• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

Kehamilan merupakan hal yang paling ditunggu sekaligus mendatangkan rasa gelisah oleh setiap pasangan suami dan istri. Pada saat kehamilan terjadi, dengan dukungan suami wanita akan merasa menjadi utuh, yakni menjadi ibu bagi anak-anak mereka. Setiap wanita akan mengharapkan kehamilan yang berjalan dengan lancar, sehat secara fisik, serta mengalami proses persalinan yang berjalan dengan lancar pula. Harapan ini membuat ibu hamil menikmati proses kehamilannya. Namun, rasa gelisah dan cemas hampir selalu menyertai kehamilan. Bagian ini merupakan suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan psikologis yang terjadi selama kehamilan. Perubahan ini terjadi akibat perubahan hormon yang akan mempermudah janin untuk tumbuh dan berkembang sampai saat dilahirkan (Kushartanti, Soekamti & Sriwahayuniati, 2004).

Kecemasan menurut Mc Nerney dan Greenberg (Nolan, 2003), merupakan suatu reaksi fisik, mental, kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan, dan merisaukan seseorang. Menurut Bergner (2008), prevalensi gangguan kecemasan mencapai 21%-43%. Yosep (2007), mengatakan bahwa kecemasan ini disebabkan oleh penyakit fisik dan keabnormalan perubahan fisik dikarenakan konflik emosional.

Penelitian Mandasari (2010) yang dilakukan kepada 36 orang ibu hamil dengan usia 26-30 tahun menunjukkan sebanyak 15 orang atau 41,7% mengalami

(2)

kecemasan dalam menghadapi persalinan. Berdasarkan tingkat kecemasan diketahui hampir seluruh ibu hamil mengalami kecemasan berat saat menghadapi persalinan, baik pada primigravida (ibu yang sedang hamil untuk pertama kali) maupun multigravida (ibu yang hamil lebih dari satu sampai lima kali) yaitu sebanyak 24 orang atau 66,7%. Zamriati, Hutagaol dan Wowling (2013) menyatakan bahwa dari 158 responden yang diteliti pada kategori graviditas diperoleh kecemasan yang dialami oleh primigravida 66,2% lebih tinggi dibandingkan multigravida 42,2%.

Susmayanti (2014), mengatakan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di DIY cukup tinggi. Hingga Mei 2014, jumlahnya sudah mencapai 250 orang dan sebagian besar masih berusia produktif antara 30-40 tahun. Tingginya AKI di DIY dipicu kondisi ibu hamil yang stres sehingga berpengaruh terhadap kesehatannya. Menurut data Dinkes DIY (2010), AKI pada tahun 2008 sebanyak 104/100.000. Untuk jumlah kematian internal yang dilaporkan kabupaten/kota Sleman pada tahun 2010 mencapai 43 kasus dan pada tahun 2009 sebanyak 48 kasus. Salah satu penyebab persalinan yang lama sehingga menimbulkan kematian adalah gangguan psikologis, seperti perasaan cemas dan takut.

Kecemasan menghadapi persalinan merupakan proses penyesuaian terhadap keadaan barunya yang mengalami perubahan pada fungsi fisiologis dan psikologisnya. Stotland dan Stewart (2001), menyebutkan bahwa kehamilan adalah periode krisis yang melibatkan faktor psikologis mendalam, yang terjadi karena adanya perubahan somatik yang sangat besar. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormon yang juga menyebabkan emosi ibu hamil menjadi labil. Gross

(3)

dan Helen (2007) juga berpendapat selain faktor fisik, faktor psikososial pun dapat menambah kecemasan pada ibu hamil.

Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu subjek minggu pada tanggal 30 Mei 2015, yang mengatakan bahwa di usia kehamilan 31 minggu ini ada kecemasan yang dialami oleh ibu hamil menghadapi persalinannya. Ibu mulai merasa khawatir apabila bayi yang lahir premature atau kondisi bayi tidak sempurna (cacat). Selain itu, mulai muncul rasa cemas pada saat persalinan. Rasa sakit dan nyeri ketika menunggu pembukaan hingga cemas jika pada saat persalinan terjadi pendarahan yang banyak. Menurut Blackburn (Fidianty & Noviastuti, 2010), bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan situasi, maka akan berubah menjadi masalah klinis. Kecemasan yang dirasakan oleh wanita hamil akan berdampak pada janin yang dikandungnya. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa pikiran negatif dapat berdampak buruk bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Menurut Stanley dan Oberta (Lestariningsih, 2005), ibu hamil yang seringkali merasa khawatir bahkan stres memiliki kecenderungan untuk melahirkan bayi prematur. Hal ini trejadi karena stres dan kecemasan memicu produksi Corticotropin Releasing Hormone (CRH). Hormon ini juga memiliki fungsi sebagai “tanda” bila persalinan akan tiba. Janin dalam rahim dapat merespon apa yang sedang dirasakan ibunya, seperti detak jantung ibu. Semakin cepat detak jantung ibu semakin cepat pula pergerakan janin dalam rahim ibu hamil yang mengalami kecemasan, maka hal ini dapat memicu ibu melahirkan bayi prematur atau lebih kecil dari bayi normal lainnya bahkan bisa mengalami keguguran (Arief, 2008).

(4)

Menghadapi proses persalinan, tidak sedikit calon ibu yang mengalami rasa takut atau cemas. Padahal rasa cemas itulah yang justru memicu rasa sakit saat melahirkan. Rasa sakit muncul karena saat melahirkan, mereka merasa tegang dan takut akibat telah mendengar berbagai cerita seram seputar melahirkan. Perasaan ini selanjutnya membuat jalur lahir (birth canal) menjadi mengeras dan menyempit. Akibatnya, pada saat kontraksi alamiah mendorong kepala bayi untuk melewati jalur lahir ini, terjadi resistensi yang kuat. Inilah yang menyebabkan rasa sakit yang dialami seorang wanita ketika melahirkan (Cahyani, 2010).

Wahyuni (2014) mengungkapkan banyak sekali wanita hamil yang pada awalnya sangat senang karena tahu bahwa ia akan menjadi seorang ibu dan ini sering terjadi pada wanita yang sedang hamil anak pertama. Namun, lama kelamaan, ketika waktu persalinan semakin dekat, kesenangan tersebut cenderung berubah menjadi rasa cemas maupun rasa takut. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab rasa cemas maupun rasa takut tersebut. Pertama, kenyataan bahwa sang calon ibu baru mengalami persiapan persalinan untuk pertama kalinya. Jika individu belum pernah menjalani sesuatu, individu cenderung akan merasa cemas dan takut. Kedua, adanya rumor bahwa persalinan itu sangat sakit. Ada beberapa kasus di mana sang ibu meninggal dunia karena proses persalinan. Selain itu rasa cemas dan rasa takut dapat berhubungan dengan pembiayaan proses persalinan. Lazarus (1976) mengatakan kecemasan mempunyai salah satu arti, yaitu kecemasan sebagai suatu repson. Perasaan ini ditandai oleh kegelisahan, kebingungan, ketakutan, kekhawatiran dan sebagainya. Perasaan yang dialami individu tersebut hanya dapat dirasakan dan diketahui oleh yang bersangkutan

(5)

saja. Kecemasan ini bisa berupa state anxiety dimana gejala kecemasan yang timbul bila individu berhadapan dengan situasi tertentu yang menyebabkan individu mengalami kecemasan, dan gejalanya akan selalu kelihatan selama situasi tersebut terjadi.

Menurut Maher (Sobur, 2009), reaksi yang muncul akibat kecemasan itu ada tiga, yaitu reaksi emosional atau psikologis (memiliki kesadaran yang kuat akan rasa cemas), reaksi kognitif (kecemasan yang berlebihan sehingga mempengaruhi kognitif), dan reaksi fisik (respon tubuh yang dialami ketika merasakan cemas). Apabila kekhawatiran dan kecemasan pada ibu hamil tidak ditangani dengan serius, maka akan membawa dampak dan pengaruh terhadap fisik dan psikis baik pada ibu maupun janin.

