Abstrak
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui adanya sistematika dan prosedur proses pembelajaran dalam pendidikan kewarganegaraan dengan kepribadian yang diorientasikan pada pembangunan, karena pendidikan kewarganegaraan mengembangkan proses pembelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang harus mampu memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga Negara yang cerdas, terampil, dan memiliki karakter dengan demikian arah dan orientasi pembangunan akan terwujud sesui dengan apa yang diamanahkan oleh pancasila dan UUD 1945.
Visi dan Misi dari materi pendidikan kewarganegaraan sebagai pembinaan watak bangsa Indonesia (national and character building) dan pemberdayaan warga negera yang ditujukan bagaimana peserta didik memiliki kemampuan hal hal berfikir kritis, rasional, kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab serta bertindak cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan demikian nantinya peserta didik dapat berkembang secara positif dan demokratis untuk membangun dan membentuk dirinya berdasarkan karakter mayarakat Indonesia.
I. PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonesia ke depan makin mendapatkan sorotan dari masyarakat
luas, terutama masyarakat yang dekat dengan dunia pendidikan. Tidak mengherankan
karena pendidikan menyangkut bagaimana suatu bangsa mampu mengembangkan dan
membentuk watak dan peradaban yang bermartabat.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional ( Sisdiknas ) pasal 1, ayat 2 disebutkan Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman. Awalnya sudah dipertegas pada ayat 1, yaitu
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memeiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Kemudian dalam prinsip penyelenggaraan pendidikan bab III, pasal
4, ayat 4 disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.1
Dari pasal- pasal yang telah disebut di atas jelas, bahwa arah dan tujuan dari
pendidkan nasional mempersiapkan manusia Indonesia dalam menghadapi tantangan
jaman sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global. Hal ini
1.
berarti bahwa arah dan tujuan pendidikan nasional ekivalen dengan arah dan tujuan
pembangunan nasional, yaitu upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia yang
meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan.2
Secara tegas pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara
totalitas akan memiliki dampak terhadap perubahan-perubahan sosial dan budaya.
Proses perubahan itu harus dimulai dari sekarang, dan perubahan itu memang sudah
mulai terjadi. Tetapi kendala yang muncul harus dihadapi masih terlalu besar dan ini
adalah tantangan. Kesadaran dan dukungan sumber daya manusia pembangunan masih
belum mencapai titik kritis. Oleh karena itu harapan masa depan yang lebih cerah
harus bertumpu pada jalur pendidikan, serta menyiapkan satu profesi baru. Pendidikan
diharapkan menyiapkan sumber daya manusia dengan kemampuan karakter
kepribadian yang kuat dan yang berwawasan global. Pendidikan yang dimaksud harus
mampu diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan yang sudah berjalan ini. Strategi
pendidikan yang harus dikembangkan dalam upaya mendukung pembangunan dapat
ditempuh melalui beberapa kemungkinan yang sesuai dengan taraf pendidikan mulai
dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
Tulisan ini akan mencoba memberikan pemikiran spekulatif – teoritik hal yang
berkaitan dengan Pendidikan Kewarganegaraan mampu memberikan kerangka pikir
dalam pembangunan. Kenapa?, karena di dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor : 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dala pasal 37, ayat 1 dan 2
dijelaskan bahwa kurikulum dasar, menengah dan pendidikan tinggi wajib memuat
Pendidikan Kewarganegaraan.
2.
Winarno, Jutmini, Sri. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Kelas XII SMA.
II.HAKEKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia.
Pendidikan tidak lain adalah suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan individu
yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional dan etikanya.
Dengan kata lain pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya.
Pendidikan berarti juga lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita
atau tujuan suatu organisasi yang terdiri dari keluarga, sekolah atau kampus dan
masyarakat atau negara. Pendidikan merupakan pula prestasi atau hasil yang dicapai
oleh perkembangan dan usaha manusia dalam mencapai tujuan. Keberhasilan
pendidikan juga tidak terlepas dari proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan
manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat.1 Peserta belajar sebagai
bagian dari suatu proses dalam belajar mengajar, masing-masing memiliki kepribadian
yang berbeda-beda satu sama lainnya. Oleh karena itu kegagalan dalam bidang
pendidikan harus dapat diatasi mulai dari hal-hal yang kecil, yaitu hal kepribadian.
Kepribadian berarti pola tingkah laku seseorang yang unik, terintegrasi dan
terorganisasikan.2 Pola tingkah laku itu meliputi pandangan seseorang terhadap dunia,
cita-cita dan minatnya, apa yang disukainya dan apa yang tidak disukainya,
kemampuan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dan bagaimana
memecahkan masalah yang dihadapinya.
