49
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
BAB IV
PEMECAHAN PERSOALAN DAN DESKRIPSI HASIL PERANCANGAN
4.1Kajian Konsep dan Fungsi Bangunan yang diajukan
Skema 4.1 skema kajian konsep dan fungsi yang diajukan Sumber : penulis, 2016
50
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
Gambar 4.1 Stasiun Lempuyangan tahun 1872
Sumber : heritage.kereta-api.co.id 4.2Re-defining Stasiun Lempuyangan
PAST
Stasiun Lempuyangan merupakan stasiun kereta api pertama yang didirikan Pemerintah Kolonial Belanda di Yogyakarta pada tahun 1872. Bangunan ini dibangun di atas tanah milik Keraton Yogyakarta yang pada awalnya hanya berfungsi sebagai stasiun barang. Maka dari itu stasiun ini memiliki nilai historis yang sangat besar sebagai salah satu bangunan cagar budaya yang berpengaruh terhadap perkembangan kota Yogyakarta dan sekitarnya.
PRESENT
Sejak 1 Desember 1997, stasiun kereta api Lempuyangan mendapat limpahan dari Stasiun Kereta Api Yogyakarta (Stasiun Tugu) sebagai terminal pemberangkatan dan akhir perjalanan kereta api kelas ekonomi. Namun untuk saat ini bentuk dan fungsi sebagai stasiun kereta api tidak maksimal dalam mengakomodasi kegiatan yang adadisebabkan bangunan stasiun sekarang tidak terintegrasi dengan baik kawasan sekitar dan berdampak pada degradasi lingkungan sekitar stasiun.
FUTURE
Mere-desain bangunan stasiun lempuyangan yang sekarang dengan tanpa mengintevensi bangunan cagar budaya yang telah ada, sekaligus menambahkan bangunan baru disisi utara stasiun yang memanfaatkan lahan site eks-gudang semen, untuk mendukung kegiatan perkeretaapian di stasiun ini. Mengingat bangunan lama stasiun sudah tidak dapat menampung lonjakan pengguna jasa kereta api. Dengan besaran ruang yang lebih besar dan me-mix antara fungsi stasiun dengan penataan fasilitas komersil sebagai bentuk pelayanan pihak stasiun terhadap pengunjung yang datang. Dilengkapi juga dengan parkir kendaraan mencapai sekitar 322 kendaraan yang terdiri dari kendaraan roda dua dan roda empat sekaligus ruang parkir yang memiliki keterpaduan dengan moda transportasi lain. Diharapkan dengan perubahan ini fungsi stasiun dapat berfungsi maksimal dalam rentan wangktu yang lama.
Gambar 4.2 Stasiun Lempuyangan 2015
Sumber : penulis, 2016
Gambar 4.3 Stasiun Baru Lempuyangan Sumber : penulis, 2016
51
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
Adapun penambahan bangunan Stasiun baru dalam rancangan re-desain ini adalah sebagai berikut :
Skema 4.2 skema penambahan bangunan baru stasiun Lempuyangan Sumber : penulis, 2015
52
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
Untuk bentuk massa bangunan stasiun baru penulis mengikuti bentuk asal dari bangunan lama yaitu model stasiun parallel, yaitu stasiun sejajar dengan jalur rel kereta. Hal ini Bertujuan untuk meminimalisir perubahan seminimalkan mungkin.
