(Studi Pada SMP Islam Bina Insani, Baran, Ketapang,
Kab. Semarang Tahun 2017)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd)
Disusun Oleh :
Nur Azizah
111-13-014
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
Nama : NurAzizah
Nim : 111-13-104
Fakultas : TarbiyahdanIlmuKeguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Manajemen Sekolah Menengah Pertama Berbasis Pondok
Pesantren Studi Pada SMP Islam Bina Insani Baran, Ketapang,
Kab. Semarang Tahun 2017
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
tulis saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 9 Agustus 2017
Yang menyatakan,
NurAzizah
kepada:
1. Ibu dan Bapak tercinta yaitu Ibu Siti Harni dan Bapak Laikhan yang telah
membesarkan dan membimbingku dengan kasih sayang, kesabaran,
keikhlasan, serta yang selalu memberikan doa dan restu dengan tulus,
dukungan baik moril maupun materil. Engkaulah segalanya bagiku.
2. Adik-adikku tersayang Imam Muntaha, Khusnul Fatkhiyah, dan Nur Alif
Mubarokah yang menjadi semangatku.
3. Untuk semua keluarga yang selalu memberikan dorongan dengan penuh
kesabaran dalam penulisan skripsi ini.
4. Suami tercinta yang selalu menghibur dan memotivasi penulis untuk terus
maju dan berjuang serta membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Sahabat-sahabatku Najmul Laili, Sayyid Muhammad Ridlo, Bella Sita
Kurniawati dan Yudha Anggia Utomo yang selalu ada di hatiku.
6. Keluarga besar pondok pesantren Bina Insani dan juga SMP Islam Bina
insani, yang telah bersedia untuk menjadi tempat penelitian dan telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Teman-teman PAI angkatan 2013 senasip seperjuangan dan juga
teman-teman yang telah membantu dan memberi motivasi penulis selama empat
9. Seluruh warga Dusun Pregolan, Desa Jetis, Kecamatan Kaliwungu,
Kabupaten Semarang dan seluruh teman-teman penulis selama KKN disana.
10. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di HimpunanMahasiswa
Islam (HMI) Komisariat Walisongo dan keluarga besar HMI Cabang
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah, segala puji bagi-Nya
yang senantiasa melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya, serta kita harapkan
perolongan dan kita minta ampunan-Nya. Sholawat salam selalu tercurahkan pada
junjungan serta panutan kita, Beliau Nabi Muhammad SAW, yang telah
menyampaikan dan membimbing umat pada jalan yang diridloi Allah, dengan
semangat dalam menebarkan ilmu-Nya dan nur kemulyaan-Nya. Sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “MANAJEMEN SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA BERBASIS PONDOK PESANTREN STUDI PADA
SMP ISLAM BINA INSANI BARAN, KETAPANG, KAB. SEMARANG
TAHUN 2017”
Skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat pertolongan Allah melalui
berbagai pihak, karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam
Jurusan Tarbiyah IAIN Salatiga.
4. Bapak Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan
6. Bapak Kepala Sekolah SMP Islam Bina Insani Baran, Ketapang, Kab.
Semarang beserta stafnya dan pihak Pondok Pesantren yang telah
memberikan izin dan pelayanan dengan baik selama penelitian.
7. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan.
Semoga amal dan budi baik yang telah mereka berikan kepada penulis
menjadi catatan amal kebaikan disisi Allah SWT. Penulis menyadari susunan
skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun mudah-mudahan skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan umumya para pembaca
sekalian. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
skripsi ini.
Wassalamu’alaikumWr.Wb
Salatiga, 9 Agustus 2017
Penulis
Program StudiPendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam NegeriSalatiga.DosenPembimbing: Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd.
Kata Kunci : Manajemen Sekolah dan Pesantren
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pelaksanaan manajemen pendidikan sekolah menengah pertama berbasis pondok pesantren di SMP Islam Bina Insani Baran, Ketapang, Kab. Semarang tahun 2017. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana manajemen pendidikan sekolah menengah pertama berbasis pondok pesantren (studi pada SMP Islam Bina Insani, Baran, Ketapang, Kab. Semarang pada tahun 2017 yang meliputi:
Manajemen kurikulum dan program pengajaran, Manajemen tenaga
kependidikan, Manajemen kesiswaan, Manajemen keuangan dan pembiayaan, Manajemen sarana dan prasarana pendidikan, Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat, dan Manajemen layanan khusus. (2) Apa faktor pendukung dan penghambat manajemen pendidikan sekolah menengah pertama berbasis pondok pesantren (studi pada SMP Islam Bina Insani, Baran, Ketapang, Kab. Semarang pada tahun 2017).
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti bertindak langsung sebagai instrumen dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan atau responden pada waktu mereka diwawancarai.
Dengan kata lain data tersebut berupa keterangan para key informant, sedangkan
data tambahan berupa catatan lapangan. Keseluruhan data tersebut selain diperoleh melalui wawancara, juga didapatkan dari observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamat triangulasi.
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN. ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. FokusPenelitian ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5
D. Penegasan Istilah ... 7
E. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II KAJIAN TEORI ... 14
A. Manajemen Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama ... 14
B. Pondok Pesantren ... 31
C. Sekolah Menengah Pertama Berbasis Pondok Pesantren... 42
D. Penelitian Yang Relevan ... 44
F. Analisis Data ... 54
G. Pengecekan Keabsahan Data ... 56
H. Tahap-tahap Penelitian ... 57
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59
A. Paparan Data ... 59
B. Analisis Data ... 101
BAB V PENUTUP ... 110
A. Kesimpulan ... 110
B. Saran-saran ... 114
Tabel. 4.2 : Data Jumlah Guru dan Karyawan SMP Islam Bina Insani Susukan
Tabel. 4.3 : Daftar Nama Guru dan Karyawan SMP Islam Bina Insani
Susukan
Tabel. 4.4 : Data Jumlah Siswa SMP Islam Bina Insani Susukan
Tabel. 4.5 : Kegiatan Harian Siswa/ Santri SMP Islam Bina Insani Susukan
Tabel. 4.6 : Kegiatan Mingguan Siswa/ Santri SMP Islam Bina Insani
Susukan
Tabel. 4.7 : Agenda Tahunan Siswa SMP Islam Bina Insani Susukan Tahun
Pelajaran 2016/2017
Tabel. 4.8 : Jadwal Pembimbing/ Pengawas Belajar Malam Bertugas pada
Malam Senin s/d Malam Sabtu Mulai dari Jam 20.30-22.00
Tabel. 4.9 : Prestasi Akademik Siswa di SMP Islam Bina Insani Susukan
Tabel. 4.10 : Prestasi Non Akademik Siswa di SMP Islam Bina Insani Susukan
Tabel. 4.11 : Jadwal Kegiatan Ekstrakulikuler Siswa SMP Islam Bina Insani
Susukan
2. Pedoman Observasi
3. Surat Izin Penelitian
4. Surat Bukti Penelitian
5. Surat Keterangan Kegiatan
6. Lembar Konsultasi
Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi antara lain disebabkan oleh
fitrah manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa ingin tahu, mencari
dan berpihak pada kebenaran. Di samping itu manusia juga memiliki sifat
hanif (akal budi) yaitu keinginan yang tidak terbatas untuk menggapai
yang terbaik dalam kehidupannya. Tuntutan fitrah dan hanif manusia
tersebut dapat terpenuhi apabila manusia memperoleh pengetahuan baru
yang sistematis.
