find out the difference of teacher’s profession perceived from (1) level of education; (2) period of service; (3) official status.

This study is a kind of an observation research. The research population was

all high school teachers in Yogyakarta. The samples were 317 teachers. The technique of taking samples was purposive sampling. The technique of collecting

data was questionnaire. The technique of analysing the data was Analyse Of Variance (ANOVA).

The results of the research show that there isn’t any difference in teachers profession perceived from (1) level of education (sign. value= 0,659> α= 0,05); (2) period of service (sign. value= 0,324> α= 0,05); and (3) official status (sign. value= 0,539> α= 0,05).

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kasih, yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

a. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

b. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

c. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

d. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma dan Pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu, memberikan saran dan kritik yang sangat berarti dalam membimbing penyelesaian skripsi ini.

e. Bapak S. Widanarto, S.Pd., M.Si dan Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

(11)

f. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan selama proses perkuliahan.

g. Keluarga terkasih bapak ibu di rumah yang telah sabar menunggu & danardono sahabat hati yang ada selalu.

h. Teman-teman, Dwi In teman sepenelitian, Via juga teman-teman PAK’A & PAK’B ’04 atas hari-hari bersamanya selama perkuliahan bertahun-tahun. i. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dan karenanya peniulis mengharapkan berbagai kritik, saran dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pembaca.

Yogyakarta, 6 Maret 2009

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Batasan masalah ... 4

C.Rumusan Masalah ... 5

D.Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Teoritik

(13)

1. Profesionalitas Kerja Guru ... 7

2. Tingkat Pendidikan ... 12

3. Masa Kerja ... 14

4. Status Kepegawaian ... 15

B.Kerangka Berpikir ... 17

C.Hipotesis ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Jenis Penelitian ... 21

B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

C.Subjek Dan Objek Penelitian ... 21

D.Populasi Dan Sampel ... 22

E. Operasionalisasi Variabel ... 23

F. Teknik Pengumpulan Data ... 28

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 28

H. Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 37

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 37

2. Profesionalitas Kerja Guru ... 40

B. Analisis Data ... 44

C. Pembahasan ... 51 BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

(14)

A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 60 C. Keterbatasan ... 63 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Profesionalitas Kerja Guru... 23

Tabel 3.2 Skoring Pernyataan Profesionalitas Kerja Guru ... 26

Tabel 3.3 Rangkuman Uji Validitas Untuk Variabel Profesionalitas Kerja Guru ... 29

Tabel 3.4 Rumusan Perhitungan Anova ... 35

Tabel 4.1 Sebaran Responden Penelitian ... 37

Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 38

Tabel 4.3 Masa Kerja Responden ... 38

Tabel 4.4 Status Kepegawaian Responden ... 39

Tabel 4.5 Profesionalitas Kerja Guru ... 40

Tabel 4.6 Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 40

Tabel 4.7 Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Masa Kerja ... 41

Tabel 4.8 Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Status Kepegawaian ... 43

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 45

Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Masa Kerja ... 45

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Status Kepegawaian ... 46

Tabel 4.12 Rangkuman Tabel Homogenitas ... 47

Tabel 4.13 Tabel ANOVA Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 48

Tabel 4.14 Tabel ANOVA Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Masa Kerja ... 49

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN ... 68

LAMPIRAN 2. DATA VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 77

LAMPIRAN 3. DATA INDUK PENELITIAN ... 85

LAMPIRAN 4. ANALISIS DATA... 98

LAMPIRAN 5. SURAT IZIN PENELTIAN ... 106

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh

kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya. Kualitas SDM

tersebut meliputi seluruh kemampuan dan potensi diri yang dimiliki oleh

setiap individu terkait. Untuk menghasilkan individu yang berkualitas

diperlukan suatu tatanan sistem pendidikan yang berkualitas pula. Guru

merupakan salah satu komponen yang memegang peran utama dalam sistem

pendidikan tersebut.

Perkembangan profesi guru sejalan dengan perkembangan masyarakat

dan sistem persekolahan. Sejalan dengan perkembangan masyarakat, guru

dituntut memiliki tingkat kemampuan yang memadai dalam mendayagunakan

teknologi komunikasi dan informasi. Guru dengan kemampuan artifisialnya

dituntut untuk dapat membelajarkan siswa dalam jumlah yang besar dan selalu

mempersiapkan diri menghadapi perkembangan jaman yang semakin

mengglobal. Sementara sejalan dengan perkembangan sistem persekolahan,

guru dituntut memiliki kompetensi – kompetensi tertentu yang harus dikuasai

sesuai dengan standar mutu yang sudah ditetapkan pemerintah.

Kompetensi-kompetensi keguruan yang dituntut untuk dikuasai seorang

guru yang profesional pada saat ini adalah kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial (Standar Nasional

(18)

Pendidikan, Pasal 28 ayat 3). Kompetensi pedagogik adalah kemampuan

mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi: pemahaman terhadap

peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil

belajar, serta pengembangan peserta didik untuk mengaktualisaikan berbagai

potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan

kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan

bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi.

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat

untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik dan

masyarakat sekitar.

Banyak permasalahan yang dihadapi para guru karena

ketidakmampuannya menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di

sekelilingnya sebagai akibat dari keterbatasan mereka sebagai individu

ataupun kemampuan sekolah dan pemerintah. Permasalahaan semakin tampak

oleh sebab adanya tuntutan agar institusi pendidikan termasuk guru untuk

selalu menyesuaikan diri dengan segala perkembangan yang ada dalam

masyarakat. Berhadapan dengan tantangan seperti itu baik pemerintah maupun

guru harus berusaha untuk menumbuhkan dan meningkatkan profesionalitas

kerjanya.

Ada berbagai faktor yang berhubungan dengan profesionalitas kerja

(19)

kepegawaian guru. Tingkat pendidikan yang ditempuh seorang guru adalah

salah satu unsur penentu keahliannya dalam bekerja. Guru yang menempuh

tingkat pendidikan yang lebih tinggi diduga akan memiliki kemampuan pada

proses belajar siswa, menguasai secara mendalam materi pelajaran dan metode

pembelajaran, mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan

belajar dari pengalamannya, serta menyadari bagian dari masyarakat belajar

dalam lingkungan profesinya. Keseluruhan hal itu memungkinkan mereka

untuk selalu meningkatkan profesionalitas kerjanya. Jadi jelas bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki seorang guru, maka semakin tinggi

profesionalitas kerjanya. Sedangkan guru dengan tingkat pendidikan yang

rendah, maka rendah pula pemahamannya akan pengetahuan dari kompetensi

– kompetensi keguruan yang sebenarnya dituntut untuk dimiliki olehnya

sehingga hal ini akan berdampak pada rendahnya profesionalitas kerjanya.

