METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan metode penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokoknya (Singarimbun dan Effendi 1989). Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendukung penelitian kuantitatif, yang dilakukan melalui observasi, studi literatur, dan wawancara mendalam.
Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui pengaruh sosial-ekonomi dan sosial-ekologi masyarakat yang menjadi sampel penelitian. Metode kualitatif digunakan untuk mendukung penelitian kuantitatif, yaitu wisata situ. Pengambilan data dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, dilakukan pengambilan data melalui kuesioner kepada satu orang responden untuk melakukan uji coba kuesioner. Tahap kedua, setelah menggunakan uji coba kuesioner, kemudian dilakukan editing kuesioner, yang menghasilkan kuesioner penelitan yang sesungguhnya setelah disesuaikan dengan karakteristik masyarakat dan lokasi penelitian.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian pengaruh wisata situ terhadap perubahan ekologi dan sosial-ekonomi dilaksanakan di Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Terdapat unsur wisata yang terdapat di dalamnya, seperti kawasan Situ yang dikelilingi oleh hutan penelitian Dramaga yang akhirnya dijadikan sebagai obyek wisata. Terdapat pula berbagai daya tarik ekologis yang menjadikan Situ Gede sebagai salah satu obyek wisata di Kota Bogor. Daya tarik ekologis ini mempengaruhi pemanfaatan Situ Gede, seperti penciptaan usaha ekonomi skala kecil. Hal ini menjadikan lokasi tersebut penting untuk menjadi tempat penelitian. Pengambilan data lapangan dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2012.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil kuesioner, wawancara, dan pengamatan. Data sekunder sebagai data pendukung yang diperoleh melalui studi literatur berupa dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian seperti buku, internet, dokumen pemerintah desa, skripsi, dan tesis.
Teknik Penentuan Responden
Unit analisis penelitian ini adalah rumahtangga. Terdapat dua subjek penelitian yang terdiri dari informan dan responden. Informan dipilih dengan menggunakan teknik purposive yaitu memilih orang-orang yang dianggap lebih tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data dan mengetahui masalahnya secara mendalam. Teknik ini juga digunakan untuk menentukan daftar populasi yang karakteristiknya sesuai dengan masalah yang akan diteliti (kerangka sampling). Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Responden dipilih secara acak sebanyak 30 responden agar data lebih representatif. Unit analisis dalam penelitian
masyarakat dalam hal pengambilan keputusan keluarga, seperti besarnya bantuan pendapatan yang diberikan anggota keluarga maupun aspek-aspek lain yang mempengaruhi keadaan sosial ekonomi.
Untuk memperoleh responden, maka ditentukan kerangka percontohan (sampling frame) yaitu rumahtangga masyarakat Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor (lampiran 2). Pengambilan sampel responden digunakan dengan cara acak sederhana (Simple Random Sampling). Responden diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah disusun. Informan dalam penelitian ini adalah aparat pemerintahan desa dan tokoh Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Situ Gede sebagai pengelola kawasan wisata air Situ Gede.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan uji statistik. Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk mengungkapkan keadaan atau karakteristik data sampel masing-masing variabel penelitian. Analisis ini menggunakan teknik-teknik statistik deskriptif yang meliputi tabel frekuensi dan grafik. Data yang telah dikumpulkan dengan kuesioner diolah secara kuantitatif. Langkah dalam pengolahan data meliputi :
1. Editing kuesioner 2. Pengkodean data
3. Pemindahan data ke penyimpanan data (perangkat lunak yang digunakan adalah microsoft excel 2007)
4. Mengubah data dari microsoft excel 2007 ke SPSS 16 for Windows untuk memudahkan pengolahan data
5. Perapihan data
6. Pengolahan data sesuai rencana analisis
Langkah pertama yang dilakukan adalah editing kuesioner. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang lengkap, teliti, dan melihat kelogisan jawaban responden. Setelah data terkumpul lengkap dan benar maka dilakukan pengkodean. Pengkodean bertujuan untuk memudahkan penyimpanan data di microsoft excel 2007. Data yang ada dalam microsoft excel 2007 kemudian dibuat menjadi tabel frekuensi untuk menghitung jumlah responden dengan kategori tertentu. Data yang ada kemudian dianalisis statistik menggunakan program SPSS 16 for Windows. Analisis yang digunakan yaitu Cross-tabs untuk melihat hubungan antara dua variabel, yaitu pengaruh krisis ekologi terhadap sosial-ekonomi masyarakat, serta melihat pengaruh krisis ekologi terhadap sosial-ekologi masyarakat. Pendekatan kualitatif digunakan untuk memberikan penguatan dari data yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengamatan. Gabungan data tersebut diolah dan dianalisis dengan disajikan dalam bentuk teks naratif, grafik, tabel, column chart atau bagan, kemudian ditarik kesimpulan dari semua data yang telah diolah.
