BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Satu atau lebih event penting dalam kalender mengandung holiday effect. Detailnya, efek pra libur dimana pendapatan harga saham jauh lebih tinggi pada beberapa hari menjelang liburan. Pertama kali dicetuskan oleh Fields (1934) maka
holiday effect dapat dikatakan sebagai salah satu efek tetap musiman yang tertua. Penelitian oleh Lankonishok dan Smidt (1988) menunjukkan holiday effect
memberi pengaruh 30% - 50% terhadap total pendapatan pasar modal US pada periode sebelum tahun 1987. Tingkat rata-rata pendapatan sebelum libur adalah 0,22% dibandingkan dengan pendapatan harian biasa yang tidak sampai pada 0,01%. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Ariel (1990) yang melakukan studi penekanan persamaan CRSP dan penekanan nilai indeks dari tahun 1963-1982. Kim dan Park (1994) serta Brockman dan Michayluk (1998) juga menemukan
holiday effect di AS dengan menggunakan indikator pasar dari New York Stock Exchange (NYSE), AMEX, dan NASDAQ dari tahun 1963-1987 dan 1987-1993.
Tetapi penelitian terbaru di AS menyatakan bahwa holiday effect adalah tidak ada. Vergin dan McGinnis (1999) meneliti kekuatan pra libur menggunakan S&P500 dan indeks NYSE (untuk pendapatan saham perusahaan skala besar) dan indeks NASDAQ dan AMEX (untuk pendapatan saham perusahaan yang lebih kecil). Penelitian oleh Vergin dan McGinnis menunjukkan bahwa holiday effect
telah hilang pada perusahaan-perusahaan besar tetapi tetap ada pada perusahaan kecil.
Holiday effect juga mendapat perhatian di luar AS. Salah satu studi internasional paling awal dilakukan oleh Cadsby dan Ratner (1992). Mereka mengamati negara Kanada, Jepang, Hongkong, dan Australia dari tahun 1962-1989 untuk hari libur lokal dengan menggunakan indeks pasar masing-masing negara. Hasilnya menyatakan bahwa signifikansi pra libur mempengaruhi semua sampel pasar dengan pendapatan tertinggi terlihat pada beberapa hari menjelang liburan.(dikutip dari Marret dan Worthington 2007).
Penelitian empiris mengenai Holiday Effect di pasar bursa Australia 1996-2006 oleh G.J Marrett dan A.C. Worthington dari Universitas Wollongong menunjukkan bahwa holiday effect terdapat pada level pasar dengan pendapatan lima kali lebih tinggi dibanding hari-hari lain. Kesimpulan umumnya adalah pasar bursa Australia berada pada efisiensi tingkat lemah.
Penelitian oleh Al-Saad dan M.Khalid dengan judul “The Holiday Effect and Stock Return inThe Kuwait Stock Exchange” yang dipublikasikan oleh Global Competitiveness (2005) menyimpulkan bahwa tidak ada holiday effect di pasar bursa Kuwait. Penjelasannya adalah mengambil keuntungan dari anomali dengan membeli dan menjual saham membutuhkan biaya transaksi dan pembelian saham pada harga murah mengakibatkan kenaikan harga saham dan menghapus anomali. Penelitian “Modelling Lunar Calendar Holiday Effect in Taiwan” oleh Jin Lung Lin dan Tian Syh Liu dari Institute of Economics Academia Sinica Taipei juga menyimpulkan bahwa tidak ada holiday effect di TAIEX.
Penelitian oleh Octa Tri Aryanto dari Universitas Airlangga (2006) dengan judul “Pengaruh Lebaran terhadap Pendapatan Abnormal Saham di Bursa Efek Jakarta” menyimpulkan pada tahun 2000 periode uji t-4, t-3, t+1 dan t+3 terdapat abnormal return yang cukup signifikan, pada tahun 2001 periode uji t-2 terdapat abnormal return yang cukup signifikan dan pada tahun 2002 periode uji t-7, t+4, dan t+6 terdapat abnormal return yang cukup signifikan disekitar libur lebaran.
