• Tidak ada hasil yang ditemukan

DT-51 Application Note

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DT-51 Application Note"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

DT-51

Application Note

AN61 – Wireless IR Communication

Oleh: Tim IE & Stefanus Nico

(Universitas Kristen Petra)

M

elanjutkan AN mengenai wireless communication, AN kali ini membahas komunikasi nirkabel menggunakan

InfraRed secara uni-directional. Penggunaan infra red memang relatif murah, namun jarak transmisinya tidak jauh bahkan dalam beberapa kondisi, komunikasi infra red hanya dapat terjadi dalam jarak beberapa sentimeter saja. Komponen dan modul yang digunakan:

- 2 set DT-51™ MinSys ver 3.0 - 9 buah LED

- 8 buah resistor 220 ohm - 2 buah Infra Red transmitter - 1 buah transistor 2N3906 - 1 buah resistor 47 ohm

- 1 buah resistor 4K7 ohm - 1 buah HIR-138LN - 1 buah HT12D - 1 buah resistor 100 ohm - 1 buah resistor 10K ohm - 1 buah kapasitor 4,7 µF/16V

H

IR-138LN

Pada aplikasi ini, HIR-138LN digunakan sebagai penerima sinyal InfraRed. HIR-138LN ini memiliki beberapa ciri khas yang berbeda dengan perangkat penerima IR yang lain yaitu:

™ HIR-138LN menerima gelombang sinyal Infra Red yang sudah diberi frekuensi carrier sebesar 38KHz.

™ HIR-138LN ini bersifat active low sehingga HIR-138LN akan mengeluarkan logika ‘0’ apabila menerima frekuensi carrier dan akan mengeluarkan logika ‘1’ apabila sebaliknya.

™ Sinyal yang akan diterima oleh HIR-138LN harus memiliki Gap Time, besar Gap Time ini bergantung dari besar data yang dikirim (makin besar data maka makin besar pula GapTime-nya).

™ Frekuensi Carrier yang dapat diterima oleh HIR-138LN beragam dari 30KHz hingga 50KHz namun frekuensi

carrier yang dapat diterima secara maksimal oleh HIR-138LN adalah 38KHz.

M

ETODE PENGKODEAN 212

Metode encoding dan decoding HT12D dan HT12E digunakan dalam aplikasi ini untuk mengirimkan data. Bentuk gelombangnya membedakan antara bit data ‘1’ dengan bit data ‘0’ sebagai berikut:

Gambar 1

Sinyal HT12 tanpa Frekuensi Carrier

Bit data ‘1’ memiliki lebar logika low sebesar 2T dan logika high sebesar T dimana T adalah sebesar 300µs sedangkan bit ‘0’ adalah sebaliknya.

(2)

Setelah diberi frekuensi carrier sebesar 38kHz, bentuk gelombang menjadi seperti berikut:

Gambar 2

Sinyal HT12 dengan Frekuensi Carrier

Karena HIR-138LN bersifat active low, maka sistem komunikasi data adalah kebalikan dari metode HT12 sehingga menjadi seperti berikut:

Gambar 3

Sinyal keluaran MinSys Transmiter dengan Frekuensi Carrier

H

T12D

HT12D merupakan dekoder 212. Biasanya HT12D ini digunakan secara berpasangan dengan modul HT12E yang berfungsi sebagai encoder-nya namun dalam aplikasi kali ini HT12E digantikan dengan MinSys DT-51. HT12D ini memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

• Memiliki 1 bit Start, 8 bit Address, dan 4 bit Data.

• Sinyal yang diterima tidak boleh memiliki Frekuensi Carrier.

• Memiliki tegangan operasional dari 2,4V s/d 12V.

• Proses decoding menggunakan metode 212 (seperti yang sudah dijelaskan di atas).

(3)

Gambar 4 Flowchart HT12D

S

esungguhnya terdapat dua aplikasi yang tercantum dalam AN kali ini. Aplikasi pertama adalah komunikasi komputer ke komputer melalui MinSys dan komunikasi infra red. Aplikasi kedua adalah komunikasi MinSys ke HT12D melalui MinSys dan komunikasi infra red.

