• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KELUARGA BERENCANA GRATIS DI KELURAHAN DWIKORA KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPON PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KELUARGA BERENCANA GRATIS DI KELURAHAN DWIKORA KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KELUARGA

BERENCANA GRATIS DI KELURAHAN DWIKORA

KECAMATAN MEDAN HELVETIA

TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

DEASY RISKY HANDANI 12.03.043

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

MEDAN

2015

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

DEASY RISKY HANDANI 12.03.043

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Gelar Ahli Madya Kebidanan di Program Studi D-III Kebidanan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan

Universitas Sari Mutiara Indonesia

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

MEDAN

2015

(3)
(4)
(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Deasy Risky Handani

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 22 Desember 1994

Agama : Islam

Alamat : Jalan Budi Luhur Gg. Melati No. 1B kec. Medan

Helvetia Kel. Dwikora

Nama Ayah : Soesilo handoyo

Nama Ibu : Usri Khairani

Anak Ke : 1

PENDIDIKAN

• Tahun 2000-2006 : SD IKAL Medan

• Tahun 2006-2009: SMP Negeri 16 Medan

• Tahun 2009-2012: SMA KARTIKA I-2 Medan

• Tahun 2012-2015: Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia

(6)

Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015 Deasy Risky Handani

Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015

viii + 45 halaman + 4 tabel + 6 lampiran

ABSTRAK

Respon adalah persepsi, sikap, ataupun tindakan terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan terhadap objek tersebut. PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-49 tahun. KB Gratis adalah salah satu program BKKBN dalam memberikan pelayanan KB tanpa dipungut biaya apapun. Faktor-faktor yang memengaruhi PUS menjadi akseptor KB adalah Faktor-faktor pendidikan, Faktor-faktor pengetahuan, faktor paritas dan faktor budaya (kepercayaan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pasangan usia subur terhadap program Keluarga Berencana gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia. Metode penelitian ini bersifat deskriptif. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah 544 PUS di wilayah Kelurahan Dwikora. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 adalah persepsi PUS Tentang KB Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif sebanyak 46 responden (86,2%), Sikap PUS Tentang KB Gratis mayoritas negatif sebanyak 47 responden (87,0%), partisipasi PUS Tentang KB Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif sebanyak 50 responden (92,6%).Kesimpulan dari penelitian Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 adalah negatif. Saran dari penelitian ini adalah Menyarankan PUS terutama kepada istri agar lebih meningkatkan kesadaran diri akan pentingnya ber KB dan meningkatkan pengetahuannya dengan cara mengikuti penyuluhan yang dilakukan petugas KB.

Kata Kunci : Respon, Pasangan Usia Subur, KB

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan Kehadirat ALLAH Yang Maha Esa, karena atas

Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan judul “Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015”. Salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi D-III Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan D-III Kebidanan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan

Universitas Sari Mutiara Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, Karya

Tulis Ilmiah ini tidak akan mungkin dapat penulis selesaikan dengan baik. Oleh

karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan

2. Dr. Ivan Elisabeth Purba M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara

Indonesia

3. Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp. KMB Selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan

Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia

4. Agnes Purba, SST, M.Keb, selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan Fakultas

Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia

(8)

6. Masriati Panjaitan M.Kes, selaku dosen Penguji 1 yang selalu memberikan

masukan dan saran kepada penulis selama penyusuanan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Elsarika Damanik M.Kes, selaku dosen penguji II yang selalu memberikan

masukan dan saran kepada penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Seluruh Staff dan Dosen Program Studi D-III Kebidanan Fakultas Keperawatan

Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.

9. Irfan Abdilla S.STP selaku Lurah di Kelurahan Dwikora Medan Helvetia yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di Kelurahan

Dwikora.

10.Teristimewa kepada kedua orang tua saya yang telah banyak memberikan

motivasi dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

11.Rekan-rekan yang memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Penulis menyadari dengan segala keterbatasan penulis, Karya Tulis Ilmiah ini

masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan bahasa maupun dalam

penyusunan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah.

(9)

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat.

Medan, Juli 2015

Penulis

(Deasy Risky Handani)

(10)

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Respon ... 8

2.2. Pasangan Usia Subur (PUS)... 10

2.3. Program Keluaga Berencana... 11

2.3.1. Sejarah dan Perkembangan Program KB ... 11

2.3.2. Pengertian KB ... 12

2.3.3 Tujuan Program KB ... 12

2.4. Kontrasepsi ... 13

2.4.1. Pengertian Kontrasepsi ... 13

2.4.2. Jenis dan Metode Kontrasepsi ... 13

2.5. Akseptor KB ... 21

2.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PUS Menjadi Akseptor KB 24 2.6.1. Faktor Budaya ... 24

2.6.2. Keluarga Kecil Bahagia dan Sejara ... 25

2.7. Penyuluhan Dalam Program KB ... 28

2.8. Komunikasi, Informasi dan Edukasi ... 29

2.9. Kerangka Konsep ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian... 33

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 33

3.2.2. Waktu Penelitian ... 33

3.3. Populasi dan Sampel ... 33

3.3.1. Populasi ... 33

3.3.2. Sampel ... 34

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 34

(11)

3.5. Defenisi Operasional ... 34

3.6. Aspek Pengukuran ... 35

3.7. Pengolahan Data ... 37

3.8. Analisa Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38

4.2. Hasil Penelitian ... 38

4.3. Pembahasan... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 44

5.2. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 ... 39

Tabel 4.2. Distributor Frekuensi Persepsi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 ... 40

Tabel 4.3. Distributor Frekuensi Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 ... 40

Tabel 4.4. Distributor Frekuensi Partisipasi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 ... 41

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Master Data

Lampiran 3 : Output SPSS

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian Dari Pendidikan

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian Dari Kantor Lurah

Lampiran 6 : Surat Balasan Penelitian Dari Kantor Lurah

(14)

Situasi dan kondisi Indonesia dalam bidang kependudukan, kualitasnya saat

ini masih sangat memprihatinkan. Hal ini merupakan suatu fenomena yang

memerlukan perhatian dan penanganan secara seksama. Hingga saat ini telah

dilakukan berbagai usaha untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, terutama

melalui pengendalian angka kelahiran atau fertilitas. Upaya penurunan angka

kelahiran ini dilakukan dengan cara pemakaian kontrasepsi secara sukarela kepada

pasangan usia subur. Dengan pemakaian kontrasepsi oleh pasangan usia subur yang

semakin memasyarakat diharapkan semakin banyak kehamilan dan kelahiran yang

dapat dicegah, yang kemudian akan menurunkan angka kelahiran atau fertilitas

(BKKBN, 2005).

Tingkat kelahiran kasar (crude growth rate) dan tingkat kematian kasar (crude

death rate) masing-masing menunjukkan jumlah kelahiran hidup dan jumlah

kematian per 1.000 penduduk per tahun, dengan demikian ada empat kemungkinan

dari dua variabel ini, yaitu (1) tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian tinggi,

(2) tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian rendah, (3) tingkat kelahiran rendah

dan tingkat kematian rendah, (4) tigkat kelahiran rendah dan tingkat kematian tinggi.

Berdasarkan hal tersebut, kemungkinan keempat merupakan kombinasi yang paling

(15)

2

Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini memang menjadi masalah

besar di Indonesia. Untuk menangani hal tersebut maka terus dilakukan penanganan

yaitu dengan program program Keluarga Berencana guna menurunkan laju

pertumbuhan penduduk. (BKKBN, 2010)

Banyak masalah yang dihadapi sebagai dampak pertumbuhan penduduk yang

tidak terkendali. Manusia sadar akan bahaya pertumbuhan penduduk yang tidak

terkendali sehingga gagasan pelaksanaan keluarga berencana telah dipikirkan.

