• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA

A. Nilai Tukar

Realisasi rata-rata nilai tukar Rupiah dalam tahun 2010 mencapai Rp9.087/US$, menguat dari asumsinya dalam APBN

antara lain berkaitan dengan

Indonesia, yang menyebabkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap nilai tukar rupiah.1

Grafik 1. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 2005

Sumber: LKPP 2005-2009, Data Pokok APBN 2010

Sepanjang Januari—Desember

menguat. Penguatan rupiah yang telah berlangsung sejak awal 2010 sempat tertahan di bulan Mei 2010 karena tekanan arus keluar modal portofolio asing terkait dengan krisis Eropa yang telah memicu perilaku

markets

termasuk Indonesia.

1

Sumber: Siaran Pers Kementrian Keuangan Januari 2011

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR

I TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN

APBN 2012

rata nilai tukar Rupiah dalam tahun 2010 mencapai Rp9.087/US$, menguat dari asumsinya dalam APBN-P sebesar rata-rata Rp9.200/US$. Penguatan ini antara lain berkaitan dengan derasnya aliran masuk modal arus modal asing ke ebabkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap nilai

Grafik 1. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 2005 - 2011

2009, Data Pokok APBN 2010, Siaran Pers Kemenkeu dan Lampiran 1 Kesimpulan APBN 2011 , diolah

Desember 2010 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung menguat. Penguatan rupiah yang telah berlangsung sejak awal 2010 sempat tertahan di bulan Mei 2010 karena tekanan arus keluar modal portofolio asing terkait dengan

memicu perilaku

risk aversion

terhadap aset negara termasuk Indonesia.

Sumber: Siaran Pers Kementrian Keuangan Januari 2011

SETJEN DPR-RI 1

SBI/SPN

rata nilai tukar Rupiah dalam tahun 2010 mencapai Rp9.087/US$, rata Rp9.200/US$. Penguatan ini arus modal asing ke ebabkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap nilai

dan Lampiran 1 Kesimpulan APBN 2011 , diolah

2010 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung menguat. Penguatan rupiah yang telah berlangsung sejak awal 2010 sempat tertahan di bulan Mei 2010 karena tekanan arus keluar modal portofolio asing terkait dengan terhadap aset negara

emerging

(2)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 2

Grafik 2. Nilai Tukar Harian Rupiah Terhadap Dolar AS Tahun 20102

Pada bulan Juni dan Juli 2010, rupiah kembali menguat. Selama periode Januari— Juli tahun 2010, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp9.172, menguat 16,19 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sepanjang bulan Agustus sampai dengan akhir November 2010 rata-rata nilai tukar rupiah menguat, mencapai Rp. 8952/USD.

Memasuki tahun 2011, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat melemah, hingga akhirnya pada awal Februari 2011 mulai menguat dan terus berlanjut hingga mencapai Rp. 8593 per dolar AS pada 28 April 2010 atau menguat 4,43% persen dibandingkan rata-rata pada 31 Desember 2010 sebesar Rp. 8991 per dolar AS.

Grafik 3. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Januari – 30 Mei 2011

Sumber: Bank Indonesia

2

(3)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Penguatan nilai tukar rupiah ini didukung oleh terdapatnya perbedaan suku bunga dalam negeri dan luar negeri yang masih relatif tinggi janji, yang antara lain disebabkan

The Fed

yang tetap mematok suku bunga di kisaran 0,25

Dolar AS melemah pada hamper seluruh mata uang lainnya. Selain itu peringkat utang Pemerintah (sovereign credit rating) Indonesia naik, sehingga arus modal masuk meningkat yang pada gilirannya mendorong penguatan nilai tukar rupiah.

Penguatan rupiah ini memberikan dampak ya Indonesia, yaitu:3

1. Dengan semakin menguatnya nilai tukar rupiah, inflasi akibat barang import menjadi menurun yang selanjutnya menyebabkan BI dapat menahan kenaikan BI rate. Dengan tidak naiknya BI Rate ini pengusaha domes

dengan bunga yang lebih tinggi, sehingga akan membuat perekenomian nasional lebih bergairah.

