• Tidak ada hasil yang ditemukan

Judul Tugas Akhir : MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BERBASIS PONDOK PESANTREN (Studi Pada SMP Islam Bina Insani, Baran, Ketapang,Kab. Semarang Tahun 2017) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Judul Tugas Akhir : MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BERBASIS PONDOK PESANTREN (Studi Pada SMP Islam Bina Insani, Baran, Ketapang,Kab. Semarang Tahun 2017) - Test Repository"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Pada SMP Islam Bina Insani, Baran, Ketapang,

Kab. Semarang Tahun 2017)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd)

Disusun Oleh :

Nur Azizah

111-13-014

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

(2)
(3)
(4)
(5)

Nama : NurAzizah

Nim : 111-13-104

Fakultas : TarbiyahdanIlmuKeguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : Manajemen Sekolah Menengah Pertama Berbasis Pondok

Pesantren Studi Pada SMP Islam Bina Insani Baran, Ketapang,

Kab. Semarang Tahun 2017

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

tulis saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 9 Agustus 2017

Yang menyatakan,

NurAzizah

(6)
(7)
(8)

kepada:

1. Ibu dan Bapak tercinta yaitu Ibu Siti Harni dan Bapak Laikhan yang telah

membesarkan dan membimbingku dengan kasih sayang, kesabaran,

keikhlasan, serta yang selalu memberikan doa dan restu dengan tulus,

dukungan baik moril maupun materil. Engkaulah segalanya bagiku.

2. Adik-adikku tersayang Imam Muntaha, Khusnul Fatkhiyah, dan Nur Alif

Mubarokah yang menjadi semangatku.

3. Untuk semua keluarga yang selalu memberikan dorongan dengan penuh

kesabaran dalam penulisan skripsi ini.

4. Suami tercinta yang selalu menghibur dan memotivasi penulis untuk terus

maju dan berjuang serta membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Sahabat-sahabatku Najmul Laili, Sayyid Muhammad Ridlo, Bella Sita

Kurniawati dan Yudha Anggia Utomo yang selalu ada di hatiku.

6. Keluarga besar pondok pesantren Bina Insani dan juga SMP Islam Bina

insani, yang telah bersedia untuk menjadi tempat penelitian dan telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Teman-teman PAI angkatan 2013 senasip seperjuangan dan juga

teman-teman yang telah membantu dan memberi motivasi penulis selama empat

(9)

9. Seluruh warga Dusun Pregolan, Desa Jetis, Kecamatan Kaliwungu,

Kabupaten Semarang dan seluruh teman-teman penulis selama KKN disana.

10. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di HimpunanMahasiswa

Islam (HMI) Komisariat Walisongo dan keluarga besar HMI Cabang

(10)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah, segala puji bagi-Nya

yang senantiasa melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya, serta kita harapkan

perolongan dan kita minta ampunan-Nya. Sholawat salam selalu tercurahkan pada

junjungan serta panutan kita, Beliau Nabi Muhammad SAW, yang telah

menyampaikan dan membimbing umat pada jalan yang diridloi Allah, dengan

semangat dalam menebarkan ilmu-Nya dan nur kemulyaan-Nya. Sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “MANAJEMEN SEKOLAH

MENENGAH PERTAMA BERBASIS PONDOK PESANTREN STUDI PADA

SMP ISLAM BINA INSANI BARAN, KETAPANG, KAB. SEMARANG

TAHUN 2017”

Skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat pertolongan Allah melalui

berbagai pihak, karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam

Jurusan Tarbiyah IAIN Salatiga.

4. Bapak Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan

(11)

6. Bapak Kepala Sekolah SMP Islam Bina Insani Baran, Ketapang, Kab.

Semarang beserta stafnya dan pihak Pondok Pesantren yang telah

memberikan izin dan pelayanan dengan baik selama penelitian.

7. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan.

Semoga amal dan budi baik yang telah mereka berikan kepada penulis

menjadi catatan amal kebaikan disisi Allah SWT. Penulis menyadari susunan

skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun mudah-mudahan skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan umumya para pembaca

sekalian. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk

skripsi ini.

Wassalamu’alaikumWr.Wb

Salatiga, 9 Agustus 2017

Penulis

(12)

Program StudiPendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam NegeriSalatiga.DosenPembimbing: Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd.

Kata Kunci : Manajemen Sekolah dan Pesantren

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pelaksanaan manajemen pendidikan sekolah menengah pertama berbasis pondok pesantren di SMP Islam Bina Insani Baran, Ketapang, Kab. Semarang tahun 2017. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana manajemen pendidikan sekolah menengah pertama berbasis pondok pesantren (studi pada SMP Islam Bina Insani, Baran, Ketapang, Kab. Semarang pada tahun 2017 yang meliputi:

Manajemen kurikulum dan program pengajaran, Manajemen tenaga

kependidikan, Manajemen kesiswaan, Manajemen keuangan dan pembiayaan, Manajemen sarana dan prasarana pendidikan, Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat, dan Manajemen layanan khusus. (2) Apa faktor pendukung dan penghambat manajemen pendidikan sekolah menengah pertama berbasis pondok pesantren (studi pada SMP Islam Bina Insani, Baran, Ketapang, Kab. Semarang pada tahun 2017).

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti bertindak langsung sebagai instrumen dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan atau responden pada waktu mereka diwawancarai.

Dengan kata lain data tersebut berupa keterangan para key informant, sedangkan

data tambahan berupa catatan lapangan. Keseluruhan data tersebut selain diperoleh melalui wawancara, juga didapatkan dari observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamat triangulasi.

(13)

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN. ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. FokusPenelitian ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5

D. Penegasan Istilah ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN TEORI ... 14

A. Manajemen Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama ... 14

B. Pondok Pesantren ... 31

C. Sekolah Menengah Pertama Berbasis Pondok Pesantren... 42

D. Penelitian Yang Relevan ... 44

(14)

F. Analisis Data ... 54

G. Pengecekan Keabsahan Data ... 56

H. Tahap-tahap Penelitian ... 57

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Paparan Data ... 59

B. Analisis Data ... 101

BAB V PENUTUP ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran-saran ... 114

(15)

Tabel. 4.2 : Data Jumlah Guru dan Karyawan SMP Islam Bina Insani Susukan

Tabel. 4.3 : Daftar Nama Guru dan Karyawan SMP Islam Bina Insani

Susukan

Tabel. 4.4 : Data Jumlah Siswa SMP Islam Bina Insani Susukan

Tabel. 4.5 : Kegiatan Harian Siswa/ Santri SMP Islam Bina Insani Susukan

Tabel. 4.6 : Kegiatan Mingguan Siswa/ Santri SMP Islam Bina Insani

Susukan

Tabel. 4.7 : Agenda Tahunan Siswa SMP Islam Bina Insani Susukan Tahun

Pelajaran 2016/2017

Tabel. 4.8 : Jadwal Pembimbing/ Pengawas Belajar Malam Bertugas pada

Malam Senin s/d Malam Sabtu Mulai dari Jam 20.30-22.00

Tabel. 4.9 : Prestasi Akademik Siswa di SMP Islam Bina Insani Susukan

Tabel. 4.10 : Prestasi Non Akademik Siswa di SMP Islam Bina Insani Susukan

Tabel. 4.11 : Jadwal Kegiatan Ekstrakulikuler Siswa SMP Islam Bina Insani

Susukan

(16)

2. Pedoman Observasi

3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Bukti Penelitian

5. Surat Keterangan Kegiatan

6. Lembar Konsultasi

(17)

Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi antara lain disebabkan oleh

fitrah manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa ingin tahu, mencari

dan berpihak pada kebenaran. Di samping itu manusia juga memiliki sifat

hanif (akal budi) yaitu keinginan yang tidak terbatas untuk menggapai

yang terbaik dalam kehidupannya. Tuntutan fitrah dan hanif manusia

tersebut dapat terpenuhi apabila manusia memperoleh pengetahuan baru

yang sistematis.