Perkembangan pendidikan saat ini sangat pesat dan bersaing
sehingga pendidikan formal baik negeri maupun swasta secara serentak
sepakat untuk memajukan pendidikan di Negara ini. Perubahan yang
signifikan sangat terlihat di dunia pendidikan karena tuntutan persaingan
kecerdasan serta kreatifitas di zaman modern, baik di bidang keterampilan,
pendidikan, maupun di dunia usaha. Namun di sisi lain zaman modern
menimbulkan suatu ancaman yang melemahkan sebagian besar mental
anak bangsa dengan keadaan yang serba canggih dan bebas, yang dengan
mudah mempengaruhi sikap, akhlak, serta moral yang terlepas dari norma
kesopanan sehingga persaingan bukan menjadi motivasi pemersatu bangsa
melainkan persaingan yang saling merugikan satu sama lain.
dan kreatifitas. Hal ini sangat mempengaruhi pola pembelajaran serta
metode di dunia pendidikan, sehingga pemerintah sangat serius dalam
menata program pembelajaran dengan metode-metode baru serta materi
pembelajaran secara detail dan tertata.
Keseriusan sikap dan ketekunan di bidang pendidikan sangat penting
dalam penekanan pola belajar di zaman yang modern, bersaing secara
nyata, kecerdasan, serta prestasi menjadi ajang motivasi bagi para pelajar
sehingga mengalami perubahan yang sangat pesat pula pada kondisi
manajemen instansi pendidikan formal maupun non formal dengan
program serta metode dalam bimbingan belajar maupun sekolah. Sehingga
banyak berdirinya sekolah yang beragam dengan keunggulan di bidang
masing-masing. Sekolah dalam dunia pendidikan saat ini banyak
menawarkan berbagai macam pembelajaran yang menguntungkan, tidak
hanya pada kecerdasan pembelajaran formal materi saja, namun juga di
bidang praktek keterampilan, kewirausahaan, ilmu agama, dan masih
banyak yang lainnya sesuai dengan bakat anak didik. Seperti SMK
(Sekolah Menengah Kejuruan), SBP (Sekolah Berbasis Pondok
Pesantren), MI (Madrasah Ibtidaiyah), MA (Madrasah Aliyah) MAN
(Madrasah Aliyah Negeri)
Secara umum, sekolah dan pondok pesantren merupakan dua
lembaga pendidikan yang memiliki keunggulan masing-masing. Apabila
tercipta sebuah kekuatan pendidikan yang mampu menghasilkan generasi
muda yang cerdas dan berkarakter baik.
Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang
sekarang ini mengalami kemajuan, didalamnya terdapat fasilitas-fasilitas
tertentu untuk menunjang keberhasilan santrinya dalam hal pendidikan
salah satunya yaitu tempat pendidikan formal (SD, SMP,SMA, dan juga
Universitas, tempat dimana para santrinya melakukan kegiatan belajar
secara formal yang di bimbing oleh seorang guru (ustadz).
Sebagai lembaga berbasis agama, pesantren pada mulanya
merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai penyiaran agama Islam.
Dengan menyediakan kurikulum berbasis agama, pesantren diharapkan
mampu melahirkan alumni yang kelak mampu menjadi figur agamawan
yang tangguh dan mampu memainkan peran profetiknya pada masyarakat
secara umum.
Dalam sebuah lembaga pendidikan bahwasanya telah
mengimplementasikan manajemen dalam mengelola kelembagaan dan
administrasi sekolah, yang berupa manajemen kurikulum dan program
pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan dan pembiayaan,
sarana dan prasarana pendidikan, hubungan sekolah dengan masyarakat,
serta manajemen layanan khusus. Hal ini menarik minat bagi peneliti
untuk melakukan kajian di dunia pendidikan yaitu sekolah yang berbasis
Dari beberapa hal yang telah terurai diatas merupakan alasan penulis
dalam menyusun naskah skripsi, sehingga penulis memiliki niat dan
keinginan meneliti dengan judul “MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BERBASIS PONDOK
PESANTREN (Studi Pada SMP Islam Bina Insani, Baran, Ketapang, Kab.
Semarang Tahun 2017).
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa hal yang menjadi
permasalahan dan akan dikaji melalui penelitian ini.
Beberapa permasalahan itu adalah:
1. Bagaimana manajemen pendidikan sekolah menengah pertama
berbasis pondok pesantren (studi pada SMP Islam Bina Insani,
Baran, Ketapang, Kab. Semarang pada tahun 2017 yang meliputi:
a. Manajemen kurikulum dan program pengajaran?
b. Manajemen tenaga kependidikan?
c. Manajemen kesiswaan?
d. Manajemen keuangan dan pembiayaan?
e. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan?
f.Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat?
g. Manajemen layanan khusus?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat manajemen pendidikan
SMP Islam Bina Insani, Baran, Ketapang, Kab. Semarang pada
tahun 2017)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Sesuai dengan rumasan masalah yang dikaji, maka peneliti ini
memiliki tujuan antara lain adalah:
a. Untuk mengetahui manajemen pendidikan sekolah menengah
pertama berbasis pondok pesantren (studi pada SMP Islam Bina
Insani, Baran, Ketapang, Kab. Semarang pada tahun 2017 yang
meliputi:
1) Manajemen kurikulum dan program pengajaran
2) Manajemen tenaga kependidikan
3) Manajemen kesiswaan
4) Manajemen keuangan dan pembiayaan
5) Manajemen sarana dan prasarana pendidikan
6) Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
7) Manajemen layanan khusus
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat
manajemen pendidikan sekolah menengah pertama berbasis
pondok pesantren (studi pada SMP Islam Bina Insani, Baran,
Ketapang, Kab. Semarang pada tahun 2017.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Memberikan sumbangan dan memperluas wawasan dalam
pengembangan pendidikan pada umumnya, khususnya
dapat memperkaya khasanah pendidikan Islam yang
diperoleh dari hasil penelitian.
