• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

41

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN

INQUIRI

Dina Surbakti

SMP Negeri 1 Stabat, kab. Langkat

e-mail: dina.surbakti.s.pd@gmail.com

Abstract: The purpose of this research to improve low learning outcomes in reading scan the index find the intrinsic elements of a short story by the application of contextual learning model with a model of inquiry. The research was conducted in SMP Negeri 1 Stabat. Subject in this research is class student IXD with the number of 40 students. The technique used is through achievement test, the observation sheet'm learning students, and interviews, after cycle I and cycle II. The action on the first cycle level students' ability to absorb the teaching materials through contextual learning by the method of inquiry 33 students who have reached the KKM with the average value of 75% and then executed the second cycle with the same method coupled with a learning tool that supports dn results are satisfactory, because the students' ability to absorb the material in order to reach 97.5%. about 39 students with an average value of 89.5%. It can be concluded that the application of contextual learning model with the method of inquiry improving student learning outcomes significantly.

Keywords: inquiry, short stories, contextual

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan rendahnya hasil belajar dalam membaca memindai indeks menemukan unsur intrinsik cerpen dengan penerapan model pembelajaran kontekstual dengan model inquiry. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Stabat. Subject dalam penelitian ini adalah siswa kelas IXD dengan jumlah 40 siswa. Teknik yang digunakan adalah melalui tes hasil belajar, lembar observasi minta belajar siswa, dan wawancara, setelah tindakan siklus I dan siklus II. Tindakan pada siklus I tingkat kemampuan siswa dalam menyerap materi ajar melalui pembelajaran kontekstual dengan metode inquiry 33 orang siswa yang sudah mencapai nilai KKM dengan nilai rata-rata 75% kemudian dilaksanakan siklus II dengan metode yang sama ditambah dengan alat pembelajaran yang mendukung dn hasilnya memuaskan, karena kemampuan siswa dalam menyerap materi agar mencapai 97,5%. sekitar 39 orang siswa dengan nilai rata-rata 89,5%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dengan metode inquiry peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan.

(2)

42 Dalam kehidupan bermasya-rakat, kemampuan berkomunikasi mempunyai peranan yang sangat penting. Agar dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang harus terampil berbahasa. Hal ini diperoleh dalam proses pembelajaran bahasa yang konsisten. Belajar berbahasa merupa-kan serangkaian berkomunikasi antar personal pengguna bahasa baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat, proses pembela-jaran di sekolah khususnya pembe-lajaran bahasa Indonesia di SMP N 1 Stabat kls IX D masih perlu upaya perbaikan. Hasil pembelajaran siswa masih banyak di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah. Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari peran seorang guru. Dalam penyampaian materi di kelas,

pada umumnya guru masih

menggunakan model-model konven-sional. Maksudnya guru menggunakan model ceramah, dan siswa hanya mendengar, kemudian mencatat, dan menghafal apa yang disampaikan oleh guru.bahkan menempatkan guru sebagai satu-satunya sumber utama ilmu pengetahuan atau sumber informasi utama. Dalam situasi pembelajaran seperti ini, siswa lebih banyak yang pasif dari pada yang aktif. Siswa tidak mampu berinteraksi sehingga timbul kebosanan dalam proses pembelajaran.

Menurut penilaian peneliti, kondisi pembelajaran tersebut tidak relevan lagi. Dalam proses pembela-jaran yang baik, hendaknya siswa ditempatkan pada posisi sebagai pencari ilmu dan guru sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator keberhasilan belajar siswa. Sudah

saatnya guru melakukan upaya mengubah model pembelajarannya ke arah yang lebih baik untuk meningkat-kan prestasi belajar siswanya, guru diharapkan mampu menggunakan model pembelajarannya yang berva-riasi sehingga suasana kelas menye-nangkan dan siswa memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga dapat diperoleh prestasi belajar siswa yang optimal.

Kenyataannya bagi sebaha-gian besar siswa SMP Negeri 1 Stabat bahasa Indonesia umumnya dianggap sebagai pelajaran yang sulit untuk dipahami, memerlukan penalaran yang sangat baik serta ketekunan dan konsentrasi yang penuh dari siswa, terutama pada materi memahami wacana tulis intensif dan memindai indeks khususnya di kelas IX D SMP Negeri 1 Stabat. Kondisi ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan memperbaiki proses pembelajaran agar motivasi belajar siswa khususnya siswa kelas IX D dapat ditingkatkan dengan meningkat-kan motivasi belajar siswa yang baik juga diharapkan dapat meningkatkan prestasi hasil belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, saya sebagai guru bahasa, melakukan upaya penelitian tindakan kelas (PTK) agar proses pembelajaran dapat lebih baik dan juga prestasi hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

METODE

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMP Negeri 1 Satabat Tahun Pelajaran 2015/2016 yang beralamat di Jalan KH.Zainul Arifin Stabat kabupaten Langkat, Sumatera Utara Pada Bulan Juli – Oktober 2015.

