RESPON PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KELUARGA
BERENCANA GRATIS DI KELURAHAN DWIKORA
KECAMATAN MEDAN HELVETIA
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
DEASY RISKY HANDANI 12.03.043
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2015
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
DEASY RISKY HANDANI 12.03.043
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Gelar Ahli Madya Kebidanan di Program Studi D-III Kebidanan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2015
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Deasy Risky Handani
Tempat Tanggal Lahir : Medan, 22 Desember 1994
Agama : Islam
Alamat : Jalan Budi Luhur Gg. Melati No. 1B kec. Medan
Helvetia Kel. Dwikora
Nama Ayah : Soesilo handoyo
Nama Ibu : Usri Khairani
Anak Ke : 1
PENDIDIKAN
• Tahun 2000-2006 : SD IKAL Medan
• Tahun 2006-2009: SMP Negeri 16 Medan
• Tahun 2009-2012: SMA KARTIKA I-2 Medan
• Tahun 2012-2015: Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015 Deasy Risky Handani
Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015
viii + 45 halaman + 4 tabel + 6 lampiran
ABSTRAK
Respon adalah persepsi, sikap, ataupun tindakan terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan terhadap objek tersebut. PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-49 tahun. KB Gratis adalah salah satu program BKKBN dalam memberikan pelayanan KB tanpa dipungut biaya apapun. Faktor-faktor yang memengaruhi PUS menjadi akseptor KB adalah Faktor-faktor pendidikan, Faktor-faktor pengetahuan, faktor paritas dan faktor budaya (kepercayaan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pasangan usia subur terhadap program Keluarga Berencana gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia. Metode penelitian ini bersifat deskriptif. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah 544 PUS di wilayah Kelurahan Dwikora. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 adalah persepsi PUS Tentang KB Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif sebanyak 46 responden (86,2%), Sikap PUS Tentang KB Gratis mayoritas negatif sebanyak 47 responden (87,0%), partisipasi PUS Tentang KB Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif sebanyak 50 responden (92,6%).Kesimpulan dari penelitian Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 adalah negatif. Saran dari penelitian ini adalah Menyarankan PUS terutama kepada istri agar lebih meningkatkan kesadaran diri akan pentingnya ber KB dan meningkatkan pengetahuannya dengan cara mengikuti penyuluhan yang dilakukan petugas KB.
Kata Kunci : Respon, Pasangan Usia Subur, KB
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan Kehadirat ALLAH Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015”. Salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi D-III Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan D-III Kebidanan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, Karya
Tulis Ilmiah ini tidak akan mungkin dapat penulis selesaikan dengan baik. Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia
3. Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp. KMB Selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Agnes Purba, SST, M.Keb, selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
6. Masriati Panjaitan M.Kes, selaku dosen Penguji 1 yang selalu memberikan
masukan dan saran kepada penulis selama penyusuanan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Elsarika Damanik M.Kes, selaku dosen penguji II yang selalu memberikan
masukan dan saran kepada penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Seluruh Staff dan Dosen Program Studi D-III Kebidanan Fakultas Keperawatan
Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
9. Irfan Abdilla S.STP selaku Lurah di Kelurahan Dwikora Medan Helvetia yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di Kelurahan
Dwikora.
10.Teristimewa kepada kedua orang tua saya yang telah banyak memberikan
motivasi dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
11.Rekan-rekan yang memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Penulis menyadari dengan segala keterbatasan penulis, Karya Tulis Ilmiah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan bahasa maupun dalam
penyusunan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat.
Medan, Juli 2015
Penulis
(Deasy Risky Handani)
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Respon ... 8
2.2. Pasangan Usia Subur (PUS)... 10
2.3. Program Keluaga Berencana... 11
2.3.1. Sejarah dan Perkembangan Program KB ... 11
2.3.2. Pengertian KB ... 12
2.3.3 Tujuan Program KB ... 12
2.4. Kontrasepsi ... 13
2.4.1. Pengertian Kontrasepsi ... 13
2.4.2. Jenis dan Metode Kontrasepsi ... 13
2.5. Akseptor KB ... 21
2.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PUS Menjadi Akseptor KB 24 2.6.1. Faktor Budaya ... 24
2.6.2. Keluarga Kecil Bahagia dan Sejara ... 25
2.7. Penyuluhan Dalam Program KB ... 28
2.8. Komunikasi, Informasi dan Edukasi ... 29
2.9. Kerangka Konsep ... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian... 33
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 33
3.2.2. Waktu Penelitian ... 33
3.3. Populasi dan Sampel ... 33
3.3.1. Populasi ... 33
3.3.2. Sampel ... 34
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 34
3.5. Defenisi Operasional ... 34
3.6. Aspek Pengukuran ... 35
3.7. Pengolahan Data ... 37
3.8. Analisa Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38
4.2. Hasil Penelitian ... 38
4.3. Pembahasan... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 44
5.2. Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 ... 39
Tabel 4.2. Distributor Frekuensi Persepsi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 ... 40
Tabel 4.3. Distributor Frekuensi Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 ... 40
Tabel 4.4. Distributor Frekuensi Partisipasi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner
Lampiran 2 : Master Data
Lampiran 3 : Output SPSS
Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian Dari Pendidikan
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian Dari Kantor Lurah
Lampiran 6 : Surat Balasan Penelitian Dari Kantor Lurah
Situasi dan kondisi Indonesia dalam bidang kependudukan, kualitasnya saat
ini masih sangat memprihatinkan. Hal ini merupakan suatu fenomena yang
memerlukan perhatian dan penanganan secara seksama. Hingga saat ini telah
dilakukan berbagai usaha untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, terutama
melalui pengendalian angka kelahiran atau fertilitas. Upaya penurunan angka
kelahiran ini dilakukan dengan cara pemakaian kontrasepsi secara sukarela kepada
pasangan usia subur. Dengan pemakaian kontrasepsi oleh pasangan usia subur yang
semakin memasyarakat diharapkan semakin banyak kehamilan dan kelahiran yang
dapat dicegah, yang kemudian akan menurunkan angka kelahiran atau fertilitas
(BKKBN, 2005).
Tingkat kelahiran kasar (crude growth rate) dan tingkat kematian kasar (crude
death rate) masing-masing menunjukkan jumlah kelahiran hidup dan jumlah
kematian per 1.000 penduduk per tahun, dengan demikian ada empat kemungkinan
dari dua variabel ini, yaitu (1) tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian tinggi,
(2) tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian rendah, (3) tingkat kelahiran rendah
dan tingkat kematian rendah, (4) tigkat kelahiran rendah dan tingkat kematian tinggi.
Berdasarkan hal tersebut, kemungkinan keempat merupakan kombinasi yang paling
2
Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini memang menjadi masalah
besar di Indonesia. Untuk menangani hal tersebut maka terus dilakukan penanganan
yaitu dengan program program Keluarga Berencana guna menurunkan laju
pertumbuhan penduduk. (BKKBN, 2010)
Banyak masalah yang dihadapi sebagai dampak pertumbuhan penduduk yang
tidak terkendali. Manusia sadar akan bahaya pertumbuhan penduduk yang tidak
terkendali sehingga gagasan pelaksanaan keluarga berencana telah dipikirkan.
(Manuaba, 2011).
Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas sumber daya manusia yang
rendah merupakan beban bagi negara. Apabila tidak diambil langkah-langkah
pencegahan, akan terjadi berbagai masalah kesejahteraan penduduk oleh adanya
perubahan demografis yang seringkali tidak dirasakan. Masalah-masalah
kesejahteraan tersebut menimbulkan berbagai keadaan, antara lain: bagaimana
menyebarkan penduduk sehingga tercipta penduduk yang serasi untuk seluruh
Indonesia, selanjutnya adalah bagaimana mengusahakan penurunan angka kelahiran
sehingga perkembangan kependudukan dapat diawasi dengan seksama.
Masalah tingginya angka kelahiran akan dapat diatasi dengan melaksanakan
program Keluarga Berencana (KB). Program KB merupakan suatu program
pemerintah untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program KB ini
mengubah paradigma masyarakat selama ini bahwa dalam sebuah keluarga harus ada
anak laki-laki dan perempuan. Hal ini berarti sejalan dengan slogan KB bahwa dalam
Tahun 2010 jumlah penduduk dunia telah mencapai sekitar 6 miliar jiwa dan
jumlah penduduk Indonesia menempati urutan ke empat dunia yaitu 242 juta jiwa.
Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total
Fertility Rate (TFR) sebesar 2,6 anak per wanita. Jumlah penduduk Indonesia setiap
saat mengalami peningkatan, padahal pemerintah telah berupaya untuk menargetkan
idealnya 2,1 anak per wanita. Meski begitu, masih ada saja dari keluarga Indonesia
yang senang mempunyai anak banyak (BKKBN, 2009).
Bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia, cenderung masih sangat
mempercayai mitos-mitos terdahulu. Misalnya, banyak anak akan banyak rezeki.
Banyak anak akan banyak kegembiraan di hari tua (jika semua anaknya bisa
bergantian membahagiakannya). Bagi masyarakat kita, yang cenderung dinamis
dalam bidang ekonomi dan sosial, atau makin meningkat kemakmuran hidupnya,
jumlah anak sering dianggap bukan masalah yang memberatkan. Dalam hal ini, target
program KB dengan semboyan "dua anak lebih baik" sering dianggap sebagai usang
yang mungkin cuma cocok bagi masyarakat statis yang hidup dalam garis kemiskinan
(BKKBN, 2010).
Program KB ini mempunyai visi NKKBS dan telah dirubah menjadi keluarga
berkualitas tahun 2015. Sehingga melalui program KB ini dapat dilakukan penilaian
pelayanan KB yang berkualitas dengan mengikut sertakan menitikberatkan pada
strategi agar pelayanan lebih mudah diperoleh dan peserta diterima oleh berbagai
pasangan usia subur sehingga pasangan usia subur tertarik menjadi akseptor KB
4
Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam
pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan-hambatan yang
dirasakan antara lain adalah masih banyak pasangan usia subur yang masih belum
menjadi peserta KB. (BKKBN, 2010).
Indonesia pada tahun 2012 tercatat jumlah peserta KB aktif dari 64.133.347
juta jiwa, dengan jumlah PUS 161.750.743 juta jiwa dan WUS 51.472.069 juta jiwa.
Dari 64.133.347 peserta KB aktif, pengguna KB Suntik (54,35%), peserta Pil
(28,65%), peserta IUD (5,44%), peserta Kondom (5,34%), peserta Implant (4,99%),
peserta MOW (1,04%), dan peserta MOP (0,2%). (BKKBN, 2012)
Data kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
menunjukkan bahwa Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 8.500.247 PUS (Pasangan
Usia Subur) memperlihatkan proporsi peserta KB yang terbanyak adalah suntikan
(48,56%), pil (26,60%), implan (9,23%), Intra Uterine Device (IUD) (7,75%),
Kondom (6,09%), Metode Operasi Wanita (MOW) (1,52%), Metode Operasi Pria
(MOP) (0,25%). (BKKBN, 2013)
Sumatra Utara pada tahun 2012 sebanyak 2.152.585 Pasangan Usia Subur
(PUS), tercatat 153.925 IUD (7,2%), 8.212 peserta MOP (0,4%), 105.547 peserta
Implant (7,2%), 478.494 peserta suntik (22,2%), 453.837 peserta pil (21,1%),
108.262 peserta kondom (5,0%). (Statistik Rutin BKKBN, 2012).
Sumatra Utara tahun 2013 sebanyak 2.184.982 Pasangan Usia Subur (PUS),
tercatat 161.274 peserta IUD (7,38%), 111.762 peserta MOW (5,1%), 10.766 peserta
497.670 peserta suntikan (22,8%), 455.447 peserta pil (20,8%), 1.519.654 total
peserta KB aktif (69,55%). (Statistik Rutin BKKBN, 2013).
Data yang diperoleh dari Kecamatan Medan Helvetia 2013, berdasarkan data
yang diperoleh sebanyak 23.296 Pasangan Usia Subur (PUS) dan 32.828 Wanita Usia
Subur (WUS), 22.764 peserta IUD, 15.719 peserta MOW, 358 peserta MOP, 13.710
peserta implant, 57.353 peserta suntik, 46.691 peserta pil. Dan 12.227 peserta
kondom. (Kecamatan Helvetia, 2013).
Program KB gratis akan mendorong masyarakat usia subur (terutama
penduduk miskin) dengan sukarela datang ke bidan atau puskesmas atau tempat
pelayanan kesehatan lainnya. Salah satu faktor keengganan masyarakat untuk ikut
serta dalam program KB adalah karena mahalnya biaya program ini. Jadi, dengan
diadakannya pelayanan KB gratis diharapkan kedepannya dapat lebih menekan laju
pertumbuhan penduduk sehingga terwujud kehidupan masyarakat yang berkualitas,
sebagaimana sesuai dengan visi dan misi BKKBN yaitu mewujudkan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.
Berdasarkan pengamatan oleh PPKBD (Pembantu Pembina Keluarga
Berencana Desa) Kelurahan Dwikora, selama ini penduduk khususnya PUS
memberikan respon yang positif terhadap program KB. Terbukti bahwa beberapa
tahun terakhir selalu terjadi peningkatan jumlah peserta program KB, khususnya KB
gratis. Namun di samping itu juga terdapat beberapa PUS yang enggan mengikuti
program KB ini. Penulis tertarik meneliti bagaimana respon masyarakat khususnya
6
Kelurahan Dwikora. Maka penulis menyusun penelitian ini dengan judul “Respon
Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora
Kecamatan Medan Helvetia Kota Madya Medan”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimana Respon Pasangan Usia Subur
Tentang Keluarga Berencana gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pasangan usia subur
terhadap program Keluarga Berencana gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan
Helvetia.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada pengembangan ilmu
dan aspek guna laksana:
1. Bagi Pasangan Usia Subur
Meningkatkan pengetahuan akan pentingnya KB untuk mencapai kehidupan
yang sejahtera.
2. Bagi Pelayan Kesehatan
Bagi dinas dan instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam
pembuatan program untuk mencari solusi dalam upaya penekanan jumlah
3. Bagi Penulis
Untuk meningkatkan pengetahuan dan sebagai sarana penerapan ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan khususnya tentang respon pasangan usia subur
tentang KB gratis.