2. Dengan menguatnya rupiah, pengusaha domesti barang baku yang diimpor dengan harga lebih murah.

3. Nilai utang luar negeri pemerintah dalam bentuk Dollar AS akan berkurang seiring dengan penguatan rupiah.

4. Penghematan APBN 2011 karena menurunnya nilai subsidi BBM yang berasal dari impor

Nilai tukar rupiah yang semakin menguat dikhawatiran akan merugikan ekspor Indonesia, karena dengan “semakin mahalnya” nilai rupiah terhadap Dollar AS, maka daya saing ekspor Indonesia dalam hal nilai tukar menjadi tidak kompetitif dibandingkan negara peng

Perkembangan ekspor dan Impor Indonesia (dalam nilai dan Volume) sepanjang tahun 2007 – 2010 dapat dilihat pada grafik 4 di bawah ini.

Grafik 4. Perkembangan Ekspor vs Impor Indonesia 2007

Sumber: BPS, diolah

3

Sumber: Muslimin Anwar dalam Investor Daily 18 Mei 2011

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR

Penguatan nilai tukar rupiah ini didukung oleh terdapatnya perbedaan suku bunga dalam negeri dan luar negeri yang masih relatif tinggi janji, yang antara lain

yang tetap mematok suku bunga di kisaran 0,25

a hamper seluruh mata uang lainnya. Selain itu peringkat utang Pemerintah (sovereign credit rating) Indonesia naik, sehingga arus modal masuk meningkat yang pada gilirannya mendorong penguatan nilai tukar rupiah.

Penguatan rupiah ini memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian Dengan semakin menguatnya nilai tukar rupiah, inflasi akibat barang import menjadi menurun yang selanjutnya menyebabkan BI dapat menahan kenaikan BI rate. Dengan tidak naiknya BI Rate ini pengusaha domestik tidak akan terbebani dengan bunga yang lebih tinggi, sehingga akan membuat perekenomian nasional engan menguatnya rupiah, pengusaha domestik dapat membeli barang modal dan barang baku yang diimpor dengan harga lebih murah.

ng luar negeri pemerintah dalam bentuk Dollar AS akan berkurang seiring dengan penguatan rupiah.

Penghematan APBN 2011 karena menurunnya nilai subsidi BBM yang berasal dari

Nilai tukar rupiah yang semakin menguat dikhawatiran akan merugikan ekspor Indonesia, karena dengan “semakin mahalnya” nilai rupiah terhadap Dollar AS, maka daya saing ekspor Indonesia dalam hal nilai tukar menjadi tidak kompetitif dibandingkan negara pengekspor lainnya, antara lain Vietnam, dan Thailand. Perkembangan ekspor dan Impor Indonesia (dalam nilai dan Volume) sepanjang tahun

2010 dapat dilihat pada grafik 4 di bawah ini.

Ekspor vs Impor Indonesia 2007-2010

Sumber: Muslimin Anwar dalam Investor Daily 18 Mei 2011

SETJEN DPR-RI 3 Penguatan nilai tukar rupiah ini didukung oleh terdapatnya perbedaan suku bunga dalam negeri dan luar negeri yang masih relatif tinggi janji, yang antara lain yang tetap mematok suku bunga di kisaran 0,25%, sehingga a hamper seluruh mata uang lainnya. Selain itu peringkat utang Pemerintah (sovereign credit rating) Indonesia naik, sehingga arus modal masuk meningkat yang pada gilirannya mendorong penguatan nilai tukar rupiah.

ng positif terhadap perekonomian Dengan semakin menguatnya nilai tukar rupiah, inflasi akibat barang import menjadi menurun yang selanjutnya menyebabkan BI dapat menahan kenaikan BI tik tidak akan terbebani dengan bunga yang lebih tinggi, sehingga akan membuat perekenomian nasional dapat membeli barang modal dan ng luar negeri pemerintah dalam bentuk Dollar AS akan berkurang seiring Penghematan APBN 2011 karena menurunnya nilai subsidi BBM yang berasal dari

Nilai tukar rupiah yang semakin menguat dikhawatiran akan merugikan ekspor Indonesia, karena dengan “semakin mahalnya” nilai rupiah terhadap Dollar AS, maka daya saing ekspor Indonesia dalam hal nilai tukar menjadi tidak kompetitif ekspor lainnya, antara lain Vietnam, dan Thailand. Perkembangan ekspor dan Impor Indonesia (dalam nilai dan Volume) sepanjang tahun

(4)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Dari grafik 4 terlihat bahwa ekspor dan impor Indonesia cenderung meningkat, kecuali pada tahun 2009 yang mengalami penurunan, baik dari sisi ekspor dan impor akibat krisis global yang mempengaruhi perkembangan perekonomian dunia dan se dengan pulihnya perkenomian dunia, ekspor dan impor Indonesia pada tahun 2010 kembali meningkat Sedangkan perkembangan ekspor

tukar rupiah sepanjang Maret grafik 6.

