• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN KETEPATAN PENGEMBALIAN SERANGAN SMASH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN KETEPATAN PENGEMBALIAN SERANGAN SMASH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN

ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN KETEPATAN

PENGEMBALIAN SERANGAN SMASH

Maliki Akbar, Muhamad Firman Azhari, Heraman Subarjah

Universitas Pendidikan Indonesia

Jl. Setiabudi No. 229, Bandung 40132, Jawa Barat, Indonesia

malikiakbar@student.upi.edu

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji apakah ada hubungan antara whole body reaction time dan anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian smash dalam permainan bulutangkis. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Untuk menganalisis data menggunakan uji korelasi, agar diketahui hubungan hasil whole body reaction time dan anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian smash dalam permainan bulutangkis. Sampel pada penelitian ini adalah 20 orang atlet UKM bulutangkis UPI ang sudh mengikuti kejuaraan tingkat nasional. Instrumen yang digunakan yaitu tes whole body reaction, anticipation reaction dan pengembalian smash . Hasil pengolahan data dan analisis data, maka kesimpulan dari penelitian ini bahwa whole body reaction time memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai presentase 19,9% dan begitupun anticipation reaction time memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai presentase 44,7%. Hubungan anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis lebih besar hubungannya dibandingkan dengan hubungan whole body reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis.

Kata kunci : bulutangkis, ketepatan, return smash

PENDAHULUAN

Beberapa teknik dasar olahraga bulutangkis yang banyak digunakan untuk mematikan permainan lawan adalah smash. Menurut Poole (1986, hlm 143) smash adalah “pukuluan overhead yang keras, diarahkan ke bawah yang kuat, merupakan pukulan menyerang yang utama.” Dari hasil observasi peneliti di UKM Bulutangkis UPI pada kejuaraan-kejuaraan bulutangkis tepatnya di Kota Bandung mempunyai kelemahan pada cara mengantisipasi serangan lawan khususnya serangan smash. Peneliti khawatir jika kelemahan tersebut dibiarkan maka akan berpengaruh pada performa atlet pada saat bertanding. Menurut Hikmah Nindya (2013,

hlm. 3) dalam jurnal yang berjudul Analisis Pertandingan Bulutangkis Final Tunggal Putra Pada Olimpade Musim Panas XXX di London 2012, antara Lee Chong Wei melawan Lin Dan yang menyatakan “dari hasil analisis tersebut kegagalan pukulan Lee Chong Wei sebesar 53,27% dengan kegagalan pukulan terbanyak yaitu Return smash”. Menurut Brian Raka Juang (2015, hlm. 7) Dalam jurnal yang berjudul Analisis Kelebihan dan Kelemahan Keterampilan Teknik Bermain Bulutangkis Pada Pemain Tunggal Putra Terbaik Indonesia Tahun 2014, “kelemahan teknik pukulan Tommy Sugiarto saat melawan Lee Chong Wei adalah pukulan Return smash dan pukulan Flick. Kedua pukulan ini paling banyak gagal dilakukan Tommy dari pada pukulan yang lain.

(2)

Tommy gagal melakukan pukulan Return smash sebanyak 25 kali dan pukulan Flick sebanyak 6 kali”. Adapun dalam buku Sejarah Olahraga Bulutangkis Hetti R.A (2010, hlm. 40) menyatakan bahwa “Pengembalian smash yang baik bisa menjadi serangan balik”. Imanudin I (2008, hlm. 112) Kecepatan reaksi ialah waktu dari terjadinya rangsangan. Reaksi merupakan komponen yang penting yang harus dimiliki oleh seorang atlet karena dengan memiliki waktu reaksi yang baik seseorang akan lebih cepat merespon sesuatu.

Dalam olahraga kemampuan antisipasi sangat lah penting, teori menurut Bankosz Z dkk (2013) According to many authors, the time of simple reaction plays a pivotal role in badminton and should be developed to the greatest possible extent. Maka dari itu sangatlah penting pada penelitian ini.

Terkait dengan permasalahan ini menurut peneliti pemenang bukan hanya yang mampu menyerang, melainkan yang bisa bertahan dengan serangan smash dan tepat menempatkan pengembalian posisi shutllecock ke daerah lawan.

Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai hubungan whole body reaction time dan anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash, yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan dari hal tersebut.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan pendekatan korelasi. Pada penelitian ini mencoba mencari hubungan antara variabel bebas (independen) yang terdiri dari whole body reaction time dan anticipation reaction time, sedangkan variabel terikat (dependen) pada penelitian ini yaitu ketepatan pengembalian smash. Sampel dari penelitian ini adalah anggota bidang prestasi UKM Bulutangkis UPI dengan jumlah (20) orang. Untuk mengetahui hasil whole body reaction time dan anticipation reaction time,

menggunakan alat yang berada di laboratorium FPOK Universitas Pendidikan Indonesia sedangkan untuk mengetahui ketepatan return smash akan di lakukan di lapangan bulutangkis.