Penelitian oleh Hendrawan dari Universitas Indonesia (2004) dengan judul “Penelitian Anomali Efek Liburan Terhadap Imbal Hasil Indeks LQ45 di Bursa Efek Jakarta” menyimpulkan bahwa pengujian tidak memberikan indikasi bahwa
return Indeks LQ45 dipengaruhi oleh preferensi hari sebelum hari libur nasional maupun setelah hari libur nasional terhadap hari perdagangan biasa.
B. Pengertian Pasar Modal
Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 tahun. UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995 mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. (Samsul 2006: 43)
Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat berharga (efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit,
tanda bukti hutang, rights, warrants, opsi atau setiap derivatif dari efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam sebagai efek.
C. Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Sebagai instrumen investasi, saham memiliki risiko antata lain: capital loss yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli; dan resiko likuidasi yaitu perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi. Jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham.
Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand
atas saham tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya.
D. Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu.
Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula.
Seperti halnya mayoritas bursa-bursa di dunia, indeks-indeks di BEI dihitung dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah
saham tercatat (nilai pasar) atau Market Value Weighted Average Index. Formula dasar perhitungan indeks adalah:
Nilai pasar adalah kumulatif jumlah saham tercatat dikali dengan harga pasar. Nilai pasar disebut juga kapitalisasi pasar. Formula untuk menghitug nilai pasar adalah:
Nilai Pasar = p1q1 + p2q2 + ... + pnqn Dimana : p = closing price (harga yang terjadi) untuk emiten ke-i
q = jumlah saham yang digunakan untuk perhitungan indeks (jumlah saham yang tercatat) untuk emiten ke-i
n = jumlah emiten yang tercatat di BEI
Nilai dasar adalah kumulatif jumlah saham pada hari dasar dikali dengan harga pada hari dasar.
Di Bursa Efek Indonesia terdapat 6 (enam) jenis indeks, antara lain:
1. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI.
2. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, dan lain-lain. Di BEI indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu:
pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur.
3. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (Composite Stock Price Index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.
4. Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap 6 bulan terdapat saham-saham baru yang masuk kedalam LQ 45 tersebut.
5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks yang terdiri 30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah Islam. Dengan kata lain, dalam Indeks ini dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah.
1. Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks harga saham gabungan pertama kali diperkenalkan tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Sedangkan jumlah emiten yang tercatat waktu itu adalah 13 emiten. IHSG diterbitkan oleh bursa efek, pihak di luar bursa efek tidak tertarik untuk menerbitkan IHSG karena
indeks tersebut masih kalah manfaatnya dibanding indeks harga saham parsial. (Samsul 2006: 185)
2. Indeks Harga Saham Sektoral
Indeks sektoral BEI adalah sub indeks dari IHSG. Semua saham yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI yang diberi nama JASICA (Jakarta Industrial Classification). Ke sembilan sektor tersebut adalah:
A. Sektor-sektor Primer (ekstraktif) • Sektor 1 : Pertanian
• Sektor 2 : Pertambangan
B. Sektor-sektor Sekunder (Industri Pengolahan / Manufaktur) • Sektor 3 : Industri Dasar dan Kimia
• Sektor 4 : Aneka Industri
• Sektor 5 : Industri Barang Konsumsi
C. Sektor-sektor Tersier (Industri Jasa / Non-Manufaktur) • Sektor 6 : Properti dan Real Estate
• Sektor 7 : Transportasi dan Infrastrukur • Sektor 8 : Keuangan
• Sektor 9 : Perdagangan, Jasa, dan Investasi.
Indeks sektoral diperkenalkan tanggal 2 Januari 1996 dengan nilai awal indeks adalah 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar tanggal 28 Desember 1995.