Skema 4.4 skema tata letak bangunan STASIUN baru dan lama Sumber : Analisis Penulis, 2015
Skema 4.3 skema tata massa stasiun lempuyangan Sumber : Analisis Penulis, 2015
53
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
4.3Kajian dan Konsep Figuratif Rancangan (Penentuan Kebutuhan Ruang)
Kebutuhan ruang ditentukan dengan melakukan analisis terhadap aktifitas-aktifitas yang dilakukan dalam stasiun. Dengan begitu dapat teridentifikasi ruang-ruang apa saja yang dibutuhkan guna mewadahi kegiatan dalam stasiun. Alur kegiatan yang sesuai dengan analisis pengguna stasiun diperlukan guna untuk sebuah perencanaan yang tepat guna sesuai dengan perilaku aktifitas penggunan. Berikut skema alur pengunjung stasiun :
a. Penumpang naik kereta
b. Penumpang turun dari kereta
c. Pengantar
Skema 4.3. Skema Penumpang naik kereta Sumber : Analisis penulis, 2015
Skema 4.4. Skema Penumpang turun dari kereta Sumber : Analisis penulis, 2015
Skema 4.5. Skema sirkulasi pengantar Sumber : Analisis penulis, 2015
54
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
d. Pengelola
e. Karyawan
f. Ekspedisi barang
Skema 4.6. Skema sirkulasi Pengelola Sumber : Analisis penulis, 2015
Skema 4.7 Skema Sirkulasi Karyawan Sumber : Analisis penulis, 2015
Skema 4.8 Skema Sirkulasi Ekspedisi barang Sumber : Analisis penulis, 2015
55
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
4.4Proyeksi Pengunjung
Proyeksi pengunjung sangat dibutuhkan karena hal tersebut sangat terkait dengan jumlah pengunjung yang akan ditampung dalam stasiun. dengan mengkombinasikan hasil analisis pengunjung dengan proyeksi pengunjung, maka akan didapatkan besaran ruang yang dibutuhkan.
Adapun dalam penentuan proyeksi pengunjung, proyeksi didapatkan dengan melakukan spekulasi terhadap jumlah kunjungan tertinggi selama beberapa tahun terakhir. yakni dalam hal ini adalah tahun 2014 dengan jumlah kunjungan yang tertera pada table berikut :
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Penumpang
1.144.644 1.122.685 1.00.240 848.366 1.146.668
Dimana setiap tahunnya menampung lebih dari 1 juta penumpang, maka dengan prediksi peningkatan pertahunnya 8% pertahun, dapat dihitung perkembangan nya 20 tahun mendatang. Guna sebagai tolok ukur pengembangan redesain staiun besar Lempuyangan dengan perhitungan sebagai berikut :
P = Po ( T + r )
P = Jumlah penumpang pada tahun T = Kurun Waktu Penumpang Po = Jumlah penumpang awal tahun r = Presentase Penumpang
Memprediksikan jumlah penumpang 20 tahun kemudian dengan persentase kenaikan penumpang per tahunnya 8%, perhatikan table berikut :
Tabel 4.1 Data penumpang stasiun lempuyangan 5 tahun terakhir Sumber : DAOP 6, yogyakarta, 2015
Proyeksi pengunjung tahun 2034 = 1.238.401 (1+0.08)20 = 1.238.401 x 4.66 = 5.344.572
56
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
Maka dari perhitungan diatas perkiraan per harinya pada tahun 2034, stasiun lempuyangan akan menampung paling sedikitnya 14.642 penumpang. Per jam nya melayani penumpang sebanyak 610 pengunjung, yang dimana terdiri dari penumpang kereta api jarak jauh dan kereta api lokal.
Tabel 4.2. Prediksi pengunjung stasiun Lempuyangan 20 tahun mendatang Sumber : Analisis penulis, 2015
Tabel 4.3 Daftar Kereta yang datang dan berangkat dari Lempuyangan Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Lempuyangan
57
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
Maka dapat disimpulkan perlunya peningkatan pelayanan di Stasiun Lempuyangan. Kemudian dibutuhkannya besaran ruangan baru untuk mewadahi kegiatan dalam maupun luar stasiun untuk jangka waktu yang panjang. Untuk bangunan stasiun Lempuyangan lama akan melayani kereta parameks, dan stasiun Lempuyangan yang baru (sisi utara stasiun lama) akan melayani keberangkatan Kereta api jarak jauh (kelas bisnis dan ekonomi). Hal ini bertujuan untuk menghindari terpusatnya kegiatan perkereta apian yang akan berimbas pada besaran lahan dan kepadatan sirkulasi.
