• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS GURU PADA SEKOLAH DASAR (SD) DI KECAMATAN CIPUTAT TANGERANG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS GURU PADA SEKOLAH DASAR (SD) DI KECAMATAN CIPUTAT TANGERANG SELATAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS GURU PADA SEKOLAH DASAR (SD) DI KECAMATAN CIPUTAT TANGERANG

SELATAN

Roswati Abstrak,

Pada umumnya penelitian tindakan kelas dilaksanakan secara formal oleh pakar atau penelitian, yang mana temuannya tidak langsung sampai kepada guru untuk diterapkan di Sekolah Dasar. Laporan hasil penelitian hanyalah sebatas laporan yang dipajang di Dinas atau Departemen tertentu. Dengan demikian, temuan penelitian tidak dijadikan sebagai bahan untuk diterapkan dalam memperbaiki permasalahan sebagaimana diungkapkan dalam penelitian tersebut. Selain itu, hasil penelitian tidak berfungsi untuk memotivasi guru melakukan penelitian terkait atau penelitian lanjutan.

Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan penelitian, maka guru dituntut untuk bersikap kritis, kreatif, dan inovatif dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Guru harus kritis dalam menganalisis permasalahan pendidikan yang muncul sehingga inovatif dalam menemukan solusi penyelesaiannya. Salah satu solusi untuk memecahkan masalah di dalam proses pembelajaran adalah dengan melakukan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas. Salah satu upaya yang dilakukan dengan melakukan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) bagi guru-guru Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Ciputat Tangerang Selatan.

Kata Kunci: Penelitian tindakan Kelas, Kulaitas Guru

PENDAHULUAN

Mutu pendidikan di Indonesia sudah tertinggal kurang lebih 30 tahun dibandingkan negara lain. Merosotnya mutu pendidikan itu, tidak terlepas dari kebijakan pemerintah. Terpuruknya mutu pendidikan Indonesia sangat berpengaruh terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai modal pembangunan bangsa di masa datang. Mutu SDM Indonesia di posisi 112 dari 175 negara, hal ini tak terlepas dari minimnya dana yang dialokasikan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Selain keterbatasan dana yang tersedia, juga masih kurangnya perhatian sebagian orang pada sektor pendidikan. Padahal, untuk memajukan suatu negara faktor pendidikan punya peran penting. Pertimbangannya, dengan pendidikan yang

baik dan maju dapat meningkatkan kualitas SDM yang pada akhirnya nanti akan menunjang sektor-sektor lainnya.

Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oruented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah terpenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya. Maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini

(2)

lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permaslahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat. Sebenarnya pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan (school resources are necessary but sufficient condition to improve student achievement). Ada beberapa poin paradigma untuk mendasari mutu pendidikan Indonesia yaitu, pembahasan kurikulum, pembaruan dalam proses pembelajaran, pembenahan manajemen pendidikan nasional, pembenahan pengelolaan guru dan mencari serta mengembangkan berbagai sumber aternatif pembiyaan pendidikan. Berdasarkan uraian diatas, kami mencoba mengadakan Kegiatan Pelatihan dan Workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berupa dengan judul : Penerapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai upaya peningkatan kualitas lulusan pada Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Ciputat Tangerang Selatan..

Salah satu upaya meningkatkan mutu guru adalah guru memiliki kemampuan

dalam melakukan penelitian khusus, yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kemampuan ini dirasakan sangat penting, mengingat penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya dalam menyelesaikan masalah pendidikan. Melalui penelitian tindakan kelas, guru akan melakukan perbaikan atau peningkatan pembelajaran yang diberikannya. Kenyataan menunjukkan bahwa guru khususnya guru Sekolah Dasar lebih terfokus pada tugas memberikan pembelajaran. Guru-guru Sekolah Dasar terkesan kurang menyadari bahwa penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, masih banyaknya anggapan bahwa penelitian hanya dilakukan oleh para pakar atau peneliti (bukan oleh guru itu sendiri).

PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas masalah yang diteliti adalah :

a. Apakah guru sudah mengetahui hakikat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Sekolah Dasar (SD)?

b. Apakah guru sudah menginventarisir permasalahan yang terjadi di Sekolah Dasar (SD) tempat mengajarnya?

c. Apakah guru sudah melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pendidikan pada Sekolah Dasar (SD).