Perkembangan pendidikan saat ini sangat pesat dan bersaing

sehingga pendidikan formal baik negeri maupun swasta secara serentak

sepakat untuk memajukan pendidikan di Negara ini. Perubahan yang

signifikan sangat terlihat di dunia pendidikan karena tuntutan persaingan

kecerdasan serta kreatifitas di zaman modern, baik di bidang keterampilan,

pendidikan, maupun di dunia usaha. Namun di sisi lain zaman modern

menimbulkan suatu ancaman yang melemahkan sebagian besar mental

anak bangsa dengan keadaan yang serba canggih dan bebas, yang dengan

mudah mempengaruhi sikap, akhlak, serta moral yang terlepas dari norma

kesopanan sehingga persaingan bukan menjadi motivasi pemersatu bangsa

melainkan persaingan yang saling merugikan satu sama lain.

(18)

dan kreatifitas. Hal ini sangat mempengaruhi pola pembelajaran serta

metode di dunia pendidikan, sehingga pemerintah sangat serius dalam

menata program pembelajaran dengan metode-metode baru serta materi

pembelajaran secara detail dan tertata.

Keseriusan sikap dan ketekunan di bidang pendidikan sangat penting

dalam penekanan pola belajar di zaman yang modern, bersaing secara

nyata, kecerdasan, serta prestasi menjadi ajang motivasi bagi para pelajar

sehingga mengalami perubahan yang sangat pesat pula pada kondisi

manajemen instansi pendidikan formal maupun non formal dengan

program serta metode dalam bimbingan belajar maupun sekolah. Sehingga

banyak berdirinya sekolah yang beragam dengan keunggulan di bidang

masing-masing. Sekolah dalam dunia pendidikan saat ini banyak

menawarkan berbagai macam pembelajaran yang menguntungkan, tidak

hanya pada kecerdasan pembelajaran formal materi saja, namun juga di

bidang praktek keterampilan, kewirausahaan, ilmu agama, dan masih

banyak yang lainnya sesuai dengan bakat anak didik. Seperti SMK

(Sekolah Menengah Kejuruan), SBP (Sekolah Berbasis Pondok

Pesantren), MI (Madrasah Ibtidaiyah), MA (Madrasah Aliyah) MAN

(Madrasah Aliyah Negeri)

Secara umum, sekolah dan pondok pesantren merupakan dua

lembaga pendidikan yang memiliki keunggulan masing-masing. Apabila

(19)

tercipta sebuah kekuatan pendidikan yang mampu menghasilkan generasi

muda yang cerdas dan berkarakter baik.

Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang

sekarang ini mengalami kemajuan, didalamnya terdapat fasilitas-fasilitas

tertentu untuk menunjang keberhasilan santrinya dalam hal pendidikan

salah satunya yaitu tempat pendidikan formal (SD, SMP,SMA, dan juga

Universitas, tempat dimana para santrinya melakukan kegiatan belajar

secara formal yang di bimbing oleh seorang guru (ustadz).

Sebagai lembaga berbasis agama, pesantren pada mulanya

merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai penyiaran agama Islam.

Dengan menyediakan kurikulum berbasis agama, pesantren diharapkan

mampu melahirkan alumni yang kelak mampu menjadi figur agamawan

yang tangguh dan mampu memainkan peran profetiknya pada masyarakat

secara umum.

Dalam sebuah lembaga pendidikan bahwasanya telah

mengimplementasikan manajemen dalam mengelola kelembagaan dan

administrasi sekolah, yang berupa manajemen kurikulum dan program

pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan dan pembiayaan,

sarana dan prasarana pendidikan, hubungan sekolah dengan masyarakat,

serta manajemen layanan khusus. Hal ini menarik minat bagi peneliti

untuk melakukan kajian di dunia pendidikan yaitu sekolah yang berbasis

(20)

Dari beberapa hal yang telah terurai diatas merupakan alasan penulis

dalam menyusun naskah skripsi, sehingga penulis memiliki niat dan

keinginan meneliti dengan judul “MANAJEMEN PENDIDIKAN

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BERBASIS PONDOK

PESANTREN (Studi Pada SMP Islam Bina Insani, Baran, Ketapang, Kab.

Semarang Tahun 2017).

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa hal yang menjadi

permasalahan dan akan dikaji melalui penelitian ini.

Beberapa permasalahan itu adalah:

1. Bagaimana manajemen pendidikan sekolah menengah pertama

berbasis pondok pesantren (studi pada SMP Islam Bina Insani,

Baran, Ketapang, Kab. Semarang pada tahun 2017 yang meliputi:

a. Manajemen kurikulum dan program pengajaran?

b. Manajemen tenaga kependidikan?

c. Manajemen kesiswaan?

d. Manajemen keuangan dan pembiayaan?

e. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan?

f.Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat?

g. Manajemen layanan khusus?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat manajemen pendidikan

(21)

SMP Islam Bina Insani, Baran, Ketapang, Kab. Semarang pada

tahun 2017)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Sesuai dengan rumasan masalah yang dikaji, maka peneliti ini

memiliki tujuan antara lain adalah:

a. Untuk mengetahui manajemen pendidikan sekolah menengah

pertama berbasis pondok pesantren (studi pada SMP Islam Bina

Insani, Baran, Ketapang, Kab. Semarang pada tahun 2017 yang

meliputi:

1) Manajemen kurikulum dan program pengajaran

2) Manajemen tenaga kependidikan

3) Manajemen kesiswaan

4) Manajemen keuangan dan pembiayaan

5) Manajemen sarana dan prasarana pendidikan

6) Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat

7) Manajemen layanan khusus

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat

manajemen pendidikan sekolah menengah pertama berbasis

pondok pesantren (studi pada SMP Islam Bina Insani, Baran,

Ketapang, Kab. Semarang pada tahun 2017.

2. Manfaat Penelitian

(22)

a. Manfaat Teoritis

1) Memberikan sumbangan dan memperluas wawasan dalam

pengembangan pendidikan pada umumnya, khususnya

dapat memperkaya khasanah pendidikan Islam yang

diperoleh dari hasil penelitian.