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
Situ Gede berada di belakang kantor Lurah Situ Gede. Di sebelah Utara situ adalah kawasan hutan kota CIFOR (Center for International Forestry Research) yang terjaga kelestariannya. Kondisi penyusutan luasan Situ Gede berada pada kondisi rendah, karena dalam 10 tahun terakhir tidak mengalami penyusutan luasan yang berarti, walaupun ada usaha-usaha dari penduduk untuk menggunakan lahan di kawasan situ untuk dirubah menjadi rumah. Data dari Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor tahun 1993 menyebutkan terjadi penyusutan luasan sebesar 10 persen dari 6,9 Ha, dan data tahun 2005 menyebutkan terjadi penyusutan menjadi 6,2 Ha (Rahman, 2010). Gambaran kondisi Situ Gede yang diteliti oleh Rahman (2010) yang memperlihatkan kualitas Situ Gede terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Kondisi dan nilai bobot Situ Gede menurut parameter penilaian
No Parameter Penilaian Kondisi Nilai Bobot
1 Penyusutan luas dalam 10 tahun terakhir
Rendah ( < 5 % ) 3
2 Kedalaman musim hujan Sedang ( 2-5 m ) 2
3 Penurunan muka air pada musim kemarau
Rendah ( < 25 % ) 3
4 Sempadan Ada 3
5 Cekdam & Pintu Air Ada, berfungsi baik 3
6 Prosentase tutupan vegetasi < 25 % 3
7 Baku Mutu air Kelas II 3
Jumlah 20
Sumber : Rahman, 2010
Kondisi kualitas air Situ Gede masuk pada kelas II yang dapat digunakan untuk tempat rekreasi air, budidaya perikanan air tawar, peternakan, air untuk pertanaman dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Rahman (2010) juga menganalisis kualitas situ di Kota Bogor. Kualitas situ di Kota Bogor terbagi menjadi tiga yang didapatkan dari penilaian kondisi situ dengan satu situ masuk kategori rusak yakni Situ Curug, empat situ masuk kategori terganggu yaitu Situ Panjang, Situ Leutik, Situ Anggalena dan Danau Bogor Raya serta dua situ masuk kategori baik yaitu Situ Gede dan Danau Kebun Raya, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3 tentang Penilaian Kualitas Situ di Kota Bogor.
Tabel 3 Penilaian kualitas situ di Kota Bogor
No Nama Situ Skor Penilaian Kualitas Situ
1 Situ Panjang 14 Terganggu
2 Situ Gede 20 Baik
3 Situ Leutik 12 Terganggu
4 Situ Curug 9 Rusak
5 Situ Anggalena 13 Terganggu
6 Danau Bogor Raya 15 Terganggu
Temuan potensi Situ Gede yang diteliti oleh Rahman (2010), yaitu situ yang menjadi salah satu ikon dari tempat wisata di Kota Bogor, menunjukkan kondisi lingkungannya pada saat ini masih terjaga. Walaupun ada ancaman penyusutan luas dan pendangkalan akibat sedimentasi, namun secara umum kondisi situ terpelihara. Keberadaan hutan kota CIFOR (The Center for International Forestry Research) di sebelah Utara situ yang tetap terjaga dan dijadikan tempat penelitian di bidang kehutanan, membuat ekologi dan keindahan alam di sekitar Situ Gede tetap terpelihara.