(Manuaba, 2011).

Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas sumber daya manusia yang

rendah merupakan beban bagi negara. Apabila tidak diambil langkah-langkah

pencegahan, akan terjadi berbagai masalah kesejahteraan penduduk oleh adanya

perubahan demografis yang seringkali tidak dirasakan. Masalah-masalah

kesejahteraan tersebut menimbulkan berbagai keadaan, antara lain: bagaimana

menyebarkan penduduk sehingga tercipta penduduk yang serasi untuk seluruh

Indonesia, selanjutnya adalah bagaimana mengusahakan penurunan angka kelahiran

sehingga perkembangan kependudukan dapat diawasi dengan seksama.

Masalah tingginya angka kelahiran akan dapat diatasi dengan melaksanakan

program Keluarga Berencana (KB). Program KB merupakan suatu program

pemerintah untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program KB ini

mengubah paradigma masyarakat selama ini bahwa dalam sebuah keluarga harus ada

anak laki-laki dan perempuan. Hal ini berarti sejalan dengan slogan KB bahwa dalam

(16)

Tahun 2010 jumlah penduduk dunia telah mencapai sekitar 6 miliar jiwa dan

jumlah penduduk Indonesia menempati urutan ke empat dunia yaitu 242 juta jiwa.

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total

Fertility Rate (TFR) sebesar 2,6 anak per wanita. Jumlah penduduk Indonesia setiap

saat mengalami peningkatan, padahal pemerintah telah berupaya untuk menargetkan

idealnya 2,1 anak per wanita. Meski begitu, masih ada saja dari keluarga Indonesia

yang senang mempunyai anak banyak (BKKBN, 2009).

Bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia, cenderung masih sangat

mempercayai mitos-mitos terdahulu. Misalnya, banyak anak akan banyak rezeki.

Banyak anak akan banyak kegembiraan di hari tua (jika semua anaknya bisa

bergantian membahagiakannya). Bagi masyarakat kita, yang cenderung dinamis

dalam bidang ekonomi dan sosial, atau makin meningkat kemakmuran hidupnya,

jumlah anak sering dianggap bukan masalah yang memberatkan. Dalam hal ini, target

program KB dengan semboyan "dua anak lebih baik" sering dianggap sebagai usang

yang mungkin cuma cocok bagi masyarakat statis yang hidup dalam garis kemiskinan

(BKKBN, 2010).

Program KB ini mempunyai visi NKKBS dan telah dirubah menjadi keluarga

berkualitas tahun 2015. Sehingga melalui program KB ini dapat dilakukan penilaian

pelayanan KB yang berkualitas dengan mengikut sertakan menitikberatkan pada

strategi agar pelayanan lebih mudah diperoleh dan peserta diterima oleh berbagai

pasangan usia subur sehingga pasangan usia subur tertarik menjadi akseptor KB

(17)

4

Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam

pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan-hambatan yang

dirasakan antara lain adalah masih banyak pasangan usia subur yang masih belum

menjadi peserta KB. (BKKBN, 2010).

Indonesia pada tahun 2012 tercatat jumlah peserta KB aktif dari 64.133.347

juta jiwa, dengan jumlah PUS 161.750.743 juta jiwa dan WUS 51.472.069 juta jiwa.

Dari 64.133.347 peserta KB aktif, pengguna KB Suntik (54,35%), peserta Pil

(28,65%), peserta IUD (5,44%), peserta Kondom (5,34%), peserta Implant (4,99%),

peserta MOW (1,04%), dan peserta MOP (0,2%). (BKKBN, 2012)

Data kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukkan bahwa Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 8.500.247 PUS (Pasangan

Usia Subur) memperlihatkan proporsi peserta KB yang terbanyak adalah suntikan

(48,56%), pil (26,60%), implan (9,23%), Intra Uterine Device (IUD) (7,75%),

Kondom (6,09%), Metode Operasi Wanita (MOW) (1,52%), Metode Operasi Pria

(MOP) (0,25%). (BKKBN, 2013)

Sumatra Utara pada tahun 2012 sebanyak 2.152.585 Pasangan Usia Subur

(PUS), tercatat 153.925 IUD (7,2%), 8.212 peserta MOP (0,4%), 105.547 peserta

Implant (7,2%), 478.494 peserta suntik (22,2%), 453.837 peserta pil (21,1%),

108.262 peserta kondom (5,0%). (Statistik Rutin BKKBN, 2012).

Sumatra Utara tahun 2013 sebanyak 2.184.982 Pasangan Usia Subur (PUS),

tercatat 161.274 peserta IUD (7,38%), 111.762 peserta MOW (5,1%), 10.766 peserta

(18)

497.670 peserta suntikan (22,8%), 455.447 peserta pil (20,8%), 1.519.654 total

peserta KB aktif (69,55%). (Statistik Rutin BKKBN, 2013).

Data yang diperoleh dari Kecamatan Medan Helvetia 2013, berdasarkan data

yang diperoleh sebanyak 23.296 Pasangan Usia Subur (PUS) dan 32.828 Wanita Usia

Subur (WUS), 22.764 peserta IUD, 15.719 peserta MOW, 358 peserta MOP, 13.710

peserta implant, 57.353 peserta suntik, 46.691 peserta pil. Dan 12.227 peserta

kondom. (Kecamatan Helvetia, 2013).

Program KB gratis akan mendorong masyarakat usia subur (terutama

penduduk miskin) dengan sukarela datang ke bidan atau puskesmas atau tempat

pelayanan kesehatan lainnya. Salah satu faktor keengganan masyarakat untuk ikut

serta dalam program KB adalah karena mahalnya biaya program ini. Jadi, dengan

diadakannya pelayanan KB gratis diharapkan kedepannya dapat lebih menekan laju

pertumbuhan penduduk sehingga terwujud kehidupan masyarakat yang berkualitas,

sebagaimana sesuai dengan visi dan misi BKKBN yaitu mewujudkan keluarga kecil

bahagia dan sejahtera.

Berdasarkan pengamatan oleh PPKBD (Pembantu Pembina Keluarga

Berencana Desa) Kelurahan Dwikora, selama ini penduduk khususnya PUS

memberikan respon yang positif terhadap program KB. Terbukti bahwa beberapa

tahun terakhir selalu terjadi peningkatan jumlah peserta program KB, khususnya KB

gratis. Namun di samping itu juga terdapat beberapa PUS yang enggan mengikuti

program KB ini. Penulis tertarik meneliti bagaimana respon masyarakat khususnya

(19)

6

Kelurahan Dwikora. Maka penulis menyusun penelitian ini dengan judul “Respon

Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora

Kecamatan Medan Helvetia Kota Madya Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah yang

dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimana Respon Pasangan Usia Subur

Tentang Keluarga Berencana gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pasangan usia subur

terhadap program Keluarga Berencana gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan

Helvetia.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada pengembangan ilmu

dan aspek guna laksana:

1. Bagi Pasangan Usia Subur

Meningkatkan pengetahuan akan pentingnya KB untuk mencapai kehidupan

yang sejahtera.

2. Bagi Pelayan Kesehatan

Bagi dinas dan instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam

pembuatan program untuk mencari solusi dalam upaya penekanan jumlah

(20)

3. Bagi Penulis

Untuk meningkatkan pengetahuan dan sebagai sarana penerapan ilmu yang

diperoleh selama perkuliahan khususnya tentang respon pasangan usia subur

tentang KB gratis.