Ditinjau dari masa kerja, guru dengan masa kerja yang lama diduga

memiliki profesionalitas kerja yang tinggi. Hal ini disebabkan pada rentang

waktu yang lama seseorang akan memiliki pemahaman, pengetahuan, dan

kebiasaan yang lebih baik. Selama rentang waktu itu, guru tersebut dapat

selalu belajar dan akhirnya kemampuannya menjadi semakin terasah. Hal ini

berbeda dengan pengetahuan dan kompetensi dari seseorang yang belum

begitu berpengalaman dimana mereka cenderung memiliki keahlian profesi

yang belum teruji. Dengan demikian diduga kuat bahwa semakin lama masa

(20)

sebaliknya semakin pendek masa kerjanya semakin rendah pula

profesionalitas kerjanya.

Status kepegawaian yang dimiliki seorang guru diduga juga akan

mempengaruhi profesionalitas kerjanya. Guru dengan status pegawai tetap,

misalnya, dilihat dari aspek ekonomi guru cenderung mendapatkan imbalan

yang lebih baik dibandingkan dengan guru berstatus pegawai tidak tetap

ataupun guru honorer. Dari aspek psikologis dan sosial pun guru berstatus

pegawai tetap akan lebih memiliki keadaan psikologis dan sosial yang lebih

baik dibanding guru berstatus tidak tetap atau guru honorer. Jadi diduga kuat

bahwa semakin tinggi status kepegawaian guru semakin tinggi pula

profesionalitas kerjanya, dan sebaliknya semakin rendah status

kepegawaiannya smakin rendah pula profesionalitas kerjanya

Dari uraian di atas, diketahui bahwa ada banyak hal yang dapat

mempengaruhi profesionalitas kerja guru. Pada penelitian ini, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “PROFESIONALITAS KERJA

GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, DAN

STATUS KEPEGAWAIAN”. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang

dilakukan di beberapa SMA swasta dan negeri di kota Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat profesionalitas kerja guru.

(21)

budaya. Fokus penelitian ini adalah tingkat pendidikan, masa kerja, dan status

kepegawaian guru.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Apakah ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat

pendidikan?

2. Apakah ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja?

3. Apakah ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari status

kepegawaian?

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat

pendidikan.

2. Untuk mengetahui profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja.

3. Untuk mengetahui profesionalitas kerja guru ditinjau dari status

(22)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Lembaga Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat profesionalitas kerja guru serta

membantu untuk meningkatkan profesionalitas kerja guru.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi para

mahasiswa berikutnya dan menjadi pembanding untuk penelitian sejenis

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Profesionalitas Kerja Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:702), kata “profesional”

berasal dari kata sifat (adjektiva) yang berarti bersangkutan dengan profesi;

memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya; mengharuskan

adanya pembayaran untuk melakukannya (bukan amatir). Kenneth Lynn

dalam Muhammad Nurdin (2008:100) memberikan definisi profesi sebagai

berikut: “ A profession delivers esoteric service based on esoteric knowledge

systematically formulated and applied to the needs of a client” (suatu profesi

yang menyajikan jasa dengan berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang

dipahami oleh orang tertentu secara sistematik yang diformulasikan dan

diterapkan untuk memenuhi kebutuhan klien). Dari pengertian tersebut, dapat

ditarik pengertian bahwa dalam suatu pekerjaan yang bersifat profesional

dipergunakan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual,

yang secara sengaja harus dipelajari dan secara langsung dapat dipergunakan

bagi kemaslahatan orang lain. Pekerjaan yang bersifat profesional adalah

pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan

untuk itu dan bukan pekerjaan lain (Samana, 1989:40).

Pengajaran dilaksanakan oleh tenaga-tenaga profesional. Tingkat

profesionalisasi itu didasarkan pada kemampuan khusus, pengalaman, latar

belakang akademis, ijazah, dan gelar yang dimilikinya. Chamberlin seperti

(24)

dikutip oleh Oemar Hamalik (2006:26) menyebutkan tingkat-tingkat

profesional terdiri dari: cadet teacher, executive teacher, lead teacher, master

teacher, provisional teacher, profesional teacher, regular teacher, senior

teacher, special teacher, teacher assistant, teacher intern, dan team teacher.

Siegart sebagaimana dikutip oleh Rahardi (Media MNPK, 1998:29)

menyatakan bahwa ada tiga sikap dasar bagi individu dan masyarakat untuk

dapat menjadi profesional antara lain adanya keseimbangan antara sikap

altruistik dengan sikap non altruistik atau egoistik dalam diri individu maupun

masyarakat, adanya penonjolan kepentingan luhur dalam praktek kerja

keseharian dan munculnya sikap solider antar teman seprofesi. Menurut

Rahardi (Media MNPK, 1998:30), profesionalisme kerja memiliki tiga ciri

utama yang saling terkait sebagai berikut:

1. Adanya kapasitas atau stok keahlian yang bersumber pada ilmu

pengetahuan dan teknologi yang benar dan mapan

2. Adanya moral, etika, serta perilaku baik secara individu maupun kelompok

yang baik.

3. Adanya pelayanan atau pengabdian yang tulus terhadap individu,

masyarakat dan lingkungan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jabatan

guru tergolong jabatan profesional karena memenuhi ke tiga macam sikap

dasar profesionalisme.

Dalam Undang – Undang tentang Guru tahun 2005 BAB I pasal 1

disebutkan pula bahwa :

(25)

kemanusiaannya secara optimum, pada jalur pendidikan formal jenjang pendidikan dasar dan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini formal”.

Ciri-ciri profesional tugas guru sebagai pendidik dan pengajar menurut

Hariwung (1989:9) antara lain :

1. Adanya suatu keutuhan teori intelektual, yang diperluas oleh penelitian

dan terorganisasi. Hal ini sudah dapat dipenuhi dengan adanya teori – teori tentang ilmu kependidikan yang dikembangkan dalam penelitian.

2. Adanya teknik intelektual. Disini terdapat sejumlah teknik intelektual yang

meliputi metodologi pengajaran, teknik evaluasi, dan teknik metodologi penelitian pendidikan.

3. Penggunaan teknik tersebut terhadap peristiwa – peristiwa praktis. Metode

dan teknik pendidikan dimaksud juga sudah banyak membantu dalam pemecahan masalah-masalah praktis di dalam berbagai situasi di sekolah

4. Suatu jangka waktu latihan dan sertifikasi yang relatif lama.

5. Serangkaian standar atau patokan dan suatu ketentuan etika yang

dilaksanakan. Untuk ini, terdapat Kode Etik Guru Indonesia, yang ditetapkan dalam Konggres PGR ke XII tanggal 21-25 November 1973 di Jakarta.