Lokasi Situ Gede yang tidak terlalu lama waktu tempuhnya dari jalan utama serta banyaknya petunjuk arah menuju situ membuat Situ Gede relatif mudah ditemukan. Akses ke Situ Gede juga merupakan jalan alternatif menuju kampus IPB Dramaga. Jalan aspal menuju Situ Gede yang terpelihara, walaupun di beberapa bagian cukup sempit juga dilalui angkutan kota.
Tabel 4 Hasil penilaian potensi Situ Gede sebagai obyek wisata
No Rincian Unsur
Penilaian Penjelasan Nilai
1 Kondisi lingkungan wisata
Kondisi situ baik dan ada lahan untuk pengembangan obyek
3 2 Keragaman atraksi
wisata
Atraksi wisata berupa menikmati keindahan alam, perahu air, hutan kota, memancing, berkemah
3
3 Keunikan obyek wisata
Keberadaan hutan kota CIFOR yang hanya ada di Bogor
2 4 Jumlah pengunjung Pengunjung rata-rata 200 orang/bulan 1 5 Luas jangkauan Pengunjung ada yang dari Jakarta dan
kotalainnya
3 6 Ketersediaan moda
transportasi
Ada angkutan kota tapi jarang 2
7 Kemudahan pencapaian
Situ mudah ditemukan, kondisi jalan baik 3 8 Ketersediaan
infrastruktur
Infratuktur berfungsi baik 3
9 Kesediaan tempat penginapan
Ada penginapan dengan kapasitas yang terbatas
2 10 Kelengkapan sarana
fasilitas penunjang
Ada toilet, parkir, rumah makan 2 11 Keberadaan SDM atau
lembaga pengelola
Pengelola oleh pemerintah dan penduduk 3 12 Promosi terhadap
obyek wisata
Ada promosi 3
Jumlah 30
Kondisi Geografis
Secara administratif, situ Gede terletak di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Secara geografis Situ Gede terletak pada 06033’99’’ LS dan 106044’48’’BT dengan luas 62.000 m2 dan keliling 1.468,89 m.
Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut : Utara : Kali Cisadane
Timur : Kali Sindang Barang Selatan : Desa Cikarawang Barat : Kelurahan Bubulak
Situ Gede merupakan situ alami yang terletak ±8 km dari kota Bogor ke arah Barat, dengan ketinggian 250 m dari permukaan laut. Pengelolaannya di bawah Dinas Pekerjaan Umum (PU) ranting Ciampea yang diwakilkan kepada Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Kelurahan Situ Gede. Curah hujan kawasan Situ Gede berkisar 3219-4671 mm/tahun dan suhu udara rata-rata berkisar 24.900C-25.800C. Lahan di sekitar kawasan wisata air Situ Gede dimanfaatkan untuk pemukiman penduduk, kawasan hutan penelitian, lokasi perkebunan, lokasi persawahan dan kolam ikan.
Sumber air Situ Gede berasal dari air hujan, satu buah mata air yang terdapat di tengah situ dan satu buah inlet yang berasal dari aliran Bendung Cibanten di Kelurahan Loji dan Bendung Cibenda di Kelurahan Bubulak serta dua buah inlet yang berasal dari aliran kolam-kolam masyarakat sekitar. Air di Bendung Cibanten digunakan untuk mengairi sawah di Kelurahan Sindang Barang, Bubulak dan Situ Gede.