4. Bagi Penulis lain
Sebagai salah satu informasi bagi penulis lain yang akan melakukan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Respon
Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan, atau
tanggapan (reaction). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga dijelaskan
definisi respon adalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban. Respon atau tanggapan
adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. Jadi, proses
pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja. Peristiwa
sedemikian ini disebut tanggapan.
Salah satu faktor yang penting untuk menilai apakah program-program
pembangunan yang dilaksanakan cukup berhasil atau bahkan gagal, akan ditunjukkan
oleh bagaimana tanggapan masyarakat yang menjadi target atau sasaran dari
program-program pembangunan tersebut.
Simon dalam Wijaya membagi respon seseorang atau kelompok terhadap
program pembangunan mencakup tiga hal, yaitu:
1. Persepsi, berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap baik
buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima
dari adanya objek tersebut.
2. Sikap, berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau menolak
objek yang dipersiapkan.
3. Tindakan, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan terhadap
Dalam pembahasan, teori respon tidak terlepas dari pembahasan proses teori
komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan
terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Steven M.Caffe, respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan
informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya
perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.
2. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan kenyamanan
seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang
disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu.
3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi
tindakan atau perbuatan. (Hasanismailr, 2009)
Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku
ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespon, maka teori Skiner disebut teori “S-O-R” atau
Stimulus-Organisme-Respon. Skiner membedakan adanya dua proses:
1. Respondent Response, atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut
electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.
2. Operant Response, atau instrumental response, yaitu respon yang timbul dan
10
reinforcing stimulation atau reinforce. Misalnya, apabila seseorang selalu ikut
serta secara aktif dalam program KB, kemudian mendapatkan penghargaan
dari pemerintah, maka orang akan lebih aktif lagi dalam mengikuti program
KB tersebut. Dalam merespon stimulus, tidak terlepas dari subjek dan
objeknya. Subjek merupakan seseorang atau sekelompok orang yang
merespon, sedangkan objek merupakan stimulus atau yang akan direspon.
Dalam hal ini yang menjadi subjeknya adalah PUS, sedangkan yang menjadi
objeknya adalah program KB gratis.
2.2. Pasangan Usia Subur (PUS)
Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal
resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15 tahun sampai
dengan 44 tahun. Batasan umur yang digunakan disini adalah 15 sampai 44 tahun dan
bukan 15–49 tahun. Hal ini tidak berarti berbeda dengan perhitungan fertilitas yang
menggunakan batasan 15–49, tetapi dalam kegiatan keluarga berencana mereka yang
berada pada kelompok 45–49 bukan merupakan sasaran keluarga berencana lagi. Hal
ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa mereka yang berada pada kelompok umur
45–49 tahun, kemungkinan untuk melahirkan lagi sudah sangat kecil sekali
(Wirosuhardjo, 2004).
2.3. Program Keluarga Berencana
2.3.1. Sejarah Dan Perkembangan Program Keluarga Berencana
Gerakan KB bermula dari kepeloporan beberapa tokoh di dalam dan luar
negeri. Pada awal abad 19 di Inggris upaya KB timbul atas prakarsa sekelompok
orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu antara lain Maria Stopes
pada tahun 1880-1950 yang mengatur kehamilan kaum buruh di Inggris. Margareth
Sanger (1883-1966) merupakan pelopor KB modern di AS yang telah
mengembangkan tentang Program Birth Control, bermula pada tahun 1917
mendirikan National Birth Control (NBC). Pada tahun 1952 diresmikan berdirinya
International planned parenthood federation (IPPF) dan sejak saat itu berdirilah
perkumpulan-perkumpulan KB diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Pelopor KB di
Indonesia, yaitu Dr Sulianti Saroso pada tahun 1952 menganjurkan para ibu untuk
membatasi kelahiran, karena Angka Kelahiran Bayi sangat tinggi. Sedangkan di DKI
Jakarta mulai dirintis dibagian kebidanan dan kandungan FKUI/RSCM oleh Prof.
Sarwono Prawirohardjo. Pada tanggal 23 Desember 1957 PKBI diresmikan oleh
dr.R.Soeharto sebagai ketua.
Program KB di Indonesia mengalami perkembangan pesat, ditinjau dari sudut,
tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional dan dampaknya
terhadap pencegahan kelahiran. Tahap selanjutnya program KB menjadi gerakan KB
yang ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dilandasi
oleh Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang kependudukan dan keluarga
12
pembangunan keluarga sejahtera yang merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas
dan ketahanan masing-masing keluarga (Suratun, 2008).
2.3.2. Pengertian Keluarga Berencana
Menurut WHO (World Health Organization) keluarga berencana adalah
tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif
tertentu yaitu dengan:
a. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
b. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
c. Mengatur interval di antara kelahiran
d. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri,
dan
e. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004)
2.3.3 Tujuan Program KB
Secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka
mewujudkan visi dan misi program KB adalah membangun kembali dan melestarikan
Pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB nasional yang kuat dimasa
mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat
tercapai.
Tujuan utama program KB Nasional adalah untuk memenuhi permintaan
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,
menurunkan tingkat/angka kematian ibu bayi, dan anak serta penanggulangan
2.4. Kontrasepsi
2.4.1. Pengertian kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah atau melawan
dan “Konsepsi” yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan sel
telur matang dan sperma untuk mencegah kehamilan.
2.4.2 Jenis dan Metode kontrasepsi
Kontrasepsi yang baik harus memiliki syarat-syarat antara lain aman, dapat
diandalkan, sederhana (sebisa mungkin tidak perlu dikerjakan oleh dokter), murah,
dapat diterima oleh orang banyak, dan dapat dipakai dalam jangka panjang. Sampai
saat ini belum ada metode atau alat kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal.
Jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia antara lain:
A. Metode sederhana 1. Tanpa alat
a. Pantang berkala
b. Metode kalender
c. Metode suhu badan basal
d. Metode lendir serviks
e. Metode simpto-termal
14
2. Dengan alat
a. Mekanis (barrier)
1. Kondom pria
2. Barier intra vaginal antara lain: diafragma, kap serviks, spons, dan
kondom wanita.
b. Kimiawi
1. Spermisid antara lain: vaginal cresm, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal
suppositoria, vaginal tablet dan vaginal soluble film.
B. Metode modern
1. Kontrasepsi hormonal
a. Pil KB
b. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/IUD (Intra Uterine Devices)
c. Suntikan KB
d. Susuk KB
2. Kontrasepsi mantap
a. Medis Operatif Pria (MOP)
b. Medis Operatif Wanita (MOW)
Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi:
1. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam
2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk
dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain
selain metode yang termasuk dalam MKJP.
1. Pil KB
Pil KB biasanya megandung Estrogen dan Progesteron. Cara kerja pil KB
adalah dengan cara menggantikan produksi normal Estrogen dan Progesteron dan
menekan hormon yang dihasilkan ovarium dan relesing faktor yang dihasilkan otak
Wanita pada pemakaian di tahun pertama bila digunakan dengan tepat.
Sehingga ovulasi dapat dicegah. Efektivitas metode ini secara teoritis
mencapai 99% atau 0,1–5 kehamilan per 100.