Pasar modal yang efisien adalah pasar modal yang berisi sekuritas yang nilai pasarnya selalu menyesuaikan secara cepat dan langsung apabila terjadi perubahan nilai intrinsik dari asset yang menjadi dasar dikeluarkannya sekuritas tersebut. Jadi apabila saham suatu perusahaan tidak berubah harga pasarnya padahal perusahaan tersebut mengalami suatu kondisi yang mempengaruhi bisnisnya dan informasi tentang hal itu telah tersebar kepada publik, berarti pasar modal itu tidak lah efisien. Pasar modal yang efisien diasumsikan berisi investor yang selalu berusaha mengejar keuntungan sebesar-besarnya, tidak mau melewatkan kesempatan sekecil apa pun untuk memperoleh laba, serta cukup pintar dalam mengolah dan mengakses data perusahaan sehingga apabila ada informasi yang dapat dipergunakannya untuk memperoleh untung maka segera akan direalisasikan.lnformasi yang langsung berkaitan dengan kondisi perusahaan adalah informasi penting yang menjadi acuan utama dalam strategi investasinya. Informasi lain seperti adanya pola berulang dari harga saham dapat pula digunakannya untuk meraup untung sebesar-besarnya. Akibat adanya investor seperti di atas tercermin pada pola pergerakan harga saham yang tak beraturan (random walk). Random walk
menjadi ciri pasar modal efisien. Secara umum, investor biasanya melakukan teknikal analisis dalam memutuskan investasi saham. Charting, melihat pola berulang harga saham, dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang kadang tidak masuk akal seperti pemilu presiden di Amerika, partai apa yang menang pemilu (demokrat atau republik).
F. Hipotesa Pasar Efisien
Bentuk efisiensi pasar tidak hanya dapat ditinjau dari segi ketersediaan informasinya saja, tetapi juga dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja disebut dengan efisiensi pasar secara informasi. Sedangkan pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan pelaku pasar dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia disebut efisiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market).
Tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan bentuk informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan, dan informasi privat sebagai berikut ini:
1. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisiensi dalam bentuk lemah jika harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Bila ini benar, maka segala bentuk Teknikal Analisis tidak berguna sama sekali.
2. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (semi strong form)
Pasar dikatakan efisien setngah kuat jika harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicy
avaiable information) termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan. Laporan yang dipublukasikan dapat berupa :
a. Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Informasi ini umumnya berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di perusahaan emiten (corporate event) seperti pengumuman laba, pembagian deviden, pengembangan produk baru, merger dan akuisisi, pergantian pemimpin perusahaan dan lain sebagainya.
b. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga sekuritas sejumlah perusahaan. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang hanya berdampak pada harga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terkena regulasi tersebut. c. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga sekuritas semua
perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Informasi ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang berdampak ke semua perusahaan emiten.
Bila hal ini benar, maka semua bentuk Teknikal Analisis dan Fundamental Analisis tidak bisa memberikan nilai tambah.
3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada investor yang
dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat.
G. Anomali Pasar (Market Anomalies)
Dalam membahas pengujian pasar efisien, maka tidak terlepas dari adanya ketidak-teraturan (anomali) yang ada yang terkait dengan pasar efisien. Anomali disini adalah salah satu bentuk dari fenomena yang ada di pasar. Pada anomali ditemukan hal-hal yang seharusnya tidak ada bilamana dianggap bahwa pasar efisien benar-benar ada. Artinya, suatu peristiwa (event) dapat dimanfaatkan untuk memperoleh abnormal return. Dengan kata lain, seorang investor dimungkinkan memperoleh abnormal return dengan mengandalkan suatu peristiwa tertentu. Anomali yang ada, tidak hanya ditemukan pada satu jenis bentuk pasar efisien saja, tetapi ditemukan pada bentuk pasar efisien yang lain. Artinya, bukti empiris adanya anomali di pasar modal muncul pada semua bentuk pasar efisien, walaupun kebanyakan ditemukan pada bentuk efisien bentuk semi kuat (semi strong). Pengujian berbasis ada tidaknya anomali menggunakan model pendekatan uji ke belakang (back tested method). Peneliti melakukan pengujian untuk menjawab pertanyaan bagaimana data historis (hystorical price data) bergerak atau berubah sebagai konsekuensi dari adanya kejadian atau pengamatan.
Dalam teori keuangan, dikenal sedikitnya empat macam anomali pasar. Keempat anomali tersebut adalah anomali perusahaan (firm anomalies), anomali musiman (seasonal anomalies), anomali peristiwa atau kejadian (event anomalies), dan anomali akuntansi (accounting anomalies).