6. Kemampuan untuk menerapkan kepemimpinannya sendiri. Tugas guru di

dalam proses belajar mengajar adalah suatu penerapan kepemimpinan kependidikan, yang bersumber pada kepemimpinan pendidikan secara struktural dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

7. Suatu perhimpunan anggota-anggota profesi dengan kualitas komunikasi

yang tinggi.

8. Pengakuan sebagai profesi. Pengakuan dimaksud ditunjukkan oleh

penempatan lulusan dalam bidang pekerjaan sebagai guru di sekolah sesuai dengan jenjang pendidikan.

9. Kepentingan profesional untuk penggunaan tugas guru secara

bertanggung jawab. Hal ini ditunjukkan oleh tuntutan masyarakat terhadap kualitas lulusan yang dapat dipertanggung jawabkan.

10.Hubungan yang mapan antara PGRI dengan organisasi-organisasi

profesional lainnya.

Profesionalitas kerja guru diukur berdasarkan suatu standar kompetensi

yang telah ditetapkan pemerintah. Menurut Mulyasa (2007:26), kompetensi

guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi,

(26)

guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman peserta didik

pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.

Dalam Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 disebutkan bahwa

kompetensi dasar guru antara lain kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi

pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang

meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi

kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,arif,

dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran

secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik

memenuhi standar kompetensi. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru

sebagai bagian dari masyarakat untuk bergaul dan berkomunikasi secara

efektif dengan peserta didik dan masyarakat sekitar.

Peraturan Mendiknas Nomor 16 Tahun 2007 menyebutkan bahwa

terdapat sejumlah indikator dalam setiap kompetensi dasar keguruan. Dalam

kompetensi pedagogik, indikator-indikator pengukuran yang termasuk di

dalamnya antara lain :

1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,

kultural, emosional, dan intelektual.

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang

diampu.

(27)

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.

6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran.

10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Pada kompetensi kepribadian, indikator-indikator pengukuran yang

termasuk di dalamnya antara lain :

1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan

nasional Indonesia.

2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan

bagi peserta didik dan masyarakat.

3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa.

4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi

guru, dan rasa percaya diri.

5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Pada kompetensi sosial, indikator-indikator pengukuran yang

termasuk di dalamnya antara lain :

1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena

pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluaraga, dan status sosial ekonomi.

2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia

yang memiliki keragaman sosial budaya.

4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara

lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Pada kompetensi profesional, indikator-indikator pengukuran yang

termasuk di dalamnya antara lain :

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu.

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang

(28)

3. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.

4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan

tindakan reflektif.

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi

dan mengembangkan diri.

A. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang telah

diselesaikan seseorang dalam masa hidupnya. Tingkat pendidikan yang

dimiliki seseorang berdampak pada kompetensi yang dimilikinya. Profesi

guru telah menjadi profesi yang menuntut dimilikinya profesionalitas kerja

yang tinggi. Salah satu cara yang dapat membentuk setiap profesional adalah

melalui pendidikan prajabatan.

Terdapat empat macam program pendidikan guru antara lain (Sahertian,

1994:68)

1. Program non gelar (program diploma) dengan rincian sebagai berikut:

a. Program Diploma (D1) dengan lama studi 1-2 tahun

b. Program Diploma II (D2) dengan lama studi 2-3 tahun

c. Program Diploma III (D3) dengan lama studi 3-5 tahun

2. Program gelar yang melalui jenjang Sarjana (S1) dengan lama studi 4-7

tahun

3. Program Pasca Sarjana (S2) dengan lama studi 6-9 tahun

4. Program Doktor (S3) dengan lama studi 8-11 tahun

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007

menyebutkan bahwa kualifikasi akademik guru meliputi:

(29)

Kualifikasi akademik Guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup kualifikasi akademik Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudatul Atfal (RA), Guru Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Guru Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Guru Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Guru Sekolah Dasar Luar Biasa/Sekolah Menengah Luar Biasa/Sekolah Menengah atas Luar Biasa (SDLB/SMPLB/SMALB), dan Guru Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) sebagai berikut:

a. Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA

Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D4) atau Sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

b. Kualifikasi Akademik Guru SD/MI

Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

c. Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs

Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

d. Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA

Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D–IV) atau Sarjana (S1) program studi sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

e. Kualifikasi akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB

Guru pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D–IV) atau Sarjana (S1) program pendidikan khusus atau Sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

f. Kualifikasi akademik Guru SMK/MAK

(30)

2. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Sertifikasi dan Kesetaraan

Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai Guru dalam bidang – bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk melaksanakannya.

C. Masa Kerja

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:550), menyebutkan bahwa yang

dimaksud dengan masa adalah waktu, zaman atau lama waktu tertentu.

Sedangkan yang dimaksud dengan kerja (1990:428), adalah kegiatan

melakukan sesuatu; sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Jadi yang

dimaksud dengan masa kerja adalah rentang masa seorang guru

melaksanakan tugasnya sebagai pengajar pada suatu lembaga pendidikan

tertentu. Masa kerja berhubungan dengan waktu kerja seseorang yaitu dari

segi kuantitas seseorang di dalam menjalani pekerjaannya (Tulus, 1992:113).

Pengalaman mengajar adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugasnya

sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas

dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan atau kelompok

masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat

berupa surat keputusan atau surat keterangan yang sah dari lembaga

berwenang (Muslich, 2007:14). Masa kerja seorang guru berstatus PNS

terhitung pada saat diterimanya SK (Surat Keputusan) yang diterbitkan oleh

Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan untuk guru berstatus non PNS

(31)

dikeluarkan oleh lembaga atau satuan pendidikan tempat ia bekerja. Masa

kerja biasa dihitung dalam satuan tahun.

D. STATUS KEPEGAWAIAN

Secara umum status kepegawaian tenaga pendidikan pada suatu

lembaga pendidikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : guru tetap dan guru

tidak tetap (Suwondo, 2003:439)

1. Guru tetap. Guru tetap adalah guru yang telah diangkat menjadi pegawai

tetap pada suatu instansi pendidikan yang berkewajiban mengajar 24 jam

per minggu dan melaksanakan tugas administrasi lainnya. Guru Tetap

dapat berstatus pegawai negeri sipil (PNS) atau bukan PNS.