Tetapi dalam praktek ternyata angka kegagalan pil masih cukup tinggi yaitu
mencapai 0,7-7%. Keuntungan dan kerugian pemakaian pil KB antara lain:
1. Keuntungan pil KB:
a. Efektivitasnya tinggi bila diminum secara rutin
b. Nyaman, mudah digunakan, dan tidak mengganggu senggama
c. Reversibilitas tinggi
d. Efek samping sedikit
e. Mudah didapatkan, tidak selalu perlu resep dokter karena pil KB dapat
diberikan oleh petugas non medis yang terlatih
f. Dapat menurunkan resiko penyakit-penyalit lain seperti kanker ovarium,
16
2. Kerugian pil KB:
a. Efektivitas tergantung motivasi akseptor untuk meminum secara rutin tiap
hari
b. Rasa mual, pusing, kencang pada payudara dapat terjadi
c. Efektivitas dapat berkurang bila diminum bersama obat tertentu
d. Kemungkinan untuk gagal sangat besar karena lupa
e. Tidak dapat melindungi dari resiko tertularnya Penyakit Menular Seksual
2. Kontrasepsi suntik
Kontrasepsi suntik yang biasa tersedia adalah Depo-provera yang hanya
mengandung Progestin dan diberikan tiap 3 bulan. Cara kerja kontrasepsi suntik yaitu
dengan mencegah ovulasi, mengentalkan lerndir serviks, dan menghambat
perkembangan etapi dalam praktek ternyata angka kegagalan pil masih cukup tinggi
yaitu mencapai 0,7-7%. Keuntungan dan kerugian pemakaian pil KB antara lain:
1. Keuntungan pil KB:
a. Efektivitasnya tinggi bila diminum secara rutin
b. Nyaman, mudah digunakan, dan tidak mengganggu senggama
c. Reversibilitas tinggi
d. Efek samping sedikit
e. Mudah didapatkan, tidak selalu perlu resep dokter karena pil KB dapat
diberikan oleh petugas non medis yang terlatih
f. Dapat menurunkan resiko penyakit-penyalit lain seperti kanker ovarium,
2. Kerugian pil KB:
a. Efektivitas tergantung motivasi akseptor untuk meminum secara rutin tiap
hari
b. Rasa mual, pusing, kencang pada payudara dapat terjadi
c. Efektivitas dapat berkurang bila diminum bersama obat tertentu
d. Kemungkinan untuk gagal sangat besar karena lupa
e. Tidak dapat melindungi dari resiko tertularnya Penyakit Menular Seksual
3. Susuk/implant
Kontrasepsi susuk yang sering digunakan adalah Norplant. Susuk adalah
kontrasepsi sub-dermal yang mengandung Levonorgestrel (LNG) sebagai bahan
aktifnya. Mekanisme kerja Norplant yang pasti belum dapat dipastikan tetapi
mungkin sama seperti metode lain yang hanya mengandung Progestin. Norplant
memiliki efek mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks dan menghambat
perkembangan siklis endometrium. Efektivitas Norplant sangat tinggi mencapai
0,05-1 kehamilan per 0,05-100 wanita dalam tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan
Norplant <1 kehamilan per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama pemakaian.
Angka kegagalan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan metode barier, pil KB,
dan IUD. Keuntungan dan kerugian Norplant antara lain:
1. Keuntungan Norplant:
a. Norplant merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif
18
c. Resiko untuk lupa lebih kecil dibandingkan pil KB dan suntikan karena
Norplant dipasang tiap 5 tahun
d. Mudah diangkat dan segera setelah diangkat kesuburan akseptor akan kembali
e. Pemasangan dapat dilakukan oleh petugas non medis yang terlatih
f. Dapat mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh Estrogen karena
Norplant tidak mengandung Estrogen
g. Lebih efektif secara biaya karena walaupun harganya mahal tetapi masa
pemakaiannya mencapai 5 tahun.
2. Kerugian Norplant:
a. Efektivitas dapat berkurang bila digunakan bersama obat-obatan tertentu
b. Merubah siklus haid dan meningkatkan berat badan
c. Tergantung pada petugas
d. Tidak melindungi dari resiko tertularnya PMS
4. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) atau IUD (Intra Uterine Devices)
AKDR adalah kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral atau
berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim dengan memakai alat khusus oleh
dokter atau paramedis lain yang terlatih. Mekanisme kerja AKDR belum diketahui
tetapi kemungkinan AKDR menyebabkan perubahan-perubahan seperti munculnya
sel-sel radang yang menghancurkan blastokis atau spermatozoa, meningkatkan
produksi prostaglandin sehingga implantasi terhambat, serta bertambah cepatnya
pergerakan ovum di tuba falopii. Efektivitas IUD mencapai 0,6–0,8 kehamilan per
kehamilan per 100 wanita per tahun. Keuntungan dan kerugian pemakaian AKDR
antara lain:
1. Keuntungan AKDR:
a. Efektivitas tinggi
b. Dapat memberikan perlindungan jangka panjang sampai dengan 10 tahun
c. Tidak mengganggu hubungan seksual
d. Efek samping akibat Estrogen dapat dikurangi karena AKDR hanya
mengandung Progestin
e. Tidak ada kemungkinan gagal karena kesalahan akseptor KB
f. Reversibel
g. Dapat disediakan oleh petugan non medis terlatih
h. Akseptor hanya kembali ke klinik bila muncul keluhan
2. Kerugian AKDR:
a. Perlunya pemeriksaan pelvis dan penapisan PMS sebelum pemasangan
b. Butuh pemerikasaan benang setelah periode menstruasi jika terjadi kram
bercak atau nyeri
c. Akseptor tidak dapat berhenti menggunakan kapanpun ia mau
5. Metode Operatif Pria (MOP)
MOP merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor yang aman,
sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi relatif singkat dan tidak
memerlukan anestesi umum. MOP dilakukan dengan cara memotong vas deferens
20
mengandung sperma. Efektivitas sangat tinggi mencapai 0,1–0,15 kehamilan per 100
wanita selama tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan <1 kehamilan per 100
wanita. Keuntungan dan kerugian MOP antara lain:
1. Keuntungan MOP:
a. Sangat efektif
b. Tidak mengganggu senggama
c. Tidak ada perubahan fungsi seksual
d. Baik untuk klien yang bila mengalami kehamilan akan membahayakan
jiwanya
2. Kerugian MOP:
a. Permanen dan kesuburan tidak dapat kembali normal
b. Efek tertunda sampai 3 bulan atau 20 kali ejakulasi
c. Nyeri setelah prosedur serta komplikasi lain akibat pembedahan dan anestesi
d. Hanya dapat dilakukan oleh dokter yang terlatih
e. Tidak memberi perlindungan terhadap PMS
6. Metode Operatif Wanita (MOW)
MOW adalah tindakan operasi minor untuk mengikat atau memotong kedua
tuba falopii sehingga ovum dari overium tidak akan mencapai uterus dan tidak akan
bertemu dengan spermatozoa. Efektivitas MOW sekitar 0,5 kehamilan per 100 wanita
selama tahun pertama pemakaian, sedikit lebih rendah dibandingkan MOP.