Menurut Badan Pengelola Sumber Air-Bogor, Departemen Pekerjaan Umum (2008), Situ Gede memiliki nilai dan manfaat yang sangat luas, diantaranya adalah untuk :
a. Mengairi lahan pertanian dan kolam-kolam ikan seluas ± 175 ha pada dua desa yaitu Desa Situ Gede dan Desa Cikarawang serta mengairi dua situ lainnya yang terletak di bagian hilir, yaitu Situ Panjang dan Situ Burung dengan panjang saluran air 2.500 m.
b. Pengendali banjir
c. Habitat berbagai jenis biota perairan
d. Resapan air untuk sumur masyarakat radius 1 km e. Menyediakan kebutuhan air untuk masyarakat f. Lokasi penelitian sumberdaya air
g. Lokasi wisata air
Kondisi Demografi
Berdasarkan data statistik, jumlah penduduk di Kelurahan Situ Gede hingga bulan Desember 2011 adalah 7941 jiwa yang terdiri dari 4048 laki-laki dan 3893 perempuan (lihat Tabel 5). Sebesar 51.65 persen dari total penduduk tersebut berada dalam kategori berusia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya sebesar 34.50 persen adalah non-produktif (0-14 tahun dan >64 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa beban tanggungan usia produktif terhadap non produktif relatif tidak terlalu berat. Usia masyarakat yang produktif dan tidak produktif tersebut adalah kategori yang pada umumnya digunakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Hal demikian juga menunjukkan bahwa jumlah penduduk berusia produktif di Kelurahan Situ Gede
kawasan wisata air Situ Gede. Rasio jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan lebih dari satu, hal ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Lihat tabel 5.
Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk Kelurahan Situ Gede menurut usia
Usia Jumlah Penduduk Persentase (%)
00-04 tahun 425 6.78 05-09 tahun 808 12.90 10-14 tahun 895 14.29 15-19 tahun 757 12.08 20-29 tahun 1716 27.39 30-34 tahun 545 8.70 35-39 tahun 324 5.17 40-44 tahun 155 2.47 45-49 tahun 414 6.61 50-54 tahun 191 3.04 >60 tahun 33 0.52 Total 6263 100.00
Sumber : Data Monografi Kelurahan Situ Gede
Kondisi Ekonomi
Sumber penghasilan utama yang terbesar penduduk di Kelurahan Situ Gede bergerak di bidang jasa, yaitu sebanyak 686 orang atau sekitar 35 persen. Hanya sedikit yang bekerja sebagai karyawan, seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 93 orang, TNI sebanyak 15 orang, Polri sebanyak 10 orang, dan Swasta/BUMN/BUMD sebanyak 195 orang. Untuk bidang wirasawasta sebanyak 378 orang, tani sebanyak 455 orang, buruh tani sebanyak 22 orang, dan pensiunan sebanyak 71 orang . Lihat tabel 6 dan gambar 3.
Tabel 6 Jumlah dan persentase penduduk Kelurahan Situ Gede menurut mata pencaharian
Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Persentase (%)
a. Karyawan 1. Polri 10 0.50 2. TN 15 0.75 3. Pertukangan 22 1.11 4. Buruh tani 53 2.67 b. Pensiunan 71 3.58
c. Pegawai negeri sipil 93 4.70
d. Swasta/BUMN/BUMD 195 9.85
e. Wiraswasta/pedagang 378 19.11
f. Tani 455 23.00
g. Jasa/lain-lain 686 34.68
Total 1978 100.00
Kondisi Pendidikan dan Kesehatan Penduduk
Tingkat pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan peningkatan kualitas sumberdaya manusia di Kelurahan Situ Gede. Tabel 7 menunjukkan bahwa penduduk desa yang tamat Taman Kanak-Kanak sebanyak 66 orang atau sebesar 9.92 persen. Penduduk yang tamat sekolah dasar (SD)/MI sebanyak 119 orang atau sebesar 17.89 persen. Penduduk yang tamat SMP/SLTP/MTs sebanyak 244 orang atau sebesar 36.69 persen. Penduduk yang tamat SMA/SLTA/Aliyah sebanyak 153 orang atau sebesar 23.45 persen. Penduduk yang tamat akademi/D1-D3 sebanyak 44 orang atau sebesar 6.61 persen. Penduduk yang tamat sarjana (S1-S3) sebanyak 39 orang atau sebesar 5.86 persen. Tidak ada penduduk yang lulusan pendidikan khusus, seperti sekolah luar biasa, home schooling, dan lain-lain.
Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk menurut Kelurahan Situ Gede menurut tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Persentase (%)
1. Taman Kanak-kanak 66 9.92 2. Sekolah Dasar/MI 119 17.89 3. SMP/SLTP/MTs 244 36.69 4. SMA/SLTA/Aliyah 153 23.45 5. Akademi/D1-D3 44 6.61 6. Sarjana (S1-S3) 39 5.86 Total 665 100.00
Sumber : Data Monografi Kelurahan Situ Gede
Untuk pendidikan luar sekolah, terdapat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan murid mencapai 80 orang. Pelayanan di bidang kesehatan, Kelurahan Situ Gede memiliki satu buah gedung Poliklinik/Balai Pelayanan Masyarakat, dua buah praktek bidan, satu buah Balai Pengobatan, dan dua buah Rumah Bersalin. Berdasarkan data tersebut dapat ditark kesimpulan bahwa tingkat pendidikan penduduk kelurahan Situ Gede berada pada tingkatan menengah. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah penduduk pada tingkatan SMP/SLTP/MTs sebanyak 244 orang atau sebesar 36.69 persen.
Kondisi Sarana dan Prasarana
Sarana penerangan listrik saat ini telah menjangkau hampir seluruh wilayah Kelurahan Situ Gede yang dikelola oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Jaringan telepon rumah dan telepon selular (telepon genggam) telah tersedia, terlihat dari banyaknya penjual pulsa telepon. Prasarana transportasi darat seperti jalan semen atau beton dan jalan aspal telah menghubungkan antar wilayah Kelurahan Situ Gede dengan wilayah di sekitarnya. Angkutan kota yang melintasi wilayah ini tidak beroperasi selama 24 jam, tetapi daerah Kelurahan Situ Gede telah dijadikan sebagai jalan alternatif dari arah Bubulak/Laladon ke arah Situ Gede dan sekitarnya.
Sarana gedung sekolah yang ada di Kelurahan Situ Gede terdapat lima bangunan SD, satu buah gedung SMP, dan 2 buah gedung MTS. Untuk pendidikan luar sekolah, terdapat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan dua buah gedung, dan muridnya
WISATA SITU GEDE
Adanya wisata mempengaruhi kehidupan masyarakat di sekitar kawasan wisata. Perkembangan wisata salah satunya dapat terlihat dari jumlah pengunjung/wisatawan. Wisatawan yang datang untuk menikmati keindahan alam maupun kebudayaan akan memberikan dampak bagi masyarakat di sekitar kawasan wisata tersebut. Dampak ini meliputi dampak ekonomi, sosial, dan ekologi. Bab ini akan membahas mengenai bagaimana kondisi wisata di kawasan wisata air Situ Gede yang meliputi indeks kesesuaian wisata dan daya dukung kawasan.
Indeks Kesesuaian Wisata
Analisis kesesuaian wisata adalah analisis kegiatan wisata yang telah diadakan atau akan dikembangkan di suatu kawasan dengan menyesuaikan antara peruntukannya dengan potensi sumberdaya yang dimiliki oleh Situ Gede. Matriks kesesuaian wisata yang digunakan berdasarkan matriks kesesuaian menurut Yulianda (2007) yang telah dimodifikasi. Matriks ini dibuat berdasarkan hasil studi pustaka dan subjektivitas dari ahli dalam bidangnya. Matriks kesesuaian untuk setiap kegiatan wisata yang akan dikembangkan di Situ Gede dapat dilihat pada Lampiran 2.