2) Untuk memperkaya pembendaharaan pengetahuan serta

teori tentang manajemen sekolah berbasis pesantren dan

berguna untuk mengangkat citra bimbingan pendidikan

keagamaan khususnya dalam dunia pendidikan Islam.

3) Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi kepada

pengelola sekolah dan pondok pesantren dalam

menumbuhkan semangat dalam pengelolaan pendidikan

Islam dalam menghadapi perkembangan dan tantangan

dalam dunia pendidikan.

b. Manfaat Praktis

Bagi pihak-pihak terkait antara lain:

1) IAIN Salatiga

Memberikan sumbangan pemikiran agar lebih

meningkatkan kualitas manajemen kelembagaan yang lebih

(23)

2) Mahasiswa

Agar adanya peningkatan belajar mahasiswa sebagai

penerus atau sebagai calon guru yang diharapkan mampu

mengembangkan pengelolaan sekolah yang berkualitas.

3) Bagi Guru

Dengan adanya penelitian ini mampu memberikan sedikit

sumbangan dan pemahaman bagi para guru khususnya

dalam pengelolaan kurikulum dan kesiswaan dalam

pendidikan di pesantren.

4) Bagi Lembaga Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi acuan dan wawasan baru

khususnya dalam bidang pengelolaan manajemen sekolah

yang baik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

D. Penegasan Istilah

1. Manajemen

Kata manajemen menurut asal katanya (etimologis) berasal dari

bahasa Latin, manus+agree. Manus berarti tangan, sedangkan agree

berarti melakukan. Digabungkan menjadi kata kerja Managere yang

artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris

dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda Management,

dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Dan

(24)

Manajemen merupakan suatu proses merencanakan,

mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan dengan

melibatkan orang lain untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai.

Dalam perencanaan, manajemen perlu melaksanakan analisis SWOT,

yaitu strength, weakness, opportunities, threats. (Kompri. 2014: 3).

Jadi, manajemen merupakan suatu proses mengelola sumber

daya secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Jika ditinjau dari

aspek pendidikan, maka arti dari manajemen adalah sebagai segala

sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan melakukan sejumlah

fungsi tertentu.

2. Pendidikan

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, diungkapkan yang

dimaksud dengan pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, Bangsa dan Negara. (Mulyono, 2010: 48).

Dari definisi pendidikan tersebut, dengan jelas terungkap bahwa

(25)

mengembangkan potensi individu demi tercapainya kesejahteraan

pribadi, masyarakat dan Negara.

3. Sekolah

Sekolah adalah suatu lembaga dimana seorang peserta didik

menuntut ilmu secara formal dan merupakan wadah bagi para peserta

didik dalam menentukan arah atau langkah yang ingin ditempuh serta

untuk menentukan cita-cita yang ingin mereka capai untuk masa

depannya. (Kompri. 2014: 5).

Jadi sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan, yaitu

lingkungan tempat terjadinya berbagai aktivitas pendidikan, baik

poses pembelajaran maupun evaluasi pendidikan.

4. Basis

Istilah basis bisa diartikan dengan dasar atau pokok dasar

(Poerwadarminta, 1966: 95). Berdasarkan pengertian basis tersebut,

maka makna basis yang dimaksud adalah pengelolaan manajemen

sekolah yang diterapkan di pondok pesantren, dalam teori sebuah

manajemen lembaga pendidikan sering disebut dengan manajemen

berbasis sekolah.

5. Pondok Pesantren

Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe

di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. Sedangkan

(26)

santri” berasal dari perkataan “sastri”, sebuah kata dari bahasa

sanskerta yang berarti melek huruf. Kedua, pendapat yang

mengatakan bahwa perkataan santri berasal dari bahasa Jawa, dari

kata “cantrik”, berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru

kemana guru pergi menetap.

Di Indonesia istilah pesantren lebih popular dengan sebutan

pondok pesantren. Lain dengan pesantren, pondok berasal dari bahasa

Arab funduq, yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal

sederhana.

Pengertian terminologi pesantren, mengindikasikan bahwa

secara kultural pesantren berasal dari budaya Indonesia. Secara

histories pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman, tetapi

juga makna keaslian Indonesia. (Zamakhsyari Dhofier, 1994: 61-62).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pesantren adalah lembaga atau

tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama

Islam dan didukung dengan fasilitas asrama sebagai tempat tinggal

santri.

6. Manajemen berbasis sekolah

Manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai segala sesuatu

yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek,

jangka menengah dan jangka panjang. Manajemen atau pengelolaan

(27)

pendidikan secara keseluruhan, alasannya bahwa tanpa manajemen

tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal,

efektif dan efisien.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah keseluruhan proses

perencanaan, mengorganisasikan, mengembangkan dan

mengendalikan seluruh pendukung/ pengguna (stakehoder) sekolah

dan sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sekolah khususnya

dan tujuan pendidikan umumnya. Pemberlakuan otonomi daerah

membawa implikasi terhadap perubahan dalam penyelenggaraan

pendidikan. (Kompri, 2014: 35).

E. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan untuk

mendapatkan suatu karya ilmiah yang baik, maka diperlukan suatu cara

penulisan yang baik sehingga isi dari hasil penelitian tidak melenceng dari

apa yang sudah direncanakan dan ditetapkan dalam batasan masalah yang

diteliti. Oleh karena itu, perlu adanya sistematika penulisan yang baik dan

terarah yang terdiri dari lima pembahasan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan berisi tentang: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Metode

Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi. Bab pendahuluan ini

dimaksudkan sebagai kerangka acuan dalam penulisan skripsi, sehingga

(28)

BAB II: Kajian teori, pada bab ini dikupas berbagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian. Khususnya berkaitan dengan variabel

penelitian yaitu teori-teori tentang manajemen penunjang penyelenggaraan

pendidikan di sekolah berbasis pesantren yang disesuaikan dengan tujuan

dan fokus penelitian.

BAB III: Metodologi penelitian, pada bab ini akan dijelaskan mengenai beberapa metode yang digunakan dalam penelitan, agar dapat memperoleh

informasi mengenai data yang di butuhkan. Metode yang digunakan

mencangkup tentang beberapa hal, yaitu: kehadiran peneliti, lokasi dan

subyek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data,

pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian dan penelitian yang

relevan.

BAB IV: Paparan Data dan Analisis Data. Paparan data berisi tentang gambaran umum SMP Islam Bina Insani, pelaksanaan manajemen SMP

Islam Bina Insani, serta faktor penghambat dan pendukungnya. Kemudian

dalam analisis data berisi tentang melakukan analisis terhadap data yang

terkumpul, dengan pentahapan, menyimpulkan landasan teori,

mendiskripsikan hasil wawancara tentang bagaimana komponen lembaga

pendidikan sekolah berbasis pesantren dalam penerapan manajemen,

faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan manajemen pondok

(29)

BAB V: Penutup, mengakhiri penulisan skripsi, pada bab kelima akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian, saran-saran

(30)

A. Manajemen Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama

1. Pengertian Manajemen Pendidikan

Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu berasal dari kata manus

yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu

digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani.

Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata

kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk

orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya management

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau

pengelolaan. (Usman, 2006: 3).

Ditinjau secara terminologi kata “manajemen” memiliki banyak

makna. Beberapa pengertian manajemen dan perspektif para pakar,

antara lain sebagai berikut:

a. Oemar Hamalik dalam bukunya Manajemen Pengembangan

Kurikulum memberikan batasan kata manajemen sebagai berikut:

manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan

keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta

sumber-sumber lainnya menggunakan metode yang efisien dan

efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.

(31)

b. G. R. Terry mengatakan bahwa manajemen merupakan proses khas

yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan

serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan

sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. (Saefullah, 2014:

2)

c. Menurut Umiarso dan Imam Gozali dalam buku Manajemen mutu

sekolah (2010: 69) manajemen diartikan sama dengan istilah

administrasi atau pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk

mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material,

secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan

pendidikan di sekolah secara optimal.

d. Daryanto (2013: 41) manajemen adalah pengelolaan usaha,

kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumber daya manusia

dan sumber daya alam secara efektif untuk mencapai sasaran

organisasi yang diinginkan. Sedangkan dalam kegiatan pendidikan,

manajemen dapat diartikan sebagai perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, pengawasan dan evaluasi dalam kegiatan pendidikan

yang dilakukan oleh pengelola pendidikan untuk membentuk

peserta didik yang berkualitas sesuai dengan tujuan.

Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

(32)

dilakukan pihak pengelola organisasi untuk mencapai tujuan bersama

dengan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

Dalam kehidupan sehari-hari manajemen sering diartikan

pengelolaan atau dalam dunia pendidikan sering disebut administrasi.

Sedangkan dalam perspektif agama Islam hakikat manajemen adalah

al-tadbir (pengaturan). Kata ini berasal dari kata dabbara (mengatur) yang

banyak terdapat dalam Al- Qur’an seperti firman Allah SWT:

َفْلَأ ُهُراَدْقِم َناَك ٍمْوَ ي ِفِ ِهْيَلِإ ُجُرْعَ ي َُّثُ ِضْرلأا َلَِإ ِءاَمَّسلا َنِم َرْملأا ُرِّ بَدُي

َنوُّدُعَ ت اَِّمِ ٍةَنَس

Artinya: “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. As-Sajdah: 5).

Dari ayat di atas diketahui bahwa Allah SWT merupakan pengatur

alam. Akan tetapi, sebagai khalifah di bumi ini, manusia harus mengatur

dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah SWT

mengatur alam raya ini. Kedudukan manusia sebagai khalifah

memainkan peran ganda yaitu sebagai pemimpin sekaligus sebagai

pengelola (manajer). Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 30 Allah

SWT berfirman:

(33)

bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Kata (khalifah) yang berarti pemimpin di sini mengandung makna

mengelola bumi agar manusia dengan alam dapat berdampingan dan

berkesinambungan dalam pengelolaan bumi untuk kemakmuran.

Sedangkan dalam dunia pendidikan pengelolaan lebih diarahkan

kepada suatu proses yang berupaya untuk menghimpun sumber daya

yang ada pada lembaga tersebut dalam mencapai tujuan pendidikan.

2. Komponen-Komponen Manajemen Pendidikan di Sekolah

Istilah manajemen sekolah terjemahan dari “school management”,

dan akan melihat bagaimana manajemen substansi-substansi pendidikan

di suatu sekolah atau manajemen berbasis sekolah agar dapat berjalan

dengan tertib, lancar dan benar-benar terintegrasi dalam suatu sistem

kerja sama untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Hal yang

paling penting dalam implementasi manajemen berbasis sekolah adalah

manajemen terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri.

Sedikitnya terdapat tujuh komponen sekolah yang harus dikelola dengan

baik dalam rangka manajemen pendidikan, yaitu kurikulum dan program

pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan

prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat,

serta manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan. (Mulyasa, 2014:

(34)

a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran

Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan

bagian dari MBS. Manajemen kurikulum dan program pengajaran

mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian

kurikulum. Perencanaan dan pengembangan kurikulum Nasional

pada umumnya telah dilakukan oleh Dapertemen Pendidikan

Nasional pada tingkat pusat. Karena itu level sekolah yang paling

penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan

kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Di samping itu,

sekolah juga bertugas dan berwewenang untuk mengembangkan

kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

lingkungan setempat. (Mulyasa, 2014: 40).

Kurikulum yang digunakan sekolah pesantren menggunakan

kurikulum nasional dan kurikulum pesantren/lokal. Dalam sekolah

pesantren kurikulum yang diberlakukan adalah kurikulum nasional

yang mana menekankan pada pola pendidikan formal.

Akhir-akhir ini, pemerintah telah memberikan kepercayaan

kepada pesantren untuk menyelenggarakan sistem persekolahan

melalui program wajib belajar 9 tahun. Hal ini mengandung makna

bahwa pesantren juga harus melaksanakan fungsi-fungsi

persekolahan, antara lain melaksanakan pendidikan dan pengajaran

(35)

b. Manajemen Tenaga Kependidikan

Keberhasilan manajemen pendidikan sangat ditentukan oleh

keberhasilan pemimpinannya dalam mengelola tenaga kependidikan

yang tersedia disekolah. Manajemen tenaga kependidikan atau

manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan

tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil

yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.

Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan

pimpinan, adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan

memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, membantu

anggota mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan

perkembangan karier tenaga kependidikan, serta menyelaraskan

tujuan individu dan organisasi.

Manajemen tenaga kependidikan mencangkup: (a)

perencanaan pegawai, (b) pengadaan pegawai, (c) pembinaan dan

pengembangan pegawai, (d) promosi dan mutasi, (e) pemberhentian

pegawai, (f) kompensasi, dan (g) penilaian pegawai. Semua itu perlu

dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai,

yakni tersedianya tenaga kependidikan yang diperlukan dengan

kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan

(36)

Ada empat komponen pokok personalia dalam sekolah

pesantren, yaitu: Kyai/pengasuh, Kepala Sekolah, Guru/ustadz, dan

santri.

1) Kyai merupakan symbol sentral sebuah pesantren, biasanya

ketenaran kyai sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan

banyak sedikitnya santri yang menuntut ilmu di pesantren.

2) Kepala Sekolah merupakan komponen khusus dalam

pengelolan sekolah, karena kepala sekolah sebagai supervisor

yang menangani dan mengatur semua kegiatan para

guru/ustadz maupun karyawan dalam pencapaian tujuan

pendidikan nasional.

3) Guru/ustadz, keduanya mempunyai fungsi yang sama, yang

membedakan yaitu, seorang ustadz dituntut harus tinggal di

pondok pesantren dan memberikan contoh perilaku yang baik

terhadap santrinya, sedangkan guru tidak tinggal di pondok.