Grafik 5. Perkembangan Ekspor Maret 2010 – Maret 2011

Sumber: BI dan BPS, diolah

Dari Grafik 5 dapat dilihat bahwa

Mei 2010 sampai Desember 2010 tidak

dimana ekspor pada periode yang sama cenderung berfluktuatif dan meningkat dari Agustus-Desember 2010, kecuali pada bulan September 2010 yang sedikit mengalami penurunan. Ketika nilai tukar rupiah pada Desember 2010

melemah, ekspor Indonesia

juta Dolar AS menjadi 14,6 juta Dolar AS. P

semakin menguat pada level Rp. 8761 per Dolar AS, ekspor Indonesia 13,03 persen dibanding ekspor Februari 2011, akan tetapi kenaikan

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR

Dari grafik 4 terlihat bahwa ekspor dan impor Indonesia cenderung meningkat, kecuali pada tahun 2009 yang mengalami penurunan, baik dari sisi ekspor dan impor akibat krisis global yang mempengaruhi perkembangan perekonomian dunia dan se dengan pulihnya perkenomian dunia, ekspor dan impor Indonesia pada tahun 2010 kembali meningkat Sedangkan perkembangan ekspor – impor Indonesia dan nilai

Maret 2010 sampai Maret 2011 dapat dilihat p

Ekspor-Impor Indonesia dan Nilai Tukar Rupiah sepanjang

Dari Grafik 5 dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah yang semakin menguat dari bulan Mei 2010 sampai Desember 2010 tidak menyebabkan penurunan ekspor Indonesia, dimana ekspor pada periode yang sama cenderung berfluktuatif dan meningkat dari Desember 2010, kecuali pada bulan September 2010 yang sedikit mengalami penurunan. Ketika nilai tukar rupiah pada Desember 2010 dan Januari 2011 sedikit kspor Indonesia pada periode yang sama malah menurun, yaitu dari 16,8 juta Dolar AS menjadi 14,6 juta Dolar AS. Pada bulan Maret 2011

semakin menguat pada level Rp. 8761 per Dolar AS, ekspor Indonesia 13,03 persen dibanding ekspor Februari 2011, akan tetapi kenaikan

SETJEN DPR-RI 4 Dari grafik 4 terlihat bahwa ekspor dan impor Indonesia cenderung meningkat, kecuali pada tahun 2009 yang mengalami penurunan, baik dari sisi ekspor dan impor akibat krisis global yang mempengaruhi perkembangan perekonomian dunia dan seiring dengan pulihnya perkenomian dunia, ekspor dan impor Indonesia pada tahun 2010 Indonesia dan nilai dapat dilihat pada grafik 5 dan

Impor Indonesia dan Nilai Tukar Rupiah sepanjang

nilai tukar rupiah yang semakin menguat dari bulan menyebabkan penurunan ekspor Indonesia, dimana ekspor pada periode yang sama cenderung berfluktuatif dan meningkat dari Desember 2010, kecuali pada bulan September 2010 yang sedikit mengalami dan Januari 2011 sedikit pada periode yang sama malah menurun, yaitu dari 16,8 ada bulan Maret 2011 dimana rupiah semakin menguat pada level Rp. 8761 per Dolar AS, ekspor Indonesia naik sebesar 13,03 persen dibanding ekspor Februari 2011, akan tetapi kenaikan nilai impor lebih

(5)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 5 besar dibandingkan ekspor, yaitu sebesar 23,23 persen pada periode yang sama. Sementara bila dibandingkan Maret 2010, ekspor Maret 2011 naik sebesar 27,53 persen dan impor Maret 2011 juga naik sebesar 31,96 persen dibandingkan Maret 2010. Perkembangan laju ekspor dan impor Indonesia sepanjang Maret 2010 – Maret 2011.

Grafik 6. Perkembangan Laju Ekspor-Impor Indonesia Maret 2010 – Maret 2011

Sumber: BPS, diolah

Dalam grafik 6 terlihat bahwa pada Maret 2011 laju kenaikan impor lebih cepat daripada ekspor, dimana ekspor naik hanya 13 persen, sedangkan impor 23 persen dan penurunan ekspor lebih lambat dibandingkan laju penurunan impor, kecuali pada bulan Januari 2011 dimana nilai ekspor mengalami penurunan sebesar 13% dan penurunan impor hanya sebesar 4%.

