• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perbaikan kualitas penduduk merupakan tujuan pembangunan dan sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan kualitas penduduk berarti peningkatan produktivitas masyarakat dalam pembangunan. Kualitas penduduk menyangkut kualitas fisik maupun non-fisiknya. Peningkatan kualitas fisik mencakup peningkatan dalam makanan bergizi, kesegaran jasmani atau olahraga, pola hidup sehat, dan yang paling penting lingkungan sehat.

Pesatnya pembangunan ekonomi terutama di sektor industri telah terjadi di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kawasan industri yang tersebar, tidak hanya di kota-kota besar seperti Surabaya, Bandung, Jakarta dan lain-lain. Kawasan industri juga telah merambah ke kota-kota lainnya, tidak terkecuali Bogor. Pembangunan kawasan industri bukan hanya berdampak pada sosial ekonomi masyarakat saja, tetapi juga membawa pengaruh terhadap perubahan kualitas fisik lingkungan sekitar kawasan industri. Ada dua dampak yang dapat disebabkan dari keberadaan kawasan industri, yaitu dapat berupa manfaat ataupun kerugian. Dua hal tersebut seakan tidak bisa dihindari akibat adanya industri. Manfaat yang diterima tentu tersedianya lapangan pekerjaan yang dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.

Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi

(2)

sebelumnya pada sebagian besar penduduk dunia, terutama di negara-negara maju. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, industri sangat esensial untuk memperluas landasan pembangunan dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Banyak kebutuhan umat manusia hanya dapat dipenuhi oleh barang dan jasa yang disediakan dari sektor industri.

Pada umumnya, permasalahan dalam ekonomi lingkungan mengacu pada ekonomi mikro. Namun isu-isu lingkungan ada hubungannya dengan perilaku ekonomi makro. Kondisi ekonomi makro suatu negara dapat dilihat dari beberapa indikator, misalnya angka pengangguran, angka pertumbuhan ekonomi, angka inflasi, jumlah penduduk, dan sebagainya. Hipotesis Environmental Kuznets Curve (EKC) mengatakan bahwa degradasi lingkungan akan meningkat pada tahap-tahap awal pembangunan ekonomi, namun setelah mencapai titik tertentu, pertumbuhan ekonomi lebih lanjut akan mampu mengurangi tingkat kerusakan lingkungan. Hipotesis ini mengatakan kerusakan lingkungan yang parah rawan terjadi di negara-negara berkembang yang mayoritas merupakan negara miskin dan terbelakang. Sebaliknya, keadaan lingkungan di negara-negara industri maju lebih baik karena mereka memiliki income yang cukup untuk melakukan usaha-usaha perbaikan lingkungan (Putri et al, 2008). Sebagaimana ditampilkan pada Gambar 1.

(3)

Gambar 1. Environmental Kuznets Curve

Dalam sektor industri, pengendalian lingkungan akibat limbah industri merupakan salah satu masalah yang perlu ditanggulangi bagi setiap negara berkembang yang akan masuk ke era industrialisasi. Limbah adalah konsekuensi logis dari setiap pendirian suatu industri (pabrik) walaupun tidak semua industri menghasilkan limbah. Bila limbah yang mengandung senyawa kimia tertentu sebagai bahan berbahaya dan beracun dengan konsentrasi tertentu dilepas ke lingkungan maka hal itu akan mengakibatkan pencemaran, baik di sungai, tanah maupun udara (Kristanto, 2004). Pemahaman akan pencemaran sangat penting artinya, baik bagi masyarakat umum maupun pengusaha.

Pada awalnya, suatu industri berdiri dengan beberapa kegiatan pendahuluan yang paling umum, yang tidak menimbulkan keberatan dari masyarakat lingkungan sekitar. Namun setelah industri tersebut berdiri, masyarakat mulai mendekat dengan mendirikan pemukiman di sekelilingnya. Ketika industri tersebut dirasakan mulai mengganggu, masyarakat sekitar, yang mendekat setelah industri tersebut beroperasi, mulai protes. Keadaan ini sebenarnya tidak perlu terjadi bila pola penggunaan lahan dan konsep tata ruang cukup jelas diterapkan. Pengaturan peruntukan lahan untuk berbagai kepentingan,

K

er

usa

ka

n

(4)

misalnya, pemukiman, usaha peternakan dan perindustrian sudah harus ada guna mengurangi terjadinya konflik kepentingan.

Penurunan kualitas lingkungan yang terjadi akibat pencemaran merupakan salah satu penyebab konflik yang terjadi di Kelurahan Nanggewer. Kondisi lingkungan sudah tidak mendukung untuk keperluan kegiatan sehari-hari. Terutama dalam penurunan kualitas air, padahal air memiliki fungsi ekonomi bagi kehidupan manusia yaitu air digunakan untuk menunjang kehidupan manusia baik produksi, distribusi maupun konsumsi. Berbagai macam penyakit telah dirasakan masyarakat akibat pencemaran tersebut. Telah terjadi kerugian yang harus ditanggung masyarakat akibat pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya selain itu besarnya keinginan untuk menerima kompensasi yang paling minimum atas pencemaran atau kerusakan yang terjadi, hal inilah yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini.