4. Bagi Penulis lain

Sebagai salah satu informasi bagi penulis lain yang akan melakukan penelitian

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Respon

Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan, atau

tanggapan (reaction). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga dijelaskan

definisi respon adalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban. Respon atau tanggapan

adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. Jadi, proses

pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja. Peristiwa

sedemikian ini disebut tanggapan.

Salah satu faktor yang penting untuk menilai apakah program-program

pembangunan yang dilaksanakan cukup berhasil atau bahkan gagal, akan ditunjukkan

oleh bagaimana tanggapan masyarakat yang menjadi target atau sasaran dari

program-program pembangunan tersebut.

Simon dalam Wijaya membagi respon seseorang atau kelompok terhadap

program pembangunan mencakup tiga hal, yaitu:

1. Persepsi, berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap baik

buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima

dari adanya objek tersebut.

2. Sikap, berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau menolak

objek yang dipersiapkan.

3. Tindakan, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan terhadap

(22)

Dalam pembahasan, teori respon tidak terlepas dari pembahasan proses teori

komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan

terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Berdasarkan teori yang

dikemukakan oleh Steven M.Caffe, respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan

informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya

perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.

2. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan kenyamanan

seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang

disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu.

3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi

tindakan atau perbuatan. (Hasanismailr, 2009)

Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon

atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku

ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespon, maka teori Skiner disebut teori “S-O-R” atau

Stimulus-Organisme-Respon. Skiner membedakan adanya dua proses:

1. Respondent Response, atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

2. Operant Response, atau instrumental response, yaitu respon yang timbul dan

(23)

10

reinforcing stimulation atau reinforce. Misalnya, apabila seseorang selalu ikut

serta secara aktif dalam program KB, kemudian mendapatkan penghargaan

dari pemerintah, maka orang akan lebih aktif lagi dalam mengikuti program

KB tersebut. Dalam merespon stimulus, tidak terlepas dari subjek dan

objeknya. Subjek merupakan seseorang atau sekelompok orang yang

merespon, sedangkan objek merupakan stimulus atau yang akan direspon.

Dalam hal ini yang menjadi subjeknya adalah PUS, sedangkan yang menjadi

objeknya adalah program KB gratis.

2.2. Pasangan Usia Subur (PUS)

Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal

resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15 tahun sampai

dengan 44 tahun. Batasan umur yang digunakan disini adalah 15 sampai 44 tahun dan

bukan 15–49 tahun. Hal ini tidak berarti berbeda dengan perhitungan fertilitas yang

menggunakan batasan 15–49, tetapi dalam kegiatan keluarga berencana mereka yang

berada pada kelompok 45–49 bukan merupakan sasaran keluarga berencana lagi. Hal

ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa mereka yang berada pada kelompok umur

45–49 tahun, kemungkinan untuk melahirkan lagi sudah sangat kecil sekali

(Wirosuhardjo, 2004).

(24)

2.3. Program Keluarga Berencana

2.3.1. Sejarah Dan Perkembangan Program Keluarga Berencana

Gerakan KB bermula dari kepeloporan beberapa tokoh di dalam dan luar

negeri. Pada awal abad 19 di Inggris upaya KB timbul atas prakarsa sekelompok

orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu antara lain Maria Stopes

pada tahun 1880-1950 yang mengatur kehamilan kaum buruh di Inggris. Margareth

Sanger (1883-1966) merupakan pelopor KB modern di AS yang telah

mengembangkan tentang Program Birth Control, bermula pada tahun 1917

mendirikan National Birth Control (NBC). Pada tahun 1952 diresmikan berdirinya

International planned parenthood federation (IPPF) dan sejak saat itu berdirilah

perkumpulan-perkumpulan KB diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Pelopor KB di

Indonesia, yaitu Dr Sulianti Saroso pada tahun 1952 menganjurkan para ibu untuk

membatasi kelahiran, karena Angka Kelahiran Bayi sangat tinggi. Sedangkan di DKI

Jakarta mulai dirintis dibagian kebidanan dan kandungan FKUI/RSCM oleh Prof.

Sarwono Prawirohardjo. Pada tanggal 23 Desember 1957 PKBI diresmikan oleh

dr.R.Soeharto sebagai ketua.

Program KB di Indonesia mengalami perkembangan pesat, ditinjau dari sudut,

tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional dan dampaknya

terhadap pencegahan kelahiran. Tahap selanjutnya program KB menjadi gerakan KB

yang ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dilandasi

oleh Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang kependudukan dan keluarga

(25)

12

pembangunan keluarga sejahtera yang merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas

dan ketahanan masing-masing keluarga (Suratun, 2008).

2.3.2. Pengertian Keluarga Berencana

Menurut WHO (World Health Organization) keluarga berencana adalah

tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif

tertentu yaitu dengan:

a. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

b. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

c. Mengatur interval di antara kelahiran

d. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri,

dan

e. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004)

2.3.3 Tujuan Program KB

Secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka

mewujudkan visi dan misi program KB adalah membangun kembali dan melestarikan

Pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB nasional yang kuat dimasa

mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat

tercapai.

Tujuan utama program KB Nasional adalah untuk memenuhi permintaan

masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,

menurunkan tingkat/angka kematian ibu bayi, dan anak serta penanggulangan

(26)

2.4. Kontrasepsi

2.4.1. Pengertian kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah atau melawan

dan “Konsepsi” yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang

mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan sel

telur matang dan sperma untuk mencegah kehamilan.

2.4.2 Jenis dan Metode kontrasepsi

Kontrasepsi yang baik harus memiliki syarat-syarat antara lain aman, dapat

diandalkan, sederhana (sebisa mungkin tidak perlu dikerjakan oleh dokter), murah,

dapat diterima oleh orang banyak, dan dapat dipakai dalam jangka panjang. Sampai

saat ini belum ada metode atau alat kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal.

Jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia antara lain:

A. Metode sederhana 1. Tanpa alat

a. Pantang berkala

b. Metode kalender

c. Metode suhu badan basal

d. Metode lendir serviks

e. Metode simpto-termal

(27)

14

2. Dengan alat

a. Mekanis (barrier)

1. Kondom pria

2. Barier intra vaginal antara lain: diafragma, kap serviks, spons, dan

kondom wanita.

b. Kimiawi

1. Spermisid antara lain: vaginal cresm, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal

suppositoria, vaginal tablet dan vaginal soluble film.

B. Metode modern

1. Kontrasepsi hormonal

a. Pil KB

b. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/IUD (Intra Uterine Devices)

c. Suntikan KB

d. Susuk KB

2. Kontrasepsi mantap

a. Medis Operatif Pria (MOP)

b. Medis Operatif Wanita (MOW)

Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi:

1. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam

(28)

2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk

dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain

selain metode yang termasuk dalam MKJP.

1. Pil KB

Pil KB biasanya megandung Estrogen dan Progesteron. Cara kerja pil KB

adalah dengan cara menggantikan produksi normal Estrogen dan Progesteron dan

menekan hormon yang dihasilkan ovarium dan relesing faktor yang dihasilkan otak

Wanita pada pemakaian di tahun pertama bila digunakan dengan tepat.

Sehingga ovulasi dapat dicegah. Efektivitas metode ini secara teoritis

mencapai 99% atau 0,1–5 kehamilan per 100.