(3)

43 Objek penelitian adalah siswa kelas IXD SMP Negeri 1 Stabat yang berjumlah 40 siswa. Penerapan dalam penelitian ini diterapkan dalam standar kompetensi memahami wacana tulis intensif dan memindai indeks.

Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil observasi dike-tahui bahwa siswa kelas IX SMP Negeri 1 Stabat pada umumnya kurang terampil memahami wacana tulis intensif dan memindai indeks dengan baik dan benar.

2. Pembelajaran yang terkesan satu arah, monoton dan terus menerus bersifat demonstrasi membuat siswa kurang aktif, kurang kreatif, dan merasa sehingga mempenga-ruhi motivasi mereka untuk terampil memahami wacana tulis dengan kegiatan membaca intensif dan memindai indeks secara baik dan benar.

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes yang disusun oleh guru yang fungsinya adalah: (1) Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu; (2) Untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai; dan (3) Untuk memperoleh suatu nilai.

Di samping itu untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat di mana kelemahannya, khu-susnya pada pokok bahasan materi ajar yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan, maka juga digunakan model observasi (pengamatan) yang oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I

Perencanaan

Siklus I dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu Rabu, 02 September 2015. Materi pembelajaran yang menjadi bahan penelitian ini adalah standar kompetensi memahami wacana tulis dengan kegiatan membaca intensif dan memindai. Indeks.

Untuk mencapai efektivitas pembelajaran telah dibuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang dise-suaikan dengan model pembelajaran yang akan diterapkan yaitu rnodel pembelajaran inkuiri berbasis CTL. Pada tahap ini peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelaja-ran yang terdiri dari RPP 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Secara spesifik langkah-langkah yang akan dilakukan dalam model pembelajaran inkuiri berbasis CTL ini adalah sebagai berikut: (1) Membentuk 6 kelompok siswa yang beranggota 6 orang, 2 kelompok beranggotakan 5 siswa secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku); (2) Guru menyajikan pelajaran; (3) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan sampai semua anggotanya dalam kelompok itu mengerti, tetapi dalam hal ini hasil pekerjaannya dikumpulkan secara individu; (4) Guru memberi kuis (pertanyan) kepada seluruh siswa; (5) Pada saat siswa mengerjakan kuis, guru berkeliling melihat kerja kelompok, sesekali waktu mem-berikan penghargaan yang lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan; (6) Memberikan kesempatan kepada kelompok untuk

(4)

44 melakukan presentasi; (7) Melakukan evaluasi sebagai penutup.

Kelebihan dengan cara ini seluruh siswa menjadi siap dan dapat melatih diri untuk dapat bekerja sama dengan baik. Siklus pertama dilaksanakan satu kali pertemuan ini, dihadiri oleh 46 orang siswa, dan dua orang observer sebagai kolabolator. Tindakan

Siklus pertama dilaksanakan sesuai dengan rencana, yaitu: Rabu, 2 September 2015 Pada siklus pertama ini jumlah siswa yang hadir 40 orang. Jurnlah ini merupakan jumlah keseluruhan siswa yang terdaftar di kelas IX SMP Negeri 1 Stabat. Observer yang hadir pada pertemuan ini dua orang.

Langkah pertama seperti yang ada dalam perencanaan pada siklus pertama. Pada tahap akhir, setiap siswa memperoleh kuis dengan isi pertanyaart pertanyaan yang menca-kup semua topik bahasan yang tercantum dalam RPP. Pada siklus Kedua ini proses pembelajaran berlangsung berdasarkan RPP yang telah ditetapkan. Pertemuan ini membahas tentang memahami wacana tulis dengan kegiatan membaca intensif dan memindai indeks.

Proses pembahasan materi ini diawali dengan penjelasan teknis dan materi pembelajaran oleh guru sekitar 30 menit yang menjelaskan tentang hal-hal sebagai berikut:

1. Menyampaikan tujuan pembelaja-ran yang ada dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar beserta indikator yang akan dicapai.

2. Memotivasi siswa untuk memulai pembelajaran.

3. Menjelaskan tentang bagaimana

upaya untuk memahami materi ajar memahami wacana tulis dengan kegiatan membaca intensif dan memindai indeks.

4. Selama 30 menit kelornpok diberi waktu untuk melakukan diskusi dan menyusun laporan tertulis dari hasil diskusi.

5. Penampilan kelompok sesuai dengan teknik yang sudah diberi-kan, masing-masing kelompok diberi waktu 10 menit.

6. Selama 30 menit, guru memandu kelompok untuk membahas tentang bagaimana upaya memahami materi ajar memahami wacana tulis dengan kegiatan membaca intensif dan memindai indeks.