Gambar 5

Blok Diagram Aplikasi Pertama

Komputer 1

DT-51™ MinSys

Infra Red Transmitter

HIR 138-LN

DT-51™ MinSys

Komputer 2

(4)

Gambar 6

Blok Diagram Aplikasi Kedua

A

dapun rangkaian tambahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

Gambar 7 Rangkaian Transmitter

DT-51™ MinSys

Infra Red Transmitter

HIR 138-LN

DT-51™ MinSys

HT12D

(5)

Gambar 8 Rangkaian Receiver Gambar 9 Rangkaian HT12D A0 1 A1 2 A2 3 A3 4 A4 5 A5 6 A6 7 A7 8 GND 9 D8D9 1011 D10 12 D11Din 13 14 OSC2 15 OSC1VT 16 17 VCC 18 HT12D 51K VCC5 2K7 1K8 RELAY -SPDT VCC5 2K7 1K8 RELAY -SPDT VCCR 100 nF VCC5 2N3904 2N3904 DataIn

(6)

H

ubungan antara modul adalah sebagai berikut:

DT-51™ MinSys Rangkaian IR Transmitter

Port 1.7 Resistor 4K7 ohm

Tabel 1

Hubungan antara DT-51™ MinSys (Transmitter) dan Rangkaian IR Transmitter (Gambar 7) DT-51™ MinSys Rangkaian LED

PortB Resistor 0 – 7

Tabel 2

Hubungan antara DT-51™ MinSys (Receiver) dan Rangkaian LED (Gambar 8) DT-51™ MinSys Rangkaian HIR-138LN

Port 1.7 Vout (Pin 1)

Tabel 3

Hubungan antara DT-51™ MinSys (Receiver) dan Rangkaian HIR-138LN (Gambar 8) DT-51™ MinSys Rangkaian HT12D

Port 1.6 Pin Input HT12D (DataIn)

Tabel 4

Hubungan antara DT-51™ MinSys (Receiver) dan Rangkaian HT12D (Gambar 9)

VCC dan GND untuk rangkaian tambahan didapat dari Pin 1 (VCC) dan 2 (GND) Port Control DT-51™ MinSys. Setelah semua rangkaian terhubung dengan tepat, kemudian:

1. Untuk komunikasi antar komputer via IR maka:

Download-lah COM.HEX ke MinSys Transmitter

Download-lah RECOM.HEX ke MinSys Receiver

2. Untuk MinSys dengan HT12D via IR maka:

Download-lah HtNew.HEX ke MinSys Transmitter

(7)

F

lowchart dari program COM.ASM adalah sebagai berikut:

Gambar 10

Flowchart COM.ASM Bagian Pertama

START

RI=1?

ADDR=3 DAT=SBUF

GESER ADDR KE KANAN MELALUI CARRY FLAG

CARRY=1?

KIRIMKAN

DATA BIT ‘1’ DATA BIT ‘0’ KIRIMKAN

SEMUA BIT ADDR SUDAH DIKIRIMKAN? N Y Y N Y N A B

(8)

Gambar11

Flowchart COM.ASM Bagian Kedua

Penjelasan COM.ASM:

- RI = 1 apabila menerima data serial dari komputer.

- Data yang diterima dari komputer akan dimasukkan ke dalam register ‘SBUF’.

- Variabel ADDR dapat dikatakan sebagai byte alamat sehingga transmitter dan receiver hanya dapat berkomunikasi apabila nilai ADDR-nya sama.

- Pengiriman sinyal dilakukan sesuai dengan metode 212 dan telah diberi frekuensi carrier. GESER DAT KE KANAN MELALUI CARRY FLAG CARRY=1? KIRIMKAN DATA BIT ‘1’ KIRIMKAN DATA BIT ‘0’ SEMUA BIT DAT SUDAH DIKIRIMKAN? N Y Y N A B

(9)

F

lowchart program RECOM.ASM adalah sebagai berikut:

Gambar 12

Flowchart RECOM.ASM Bagian Pertama

START TI=0 R5=0 R1=0 DAT=0 MATIKAN KEMUDIAN NYALAKAN TIMER ADA NEGATIF TRIGGER? R0=0 ADDR=3 PORTA=R0 SBUF=R0 TIMER >1200 µs? TI=1? MATIKAN TIMER Y N Y N N Y E A B

(10)

Gambar 13

Flowchart RECOM.ASM Bagian Kedua

NYALAKAN TIMER ADA POSITIF TRIGGER? MATIKAN TIMER 200 µs< TIMER <400 µs? CARRY FLAG=1 CARRY FLAG=0 GESER R5 KE KANAN MELALUI CARRY FLAG DAT=1? INC R1

Y

N

Y

N N Y N Y 500 µs< TIMER <700 µs? A B C D

(11)

Gambar 14

Flowchart RECOM.ASM Bagian Ketiga

Penjelasan RECOM.ASM:

- ADDR = Variabel alamat (nilainya harus sama dengan nilai ADDR pada transmitter). - R0 = Register LED Display.