Daya saing ekspor Indonesia dalam hal nilai tukar terkait dengan nilai tukar mata uang Negara pengekspor lainnya terhadap Dollar AS. Di bawah ini dapat dilihat pergerakan nilai tukar Dong Vietnam, Baht Thailand, Ringgit Malaysia dan Peso Filipina terhadap Dollar AS sepanjang 18 November 2010– 17 Mei 2011.

(0.30) (0.20) (0.10) -0.10 0.20 0.30

Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10 Sep-10 Oct-10 Nov-10 Dec-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11

Mar-10 Apr-10

May-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10 Sep-10 Oct-10

Nov-10 Dec-10 Jan-11 Feb-11

Mar-11 Laju Ekspor (Milyar US$) 0.14 (0.06 0.05 (0.02 0.01 0.10 (0.11 0.18 0.09 0.08 (0.13 (0.01 0.13 Laju Impor (Milyar US$) 0.15 0.02 (0.11 0.18 0.07 (0.04 (0.21 0.26 0.07 0.01 (0.04 (0.06 0.23

(6)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 6

Sumber: www.exchange-rates.org

Semua mata uang cenderung menguat terhadap Dollar AS, kecuali Dong Vietnam, yang sejak Februari – Mei 2011 cenderung melemah terhadap Dolar AS. Ini berarti nilai Dong menjadi “murah” terhadap Dolar AS. Hal ini perlu diwaspadai pemerintah mengingat Vietnam merupakan salah satu pesaing utama Indonesia dalam ekspor.

Kekhawatiran dampak penguatan rupiah terhadap ekspor hendaknya tidak disikapi dengan membiarkan rupiah menjadi melemah dalam jangka waktu panjang. Hal yang dapat dilakukan pemerintah agar nilai tukar rupiah terus menguat tanpa adanya kekhawatiran penguatan tersebut merugikan eksportir Indonesia adalah dengan memperkuat dan membenahi sektor industri, terutama industri yang berorientasi ekspor, orientasi ekspor bahan setengah jadi dan bahan jadi, bukan bahan baku yang sampai saat ini masih menjadi penyumbang terbesar ekspor Indonesia dan juga perbaikan infrastruktur. Karena jika produk Indonesia memiliki daya saing yang kompetitif, baik dalam segi kualitas dan harga, maka nilai tukar rupiah akan terus menguat akibat banyaknya permintaan dari luar negeri dan eksportir juga tidak perlu khawatir dengan terus menguatnya nilai tukar rupiah seperti yag terjadi saat ini, dimana daya saing eskpor Indonesia hanyalah nilai tukar rupiah yang rendah.

Dengan memperhatikan realisasi rata-rata nilai tukar rupiah sampai April 2011, didukung dengan semakin membaiknya perekonomian domestik dan cadangan devisa yang sampai 20 Mei 2011 mencapai 116,5 Miliar dolar AS4, maka rata-rata nilai tukar

4

(7)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 7 rupiah tahun 2011 bisa mencapai Rp. 9000 per dolar AS, bahkan bisa lebih rendah dari Rp. 9000 per Dolar AS. Sedangkan Pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah sekitar Rp. 8.800 – 9.000 per dolar AS untuk tahun 2011 dan Rp. 9.000 – 9.300 per dolar AS untuk tahun 2011.

Untuk tahun 2012 nilai tukar rupiah dapat berkisar Rp. 9000 – Rp. 9.100 per dolar AS dengan asumsi aliran modal yang masuk sampai tahun 2011 tidak akan banyak ditarik oleh investor asing sepanjang tahun 2012, tidak terlalu besarnya kenaikan komoditas impor akibat perubahan cuaca serta semakin kondusifnya iklim investasi di Indonesia, yang didukung dengan perbaikan infrastruktur dan reformasi birokrasi yang menyebabkan peningkatan dan perbaikan pelayanan, terutama yang terkait dengan investasi dan perdagangan.

(8)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

B. Inflasi

Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga

Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) p

Inflasi antara lain dipengaruhi oleh:

1. Meningkatnya kegiatan ekonomi

2. Kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan, seperti harga BBM, listrik, air minum, rokok dan kenaikan UMR

3. Harga barang impor

4. Melemahnya nilai tukar rupiah

Realisasi inflasi pada tahun 2010 menga

dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu mencapai 6,96 persen. Angka tersebut melampaui target pemerintah yang hanya 5,3 persen. L

Desember 2010 tercatat sebesar

sebelumnya yang berada pada level 0,6

Desember tahun 2009 yang hanya sebesar 0,33 persen. Grafik 1. Perkembagan Inflasi 2005