2. Guru tidak tetap. Guru tidak tetap adalah guru yang belum diangkat

menjadi pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan, baik instansi

pendidikan negeri maupun swasta. Guru tidak tetap dapat berstatus guru

bantu. Pengadaan guru bantu dapat dilakukan melalui ikatan kerja dengan

sistem kontrak yang sebelumnya proses seleksi yang berorientasi pada

standar kompetensi guru dan dilaksanakan secara terpadu melalui kerja

sama antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten /kota.

Ada pula yang membedakan status kepegawaian guru menjadi :

1. Pegawai Negeri Sipil

2. Guru Tetap Yayasan

3. Guru Bantu

(32)

Undang-Undang Tentang Guru tahun 2005 pasal 1 menyebutkan bahwa :

Guru tetap adalah guru yang dipekerjakan secara permanen oleh pemerintah, pemerintah daerah, BHP, atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan.

Guru tetap Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah guru tetap yang diangkat sebagai pegawai negeri sipil oleh pemerintah dan/ pemerintah daerah berdasarkan peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Guru tetap non PNS adalah guru tetap yang diangkat oleh BHP, atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjian kerja.

Guru tidak tetap adalah guru yang diangkat secara sementara oleh pemerintah, pemerintah daerah, BHP, atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjan kerja.

Status karyawan pada suatu organisasi dapat pula dibedakan menjadi

(http/www.portalhr.com):

1. Karyawan kontrak. Karyawan kontrak adalah karyawan yang dipekerjakan

oleh perusahaan untuk jangka waktu tertentu, waktunya terbatas maksimal

hanya tiga tahun. Status karyawan kontrak hanya dapat dapat diterapkan

untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan

pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :

a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya.

b. Pekerjaan yang diperlkirakan peyelesaiannya dalam waktu yang tidak

terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun.

c. Pekerjaan yang bersifat musiman.

d. Untuk pekerjaan yang bersifat tetap, tidak dapat diberlakukan status

(33)

e. Jika setelah kontrak kemudian perusahaan atau organisasi menetapkan

yang bersangkutan menjadi karyawan tetap, maka masa kontrak tidak

dihitung sebagai masa kerja.

2. Karyawan tetap. Karyawan tetap adalah karyawan yang bekerja pada suatu

organisasi dimana tidak ada batasan jangka waktu lamanya karyawan

tersebut bekerja. Hubungan kerja antara organisasi dan karyawan tetap

dituangkan dalam perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu. Perusahaan

atau organisasi dapat mensyaratkan masa percobaan maksimal tiga bulan,

dan masa kerja dihitung sejak masa percobaan.

E. Kerangka Berpikir

1. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi cara

berpikir dan bertindak dalam hidupnya, tidak terkecuali dalam dunia

pekerjaannya. Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi untuk

bidang pekerjaannya biasanya cenderung melakukan hal yang

berhubungan dengan pekerjaannya itu sebaik mungkin. Dengan demikian,

pekerjaan profesional adalah pekerjaan yang dipersiapkan melalui proses

pendidikan dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang harus

dipenuhinya, maka semakin tinggi pula derajat profesi yang diembannya.

Tinggi rendahnya pengakuan profesionalisme sangat tergantung kepada

keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuh (Nurdin, 2008:102). Orang

(34)

bagian dari hidupnya dan akan selalu berusaha untuk terus menjaga dan

memperbaiki mutu kinerjanya. Ia akan bersikap profesional dalam

pekerjaannya dan terus meningkatkan kompetensinya karena menyadari

bahwa ilmu yang telah didapatkan pada pendidikan formal harus

diterapkan dalam pekerjaannya. Sedangkan guru dengan kualifikasi

pendidikan yang minim cenderung memiliki profesionalitas kerja yang

rendah karena guru tersebut tidak memiliki kompetensi-kompetensi yang

seharusnya dimiliki, yang didapat melalui proses pendidikan. Hal ini

sejalan dengan pendapat Hariwung (1989:11) yang mengatakan bahwa

untuk menjalankan pekerjaan sesuai dengan tuntutan-tuntutan yang

dipersyaratkan, maka orang yang dibebani tugas harus memiliki teori atau

pengetahuan, pandangan atau konsep-konsep yang dapat menjelaskan

kepadanya tentang pekerjaan tersebut dengan tuntutannya. Berdasarkan

pengetahuan, pandangan dan pikiran-pikiran dimaksud ia mampu

menyediakan seperangkat cara-cara operasional, serta informasi dan

ketrampilan untuk pekerjaan tersebut.

2. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau dari Masa Kerja

Rentang waktu yang telah dijalani seseorang dalam bekerja biasanya

akan membentuk suatu kebiasaan dan kemampuan tersendiri. Masa kerja

atau waktu merupakan konsep yang sangat penting bagi seorang

profesional. Waktu yang dipergunakan untuk kegiatan profesional

(teacher’s time) adalah intensitas waktu dari seorang guru yang digunakan

(35)

menjalani bidang profesi tertentu misalnya mengajar cenderung belum

memiliki keahlian pedagogik yang cukup tinggi. Namun seiring dengan

berjalannya waktu, keahlian mengajar (pedagogik) tersebut akan terus

terasah. Guru akan terus belajar dari tindakan-tindakannya dan

mengevaluasi hasil pembelajarannya, sehingga akhirnya akan memiliki

profesionalitas kerja yang tinggi. Hal ini dikuatkan dalam pedoman

sertifikasi guru dimana uji kompetensi akan dilakukan melalui penilaian

portofolio. Salah satu komponen portofolio itu adalah pengalaman

mengajar (Pedoman Penyusunan Perangkat Portofolio, 2007:50 ). Guru

dengan pengalaman lebih banyak akan berpeluang untuk memperoleh

sertifikasi dibandingkan dengan guru dengan pengalaman mengajar yang

sedikit. Jadi jelas terlihat bahwa dengan pengalaman atau masa kerja yang

lebih panjang akan mempengaruhi tingkat profesionalitas kerja seseorang.

3. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau dari Status Kepegawaian

Status kepegawaian yang dimiliki seorang guru sering berdampak

pada kinerjanya. Guru dengan status karyawan tetap cenderung memiliki

profesionalitas kerja yang tinggi karena guru tersebut merasa bahwa ia

adalah milik instansi tempat ia bekerja sehingga ia berusaha menjalankan

pekerjaaannya sebaik mungkin, berusaha menjaga dan meningkatkan

nama baik lembaga tempat guru tersebut mengajar. Guru dengan status ini

diduga memiliki profesionalitas kerja yang lebih baik baik karena guru

tersebut mendapatkan imbalan yang layak berupa materi dan fasilitas

(36)

mungkin. Sedangkan guru dengan status karyawan tidak tetap kurang

memiliki profesionalitas kerja yang baik dalam menjalankan tugasnya. Hal

ini disebabkan kompensasi yang diterima sangat berbeda dibandingkan

guru berstatus karyawan tetap. Ditinjau dari aspek sosial dan psikologis,

karyawan berstatus pegawai tetap atau PNS akan cenderung lebih tenang

dan nyaman dalam menjalani pekerjaannya sehingga berdampak baik bagi

prestasi kerjanya dibanding dengan karyawan berstatus karyawan tidak

tetap.