1. Keuntungan MOW:
a. Sangat efektif
b. Segera efektif
c. Permanen
d. Tidak mengganggu senggama
e. Baik untuk klien yang bila mengalami kehamilan akan membahayakan
jiwanya
f. Pembedahan sederhana dan hanya perlu anestesi lokal
g. Tidak ada efek samping jangka panjang
h. Tidak ada gangguan seksual
2. Kerugian MOW:
a. Permanen
b. Nyeri setelah prosedur serta komplikasi lain akibat pembedahan dan anestesi
c. Hanya dapat dilakukan oleh dokter yang terlatih
d. Tidak memberi perlindungan terhadap PMS
e. Meningkatkan resiko kehamilan ektopik (Sarwono, 2003).
2.5 Akseptor Keluarga Berencana
A. Akseptor KB
Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan
22
B. DDQJenis-Jenis Akseptor KB
1. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah
satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri
kesuburan.
2. Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah
menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak
diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi
baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah
berhenti/istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut–turut dan bukan
karena hamil.
3. Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan
alat/obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali
menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.
4. Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
5. Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
6. Akseptor drop out adalah akseptor yang menghentikan pemakaian
C. Akseptor KB menurut sasarannya
1. Fase menunda kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang
istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia
yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan. Kriteria
kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang
tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena
pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi.
2. Fase mengatur/menjarangkan kehamilan
Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4
tahun. Kriteria kontrasepsi yang perlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi
karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi. Kontrasepsi dapat dipakai 3-4
tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.
3. Fase mengakhiri kesuburan/tidak hamil lagi
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30
tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang
mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di
24
2.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi PUS Menjadi Akseptor KB
Faktor-faktor yang memengaruhi PUS menjadi akseptor KB adalah faktor
pendidikan, faktor pengetahuan, faktor paritas dan faktor budaya (kepercayaan).
Selain faktor-faktor di atas, ternyata pemilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan
juga tergantung dari kebutuhan masing-masing akseptor. Kebutuhan akseptor tersebut
disesuaikan dengan Masa Reproduksi Sehat. Masa Reproduksi Sehat wanita dibagi
menjadi 3 periode yaitu: kurun reproduksi muda (15-19 tahun) merupakan tahap
menunda kehamilan, kurun reproduksi sehat (20-35 tahun) merupakan tahap untuk
menjarangkan kehamilan dan kurun reproduksi tua (36-45) tahun merupakan tahap
untuk mengakhiri kehamilan. (BkkbN, 2003).
2.6.1 Faktor Budaya (Kepercayaan)
Sejumlah faktor budaya dapat memengaruhi klien dalam memilih metode
kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai
berbagai metode, kepercayaan religius, serta tingkat pendidikan dan persepsi
mengenai resiko kehamilan dan status wanita. Penyedia layanan harus menyadari
bagaimana faktor-faktor tersebut memengaruhi pemilihan metode di daerah mereka
dan harus memantau perubahan–perubahan yang mungkin mempengaruhi pemilihan
metode. Oleh karena itu, agar program KB dapat berjalan dengan lancar diperlukan
pendekatan secara menyeluruh termasuk pendekatan kepada tokoh masyarakat
ataupun tokoh agama. Peran tokoh masyarakat dan agama dalam program KB sangat
kuat yang hanya dapat diberikan oleh tokoh masyarakat ataupun tokoh agama
(BkkbN, 2010).
2.6.2 Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
Keluarga adalah suatu lembaga dasar yang cenderung untuk tetap bertahan
hidup melawan serangan-serangan yang sedang berlangsung dan masa datang.
Pembangunan keluarga sejahtera merupakan upaya untuk meningkatkan
kualitas dan ketahanan masing-masing keluarga dalam mengantisipasi setiap
pengaruh negatif yang mengancam keutuhan keluarga sebagai unit terkecil yang
paling utama dari masyarakat. Kualitas keluarga Indonesia pasca krisis ekonomi 1997
kondisinya makin memprihatinkan, baik dilihat dari besarnya jumlah keluarga miskin
(Pra-Sejahera dan Keluarga Sejahtera I alasan ekonomi), maupun melemahnya
ketahanan keluarga yang ditandai oleh tidak dapat dilaksanakannya fungsi-fungsi
keluarga secara optimal.
Program KB Gratis
Program pelayanan KB gratis merupakan salah satu komitmen BKKBN
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tujuan pemerintah
mengadakan program KB gratis adalah agar masyarakat PUS khususnya yang
tergolong masyarakat Pra-Sejahtera dapat mengikuti program KB.
Selama ini masyarakat enggan mengikuti program KB salah satu faktornya
adalah biaya yang cukup mahal . Maka dari itu, pemerintah mengadakan program KB
gratis setiap tahun sekali atau pada setiap perayaan hari-hari besar ke setiap tingkat
26
terbentuknya keluarga kecil bahagia sejahtera, yaitu dengan mengurangi angka
kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa.
Adapun sasaran dari program KB gratis adalah:
1. Keluarga Pra-Sejahtera, yaitu keluarga yang belum memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, sandang, pangan,
kesehatan, dan KB.
2. Keluarga Sejahtera I, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi
dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
3. Keluarga Sejahtera II, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
fisik dan psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangannya seperti kebutuhan untuk menabung dan informasi.
4. Keluarga Sejahtera III, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
fisik, sosial psikologis dan pengembangannya, namun belum dapat
memberikan sumbangannya secara teratur kepada masyarakat sekitarnya,
misalnya dalam bentuk sumbangan materil dan keuangan, serta secara aktif
menjadi pengurus lembaga sosial kemasyarakatan yang ada di lingkungannya.
(Hartanto, 2004; 21)
Program pelayanan KB gratis yang diberikan pemerintah ini dilaksanakan
pada perayaan hari-hari besar, antara lain :
Program Pelayanan KB gratis pada peringatan Hari Bulan Bakti IBI ini
diberikan mulai bulan Januari sampai bulan Mei. Adapun sasaran utama dari
pelayanan KB gratis ini adalah keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera
I, dan tidak tertutup untuk umum (Keluarga Sejahtera II dan Keluarga
Sejahtera III).
2. Hari Bulan Bakti TNI Manunggal
Program Pelayanan KB gratis pada peringatan hari bulan bakti TNI
Manunggal ini diberikan mulai bulan Juni sampai bulan Oktober. Adapun
sasaran utama dari pelayanan KB gratis ini adalah keluarga Pra-Sejahtera dan
Keluarga Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum (Keluarga Sejahtera II
dan Keluarga Sejahtera III).
3. Hari Bulan Bakti PKK
Program Pelayanan KB gratis pada peringatan Hari Bulan Bakti PKK ini
diberikan mulai bulan Oktober sampai bulan Desember. Adapun sasaran
utama dari pelayanan KB gratis ini adalah keluarga Pra-Sejahtera dan
Keluarga Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum (Keluarga Sejahtera II
dan Keluarga Sejahtera III).
Dari ketiga Pelayanan KB gratis ini dapat disimpulkan bahwa sasaran utama
dari pelayanan KB gratis ini adalah PUS yang tergolong dalam keluarga
Pra-Sejahtera dan Keluarga Pra-Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum, yaitu Keluarga
28
Alat kontrasepi yang disediakan antara lain pemberian berupa mini pil,
suntikan, spiral, implant, Intra Uterine Devices (IUD) dan kondom. Semua diberikan
secara gratis oleh pemerintah. Peserta KB hanya tinggal memilih jenis alat
kontrasepsi apa yang diinginkan. Pelayanan KB gratis bisa didapat di puskesmas,
posyandu, kantor kelurahan, atau bahkan bidan desa setempat.