4) Santri, fungsi santri merupakan bagian yang penting dalam

pesantren. Bila tidak ada santri maka tidak aka nada pesantren,

santri di sini sama dengan siswa namun ada nilai plus yang

dihasilkan santri, diantaranya menumbuhkan sikap

kemandirian, kesederhanaan, dan rajin dalam beribadah.

c. Manajemen Kesiswaan

Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar,

(37)

sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap

perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan

kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari

kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan

seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang

beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang

secara optimal; (c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka

menyenangi apa yang diajarkan; dan (d) pengembangan potensi

siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah

afektif, dan psikomotor. (Darmanto dan Farid, 2013: 170).

Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai

kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di

sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai

tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut,

bidang manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas utama

yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan

kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin.

d. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan

Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya

yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi

pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam

(38)

memper-tanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan

kepada masyarakat dan pemerintah.

Komponen utama manajemen keuangan meliputi, (a) prosedur

anggaran, (b) prosedur akuntansi keuangan, (c) pembelajaran,

pergudangan, dan prosedur pendistribusian, (d) prosedur investasi,

dan (e) prosedur pemeriksaan. Dalam pelaksanaannya, manajemen

keuangan ini menganut asas pemisahan tugas antara fungsi

otorisator, ordonator dan bendaharawan.

Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk

mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan

pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang

melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala

tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan.

Adapun bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan

penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang atau surat-surat

berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta diwajibkan

membuat perhitungan dan pertanggungjawaban. (Mulyasa, 2014:

49).

Kepala sekolah, sebagai manajer, berfungsi sebagai otorisator,

dan dilimpahi fungsi ordonator untuk memerintahkan pembayaran.

Namun, tidak dibenarkan melaksanakan fungsi bendaharawan

(39)

Bendaharawan di samping mempunyai fungsi-fungsi bendaharawan,

juga dilimpahi fungsi ordonator untuk menguji hak atas pembayaran.

Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan

potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak

terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan sekolah.

e. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Manajemen sarana sering disebut dengan manajemen materiil,

yaitu segenap proses penataan yang bersangkut-paut dengan

pengadaan, pendayagunaan, dan pengelolaan sarana pendidikan agar

tercapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

Dengan batasan tersebut maka manajemen sarana meliputi:

perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan, dan

pengahapusan. (Daryanto dan Farid, 2013: 103).

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang

secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan,

khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas,

meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas

mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat

memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya

(40)

perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi,

dan penghapusan serta penataan. (Mulyasa, 2014: 49).

Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat

menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan

kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk

berada di sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya

alat-alat atau fasilitas belajar yang memadahi secara kuantitatif,

kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan

secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran,

baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid-murid sebagai

pelajar.

f. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya

merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan

mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah.

Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain

untuk (a) memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak,

(b) memperkokoh tujuan dan serta meningkatkan kualitas hidup dan

penghidupan masyarakat, dan (c) menggairahkan masyarakat untuk

menjalin hubungan dengan sekolah. Hubungan yang harmonis ini

(41)

1) Saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat dan

lembaga-lembaga lain yang ada di msyarakat, termasuk dunia

kerja.

2) Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena

mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan

masing-masing.

3) Kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak

yang ada di masyarakat dan mereka merasa ikut bertanggung

jawab atas suksesnya pendidikan di sekolah. (Mulyasa, 2014:

50).

Melalui hubungan yang harmonis tersebut diharapkan tercapai

tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu terlaksananya

proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, dan efisien

sehingga menghasilkan lulusan sekolah yang produktif dan

berkualitas.

g. Manajemen Layanan Khusus

Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan,

kesehatan, dan keamanan sekolah. Manajemen komponen-komponen

tersebut merupakan bagian penting dari manajemen pendidikan yang

efektif dan efisien.

Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik

(42)

mendalami pengetahuan yang diperolehnya di kelas melalui belajar

mandiri, baik pada waktu-waktu kosong di sekolah maupun dirumah.

Manajemen layanan khusus lain adalah layanan kesehatan dan

keamanan. Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan

bertanggung jawab melaksanakan proses pembelajaran, tidak hanya

bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan

sikap saja, tetapi juga harus menjaga dan meningkatkan kesehatan

jasmani dan rohani peserta didik.(Mulyasa, 2014: 52)

Layanan-layanan khusus yang dibutuhkan peserta didik di

sekolah terhadap pembinaan peserta didik meliputi: layanan

bimbingan dan konseling, layanan perpustakaan, layanan kantin,

layanan kesehatan, layanan transportasi, layanan asrama.

3. Tujuan Manajemen Pendidikan

Tujuan utama penerapan manajemen pendidikan pada intinya

adalah untuk menyeimbangkan struktur kewenangan antara sekolah,

pemerintah daerah, pelaksana proses dan pusat sehingga manajemen

menjadi lebih efisien. Tujuan ini adalah untuk mendirikan atau

memberdayakan sekolah melalui kewenangan (otonomi) kepada sekolah

dan mendorong sekolah untuk meakukan pengambilan keputusan secara

partisipasif. Lebih rincinya manajemen pendidikan bertujuan untuk:

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif

sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang

(43)

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan

bersama.

c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua,

masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.

d. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu

pendidikan yang akan dicapai. (Aedi, 2015: 169).

Kemudian dalam buku karya Jamal Ma’mur Asmani (2012: 48)

Tujuan adanya Manajemen Berbasis Sekolah menurut Djam’an Satori

(2006), adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan cara

memberdayakan seluruh potensi sekolah dan stakeholder-nya sesuai

dengan kebijakan pemerintah dengan menerapkan kaidah-kaidah

manajemen pendidikan/ sekolah professional.

Tujuan penerapan manajemen pendidikan adalah untuk

meningkatkan kualitas pendidikan secara umum, baik itu menyangkut

kualitas pembelajaran, kualitas kurikulum, kualitas sumber daya

manusia, guru maupun tenaga kependidikan lainnya, dan kualitas

pelayanan pendidikan secara umum. Bagi sumber daya manusia,

peningkatan kualitas bukan hanya meningkatnya pengetahuan dan

keterampilannya, melainkan meningkatkan kesejahteraan-nya pula.

Karena tujuan manajemen pendidikan adalah meningkatkan mutu

(44)

pendidikan memerlukan tujuan yang hendak dicapai secara jelas, jelas

indikatornya, jelas kriteria pencapaiannya agar keputusan lebih terarah.

4. Fungsi Manajemen Pendidikan

Nur Aedi (2015: 52) Pada abad ke-20 Henry Fayol

memperkenalkan fungsi manajemen ke dalam lima fungsi yaitu:

merancang, mengorganisir, memerintah, mengkoordinasi dan

mengendalikan.

Terdapat empat fungsi manajemen menurut G.R. Terry dalam

Rusman (2009: 122), yaitu: planning (perencanaan), organizing

(pengorganisasian), actuating (pelaksanaan) dan controlling

(pengawasan).

a. Perencanaan (Planning)

Planning, berarti merencanakan atau perencanaan. Kegiatan

ini terdiri atas: (1) menetapkan hal yang harus dikerjakan, waktu

pelaksanaan, dan cara melakukannya; (2) membatasi sasaran dan

menetapkan pelaksanaan-pelaksanaan kerja untuk mencapai

efektivitas maksimum melalui proses penentuan target; (3)

mengumpulkan dan menganalisis informasi; (4) mengembangkan

berbagai alternatif; (5) mempersiapkan dan mengkomunikasikan

rencana dan keputusan. (Tatang, 2015: 20).