Sumber: LKPP 2005-2009, BI, Data Pokok APBN 2010 dan Lampiran

Sumbangan terbesar Inflasi tahun 2010 adalah dari bahan makanan (inflasi barang bergejolak) yang mencapai 3,5 persen, diantaranya beras dan cabai merah, yang disebabkan faktor cuaca yang tidak mendukung sehingga banyaknya gagal panen

5

Sumber: BPS dan BI

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR

i diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.

lain dipengaruhi oleh: Meningkatnya kegiatan ekonomi

Kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan, seperti harga BBM, listrik, air minum, rokok dan kenaikan UMR

Melemahnya nilai tukar rupiah

Realisasi inflasi pada tahun 2010 mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu mencapai 6,96 persen. Angka tersebut melampaui target pemerintah yang hanya 5,3 persen. Laju inflasi pada bulan 2010 tercatat sebesar 0,92 persen (m-t-m), lebih tinggi dibandingkan bulan mnya yang berada pada level 0,6 persen dan lebih tinggi dibandingkan Desember tahun 2009 yang hanya sebesar 0,33 persen.5

Grafik 1. Perkembagan Inflasi 2005 - 2011

Data Pokok APBN 2010 dan Lampiran 1 Kesimpulan APBN 2011 , diolah

Sumbangan terbesar Inflasi tahun 2010 adalah dari bahan makanan (inflasi barang bergejolak) yang mencapai 3,5 persen, diantaranya beras dan cabai merah, yang cuaca yang tidak mendukung sehingga banyaknya gagal panen

SETJEN DPR-RI 8 harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila ada barang lainnya.

Kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan, seperti harga BBM, listrik,

lami peningkatan lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu mencapai 6,96 persen. Angka tersebut aju inflasi pada bulan gi dibandingkan bulan dan lebih tinggi dibandingkan

1 Kesimpulan APBN 2011 , diolah

Sumbangan terbesar Inflasi tahun 2010 adalah dari bahan makanan (inflasi barang bergejolak) yang mencapai 3,5 persen, diantaranya beras dan cabai merah, yang cuaca yang tidak mendukung sehingga banyaknya gagal panen

(9)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 9 disetiap daerah serta bencana merapi, di mana ribuan hektar lahan petani yang ditanami cabai ludes.

Inflasi inti (core inflation) pada tahun 2010 masih terkendali, yaitu sebesar 4,28%. Menurut Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo, yang akan berpengaruh pada inflasi inti adalah kenaikan ekspetasi inflasi akibat kenaikan harga-harga pangan. Pada 2009-2010 inflasi bisa terkendali antara lain karena apresiasi rupiah.

Jika dilihat pada grafik 2 di bawah ini, inflasi sepanjang tahun 2010 mengalami kecenderungan terus meningkat, walau ada sedikit penurunan pada bulan Maret dan September 2010.

Grafik 2. Laju Inflasi Tahun 2009 - 2010

Sumber: Bank Indonesia

Untuk tahun 2011 pemerintah menargetkan Inflasi sebesar 5,3% ± 1%. Sampai dengan Mei 2011, laju inflasi tahunan tercatat sebesar 5,98 persen (yoy) dan laju inflasi kumulatif Januari – Mei 2011 sebesar 0.51 persen (ytd), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,44 persen (ytd). Kecenderungan menurunnya laju inflasi pada kuartal pertama ini disebabkan karena pada kuartal tersebut sedang musim panen sehingga harga bahan pokok menurun. yang ditunjukkan oleh turunnya indeks pada kelompok bahan makanan 1,90 persen.6 Laju inflasi Januari – Mei 2011 dapat dilihat pada grafik 3 di bawah ini.

Grafik 3. Laju Inflasi Januari - Mei 2011

6

(10)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Sumber: BPS, diolah

Dari grafik 3 terlihat sampai Mei 2011, inflasi mengalami penurunan tahun 2010 pada periode yang sama. Sedangkan inflasi Mei 2010

sebesar 6,12 persen. Berikut adalah prediksi inflasi untuk tahun 2011 dan 2012 dari beberapa lembaga Internasional.