F. HIPOTESIS

Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang masih memerlukan jawaban atau

pembuktian kebenarannya (Soeharto, 1989:134). Dalam penelitian ini,

hipotesis dirumuskan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan

2. Ada perbedaan profesionalits kerja guru ditinjau dari masa kerja

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan metode survei.

Surakhmad dalam Arikunto (2006:110) mengatakan bahwa pada umumnya

survei merupakan cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau individu

dalam waktu (jangka waktu) yang bersamaan. Jumlahnya biasanya cukup

besar. Dalam penelitian ini kesimpulan yang ditarik hanya berlaku dan

terbatas pada guru-guru SMA Negeri dan Swasta di kota Yogyakarta.

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri dan Swasta di Kota

Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan

November 2008.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru-guru SMA Negeri dan Swasta di Kota

Yogyakarta.

(38)

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat

pendidikan, masa kerja, dan status kepegawaian.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung

ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik

tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin

dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 1989:6). Sesuai masalah yang diteliti

maka populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SMA Negeri dan

Swasta di Kota Yogyakarta yang berjumlah 1.829 orang guru.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan

cara-cara tertentu (Sudjana, 1989:161). Ukuran sampel dalam penelitian

ini ditentukan dengan menggunakan tabel Krecjie. Krecjie dalam

melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 5%, jadi

sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi

(Sugiyono, 2007:62) Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah

sebagian guru-guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta yang

berjumlah 317 orang. Sampel tersebut diambil dari 8 SMA di kota

Yogyakarta, yaitu SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta,

(39)

BOPKRI 2 Yogyakarta, SMA Muhammadyah 2 Yogyakarta, SMA

Marsudi Luhur, dan SMA Bhinneka Tunggal Ika.

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

Teknik penarikan sampel ini terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan

berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti seperti

jumlah sekolah dan karakteristik sekolah.

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Profesionalitas Kerja Guru

Profesionalitas kerja guru adalah kemampuan seorang guru dalam

menguasai kompetensi-kompetensi dasar keguruan dalam menjalankan

profesinya. Adapun dimensi profesionalitas kerja guru tersebut antara lain

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Profesionalitas kerja guru

Dimensi Indikator Pernyataan

Positif Negatif

Kompetensi Pedagogik

1. Menguasai karakteristik

peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

2. Menguasai teori belajar dan

prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

1,2

(40)

Kompetensi Kepribadian

3. Mengembangkan kurikulum

yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu

4. Menyelenggarakan kegiatan

pengembangan yang mendidik.

5. Memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi untuk kepentingan

penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

6. Memfasilitasi pengembangan

potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

7. Berkomunikasi secara

efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

8. Menyelenggarakan penilaian

dan evaluasi proses dan hasil belajar.

9. Memanfaatkan hasil

penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

10. Melakukan tindakan reflektif

untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

1. Bertindak sesuai dengan

norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

2. Menampilkan diri sebagai

pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

3. Menampilkan diri sebagai

pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

4. Menunjukkan etos kerja,

tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

5. Menjunjung tinggi kode etik

(41)

Kompetensi Sosial

Kompetensi Profesional

1. Bersikap inklusif, bertindak

objektif, serta tidak diskriminatif karena

pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluaraga, dan status sosial ekonomi.

2. Berkomunikasi secara efektif,

empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

3. Beradaptasi di tempat bertugas

di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

4. Berkomunikasi dengan

komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

1. Menguasai materi, struktur,

konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2. Menguasai standar kompetensi

dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang

pengembangan yang diampu.

3. Mengembangkan materi

pelajaran yang diampu secara kreatif.

4. Mengembangkan

keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

5. Memanfaatkan teknologi

(42)

Pengukuran atas indikator-indikator profesionalitas kerja guru tersebut

menggunakan skala Likert. Pemberian skor pada variabel ini tersaji

sebagai berikut:

Tabel 3.2

Skoring Pernyataan Profesionalitas Kerja Guru

Kriteria Jawaban Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat setuju

Setuju Ragu - ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1

1 2 3 4 5

2. Variabel Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang ditempuh atau

diselesaikan seorang guru. Pemberian skor untuk variabel tingkat

pendidikan ini adalah sebagai berikut:

Tingkat pendidikan Skor

S2 5

S1/D4 4

D3 3

D2 2

<D2 1

3. Variabel Masa Kerja

Yang dimaksud masa kerja dalam penelitian ini adalah suatu masa dimana

(43)

penelitian ini masa kerja guru dalam menjalani profesinya dihitung dalam

satuan tahun. Pemberian skor untuk variabel masa kerja adalah sebagai

berikut:

Masa Kerja Skor

>25 tahun

23-25 tahun

20-22 tahun

17-19 tahun

14-16 tahun

11-13 tahun

8-10 tahun

5-7 tahun

2-4 tahun

9

8

7

6

5

4

3

2

1

4. Status Kepegawaian

Status kepegawaian merupakan keadaan atau kedudukan seseorang yang

berprofesi sebagai guru dalam hubungannya dengan masyarakat keguruan.

Pengukuran variabel ini adalah sebagai berikut:

Status Kepegawaian Skor

PNS 4

Guru Tetap Yayasan 3

Guru Bantu 2

(44)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada

responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden. Metode ini

digunakan untuk mengumpulkan data tentang profesionalitas kerja guru,

tingkat pendidikan, masa kerja, dan status kepegawaian.

G. Teknik Pengujian Instrumen

Di dalam penelitian, data memiliki kedudukan yang paling tinggi karena

data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat

pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data sangat menentukan

bermutu tidaknya hasil penelitian. Untuk mengumpulkan data memerlukan

instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang baik harus memenuhi dua

persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.

1. Pengujian Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Dalam penelitian ini validitas akan dihitung

dengan menggunakan perhitungan korelasi Product Moment (Arikunto,

2006:170):

(

)( )

(

)

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

(45)

Keterangan:

xy r

X

Y

XY

= koefisien korelasi

= jumlah skor X = jumlah skor Y

= jumlah hasil kali antara X dan Y N = banyaknya sampel yang diuji

Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukan

tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya

hasil koefisien korelasi ini dibandingkan dengan nilai r korelasi Product

Moment pada tabel. Jika hasil r hitung lebih besar dari r tabel maka butir

pertanyaan tersebut dikatakan valid, dan begitu sebaliknya.