Perencanaan juga dapat diartikan sebagai proses kegiatan

(45)

secara rasional sebelum melaksanakan tindakan yang sebenarnya

dalam rangka mencapai tujuan. (Taslimah, 1996: 33)

Jadi dalam tahap perencanaan (planning) merupakan

pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan

strategi, kebijakan, proyek, program, prosedur, metode, sistem,

anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Organizing adalah pengelompokan kegiatan yang diperlukan,

yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi setiap

unit dalam organisasi. Organizing dapat pula dirumuskan sebagai

keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokkan

orang-orang dan penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung

jawab masing-masing dengan tujuan mencipatakan

aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Pengorganisasian terdiri atas: (1) menyediakan fasilitas

perlengkapan dan tenaga kerja yang diperlukan untuk penyusunan

rangka kerja yang efisien; (2) mengelompokkan komponen kerja ke

dalam struktur organisasi secara teratur; (3) membentuk struktur

wewenang dan mekanisme koordinasi; (4) merumuskan dan

menentukan metode serta prosedur; (5) memilih, mengadakan

(46)

c. Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan (actuating) pelaksanaan merupakan kegiatan

untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka

mencapai tujuan secara efektifdan efisien, serta akan memiliki nilai

jika dilaksanakan dengan efektif dan efisien. (Tatang, 2015: 24)

Dari rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)

merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi

perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan

dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi

actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang

berhubungan langsung dengan orang-orang dalam orgnisasi.

(Daryanto dan Farid, 2013: 165).

Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) merupakan

upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan

melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap

karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai

dengan peran, tugas, dan tanggungjawabnya.

d. Pengawasan (Controlling)

Controlling atau pengawasan yang sering disebut

pengendalian adalah mengadakan penilaian dan mengadakan

koreksi sehingga pekerjaan bawahan dapat diarahkan kea rah yang

benar dengan maksud mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(47)

Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang

tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi yang

terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan.

Manullang (1982: 174) Tujuan utama dari pengawasan ialah

mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan.

Oleh karenanya agar sistem pengawasan itu benar-benar efektif

artinya dapat merealisasi tujuannya, maka suatu sistem pengawasan

setidak-tidaknya harus dapat dengan segera melaporkan adanya

penyimpangan-penyimpangan dari rencana.

B. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Istilah pesantren berasal dari akar kata santri “pe-santri-an” atau

tempat santri. Dengan kata lain, istilah pesantren berasal dari kata santri,

dengan awalan “pe” di depan dan akhiran “an” berarti tempat tinggal

para santri. Sebagian pakar mengatakan bahwa istilah pesantren bukan

berasal dari bahasa Arab, melainkan berasal dari bahasa India. (Mutohar,

Anam, 2013: 169).

Nasir (2005: 80) istilah pondok pesantren berasal dari kata funduk,

(bahasa arab) yang berarti rumah penginapan, sedangkan pondok

pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan

pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan agama Islam.

(48)

agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian

(Dauly, 2004: 26-27).

Secara terminologis banyak batasan yang diberikan oleh para ahli.

M. Arifin mendefinisikan pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan

agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan

menggunakan sistem asrama (kampus). Di dalamnya santri menerima

pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang

sepenuhnya berada di bawah kedaulatan atau leadhership seorang atau

beberapaorang kyai dengan cirri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta

independent dalam segala hal. (Arifin, 1991: 240).

Pengertian pesantren diatas, mengidentifikasikan bahwa pesantren

merupakan lembaga pendidikan tradisonal Islam untuk memahami,

menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam (tafqquh fi al-diin).

Pengertian pondok pesantren tidak dapat diberikan batasan yang tegas,

melainkan mengandung pengertian yang memenuhi ciri-ciri bahwa

pondok pesantren berada dalam lembaga suatu pondok Kyai, Santri,

Pengajian, Asrama, dan Masjid dengan aktivitasnya, sehingga bila

dirangkumkan semua unsur-unsur tersebut, dapatlah dibuat suatu

pengertian pondok pesantren.

2. Tipologi Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah sebuah sistem yang unik. Tidak hanya

unik dalam pendekatan pembelajarannya, tetapi juga unik dalam

(49)

struktur dalam pembagian kewenangan, dan semua aspek-aspek

kependidikan dan kemasyarakatan lainnya. Oleh karena itu, tidak ada

definisi yang dapat secara tepat mewakili seluruh pondok pesantren yang

ada. Masing-masing pondok mempunyai keistimewaan sendiri, yang bisa

jadi tidak dimiliki oleh yang lain. Meskipun demikian, dalam hal-hal

tertentu pondok pesantren memiliki persamaan. Persamaan-persamaan

inilah yang lazim disebut sebagai ciri pondok pesantren, dan selama ini

dianggap dapat mengimplikasi pondok pesantren secara kelembagaan.

Seiring dengan perkembangan di masa sekarang, pondok pesantren

baik tempat, sistem pengajaran, sistem peng-organisasiannyapun telah

mengalami perubahan. Di dalam perkembangannya pondok pesantren

dapat dikategorisasikan menjadi beberapa kategori. Di antaranya adalah

sebagai berikut:

a. Pondok Pesantren Salafiyah

Salaf artinya “lama, dahulu, atau tradisional”. Pondok

pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang

menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan tradisional,

sebagaimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya.

Pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam dilakukan secara individual

atau kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab klasik,

berbahasa arab. Penjenjangan tidak didasarkan pada satuan waktu,

(50)

mempelajari kitab yang tingkat kesukarannya lebih tinggi.

Demikian seterusnya. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip

pendidikan modern yang dikenal dengan sistem belajar tuntas.

Dengan cara ini, santri dapat lebih intensif mempelajari suatu

cabang ilmu. (Dapartemen Agama RI, 2003: 30)

b. Pondok Pesantren Khalafiyah (‘Ashriyah)

Khalaf artinya “kemudian” atau “belakang”, sedangkan ashri

artinya “sekarang” atau “modern”. Pondok pesantren khalafiyah

adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan

pendidikan dengan pendekatan modern, melaui satuan pendidikan

formal, baik madrasah (MI, MTs, MA atau MAK), maupun sekolah

(SD, SMP, SMU, dan SMK), atau nama lainnya, tetapi dengan

pendekatan klasikal. Pembelajaran pada pondok pesantren

khalafiyah dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan,

dengan satuan program didasarkan pada satuan waktu, seperti catur

wulan, semester, tahun/kelas, dan seterusnya. Pada pondok

pesantren khalafiyah, “pondok” lebih banyak fungsi sebagai asrama

yang memberikan lingkungan kondusif untuk pendidikan agama.

(Dapartemen Agama RI, 2003: 30).