Anticipation Reaction Time Test

Tujuan Mengukur kecepatan reaksi antisipasi setelah stimulus diberikan.Nama alat Speed Anticipation Time. Pelaksanaan :

1) Subyek duduk di depan alat.

2) Tempatkan dagu diatas penahan dagu senyaman mungkin.

3) Subyek akan memerhatikan cahaya yang akan melintas di hadapan mata subyek.

4) Setelah cahaya tersebut menghilang, subyek memperkirakan waktu cahaya tersebut untuk kembali muncul dengan menekan tombol merah.

5) Lakukan sebanyak 5 kali.

d. Skor Diambil std. deviasi dari 5 kali pengambilan skor.

Whole Body Reaction Time Pelaksanaan :

1) Subyek berdiri di atas matras yang terbuat dari karet dan di dalamnya terdapat sensor dengan posisi kaki menekuk sedikit lututnya agar tidak menjadi hambatan ketika bereaksi setelah stimulus diberikan.

2) Ketika tester menekan tombol, maka akan keluar stimulus berupa cahaya dan subyek melompat dari pijakan karet yang terdapat sensor.

3) Lakukan sebanyak 5 kali.

a. Skor : Catat waktu dari 5 kali kesempatan kemudian diambil nilai terbaik dari std.deviasi nya.

Ketepatan return smash/Test pengembalian smash

(3)

a. Pelaksanaan :

1) smasher melakukan smash ke arah testee,

2) testee yang sudah bersiap segera menerima smash dan langsung melakukan pengembalian smash. 3) Shuttlekock yang dikembalikan oleh

testee akan jatuh ke daerah poin. 4) Pelaksanaan tes ini dilakukan satu

orang testee sebanyak 3 kali kesempatan.

b. Skor : catat skor atau poin terbaik dari 3 kali kesempatan tersebut.

Gambar. Tes Pengembalian Smash Dalam skripsi Adhi P.Karunia (2010), mengadaptasi Herman Tarigan (2003) Keterangan :

S : Smasher

R : Pengembali smash

: Arah jatuhnya kok : Arah rally

O1 : Pencatat nilai O1 : Pencatat nilai

Angka-angka yang tertera dalam lapangan bulutangkis adalah poin yang di dapat oleh testee sesuai dimana jatuhnya shuttlecock. Analisis Data

Dalam penelitian ini, setelah mendapatkan data dari sampel, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah analisis data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 21.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan yang Signifikan Antara Whole Body Reaction Time dengan Ketepatan Pengembalian Serangan Smash pada Permainan Bulutangkis

Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel X1 (WholeBody Reaction Time) dengan variabel Y (Ketepatan Pengembalian Serangan Smash), dalam penelitian ini menggunakan rumus Correlation Pearson Product Moment dengan menggunakan bantuan SPSS 23, hasilnya sebagai berikut:

Tabel

Hasil Uji Korelasi antara Whole Body Reaction Time dengan Ketepatan

Pengembalian Serangan Smash

Varia bel Pearson Correla tion Sig Keteran gan Kesimp ulan Whole Body Reacti on Time 0,446 0,0 49 Ho ditolak Terdapat hubunga n

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,049 atau lebih kecil dari 0,05 (0,049 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi antara whole body reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis. Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai Pearson

(4)

Correlation sebesar 0,446 termasuk dalam kategori hubungan tingkat sedang.

Koefisien Determinasi (KD)

Untuk melihat besarnya hubungan dari keduanya dapat dilakukan melalui uji koefisien determinasi, hasilnya sebagai berikut:

Tabel

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Variabel R 𝐑𝟐

WholeBody Reaction Time

0,446 0,199

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai R square sebesar 0,199. Koefisien determinasi merupakan nilai kuadrat dari korelasi dikali 100%. Jika dihitung secara manual adalah sebagai berikut:

KD = r2 x 100%

= 0,199 x 100%

= 19,9%

Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan/korelasi antara WholeBody Reaction Time dengan Ketepatan Pengembalian Serangan Smash pada permainan bulutangkis sebesar 19,9%. Sedangkan sisanya sebesar 80,1% merupakan faktor lain yang mempengaruhi ketepatan pengembalian serangan smash yang tidak diteliti dari penelitian ini.