2) Untuk memperkaya pembendaharaan pengetahuan serta
teori tentang manajemen sekolah berbasis pesantren dan
berguna untuk mengangkat citra bimbingan pendidikan
keagamaan khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
3) Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi kepada
pengelola sekolah dan pondok pesantren dalam
menumbuhkan semangat dalam pengelolaan pendidikan
Islam dalam menghadapi perkembangan dan tantangan
dalam dunia pendidikan.
b. Manfaat Praktis
Bagi pihak-pihak terkait antara lain:
1) IAIN Salatiga
Memberikan sumbangan pemikiran agar lebih
meningkatkan kualitas manajemen kelembagaan yang lebih
2) Mahasiswa
Agar adanya peningkatan belajar mahasiswa sebagai
penerus atau sebagai calon guru yang diharapkan mampu
mengembangkan pengelolaan sekolah yang berkualitas.
3) Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini mampu memberikan sedikit
sumbangan dan pemahaman bagi para guru khususnya
dalam pengelolaan kurikulum dan kesiswaan dalam
pendidikan di pesantren.
4) Bagi Lembaga Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi acuan dan wawasan baru
khususnya dalam bidang pengelolaan manajemen sekolah
yang baik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
D. Penegasan Istilah
1. Manajemen
Kata manajemen menurut asal katanya (etimologis) berasal dari
bahasa Latin, manus+agree. Manus berarti tangan, sedangkan agree
berarti melakukan. Digabungkan menjadi kata kerja Managere yang
artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda Management,
dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Dan
Manajemen merupakan suatu proses merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan dengan
melibatkan orang lain untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai.
Dalam perencanaan, manajemen perlu melaksanakan analisis SWOT,
yaitu strength, weakness, opportunities, threats. (Kompri. 2014: 3).
Jadi, manajemen merupakan suatu proses mengelola sumber
daya secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Jika ditinjau dari
aspek pendidikan, maka arti dari manajemen adalah sebagai segala
sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan melakukan sejumlah
fungsi tertentu.
2. Pendidikan
Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, diungkapkan yang
dimaksud dengan pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, Bangsa dan Negara. (Mulyono, 2010: 48).
Dari definisi pendidikan tersebut, dengan jelas terungkap bahwa
mengembangkan potensi individu demi tercapainya kesejahteraan
pribadi, masyarakat dan Negara.
3. Sekolah
Sekolah adalah suatu lembaga dimana seorang peserta didik
menuntut ilmu secara formal dan merupakan wadah bagi para peserta
didik dalam menentukan arah atau langkah yang ingin ditempuh serta
untuk menentukan cita-cita yang ingin mereka capai untuk masa
depannya. (Kompri. 2014: 5).
Jadi sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan, yaitu
lingkungan tempat terjadinya berbagai aktivitas pendidikan, baik
poses pembelajaran maupun evaluasi pendidikan.
4. Basis
Istilah basis bisa diartikan dengan dasar atau pokok dasar
(Poerwadarminta, 1966: 95). Berdasarkan pengertian basis tersebut,
maka makna basis yang dimaksud adalah pengelolaan manajemen
sekolah yang diterapkan di pondok pesantren, dalam teori sebuah
manajemen lembaga pendidikan sering disebut dengan manajemen
berbasis sekolah.
5. Pondok Pesantren
Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe
di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. Sedangkan
“santri” berasal dari perkataan “sastri”, sebuah kata dari bahasa
sanskerta yang berarti melek huruf. Kedua, pendapat yang
mengatakan bahwa perkataan santri berasal dari bahasa Jawa, dari
kata “cantrik”, berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru
kemana guru pergi menetap.
Di Indonesia istilah pesantren lebih popular dengan sebutan
pondok pesantren. Lain dengan pesantren, pondok berasal dari bahasa
Arab funduq, yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal
sederhana.
Pengertian terminologi pesantren, mengindikasikan bahwa
secara kultural pesantren berasal dari budaya Indonesia. Secara
histories pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman, tetapi
juga makna keaslian Indonesia. (Zamakhsyari Dhofier, 1994: 61-62).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pesantren adalah lembaga atau
tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama
Islam dan didukung dengan fasilitas asrama sebagai tempat tinggal
santri.
6. Manajemen berbasis sekolah
Manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang. Manajemen atau pengelolaan
pendidikan secara keseluruhan, alasannya bahwa tanpa manajemen
tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal,
efektif dan efisien.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah keseluruhan proses
perencanaan, mengorganisasikan, mengembangkan dan
mengendalikan seluruh pendukung/ pengguna (stakehoder) sekolah
dan sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sekolah khususnya
dan tujuan pendidikan umumnya. Pemberlakuan otonomi daerah
membawa implikasi terhadap perubahan dalam penyelenggaraan
pendidikan. (Kompri, 2014: 35).
E. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan untuk
mendapatkan suatu karya ilmiah yang baik, maka diperlukan suatu cara
penulisan yang baik sehingga isi dari hasil penelitian tidak melenceng dari
apa yang sudah direncanakan dan ditetapkan dalam batasan masalah yang
diteliti. Oleh karena itu, perlu adanya sistematika penulisan yang baik dan
terarah yang terdiri dari lima pembahasan sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan berisi tentang: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Metode
Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi. Bab pendahuluan ini
dimaksudkan sebagai kerangka acuan dalam penulisan skripsi, sehingga
BAB II: Kajian teori, pada bab ini dikupas berbagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian. Khususnya berkaitan dengan variabel
penelitian yaitu teori-teori tentang manajemen penunjang penyelenggaraan
pendidikan di sekolah berbasis pesantren yang disesuaikan dengan tujuan
dan fokus penelitian.
BAB III: Metodologi penelitian, pada bab ini akan dijelaskan mengenai beberapa metode yang digunakan dalam penelitan, agar dapat memperoleh
informasi mengenai data yang di butuhkan. Metode yang digunakan
mencangkup tentang beberapa hal, yaitu: kehadiran peneliti, lokasi dan
subyek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data,
pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian dan penelitian yang
relevan.
BAB IV: Paparan Data dan Analisis Data. Paparan data berisi tentang gambaran umum SMP Islam Bina Insani, pelaksanaan manajemen SMP
Islam Bina Insani, serta faktor penghambat dan pendukungnya. Kemudian
dalam analisis data berisi tentang melakukan analisis terhadap data yang
terkumpul, dengan pentahapan, menyimpulkan landasan teori,
mendiskripsikan hasil wawancara tentang bagaimana komponen lembaga
pendidikan sekolah berbasis pesantren dalam penerapan manajemen,
faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan manajemen pondok
BAB V: Penutup, mengakhiri penulisan skripsi, pada bab kelima akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian, saran-saran
A. Manajemen Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama
1. Pengertian Manajemen Pendidikan
Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu berasal dari kata manus
yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu
digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani.
Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata
kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk
orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya management
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau
pengelolaan. (Usman, 2006: 3).
Ditinjau secara terminologi kata “manajemen” memiliki banyak
makna. Beberapa pengertian manajemen dan perspektif para pakar,
antara lain sebagai berikut:
a. Oemar Hamalik dalam bukunya Manajemen Pengembangan
Kurikulum memberikan batasan kata manajemen sebagai berikut:
manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan
keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta
sumber-sumber lainnya menggunakan metode yang efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
b. G. R. Terry mengatakan bahwa manajemen merupakan proses khas
yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan
serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. (Saefullah, 2014:
2)
c. Menurut Umiarso dan Imam Gozali dalam buku Manajemen mutu
sekolah (2010: 69) manajemen diartikan sama dengan istilah
administrasi atau pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk
mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material,
secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan
pendidikan di sekolah secara optimal.
d. Daryanto (2013: 41) manajemen adalah pengelolaan usaha,
kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumber daya manusia
dan sumber daya alam secara efektif untuk mencapai sasaran
organisasi yang diinginkan. Sedangkan dalam kegiatan pendidikan,
manajemen dapat diartikan sebagai perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, pengawasan dan evaluasi dalam kegiatan pendidikan
yang dilakukan oleh pengelola pendidikan untuk membentuk
peserta didik yang berkualitas sesuai dengan tujuan.
Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
dilakukan pihak pengelola organisasi untuk mencapai tujuan bersama
dengan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Dalam kehidupan sehari-hari manajemen sering diartikan
pengelolaan atau dalam dunia pendidikan sering disebut administrasi.
Sedangkan dalam perspektif agama Islam hakikat manajemen adalah
al-tadbir (pengaturan). Kata ini berasal dari kata dabbara (mengatur) yang
banyak terdapat dalam Al- Qur’an seperti firman Allah SWT:
َفْلَأ ُهُراَدْقِم َناَك ٍمْوَ ي ِفِ ِهْيَلِإ ُجُرْعَ ي َُّثُ ِضْرلأا َلَِإ ِءاَمَّسلا َنِم َرْملأا ُرِّ بَدُي
َنوُّدُعَ ت اَِّمِ ٍةَنَس
Artinya: “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. As-Sajdah: 5).Dari ayat di atas diketahui bahwa Allah SWT merupakan pengatur
alam. Akan tetapi, sebagai khalifah di bumi ini, manusia harus mengatur
dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah SWT
mengatur alam raya ini. Kedudukan manusia sebagai khalifah
memainkan peran ganda yaitu sebagai pemimpin sekaligus sebagai
pengelola (manajer). Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 30 Allah
SWT berfirman:
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Kata (khalifah) yang berarti pemimpin di sini mengandung makna
mengelola bumi agar manusia dengan alam dapat berdampingan dan
berkesinambungan dalam pengelolaan bumi untuk kemakmuran.
Sedangkan dalam dunia pendidikan pengelolaan lebih diarahkan
kepada suatu proses yang berupaya untuk menghimpun sumber daya
yang ada pada lembaga tersebut dalam mencapai tujuan pendidikan.
2. Komponen-Komponen Manajemen Pendidikan di Sekolah
Istilah manajemen sekolah terjemahan dari “school management”,
dan akan melihat bagaimana manajemen substansi-substansi pendidikan
di suatu sekolah atau manajemen berbasis sekolah agar dapat berjalan
dengan tertib, lancar dan benar-benar terintegrasi dalam suatu sistem
kerja sama untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Hal yang
paling penting dalam implementasi manajemen berbasis sekolah adalah
manajemen terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri.
Sedikitnya terdapat tujuh komponen sekolah yang harus dikelola dengan
baik dalam rangka manajemen pendidikan, yaitu kurikulum dan program
pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan
prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat,
serta manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan. (Mulyasa, 2014:
a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran
Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan
bagian dari MBS. Manajemen kurikulum dan program pengajaran
mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
kurikulum. Perencanaan dan pengembangan kurikulum Nasional
pada umumnya telah dilakukan oleh Dapertemen Pendidikan
Nasional pada tingkat pusat. Karena itu level sekolah yang paling
penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan
kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Di samping itu,
sekolah juga bertugas dan berwewenang untuk mengembangkan
kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
lingkungan setempat. (Mulyasa, 2014: 40).
Kurikulum yang digunakan sekolah pesantren menggunakan
kurikulum nasional dan kurikulum pesantren/lokal. Dalam sekolah
pesantren kurikulum yang diberlakukan adalah kurikulum nasional
yang mana menekankan pada pola pendidikan formal.
Akhir-akhir ini, pemerintah telah memberikan kepercayaan
kepada pesantren untuk menyelenggarakan sistem persekolahan
melalui program wajib belajar 9 tahun. Hal ini mengandung makna
bahwa pesantren juga harus melaksanakan fungsi-fungsi
persekolahan, antara lain melaksanakan pendidikan dan pengajaran
b. Manajemen Tenaga Kependidikan
Keberhasilan manajemen pendidikan sangat ditentukan oleh
keberhasilan pemimpinannya dalam mengelola tenaga kependidikan
yang tersedia disekolah. Manajemen tenaga kependidikan atau
manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan
tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil
yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.
Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan
pimpinan, adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan
memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, membantu
anggota mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan
perkembangan karier tenaga kependidikan, serta menyelaraskan
tujuan individu dan organisasi.
Manajemen tenaga kependidikan mencangkup: (a)
perencanaan pegawai, (b) pengadaan pegawai, (c) pembinaan dan
pengembangan pegawai, (d) promosi dan mutasi, (e) pemberhentian
pegawai, (f) kompensasi, dan (g) penilaian pegawai. Semua itu perlu
dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai,
yakni tersedianya tenaga kependidikan yang diperlukan dengan
kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan
Ada empat komponen pokok personalia dalam sekolah
pesantren, yaitu: Kyai/pengasuh, Kepala Sekolah, Guru/ustadz, dan
santri.
1) Kyai merupakan symbol sentral sebuah pesantren, biasanya
ketenaran kyai sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan
banyak sedikitnya santri yang menuntut ilmu di pesantren.
2) Kepala Sekolah merupakan komponen khusus dalam
pengelolan sekolah, karena kepala sekolah sebagai supervisor
yang menangani dan mengatur semua kegiatan para
guru/ustadz maupun karyawan dalam pencapaian tujuan
pendidikan nasional.
3) Guru/ustadz, keduanya mempunyai fungsi yang sama, yang
membedakan yaitu, seorang ustadz dituntut harus tinggal di
pondok pesantren dan memberikan contoh perilaku yang baik
terhadap santrinya, sedangkan guru tidak tinggal di pondok.