2.7. Penyuluhan dalam Program KB
Kenyataan yang dengan mudah terlihat sehari-hari bahwa pertumbuhan
penduduk di negara-negara yang sedang berkembang merupakan masalah yang di
sadari harus dapat dipecahkan secara cepat, tetapi rasional. Pertambahan penduduk
yang tidak terkendali memang sangat merupakan penghalang besar ke arah kemajuan
dalam mengejar ketinggalan dalam kesejahteraan sosial, baik pada tingkat perorangan
maupun pada tingkat nasional. Memang benar bahwa pertambahan penduduk secara
tidak terkendali mudah terjadi, baik karena tingkat kelahiran yang tinggi maupun
karena tingkat kematian yang rendah, disamping angka harapan hidup yang lebih
lama.
Tingkat kematian yang rendah dan harapan hidup yang lama memang
merupakan hal-hal yang diinginkan terjadi, maka sasaran dalam hal pengendalian
pertambahan penduduk terutama ditujukan pada pembatasan jumlah anak dengan
segala teknik dan metodenya. Dalam menyusun program pembangunan untuk sektor
ini, nampaknya semakin disadari baik oleh para perencana dan penyusun program
maupun oleh para pelaksananya di lapangan, bahwa mengendalikan penduduk
akan tetapi harus dikaitkan dengan faktor-faktor psikologis yang bersumber dari
nilai-nilai sosial budaya yang dianut oleh masyarakat tertentu.
Berdasarkan keadaan tersebut di atas, maka sangat diperlukan adanya upaya
menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya menurunkan
tingkat kelahiran, pembatasan jumlah anak, penjarangan kelahiran, dan lain
sebagainya. Dalam hal ini sangat perlu dilakukan penyuluhan program KB, dimana
dalam pelaksanaan penyuluhan tersebut segala potensi-potensi yang ada dalam
masyarakat wajib dilibatkan, baik itu instansi-instansi pemerintah, swasta,
perkumpulan-perkumpulan maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan.
2.8. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
KIE merupakan salah satu tahapan yang tidak boleh ditinggalkan dalam
memberikan pelayanan KB. KIE merupakan kunci dalam pelayanan KB.
Tujuan KIE adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB
sehingga tercapai penambahan peserta baru, membina kelestarian peserta KB, dan
meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin
berlangsungnya proses penerimaan.
Bila sebelum krisis jumlah keluarga miskin di Indonesia hanya sekitar 11,5
juta keluarga, di tahun 2006 telah bertambah menjadi 24 juta keluarga. Selanjutnya
berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2007 yang dilakukan oleh BKKBN
menunjukkan bahwa 46,7% dari 57,7 juta keluarga di Indonesia berada dalam kondisi
30
Pusat Statistik (BPS) di tahun 2008 lalu mencatat bahwa tidak kurang dari 35 juta
penduduk indonesia di garis kemiskinan. (Mardiya, 2009)
Dalam hal di atas berarti tugas berat terkait upaya pemberdayaan keluarga
harus segera dituntaskan agar tidak menjadi beban pembangunan, mengingat dimensi
kualitas selalu menjadi persoalan yang menggelayuti bangsa kita. Selain itu, di era
globalisasi ini, keluarga-keluarga Indonesia mengalami tantangan yang sangat berat.
Derasnya arus informasi dan budaya buruk dari luar seiring dengan berkembangnya
teknologi informasi dan komunikasi, telah menyebabkan ketahanan keluarga mulai
goyah. Bila kita mau merefleksi diri, dahulu keluarga merupakan lembaga yang
ampuh sebagai wahana pembentukan dan pengembangan karakter, kepribadian, etika,
moral dan sopan santun.
Keluarga juga menjadi institusi pendidikan yang handal bagi setiap
anggotanya dalam penanaman nilai-nilai sosial dan religi. Namun semenjak informasi
dan budaya luar yang negatif mudah sekali diadopsi oleh para remaja yang notabene
adalah anggota keluarga, maka keluarga tidak dapat lagi menjaga eksistensinya
sebagai keluarga berketahanan yang mampu membendung pengaruh negatif dari luar.
Buktinya sekarang ini banyak sekali peristiwa kenakalan remaja yang kelewat
batas, tidak sekedar berperilaku buruk seperti merokok dan konsumsi minuman keras,
tetapi sudah merambah pada perilaku premanisme, suka menipu, mencuri, merampok
dan membunuh untuk memenuhi kepuasan sesaat.
Belakangan, kasus penyalahgunaan narkoba dan perilaku seks bebas oleh
ditambah dengan kasus-kasus ketidakharmonisan keluarga saat ini, seperti tingginya
angka perselingkuhan, perceraian, kekerasan terhadap anak dan perempuan, dan lain
sebagainya. Atas dasar hal tersebut di atas, sangat tepat mana kala visi dan misi baru
program KB dimunculkan. Dengan membangun keluarga kecil bahagia dan sejahtera,
diharapkan fungsi keluarga sebagai wahana pembentukan insan berkualitas yang
mampu mendukung pembangunan berkelanjutan dapat segera terwujud.
Kedelapan fungsi keluarga yang dimaksud adalah:
1. Fungsi keagamaan
2. Fungsi sosial budaya
3. Fungsi cinta kasih
4. Fungsi melindungi
5. Fungsi reproduksi
6. Fungsi sosialisasai dan pendidikan
7. Fungsi ekonomi, dan
8. Fungsi pembinaan lingkungan
Dalam operasionalisasinya di lapangan, pemerintah bersama segenap
komponen masyarakat telah melakukan banyak hal dalam upaya mewujudkan
keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Program dan kegiatannya tidak hanya
menyangkut pelayanan kontrasepsi yang notabene sasarannya PUS saja, tetapi
menyangkut semua aspek kehidupan berkeluarga dengan sasaran seluruh anggota
keluarga dari bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia. Bahkan bayi
32
Secara implisit, luas garapan KB yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama
masyarakat sekarang ini dapat terbaca dari pengertian KB menurut Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera yang keberadaannya telah disahkan oleh Presiden RI pada tanggal
16 April 1992 dan diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 35 Tahun 1992,
TLN 3475. Dalam undang-undang tersebut KB diterjemahkan sebagai upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
(mardiya, 2009)
Dalam pelaksanaannya, upaya yang dilakukan pemerintah tersebut masih
banyak mengalami kendala-kendala. Misalnya, masih ada PUS yang tidak mau
mengikuti program KB, alasannya antara lain karena apabila mengikuti program KB
berarti harus membayar. Maka dari itu pemerintah saat ini membuat program KB
gratis bagi PUS yang tergolong ke dalam Keluarga Pra-Sejahtera ataupun Keluarga
Sejahtera I. Namun KB gratis ini juga tidak tertutup untuk umum, yaitu Keluarga
Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III.
2.8. Kerangka Konsep
PROGRAM KB GRATIS
Respon PUS
1. Positif 2. Negative
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif, yang bertujuan mengetahui respon pasangan usia subur tetang KB gratis di
Kelurahan Dwikora Tahun 2015
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Dwikora, Kecamatan Helvetia Medan.
Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena Kelurahan Dwikora merupakan salah
satu kelurahan yang mendapatkan program pelayanan KB gratis dari pemerintah.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juli 2015.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi adalah objek maupun subjek yang berada pada suatu wilayah dan
Memenuhi syarat-syarat tertentu dengan masalah penelitian.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah 544 PUS di
34
3.3.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak sederhana, artinya
setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Jika
jumlah sampel lebih dari 100, maka diambil sampelnya antara 10% -15% atau
20%-25% dari jumlah populasi. Karena jumlah populasi di Kelurahan Dwikora sangat
besar serta kemampuan peneliti yang terbatas, maka peneliti menetapkan besarnya
sampel dalam penelitian ini adalah 10% dari jumlah populasi, yaitu 10%x544 = 54,4
dibulatkan menjadi 54 PUS.
3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner.
Pengumpulan data dengan membagikan kuesioner kepada Pasangan Usia Subur
kemudian diberikan penjelasan kepada Pasangan Usia Subur bagaimana cara
pengisian kuesionernya.
3.4.2. Data Sekunder
Data ini mencakup data umum Pasangan Usia Subur yang diperoleh dari
bagian Puskesmas Kecamatan Helvetia dan Posyandu dan Klinik.
3.5. Defenisi Operasional
Definisi konsep berisi uraian singkat dari variabel yang akan diteliti.
(digilib.petra.ac.id). Untuk memfokuskan penelitian ini penulis memberikan batasan
1. Respon adalah persepsi, sikap, ataupun tindakan terhadap suatu objek yang
dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, pengaruh atau penolakan,
suka atau tidak suka serta pemanfaatan terhadap objek tersebut.
2. PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-49 tahun. Ini
dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai.
3. KB Gratis adalah salah satu program BKKBN dalam memberikan pelayanan
KB dan kesehatan gratis yang tidak dipungut biaya kepada PUS sebagai upaya
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
3.6. Aspek Pengukuran
1. Aspek pengukuran persepsi
Untuk mengukur persepsi PUS tentang KB gratis Peneliti memberi 8 pertanyaan
kepada responden dengan alternatif jawaban Setuju skor 1, Tidak Setuju skor 0.
Maka skor tertinggi 8 dan skor terendah 0. Kategori persepsi dihitung dengan
rumus (Sudjana, 2011).
Panjang kelas = Rentang Kelas
Banyak Kelas
= 8-0
2
= 4
Jadi, persepsi PUS tentang KB gratis dikategorikan :
1. Positif : Jika > 50% dengan menjawab soal > 4
36
2. Aspek pengukuran sikap
Untuk mengukur sikap PUS tentang KB gratis Peneliti memberi 8 pertanyaan
kepada responden dengan alternatif jawaban Setuju skor 1, Tidak Setuju skor 0.
Maka skor tertinggi 8 dan skor terendah 0. Kategori sikap dihitung dengan rumus
(Sudjana, 2011).
Panjang kelas = Rentang Kelas
Banyak Kelas
= 8-0
2
= 4
Jadi, sikap PUS tentang KB gratis dikategorikan :
1. Positif : Jika > 50% dengan menjawab soal > 4
2. Negatif : Jika < 50% dengan menjawab < 4
3. Aspek pengukuran partisipasi
Untuk mengukur partisipasi PUS tentang KB gratis Peneliti memberi 8
pertanyaan kepada responden dengan alternatif jawaban Setuju skor 1, Tidak
Setuju skor 0. Maka skor tertinggi 8 dan skor terendah 0. Kategori partisipasi
dihitung dengan rumus (Sudjana, 2011).
Panjang kelas = Rentang Kelas
Banyak Kelas
= 8-0
2
Jadi, partisipasi PUS tentang KB gratis dikategorikan :
1. Positif : Jika > 50% dengan menjawab soal > 4
2. Negatif : Jika < 50% dengan menjawab < 4
3.7. Pengolahan Data
Dalam pengolahan data dilakukan beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :
• Editing
Memastikan data yang diperoleh adalah data lengkap sehingga dapat diolah
dengan memeriksa kelengkapan dan ketepatan pengisian kuesioner/angket.
• Coding
Yaitu Proses ppemberian kode pada jawaban kuesioner untuk memudahkan data
ketika dimasukkan kedalam computer. Coding merupakan kegiatan merubah data
berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka.
• Tabulating
Proses menghitung data dari kuesioner responden yang sudah diberi kode,
kemudian dimasukkan ke dalam tabel.
3.8. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif dengan melihat persentase data
yang telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, kemudian
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Dwikora ini adalah salah satu daerah yang mendapatkan fasilitas
KB untuk para Pasangan Usia Subur tanpa dipungut biaya apapun dengan cara
mengadakan “Pemasangan KB Gratis”.
Pemasangan KB Gratis ini dilakukan setiap sebulan sekali ditiap kelurahan,
kader melakukan home visite dan memberikan penyuluhan pada setiap PUS yang
belum menjadi akseptor untuk datang ke fasilitas pelayanan KB.
4.2 Hasil Penelitian
Karakteristik Frekuensi Umur, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan
Hasil penelitian mengenai Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga
Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan
Tahun 2015 diperoleh 54 responden, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
4.2.1 Karakteristik Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia
Kota Medan Tahun 2015
No Karakteristik (F) (%) 1 Umur 15-20 Tahun 20-30 Tahun >30 Tahun 16 31 7 29.6 57.4 13.0 Jumlah 54 100.0 2 PendidikanTerakhir SD SMP SMA Lainnnya 6 21 22 5 11.1 38.9 40.7 9.3 Jumlah 54 100.0 3 Pekerjaan Wiraswasta Karyawan IRT 17 13 24 31.5 24.1 44.4 Jumlah 54 100.0
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui dari 54 responden bahwa
mayoritas Pasangan Usia Subur yang berumur 20-30 tahun yaitu 31 responden,
pendidikan terakhir PUS mayoritas SMA yaitu 22 responden dan pekerjaan yaitu IRT
40
4.2.2 Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015
Tabel 4.2.
Distributor Frekuensi Persepsi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia
Kota Medan Tahun 2015
No. Kategori (F) (%)
1. Positif 8 14.8
2. Negatif 46 86.2
Total 54 100.0
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dari 54 responden yang diteliti persepsi
Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora
mayoritas negatif sebanyak 46 responden.
Tabel 4.3.
Distributor Frekuensi Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan
Tahun 2015
No. Kategori (F) (%)
1. Positif 7 13.0
2. Negatif 47 87.0
Total 54 100.0
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dari 54 responden yang diteliti sikap Pasangan
Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas
Tabel 4.4.
Distributor Frekuensi Partisipasi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan
Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015
No. Kategori (F) (%)
1. Positif 4 7.4
2. Negatif 50 92.6
Total 54 100.0
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dari 54 responden yang diteliti partisipasi
Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora
mayoritas negatif sebanyak 50 responden.
4.3 Pembahasan
Dari hasil penelitian mengenai Respon Pasangan Usia Subur Tentang
Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota
Medan Tahun 2015 maka pembahasannya adalah sebagai berikut:
4.3.1 Persepsi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015
Hasil dari penelitian terhadap 54 responden yang diteliti persepsi Pasangan Usia
Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif
sebanyak 46 responden.