1.2 Perumusan Masalah

Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong adalah salah satu wilayah di Kabupaten Bogor yang berada di sekitar kawasan Industri. PT. Sutra Kabel Intimandiri, PT. Dinar Makmur, PT. Bintang Kharisma, PT. Upati, PT. Sri Intan Toki, dan PT. Asaita Mandiri Agung merupakan beberapa industri yang terdapat di sekitar kelurahan Nanggewer. Pada kasus pencemaran ini masyarakat lebih berpandangan bahwa PT. Sutra Kabel Intimandiri adalah industri yang menyebabkan terjadinya pencemaran pada air tanah maupun udara. Menurut Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat Karadenan Dr. Tami, pencemaran air tanah yang terjadi di Kelurahan Nanggewer disebabkan dari adanya kebocoran kolam penampungan yang digunakan untuk proses produksi pada PT. Sutra Kabel

(5)

Intimandiri. Namun, untuk kasus pencemaran udara PT. Sutra Kabel Intimandiri bukan merupakan sumber tunggal pencemaran, melainkan ada beberapa industri seperti PT. Dinar Makmur, PT. Bintang Kharisma, PT. Upati, PT. Sri Intan Toki, dan PT. Asaita Mandiri Agung yang juga berperan terjadinya pencemaran udara di Kelurahan Nanggewer. Menurut Bapak Soeharto, Lurah Kelurahan Nanggewer, untuk pencemaran udara, lebih disebabkan oleh asap hitam yang keluar dari pipa saluran pembuangan yang merupakan sisa hasil pembakaran. Pencemaran ini tentu saja akan memberikan dampak negatif terhadap kualitas lingkungan, terutama pada pencemaran udara dan pencemaran air tanah (air sumur) masyarakat setempat. Kepala Bidang Pemberantasan, Pencegahan Penyakit, dan Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor memaparkan zat kimia dalam air sumur sudah melebihi ambang batas. Menurut hasil test Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Bogor menjelaskan bahwa tingkat kekeruhan dan warna air sudah melebihi ambang batas, zat besinya empat kali lipat, dan mangan mencapai sepuluh kali lipat di atas ambang batas. Sebagaimana ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas Air Sumur Kelurahan Nanggewer

No. Jenis Parameter Satuan Hasil

Pemeriksaan

Kadar Maksimum yang Diperbolehkan Parameter fisik

1 Bau - Tidak Berwarna -

2 Warna TCU 488* 50 3 TDS mg/L 29,30 1500 4 Kekeruhan NTU 423* 25 Parameter Kimiawi 5 Nitrat mg/L 10,81* 10 6 Besi mg/L 4,17* 1,00 7 Mangan mg/L 5,65* 0,50 8 Timbal mg/L 5,39* 0,06 9 Sianida mg/L 0,13* 0,10

(6)

   Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, masyarakat Kelurahan Nanggewer sudah tidak bisa memanfaatkan air sumur karena sangat berbahaya bagi kesehatan. Keadaan ini tentunya sangat merugikan masyarakat sekitar kawasan industri, mereka kesulitan mendapatkan sumber air bersih karena air sumurnya yang sudah tidak layak, baik untuk dikonsumsi maupun sekedar untuk mencuci pakaian karena menimbulkan bau yang pekat pada pakaian. Kesehatan masyarakat di Kelurahan Nanggewer pun terganggu oleh penyakit yang muncul akibat pencemaran yang terjadi. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, penyakit yang muncul akan sangat serius dan berlangsung lama, penyakit tersebut diantaranya pusing-pusing, batuk, sakit paru, vertigo, dan sesak napas. Menurut data Pusat Kesehatan Masyarakat Karadenan, penyakit yang diderita masyarakat Nanggewer RT 01/RW 05 yang jumlah penduduknya kurang lebih 100 orang diantaranya adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) seanyak 45 orang, ASMA satu orang, maag empat orang, dermatitis (gatal) 10 orang, dan nyalgia (pegal-pegal) 11 orang. Dilihat dari jenis penyakit dan jumlah orang yang menderitanya, pencemaran udara yang terjadi sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat Nanggewer. Untuk kasus pencemaran air, telah ada upaya-upaya dari pihak PUSKESMAS Karadenan seperti pengambilan sampel air bersih dan air limbah, pengobatan masal, dan penyuluhan kepada masyarakat.  