Uji validitas dilakukan terhadap item-item pernyataan variabel

profesionalitas kerja guru, dilakukan pada guru-guru Sekolah Menengah

Atas diluar yang menjadi sampel penelitian ini. Berikut adalah rangkuman

uji validitas untuk variabel profesionalitas kerja guru :

Tabel 3.3

Rangkuman Uji Validitas Untuk Variabel Profesionalitas Kerja Guru

Butir No Korelasi Dengan Koreksi Status

1 0.569 Valid

2 0.825 Valid

3 0.527 Valid

4 0.633 Valid

5 0.655 Valid

6 0.435 Valid

7 0.506 Valid

8 0.497 Valid

9 0.414 Valid

10 0.649 Valid

(46)

12 0.694 Valid

13 0.711 Valid

14 0.511 Valid

15 0.579 Valid

16 0.571 Valid

17 0.392 Valid

18 0.080 Tidak Valid

19 0.534 Valid

20 0.430 Valid

21 0.610 Valid

22 0.391 Valid

23 0.458 Valid

24 0.212 Tidak Valid

25 0.104 Tidak Valid

26 0.583 Valid

27 0.447 Valid

28 0.558 Valid

29 0.624 Valid

30 0.636 Valid

31 0.570 Valid

32 0.706 Valid

33 0.651 Valid

34 0.717 Valid

35 0.427 Valid

36 0.575 Valid

37 0.617 Valid

38 0.485 Valid

39 0.132 Tidak Valid

Pengambilan keputusan ini dilakukan dengan cara membandingkan

nilai- nilai koefisien rhitung masing- masing butir dengan nilai koefisien rtabel.

Dengan jumlah data (N) sebanyak 33 responden dan taraf signifikansi

5% atau 0,05 maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,228. Maka bila nilai

koefisien rhitung lebih kecil dari 0.228 adalah tidak valid. Dari tabel diatas

(47)

yang tidak valid. Keempat pernyataan tersebutt selanjutnya tidak

digunakan dalam penelitian ini.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena

instrumen itu sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat

tendensius, mengarahkan responden untuk memilih jawaban – jawaban

tertentu. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen

yang skornya bukan satu dan nol, misalnya angket atau soal bentuk uraian

(Arikunto, 1989 : 164).

Rumus Alpha:

(

)

⎥⎢⎡ −∑ ⎥⎤ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ −

= 22

11 1 1 t b k k r σ σ Keterangan: = 11

r reliabilitas instrumen

= k = ∑ 2 b σ = 2 t σ

banyaknya butir pertanyaan jumlah varian butir

varian total

Tingkat reliabilitas kuesioner diuji pada taraf signifikansi 5%. Instrumen

dikatakan reliabel apabila nilai r alpha > 0,60 dan instrumen dikatakan

tidak reliabel apabila nilai alpha < 0,60 (Nunnaly dalam Imam Ghozali,

2001:20).

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus

(48)

Windows versi 16,0. Dari tiga puluh sembilan butir pernyataan pada

variabel profesionalitas kerja guru diperoleh nilai koefisien alpha (rtt)

sebesar 0,740. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan

membandingkan nilai koefisien alpha dengan 0,60 dari hasil perhitungan

diperoleh nilai koefisien alpha lebih besar daripada nilai 0,60. Hal ini

membuktikan bahwa instrumen profesionalitas kerja guru dapat

dikatakan reliabel.

H. Teknik analisis data

1. Statistik Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan data hasil pengumpulan

data yang sudah didapat dan penelitian lapangan yang meliputi responden,

variabel profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan, masa

kerja, dan status kepegawaian. Maka untuk keperluan deskripsi data

digunakan tabel distribusi frekuensi untuk setiap variabel.

2. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

terjaring berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas

dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (uji K-S).

Uji K-S ini digunakan untuk menguji apakah dua sampel berasal dari

populasi - populasi yang memiliki distribusi yang sama atau berbeda.

(49)

dan memfokuskan pada selisih terbesar antara kedua distribusi

tersebut dengan rumus (Sudrajat, 1985:39):

D = Max

[

Fo(Xi)−SN(Xi)

]

Keterangan :

D = Deviasi atau penyimpangan maximum

Fo(Xi) = Proporsi yang diharapkan dari nilai yang sama atau lebih

kecil dari Xi

SN(Xi) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi dari satu

sampel random dengan N observasi.

Selanjutnya untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi masing –

masing variabel normal atau tidak dilakukan dengan ketentuan sebagai

berikut:

1) Jika nilai probabilita lebih besar dari α =0,05 berarti sebaran data

normal

2) Jika nilai probabilita lebih kecil dari α =0,05 berarti sebaran data

tidak normal.

b. Uji Homogenitas

Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan varians populasi

yang berdistribusi normal berdasarkan sampel yang telah diambil dari

setiap populasi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk

melakukan pengujian ini. Pengujian yang dipakai adalah uji F dengan

rumus sebagai berikut : (Sudjana, 1975:250)

(50)

Harga Fhitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel

dengan dk pembilang dan dk penyebut. Kesimpulan: F tabel > F

hitung serta signifikansi lebih dari 0,05, maka varians data yang

dianalisis homogen, sebaliknya bila Ftabel < Fhitung dan signifikansi

kurang dari 0,05 maka varians data yang dianalisa tidak homogen.

3. Pengujian Hipotesis

a. Perumusan Hipotesis

Ho1= Tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari

tingkat pendidikan

Ha1= Ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat

pendidikan

Ho2= Tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari

masa kerja

Ha2= Ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa

kerja

Ho3= Tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari

status kepegawaian

Ha3= Ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari status

kepegawaian

b. Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis menggunakan Analisis

Varians. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut

(51)

1) Mengelompokkan skor berdasarkan kategori

2) Langkah berikutnya adalah mencari harga-harga untuk setiap unsur

yang diperlukan dengan rumus Anava. Harga - harga tersebut

adalah :

a) Banyaknya subjek dalam setiap kelompok (n ) k

b) Rerata skor untuk masing-masing kelompok (X)

c) Jumlah skor dalam setiap kelompok (∑Χ)

d) Jumlah kuadrat setiap skor dalam kelompok

(

∑Χ2

)

e) Jumlah untuk masing-masing harga (sesuai rerata)

Tabel 3.4

Rumus Perhitungan ANOVA

Sumber variasi

Jumlah kuadrat (JK) d.b MK F

Kelompok (K) Dalam (d)

(

) (

)

N nk

JK

X X

JK k t

k 2 2 ∑ ∑ = k t

JK

=

d

JK

1 − =K dbk

K

N

db

=

k

k k db JK MK = d k o MK MK F = d d d db JK MK =

Total (T)

(

)

N XT

2

2 − ∑

X JKT =∑ T

1 = N

dbT

Keterangan:

nk = jumlah subyek dalam kelompok k = banyaknya kelompok

N = jumlah subyek seluruhnya

(

)

2

Ν Χ

T

= faktor frekuensi yang muncul berkali-kali

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan antara F hitung

(52)

ada perbedaan secara signifikan untuk profesionalitas kerja guru ditinjau

dari tingkat pendidikaan. Begitu pula sebaliknya, jika harga F hitung < F

tabel maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan

untuk profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan.