Responden kurang memahami bahwa mendapatkan pelayanan KB yang mudah
dan untuk membantu masyarakat menurunkan laju pertumbuhan penduduk yang menjadi
masalah besar di Indonesia. Hal ini diketahui dari jawaban kuesioner responden,
42
4.3.2 Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 54 responden diketahui bahwa
sikap PUS tentang KB gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota
Medan Tahun 2015 mayoritas negatif sebanyak 47 responden. Hal ini dapat diketahui
dari hasil jawaban PUS yang tidak setuju bahwa sikap dokter dan pelayan KB gratis
di pelayanan KB terhadap pasien KB gratis tidak ramah, pelayanan nya tidak sigap,
ketidak pedulian pelayan program KB terhadap pasien KB gratis, petugas KB kurang
mampu memberi penjelasan tentang KB, dan kebanyakan PUS KB gratis tidak cukup
puas dengan pelayanan yang diberikan di pelayanan KB gratis.
KIE merupakan salah satu tahapan yang tidak boleh ditinggalkan dalam
memberikan pelayanan KB. KIE merupakan kunci dalam pelayanan KB.
Tujuan KIE adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga
tercapai penambahan peserta baru, membina kelestarian peserta KB, dan meletakkan
dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses
penerimaan.
Negatifnya sikap PUS terhadap pelayanan KB gratis ini kebanyakan
dikarenakan pelayanan yang diberikan petugas KB tidak sesuai dengan harapan, tidak
ramah, tidak peduli dan kurang memberi penjelasan tentang KB gratis.
4.3.3 Partisipasi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 54 responden diketahui bahwa
Kota Medan Tahun 2015 mayoritas negatif sebanyak 46 responden. Hal ini dapat
diketahui dari kuesioner yang di jawab oleh responden, yang dimana suami mengetahui
informasi tentang pelayanan KB gratis hal mengagetkan ternyata suami tidak
mengetahui sama sekali dan tidak pernah mengingatkan istri untuk kunjungan ulang ke
pelayanan KB gratis.
Berdsarkan keadaan tersebut diatas, maka sangat diperlukan adanya upaya
menumbuhkan kesadaran mayarakat untuk berpartisipasi dalam upaya menurunkan
tingkat kelahiran, pembatasan jumlah anak, penjarangan kelahiran, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini sangat perlu dilakukan penyuluhan program KB gratis, dimana dalam
pelaksanaan penyuluhan tersebut segala potensi-potensi yang ada dalam masyarakat
wajib dilibatkan, baik itu instansi-instansi pemerintah, swasta,
perkumpulan-perkumpulan maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan
Menurut asumsi penulis bahwa partisipasi PUS tentang keluarga berencana
gratis masih kurang, dapat dilihat dari hasil kunjungan masyarakat masih sedikit pada
kegiatan KB gratis dan dilihat dari sikap masyarakat yang masih negatif, dikarenakan
PUS tidak tahu tentang informasi pelayanan KB dan suami juga tidak ikut berpartisipasi
terhadap KB dimana suami tidak pernah mengingatkan istri untuk melakukan kunjungan
ulang ke pelayayan KB. Oleh karna itu hendaklah suami ikut berpartisipasi dalam
perencanaan KB sehingga nantinya terbentuk keluarga kecil bahagia sejahtera, yaitu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang Respon Pasangan Usia
Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan
Helvetia Kota Medan Tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Persepsi PUS Tentang KB Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif
sebanyak 46 responden.
2. Sikap PUS Tentang KB Gratis mayoritas negatif sebanyak 47 responden.
3. Partisipasi PUS Tentang KB Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif
sebanyak 50 responden.
5.2. Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang Respon Pasangan
Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan
Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 maka peneliti menyarankan:
1. PUS (Responden)
a. Menyarankan PUS terutama kepada istri agar lebih meningkatkan
kesadaran diri akan pentingnya ber KB dan meningkatkan
pengetahuannya dengan cara mengikuti penyuluhan yang dilakukan
petugas KB.
b. Bagi suami disarankan umtuk ikut berpartisipasi dalam melancarkan
2. Petugas KB Gratis
a. Agar meningkatkan pertemuan dengan mensosialisasikan tentang KB kepada
PUS.
b. Melakukan KIE dalam melaksanakan pelayanan KB dan bersikap ramah agar
penjelasan dari petugas KB diterima baik oleh PUS.
c. Melakukan kerja sama dengan organisasi-organisasi masyarakat sekitar untuk
melakukan sosialisasi KB dan upaya pembentukan keluarga sejahtera dan
berkualitas sehingga program KB yang dilakukan pemerintah dapat berjalan
DAFTAR PUSTAKA
Adrina, dkk. 1998. Hak-Hak Reproduksi Perempuan yang Terpasung. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
BKKBN, 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan KB di Indonesia. (Medan tanggal 12 Maret 2015)
BKKBN, 2005. Badan Kebijaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional. (Diakses tanggal 12 Maret 2015)
BKKBN, 2007. Kamus Istilah Program Keluarga Berencana Nasional. ( Diakses tanggal 12 Maret 2015)
BKKBN, 2009. Petunjuk Teknis Pendataan Keluarga Berencana di Desa dari Kelurahan. ( Diakses tanggal 12 Maret 2015)
BKKBN. 2010. Badan Pelazanan Kontrasepsi & Pengendalian Lapangan Program KB Nasional. ( Diakses tanggal 12 Maret 2015)
BKKBN, 2013. Pembangunan Kependudukan dan Angka pertambahan Penduduk, Nasional.
Cunningham, F., Garry. 2005. Obstetri William. Jakarta : EGC
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan kontrasepsi, cetakan V. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Manuaba, IAC. Manuaba, IBGF. Manuaba IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Maryani, H., 2013, Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana Bagi Wanita. www.tempo.co.id (dikutip 28 desember 2014).
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Jakarta : Rineka Cipta
Saifuddin, A.B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Stright, Batubara. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. EGC. Jakarta
Sudjana, 2011. Metode Penelitian, Tarsito, Bandung.
Sulistyawati, Ari. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakata: Salemba Medika.
Winkjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wirosuhardjo, K. 2004. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Universitas Indonesia.
http://www.bkkbn.go.id (diakses pada Senin, 02 Februari 2015)
http://www.koransuroboyo.com/index.php (diakses pada Senin, 02 februari 2015)
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/ (diakses pada Senin, 02 Februari 2015)
http://www.datastatistik-indonesia.com/com (diakses pada Selasa, 03 Februari 2015)
http://www.digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/sip4 (diakses pada Jum’at, 06 Februari 2015)
http://www.khoirulilmawan.com/10/2010 (diakses pada Senin, 02 maret 2015)
http://www.tentangkb.wordpress.com/2010/04 (diakses pada Selasa, 03 Maret 2015)
http://www.tizarrahmawan.wordpress.com/2009/11 (diakses pada Selasa, 03 Maret 2015)
http://www.nasional.kompas.com/read/2010/06/23 (diakses pada Rabu, 04 Maret 2015)
http://mardiya.wordpress.com/2009/08/07/membangkitkan-kembali-pembangunan-kependudukan-dan-kb (diakses pada Selasa, 03 Maret 2015)