4.5Standar Ruang Stasiun
Berikut table standar ruang bangunan stasiun :
No Nama ruang Standar Minimum Acuan
1 Area tunggu 80% Kapasitas KA + 0.929 m2/orang EN
2 Sirkulasi Luas ruangan + 15% luas ruangan EN
3 Panjang Jalur Antrian 4,57 m EN
4 penumpang 0.929 m2/orang EN
5 Coffe shop 0,2787 m2 – 74,32 m2 EN
6 Area Sirkulasi 1,4 m2 x 1,4 m2 + 20 % nya EN
7 Mobil pribadi 2,5 mx 5 m EN
8 Sepeda motor 1,2 m x 2 m EN
9 Parkir Jangka pendek (<3jam)
80% Kapasitas KA EN
10 Parkir Jangka panjang (>3jam)
15 – 20 % Kapasitas KA EN
Keterangan : EN = Erst Beufert 4.6Organisasi Ruang Stasiun
Skema 4.9 Organisasi Stasiun secara umum Sumber : Data Arsitek Jilid II, Erst Neufert
Tabel 4.4 Tabel Standar Ruang
58
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
Organisasi Ruang diperoleh dari pertimbangan ukuran site yang memiliki luasan yg cukup besar dan besaran luasan ruang yang dibutuhkan untuk memaksimalkan fungsi bangunan stasiun Lempuyangan. Maka organisasi ruang yang dibuat, sebagai berikut :
a. Lantai 1 (Stasiun Baru)
b. Lantai 1 (Stasiun Lama)
Skema 4.10 Organisasi Lantai 1 Sumber : Analisis penulis, 2016
Skema 4.11 Organisasi Lantai 1 (stasiun Lama) Sumber : Analisis penulis, 2016
59
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
c. Lantai 2
4.7Besaran Ruang
Dari perhitungan proyeksi pengunjung stasiun Lempuyangan sebelumnya, telah didapatkan angka penumpang pada tahun 2034 paling minimal penumpang per tahunnya adalah 16.642 orang, dan perjam nya menampung paling sedikit 610 orang. Namun angka tesebut belum ditambah dengan angka pengantar penumpang dan batas maksimal penumpang yang datang.
Maka dapat diasumsikan :
Jumlah penumpang naik / turun = 610 x 2 = 1220 (penumpang maksimal) Jumlah pengantar / penjemput = 70% x 610 = 427 (pengantar maksimal)
= 1647 pengunjung
Maka dapat diperkirakan dengan dilihat dari jadwal kedatangan dan keberangkatan dapat diketahui frekuensi keberangkatan dalam satu jamnya sehingga kepadatan masksimal dapat dijadikan patokan untuk besaran ruang dalam setasiun.
1. Hall / Lobby
Kepadatan Hall setiap 30 menit (1/2 jam) sebesar 1647/2 = 824 orang. Satu orang perlu 0,9 m2, sehingga terdapat luasan 0,9 m2 / orang x 824 orang = 741 m2. Sirkulasi 20% x 741 m2 = 148 m2. Total Luasan Hall = 741 +148 = 889 m2
2. Ruang tunggu
Jumlah pengunjung stasiun = 1647 (0,9 m2 / orang), maka luas kebutuhan ruang tunggu 1647 x 0,9 m2 = 1482 m2.
3. Loket
Skema 4.10 Organisasi Lantai 1 (stasiun lama) Sumber : Analisis penulis, 2016
60
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
Sesuai dengan manajemen pengelolaan PT KAI, sisttem distribusi tiket dilepas secara online, jadi penumpang di loket hanya menukarkan tiket yang dibeli ketika online. Loket dibuka 2 jam sebelum keberangkatan, lama pelayanan 1,5 jam. Kecepatan pelayanan rata-rata 2 menit/ penumpang. Dalam 1,5 jam loket dapat melayani 45 orang. Maka kebutuhan loket 45 orang x 0,9 m2 = 40 m2.