Tetapi dalam praktek ternyata angka kegagalan pil masih cukup tinggi yaitu

mencapai 0,7-7%. Keuntungan dan kerugian pemakaian pil KB antara lain:

1. Keuntungan pil KB:

a. Efektivitasnya tinggi bila diminum secara rutin

b. Nyaman, mudah digunakan, dan tidak mengganggu senggama

c. Reversibilitas tinggi

d. Efek samping sedikit

e. Mudah didapatkan, tidak selalu perlu resep dokter karena pil KB dapat

diberikan oleh petugas non medis yang terlatih

f. Dapat menurunkan resiko penyakit-penyalit lain seperti kanker ovarium,

(29)

16

2. Kerugian pil KB:

a. Efektivitas tergantung motivasi akseptor untuk meminum secara rutin tiap

hari

b. Rasa mual, pusing, kencang pada payudara dapat terjadi

c. Efektivitas dapat berkurang bila diminum bersama obat tertentu

d. Kemungkinan untuk gagal sangat besar karena lupa

e. Tidak dapat melindungi dari resiko tertularnya Penyakit Menular Seksual

2. Kontrasepsi suntik

Kontrasepsi suntik yang biasa tersedia adalah Depo-provera yang hanya

mengandung Progestin dan diberikan tiap 3 bulan. Cara kerja kontrasepsi suntik yaitu

dengan mencegah ovulasi, mengentalkan lerndir serviks, dan menghambat

perkembangan etapi dalam praktek ternyata angka kegagalan pil masih cukup tinggi

yaitu mencapai 0,7-7%. Keuntungan dan kerugian pemakaian pil KB antara lain:

1. Keuntungan pil KB:

a. Efektivitasnya tinggi bila diminum secara rutin

b. Nyaman, mudah digunakan, dan tidak mengganggu senggama

c. Reversibilitas tinggi

d. Efek samping sedikit

e. Mudah didapatkan, tidak selalu perlu resep dokter karena pil KB dapat

diberikan oleh petugas non medis yang terlatih

f. Dapat menurunkan resiko penyakit-penyalit lain seperti kanker ovarium,

(30)

2. Kerugian pil KB:

a. Efektivitas tergantung motivasi akseptor untuk meminum secara rutin tiap

hari

b. Rasa mual, pusing, kencang pada payudara dapat terjadi

c. Efektivitas dapat berkurang bila diminum bersama obat tertentu

d. Kemungkinan untuk gagal sangat besar karena lupa

e. Tidak dapat melindungi dari resiko tertularnya Penyakit Menular Seksual

3. Susuk/implant

Kontrasepsi susuk yang sering digunakan adalah Norplant. Susuk adalah

kontrasepsi sub-dermal yang mengandung Levonorgestrel (LNG) sebagai bahan

aktifnya. Mekanisme kerja Norplant yang pasti belum dapat dipastikan tetapi

mungkin sama seperti metode lain yang hanya mengandung Progestin. Norplant

memiliki efek mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks dan menghambat

perkembangan siklis endometrium. Efektivitas Norplant sangat tinggi mencapai

0,05-1 kehamilan per 0,05-100 wanita dalam tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan

Norplant <1 kehamilan per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama pemakaian.

Angka kegagalan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan metode barier, pil KB,

dan IUD. Keuntungan dan kerugian Norplant antara lain:

1. Keuntungan Norplant:

a. Norplant merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif

(31)

18

c. Resiko untuk lupa lebih kecil dibandingkan pil KB dan suntikan karena

Norplant dipasang tiap 5 tahun

d. Mudah diangkat dan segera setelah diangkat kesuburan akseptor akan kembali

e. Pemasangan dapat dilakukan oleh petugas non medis yang terlatih

f. Dapat mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh Estrogen karena

Norplant tidak mengandung Estrogen

g. Lebih efektif secara biaya karena walaupun harganya mahal tetapi masa

pemakaiannya mencapai 5 tahun.

2. Kerugian Norplant:

a. Efektivitas dapat berkurang bila digunakan bersama obat-obatan tertentu

b. Merubah siklus haid dan meningkatkan berat badan

c. Tergantung pada petugas

d. Tidak melindungi dari resiko tertularnya PMS

4. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) atau IUD (Intra Uterine Devices)

AKDR adalah kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral atau

berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim dengan memakai alat khusus oleh

dokter atau paramedis lain yang terlatih. Mekanisme kerja AKDR belum diketahui

tetapi kemungkinan AKDR menyebabkan perubahan-perubahan seperti munculnya

sel-sel radang yang menghancurkan blastokis atau spermatozoa, meningkatkan

produksi prostaglandin sehingga implantasi terhambat, serta bertambah cepatnya

pergerakan ovum di tuba falopii. Efektivitas IUD mencapai 0,6–0,8 kehamilan per

(32)

kehamilan per 100 wanita per tahun. Keuntungan dan kerugian pemakaian AKDR

antara lain:

1. Keuntungan AKDR:

a. Efektivitas tinggi

b. Dapat memberikan perlindungan jangka panjang sampai dengan 10 tahun

c. Tidak mengganggu hubungan seksual

d. Efek samping akibat Estrogen dapat dikurangi karena AKDR hanya

mengandung Progestin

e. Tidak ada kemungkinan gagal karena kesalahan akseptor KB

f. Reversibel

g. Dapat disediakan oleh petugan non medis terlatih

h. Akseptor hanya kembali ke klinik bila muncul keluhan

2. Kerugian AKDR:

a. Perlunya pemeriksaan pelvis dan penapisan PMS sebelum pemasangan

b. Butuh pemerikasaan benang setelah periode menstruasi jika terjadi kram

bercak atau nyeri

c. Akseptor tidak dapat berhenti menggunakan kapanpun ia mau

5. Metode Operatif Pria (MOP)

MOP merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor yang aman,

sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi relatif singkat dan tidak

memerlukan anestesi umum. MOP dilakukan dengan cara memotong vas deferens

(33)

20

mengandung sperma. Efektivitas sangat tinggi mencapai 0,1–0,15 kehamilan per 100

wanita selama tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan <1 kehamilan per 100

wanita. Keuntungan dan kerugian MOP antara lain:

1. Keuntungan MOP:

a. Sangat efektif

b. Tidak mengganggu senggama

c. Tidak ada perubahan fungsi seksual

d. Baik untuk klien yang bila mengalami kehamilan akan membahayakan

jiwanya

2. Kerugian MOP:

a. Permanen dan kesuburan tidak dapat kembali normal

b. Efek tertunda sampai 3 bulan atau 20 kali ejakulasi

c. Nyeri setelah prosedur serta komplikasi lain akibat pembedahan dan anestesi

d. Hanya dapat dilakukan oleh dokter yang terlatih

e. Tidak memberi perlindungan terhadap PMS

6. Metode Operatif Wanita (MOW)

MOW adalah tindakan operasi minor untuk mengikat atau memotong kedua

tuba falopii sehingga ovum dari overium tidak akan mencapai uterus dan tidak akan

bertemu dengan spermatozoa. Efektivitas MOW sekitar 0,5 kehamilan per 100 wanita

selama tahun pertama pemakaian, sedikit lebih rendah dibandingkan MOP.

(34)

1. Keuntungan MOW:

a. Sangat efektif

b. Segera efektif

c. Permanen

d. Tidak mengganggu senggama

e. Baik untuk klien yang bila mengalami kehamilan akan membahayakan

jiwanya

f. Pembedahan sederhana dan hanya perlu anestesi lokal

g. Tidak ada efek samping jangka panjang

h. Tidak ada gangguan seksual

2. Kerugian MOW:

a. Permanen

b. Nyeri setelah prosedur serta komplikasi lain akibat pembedahan dan anestesi

c. Hanya dapat dilakukan oleh dokter yang terlatih

d. Tidak memberi perlindungan terhadap PMS

e. Meningkatkan resiko kehamilan ektopik (Sarwono, 2003).