Kesesuaian wisata di Situ Gede dianalisis pada setiap kegiatan yang dikembangkan di kawasan wisata air Situ Gede. Dalam hal ini kegiatan wisata yang ada hanya berupa bebek-bebekan. Berdasarkan penelitan Sari 2009 menyebutkan bahwa sepeda air atau bebek-bebekan sangat sesuai di kawasan wisata air Situ Gede (Lampiran 3). Hal ini juga sesuai dengan hasil pengamatan di lapang. Bebek-bebekan yang telah dikelola sejak tahun 2004 berjumlah enam armada (enam buah). Bebek-bebekan hingga saat ini masih menjadi kegiatan wisata utama yang tetap bertahan dan sesuai dengan potensi sumberdaya air yang dimiliki Situ Gede. Kesesuaian ini terlihat dari beberapa kriteria seperti : kedalaman perairannya antara 2-6 m; air tidak berbau; ada tiga vegetasi yang hidup di tepi situ (aren, pinus, meranti); dan warna airnya adalah hijau jernih. Kriteria tersebut menurut penelitan Sari (2009) termasuk dalam kategori S1 atau sangat sesuai.
Kriteria sangat sesuai juga dituturkan oleh ketua salah satu pihak terkait di kawasan Situ Gede, yang menyebutkan bahwa vegetasi yang dapat tumbuh di sekitar Situ Gede diantaranya pohon duren, rambutan, dan tanaman keras lainnya; air Situ Gede jernih, tidak berwarna dan tidak berbau; kedalaman Situ Gede yang paling dalam sekitar 6m-7m, dan untuk yang paling dangkal sekitar 3m-4m. ada banyak kegiatan yang bisa dikembangkan di kawasan wisata air Situ Gede. Hal ini sebagaimana penelitan terdahulu yang telah dilakukan oleh Sari 2009 seperti yang terlampir dalam Lampiran 1.
Daya Dukung Kawasan
Daya dukung kawasan merupakan jumlah maksimum wisatawan yang secara fisik dapat ditampung di setiap lokasi sesuai peruntukannya dalam satu hari agar tidak menimbulkan kerusakan alam dan wisatawan dapat bergerak bebas serta tidak merasa terganggu oleh keberadaan wisatawan lain di lokasi tersebut.
Analisis daya dukung kawasan di kawasan wisata air Situ Gede dilakukan agar pemanfaatannya dapat berkelanjutan. Metode yang digunakan untuk analisis daya
dukung yaitu dengan menggunakan konsep daya dukung kawasan (DDK). Daya dukung setiap kawasan berbeda terkait dengan jenis kegiatan wisata yang dikembangkan.
Kegiatan wisata bebek-bebekan yang dikembangkan di Situ Gede dengan waktu yang disediakan dalam sehari sekitar delapan jam, waktu yang biasa dipakai setiap pengunjung maksimal tiga puluh menit, dengan luas kawasan yang bisa dimanfaatkan dua ha, luas kawasan yang biasa dipakai oleh setiap pengunjung satu ha, serta potensi ekologis pengunjung maksimal dua orang. Maka daya dukung kawasan Situ Gede sebagai berikut :
DDK = K x Lp/Lt x Wt/Wp
DDK = 2 orang x 2ha/1ha x 8 jam/0,5 jam DDK = 64 orang/hari
Dari hasil perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata bebek-bebekan adalah 64 orang/hari. Terdapat sedikit perbedaan dengan data yang diperoleh oleh Sari, E (2009) dalam penelitiannya dengan daya dukung sepeda air (bebek-bebekan) adalah 60 orang/hari, seperti terlihat dalam Lampiran 4. Perbedaan daya dukung kawasan ini disebabkan perbedaan waktu penelitian. Sari meneliti pada tahun 2009, dimana lokasi yang bisa dimanfaatkan oleh pengunjung diatas dua ha, sehingga daya dukung kawasan lebih besar.