4. Peron
Jumlah pengunjung 1647, @orang butuh 0,9 m2, maka kebutuhan luas peron 1647 x o,9 = 1482 m2, sirkulasi 20% x 1482 = 296 m2. Luas total 1482 + 296 = 1779 m2
Panjang peron diperhitungkan dengan jumlah rangkaian kereta sebanyak 10 gerbong, panjang tiap gerbong 20 m, maka didapat 10 x 20 = 200 m. direncanakan ada tambahan 3 peron, lebar peron 5 m. maka 200 x 5 = 1000 m2.
5. Fasilitas Penunjang
Retail souvenir 9 buah @ 9 m2 , sehingga butuh luasan 45 m2
Retail makanan, retail kecil berjumlah 15 buah @ 6 m2 , sehingga kebutuhan luas retail makanan 120 m2
Restaurant asumsi menampung 24 orang tiap unitnya. Luasan tiap 4 orang standarnya adalah 9 m2 , sehingga luasan per unit restaurant 24/4 x 9 = 54 m2 . Daerah servis 20% x 54 = 10.8 m2 , luas total / unit restaurant 64 m2 .
Asumsi umlah penumpang yang makan dan minum 20 % x 1647 = 329 orang asumsi lama berada didalam restaurant 30 menit, maka jumlah pemakai 329 : 2 = 164 orang. Maka kebutuhan terhadap restaurant adalah 204 : 32 = 5.14 = 5 buah restaurant. Maka jumlah luasan restoran adalah 324 m2
Bank yang dilayani ATM, asumsi ada 6 buah ATM dengan luasan @ 3 m2 , total 18 m2
Ruang Laktasi (ibu menyusui), asumsi ada 2 ruangan dengan @ 12 m2 , maka 24 m2
6. Lavatory pria
Asumsi jumlah pemakai adalah 10% dari jumlah pengunjung pada jam terpadat 10% x 1647 = 164 orang. Perbandingan pria dan wanita diasumsikan 1:1 atau 164 / 2 = 82 orang. Asumsi pengguna toilet 5 menit/orang, maka dalam satu jam melayani 82 / 12 = 9 orang, kebutuhan urinoir standar 0,7 m2 = 0,7 x 9 = 6 m2 . Kebutuhan bilik toilet dengan standar 1,5 m2 / orang = 9 x 12 = 13.5 m2 , kebutuhan total lavatory pria 6 + 13.5 = 19.5 m2 ditambah 20% sirkulasi menjadi 13.4 m2
7. Lavatory Wanita
Asumsi yang digunakan sama dengan lavatory pria, kebutuhan bilik toilet 1,5 m2 / orang = 9 x 12 = 13.5 m2, kebutuhan total ditambah sirkulasi menjadi 19.5 m2
8. Lavatory difabel
61
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
9. Mushola
Asumsi 50 orang, perorang 0,8 m2 , maka 50 x 0,8 = 40 m2 , Tempat wudlu 9 m2 , total luas 49 m2 .
10.Parkir
Luas parkir dihitung dari jumlah penumpang stasiun jam terpadat ditambah dengan pengantar dan penjemput.
Asumsi berkendara mobil 20 % x 3072 = 614 orang, satu mobil menampung 4 orang, sehinga terdapat 153 mobil @ 15 m = 2304 m2 , sirkulasi 20% x 2304 = 460 m2 . Luas total 2764 m2
Asumsi berkendara motor 30 % x 3072 = 921 orang, satu sepeda motor untuk 2 orang maka terdapat 460 motor @ 3 m2 = 1382 m2 , sirkulasi 20% x 1382 = 276 m2 . maka luas total parkir 1658 m2
11.Ruang administrasi dan manajerial serta area operasional Stasiun
Untuk ukuran luasan standar ruangan ini menggunakan data dari data arsitek dan disesuaikan dengan jumlah pernonil dalam ruangan sehingga dapat diketahui luasan ruangan yang diperlukan.