2.5 Akseptor Keluarga Berencana

A. Akseptor KB

Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan

(35)

22

B. DDQJenis-Jenis Akseptor KB

1. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah

satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri

kesuburan.

2. Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah

menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak

diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi

baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah

berhenti/istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut–turut dan bukan

karena hamil.

3. Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan

alat/obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali

menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.

4. Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara

kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.

5. Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu cara

kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.

6. Akseptor drop out adalah akseptor yang menghentikan pemakaian

(36)

C. Akseptor KB menurut sasarannya

1. Fase menunda kehamilan

Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang

istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia

yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan. Kriteria

kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang

tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena

pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi.

2. Fase mengatur/menjarangkan kehamilan

Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik

untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4

tahun. Kriteria kontrasepsi yang perlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi

karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi. Kontrasepsi dapat dipakai 3-4

tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.

3. Fase mengakhiri kesuburan/tidak hamil lagi

Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30

tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang

mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat

menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di

(37)

24

2.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi PUS Menjadi Akseptor KB

Faktor-faktor yang memengaruhi PUS menjadi akseptor KB adalah faktor

pendidikan, faktor pengetahuan, faktor paritas dan faktor budaya (kepercayaan).

Selain faktor-faktor di atas, ternyata pemilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan

juga tergantung dari kebutuhan masing-masing akseptor. Kebutuhan akseptor tersebut

disesuaikan dengan Masa Reproduksi Sehat. Masa Reproduksi Sehat wanita dibagi

menjadi 3 periode yaitu: kurun reproduksi muda (15-19 tahun) merupakan tahap

menunda kehamilan, kurun reproduksi sehat (20-35 tahun) merupakan tahap untuk

menjarangkan kehamilan dan kurun reproduksi tua (36-45) tahun merupakan tahap

untuk mengakhiri kehamilan. (BkkbN, 2003).

2.6.1 Faktor Budaya (Kepercayaan)

Sejumlah faktor budaya dapat memengaruhi klien dalam memilih metode

kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai

berbagai metode, kepercayaan religius, serta tingkat pendidikan dan persepsi

mengenai resiko kehamilan dan status wanita. Penyedia layanan harus menyadari

bagaimana faktor-faktor tersebut memengaruhi pemilihan metode di daerah mereka

dan harus memantau perubahan–perubahan yang mungkin mempengaruhi pemilihan

metode. Oleh karena itu, agar program KB dapat berjalan dengan lancar diperlukan

pendekatan secara menyeluruh termasuk pendekatan kepada tokoh masyarakat

ataupun tokoh agama. Peran tokoh masyarakat dan agama dalam program KB sangat

(38)

kuat yang hanya dapat diberikan oleh tokoh masyarakat ataupun tokoh agama

(BkkbN, 2010).

2.6.2 Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

Keluarga adalah suatu lembaga dasar yang cenderung untuk tetap bertahan

hidup melawan serangan-serangan yang sedang berlangsung dan masa datang.

Pembangunan keluarga sejahtera merupakan upaya untuk meningkatkan

kualitas dan ketahanan masing-masing keluarga dalam mengantisipasi setiap

pengaruh negatif yang mengancam keutuhan keluarga sebagai unit terkecil yang

paling utama dari masyarakat. Kualitas keluarga Indonesia pasca krisis ekonomi 1997

kondisinya makin memprihatinkan, baik dilihat dari besarnya jumlah keluarga miskin

(Pra-Sejahera dan Keluarga Sejahtera I alasan ekonomi), maupun melemahnya

ketahanan keluarga yang ditandai oleh tidak dapat dilaksanakannya fungsi-fungsi

keluarga secara optimal.

Program KB Gratis

Program pelayanan KB gratis merupakan salah satu komitmen BKKBN

dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tujuan pemerintah

mengadakan program KB gratis adalah agar masyarakat PUS khususnya yang

tergolong masyarakat Pra-Sejahtera dapat mengikuti program KB.

Selama ini masyarakat enggan mengikuti program KB salah satu faktornya

adalah biaya yang cukup mahal . Maka dari itu, pemerintah mengadakan program KB

gratis setiap tahun sekali atau pada setiap perayaan hari-hari besar ke setiap tingkat

(39)

26

terbentuknya keluarga kecil bahagia sejahtera, yaitu dengan mengurangi angka

kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa.

Adapun sasaran dari program KB gratis adalah:

1. Keluarga Pra-Sejahtera, yaitu keluarga yang belum memenuhi kebutuhan

dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, sandang, pangan,

kesehatan, dan KB.

2. Keluarga Sejahtera I, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan

kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi

dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.

3. Keluarga Sejahtera II, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan

fisik dan psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan

pengembangannya seperti kebutuhan untuk menabung dan informasi.

4. Keluarga Sejahtera III, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan

fisik, sosial psikologis dan pengembangannya, namun belum dapat

memberikan sumbangannya secara teratur kepada masyarakat sekitarnya,

misalnya dalam bentuk sumbangan materil dan keuangan, serta secara aktif

menjadi pengurus lembaga sosial kemasyarakatan yang ada di lingkungannya.

(Hartanto, 2004; 21)

Program pelayanan KB gratis yang diberikan pemerintah ini dilaksanakan

pada perayaan hari-hari besar, antara lain :

(40)

Program Pelayanan KB gratis pada peringatan Hari Bulan Bakti IBI ini

diberikan mulai bulan Januari sampai bulan Mei. Adapun sasaran utama dari

pelayanan KB gratis ini adalah keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera

I, dan tidak tertutup untuk umum (Keluarga Sejahtera II dan Keluarga

Sejahtera III).

2. Hari Bulan Bakti TNI Manunggal

Program Pelayanan KB gratis pada peringatan hari bulan bakti TNI

Manunggal ini diberikan mulai bulan Juni sampai bulan Oktober. Adapun

sasaran utama dari pelayanan KB gratis ini adalah keluarga Pra-Sejahtera dan

Keluarga Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum (Keluarga Sejahtera II

dan Keluarga Sejahtera III).

3. Hari Bulan Bakti PKK

Program Pelayanan KB gratis pada peringatan Hari Bulan Bakti PKK ini

diberikan mulai bulan Oktober sampai bulan Desember. Adapun sasaran

utama dari pelayanan KB gratis ini adalah keluarga Pra-Sejahtera dan

Keluarga Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum (Keluarga Sejahtera II

dan Keluarga Sejahtera III).

Dari ketiga Pelayanan KB gratis ini dapat disimpulkan bahwa sasaran utama

dari pelayanan KB gratis ini adalah PUS yang tergolong dalam keluarga

Pra-Sejahtera dan Keluarga Pra-Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum, yaitu Keluarga

(41)

28

Alat kontrasepi yang disediakan antara lain pemberian berupa mini pil,

suntikan, spiral, implant, Intra Uterine Devices (IUD) dan kondom. Semua diberikan

secara gratis oleh pemerintah. Peserta KB hanya tinggal memilih jenis alat

kontrasepsi apa yang diinginkan. Pelayanan KB gratis bisa didapat di puskesmas,

posyandu, kantor kelurahan, atau bahkan bidan desa setempat.