Tabel 2.1
Ringkasan Anomali Pasar No Kelompok Jenis Khusus Keterangan
1 Anomali Peristiwa
1. Analysts' Recomendation
Semakin banyak analis
merekomendasikan untuk membeli suatu saham, semakin tinggi peluang harga akan turun.
2. Insider Trading Semakin banyak saham yang dibeli oleh
insiders, semakin tinggi kemungkinan harga akan naik.
3. Listings Harga sekuritas cenderung naik setelah perusahaan mengumumkan akan melakukan pencatatan saham di bursa.
4. Value Line
Ratings Changes
Harga sekuritas akan terus naik setelah Value Line menempatkan rating perusahaan pada urutan tinggi. 2 Anomali
Musiman
1. January Harga sekuritas cenderung naik di bulan Januari, khususnya di hari-hari pertama. 2. Week-end Harga sekuritas cenderung naik pada hari
Jumat dan turun hari Senin.
3. Time of Day Harga sekuritas cenderung naik di 45 menit pertama dan 15 menit terakhir perdagangan.
4. End of Month Harga sekuritas cenderung naik di hari-hari akhir tiap bulan.
5. Seasonal Saham perusahaan dengan penjualan musiman tinggi cenderung naik selama musim ramai.
Lanjutan...
No Kelompok Jenis Khusus Keterangan 3 Anomali
Perusahaa n
1. Size Return pada perusahaan kecil cenderung lebih besar walaupun sudah disesuaikan dengan resiko.
2. Closed-end
Mutual funds
Return pada close-end funds yang dijual dengan potongan cenderung lebih tinggi. 3. Neglect Perusahaan yang tidak diikuti oleh
banyak analis cenderung menghasilkan return lebih tinggi.
4. Institutional Holdings
Perusahaan yang dimiliki oleh sedikit institusi cenderung memiliki return yang lebih tinggi.
4 Anomali Akuntansi
1. P/E Saham dengan P/E ratio rendah cenderung memiliki return yang lebih tinggi.
2. Earnings
Surprise
Saham dengan capaian earnings lebih tinggi dari yang diperkirakan cenderung mengalami peningkatan harga.
3. Price/Sales Jika rasionya rendah cenderung berkinerja lebih baik.
4. Price/Book Jika rasionya rendah cenderung berkinerja lebih baik.
5. Devidend Yield Jika yield-nya tinggi cenderung berkinerja lebih baik.
6. Earnings
Momentum
Saham perusahaan yang tingkat pertumbuhan earnings-nya meningkat cenderung berkinerja lebih baik. Sumber: Gumiati dan Utami.
H. Holiday Effect
Banyak peristiwa yang dapat mempengaruhi harga saham di pasar begitu peristiwa itu terjadi. Peristiwa-peristiwa tersebut memiliki karakterisktik yang berbeda. Peristiwa corporate action seperti split, right issue, waran, saham bonus, saham deviden, dan deviden tunai mempunyai pengaruh terhadap harga saham tetapi lamban. Peristiwa insidentil yang mencakup ledakan bom, kerusuhan massa dalam pergantian Presiden, peperangan yang dilakukan oleh negara besar, embargo ekonomi, dan kenaikan harga bahan bakar di pasar internasional berdampak drastis terhadap harga saham. Investor yang banyak mempelajari dampak suatu peristiwa terhadap harga saham akan bertindak cepat dalam mengambil keputusan jual atau beli begitu peristiwa serupa terjadi. Besarnya dampak suatu peristiwa terhadap setiap jenis saham tidaklah sama. Investor selalu menggunakan “return” sebagai tolak ukurnya. (Samsul 2006: 274)
Holiday effect adalah salah satu bagian dari event effect. Satu atau lebih liburan penting dalam kalender mengandung holiday effect dimana pendapatan saham di hari-hari menjelang libur jauh lebih tinggi dibanding hari-hari biasa. (paper G.J. Marrett dan A.C. Worthington 2006)