Hubungan yang Signifikan Antara

Anticipation Reaction Time dengan

Ketepatan Pengembalian Serangan Smash pada Permainan Bulutangkis

Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel X2 (Anticipation Reaction Time) dengan variabel Y (Ketepatan Pengembalian Serangan Smash), dalam penelitian ini menggunakan rumus Correlation Pearson Product Moment dengan menggunakan bantuan SPSS 23, hasilnya sebagai berikut:

Tabel

Hasil Uji Korelasi antara Anticipation Reaction Time dengan Ketepatan

Pengembalian Serangan Smash

Variab el Pearso n Correla tion Sig Ketera ngan Kesimp ulan Anticip ation Reactio n Time 0,668 0,0 01 Ho ditolak Terdapa t hubunga n Berdasarkan tabel diatas,diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001 atau lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi antara anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis. Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai Pearson Correlation sebesar 0,668 termasuk dalam kategori hubungan tingkat kuat.

Koefisien Determinasi

Untuk melihat besarnya hubungan dari keduanya dapat dilakukan melalui uji koefisien determinasi, hasilnya sebagai berikut:

Tabel

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Variabel R 𝐑𝟐

Anticipation Reaction Time

0,668 0,447

Berdasarkan table di atas, diperoleh nilai R square sebesar 0,447. Koefisien determinasi merupakan nilai kuadrat dari korelasi dikali 100%. Jika dihitung secara manual adalah sebagai berikut:

KD = r2 x 100%

= 0,447 x 100%

= 44,7%

Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan/korelasi antara anticipation reaction

(5)

time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis sebesar 44,7%. Sedangkan sisanya sebesar 55,3% merupakan faktor lain yang mempengaruhi ketepatan pengembalian serangan smash yang tidak diteliti dari penelitian ini.

Pembahasan Penelitian

Hubungan yang Signifikan Antara Whole Body Reaction Time dengan Ketepatan Pengembalian Serangan Smash pada Permainan Bulutangkis

Dengan hasil yang di dapat oleh peneliti maka di kemukakan oleh peneliti terdapatnya hubungan pada penelitian ini di sebabkan pada permainan tunggal atlet memiliki jangkauan yang luas pergerakan di lapangan untuk mengembalikan serangan smash.

“Pengembalian smash yang baik bisa menjadi serangan balik” (Hetti R.A, 2010, hlm. 40). Untuk mengembalikan smash membutuhkan teknik dasar bulutangkis seperti return smash yang bagus dan mumpuni. Seperti pengembalian pendek, pengembalian mendatar atau drive, dan pengembalian panjang. Selain itu dibutuhkan juga kecepatan respon terhadap serangan smash lawan.

Whole body reaction time merupakan kecepatan respon oleh seluruh tubuh dari stimulus yang diberikan (Gavkare dkk, 2013). Gerakan respon yang baik diperlukan dalam setiap olahraga apapun termasuk bulutangkis. Olahraga bulutangkis merupakan permaian yang mengandalkan kecepatan dan respon yang baik dalam memukul atau mengembalikan shuttlecock dari serangan lawan. sehingga adanya kombinasi teknik dasar yang baik dan whole body reaction time dapat dengan baik mengembalikan serangan smash lawan.

Whole body reaction time dengan pengembalian serangan smash lawan pada permainan bulutangkis mempunyai hubungan, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara whole body reaction time dengan ketepatan

pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis, meskipun tingkat hubungannya dalam kategori sedang dengan besarnya hubungan sebesar 19,9%.

Dua tipe pengukuran dari whole body reaction time dalam penelitian ini yaitu visual whole body reaction time. Dapat diartikan bahwa jika seorang atlet atau pemain bulutangkis mempunyai kemampuan whole body reaction time yang bagus maka dapat dengan baik pula mengembalikan serangan smash dari lawan. Terlebih dalam permainan bulutangkis seorang atlet atau pemain bulutangkis memerlukan reaksi yang sangat baik dalam visual maupun auditory, karena cabang olahraga permainan bulutangkis pun memiliki stimulus dari lawan maupun aba – aba dari pelatih.

Hubungan yang Signifikan Antara

Anticipation Reaction Time dengan

Ketepatan Pengembalian Serangan Smash pada Permainan Bulutangkis

Ketika atlet bulutangkis dapat memprediksi secara akurat sebuah kejadian dan dapat mengatur pergerakan lanjutan, serta atlet dapat memulai respon yang tepat lebih cepat daripada bereaksi setelah menerima stimulus akan meningkatkan kemampuan yang lebih baik untuk mencapai sebuah performa maksimal pada saat bertanding. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan menurut Dawes Jay dan Rozen Mark, 2012,hlm 31 bahwa “When athletes can accurately predict an event and organize their movements in advance, they can initiate an appropriate response more quickly than if they had waited to react to a stimulus (Ketika atlet dapat akurat memprediksi suatu kejadian dan mengatur gerakan mereka, maka mereka dapat melakukan respon yang tepat lebih cepat daripada jika mereka telah menunggu untuk bereaksi terhadap rangsangan)”.