Tabel 1. Prediksi inflasi di Indonesia tah

Kementrian Keuangan World Bank

ADB IMF

Sumber: kerangka Ekonomi Makro dan PPKF 2012 2011, ADB dan World Bank

Ada beberapa hal yang dapat seperti:

1. Gagal panen akibat cuaca ekstrem yang mengakibatkan pangan

2. Hari raya di bulan Agustus dan Desember akibat konsumsi masyarakat yang meningkat terutama untuk bahan makanan.

3. Meningkatnya harga komoditas internasional akibat perubahan cuaca dan krisis minyak di Timur Tengah yang selanjutnya akan mendorong peningkatan harga di dalam negeri. Namun demikian, kenaikan harga komoditas internasional dapat diimbangi oleh semakin meng

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR Dari grafik 3 terlihat sampai Mei 2011, inflasi mengalami penurunan tahun 2010 pada periode yang sama. Sedangkan inflasi Mei 2010 –

sebesar 6,12 persen. Berikut adalah prediksi inflasi untuk tahun 2011 dan 2012 dari beberapa lembaga Internasional.

abel 1. Prediksi inflasi di Indonesia tahun 2011 dan 2012

2011 2012

6,0 3,5 – 5,5

6,0 6,2

6,3 6,2

7,1 5,9

kerangka Ekonomi Makro dan PPKF 2012 - Kementrian Keuangan, World Economic Outlook

Ada beberapa hal yang dapat menghambat pemerintah dalam mencapai target inflasi Gagal panen akibat cuaca ekstrem yang mengakibatkan terganggunya pasokan ari raya di bulan Agustus dan Desember akibat konsumsi masyarakat yang meningkat terutama untuk bahan makanan.

Meningkatnya harga komoditas internasional akibat perubahan cuaca dan krisis minyak di Timur Tengah yang selanjutnya akan mendorong peningkatan harga di Namun demikian, kenaikan harga komoditas internasional dapat diimbangi oleh semakin menguatnya nilai tukar rupiah pada tahun 2011.

SETJEN DPR-RI 10 Dari grafik 3 terlihat sampai Mei 2011, inflasi mengalami penurunan dibandingkan

Mei 2011 adalah sebesar 6,12 persen. Berikut adalah prediksi inflasi untuk tahun 2011 dan 2012 dari

Kementrian Keuangan, World Economic Outlook

menghambat pemerintah dalam mencapai target inflasi terganggunya pasokan ari raya di bulan Agustus dan Desember akibat konsumsi masyarakat yang Meningkatnya harga komoditas internasional akibat perubahan cuaca dan krisis minyak di Timur Tengah yang selanjutnya akan mendorong peningkatan harga di Namun demikian, kenaikan harga komoditas internasional dapat

(11)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 11 Selain harus mengatasi permasalahan inflasi, pemerintah juga harus mengambil langkah untuk mengantisipasi aliran keluar modal asing. Sejak Februari 2011 Bank Indonesia tidak lagi menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan tenor di bawah 9 bulan secara regular. Sejalan dengan hal itu penerbitan SBI akan difokus pada SBI bertenor 9 bulan. Hal itu diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pelaku pasar pada penempatan jangka pendek di instrumen moneter BI.7

Untuk tahun 2012 pemerintah menargetkan inflasi pada kisaran 3,5-5,5 persen. Angka ini dinilai sangat optimis, mengingat inflasi pada tahun 2011 diprediksikan di atas 6 persen dan pada tahun 2012 masih terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi pencapaian target inflasi, sebagai berikut:

1. Mulai meningkatnya harga komoditas internasional pada kuartal keempat 2011. Kenaikan harga komoditas internasional akibat perubahan cuaca dan kenaikan harga minyak baru mulai dirasakan pada kuartal terakhir tahun 2011, karena produsen saat ini masih memiliki persediaan.

2. Adanya rencana pemerintah untuk menaikan tarif dasar listrik sebesar 10-15 persen pada tahun 2012.8

3. Nilai tukar rupiah yang melemah akibat arus keluar modal asing pada tahun 2012 akibat berakhirnya tenor SBI 9 bulan. Keluarnya arus modal asing dapat ditahan jika pemerintah dapat dengan segera memperbaiki iklim investasi dan usaha, memperkuat fundamental ekonomi, memperketat kebijakan moneter dan memperbaiki persepsi resiko berinvestasi di Indonesia.

Langkah yang dapat dilakukan pemerintah untuk menahan laju inflasi dan meminimalisir kenaikan ekspektasi inflasi adalah peningkatan efektivitas produksi, distribusi, dan ketersediaan bahan pokok di tingkat nasional dan daerah, antara lain melalui perbaikan infrastruktur sehingga distribusi pasokan pangan akan lebih lancar, yang selanjutnya dapat menekan biaya produksi dan pada akhirnya dapat menurunkan harga bahan pokok.