- TI =1 jika MinSys sudah mengirimkan data. - R5 = Register untuk menyimpan data dan alamat.

- R1 = Register untuk menunjukan berapa jumlah bit yang dimasukkan ke dalam register R5. - Dat = Variabel yang menunjukkan apakah sinyal yang diterima merupakan alamat atau data.

R1=8? R5=ADDR? DAT=1 R1=0 R5=0 Y N

Y

N C B B E R0=R5 R1=8? N Y D B E

(12)

F

lowchart program HtNEW.ASM adalah sebagai berikut:

Gambar 15

Flowchart HtNEW.ASM Bagian Pertama

START

KIRIM DATA BIT ‘1’/’0’ SEBAGAI START BIT

GESER ADDR KE KANAN MELALUI CARRY FLAG

CARRY=1? KIRIMKAN DATA BIT ‘1’ KIRIMKAN DATA BIT ‘0’ P1.0=0? P1.1=0? DAT=0011B ADDR=11111110B DAT=1011B DAT=0111B N Y N Y Y N N Y SEMUA BIT ADDR SUDAH DIKIRIMKAN? B A

(13)

Gambar 16

Flowchart HtNEW.ASM Bagian Kedua

Penjelasan HtNEW.ASM:

- Dalam program HtNEW.ASM ini, MinSys tidak menunggu masukan data dari komputer.

- Sinyal IR akan dikirimkan secara kontinyu dengan diberi delay sebesar 17 ms agar Receiver memiliki kesempatan untuk mengolah data.

- Data yang dikirimkan ditentukan oleh kondisi P1.0 dan P1.1.

- Setiap pengiriman sinyal harus diawali dengan pengiriman data bit ‘1’/’0’ terlebih dahulu sebagai start bit. - Alamat yang dikirimkan berjumlah 8 bit sedangkan data yang dikirimkan berjumlah 4 bit.

- Pengiriman sinyal terbagi menjadi dua yaitu sbb:

o P1.7 => Sinyal yang sudah diinvert dan diberi frekuensi Carrier (terhubung pada LED IR).

o P1.6 => Sinyal yang asli (dapat dihubungkan pada modul HT12D). B A GESER DAT KE KANAN MELALUI CARRY FLAG CARRY=1? KIRIMKAN DATA BIT ‘1’ KIRIMKAN DATA BIT ‘0’ 4 BIT DATA SUDAH DIKIRIMKAN? DELAY 17 ms N Y N Y

(14)

F

lowchart program Serite.ASM adalah sebagai berikut:

Gambar 17

Flowchart Serite.ASM Bagian Pertama

START R5=0 R1=0 DAT=0 MATIKAN KEMUDIAN NYALAKAN TIMER ADA NEGATIF TRIGGER? R0=0 ADDR=11111110B TIMER >1200 µs? MATIKAN TIMER Y N N Y PORTA=R0 B E A

(15)

Gambar 18

Flowchart Serite.ASM Bagian Kedua

A NYALAKAN TIMER ADA POSITIF TRIGGER? MATIKAN TIMER 200 µs< TIMER <400 µs? CARRY FLAG=1 CARRY FLAG=0 GESER R5 KE KANAN MELALUI CARRY FLAG DAT=1? INC R1 Y N Y N N

Y

N Y 500 µs< TIMER <700 µs? B C D

(16)

Gambar 19

Flowchart Serite.ASM Bagian Ketiga

R0=R5 R1=4? N Y ADDR=11111110B GESER ADDR KE KANAN MELALUI CARRY FLAG CARRY=1? Y N N Y SEMUA BIT ADDR SUDAH DIKIRIMKAN? KIRIMKAN DATA BIT ‘0’ TANPA FREK.CARRIER MENUJU HT12 KIRIMKAN DATA BIT ‘1’ TANPA FREK.CARRIER MENUJU HT12 F B D R1=8? R5=ADDR? DAT=1 R1=0 R5=0 Y N Y N B B E C

(17)

Gambar 20

Flowchart Serite.ASM Bagian Keempat

Penjelasan Serite.ASM:

- Dalam program ini, modul HT12D tersambung pada Port 1.6 pada MinSys.

- HT12D yang digunakan disini hanya dapat menerima sinyal tanpa frekuensi carrier.

- ADDR dari HT12D dapat diubah sesuai keinginan dengan cara mengubah kondisi pin Address-nya (pada AN ini diberi nilai 11111110B).