(3)

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pengertian dasar Penelitian Tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam medeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat saling saling mendukung satu sama lain, dilengkapi dengan fakta-fakta, dan mengembangkan kemampuan analisis. Penelitian tindakan (action research) menurut Carr dan Kemmis (1996) adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri (self reflective) yang dilakukan para partisipan (misalnya guru, siswa, kepala sekolah, dan lain-lain) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran : (1) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (2) pengertian mengenai praktik-praktik, dan (3) situasi-situasi di mana praktik-praktik tersebut dilakukan. Berdasarkan pengertian ini, maka penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat/kelompok sasaran dengan manfaat interaksi, partisipasi, dan kolaborasi antara peneliti dan kelompok sasaran.

Pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian tindakan antara lain guru, kepala sekolah, siswa, instruktur, widyaiswara, maupun warga masyarakat. Dengan demikian berarti bahwa penelitian tindakan dapat dilakukan oleh siapapun yang bertugas

sebagai praktisi. Untuk membedakan dengan

action research (penelitian tindakan) dalam bidang lain, action research (penelitian tindakan) dalam bidang pendidikan sering digunakan istilah “classroom action research” (penelitian tindakan kelas/PTK) atau “classroom research” (penelitian kelas). Hal ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian tindakan mengenai kelas, artinya penelitian yang dilakukan di seputar kelas.

Tujuan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas atau tempat kerja (Isaac dalam siswojo, 1997). Berdasarkan pendapat ini, maka penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan tidak terbatas pada ruang kelas saja, melainkan dapat dilakukan dimana saja guru bekerja atau mengajar.

Penelitian tindakan kelas (PTK) bersifat interaksi, partisipasi, dan kolaborasi. Hal ini mengandung arti bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan sendiri oleh yang berkepentingan, misalnya guru, kepala sekolah, instruktur, widyaiswara, maupun warga masyarakat dan diamati bersama dengan rekan-rekannya. Penelitian tindakan kelas (PTK) berbeda dengan studi kasus karena tujuan dan sifat kasusnya yang tidak unik, serta prinsipnya tidak digunakan untuk menguji teori. Adapun persamaannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dan studi kasus tidak memikirkan tentang generalisasi

(4)

hasil penelitian. Artinya hasil penelitian tidak dapat di terapkan pada populasi penelitian. Hal ini mengingat fokus utama penelitian tindakan kelas (PTK) adalah untuk mendorong para guru terlibat dalam praktiknya sendiri dan memandang dirinya sendiri sebagai peneliti. Dengan demikian berarti penelitian kelas (PTK) yang dilakukan di Sekolah Dasar mendorong agar guru Sekolah Dasar menjadi peneliti di kelasnya sendiri.

2. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Hopkins (1993) mengemukakan enam prinsip penelitian kelas yang perlu diperhatikan oleh para praktisi sebagai peneliti, yakni:

a. Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu atau menghambat kegaitan utama. Misalnya pekerjaan pokok guru adalah mengajar, maka metode penelitian apapun dalam penelitian tindakan kelas (PTK) hendaknya jangan sampai menganggu komitmen mengajar. b. Metode dan teknik pengumpulan data

hendaknya jangan sampai terlalui menuntut waktu guru. Oleh sebab itu, sebelum menggunakannya harus yakin terhadap metode tersebut.

c. Metodologi yang digunakan harus terencana cermat, sehingga tindakan dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji di kelas/lapangan.

d. Permasalahan/topik penelitian yang dipilih hendaknya sesuai dengan komitmen guru, yakni nyata, menarik, mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan guru peneliti. Oleh sebab itu, guru harus merasa terpanggil untuk meningkatkan diri.

e. Perlu bagi guru peneliti memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta rambu-rambu pelaksanaan yang berlaku umum.

f. Kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) pada dasarnya harus merupakan gerakan yang berkelanjutan (on-going). Hal ini mengingat skope peningkatan dan pengembangan memang menjadi tantang sepanjang waktu. Namun sedapat mungkin masalah penelitian sesuai dengan prioritas sekolah secara umum.