Menurut Syamsudini (2007: 465) Pondok pesantren

khalafiyah merupakan pondok pesantren yang mengadopsi sistem

madrasah atau sekolah, dengan kurikulum yang disesuaikan dengan

(51)

c. Pondok Pesantren Campuran/ kombinasi

Pondok Pesantren campuran merupakan kombinasi antara

pondok pesantren salafiyah dan pesantren khalafiyah. Dapat

dijelaskan bahwa pondok pesantren campuran adalah bentuk

kegiatan atau pendekatan pembelajaan yang dilakukan dengan

menggunakan pendekatan kedua pondok tersebut.

Ciri khas pesantren modern berupaya memadukan

tradisionalitas dan modernitas pendidikan. Sistem pengajaran

weton dan sorogan diganti dengan sistem klasikal (pengajaran di

dalam kelas) yang berjenjang dan kurikulum terpadu diadopsi

dengan penyesuaian tertentu. Dikatomi ilmu agama dan umum juga

dieleminasi. Kedua bidang ilmu ini sama-sama diajarkan, namun

dengan proporsi pendidikan agama yang lebih mendominasi.

Sebagian besar pondok pesantren yang mengaku atau

menamakan diri pesantren salafiyah pada umumnya juga

menyelenggarakan pendidikan secara klasikal dan berjenjang,

walaupun tidak dengan nama madrasah atau sekolah. Demikian

juga pesantren khalafiyah pada umumnya juga menyelenggarakan

pendidikan dengan menggunakan pendekatan kitab klasik

(pengajian menggunakan kitab kuning) itulah yang diakui seama

ini sebagai salah satu identitas pokok pesantren. Tanpa

(52)

3. Elemen-elemen Pondok Pesantren

Pondok pesantren bukan hanya terbatas dengan kegiatan-kegiatan

pendidikan keagamaan melainkan mengembangkan diri menjadi suatu

lembaga pengembangan masyarakat, oleh karena itu pondok pesantren

sejak semula merupakan ajang mempersiapkan kader masa depan dengan

perangkat-perangkat sebagai berikut:

a. Masjid

Masjid adalah sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar

mengajar. Masjid merupakan sentral sebuah pesantren karena di

sinilah pada tahap awal bertumpu seluruh kegiatan di lingkungan

pesantren., baik yang berkaitan dengan ibadah, shalat berjama’ah,

dzikir, wirid, do’a, I’tiqaf, dan juga kegiatan belajar mengajar.

(Yasmadi, 2005: 64).

b. Pondok

Pondok merupakan bangunan berupa asrama atau kamar para

santri yang digunakan sebagai tempat tinggal mereka bersama dan

belajar di bawah bimbingan ketua kamar. (Mutohar, Anam,

2013:195).

c. Kyai

Kyai memiliki peran yang paling esensial dalam pendirian ,

pertumbuhan , dan perkembangan sebuah pesantren, keberhasilan

pesantren banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu,

(53)

pribadi kyai sangat menentukan, sebab ia adalah tokoh sentral

dalam pesantren. (Mutohar, Anam, 2013:194).

d. Santri

Santri adalah siswa yang belajar di pesantren, santri ini dapat

digolongkan menjadi dua kelompok:

1) Santri mukim, yaitu santri yang berdatangan dari

tempat-tempat yang jauh yang tidak memungkinkan dia untuk pulang

ke rumahnya, maka ia mondok (tinggal) di pesantren.

Sebagai santri mukim mereka memiliki kewajiban-kewajiban

tertentu.

2) Santri kalong, yaitu siswa-siswa yang berasal dari daerah

sekitar yang memungkinkan mereka pulang ke tempat tinggal

masing-masing. Santri kalong ini mengikuti pelajaran dengan

cara pulang pergi antara rumahnya dengan pesantren.

(Daulay, 2001: 15).

e. Pengkajian kitab-kitab kuning

Terdapat pengkajian kitab klasik, yaitu berupa materi

pembelajaran atau referensi dari teks kitab klasik yang berbahasa

arab karangan ulama terdahulu meliputi ilmu bahasa, ilmu tafsir,

hadis, tauhid, fiqih, tasawuf dan lain-lain. (Mutohar, Anam,

(54)

4. Metode Pengajaran Dalam Pondok Pesantren

Di bawah ini disebutkan metode pembelajaran di pondok pesantren

sebagai berikut:

a. Sorogan

Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang berarti

menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan

kyai atau pembantunya (badal, asisten kyai). Sistem sorogan ini

termasuk belajar secara individual, di mana seorang santri

berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling

mengenal di antara keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat

efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita

menjadi seorang alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru

mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal

kemampuan seorang santri dalam menguasai materi pembelajaran.

(Dapartemen Agama RI, 2003: 38).

Pembelajaran dengan sistem sorogan biasanya

diselenggarakan pada ruang tertentu. Ada tempat duduk kyai dan

ustadz, di depannya ada meja pendek untuk meletakkan kitab bagi

santri yang menghadap. Santri-santri lain, baik yang mengaji kitab

yang sama ataupun berbeda duduk agak jauh sambil mendengarkan

apa yang diajarkan oleh kyai atau ustadz sekaligus mempersiapkan

(55)

b. Bandongan/ Wetonan

Wetonan, istilah weton ini berasal dari kata wektu (bahasa

Jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada

waktu-waktu tertentu, yakni sebelum dan sesudah melakukan shalat

fardlu.

Metode bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz

terhadap sekelompok santri untuk mendengarkan atau menyimak

apa yang dibacakan oleh kyai dari sebuah kitab. Kyai membaca,

menerjemahkan, menerangkan dan sesekali mengulas teks-teks

kitab bahasa Arab tanpa harakat (gundul). Santri dengan

memegang kitab yang sama, masing-masing melakukan

pendhabitan harakat kata langsung dibawah kata yang dimaksud

agar dapat membantu memahami teks. Posisi para santri pada

pembelajaran dengan menggunakan metode ini adalah melingkari

dan mengelilingi kyai atau ustadz sehingga membentuk halaqah

(lingkaran). Dalam penerjemahannya kyai atau ustadz dapat

menggunakan berbagai bahasa yang menjadi bahasa utama para

santrinya, misalnya: ke dalam bahasa Jawa, Sunda atau bahasa

Indonesia. (Dapartemen Agama RI, 2003: 39).

c. Metode Musyawarah (Bahtsul Masail)

Metode musyawarah atau dalam istilah lain bahtsul masa’il

(56)

membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh kyai atau ustadz,

atau mungkin juga santri senior, untuk membahas atau mengkaji

suatu persoalan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam

pelaksanaannya, para santri dengan bebas mengajukan

pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya. Dengan demikian metode ini lebih

menitik beratkan pada kemampuan perseorangan di dalam

menganalisis dan memecahkan suatu persoalan dengan argument

logika yang mengacu pada kitab-kitab tertentu. . (Dapartemen

Agama RI, 2003: 43).

d. Metode Hafalan Muhafadzah

Metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan

menghafal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan

kyai/ ustadz. Para santri diberi tugas untuk menghafal

bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki santri

ini kemudian dihafalkan di hadapan kyai/ustadz secara periodik

atau insidental tergantung kepada petunjuk kyai/ ustadz yang

bersangkutan.