- Penggeseran DAT sebanyak 4 kali dilakukan agar data yang diterima tepat berada pada bit 3 s/d bit 0 karena awalnya berada pada bit 7 s/d bit 4.

P

rogram yang akan diproses dalam komunikasi komputer dengan komputer via Infra Red adalah sebagai berikut:

Software komputer yang dapat dipakai dalam mengirim/menerima data ke MinSys secara serial adalah software

yang menggunakan UART misalnya Hyper Terminal©. Aturlah Hyper Terminal© agar terhubung ke COM port yang digunakan (misalnya COM1) dengan baud rate 9600 bps, 8 bit data, tanpa bit parity, 1 bit stop, dan tanpa flow control. GESER DAT KE KANAN MELALUI CARRY FLAG CARRY=1? 4 BIT DATA SUDAH DIKIRIMKAN? N Y N Y KIRIMKAN DATA BIT ‘0’ TANPA FREK.CARRIER MENUJU HT12 KIRIMKAN DATA BIT ‘1’ TANPA FREK.CARRIER MENUJU HT12 GESER DAT KE KANAN SEBANYAK 4 KALI E A

(18)

Gambar 21

Pengaturan Hyper Terminal

TRANSMITER:

1. Program akan menunggu masukkan data secara serial dari komputer.

2. Setelah menerima data, program akan memasukkannya ke dalam variabel Dat.

3. Variabel Addr yang sudah ditetapkan dari pertama akan dipecah menjadi 8 bagian bit dengan menggunakan metode pergeseran (rotate) kemudian dikirimkan satu per satu melalui pemancar infra red

dengan menggunakan metode 212 yang telah diberi frekuensi carrier.

4. Setelah variabel Addr dikirimkan seluruhnya baru kemudian variabel Dat dipecah menjadi 8 bagian bit dan dikirimkan dengan metode yang sama.

RECEIVER:

1. Program akan menunggu adanya falling edge dari penerima infrared.

2. Setelah menerima falling edge (berarti ada data yang masuk), program akan mengubah sinyal yang masuk menjadi bit ‘1’ atau ‘0’ agar kemudian dapat dimasukkan ke dalam register R5 sebanyak 8 bit.

3. Setelah terisi 8 bit, register R5 akan dicocokkan dengan variabel Addr yang telah ditetapkan sebelumnya (sebagai alamat). Apabila keduanya sama, program akan melangkah pada bagian selanjutnya namun apabila tidak sama maka program akan kembali pada langkah pertama.

4. Apabila nilai alamatnya sama, maka sinyal-sinyal yang masuk berikutnya akan dianggap sebagai sinyal data sehingga program akan mengubah sinyal-sinyal tersebut kemudian dimasukkan kedalam register R0. 5. Register R0 inilah yang kemudian dikirimkan ke komputer secara serial.

P

rogram yang akan diproses dalam komunikasi MinSys dengan HT12D via Infra Red adalah sebagai berikut:

TRANSMITER:

1. Program akan memeriksa kondisi daripada P1.0 dan P1.1.

2. Apabila terjadi perubahan kondisi menjadi berlogika ‘0’, maka variabel Dat secara otomatis akan diubah sesuai dengan ketentuan yang ada, namun apabila tidak ada perubahan maka variabel Dat tetap pada kondisi semula (telah ditentukan pula sebelumnya).

(19)

4. Sebelum pengiriman Address dan Data, harus terlebih dahulu mengirimkan bit start (‘0’)dengan menggunakan metode 212.

5. Variabel Addr yang sudah ditetapkan dari pertama akan dipecah menjadi 8 bagian bit dengan menggunakan metode pergeseran (rotate) kemudian dikirimkan satu per satu melalui pemancar infra red

dengan menggunakan metode 212 yang telah diberi frekuensi carrier.

6. Setelah variabel Addr dikirimkan seluruhnya baru kemudian variabel Dat dipecah menjadi 4 bagian bit dan dikirimkan dengan metode yang sama.

RECEIVER:

1. Program akan menunggu adanya falling edge dari penerima infra red.

2. Setelah menerima falling edge (berarti ada data yang masuk), program akan mengubah sinyal yang masuk menjadi bit-bit ‘1’ atau ‘0’ dengan terlebih dahulu memperhitungkan bit start agar kemudian dapat dimasukkan ke dalam register R5 sebanyak 8 bit.

3. Setelah terisi 8 bit, register R5 akan dicocokkan dengan variabel Addr yang telah ditetapkan sebelumnya (sebagai alamat = FEH). Apabila cocok baru program akan melangkah pada bagian selanjutnya namun apabila tidak sama maka program akan kembali pada langkah pertama.