Ditinjau dari segi fisik, kecemasan akan berpengaruh pada penurunan kondisi kesehatan secara umum, yang meliputi peningkatan aktivitas saraf simpatis, jantung berdetak lebih cepat, nafas pendek, pembuluh yang mengarah pada rahim berkontraksi dan menegang sehingga menimbulkan rasa nyeri. Dari segi psikis, kecemasan dapat memunculkan perasaan tidak bahagia, ragu-ragu, kekhawatiran proses persalinan yang tidak berjalan dengan lancar, bahkan kekhawatiran sesuatu yang belum tentu benar akan terjadi (takut bayi tidak normal, cacat fisik, dan lain-lain). Pada saat individu tidak mampu melakukan coping terhadap rasa cemasnya dalam keadaan bahaya atau berlebihan, maka kecemasan itu disebut sebagai traumatik (Andri, 2007).

Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil diantaranya faktor psikologis, dimana adanya rasa cemas yang disebabkan oleh beberapa ketakutan.

(6)

Takut akan peningkatan nyeri, takut akan kerusakan atau kelainan bentuk tubuh seperti episiotomi, ruptur, jahitan atau seksio sesaria. Faktor psikis dalam menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat penting mempengaruhi lancar tidaknya proses persalinan (Simkin, 2008). Faktor lain berupa faktor fisiologis, diantaranya terjadi perubahan fisik yang dialami ibu dengan terjadinya perubahan kardiovaskuler, pernafasan, neuromuskular, gastrointestinal, saluran perkemihan dan kulit (Stuart & Sundeen, 2006).

Terapi islami digunakan oleh para dokter maupun psikiater dalam menangani pasiennya. Perhatian ilmuwan di bidang kedokteran umum dan kedokteran jiwa (psikiatri) khususnya terhadap agama semakin besar. Tindakan Dokter tidak selamanya berhasil, seorang ilmuwan kedokteran berkata: Dokter yang mengobati tetapi Tuhan yang menyembuhkan. Pendapat tersebut sesuai dengan hadist Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad (dari Jabbir bin Abdullah r.a) bersabda: “Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai sasarannya maka dengan izin Allah penyakit itu akan sembuh” (Hawari, 1997).

Psikologi kontemporer juga menawarkan berbagai cara untuk menurunkan kecemasan ibu hamil menghadapi persalinan. Hal ini dapat diketahui dari penelitian Sukandar (2009) tentang “keefektifan Cognitive Behavior Therapy (CBT) untuk menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta”, Annatagia (2010) tentang “relaksasi bumil sehat untuk menurunkan kecemasan ibu hamil resiko tinggi”, Rahmawati (2010) tentang “perbedaan tingkat kecemasan ibu primigravida trimester III sebelum dan

(7)

sesudah pemberian musik klasik”, Suprijati (2011) tentang “efektivitas pemberian aromaterapi untuk menurukan kecemasan ibu hamil trimester III dalam persiapan menghadapi persalinan”, Kusumajati (2012) tentang “hypnobirthing therapy untuk mengurangi kecemasan menghadapi persalinan pertama” dan Resmaniasih (2014) tentang “pengaruh teknik pernafasan diagfragma terhadap kecemasan pada ibu hamil trimester III”.

Intervensi yang diberikan pada penelitian sebelumnya memiliki kelebihan mampu menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil. Di sisi lain peneliti menggunakan salah satu bentuk psikoterapi islami sebagai bentuk dari perkembangan psikologi islami. Selain itu, psikoterapi islami membuat keyakinan yang dimiliki bertahan lebih lama, sehingga memiliki efek lebih lama. Menurut Maimunah dan Retnowati (2011), sarana yang terbukti efektif untuk mengurangi kecemasan menghadapi persalinan adalah dengan religious coping. Salah satu diantara religious coping adalah dengan tadabbur Al-quran. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Israa : 82, yang artinya “Dan kami turunkan Al-quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang berfirman...”. Menurut Qadri (2003), Al-quran sebagai petunjuk dan jalan keluar bagi segala macam persoalan. Segala sumber penyakit, bisa diobati dengan Al-quran. Diriwayatkan Ibnu Majjah dari Ali Ra “Sebaik-baik obat ialah Al-quran”. Selain itu fungsi Al-quran adalah sebagai obat penawar bagi segala penyakit hati “katakanlah: Al-quran adalah petunjuk dan penawar (QS. Fushillat:44)”. Menurut Najati (2004), Al-quran merupakan pedoman yang mampu mengobati segala macam penyakit termasuk

(8)

gangguan kecemasan, sehingga hati akan menjadi tenang, pikiran terkendali, dan jiwa terasa lapang.