Catatan :

Perumusan dan pengujian hipotesis, serta pengambilan kesimpulan untuk

variabel masa kerja, dan status kepegawaian dilakukan dengan cara yang

(53)

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan November 2008. Subyek penelitian ini adalah guru-guru di Sekolah Menengah Atas se- Kota Yogyakarta. Keseluruhan Sekolah Menengah Atas ini antara lain adalah SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA Negeri 11 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, SMA Muhammadyah 2 Yogyakarta, SMA Bhinneka Tunggal Ika, dan SMA Marsudi Luhur Yogyakarta. Kuesioner yang diberikan kepada guru adalah sebanyak 317 buah. Jumlah kuesioner yang diisi lengkap oleh responden sebanyak 241 buah. Dengan demikian response rate pengembalian kuesioner sebesar 76,02%. Secara lengkap sebaran responden tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 4.1

Sebaran Responden Penelitian Nama Sekolah Responden Tidak

Kembali

Rusak Gagal Jumlah

SMA N 3 YK 50 11 - - 39 SMA N 9 YK 50 10 - - 40 SMA N 11 YK 13 6 - - 7 SMA BOPKRI 1 YK 40 13 - - 27 SMA BOPKRI 2 YK 50 14 - - 36 SMA Muhammadyah 2 YK 60 18 - - 42 SMA Bhinneka Tunggal Ika 24 - - - 24 SMA Marsudi Luhur YK 30 4 - - 26

Jumlah 317 76 - - 241

1. Deskripsi Responden Penelitian a. Tingkat Pendidikan

(54)

Tabel 4.2

Tingkat Pendidikan Responden No Tingkat pendidikan f fr (%)

1 S2 14 5,8

2 S1/D4 212 88

3 D3 13 5,4

4 D2 2 0,8

5 <D2 - -

Total 241 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden yang mempunyai tingkat pendidikan kurang dari D2 tidak diketemukan, tingkat pendidikan D2 sebanyak 2 orang atau 0,8%, tingkat pendidikan D3 sebanyak 13 orang atau 5,4%, tingkat pendidikan S1/D4 sebanyak 212 orang atau 88%, dan tingkat pendidikan S2 sebanyak 14 orang atau 5,8%. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagian besar responden penelitian ini mempunyai tingkat pendidikan S1/D4.

b. Masa Kerja

Tabel 4.3

Masa Kerja Responden

No Masa Kerja f fr (%)

1 >25 tahun 36 15

2 23-25 tahun 27 11,2

3 20-22 tahun 25 10,4

4 17-19 tahun 20 8,3

5 14-16 tahun 16 6,6

6 11-13 tahun 25 10,4

7 8-10 tahun 22 9,1

8 5-7 tahun 29 12

9 2-4 tahun 41 17

(55)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang mempunyai masa kerja 2-4 tahun sebanyak 41 orang atau 17,0%, masa kerja 5-7 tahun sebanyak 29 orang atau 12%, masa kerja 8-10 tahun sebanyak 22 orang atau 9,1%, masa kerja 11-13 tahun sebanyak 25 orang atau 10,4%, masa kerja 14-16 tahun sebanyak 16 orang atau 6,6%, masa kerja 17-19 tahun sebanyak 20 orang atau 8,3%, masa kerja 20-22 tahun sebanyak 25 orang atau 10,4 %, masa kerja 23-25 tahun sebanyak 27 orang atau 11,2%, dan masa kerja lebih dari 25 tahun sebanyak 36 orang atau 15%. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagian besar responden penelitian ini mempunyai masa kerja 2-4 tahun.

c. Status Kepegawaian

Tabel 4.4

Status Kepegawaian Responden

No. Status Kepegawaian f fr (%)

1 PNS 123 51,1

2 Guru Tetap Yayasan 23 9,5

3 Guru Bantu 9 3,7

4 Guru Honorer 86 35,7

Total 241 100

(56)

disimpulkan sebagian besar responden penelitian ini berstatus pegawai negeri sipil.

2. Profesionalitas Kerja Guru

Profesionalitas kerja guru disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4.5

Profesionalitas Kerja Guru

Skor Frekuensi Persentase (%) Interpretasi 148-175 127-147 113-126 99-112 <99 88 142 9 2 - 36,51 58,92 3,73 0,84 - Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi Rendah Sangat rendah

Jumlah 241 100

Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa profesionalitas kerja guru di kota Yogyakarta dikategorikan sangat tinggi sebanyak 88 guru atau 36,51%, dikategorikan tinggi sebanyak 142 guru atau 58,92%, dikategorikan cukup tinggi sebanyak 9 guru atau 3,73%, dikategorikan rendah sebanyak 2 guru atau 0,84%, dan tidak terdapat guru yang dikategorikan sangat rendah. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan mean = 145,02, median = 144 , dan modus =145 ( Lampiran 4)

a. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Tabel 4.6

Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Kriteria Sangat

Tinggi Tinggi

Cukup

Tinggi Rendah

Sangat

Rendah Jumlah

<D2 F - - -

Fr (%) - - -

D2 F 1 1 - - - 2

Fr (%) 50 50 - - - 100

(57)