Menaikkan BI Rate merupakan langkah terakhir yang akan diambil pemerintah dalam rangka pengendalian inflasi, karena kenaikan BI Rate akan menaikkan suku bunga perbankan, baik simpanan maupun pinjaman, yang pada akhirnya kreditor, dalam hal ini masyarakat, terbebani oleh bunga kredit yang meningkat. Selain itu kenaikan BI Rate dikhawatirkan akan membuat aliran modal panas masuk ke Indonesia untuk sementara waktu dan kemudian ditarik kembali dalam waktu singkat dan mengakibatkan pelemahan nilai tukar rupiah yang selanjutnya akan membuat impor menjadi “lebih mahal”, sehingga impor barang modal akan terhambat dan pada akhirnya akan menghambat investasi di Indonesia yang membutuhkan impor barang modal.

7

Sumber: Media Indonesia 8

(12)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 12 Dalam rangka meningkatkan pasokan dalam negeri pemerintah dapat mengambil serangkaian kebijakan melalui peningkatan hasil pertanian. Sebagai contoh, dukungan bagi teknologi pertanian dan penggunaannya, ketersediaan dan diversifikasi pasar dan pengelolaan dan administrasi lahan. Selain itu, investasi pada irigasi juga menunjukkan tingkat pengembalian yang tinggi dalam hal produktivitas pertanian.9

C. Suku Bunga SBI dan SPN 3 Bulan

SBI 3 bulan digunakan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen untuk melakukan operasi moneter. Langkah ini dilakukan Bank Indonesia guna menjaga stabilitas moneter, yaitu untuk memelihara jumlah peredaran uang di masyarakat pada tingkat yang dapat dikendalikan oleh Bank Indonesia selaku otoritas moneter.

Realisasi rata-rata tingkat suku bunga SBI-3 bulan dalam tahun 2010 mencapai 6,57%, atau mendekati asumsinya dalam APBN-P 2010 sebesar 6,5%.10 Penempatan asing di instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) per 18 Maret 2011 tercatat sebesar Rp 71,6 triliun atau mencapai 31,1% dari total SBI. Sedangkan kepemilikan asing di Surat Utang Negara (SUN) per 18 Maret 2011 mencapai Rp 204,2 triliun atau 29,9% dari total SUN.11

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 4 Februari 2011 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25% menjadi 6,75%. Keputusan tersebut diambil sebagai langkah antisipatif untuk mengendalikan ekspektasi inflasi ke depan yang mulai meningkat. Peningkatan ekspektasi inflasi terutama dipicu oleh kenaikan harga volatile foods yang masih tinggi, di samping karena kenaikan harga komoditi global termasuk minyak.12

9

Sumber: World Bank – Maret 2011 10

Sumber: Siaran Pers kemenkeu Januari 2011 11

Sumber: Detik Finance, 21 Maret 2011 12

(13)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Grafik 1. Perkembangan Suku Bunga SBI 3 Bulan 2005

Sumber: LKPP 2005-2009, BI, Data Pokok APBN 2010 dan Lampiran 1 Kesimpulan APBN 2011 , diolah

Pada bulan November 2010 Bank Indonesia menghentikan sementara lelang SBI tenor 3 bulan yang dimaksudkan untuk menahan dana asing yang masuk ke dalam instrumen SBI dan mengarahkan arus likuiditas agar masuk ke instrument moneter dengan tenor yang lebih panjang. Selain itu, d

negatif aliran modal asing jan menggantikan ketentuan

one

holding period

.

Langkah ini juga diharapkan dapat memperpanjang kepemilikan SBI maupun transaksinya.

Sebagai pengganti SBI tenor 3 bulan ini, pemerintah mengeluarkan Surat Perbendahaan Negara (SPN) bertenor 3 bulan.

ke dalam Surat Utang Negara 12 (dua belas) bulan denga

adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara RI sesuai masa berlakunya. SUN digunakan oleh pemerintah antara lain untuk membiayai defisit AP

jangka pendek dalam satu tahun anggaran.