4. Apabila alamatnya sama maka sinyal-sinyal sisa yang masuk dianggap sebagai sinyal data sehingga program akan mengubah sinyal-sinyal tersebut kemudian dimasukkan ke dalam register R0 (sebanyak 4 bit).

5. Addr dan register R0 ini kemudian dikirimkan menuju HT12D via kabel dengan menggunakan metode yang sama seperti pada Transmiter hanya saja tanpa frekuensi carrier (1 bit Start, 8 bit Address, 4 bit Data). 6. Logika ‘0’ pada P1.0 atau P1.1 transmitter, akan mengaktifkan salah satu relay.

Delay setelah pengiriman bertujuan agar receiver punya waktu untuk mengirim data ke HT12D.

K

esimpulan dan saran

1. Transmiter sudah memiliki keluaran sinyal yang hampir sama dengan encoder HT12E (tanpa carrier dan dibalik) sehingga modul HT12D dapat menerimanya (setelah dibalik kembali) apabila disambungkan ke

receiver melalui kabel ke P1.7 (sebagai input HT12D).

2. Dalam pengiriman sinyal via infra red terdapat noise yang cukup mengganggu sehingga MinSys receiver

harus memiliki toleransi error yang cukup besar.

3. Modul HT12D memiliki toleransi error yang relatif kecil sehingga HT12D akan mendapat banyak kerancuan dalam menerima sinyal output dari HIR secara langsung. Sehingga sebelum sinyal masuk ke HT12D, sinyal harus diproses dulu oleh MinSys baru kemudian dikirimkan ke HT12D.

4. Dengan ditambahkannya sistem Address membuat MinSys lebih kebal terhadap sinyal-sinyal noise. Adapun hasil dari percobaan yang telah dilakukan juga menghasilkan hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk pengiriman data selama 12 ms dengan menggunakan metode 212, diperlukan Gap Time sebesar 3 ms.

2. Frekuensi Carrier yang dapat diterima oleh HIR-138LN beragam dari 30 KHz hingga 50 KHz namun frekuensi carrier yang dapat diterima secara optimal oleh HIR-138LN adalah 38 KHz.

3. Pengaruh frekuensi carrier terhadap jarak adalah sebagai berikut:

Frekuensi (KHz) Jarak (m) 46 3 42 3 38 7 35 7 33 4.5 30 4.5 Tabel 5

Pengaruh Frekuensi Carrier terhadap Jarak

S

elamat berinovasi!

Gambar

Gambar 4  Flowchart HT12D
Gambar 7  Rangkaian Transmitter
Gambar 8  Rangkaian Receiver  Gambar 9  Rangkaian HT12D A01A12A23A34A45A56A67A78GND9D8D91011D1012D11Din1314OSC215OSC1VT1617VCC18HT12D51KVCC5 2K7 1K8 RELAY-SPDTVCC52K71K8RELAY-SPDTVCCR100 nFVCC52N39042N3904DataIn

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya standar ini, maka klasifikasi, persyaratan dan penandaan yang terdapat pada standar tersebut di atas sudah tidak berlaku lagi.. Standar ini disusun oleh Panitia

Secara umum sarana sanitasi air bersih di Pelabuhan kota Gorontalo memenuhi syarat kesehatan hal ini disebabkan karena sarana yang ada selalu dalam pengawasan

Sejarah pertumbuhan dan perkembangan madrasah di Indonesia, ada dua momentum yang sangat menentukan eksistensi madrasah; pertama, SKB 3 Menteri 1975 yang menjadi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi komunikasi yang dilakukan umat muslim di Indonesia pada pelaksanaan ritual dan tradisi Idulfitri merupakan bentuk

Untuk mengaktifkan Arduino Nano dapat dilakukan dengan cara menghubungkannya melalui USB mini atau melalui catu daya eksternal dengan tegangan yang belum

NA Berdasarkan pemeriksaan terhadap dokumen LMHHOK periode bulan Agustus-Oktober 2015 dan dokumen legalitas perizinan, Auditee bukan merupakan ekspotir, produk yang

Hal ini dikarenakan metode yang diterapkan guru masih monoton yaitu guru hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas pada setiap

Jika ianya bukan demikian bentuk rupa yang khusus ini diketahui oleh Allah dan dikehendaki oleh-Nya, Dia tidak akan membawa kita kepada kewujudan atasnya, dan rupa bentuk ini