7. Total waktu yang dipakai dalam siklus pertama ini adalah 150 menit (2,5 Jam). Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar rnengajar yang telah dilakukan.

Pengamatan

Data yang diperoleh melalui hasil observasi pada siklus pertama terlihat banyak mengalami pening-katan dibandingkan dengan kondisi awal. Seperti dikemukakan pada kondisi awal tidak ada satupun aspek dari partisipasi/keaktifan siswa yang mencapai kriteria baik. Pada siklus pertama aktivitas siswa mendengarkan penjelasan guru dengan tekun sudah terrnasuk dalam kategori baik yaitu dilakukan 33 orang siswa (82.5%), kondisi ini rnengalami peningkatan yaitu dilakukan oleh 27 siswa (67.5%) pada kondisi awal. Keadaan ini merupakan kebiasaan sehari-hari dari siswa karena sudah terbiasa dengan pola pembelajaran yang konservatif

(5)

45 yaitu melalui ceramah, sehingga membuat siswa hanya mampu mendengarkan saja.

Pada siklus pertama ini terlihat dua aspek yang pada kondisi awal sangat rendah yaitu mengajukan pendapat, bertanya atau berkomentar kepada guru dan siswa dari 20 orang meningkat menjadi 27 orang (70%) Kedua, aktif berdiskusi untuk memecahkan masalah hanya dilaku-kan oleh 20 orang siswa juga meningkat menjadi 27 orang (67.5) pada siklus pertama ini.

Pada kondisi awal, hasil evaluasi siswa yang belajar tuntas hanya meneapai 30 siswa (75%), sedangkan pada siklus pertama, siswa yang dapat belajar tuntas sudah mengalarni kenaikan yaitu mencapai 33 orang (82,5%). Kriteria belajar tuntas ini berdasarkan nilai yang dicapai siswa sudah mencapai atau melebihi KKM (Kriteria. Ketuntasan Minimal) yaitu 78 untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.

Refleksi

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus pertama ini maka ada beberapa aspek yang perlu menjadi perhatian untuk ditingkatkan pada siklus kedua dalam penelitian tindakan kelas ini. Kemampuan siswa berpartisipasi daIam kelompok merupakan tolak ukur yang sangat penting dari model pembelajaran inkuiri berbasis CTL

karena model ini sangat menekankan aspek kerjasama kelempok untuk mendukung tercapainya proses pembelajaran yang efektif.

Berdasarkan hasil observasi penelitian tindakan kelas ini pada siklus pertama ada dua aspek yang penting ditingkatkan yaitu

mengaju-kan pendapat, bertanya atau berkomentar kepada guru dan siswa dan kedua, keaktifan siswa dalam berdiskusi. Banyak faktor yang mungkin menjadi penyebab keadaan ini namun yang paling realistis adalah pengalaman siswa dalam berdiskusi sangat langka sehingga belum terbiasa untuk berbagi pendapat dengan orang lain dan kemampuan memecahkan masalah juga masih rendah. Siswa masih belum memahami tujuan dan maksud dari pelaksanaan model pembelajaran ini. Aspek lainnya yang juga perlu ditingkatkan adalah adanya usaha dan motivasi siswa untuk mempelajari bahan pelajaran atau stimulus yang diberikan oleh guru dan kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan guru dengan benar, karena kedua aspek ini masih termasuk dalam kategori kurang yaitu hanya dilakukan siswa sejumlah 29 orang (72.5%), pada siklus pertama.

Siklus II Perencanaan

Siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu: Rabu, 23 September 2015, Materi Pembelajaran yang menjadi bahan penelitian ini adatah Standar Kompetensi 1, memahami wacana tulis dengan kegiatan membaca intensif dan memindai indeks

Untuk mencapai efektivitas pembelajaran lebih meningkat dari kondisi siklus pertama maka telah dibuat rencana pelaksanaan pembela-jaran yang disesuaikan dengan model pembelajaran yang akan diterapkan yaitu inkuiri berbasis CTL. Pada tahap ini peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

(6)

46 Secara spesifik Iangkah-langkah yang akan dilakukan dalam model pembelajaran inkuiri berbasis

CTL ini juga dilakukan seperti yang diuraikan pada siklus pertama.

Tindakan

Siklus kedua dilaksanakan sesuai dengan rencana, yaitu Rabu, 23 September 2015, Pada siklus kedua ini jumlah siswa yang hadir 40 orang. Jumlah ini merupakan jumlah keseluruhan siswa yang terdaflar di kelas IX SMP Negeri 1 Stabat (yang rnenjadi obyek penelitian). Observer yang hadir pada pertemuan ini dua orang.