Sehingga jika atlet atau pemain bulutangkis mempunyai kemampuan anticipation reaction time yang baik maka dia mampu untuk mengantisipasi serangan dan tepat dalam menempatkan shuttlecock dengan

(6)

baik, kemudian atlet bisa menjadikan itu serangan balik, terutama mengantisipasi pukulan smash. Karena sebagaimana diketahui bahwa anticipation reaction time mempunyai hubungan dengan pengembalian serangan smash lawan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anticipation reaction time mempunyai hubungan dengan ketepatan pengembalian serangan smash lawan pada permaianan bulutangkis dengan tingkat hubungan yang kuat. Anticipation reaction time mempunyai hubungan dengan ketepatan pengembalian serangan smash sebesar 44,7%. Sehingga bisa disimpulkan bahwa jika atlet atau pemain bulutangkis mempunyai kemampuan anticipation reaction time yang baik maka ketepatan pengembalian serangan smashnya pun akan baik pula.

Whole body reaction time dan anticipation reaction time keduanya memiliki hubungan dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis, akan tetapi dalam penelitian ini anticipation reaction time hubungannya lebih besar daripada whole body reaction time.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data dari lapangan, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini diantaranya: bahwa terdapat hubungan antara whole body

reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulu tangkis. Hubungan antara whole body reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash termasuk kategori sedang dengan sumbangan hubungan sebesar 19,9%.

Selain itu terdapat hubungan antara anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulu tangkis. Hubungan antara anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash termasuk kategori kuat dengan sumbangan hubungan sebesar 44,7%.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Adhi P. Karunia (2010). Pengaruh Rally (Pertukaran Melintasi Net) Terhadap Pengembalian Smash Bulutangkis Pada Siswa Kelas VIII SMP Satya Dharma Sudjana GMP Tahun Pelajaran 2008-2009. Lampung: Universitas Lampung.

Anwar, D. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya : Amelia

Arikunto. (1991). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT Bina Aksara, Bankosz Z, dkk (2013). Assessment of simple reaction time in badminton players. TRENDS in

Sport Science, 1 (20), 54 – 61.

Dawes Jay, dkk (2012). Developing Agility And Quickness. Amerika Serikat; National Strenght And Conditioning Association.

M Ajay, Gavkare, dkk (2013). Auditory Reaction Time, Visual Reaction Time and Whole Body Reaction Time in Athletes. Indian Medical Gazzete. Hlm. 214 – 218

Hetti.R.A (2010). Sejarah Olahraga Bulutangkis . Bogor : Quadra.

Nindya.Hikmah (2013). Analisis Pertandingan Tunggal Putra Pada Olimpiade Musim Panas XXX di London 2012. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Subarjah, H. (2009). Permainan Bulutangkis, Bandung: CV. Bintang WarliArtika.

Subarjah H, Hidayat Y. (2007). Modul mata kuliahPermainan Bulutangkis, Bandung FPOK UPI Suherman A, Indri Nur R. (2014) Modul Stastistika Ilmu Keolahragaan. Bandung: FPOK UPI Sugiyono,(2010). Metode Penelitian kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Imanudin,Iman. (2014). Modul Mata Kuliah Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung: FPOK UPI Hendriawan,Irvan, (2014). Hubungan Whole Body Reaction Time Dengan Antisipasi Penjaga

Gawang Pada Saat Tendangan Penalty Dalam Olahraga Sepakbola. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Poole James (1982), Belajar Bulutangkis. Bandung: Pionir

Universitas Pendidikan Indonesia. (2015). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Raka. Brian (2015). Analisis kelebihan dan kelemahan keterampilan teknik bermain bulutangkis pada permainan tunggal putra terbaik 2014. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

Apabila setelah masuknya sekutu baru tidak terjadi transaksi modal dan pembagian laba atau rugi dilakukan tanpa memperhatikan jumlah modal maka metode bonus dan goodwill akan

Jadi, perusahaan melaporkan dalam neraca, sekuritas yang tersedia untuk dijual pada nilai wajar, tetapi tidak melaporakn perubahan nilai wajar sebagai bagian dari laba bersih

sedangkan proses input data dan input gambar yang berada di bagian admin dilakukan oleh mahasiswa magang lain dari kampus yang berbeda. Dalam proses pembuatan

Preprocessing stage uses grayscalling and binary image, feature extraction process by calculating black pixel, and classification by using Support Vector

[r]

[r]

Simtom tidak terbatas pada keluhan nyeri atau masalah pada fungsi seksual, juga tidak dapat disebabkan oleh gangguan mental

Dengan adanya website Jaya Manggala Motor diharapkan masyarakat dapat memperoleh informasi dan mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan untuk kendaraan