3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Tujuan khusus penelitian tindakan kelas (PTK) antara lain:

a. Untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangi proses belajar mengajar (PBM) secara berkesimbungan. b. Untuk pengembangan kemampuan

dan keterampilan guru dalam menghadapi permaslahan aktual pembelajaran di kelasnya dan atau di sekolahnya sendiri.

c. Menciptakan kemitraan antara guru Sekolah Dasar/Kepala Sekolah

(5)

dengan dosen, khususnya dosen PGSD

d. Dapat menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru Sekolah Dasar

4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bermanfaat bagi guru, antara lain:

a. Meningkatkan kompetensi guru dalam meneliti. Dengan meningkatkan budaya meneliti guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) yang berkesimbungan berarti kalangan guru makin diberdayakan mengambil prkarsa profesional yang semakin mandiri, percaya diri, dan makin berani mengambil resiko dalam mencobakan hal-hal baru. Dengan demikian, pengetahuan yang diperolehnya dari pengalaman akan semakin banyak dan menjadi suatu teori, khususnya teori tentang praktik pembelajaran.

b. Pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) akan menjadikan guru berani menyusun sendiri kurikulum dari bawah dan menjadikan guru bersifat lebih mandiri.

5. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas (PTK) memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Bersifat situasional, yakni berkaitan dengan mendiagnosis masalah dalam konteks di kelas atau di sekolah. Hal ini bearti permasalahan diangkat/berakar/bersumber dari kelas.

 Merupakan upaya partisipatif dan kolaboratif antara guru dan siswa atau antara guru dan kepala sekolah.  Bersifat self-evaluatif, yakni suatu

kegiatan modofikasi praktis yang dilakukan secra kontinu, dievaluasi dalam situasi yang berkelanjutan dengan tujuan akhir untuk peningkatan perbaikan dalam praktik.  Bersifat luwes dan menyesuaikan.

Keluwesan dan penyesuaian menjadikan suatu prosedur yang cocok untuk dilakukan di dalam kelas atau sekolah.

 Memanfaatkan data hasil pengamatan dan perilaku empirik, dalam menelaah adanya suatu perubahan atau kemajuan. Hal ini berarti bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) dan pembelajaran berjalan beriringan. Adapun informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian dikumpulkan, diolah, didiskusikan, dinilai, dan direfleksi selama pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini guru dan siswa melakukan suatu tindakan yang diperlukan berdasarkan hasil refleksi.  Kekekatan ilmiah pada penelitian

(6)

Artinya, sampel dan populasi terbatas dan tidak dapat digeneralisasikan.

 Kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas (PTK) tidak harus dalam bentuk kuantitatif namun dapat pula dalam bentuk kualitatitf.

6. Model-model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pada prinsipnya diterapkannya PTK dimaksudkan untuk mengatasi masalah suatu permasalahan yang terdapat di dalam kelas. Sebagai salah satu penelitian yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan di dalam kelas, menyebabkan terdapatnya beberapa model atau desain yang dapat diterapkan. Desain-desain tersebut diantaranya:1) Model Kurt Lewin, 2) Model Kemmis & McTaggart, 3) Model Dave Ebbutt, 4) Model John Elliot, dan masih ada beberapa model lain, yang pada prinsipnya merupakan pengembangan dari model-model tersebut.

Dalam kesempatan ini akan dilatihkan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dari Kemmis & McTaggart. Disain rancangan siklus penelitian ini menggunakan model Kemmis and Taggart. Dipilihnya model model Kemmis dan Mc Taggart karena adanya proses perencanaan ulang

(replainning) atas revisi terhadap

implementasi siklus sebelumnya sehingga ada peningkatan pada pembelajaran. Penelitian ini dilakukan perencanaan ulang untuk setiap siklus berdasarkan hasil refleksi

siklus sebelumnya, sehingga dapat memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya berdasarkan perencanaan ulang yang dilakukan. Dalam penelitian tindakan terdapat dua aktifitas yang dilakukan secara simultan, yaitu aktifitas tindakan (action) dan aktifitas penelitian (research). Kedua aktifitas tersebut dapat dilakukan oleh orang yang sama atau oleh orang yang berbeda bekerjasama secara kolaboratif. Mengacu pada pendapat tersebut, maka penelitian tindakan ini digolongkan sebagai penelitian tindakan kolaboratif, sehingga pelaksanaan penelitiannya mengupayakan adanya kerjasama yang baik antara guru sebagai pelaksana aktifitas tindakan dan peneliti sebagai pelaksana aktifitas penelitian.

PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Realisasi Pemecahan Masalah

Pelaksanaan pelatihan PTK (penelitian tindakan kelas) dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ, dengan melibatkan 3 orang dosen UNJ sebagai Tim pengabdi. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan selama 2 hari yakni tanggal 21 dan 28 November 2009 pukul 08.00-15.30 WIB, yang bertempat di SDN 06 Ciputat Tangerang Selatan.

2. Khalayak Sasaran

Sasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah guru-guru Sekolah Dasar (SD) yang berjumlah 70 orang

(7)

di Kecamatan Ciputat Tangerang Selatan. Dipilihnya guru-guru tersebut disebabkan karena wilayah itu masih terdapat beberapa masalah tentang guru-guru yang masih belum paham dan menguasai hakikat Penelitian Tindakan Kelas sebagai problem solvingnya.

Khalayak sasaran antara yang strategis dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah guru di kecamatan Ciputat Tangerang Selatan dengan anggapan mereka mampu untuk mencari permasalahan-permasalahan yang dihadapi disekolahnya serta mengetahui solusi pemecahannya.

METODE YANG DIGUNAKAN

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka metode pelatihan yang akan digunakan adalah:

a. Metode ceramah dan diskusi, penyajian teori akan diberikan dalam dalam bentuk ceramah, kemudian dilanjutkan dengan Tanya jawab dan diskusi. Penggunaan metode tersebut diharapkan agar para peserta dapat mendalami pemahaman permasalahan yang ada dan menemukan pemecahan masalah.

b. Pemberian tugas, secara berkelompok, peserta menganalisis secara kualitatif contoh proposal PTK yang diberikan oleh penyaji Kemudin secara berkelompok peseerta berlatih membuat proposal PTK.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam kegiatan ini diberlakukan tim theacing, tim theaching dilaksanakan untuk membimbing para peserta agar dapat membuat proposal PTK dengan permasalahan yang sesuai dengan dunia ke SD-an. Setiap tindak lanjut pelatihan ini maka setiap kelompok membuat dan mempresentasikan proposalnya. Teknik pelaksanaannya adalah dengan membentuk kelompok menjadi 6 kelompok sesuai dengan kelas mengajarnya. Hasil yang dicapai adalah setiap peserta pelatihan dapat membuat proposal PTK, sehingga diharpkan proses pembelajaran di SD dapat maksimal dan pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Untuk melihat efektivitas pelaksanaan pelatihan ini, maka dilaksanakan evaluasi. Evaluasi yang dilaksanakan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil. Tolok ukur dari evaluasi proses adalah peserta pelatihan meningkat penguasaan tentang menyusun disain rancangan Penelitian Tindakan Kelas. Sedangkan tolok ukur evaluasi hasil adalah setiap peserta dapat menyusun proposal PTK. Selain evaluasi proses dan evaluasi hasil, dilakukan juga evaluasi pelaksanaan pelatihan dengan menggunakan instrumen. Instrumen yang digunakan membahas mengenai manfaat dari pelatihan baik manfaat terhadap peserta (guru).

Untuk keperluan analisis, pilihan pernyataan diberikan skor 1-4 yakni berturut–

(8)

turut untuk tanggapan Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (ST), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Apabila peserta tidak memilih pernyataan yang disediakan diberi skor nol (0). Dari hasil pengumpulan data, maka data yang memenuhi syarat untuk

analisis berjumlah 45 buah. Dari hasil angket pengisian instrumen diperoleh skor rata-rata 3,57. hasil selengkapnya mengenai jumlah pemilih dan skor rata-rata tiap butir pada instrumen ini disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 1