2.7. Penyuluhan dalam Program KB

Kenyataan yang dengan mudah terlihat sehari-hari bahwa pertumbuhan

penduduk di negara-negara yang sedang berkembang merupakan masalah yang di

sadari harus dapat dipecahkan secara cepat, tetapi rasional. Pertambahan penduduk

yang tidak terkendali memang sangat merupakan penghalang besar ke arah kemajuan

dalam mengejar ketinggalan dalam kesejahteraan sosial, baik pada tingkat perorangan

maupun pada tingkat nasional. Memang benar bahwa pertambahan penduduk secara

tidak terkendali mudah terjadi, baik karena tingkat kelahiran yang tinggi maupun

karena tingkat kematian yang rendah, disamping angka harapan hidup yang lebih

lama.

Tingkat kematian yang rendah dan harapan hidup yang lama memang

merupakan hal-hal yang diinginkan terjadi, maka sasaran dalam hal pengendalian

pertambahan penduduk terutama ditujukan pada pembatasan jumlah anak dengan

segala teknik dan metodenya. Dalam menyusun program pembangunan untuk sektor

ini, nampaknya semakin disadari baik oleh para perencana dan penyusun program

maupun oleh para pelaksananya di lapangan, bahwa mengendalikan penduduk

(42)

akan tetapi harus dikaitkan dengan faktor-faktor psikologis yang bersumber dari

nilai-nilai sosial budaya yang dianut oleh masyarakat tertentu.

Berdasarkan keadaan tersebut di atas, maka sangat diperlukan adanya upaya

menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya menurunkan

tingkat kelahiran, pembatasan jumlah anak, penjarangan kelahiran, dan lain

sebagainya. Dalam hal ini sangat perlu dilakukan penyuluhan program KB, dimana

dalam pelaksanaan penyuluhan tersebut segala potensi-potensi yang ada dalam

masyarakat wajib dilibatkan, baik itu instansi-instansi pemerintah, swasta,

perkumpulan-perkumpulan maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan.

2.8. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

KIE merupakan salah satu tahapan yang tidak boleh ditinggalkan dalam

memberikan pelayanan KB. KIE merupakan kunci dalam pelayanan KB.

Tujuan KIE adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB

sehingga tercapai penambahan peserta baru, membina kelestarian peserta KB, dan

meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin

berlangsungnya proses penerimaan.

Bila sebelum krisis jumlah keluarga miskin di Indonesia hanya sekitar 11,5

juta keluarga, di tahun 2006 telah bertambah menjadi 24 juta keluarga. Selanjutnya

berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2007 yang dilakukan oleh BKKBN

menunjukkan bahwa 46,7% dari 57,7 juta keluarga di Indonesia berada dalam kondisi

(43)

30

Pusat Statistik (BPS) di tahun 2008 lalu mencatat bahwa tidak kurang dari 35 juta

penduduk indonesia di garis kemiskinan. (Mardiya, 2009)

Dalam hal di atas berarti tugas berat terkait upaya pemberdayaan keluarga

harus segera dituntaskan agar tidak menjadi beban pembangunan, mengingat dimensi

kualitas selalu menjadi persoalan yang menggelayuti bangsa kita. Selain itu, di era

globalisasi ini, keluarga-keluarga Indonesia mengalami tantangan yang sangat berat.

Derasnya arus informasi dan budaya buruk dari luar seiring dengan berkembangnya

teknologi informasi dan komunikasi, telah menyebabkan ketahanan keluarga mulai

goyah. Bila kita mau merefleksi diri, dahulu keluarga merupakan lembaga yang

ampuh sebagai wahana pembentukan dan pengembangan karakter, kepribadian, etika,

moral dan sopan santun.

Keluarga juga menjadi institusi pendidikan yang handal bagi setiap

anggotanya dalam penanaman nilai-nilai sosial dan religi. Namun semenjak informasi

dan budaya luar yang negatif mudah sekali diadopsi oleh para remaja yang notabene

adalah anggota keluarga, maka keluarga tidak dapat lagi menjaga eksistensinya

sebagai keluarga berketahanan yang mampu membendung pengaruh negatif dari luar.

Buktinya sekarang ini banyak sekali peristiwa kenakalan remaja yang kelewat

batas, tidak sekedar berperilaku buruk seperti merokok dan konsumsi minuman keras,

tetapi sudah merambah pada perilaku premanisme, suka menipu, mencuri, merampok

dan membunuh untuk memenuhi kepuasan sesaat.

Belakangan, kasus penyalahgunaan narkoba dan perilaku seks bebas oleh

(44)

ditambah dengan kasus-kasus ketidakharmonisan keluarga saat ini, seperti tingginya

angka perselingkuhan, perceraian, kekerasan terhadap anak dan perempuan, dan lain

sebagainya. Atas dasar hal tersebut di atas, sangat tepat mana kala visi dan misi baru

program KB dimunculkan. Dengan membangun keluarga kecil bahagia dan sejahtera,

diharapkan fungsi keluarga sebagai wahana pembentukan insan berkualitas yang

mampu mendukung pembangunan berkelanjutan dapat segera terwujud.

Kedelapan fungsi keluarga yang dimaksud adalah:

1. Fungsi keagamaan

2. Fungsi sosial budaya

3. Fungsi cinta kasih

4. Fungsi melindungi

5. Fungsi reproduksi

6. Fungsi sosialisasai dan pendidikan

7. Fungsi ekonomi, dan

8. Fungsi pembinaan lingkungan

Dalam operasionalisasinya di lapangan, pemerintah bersama segenap

komponen masyarakat telah melakukan banyak hal dalam upaya mewujudkan

keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Program dan kegiatannya tidak hanya

menyangkut pelayanan kontrasepsi yang notabene sasarannya PUS saja, tetapi

menyangkut semua aspek kehidupan berkeluarga dengan sasaran seluruh anggota

keluarga dari bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia. Bahkan bayi

(45)

32

Secara implisit, luas garapan KB yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama

masyarakat sekarang ini dapat terbaca dari pengertian KB menurut Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Keluarga Sejahtera yang keberadaannya telah disahkan oleh Presiden RI pada tanggal

16 April 1992 dan diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 35 Tahun 1992,

TLN 3475. Dalam undang-undang tersebut KB diterjemahkan sebagai upaya

peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia

perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan

kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

(mardiya, 2009)

Dalam pelaksanaannya, upaya yang dilakukan pemerintah tersebut masih

banyak mengalami kendala-kendala. Misalnya, masih ada PUS yang tidak mau

mengikuti program KB, alasannya antara lain karena apabila mengikuti program KB

berarti harus membayar. Maka dari itu pemerintah saat ini membuat program KB

gratis bagi PUS yang tergolong ke dalam Keluarga Pra-Sejahtera ataupun Keluarga

Sejahtera I. Namun KB gratis ini juga tidak tertutup untuk umum, yaitu Keluarga

Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III.

2.8. Kerangka Konsep

PROGRAM KB GRATIS

Respon PUS

1. Positif 2. Negative

(46)

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif, yang bertujuan mengetahui respon pasangan usia subur tetang KB gratis di

Kelurahan Dwikora Tahun 2015

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Dwikora, Kecamatan Helvetia Medan.

Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena Kelurahan Dwikora merupakan salah

satu kelurahan yang mendapatkan program pelayanan KB gratis dari pemerintah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juli 2015.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah objek maupun subjek yang berada pada suatu wilayah dan

Memenuhi syarat-syarat tertentu dengan masalah penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah 544 PUS di

(47)

34

3.3.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak sederhana, artinya

setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Jika

jumlah sampel lebih dari 100, maka diambil sampelnya antara 10% -15% atau

20%-25% dari jumlah populasi. Karena jumlah populasi di Kelurahan Dwikora sangat

besar serta kemampuan peneliti yang terbatas, maka peneliti menetapkan besarnya

sampel dalam penelitian ini adalah 10% dari jumlah populasi, yaitu 10%x544 = 54,4

dibulatkan menjadi 54 PUS.