Materi pembelajaran dengan metode hafalan umumnya

berkenaan dengan Al-Qur’an, nazham-nazham untuk nahwu,

sharaf, tajwid ataupun untuk teks-teks nahwu sharaf dan fiqh.

Titik tekan metode ini santri mampu mengucapkan/

melafalkan kalimat-kalimat tertentu secara lancar tanpa teks.

(57)

kelompok. Metode ini dapat juga digunakan dengan metode

bandongan atau sorogan.

Untuk mengevaluasi kegiatan belajar dengan metode hafalan

ini dilakukan dengan dua macam evaluasi. Pertama dilakukan pada

setiap kali tatap muka yang kedua pada waktu telah di

selesaikannya seluruh hafalan yang ditugaskan kepada santri. .

(Dapartemen Agama RI, 2003: 46).

e. Metode Pengajian Pasaran

Metode pengajian pasaran adalah kegiatan belajar para santri

melalui pengkajian materi (kitab) tertentu pada seorang kyai/ustadz

yang dilakukan oleh sekelompok santri dalam kegiatan yang terus

menerus selam tenggang waktu tertentu. Pada umumnya dilakukan

pada bulan ramadhan selama setengah bulan, dua puluh hari atau

terkadang satu bulan penuh tergantung pada besarnya kitab yang

dikaji. Metode ini lebih mirip dengan metode bandongan, tetapi

metode ini target utamanya adalah “selesai” nya kitab yang

dipelajari. . (Dapartemen Agama RI, 2003: 45).

f. Metode Demonstrasi/ Praktek Ibadah

Metode ini adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan

memperagakan (mendemonstrasikan) suatu keterampilan dalam hal

pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara perorangan

(58)

5. Fungsi Pondok Pesantren

Sejak awal kehadirannya, pondok pesantren berfungsi sebagai

lembaga dakwah dan pendidikan. Kedua fungsi ini bergerak saling

menunjang. Pendidikan dapat dijadikan bekal dalam mengumandangkan

dakwah, sedang dakwah bisa dimanfaatkan sebagai sarana dalam

membangun sistem pendidikan. (Mutohar, Anam, 2013: 196).

Pondok pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan, lembaga

sosial, juga berfungsi sebagai pusat penyiaran agama Islam yang

mengandung kekuatan terhadap dampak modernisasi, sebagaimana telah

diperankan pada masa lalu dalam menentang penetrasi kolonisme

walaupun dengan cara Uzlah atau menutup diri. (Raharjo, 1985: Vii).

Sedangkan menurut Azyumardi Azra adanya tiga fungsi pesantren, yaitu:

Transmisi dan Transfer Ilmu-ilmu Islam, Pemeliharaan tradisi Islam, dan

Reproduksi Ulama. (Masyhud, Khusnurdilo, 2003: 90).

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi

pesantren bukan hanya sebagai lembaga pendidikan dakwah akan tetapi

sebagai lembaga pendidikan yang melakukan transfer ilmu-ilmu agama

(tafaqquh fi al-din) dan nilai-nilai agama, juga berperan sebagai lembaga

keagamaan yang melakukan kontrol sosial dan sebagai lembaga

perkembangan masyarakat.

C. Sekolah Menengah Pertama Berbasis Pondok Pesantren

Sekolah Menengah Pertama berbasis pesantren merupakan sekolah

(59)

keagamaan di pesantren. Tujuannya untuk mengedepankan muatan lokal

keislaman dan adat ke dalam kurikulum pendidikan sekolah.

Jika sebelumnya pelajaran agama di sekolah umum porsi waktunya

sangat sedikit (hanya dua jam pelajaran perminggu), maka dengan konsep

terpadu pembelajaran agama dapat berlangsung lebih lama dan praktiknya

lebih nyata. Begitu pun dengan pondok pesantren, jika sebelumnya mata

pelajaran umum waktunya belum memadahi, sekarang porsi waktunya

tersedia lebih cukup. Kini dua disiplin keilmuan itu dapat berjalan sejajar dan

sama-sama kuat.

Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional telah ditetapkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang neriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung

jawab. (Dapartemen Agama RI 2003: 62-63).

Sebagaimana kita ketahui bahwa pada akhir-akhir ini hampir semua

pesantren menerapkan dan membuka lembaga pendidikan klasikal

(madrasah). Keberadaan model pendidikan seperti pondok pesantren Bina

Insani ini adalah salah satu dari banyak pondok yang menerapkan sistem

(60)

dengan memadukan pendidikan sekolah formal khususnya SMP dengan

pondok pesantren yang diharapkan agar peserta didik mampu menjadi pribadi

yang handal, memiliki kecerdasan intelektual, sekaligus mempunyai karakter

dengan kekuatan spiritual dan sosial yang melekat pada diri mereka

masing-masing. Dengan penanaman karakter peserta didik dibina dan dibimbing

dengan karakter berbasis masjid dan pendekatan spiritual yang sesuai dengan

nilai Al-Qur’an. Karena ibarat pondasi bagi sebuah bangunan, usia SMP

adalah masa pemasangan pondasi, ia harus dipasang kuat agar bangunannya

bisa kokoh dan kuat.

D. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan digunakan sebagai bahan perbandingan

terhadap penelitian yang ada, baik mengenai kekurangan dan kelebihan yang

ada sebelumnya. Selain itu juga mempunyai andil besar dalam rangka

mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori-teori yang

ada kaitannya dengan judul yang digunakan untuk mendapatkan landasan

teori ilmiah. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji beberapa penelitian yang

pernah diteliti oleh beberapa penelitian lain, penelitian tersebut digunakan

sebagai bahan kajian pendukung dalam penelitian ini.

Ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini,

yakni:

1. Skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN MANAJEMEN SEKOLAH

BERBASIS PESANTREN DI MADRASAH TSANAWIYAH

Gambar

Tabel. 4.1
Tabel. 4.3
Tabel. 4.4
Tabel. 4.7
+6

Referensi

Dokumen terkait

The deep green solution was concentrated to ~40 mL and cooled to – 78°C for 4h, giving dark blue crystals of 1... The solution color immediately changed from deep blue to

Thus, to know the effect of Pictionary game, the writer consider to do the research in order to deliver for reviewing as a teaching vocabulary in the school especially in SMP Negeri

Tenaga medis dan tenaga Keperawatan yang telah diatur dengan Undang-Undang masing-masing, diharapkan dapat memberikan kepastian hukum pada pelaksanaan praktik profesinya

Bagi investor di pasar modal Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai pengujian pengaruh nilai tukar rupiah dan volume perdagangan

[r]

[r]

Broadband Powerline antara lain adalah bahwa jaringan ini tidak memerlukan tambahan kabel terlalu banyak di rumah / apartemen (menggunakan kabel listrik yang sudah

Dapat disimpulkan ditinjau dari berat volume padat yang disyaratkan, beton ramah lingkungan (green concrete) dengan agregat pecahan genteng tidak termasuk dalam kategori