Fr (%) 38 54 7,7 - - 100

S1/D4 F 76 126 8 2 - 212

Fr (%) 36 59 3,8 0,9 - 100

S2 F 6 8 - - - 14

Fr (%) 43 57 - - - 100

Total F 88 142 9 2 241

Fr (%) 36,51 58,92 3,74 0,83 100

Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut: 1) tidak diketemukan guru dengan tingkat pendidikan di bawah D2; 2) di tingkat pendidikan D2, 1 guru atau 50% memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, dan 1 guru atau 50% memiliki profesionalitas kerja tinggi; 3) di tingkat pendidikan D3, 5 guru atau 38% memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 7 guru atau 54% memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 1 guru atau 7,7% memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi; 4) di tingkat pendidikan S1/D4, 76 guru atau 36% memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 126 guru atau 59% memiliki profesionalitas kerja tinggi, 8 guru atau 3,8% memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi, dan 2 guru atau 0,9% memiliki profesionalitas kerja rendah; 5) di tingkat pendidikan S2, 6 guru atau 43% memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, dan 8 guru atau 57% memiliki profesionalitas kerja tinggi.

b. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari masa Kerja Tabel 4.7

Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Masa Kerja

Masa Kerja

Kriteria Sangat

Tinggi Tinggi

Cukup

Tinggi Rendah

Sangat

Rendah Jumlah

2-4 F 14 25 1 1 - 41

(58)

5-7 F 11 17 1 - - 29

Fr (%) 37,9 58,6 3,4 - - 100

8-10 F 9 12 1 - - 22

Fr (%) 40,9 54,5 4,5 - - 100

11-13 F 14 10 1 - - 25

Fr (%) 56 40 4 - - 100

14-16 F 3 12 - 1 - 16

Fr (%) 18,8 75 - 6,2 - 100

17-19 F 7 13 - - 20

Fr (%) 35 65 - - - 100

20-22 F 7 18 - - - 25

Fr (%) 28 72 - - - 100

23-25 F 13 13 1 - - 26

Fr (%) 48,1 48,1 3,7 - - 100

>25 F 10 22 4 - - 36

Fr (%) 27,8 61,1 11,1 - - 100

Total F 88 142 9 2 241

Fr (%) 36,51 58,92 3,74 0,83 100

(59)

tahun, 3 guru (18,8%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 12 guru (75%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 1 guru (6,2%) memiliki profesionalitas kerja rendah; 6) Masa kerja 17-19 tahun, 7 guru (35%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, dan 13 guru (65%) memiliki profesionalitas kerja tinggi; 7) Masa kerja 20-22 tahun, 7 guru (28%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, dan 18 guru (72%) memiliki profesionalitas kerja tinggi; 8) Masa kerja 23-25 tahun, 13 guru (48,1%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 13 guru (48,1%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 1 guru (3,7%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi; 9) Masa kerja >25 tahun, 10 guru (27,8%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 22 guru (61,1%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 4 guru (11,1%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi.

c. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Status Kepegawaian Tabel 4.8

Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Status Kepegawaian

Status Kepegawaian

Kriteria Sangat

Tinggi Tinggi

Cukup

Tinggi Rendah

Sangat

Rendah Jumlah

Guru F

Honorer

49 1 86

32 4 -

Fr (%) 37,20 56,97 4,65 1,16 - 36

Guru Bantu

F 2 6 1 - - 9

Fr (%) 22,22 66,67 1,16 - - 4

Guru Tetap Yayasan

F 9 13 - 1 - 23 Fr (%)

39,13 56,52 - 4,34 - 10

PNS F 45 74 4 - - 123

Fr (%) 36,58 60,16 3,25 - - 51

Total F 88 142 9 2 241

(60)

Tabel 4.8 di atas menu an b profes nalitas k rja gur ditinjau dari s waia kan s bagai berikut: 1) Guru honorer, 32 guru (37,20%) memiliki profesionalitas kerja sanga

B. Analisi 1. Pen

a. Pengujian Normalitas

rmalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya t pendidikan, masa kerja, dan status adalah hasil pengujian normalitas yang

njukk ahwa io e u

tatus kepega n dapat diurai e

t tinggi, 49 guru (56,97%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, 4 guru (4,65%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi, dan 1 guru (1,16%) memiliki profesionaitas kerja rendah; 2) Guru Bantu, 2 guru (22,22%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 6 guru (66,67%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 1 guru (1,16%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi; 3) Guru tetap yayasan, 9 guru (39,13%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 13 guru (56,52%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 1 guru (4,34%) memiliki profesionalitas kerja rendah; 4) PNS, 45 guru (36,58%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 74 guru (60,16%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 4 guru (3,25%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi.

s Data

gujian Prasyarat Analisis

Uji no

(61)

dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (uji K-S). (Lampiran 4)

Tabel 4.9

Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan

D2 D3 S1 S2

N 2 13 212 14

Normal Parametersa

Mean 143.50 145.08 144.70 148.86

Std. Deviation 6.364 15.618 12.618 12.272

Most Extreme Differences

Absolute .260 .213 .077 .193

Positive .260 .213 .077 .193

Negative -.260 -.162 -.050 -.175

Kolmogorov-Smirnov Z .368 .769 1.119 .723

Asymp. Sig. (2-tailed) .999 .596 .164 .672

sebagaimana tersaji dalam t 4.9 unjuk

Tabel 4.10

Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Masa Kerja

Hasil pengujian abel men kan

bahwa nilai probabilitas untuk variabel profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan D2 adalah 0,999; tingkat pendidikan D3 adalah 0, 596; tingkat pendidikan S1 adalah 0,164; tingkat pendidikan S2 adalah 0,672. Keseluruhan nilai asimp. sig tersebut lebih besar dari α = 0,05 Dengan demikian, dapat disimpulkan distribusi data pro

Gambar

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Profesionalitas kerja guru
Tabel 3.2 Skoring Pernyataan Profesionalitas Kerja Guru
Tabel 3.3 Rangkuman Uji Validitas Untuk Variabel Profesionalitas Kerja
Tabel 3.4 Rumus Perhitungan ANOVA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu penginderaan jauh yang digunakan dalam metode penelitian adalah citra satelit Landsat 7 ETM + Data Citra Satelit ASTER yang mampu

persimpangan jalan Jenderal Urip, jalan Merdeka, jalan HOS Cokroaminoto dan jalan Johar dengan perencanaan simpang bersinyal, diperlukan perhitungan awal berupa arus

Padahal dengan adanya fasilitas- fasilitas yang mendukung pembelajaran multimedia ini, dapat digunakan sebagai variasi dalam mengajar sehingga dapat menarik minat

[r]

Perkara Uraian kegiatan Tanda Tangan

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan strategi pembelajaran yang bervariasi dan disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan dapat memberikan

Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana manajemen pendidikan sekolah menengah pertama berbasis pondok pesantren (studi pada SMP

Hasil uji regresi kedua variabel bebas (X 1 dan X 2 ) terhadap variabel terikat (Y) diperoleh nilai R-square sebesar 0.374, maka dapat dijelaskan bahwa pengaruh keterampilan