Menurut Al Qadhi (Al Battar, 2014), melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar. Penurunan depresi dan kesedihan, peningkatan ketenangan jiwa, dan tertangkalnya berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya dapat disimpulkan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit. Selain itu, penelitian Muhammad Salim yang telah dipublikasikan di Universitas Boston menyatakan bahwa 65% responden mendapatkan ketenangan ketika mendengarkan bacaan Al-quran. Menurut Sholeh (2010) membaca Al-quran yang juga termasuk dalam berdzikir akan membuat seseorang merasa tenang sehingga menekan kerja sistem syaraf simpatetis dan mengaktifkan kerja sistem syaraf parasimpatetis. Dampak fisik yang dirasakan adalah jantung berdetak normal dan nafas menjadi lebih ringan.

Beberapa penelitian lain menunjukkan hubungan antara religious coping dan kecemasan yang turut menunjukkan unsur spiritual dalam penanganan kecemasan (Maimunah & Retnowati, 2011). Salah satunya dengan cara tadabbur

(9)

Al-quran (Mulyadi, Hidayah & Mahfur, 2012). Hal ini diperjelas oleh HR.Tirmidzi “Membaca Al-quran adalah sebaik-baik dzikir”. Dalam sebuah hadits qudsi diriwayatkan, Allah SWT berfirman “Barangsiapa yang disibukkan dengan Al-quran dan berdzikir kepada-Ku, maka aku akan memberikan apa yang terbaik yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta.Dan keutamaan firman Allah atas perkataan makhluk-Nya adalah seperti keutamaaan Allah atas semua makhluknya.” Ayat-ayat Al-quran memiliki keutamaan yang sangat besar untuk menjerninkan hati dan membersihkan jiwa (Najati, 2004). Terdapat beberapa keutamaan membaca Al-quran, antara lain dapat menyembuhkan dan membersihkan hati serta menenangkan jiwa (Qadri, 2003).

Allah SWT befirman “Dan kami turunkan dari Al-quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Al-Israa : 82).

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Yunus : 57).

“Katakanlah, Al-quran itu adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman” (QS. Fussilat : 44).

Berdasarkan uraian di atas muncul permasalahan yang akan dianalisis oleh peneliti, yakni apakah Terapi Tadaburr Al-quran mampu mengurangi kecemasan menghadapi persalinan pertama?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari Terapi Tadaburr Al-quran untuk mengurangi kecemasan menghadapi persalinan pertama.

(10)

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti pada bidang psikologi klinis dan psikologi islami

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan pandangan positif kepada masyarakat luas bahwa psikoterapi islam, salah satunya Terapi Tadaburr Al-quran untuk mengurangi kecemasan menghadapi persalinan pertama.

b. Memberikan informasi yang mendalam bagaimana Terapi Tadaburr Al-quran mampu untuk mengurangi kecemasan menghadapi persalinan pertama

D. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan tema kecemasan ibu hamil menghadapi persalinan telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian Maimunah dan Retnowati (2011) yang berjudul “Pengaruh pelatihan relaksasi dzikir untuk mengatasi kecemasan ibu hamil pertama”. Penelitian Kusumajati (2012) dengan judul “Hypnobirthing therapy untuk mengurangi kecemasan menghadapi persalinan pertama”. Penelitian Suprijati (2011) “Efektivitas pemberian aromaterapi untuk menurunkan kecemasan ibu hamil trimester III dalam persiapan menghadapi persalinan di bidan praktek mandiri Suprijati desa bagi kecamatan/kabupaten Madiun”. Penelitian Sukandar (2009) “Keefektifan cognitive behavior therapy (CBT) untuk menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil di rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta”. Penelitian Resmaniasih (2014) “Pengaruh teknik

(11)

pernafasan diafragma terhadap kecemasan pada ibu hamil trimester III”. Penelitian Rahmawati (2010) “Perbedaan tingkat kecemasan ibu primigravida trimester III sebelum dan sesudah pemberian musik klasik di wilayah kerja puskesmas Magelang Utara”. Penelitian Annatagia (2010) “Relaksasi bumil sehat untuk menurunkan kecemasan ibu hamil resiko tinggi”.