Jumlah pemilih dan Skor Rata-rata Tiap Butir pada Instrumen Pelatihan

NO. BUTIR STS TS S SS SKOR RATA-RATA

1. 0 0 22 23 3.51 2. 0 0 20 25 3.56 3. 0 0 24 21 3.47 4. 0 0 21 24 3.53 5. 0 0 19 26 3.58 6. 0 0 23 22 3.49 7. 0 0 21 24 3.53 8. 0 0 22 23 3.51 9. 0 0 20 25 3.56 10. 0 0 19 26 3.58 11. 0 1 18 27 3.60 12. 0 0 12 33 3.73 13. 0 1 17 28 3.62 14. 0 0 16 29 3.64 RATA-RATA KESELURUHAN 3.57

Dari hasil analisis di atas, pelaksanaan pelatihan di kecamatan Kalideres Jakarta Barat ini memberikan manfaat terhadap peserta. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata keseluruhan sebesar 3,57 (3 adalah nilai setuju) dan setiap pernyataan mendapat skor rata-rata di atas 3 (setuju).

Apabila ditinjau dari masing-masing butir, butir nomor 3 mendapat skor rata-rata

terendah yakni 3,47 (skor 3 adalah setuju dan skor 4 adalah sangat setuju) yaitu pada pernyataan ”Pelatihan ini dapat menambah wawasan dalam menentukan pendekatan dalam pengajaran di SD”. Hal ini mungkin disebabkan materi pelatihan merupakan materi baru sehingga para peserta masih merasa asing untuk menerima materi ini sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pembelajaran dan merasa sulit

(9)

untuk mengubah pola pengajaran yang biasa mereka laksanakan. Dari sisi lain butir nomor 12 memperoleh skor tertinggi yakni 3,73 (skor 3 adalah setuju dan skor 4 adalah sangat setuju) yaitu pada pernyataan ”Hasil pelatihan ini dampaknya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pengajaran tertentu”. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan ini mendorong para peserta dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam pelajaran matematika di SD.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari hasil pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas (PT) dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di SD dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a) Guru-guru SD di kecamatan Ciputat Tangerang Selatan memahami pentingnya PTK dalam meningkatkan mutu pengajaran di SD.

b) Pelaksanaan pelatihan cukup baik, dalam arti memberikan penyegaran bagi guru-guru SD, memberikan rangsangan untuk meningkatkan pembelajaran, memberikan manfaat yang positif terhadap upaya peningkatan mutu pembelajaran di SD. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata keseluruhan yang diperoleh sebesar 3,48.

2. Saran

a) Agar para dosen Jurusan PGSD FIP UNJ dapat mempertahankan citra layanannya terhadap masyarakat sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, hal ini karena adanya tanggapan yang positif terhadap pelatihan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini.

b) Perlu diadakan studi lebih lanjut bagi

Tim Pengabdi, untuk mengembangkan strategi pelatihan sehingga benar-benar berdampak positif.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. R. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press Azhar Arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Geoffrey E. Mills. 2000. Action Research. Merril an imprint or Prenitice Hall Upper Saddle River New Jersey Columbus Ohio.

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999, Penelitian Tindakan Kelas, Depdikbud Zainal, Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Bandung: Yrama Widya.

Keterangan Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dibuat sebagai bentuk komitmen untuk mematuhi peraturan dan persyaratan lingkungan serta keselamatan dan kesehatan kerja

Budiman, ST., M.Comp.Sc., M.E.M beserta seluruh Staf Pengajar Pada Program Studi Magister Teknik Informatika Program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera

Pada tugas akhir ini, dilakukan simulasi termodinamika dan thermal stress untuk mengetahui efek variasi rasio luas pin, jarak antar pin, ketebalan lapisan keramik dan

(3) Calon peserta didik baru yang berprestasi akan memperoleh tambahan nilai sesuai dengan Peraturan Bupati Bantul nomor : 59 tahun 2018 dan khusus pendaftar dari Kabupaten Bantul

Membuat surat perjanjian bermaterai yang diketahui orang tua, wali kelas, Guru BK dan Kesiswaan serta skorsing selama 3 hari dengan diberi tugas dari guru mata pelajaran pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dan kepercayaan diri dengan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 3

Po stopnjah intenzivnosti trženja se distribucijski kanali delijo v tri skupine Tavčar 1991, 12: ¾ Intenzivno trženje: sodelujejo številni različni distribucijski kanali na