Tingginya frekuensi yang menderita penyakit akibat pencemaran tersebut mempengaruhi tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat Nanggewer. Ada biaya kerugian yang harus ditanggung oleh masyarakat, seperti biaya pengobatan (Cost of Illness) atas penyakit yang diderita akibat pencemaran udara dan air tanah, selain itu ada juga biaya pengganti (Replacement Cost) untuk kembali

(7)

mendapatkan air bersih yang layak untuk dikonsumsi. Melihat kondisi seperti ini, ada baiknya bila pihak pencemar memberikan kompensasi kepada masyarakat Nanggewer yang telah menerima dampak dari pencemaran yang terjadi. Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni minum, meracuni makanan hewan, menjadi ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, salah satu dampak yang diakibatkan yaitu terhadap estetika lingkungan (Kementrian Lingkungan Hidup, 2004)

Kondisi inilah yang melatarbelakangi penggunaan teknik CVM. Metode CVM digunakan berdasarkan pada asumsi hak kepemilikan, jika individu yang ditanya tidak memiliki hak-hak atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam, maka pengukuran yang relevan adalah dengan mengukur seberapa besar keinginan membayar untuk memperoleh barang tersebut. Sebaliknya, jika individu yang kita tanya memiliki hak atas sumberdaya maka pengukuran yang relevan adalah seberapa besar keinginan untuk menerima kompensasi yang paling minimum atas hilang atau rusaknya sumberdaya yang dia miliki (Fauzi, 2006). Nilai kompensasi atau Willingness to Accept (WTA) yang dihasilkan merupakan bentuk kesediaan menerima kompensasi masyarakat atas kerusakan jasa lingkungan sekitar mereka. Bagaimanapun masyarakat memiliki hak atas sumberdaya yang tercemar (udara dan air sumur).

Berdasarkan uraian diatas maka timbul beberapa pertanyaan yang perlu dikaji dalam penelitian ini, diantaranya:

1) Bagaimana kondisi responden/masyarakat sekitar kawasan industri di Kelurahan Nanggewer akibat terjadi pencemaran?

(8)

2) Berapa nilai kerugian yang ditanggung oleh masyarakat akibat keberadaan industri di sekitar lingkungan mereka?

3) Berapa besar nilai kompensasi yang bersedia diterima masyarakat akibat pencemaran lingkungan oleh industri di Kelurahan Nanggewer?

4) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kesediaan masyarakat dalam menerima kompensasi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mengidentifikasi kondisi responden/masyarakat sekitar kawasan industri di kelurahan Nanggewer akibat terjadi pencemaran.

2) Mengestimasi nilai kerugian masyarakat akibat adanya industri di Kelurahan Nanggewer.

3) Mengestimasi besarnya nilai kompensasi yang bersedia diterima oleh masyarakat atas rusaknya atau tercemarnya lingkungan di Kelurahan Nanggewer.

4) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kesediaan masyarakat dalam menerima kompensasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1) Akademisi dan peneliti, sebagai referensi khususnya dalam mengestimasi kerugian ekonomi akibat kerusakan lingkungan.

2) Pemerintah, dalam menetapkan kebijakan mengenai kompensasi yang diterima oleh masyarakat atas rusaknya jasa lingkungan.

(9)

3) Industri, sebaiknya limbah diolah terlebih dahulu sebelum di buang ke kolam penampungan atau ke lingkungan sekitar, agar tidak terjadi penurunan kualitas lingkungan.

4) Masyarakat luas, untuk lebih mementingkan terjaganya kualitas jasa lingkungan.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Wilayah penelitian ini adalah Kampung Roda Pembangunan RT 01 RW 05 Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah tersebut. Responden terbagi kedalam tiga wilayah, wilayah pertama yaitu reponden yang memiliki jarak tempat tinggal ≤ 100 meter dengan industri, wilayah kedua 101-500 meter, dan wilayah tiga dengan jarak > 500 meter. Ilustrasi mengenai pembagian wilayah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Penelitian ini terfokus pada estimasi nilai kerugian yang diterima masyarakat. Estimasi kerugian ini adalah dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat atas pencemaran air dan udara. Metode WTA yang digunakan bermaksud untuk mengetahui besaran nilai kompensasi yang bersedia diterima oleh masyarakat.

Gambar

Tabel 1. Kualitas Air Sumur Kelurahan Nanggewer

Referensi

Dokumen terkait

Sub Divisi Perencanaan & Anggaran Divisi SDM Divisi Pemasaran Perbankan Sub Divisi Klaim Marine/Aviation Divisi Teknologi Informasi Sub Divisi Hubungan Kerja

Hat ini harus digabung dengan inspeksi atas catatan penghitungan fisik yang diselenggarakan oleh klien dan prosedur yang berkaitan dengan fisik sediaan yang mendasari

Kekhususan semacam ini sekaligus menjadi keaslian dari penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian dan penulisan hukum yang sudah dilakukan sebelumnya

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah pembelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

Apakah alat evaluasi pembelajaran yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan berfikir siswa pada materi cahaya berdasarkan uji coba produk.. 1.3

Batasan masalah Agar pembahasan lebih memfokuskan pada permasalahan maka perlu diberi penjelasan terhadap permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini yaitu faktor

Pada bagian akhir disimpulakan bahwa KATCOM (Karang Taruna competition) akan menjadi sebuah wadah yang akan menjadi alat untuk melakukan pencegahan

Semakin besar jumlah pengeluaran pembangunan yang harus dipenuhi oleh pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maka penyediaan dana untuk pengeluaran