Oleh karena dihentikannya lelang SBI 3 bulan ini, mulai tahun 2011 suku bunga yang dipakai dalam acuan asumsi makro untuk penetapan APBN adalah suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan. Seiring dengan kenaikan BI rate dari 6,5 persen menjadi 6,75 persen, suku bunga SPN ke depan akan mendekati suku bunga kebijakan sehingga suku bunga SPN tahun 2011 diperkirakan akan berkisar antara 5,5 -6,5 persen dan pada tahun 2012 berada

13

Sumber: Kementrian Keuangan

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR

. Perkembangan Suku Bunga SBI 3 Bulan 2005 - 2011

Data Pokok APBN 2010 dan Lampiran 1 Kesimpulan APBN 2011 , diolah

Pada bulan November 2010 Bank Indonesia menghentikan sementara lelang SBI tenor bulan yang dimaksudkan untuk menahan dana asing yang masuk ke dalam instrumen SBI dan mengarahkan arus likuiditas agar masuk ke instrument moneter dengan tenor yang lebih panjang. Selain itu, dalam rangka meminimalkan dampak negatif aliran modal asing jangka pendek, mulai 13 Mei 2011

one-month holding period

terhadap SBI menjadi

Langkah ini juga diharapkan dapat memperpanjang kepemilikan SBI

Sebagai pengganti SBI tenor 3 bulan ini, pemerintah mengeluarkan Surat Perbendahaan Negara (SPN) bertenor 3 bulan. Surat Perbendahaan Negara

Surat Utang Negara (SUN), dimana SPN ini berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto.

adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara RI sesuai masa berlakunya. SUN digunakan oleh pemerintah antara lain untuk membiayai defisit APBN serta menutup kekurangan kas jangka pendek dalam satu tahun anggaran.

Oleh karena dihentikannya lelang SBI 3 bulan ini, mulai tahun 2011 suku bunga yang dipakai dalam acuan asumsi makro untuk penetapan APBN adalah suku bunga Surat (SPN) 3 bulan. Seiring dengan kenaikan BI rate dari 6,5 persen menjadi 6,75 persen, suku bunga SPN ke depan akan mendekati suku bunga kebijakan sehingga suku bunga SPN tahun 2011 diperkirakan akan berkisar antara 5,5

6,5 persen dan pada tahun 2012 berada pada kisaran 5,5 – 7,5 persen.

SETJEN DPR-RI 13 Data Pokok APBN 2010 dan Lampiran 1 Kesimpulan APBN 2011 , diolah

Pada bulan November 2010 Bank Indonesia menghentikan sementara lelang SBI tenor bulan yang dimaksudkan untuk menahan dana asing yang masuk ke dalam instrumen SBI dan mengarahkan arus likuiditas agar masuk ke instrument moneter meminimalkan dampak Mei 2011 Bank Indonesia

terhadap SBI menjadi

six-month

Langkah ini juga diharapkan dapat memperpanjang kepemilikan SBI

Sebagai pengganti SBI tenor 3 bulan ini, pemerintah mengeluarkan Surat Surat Perbendahaan Negara termasuk berjangka waktu sampai dengan Sedangan SUN adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara RI sesuai masa berlakunya. SUN digunakan oleh BN serta menutup kekurangan kas

Oleh karena dihentikannya lelang SBI 3 bulan ini, mulai tahun 2011 suku bunga yang dipakai dalam acuan asumsi makro untuk penetapan APBN adalah suku bunga Surat (SPN) 3 bulan. Seiring dengan kenaikan BI rate dari 6,5 persen menjadi 6,75 persen, suku bunga SPN ke depan akan mendekati suku bunga kebijakan sehingga suku bunga SPN tahun 2011 diperkirakan akan berkisar antara 5,5

Gambar

Grafik 1. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 2005
Grafik 3. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Januari – 30 Mei  2011
Grafik 6. Perkembangan Laju Ekspor-Impor Indonesia Maret 2010 – Maret 2011
Grafik 1. Perkembagan Inflasi 2005  - 2011
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh dari kaedaan makroekonomi indonesia yaitu : nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga BI dan tingkat inflasi terhadap perubahan harga

Dalam penelitian ini penulis mengambil judul “ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, SUKU BUNGA SBI DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP PELARIAN MODAL DI INDONESIA (1997.I

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah empat variabel yang terdiri dari : Jumlah Uang Beredar (M1), Suku Bunga SBI (SBI Rate), Nilai Tukar Rupiah Terhadap

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh dari kaedaan makroekonomi indonesia yaitu : nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga BI dan tingkat inflasi terhadap perubahan harga

Pengujian hipotesis yang dipakai dalam penelitian ini adalah regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh faktor-faktor nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga

Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga BI, Inflasi, Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan pada Bursa Efek Indonesia.. Selecting Macroeconomic

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan jujur dan penuh tanggungjawab bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga BI, dan Inflasi

Hasil analisis data menunjukkan bahwa 1 variabel tingkat inflasi adalah tidak signifikan pengaruhnya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan, 2 variabel suku bunga SBI adalah signifikan