4) Santri, fungsi santri merupakan bagian yang penting dalam
pesantren. Bila tidak ada santri maka tidak aka nada pesantren,
santri di sini sama dengan siswa namun ada nilai plus yang
dihasilkan santri, diantaranya menumbuhkan sikap
kemandirian, kesederhanaan, dan rajin dalam beribadah.
c. Manajemen Kesiswaan
Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar,
sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap
perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan
kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari
kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan
seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang
beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang
secara optimal; (c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka
menyenangi apa yang diajarkan; dan (d) pengembangan potensi
siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah
afektif, dan psikomotor. (Darmanto dan Farid, 2013: 170).
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai
kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di
sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai
tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut,
bidang manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas utama
yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan
kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin.
d. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya
yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi
pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam
memper-tanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan
kepada masyarakat dan pemerintah.
Komponen utama manajemen keuangan meliputi, (a) prosedur
anggaran, (b) prosedur akuntansi keuangan, (c) pembelajaran,
pergudangan, dan prosedur pendistribusian, (d) prosedur investasi,
dan (e) prosedur pemeriksaan. Dalam pelaksanaannya, manajemen
keuangan ini menganut asas pemisahan tugas antara fungsi
otorisator, ordonator dan bendaharawan.
Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk
mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan
pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang
melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala
tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan.
Adapun bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan
penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang atau surat-surat
berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta diwajibkan
membuat perhitungan dan pertanggungjawaban. (Mulyasa, 2014:
49).
Kepala sekolah, sebagai manajer, berfungsi sebagai otorisator,
dan dilimpahi fungsi ordonator untuk memerintahkan pembayaran.
Namun, tidak dibenarkan melaksanakan fungsi bendaharawan
Bendaharawan di samping mempunyai fungsi-fungsi bendaharawan,
juga dilimpahi fungsi ordonator untuk menguji hak atas pembayaran.
Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan
potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan sekolah.
e. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Manajemen sarana sering disebut dengan manajemen materiil,
yaitu segenap proses penataan yang bersangkut-paut dengan
pengadaan, pendayagunaan, dan pengelolaan sarana pendidikan agar
tercapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Dengan batasan tersebut maka manajemen sarana meliputi:
perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan, dan
pengahapusan. (Daryanto dan Farid, 2013: 103).
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang
secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan,
khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas,
meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas
mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat
memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya
perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi,
dan penghapusan serta penataan. (Mulyasa, 2014: 49).
Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat
menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan
kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk
berada di sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya
alat-alat atau fasilitas belajar yang memadahi secara kuantitatif,
kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan
secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran,
baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid-murid sebagai
pelajar.
f. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya
merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan
mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah.
Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain
untuk (a) memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak,
(b) memperkokoh tujuan dan serta meningkatkan kualitas hidup dan
penghidupan masyarakat, dan (c) menggairahkan masyarakat untuk
menjalin hubungan dengan sekolah. Hubungan yang harmonis ini
1) Saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat dan
lembaga-lembaga lain yang ada di msyarakat, termasuk dunia
kerja.
2) Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena
mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan
masing-masing.
3) Kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak
yang ada di masyarakat dan mereka merasa ikut bertanggung
jawab atas suksesnya pendidikan di sekolah. (Mulyasa, 2014:
50).
Melalui hubungan yang harmonis tersebut diharapkan tercapai
tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu terlaksananya
proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, dan efisien
sehingga menghasilkan lulusan sekolah yang produktif dan
berkualitas.
g. Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan,
kesehatan, dan keamanan sekolah. Manajemen komponen-komponen
tersebut merupakan bagian penting dari manajemen pendidikan yang
efektif dan efisien.
Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik
mendalami pengetahuan yang diperolehnya di kelas melalui belajar
mandiri, baik pada waktu-waktu kosong di sekolah maupun dirumah.
Manajemen layanan khusus lain adalah layanan kesehatan dan
keamanan. Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan
bertanggung jawab melaksanakan proses pembelajaran, tidak hanya
bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
sikap saja, tetapi juga harus menjaga dan meningkatkan kesehatan
jasmani dan rohani peserta didik.(Mulyasa, 2014: 52)
Layanan-layanan khusus yang dibutuhkan peserta didik di
sekolah terhadap pembinaan peserta didik meliputi: layanan
bimbingan dan konseling, layanan perpustakaan, layanan kantin,
layanan kesehatan, layanan transportasi, layanan asrama.
3. Tujuan Manajemen Pendidikan
Tujuan utama penerapan manajemen pendidikan pada intinya
adalah untuk menyeimbangkan struktur kewenangan antara sekolah,
pemerintah daerah, pelaksana proses dan pusat sehingga manajemen
menjadi lebih efisien. Tujuan ini adalah untuk mendirikan atau
memberdayakan sekolah melalui kewenangan (otonomi) kepada sekolah
dan mendorong sekolah untuk meakukan pengambilan keputusan secara
partisipasif. Lebih rincinya manajemen pendidikan bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan
bersama.
c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua,
masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.
d. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai. (Aedi, 2015: 169).
Kemudian dalam buku karya Jamal Ma’mur Asmani (2012: 48)
Tujuan adanya Manajemen Berbasis Sekolah menurut Djam’an Satori
(2006), adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan cara
memberdayakan seluruh potensi sekolah dan stakeholder-nya sesuai
dengan kebijakan pemerintah dengan menerapkan kaidah-kaidah
manajemen pendidikan/ sekolah professional.
Tujuan penerapan manajemen pendidikan adalah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan secara umum, baik itu menyangkut
kualitas pembelajaran, kualitas kurikulum, kualitas sumber daya
manusia, guru maupun tenaga kependidikan lainnya, dan kualitas
pelayanan pendidikan secara umum. Bagi sumber daya manusia,
peningkatan kualitas bukan hanya meningkatnya pengetahuan dan
keterampilannya, melainkan meningkatkan kesejahteraan-nya pula.
Karena tujuan manajemen pendidikan adalah meningkatkan mutu
pendidikan memerlukan tujuan yang hendak dicapai secara jelas, jelas
indikatornya, jelas kriteria pencapaiannya agar keputusan lebih terarah.
4. Fungsi Manajemen Pendidikan
Nur Aedi (2015: 52) Pada abad ke-20 Henry Fayol
memperkenalkan fungsi manajemen ke dalam lima fungsi yaitu:
merancang, mengorganisir, memerintah, mengkoordinasi dan
mengendalikan.