3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner.

Pengumpulan data dengan membagikan kuesioner kepada Pasangan Usia Subur

kemudian diberikan penjelasan kepada Pasangan Usia Subur bagaimana cara

pengisian kuesionernya.

3.4.2. Data Sekunder

Data ini mencakup data umum Pasangan Usia Subur yang diperoleh dari

bagian Puskesmas Kecamatan Helvetia dan Posyandu dan Klinik.

3.5. Defenisi Operasional

Definisi konsep berisi uraian singkat dari variabel yang akan diteliti.

(digilib.petra.ac.id). Untuk memfokuskan penelitian ini penulis memberikan batasan

(48)

1. Respon adalah persepsi, sikap, ataupun tindakan terhadap suatu objek yang

dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, pengaruh atau penolakan,

suka atau tidak suka serta pemanfaatan terhadap objek tersebut.

2. PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-49 tahun. Ini

dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai.

3. KB Gratis adalah salah satu program BKKBN dalam memberikan pelayanan

KB dan kesehatan gratis yang tidak dipungut biaya kepada PUS sebagai upaya

mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

3.6. Aspek Pengukuran

1. Aspek pengukuran persepsi

Untuk mengukur persepsi PUS tentang KB gratis Peneliti memberi 8 pertanyaan

kepada responden dengan alternatif jawaban Setuju skor 1, Tidak Setuju skor 0.

Maka skor tertinggi 8 dan skor terendah 0. Kategori persepsi dihitung dengan

rumus (Sudjana, 2011).

Panjang kelas = Rentang Kelas

Banyak Kelas

= 8-0

2

= 4

Jadi, persepsi PUS tentang KB gratis dikategorikan :

1. Positif : Jika > 50% dengan menjawab soal > 4

(49)

36

2. Aspek pengukuran sikap

Untuk mengukur sikap PUS tentang KB gratis Peneliti memberi 8 pertanyaan

kepada responden dengan alternatif jawaban Setuju skor 1, Tidak Setuju skor 0.

Maka skor tertinggi 8 dan skor terendah 0. Kategori sikap dihitung dengan rumus

(Sudjana, 2011).

Panjang kelas = Rentang Kelas

Banyak Kelas

= 8-0

2

= 4

Jadi, sikap PUS tentang KB gratis dikategorikan :

1. Positif : Jika > 50% dengan menjawab soal > 4

2. Negatif : Jika < 50% dengan menjawab < 4

3. Aspek pengukuran partisipasi

Untuk mengukur partisipasi PUS tentang KB gratis Peneliti memberi 8

pertanyaan kepada responden dengan alternatif jawaban Setuju skor 1, Tidak

Setuju skor 0. Maka skor tertinggi 8 dan skor terendah 0. Kategori partisipasi

dihitung dengan rumus (Sudjana, 2011).

Panjang kelas = Rentang Kelas

Banyak Kelas

= 8-0

2

(50)

Jadi, partisipasi PUS tentang KB gratis dikategorikan :

1. Positif : Jika > 50% dengan menjawab soal > 4

2. Negatif : Jika < 50% dengan menjawab < 4

3.7. Pengolahan Data

Dalam pengolahan data dilakukan beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :

Editing

Memastikan data yang diperoleh adalah data lengkap sehingga dapat diolah

dengan memeriksa kelengkapan dan ketepatan pengisian kuesioner/angket.

Coding

Yaitu Proses ppemberian kode pada jawaban kuesioner untuk memudahkan data

ketika dimasukkan kedalam computer. Coding merupakan kegiatan merubah data

berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka.

Tabulating

Proses menghitung data dari kuesioner responden yang sudah diberi kode,

kemudian dimasukkan ke dalam tabel.

3.8. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif dengan melihat persentase data

yang telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, kemudian

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Dwikora ini adalah salah satu daerah yang mendapatkan fasilitas

KB untuk para Pasangan Usia Subur tanpa dipungut biaya apapun dengan cara

mengadakan “Pemasangan KB Gratis”.

Pemasangan KB Gratis ini dilakukan setiap sebulan sekali ditiap kelurahan,

kader melakukan home visite dan memberikan penyuluhan pada setiap PUS yang

belum menjadi akseptor untuk datang ke fasilitas pelayanan KB.

4.2 Hasil Penelitian

Karakteristik Frekuensi Umur, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan

Hasil penelitian mengenai Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga

Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan

Tahun 2015 diperoleh 54 responden, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

(52)

4.2.1 Karakteristik Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia

Kota Medan Tahun 2015

No Karakteristik (F) (%) 1 Umur 15-20 Tahun 20-30 Tahun >30 Tahun 16 31 7 29.6 57.4 13.0 Jumlah 54 100.0 2 PendidikanTerakhir SD SMP SMA Lainnnya 6 21 22 5 11.1 38.9 40.7 9.3 Jumlah 54 100.0 3 Pekerjaan Wiraswasta Karyawan IRT 17 13 24 31.5 24.1 44.4 Jumlah 54 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui dari 54 responden bahwa

mayoritas Pasangan Usia Subur yang berumur 20-30 tahun yaitu 31 responden,

pendidikan terakhir PUS mayoritas SMA yaitu 22 responden dan pekerjaan yaitu IRT

(53)

40

4.2.2 Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015

Tabel 4.2.

Distributor Frekuensi Persepsi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia

Kota Medan Tahun 2015

No. Kategori (F) (%)

1. Positif 8 14.8

2. Negatif 46 86.2

Total 54 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dari 54 responden yang diteliti persepsi

Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora

mayoritas negatif sebanyak 46 responden.

Tabel 4.3.

Distributor Frekuensi Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan

Tahun 2015

No. Kategori (F) (%)

1. Positif 7 13.0

2. Negatif 47 87.0

Total 54 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dari 54 responden yang diteliti sikap Pasangan

Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas

(54)

Tabel 4.4.

Distributor Frekuensi Partisipasi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan

Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015

No. Kategori (F) (%)

1. Positif 4 7.4

2. Negatif 50 92.6

Total 54 100.0

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dari 54 responden yang diteliti partisipasi

Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora

mayoritas negatif sebanyak 50 responden.

4.3 Pembahasan

Dari hasil penelitian mengenai Respon Pasangan Usia Subur Tentang

Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota

Medan Tahun 2015 maka pembahasannya adalah sebagai berikut:

4.3.1 Persepsi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015

Hasil dari penelitian terhadap 54 responden yang diteliti persepsi Pasangan Usia

Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif

sebanyak 46 responden.

Responden kurang memahami bahwa mendapatkan pelayanan KB yang mudah

dan untuk membantu masyarakat menurunkan laju pertumbuhan penduduk yang menjadi

masalah besar di Indonesia. Hal ini diketahui dari jawaban kuesioner responden,

(55)

42

4.3.2 Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 54 responden diketahui bahwa

sikap PUS tentang KB gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota

Medan Tahun 2015 mayoritas negatif sebanyak 47 responden. Hal ini dapat diketahui

dari hasil jawaban PUS yang tidak setuju bahwa sikap dokter dan pelayan KB gratis

di pelayanan KB terhadap pasien KB gratis tidak ramah, pelayanan nya tidak sigap,

ketidak pedulian pelayan program KB terhadap pasien KB gratis, petugas KB kurang

mampu memberi penjelasan tentang KB, dan kebanyakan PUS KB gratis tidak cukup

puas dengan pelayanan yang diberikan di pelayanan KB gratis.

KIE merupakan salah satu tahapan yang tidak boleh ditinggalkan dalam

memberikan pelayanan KB. KIE merupakan kunci dalam pelayanan KB.