No Ruang Jumlah pelaku Standar m2 / orang Luas m2
1 Kepala stasiun 1 32 32 2 Wakil 1 18 18 3 Sekretaris 11 8 8 4 Tamu 6 3 18 5 Staff 2 8 16 6 Administrasi 6 4 24 7 Keuangan 12 4 48 8 Gudang administrasi - 45 45 9 Rapat 16 8 48 10 Meeting 30 2 60 Jumlah 317
No Ruang Jumlah pelaku Standar m2 / orang Luas m2
1 PPKA 1 23 23 2 Wakil PPKA 1 14 14 3 Tamu 6 3 18 4 Operasional 10 9 90 5 Komputer 10 9 90 6 Kondektur 6 4 24
Tabel 4.5 Kebutuhan ruang administrasi dan manajerial Sumber : Analisis penulis, 2015
62
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
7 Polisi KA 12 4 48
8 Jaga malam 8 4 32
9 Istirahat Krew 20 6 100
Jumlah 459
4.8Property size Stasiun besar Lempuyangan
No Nama ruang Jumlah satuan Luas ( m2 )
1 Hall / Lobby 1105
2 Ruang tunggu Luar 2764
3 Ruang tunggu dalam (peron) 2211
4 Peron 1000
5 Loket 40
6 Fasilitas Penunjang
7 Kios majalah dan Koran 4 Buah 24
8 Toko souvenir 5 Buah 45
9 Retail makanan 20 Buah 120
10 Restaurant 7 buah 224
11 ATM 6 buah 18
12 Ruang Laktasi 2 buah 12
13 Lavator pria 40
14 Lavatory pria 40
15 Lavatory difabel 4 buah 24
16 Mushola 49
17 Tempat wudlu 9
18 Pakir mobil 2764
19 Parkir motor 1658
20 ruang administrasi dan manajerial 317
21 ruang area operasional stasiun 459
jumlah 13486
Dari fasilitas yang diperoleh maka dapat ditentukan besaran ruang yang disesuaikan dengan standar yang ada. Total besaran ruang yang diperoleh untuk bangunan sebesar 13.486 m.
Tabel 4.6. Kebutuhan ruang area operasional stasiun Sumber : Analisis penulis, 2015
Tabel 4.8 Property Size Stasiun besar Lempuyangan Sumber : Analisis penulis, 2015
63
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
4.9Narasi dan ilustrasi skematik hasil rancangan
Setelah melakukan analisis mengenai kondisi fisik yang berada di site Stasiun Lempuyangan, maka dapat diperoleh kesimpulan berupa program baik arsitektural, ataupun fungsional dari rancangan, meliputi:
4.9.1 Rancangan Kawasan Tapak
4.9.2 Rancangan Bangunan
4.9.2.1 Konsep Zonasi Bangunan
Skema 4.12 skema Zoning Stasiun Lempuyangan Sumber : Analisis penulis, 2016
Skema 4.11 skema rancangan tapak Sumber : Analisis penulis, 2016
64
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
a. Zona Selatan
Zona Seltan merupakan zona yang difokuskan sebagai zona administrasi stasiun. Hal ini bertujuan sebagai memisahkan antara kegiatan yang berhubungan dengan pengelola stasiun dan pengunjung stasiun (penumpang kereta api) dan dizona inipun terdapat 2 bangunan (1 & 2) yang dipertahankan karena termasuk bangunan cagar budaya. Dan bangunan yang terdapat di zona utara meliputi : Bangunan (1) difungsikan sebagai main enterance pada stasiun lama; bangunan (2) difungsikan sebagai area Operasional ; Bangunan (3) berfungsi sebagai area administrasi dan manajerial Stasiun; dan bangunan (4) sebagai area ekspedisi pengiriman barang.
b. Zona Utara
Selanjutnya zona utara merupakan zona yang diperuntukan untuk bangunan stasiun baru, dimana lahan yang digunakan merupakan lahan bekas gudang semen. Dan bangunan yang terdapat di zona selatan meliputi : bangunan (4) merupaka area pusat Utilitas stasiun; bangunan (5) merupakan bangunan inti stasiun baru, terdiri
Skema 4.14 Bangunan zona utara Sumber : Analisis penulis, 2016
Skema 4.13 Bangunan zona selatan Sumber : Analisis penulis, 2016
65
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
dari 2 lantai, lantai 1 difungsikan ebagai ruang tunggu, food court area, ruang laktasi, lavatory , mushola dan untuk lantai 2 untuk boarding area, chek In tiket, dan area yang dapat mengakses peron; bangunan (6) merupakan area loket tiket, plaza, mini market, customer servis. Loket tiket dipisahkan dari bangunan inti bertujuan untuk mengurangi kegiatan yang ada.