Terdapat empat fungsi manajemen menurut G.R. Terry dalam
Rusman (2009: 122), yaitu: planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), actuating (pelaksanaan) dan controlling
(pengawasan).
a. Perencanaan (Planning)
Planning, berarti merencanakan atau perencanaan. Kegiatan
ini terdiri atas: (1) menetapkan hal yang harus dikerjakan, waktu
pelaksanaan, dan cara melakukannya; (2) membatasi sasaran dan
menetapkan pelaksanaan-pelaksanaan kerja untuk mencapai
efektivitas maksimum melalui proses penentuan target; (3)
mengumpulkan dan menganalisis informasi; (4) mengembangkan
berbagai alternatif; (5) mempersiapkan dan mengkomunikasikan
rencana dan keputusan. (Tatang, 2015: 20).
Perencanaan juga dapat diartikan sebagai proses kegiatan
secara rasional sebelum melaksanakan tindakan yang sebenarnya
dalam rangka mencapai tujuan. (Taslimah, 1996: 33)
Jadi dalam tahap perencanaan (planning) merupakan
pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan
strategi, kebijakan, proyek, program, prosedur, metode, sistem,
anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Organizing adalah pengelompokan kegiatan yang diperlukan,
yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi setiap
unit dalam organisasi. Organizing dapat pula dirumuskan sebagai
keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokkan
orang-orang dan penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung
jawab masing-masing dengan tujuan mencipatakan
aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian terdiri atas: (1) menyediakan fasilitas
perlengkapan dan tenaga kerja yang diperlukan untuk penyusunan
rangka kerja yang efisien; (2) mengelompokkan komponen kerja ke
dalam struktur organisasi secara teratur; (3) membentuk struktur
wewenang dan mekanisme koordinasi; (4) merumuskan dan
menentukan metode serta prosedur; (5) memilih, mengadakan
c. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan (actuating) pelaksanaan merupakan kegiatan
untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka
mencapai tujuan secara efektifdan efisien, serta akan memiliki nilai
jika dilaksanakan dengan efektif dan efisien. (Tatang, 2015: 24)
Dari rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)
merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi
perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan
dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang
berhubungan langsung dengan orang-orang dalam orgnisasi.
(Daryanto dan Farid, 2013: 165).
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) merupakan
upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan
melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap
karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai
dengan peran, tugas, dan tanggungjawabnya.
d. Pengawasan (Controlling)
Controlling atau pengawasan yang sering disebut
pengendalian adalah mengadakan penilaian dan mengadakan
koreksi sehingga pekerjaan bawahan dapat diarahkan kea rah yang
benar dengan maksud mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang
tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi yang
terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan.
Manullang (1982: 174) Tujuan utama dari pengawasan ialah
mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan.
Oleh karenanya agar sistem pengawasan itu benar-benar efektif
artinya dapat merealisasi tujuannya, maka suatu sistem pengawasan
setidak-tidaknya harus dapat dengan segera melaporkan adanya
penyimpangan-penyimpangan dari rencana.
B. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Istilah pesantren berasal dari akar kata santri “pe-santri-an” atau
tempat santri. Dengan kata lain, istilah pesantren berasal dari kata santri,
dengan awalan “pe” di depan dan akhiran “an” berarti tempat tinggal
para santri. Sebagian pakar mengatakan bahwa istilah pesantren bukan
berasal dari bahasa Arab, melainkan berasal dari bahasa India. (Mutohar,
Anam, 2013: 169).
Nasir (2005: 80) istilah pondok pesantren berasal dari kata funduk,
(bahasa arab) yang berarti rumah penginapan, sedangkan pondok
pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan
pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan agama Islam.
agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian
(Dauly, 2004: 26-27).
Secara terminologis banyak batasan yang diberikan oleh para ahli.
M. Arifin mendefinisikan pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan
agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan
menggunakan sistem asrama (kampus). Di dalamnya santri menerima
pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
sepenuhnya berada di bawah kedaulatan atau leadhership seorang atau
beberapaorang kyai dengan cirri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta
independent dalam segala hal. (Arifin, 1991: 240).
Pengertian pesantren diatas, mengidentifikasikan bahwa pesantren
merupakan lembaga pendidikan tradisonal Islam untuk memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam (tafqquh fi al-diin).
Pengertian pondok pesantren tidak dapat diberikan batasan yang tegas,
melainkan mengandung pengertian yang memenuhi ciri-ciri bahwa
pondok pesantren berada dalam lembaga suatu pondok Kyai, Santri,
Pengajian, Asrama, dan Masjid dengan aktivitasnya, sehingga bila
dirangkumkan semua unsur-unsur tersebut, dapatlah dibuat suatu
pengertian pondok pesantren.
2. Tipologi Pondok Pesantren
Pondok pesantren adalah sebuah sistem yang unik. Tidak hanya
unik dalam pendekatan pembelajarannya, tetapi juga unik dalam
struktur dalam pembagian kewenangan, dan semua aspek-aspek
kependidikan dan kemasyarakatan lainnya. Oleh karena itu, tidak ada
definisi yang dapat secara tepat mewakili seluruh pondok pesantren yang
ada. Masing-masing pondok mempunyai keistimewaan sendiri, yang bisa
jadi tidak dimiliki oleh yang lain. Meskipun demikian, dalam hal-hal
tertentu pondok pesantren memiliki persamaan. Persamaan-persamaan
inilah yang lazim disebut sebagai ciri pondok pesantren, dan selama ini
dianggap dapat mengimplikasi pondok pesantren secara kelembagaan.
Seiring dengan perkembangan di masa sekarang, pondok pesantren
baik tempat, sistem pengajaran, sistem peng-organisasiannyapun telah
mengalami perubahan. Di dalam perkembangannya pondok pesantren
dapat dikategorisasikan menjadi beberapa kategori. Di antaranya adalah
sebagai berikut:
a. Pondok Pesantren Salafiyah
Salaf artinya “lama, dahulu, atau tradisional”. Pondok
pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang
menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan tradisional,
sebagaimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya.
Pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam dilakukan secara individual
atau kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab klasik,
berbahasa arab. Penjenjangan tidak didasarkan pada satuan waktu,
mempelajari kitab yang tingkat kesukarannya lebih tinggi.
Demikian seterusnya. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip
pendidikan modern yang dikenal dengan sistem belajar tuntas.
Dengan cara ini, santri dapat lebih intensif mempelajari suatu
cabang ilmu. (Dapartemen Agama RI, 2003: 30)
b. Pondok Pesantren Khalafiyah (‘Ashriyah)
Khalaf artinya “kemudian” atau “belakang”, sedangkan ashri
artinya “sekarang” atau “modern”. Pondok pesantren khalafiyah
adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan
pendidikan dengan pendekatan modern, melaui satuan pendidikan
formal, baik madrasah (MI, MTs, MA atau MAK), maupun sekolah
(SD, SMP, SMU, dan SMK), atau nama lainnya, tetapi dengan
pendekatan klasikal. Pembelajaran pada pondok pesantren
khalafiyah dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan,
dengan satuan program didasarkan pada satuan waktu, seperti catur
wulan, semester, tahun/kelas, dan seterusnya. Pada pondok
pesantren khalafiyah, “pondok” lebih banyak fungsi sebagai asrama
yang memberikan lingkungan kondusif untuk pendidikan agama.