Tujuan KIE adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga

tercapai penambahan peserta baru, membina kelestarian peserta KB, dan meletakkan

dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses

penerimaan.

Negatifnya sikap PUS terhadap pelayanan KB gratis ini kebanyakan

dikarenakan pelayanan yang diberikan petugas KB tidak sesuai dengan harapan, tidak

ramah, tidak peduli dan kurang memberi penjelasan tentang KB gratis.

4.3.3 Partisipasi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 54 responden diketahui bahwa

(56)

Kota Medan Tahun 2015 mayoritas negatif sebanyak 46 responden. Hal ini dapat

diketahui dari kuesioner yang di jawab oleh responden, yang dimana suami mengetahui

informasi tentang pelayanan KB gratis hal mengagetkan ternyata suami tidak

mengetahui sama sekali dan tidak pernah mengingatkan istri untuk kunjungan ulang ke

pelayanan KB gratis.

Berdsarkan keadaan tersebut diatas, maka sangat diperlukan adanya upaya

menumbuhkan kesadaran mayarakat untuk berpartisipasi dalam upaya menurunkan

tingkat kelahiran, pembatasan jumlah anak, penjarangan kelahiran, dan lain sebagainya.

Dalam hal ini sangat perlu dilakukan penyuluhan program KB gratis, dimana dalam

pelaksanaan penyuluhan tersebut segala potensi-potensi yang ada dalam masyarakat

wajib dilibatkan, baik itu instansi-instansi pemerintah, swasta,

perkumpulan-perkumpulan maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan

Menurut asumsi penulis bahwa partisipasi PUS tentang keluarga berencana

gratis masih kurang, dapat dilihat dari hasil kunjungan masyarakat masih sedikit pada

kegiatan KB gratis dan dilihat dari sikap masyarakat yang masih negatif, dikarenakan

PUS tidak tahu tentang informasi pelayanan KB dan suami juga tidak ikut berpartisipasi

terhadap KB dimana suami tidak pernah mengingatkan istri untuk melakukan kunjungan

ulang ke pelayayan KB. Oleh karna itu hendaklah suami ikut berpartisipasi dalam

perencanaan KB sehingga nantinya terbentuk keluarga kecil bahagia sejahtera, yaitu

(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang Respon Pasangan Usia

Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan

Helvetia Kota Medan Tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Persepsi PUS Tentang KB Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif

sebanyak 46 responden.

2. Sikap PUS Tentang KB Gratis mayoritas negatif sebanyak 47 responden.

3. Partisipasi PUS Tentang KB Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif

sebanyak 50 responden.

5.2. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang Respon Pasangan

Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan

Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 maka peneliti menyarankan:

1. PUS (Responden)

a. Menyarankan PUS terutama kepada istri agar lebih meningkatkan

kesadaran diri akan pentingnya ber KB dan meningkatkan

pengetahuannya dengan cara mengikuti penyuluhan yang dilakukan

petugas KB.

b. Bagi suami disarankan umtuk ikut berpartisipasi dalam melancarkan

(58)

2. Petugas KB Gratis

a. Agar meningkatkan pertemuan dengan mensosialisasikan tentang KB kepada

PUS.

b. Melakukan KIE dalam melaksanakan pelayanan KB dan bersikap ramah agar

penjelasan dari petugas KB diterima baik oleh PUS.

c. Melakukan kerja sama dengan organisasi-organisasi masyarakat sekitar untuk

melakukan sosialisasi KB dan upaya pembentukan keluarga sejahtera dan

berkualitas sehingga program KB yang dilakukan pemerintah dapat berjalan

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Adrina, dkk. 1998. Hak-Hak Reproduksi Perempuan yang Terpasung. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

BKKBN, 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan KB di Indonesia. (Medan tanggal 12 Maret 2015)

BKKBN, 2005. Badan Kebijaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional. (Diakses tanggal 12 Maret 2015)

BKKBN, 2007. Kamus Istilah Program Keluarga Berencana Nasional. ( Diakses tanggal 12 Maret 2015)

BKKBN, 2009. Petunjuk Teknis Pendataan Keluarga Berencana di Desa dari Kelurahan. ( Diakses tanggal 12 Maret 2015)

BKKBN. 2010. Badan Pelazanan Kontrasepsi & Pengendalian Lapangan Program KB Nasional. ( Diakses tanggal 12 Maret 2015)

BKKBN, 2013. Pembangunan Kependudukan dan Angka pertambahan Penduduk, Nasional.

Cunningham, F., Garry. 2005. Obstetri William. Jakarta : EGC

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan kontrasepsi, cetakan V. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Manuaba, IAC. Manuaba, IBGF. Manuaba IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Maryani, H., 2013, Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana Bagi Wanita. www.tempo.co.id (dikutip 28 desember 2014).

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Jakarta : Rineka Cipta

Saifuddin, A.B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.

(60)

Stright, Batubara. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. EGC. Jakarta

Sudjana, 2011. Metode Penelitian, Tarsito, Bandung.

Sulistyawati, Ari. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakata: Salemba Medika.

Winkjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Wirosuhardjo, K. 2004. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Universitas Indonesia.

http://www.bkkbn.go.id (diakses pada Senin, 02 Februari 2015)

http://www.koransuroboyo.com/index.php (diakses pada Senin, 02 februari 2015)

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/ (diakses pada Senin, 02 Februari 2015)

http://www.datastatistik-indonesia.com/com (diakses pada Selasa, 03 Februari 2015)

http://www.digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/sip4 (diakses pada Jum’at, 06 Februari 2015)

http://www.khoirulilmawan.com/10/2010 (diakses pada Senin, 02 maret 2015)

http://www.tentangkb.wordpress.com/2010/04 (diakses pada Selasa, 03 Maret 2015)

http://www.tizarrahmawan.wordpress.com/2009/11 (diakses pada Selasa, 03 Maret 2015)

http://www.nasional.kompas.com/read/2010/06/23 (diakses pada Rabu, 04 Maret 2015)

http://mardiya.wordpress.com/2009/08/07/membangkitkan-kembali-pembangunan-kependudukan-dan-kb (diakses pada Selasa, 03 Maret 2015)

Referensi

Dokumen terkait

Fuente: Presentación DVB Foro Andino sobre Televisión Digital Terrestre: Lima, Abril 2007..

Sejak tenar, I Nyoman Nuarta yang merupakan alumni ITB tahun 1979 telah menghasilkan lebih dari seratus karya seni patung.. Semua karyanya menggambarkan seni patung modern

JURUSAN S1 – TEKNIK INFORMATIKA STMIK

Nama unsur ini diambil dari bahasa Latin wolframium dan sering juga disebut tungsten.Wolfram merupakan logam transisi yang memiliki sifat sangat keras

Dengan demikian, komodifikasi bisa diartikan sebagai kegiatan pengelola media dalam memperlakukan pesan sebagai komoditas yang bisa menyenangkan khalayak, mengundang para

Contoh : banyak kasus yang terjadi, ketika orang tua menyuruh anaknya untuk mematikan televis lalu menyuruh anaknya belajar, tetapi kebanyakan setelah orang tua menyuruh anaknya

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Nomor : 06/PP-PPBJ/BKKBN-PROV.MU/X/2012 tanggal 30 Oktober 2012, maka dengan ini kami mengumumkan pemenang pelelangan sebagai berikut :..

Hal ini sejalan dengan pernyataan Sanchez dan Larrea (1972) melalui percobaan umur bibit padi dengan mulai umur 30 sampai dengan 105 hari pembibitan pada tiga