Langkah pertama seperti yang disampaikan pada fase perencanaan. Kemudian berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa. Kemudian guru memberikan kesimpulan dan penutup. Pada tahap akhir, setiap siswa memperoleh kuis dengan isi pertanyaan pertanyaan yang mencakup semua topik bahasan yang tercantum dalam RPP. Pada siklus kedua ini proses pembelajaran berlangsung berdasarkan RPP yang telah ditetapkan. Pertemuan ini membahas tentang upaya agar siswa dapat mampu memahami materi memahami wacana turis dengan kegiatan membaca intensif dan memindai indeks.

Pengamatan

Data yang diperoleh melalui hasil observasi pada siklus kedua ini terlihat banyak mengalami pening-katan dibandingkan dengan siklus pertama. Semua aspek mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Pada siklus kedua ini hanya 4 orang siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan mampu membuat simpulan sendiri tentang pembelajaran yang diterimanya. Pada siklus kedua, kernampuan dan kemauan siswa untuk mengajukan pendapat, bertanya atau berkomentar kepada guru dan siswa sudah dilakukan siswa sejumlah 38 orang (95%). Padahal pada siklus pertama hanya dilakukan oleh 27 siswa saja. Keadaan ini membuktikan dengan model pembelajaran inkuiri berbasis

CTL semakin meningkat jurnlah siswa yang berani untuk mengajukan pendapat, bertanya atau berkomentar kepada guru dan siswa. Faktor penyebab hal ini di antaranya karena model pernbelajaran ini membuat siswa nyaman dalam belajar dan terlibat dalam suatu proses pembelaja-ran. Demikian juga halnya dengan keaktifan siswa dalarn berdiskusi untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran pada siklus kedua ini meningkat secara signifikan yaitu mencapai 38 orang siswa (95%),

Demikian juga halnya dengan aspek mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan kemampuan siswa membuat simpulan sendiri tentang pembelajaran yang diterima-nya juga meningkat secara signifikan yaitu pada siklus pertama hanya 27 orang menjadi 38 orang (95%) pada siklus kedua.

Refleksi

Analisis terhadap pengamatan, catatan guru dan diskusi dengan ohserver menunjukkan bahwa pada siklus ke dua telah terjadi peningkatan kemampuan siswa secara berkelom-pok dalam aktivitas siswa dan hasil belajarnya. Peningkatan kemampuan

(7)

47 ini tercermin dari nilai yang diperoleh oleh kelompok siswa yang menunjukkan nilai telah berada di atas standar kriteria ketuntasan minimal (KKM).

SIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri

berbasis CTL dalam upaya

meningkatkan motivasi belajar siswa tentang memahami wacana tulis dengan kegiatan membaca intensf dan memindai indeks pada mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa kelas IX

SMP Negeri 1 Stabat tahun pembelajaran 2015/2016 dikatakan berhasil tuntas belajar menjadi 38 siswa (95%) yang termasuk dalam kategori tuntas belajar. Sehingga pada siklus kedua ini persentase kelulusan siswa sudah mencapai 95%, artinya model pembelajaran inkuiri berbasis

CTL sudah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam memahami memahami wacana tulis dengan kegiatan membaca intensif dan memindai indeks pada mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa kelas IX SMP Negeri 1 Stabat tahun pembelajaran 2015/2016.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, PT. Bumi Aksara

Harsanto, R. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis, Yogyakarta: Kanisius.

Johnson, E. B. 2011. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan Dan Bermakna. Bandung: Penerbit Kaifa.

Kunandar. 2009. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Pprofesi Guru, Jakarta: Rajawali Pers

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

pada perlakuan tanpa pupuk kandang seperti dapat dilihat pada perlakuan 0 ton ha -1 mempunyai nilai KTK sebesar 17.77 cmol kg -1 sedangkan pada perlakuan 5-25 ton ha

Untuk mengetahui lamanya waktu yang digunakan responden untuk mendengarkan program Chart Indie10, maka peneliti memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan

Teluk Seberang Kota Jambi adalah mewujudkan hubungan yang baik/harmonis antara suami istri, dapat dicapai antara lain melalui: adanya saling pengertian, saling menerima

12 Berdasarkan hasil pengamatan penulis di Kantor KPU Kota Singkawang, bapak Riko menjelaskan bahwa upaya Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Singkawang untuk memperbanyak

Dari hasil penelitian pengerjaan canai hangat pada suhu 300°C metode bolak-balik dapat disimpulkan bahwa proses canai hangat pada suhu 300°C menunjukkan semakin besar

Rekapitulasi Persamaan Variasi pada Hasil Analisis dengan Metode Perbaikan Heteroscedasticity Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi non Pangan pada Rumah

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kajian konsumsi nutrien pada pemeliharaan dan pengamatan burung kenari dewasa pejantan unggul yang siap

Sering kali, jadi malas karena sebentar sebentar harus melihat kamus.. Apalagi kalau