(Dapartemen Agama RI, 2003: 30).
Menurut Syamsudini (2007: 465) Pondok pesantren
khalafiyah merupakan pondok pesantren yang mengadopsi sistem
madrasah atau sekolah, dengan kurikulum yang disesuaikan dengan
c. Pondok Pesantren Campuran/ kombinasi
Pondok Pesantren campuran merupakan kombinasi antara
pondok pesantren salafiyah dan pesantren khalafiyah. Dapat
dijelaskan bahwa pondok pesantren campuran adalah bentuk
kegiatan atau pendekatan pembelajaan yang dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kedua pondok tersebut.
Ciri khas pesantren modern berupaya memadukan
tradisionalitas dan modernitas pendidikan. Sistem pengajaran
weton dan sorogan diganti dengan sistem klasikal (pengajaran di
dalam kelas) yang berjenjang dan kurikulum terpadu diadopsi
dengan penyesuaian tertentu. Dikatomi ilmu agama dan umum juga
dieleminasi. Kedua bidang ilmu ini sama-sama diajarkan, namun
dengan proporsi pendidikan agama yang lebih mendominasi.
Sebagian besar pondok pesantren yang mengaku atau
menamakan diri pesantren salafiyah pada umumnya juga
menyelenggarakan pendidikan secara klasikal dan berjenjang,
walaupun tidak dengan nama madrasah atau sekolah. Demikian
juga pesantren khalafiyah pada umumnya juga menyelenggarakan
pendidikan dengan menggunakan pendekatan kitab klasik
(pengajian menggunakan kitab kuning) itulah yang diakui seama
ini sebagai salah satu identitas pokok pesantren. Tanpa
3. Elemen-elemen Pondok Pesantren
Pondok pesantren bukan hanya terbatas dengan kegiatan-kegiatan
pendidikan keagamaan melainkan mengembangkan diri menjadi suatu
lembaga pengembangan masyarakat, oleh karena itu pondok pesantren
sejak semula merupakan ajang mempersiapkan kader masa depan dengan
perangkat-perangkat sebagai berikut:
a. Masjid
Masjid adalah sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar
mengajar. Masjid merupakan sentral sebuah pesantren karena di
sinilah pada tahap awal bertumpu seluruh kegiatan di lingkungan
pesantren., baik yang berkaitan dengan ibadah, shalat berjama’ah,
dzikir, wirid, do’a, I’tiqaf, dan juga kegiatan belajar mengajar.
(Yasmadi, 2005: 64).
b. Pondok
Pondok merupakan bangunan berupa asrama atau kamar para
santri yang digunakan sebagai tempat tinggal mereka bersama dan
belajar di bawah bimbingan ketua kamar. (Mutohar, Anam,
2013:195).
c. Kyai
Kyai memiliki peran yang paling esensial dalam pendirian ,
pertumbuhan , dan perkembangan sebuah pesantren, keberhasilan
pesantren banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu,
pribadi kyai sangat menentukan, sebab ia adalah tokoh sentral
dalam pesantren. (Mutohar, Anam, 2013:194).
d. Santri
Santri adalah siswa yang belajar di pesantren, santri ini dapat
digolongkan menjadi dua kelompok:
1) Santri mukim, yaitu santri yang berdatangan dari
tempat-tempat yang jauh yang tidak memungkinkan dia untuk pulang
ke rumahnya, maka ia mondok (tinggal) di pesantren.
Sebagai santri mukim mereka memiliki kewajiban-kewajiban
tertentu.
2) Santri kalong, yaitu siswa-siswa yang berasal dari daerah
sekitar yang memungkinkan mereka pulang ke tempat tinggal
masing-masing. Santri kalong ini mengikuti pelajaran dengan
cara pulang pergi antara rumahnya dengan pesantren.
(Daulay, 2001: 15).
e. Pengkajian kitab-kitab kuning
Terdapat pengkajian kitab klasik, yaitu berupa materi
pembelajaran atau referensi dari teks kitab klasik yang berbahasa
arab karangan ulama terdahulu meliputi ilmu bahasa, ilmu tafsir,
hadis, tauhid, fiqih, tasawuf dan lain-lain. (Mutohar, Anam,
4. Metode Pengajaran Dalam Pondok Pesantren
Di bawah ini disebutkan metode pembelajaran di pondok pesantren
sebagai berikut:
a. Sorogan
Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang berarti
menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan
kyai atau pembantunya (badal, asisten kyai). Sistem sorogan ini
termasuk belajar secara individual, di mana seorang santri
berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling
mengenal di antara keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat
efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita
menjadi seorang alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru
mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal
kemampuan seorang santri dalam menguasai materi pembelajaran.
(Dapartemen Agama RI, 2003: 38).
Pembelajaran dengan sistem sorogan biasanya
diselenggarakan pada ruang tertentu. Ada tempat duduk kyai dan
ustadz, di depannya ada meja pendek untuk meletakkan kitab bagi
santri yang menghadap. Santri-santri lain, baik yang mengaji kitab
yang sama ataupun berbeda duduk agak jauh sambil mendengarkan
apa yang diajarkan oleh kyai atau ustadz sekaligus mempersiapkan
b. Bandongan/ Wetonan
Wetonan, istilah weton ini berasal dari kata wektu (bahasa
Jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada
waktu-waktu tertentu, yakni sebelum dan sesudah melakukan shalat
fardlu.