c. penghubung
Untuk memaksimalkan fungsi bangunan ini, maka dibutuhkan penghubung antara zona utara dan zona selatan dengan tujuan pengguna stasiun dapat mengakses kedua zona dengan mudah, nyaman dan aman. Dengan mempertimbangkan hal diatas maka penulis mengusulkan penghubung berupa jembatan layang yang dapat di akses dari kedua zona, dan jembatan sengaja dibuat layang dengan tujuan keamanan dan kenyamanan pengguna bangunan.
d. peron
Zona peron merupakan area yang mewadahi kegiatan penurunan dan pemberangkatan penumpang.
Skema 4.15 penghubung zona utara dan zona selatan Sumber : Analisis penulis, 2016
Skema 4.16 Zona Peron Sumber : Analisis penulis, 2016
66
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
4.9.2.2 Konsep Bentuk Massa Bangunan
Untuk bentuk massa bangunan stasiun baru penulis mengikuti bentuk asal dari bangunan lama yaitu model stasiun parallel, yaitu stasiun sejajar dengan jalur rel kereta. Hal ini Bertujuan untuk menekan perubahan seminimalkan mungkin.
4.9.2.3 Konsep Sirkulasi
a. Sirkulasi dalam bangunan
konsep hubungan ruang dengan pola menembus ruang (bab 2; kajian hubungan ruang) sangat relevan untuk diterapkan pada rancangan baru stadiun Lempuyangan, mengingat ruangan yang ada tidak terpusat pada satu titik saja melainkan tersebar. hal ini disebabkan oleh gerakan perpindahan pengunjung yang dinamis (cepat berpindah) dari satu ruangan ke ruangan yang lain.
Skema 4.17 skema tata massa stasiun lempuyangan Sumber : Analisis Penulis, 2015
Skema 4.18 Skema sirkulasi dalam bangunan Sumber : Analisis Penulis, 2015
67
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234 b. Sirkulasi kendaraan
c. Bentuk dan ruang sirkulasi
Bentuk ruang sirkulasi yang muncul sebab dipengaruhi oleh aktifitas pengunjung stasiun sebagai berikut (kajian bab2; bentuk dan ruang sirkulasi) :
o Bentuk ruang sirkulasi Terbuka pada salah satu sisi, untuk memberikan kontinuitas visual/ruang dengan ruang yang dihubungkan.
o Bentuk ruang sirkulasi membentuk koridor tertutup. Bentuk seperti ini terdapat dibagain jembatan penghubung. Bertujuan mengarahkan pengunjung ke peron yang dituju.
Skema 4.19 Skema sirkulasi kendaraan Sumber : Analisis Penulis, 2015
Gambar 4.4 ruangan bagian main enterance yang memberikan hubungan visual dengan drop off area
68
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
o Bentuk ruang sirkulasi yang terbuka pada kedua sisinya. Hal ini diterapkan pada bagian ruang peron.
4.9.3 Konsep Tata ruang dan pengaturan fasilitas komersial
a. Pengembangan tata ruang
Pada kondisi eksisting stasiun Lempuyangan (baca : bab III) banyak ruang yang sudah tak mampu untuk menampung kegiatan stasiun dengan normal. Dari hasil Evaluasi Purna Huni pada bab III sangat jelas hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya peminat terhadap transportasi massal kereta api, namun tidak diimbangi dengan fasilitas yang memadai, mulai dari kapasitas ruang tunggu, kapasitas ruang tunggu loket, kapasitas parkir pengunjung dan lain sebagainya.