1. Keaslian Topik

Penelitian Kusumajati (2012) yang berjudul “hypnobrithing therapy untuk mengurangi kecemasan menghadapi persalinan pertama” memiliki kesamaan pada variabel tergantungnya, yakni kecemasan ibu hamil anak pertama menghadapi persalinan. Perbedaan utama dengan penelitian ini adalah variabel bebasnya, peneliti menggunakan Terapi Tadabbur Al-quran sebagai intervensinya. Penelitian Maimunah dan Retnowati (2011) dengan judul “pengaruh pelatihan relaksasi dzikir untuk mengatasi kecemasan ibu hamil pertama” juga memiliki kesamaan pada variabel tergantungnya, yaitu kecemasan ibu hamil pertama dan berbeda pada variabel bebasnya. Begitu juga pada penelitian Suprijati (2011), Sukandar (2009), Resmaniasih (2014), dan Rahmawati (2010) yang menggunakan variabel tergantung sama, yakni kecemasan ibu hamil tetapi berbeda pada variabel bebasnya atau terapi yang digunakan.

2. Keaslian Konstruk Teori

Teori pada variabel tergantung yang digunakan penelitian Maimunah dan Retnowati (2011) mengenai kecemasan ibu hamil anak pertama menggunakan konstruk teori dari Vanin dan Hesley (2008), penelitian Suprijati (2011)

(12)

menggunakan konstruk teori Kartono (Utami, 2009), penelitian Sukandar (2009) menggunakan konstruksi teori dari Hawari (1997). Peneliti menggunakan teori Durand & Barlow (2005).

3. Keaslian Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan disusun oleh Prapto (2013), hasil modifikasi dari alat ukur yang sebelumnya dibuat Sijangga (2010).

4. Keaslian Subjek

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu hamil anak pertama dengan kriteria usia kandungan tujuh bulan keatas dan memiliki kecemasan sedang atau tinggi. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Maimunah dan Retnowati (2011), Kusumajati (2012), dan Rahmawati (2010) juga menggunakan subjek yang sama, yakni ibu hamil anak pertama. Penelitian Suprijati (2011) dan Sukandar (2009) menggunakan subjek ibu hamil tanpa menggunakan kriteria kehamilan pertama. Penenlitian Annatagia (2010) menggunakan subjek ibu hamil yang beresiko tinggi.

5. Keaslian Intervensi

Penelitian ini menggunakan intervensi Terapi Tadabbur Al-quran. Penelitian Maimunah dan Retnowati (2011) menggunakan relaksasi dzikir, Kusumajati (2012) menggunakan hypnobirthing therapy, dan Rahmawati (2010) menggunakan alat musik sebagai intervensinya. Penelitian Suprijati (2011) menggunakan aromaterapi, Sukandar (2009) menggunakan cognitive behavior therapy dan Annatagia (2010) menggunakan relaksasi bumil sehat.

Referensi

Dokumen terkait

PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MADIUN Jalan DI1.

Terhadap permasalahan yang ditemukan, penulis memberikan saran kepada perusahaan agar melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan undang-undang yang berlaku,

Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu untuk menciptakan aplikasi yang dapat digunakan untuk mengenali kalimat dalam bahasa Indonesia, yang berfungsi untuk

xi PENGARUH KESELAMATAN KERJA, KESEHATAN KERJA DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN (STUDI KASUS PADA PT. WAHANA ABADI RAYON PURBALINGGA).. Muhammad Yopie Wibisosno 1

Upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan pelayaran penumpang maupun barang semata-mata dilakukan dalam memenuhi tujuan dari keselamatan itu sendiri dengan

Pelabuhan ini memiliki peranan penting terutama dalam industri perikanan, karena pelabuhan ini merupakan salah satu sarana pendukung yang menyediakan fasilitas-fasilitas

Di Indonesia, terdapat dua akun yang memuat meme , yaitu Meme Comic Indonesia (MCI) dan Meme & Rage Comic Indonesia (MRCI). Bahasa yang digunakan meme cukup

Contoh 4 Daftar gambar dari tulisan ini Tabel 1Parameter yang diperlukan untuk style paragraf ... Contoh 5 Daftar tabel dari