Metode bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz
terhadap sekelompok santri untuk mendengarkan atau menyimak
apa yang dibacakan oleh kyai dari sebuah kitab. Kyai membaca,
menerjemahkan, menerangkan dan sesekali mengulas teks-teks
kitab bahasa Arab tanpa harakat (gundul). Santri dengan
memegang kitab yang sama, masing-masing melakukan
pendhabitan harakat kata langsung dibawah kata yang dimaksud
agar dapat membantu memahami teks. Posisi para santri pada
pembelajaran dengan menggunakan metode ini adalah melingkari
dan mengelilingi kyai atau ustadz sehingga membentuk halaqah
(lingkaran). Dalam penerjemahannya kyai atau ustadz dapat
menggunakan berbagai bahasa yang menjadi bahasa utama para
santrinya, misalnya: ke dalam bahasa Jawa, Sunda atau bahasa
Indonesia. (Dapartemen Agama RI, 2003: 39).
c. Metode Musyawarah (Bahtsul Masail)
Metode musyawarah atau dalam istilah lain bahtsul masa’il
membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh kyai atau ustadz,
atau mungkin juga santri senior, untuk membahas atau mengkaji
suatu persoalan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam
pelaksanaannya, para santri dengan bebas mengajukan
pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya. Dengan demikian metode ini lebih
menitik beratkan pada kemampuan perseorangan di dalam
menganalisis dan memecahkan suatu persoalan dengan argument
logika yang mengacu pada kitab-kitab tertentu. . (Dapartemen
Agama RI, 2003: 43).
d. Metode Hafalan Muhafadzah
Metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan
menghafal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan
kyai/ ustadz. Para santri diberi tugas untuk menghafal
bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki santri
ini kemudian dihafalkan di hadapan kyai/ustadz secara periodik
atau insidental tergantung kepada petunjuk kyai/ ustadz yang
bersangkutan.
Materi pembelajaran dengan metode hafalan umumnya
berkenaan dengan Al-Qur’an, nazham-nazham untuk nahwu,
sharaf, tajwid ataupun untuk teks-teks nahwu sharaf dan fiqh.
Titik tekan metode ini santri mampu mengucapkan/
melafalkan kalimat-kalimat tertentu secara lancar tanpa teks.
kelompok. Metode ini dapat juga digunakan dengan metode
bandongan atau sorogan.
Untuk mengevaluasi kegiatan belajar dengan metode hafalan
ini dilakukan dengan dua macam evaluasi. Pertama dilakukan pada
setiap kali tatap muka yang kedua pada waktu telah di
selesaikannya seluruh hafalan yang ditugaskan kepada santri. .
(Dapartemen Agama RI, 2003: 46).
e. Metode Pengajian Pasaran
Metode pengajian pasaran adalah kegiatan belajar para santri
melalui pengkajian materi (kitab) tertentu pada seorang kyai/ustadz
yang dilakukan oleh sekelompok santri dalam kegiatan yang terus
menerus selam tenggang waktu tertentu. Pada umumnya dilakukan
pada bulan ramadhan selama setengah bulan, dua puluh hari atau
terkadang satu bulan penuh tergantung pada besarnya kitab yang
dikaji. Metode ini lebih mirip dengan metode bandongan, tetapi
metode ini target utamanya adalah “selesai” nya kitab yang
dipelajari. . (Dapartemen Agama RI, 2003: 45).
f. Metode Demonstrasi/ Praktek Ibadah
Metode ini adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan
memperagakan (mendemonstrasikan) suatu keterampilan dalam hal
pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara perorangan
5. Fungsi Pondok Pesantren
Sejak awal kehadirannya, pondok pesantren berfungsi sebagai
lembaga dakwah dan pendidikan. Kedua fungsi ini bergerak saling
menunjang. Pendidikan dapat dijadikan bekal dalam mengumandangkan
dakwah, sedang dakwah bisa dimanfaatkan sebagai sarana dalam
membangun sistem pendidikan. (Mutohar, Anam, 2013: 196).
Pondok pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan, lembaga
sosial, juga berfungsi sebagai pusat penyiaran agama Islam yang
mengandung kekuatan terhadap dampak modernisasi, sebagaimana telah
diperankan pada masa lalu dalam menentang penetrasi kolonisme
walaupun dengan cara Uzlah atau menutup diri. (Raharjo, 1985: Vii).
Sedangkan menurut Azyumardi Azra adanya tiga fungsi pesantren, yaitu:
Transmisi dan Transfer Ilmu-ilmu Islam, Pemeliharaan tradisi Islam, dan
Reproduksi Ulama. (Masyhud, Khusnurdilo, 2003: 90).
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi
pesantren bukan hanya sebagai lembaga pendidikan dakwah akan tetapi
sebagai lembaga pendidikan yang melakukan transfer ilmu-ilmu agama
(tafaqquh fi al-din) dan nilai-nilai agama, juga berperan sebagai lembaga
keagamaan yang melakukan kontrol sosial dan sebagai lembaga
perkembangan masyarakat.
C. Sekolah Menengah Pertama Berbasis Pondok Pesantren
Sekolah Menengah Pertama berbasis pesantren merupakan sekolah
keagamaan di pesantren. Tujuannya untuk mengedepankan muatan lokal
keislaman dan adat ke dalam kurikulum pendidikan sekolah.
Jika sebelumnya pelajaran agama di sekolah umum porsi waktunya
sangat sedikit (hanya dua jam pelajaran perminggu), maka dengan konsep
terpadu pembelajaran agama dapat berlangsung lebih lama dan praktiknya
lebih nyata. Begitu pun dengan pondok pesantren, jika sebelumnya mata
pelajaran umum waktunya belum memadahi, sekarang porsi waktunya
tersedia lebih cukup. Kini dua disiplin keilmuan itu dapat berjalan sejajar dan
sama-sama kuat.
Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional telah ditetapkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang neriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung
jawab. (Dapartemen Agama RI 2003: 62-63).
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada akhir-akhir ini hampir semua
pesantren menerapkan dan membuka lembaga pendidikan klasikal
(madrasah). Keberadaan model pendidikan seperti pondok pesantren Bina
Insani ini adalah salah satu dari banyak pondok yang menerapkan sistem
dengan memadukan pendidikan sekolah formal khususnya SMP dengan
pondok pesantren yang diharapkan agar peserta didik mampu menjadi pribadi
yang handal, memiliki kecerdasan intelektual, sekaligus mempunyai karakter
dengan kekuatan spiritual dan sosial yang melekat pada diri mereka
masing-masing. Dengan penanaman karakter peserta didik dibina dan dibimbing
dengan karakter berbasis masjid dan pendekatan spiritual yang sesuai dengan
nilai Al-Qur’an. Karena ibarat pondasi bagi sebuah bangunan, usia SMP
adalah masa pemasangan pondasi, ia harus dipasang kuat agar bangunannya
bisa kokoh dan kuat.
D. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan digunakan sebagai bahan perbandingan
terhadap penelitian yang ada, baik mengenai kekurangan dan kelebihan yang
ada sebelumnya. Selain itu juga mempunyai andil besar dalam rangka
mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori-teori yang
ada kaitannya dengan judul yang digunakan untuk mendapatkan landasan
teori ilmiah. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji beberapa penelitian yang
pernah diteliti oleh beberapa penelitian lain, penelitian tersebut digunakan
sebagai bahan kajian pendukung dalam penelitian ini.
Ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini,
yakni:
1. Skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN MANAJEMEN SEKOLAH
BERBASIS PESANTREN DI MADRASAH TSANAWIYAH