Maka dari itu perlunya pengembangan pada aspek tata ruang yang dapat menunjang kegiatan yang ada dan mengingat stasiun Lempuyangan yang saat ini menyandang gelar sebagai Stasiun Kelas Besar. Jelas hal ini menuntut penulis untuk merancang tata ruang yang baru yang sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum Stasiun kelas Besar dengan tujuan agar pengunjung, baik calon penumpang maupun staff stasiun sendiri dapat merasakan kenyamanan ketika berkegiatan di dalam stasiun Lempuyangan.
Gambar 4.5 ruangan jembatan penghubung yang membentuk koridor tertutup.
Sumber : Analisis Penulis, 2015
Gambar 4.6 area peron yang terbuka pada kedua sisinya. Sumber : Analisis Penulis, 2015
69
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
Skema 4.23 Pengembangan Tata Ruang Stasiun Lempuyangan Sumber : Analisis Penulis, 2016
70
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
b. Pengaturan Ruang Fasilitas Komersial
Sesuai dengan kajian yang telah dilakukan (lihat : skema 2.1) terkait teori pengaturan ruang fasilitas komersial, maka penulis mengajukan konsep sebagai berikut :
4.9.4 Konsep Facad Bangunan
Pada stasiun baru, penerapan bentuk facad yang simetris merupakan reinterpretasi dari desain bangunan eksisting, selain itu repetisi dan penonjolan pada bangunan lama juga sangat terlihat jelas. Oleh sebab itu rancangan fasad bangunan baru harus berupa penerjemahan dari bentuk bangunan lama yang banyak menggunakan bentukan simetris, repetisi pada bukaan, penonjolan pada struktur dan ciri lainnya. Dengan tujuan walaupun kedua massa berbeda bentuk, persamaan bahasa ini menimbulkan korelasi dan hubungan
Skema 4.24 Pengaturan ruang fasilitas Komersial Sumber : Analisis Penulis, 2016
Skema 4.25 Analisis Facad pada bangunan lama Sumber : Analisis Penulis, 2016
71
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
intim secara sejarah dan masa depan. Pada desain stasiun baru, material yang digunakan sebagian besar menggunkana material kaca transparan dan dinding dengan finishing warna soft. hal tersebut dipilih guna menunjukan teknologi pada masa sekarang, sedangkan warna finisging yang soft merupakan penghormatan terhadap karakter bangunan lama. (baca : sub bab 2.3.2)
4.9.5 Detail Rancangan Selubung Bangunan
Skema 4.27 Detail Selubung bangunan Sumber : Analisis Penulis, 2016
Skema 4.26 Analisis Facad pada bangunan baru Sumber : Analisis Penulis, 2016
72
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
4.9.6 Rancangan Interior Bangunan
4.9.7 Rancangan Sistem Struktur
Skema 4.28 Skema rancangan Interior Sumber : Analisis Penulis, 2016
Skema 4.29 Skema rancangan struktur Sumber : Analisis Penulis, 2016
73
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
4.9.8 Skema Sistem Utilitas
4.9.9 Skema Akses difabel dan Sirkulasi Vertikal Bangunan
Skema 4.30 Skema Utilitas Sumber : Analisis Penulis, 2016
Skema 4.31 Skema Sirkulasi Vertikal Bangunan dan akses difabel Sumber : Analisis Penulis, 2016
74
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
4.9.10 Skema Penanggulangan Kebakaran dan evakuasi darurat
Skema 4.32 Lavatory khusus difabel Sumber : Analisis Penulis, 2016
Skema 4.33 Skema penanggulangan Kebakaran dan evakuasi darurat Sumber : Analisis Penulis, 2016
75
PROYEK AKHIR SARJANA 2015 PAHRUROJI 11 512 234
4.9.11 Skema Sirkulasi dalam bangunan
Skema 4.35 Skema sirkulasi dalam bangunan Sumber : Analisis Penulis, 2016
Skema 4.36 Skema sirkulasi khusus barang (peron diturunkan) Sumber : Analisis Penulis, 2016