1.
Tabrani, A dkk. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Karya. h. 51.
2.
Samoel, Soeito. 1982. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Di Indonesia Pendidikan Kewarganegaraan dalam penilaiannya dimasukkan ke
dalam kelompok mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Kepribadian yang
mengacu pada kemampuan kognitif, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan proses
berpikir atau bernalar dan kemampuan afektif, yaitu kemampuan yang berkaitan
dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu
objek. Kemampuan yang diampuh ini dijadikan sebagai salah satu mata kuliah wajib
yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa di Perguruan Tinggi untuk program
diploma/politeknik dan program Sarjana (S-1), baik negeri maupun swasta, begitu pula
untuk tingkat menengah dan dasar Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu
mata pelajaran yang dapat dijadikan sumber pengetahuan dalam mengembangkan nilai,
sikap, dan keterampilan peserta didiknya untuk dapat direalisasikan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Upaya itu dilakukan tak lain akan meliputi
tindakan-tindakan yang perlu dipikirkan untuk diambil dengan teknik atau metode yang
dipilih untuk mengatur perilaku dan kepribadian manusia. Hal yang demikian pada
gilirannya akan menghantarkan kita untuk mengamati dan mencermati bagaimana
relevansi sosial yang dapat dikembangkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan, yang
apabila kita telusuri terdiri dari beberapa konsentrasi pandang, antara lain : Pertama,
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai
falsafah bangsa Indonesia, Kedua, berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia, Ketiga, bersikap rasional, dinamis
dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, Keempat, bersifat
pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan
negara.
Dari apa yang dipaparkan jelas bahwa Pendidikan Kewarganegraan terfokus
pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa,usia dan
suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia 1945. Sasaran akhir dari Pendidikan Kewarganegraan adalah
menempatkan agar setiap warga negara berpartisipasi aktif untuk menjadi warga
negara yang efektif dan bertanggung jawab, berpikir kritis serta terlibat kegiatan
problem solving dan inquiri dalam pembangunan bangsa.
III.KOMPETENSI MEMBANGUN
Kompetensi disini diartikan sebagai perangkat tindakan cerdas, penuh rasa
tanggung jawab yang harus dimiliki oleh warga negara agar ia mampu melaksanakan
tugas–tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi pembangunan merupakan
seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab dari seorang warga negara dalam
berhubungan dengan negara, dan memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah bangsa, wawasan
nusantara dan ketahanan nasional.
Menghadapi isu globalisasi dibutuhkan suatu keberanian dalam menghadapi
konsekuensi yang dimunculkannya dan ini menjadi keharusan, karena keadaan
memang sudah menuju kepada kepedulian global. Komitmen yang harus dimunculkan
dan diingatkan dalam kompetensi membangun adalah bahwa kepentingan nasional
sesuai dengan kepentingan nasional. Ketiganya merupakan kepentingan yang tidak
terpisahkan dan harus berkembang secara harmonis dan terkoordinasi.
Pembangunan yang menempati kedudukan sentral seperti yang sedang kita
lakukan ini memerlukan pandangan jauh ke depan yang dirumuskan sebagai visi
pembangunan, yaitu impian yang secara ideal ingin dicapai yang berorientasi kepada
kepentingan seluruh rakyat. Tercapai atau tidaknya visi ini tergantung kepada berhasil
tercapai atau tidaknya misi pembengunan itu melalui strategi pembangunan yang
dijalankan.
Pandangan jauh yang yang diharapkan dalam pembangunan adalah tercapainya
peningkatan kualitas hidup seluruh masyarakat melalui pengembangan
kecerdasan,keterampilan dan moral pembangunan sumber daya manusia yang tanggap
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk megelola sumber
daya alam secara bijaksana dan berkesinambungan. Sedang target yang ingin
diimplementasikan adalah pencukupan kebutuhan dasar, keselamatan dan hak asasi
manusia secara adil dan merata guna meningkatkan harkat kemanusiaan dengan
menegakkan nilai-nilai keagamaan serta nilai-nilai luhur bangsa yang beraneka ragam
etnik dan kebudayaan.
Kendala yang ada saat ini dan menjadi kesan umum bahwa yang melaksanakan
pembangunan adalah pemerintah, sedangkan masyarakat hanya sebagai pendukung.
Sedangkan para teoritisi yang melakukan aktivitasnya di bidang Pendidikan
Kewarganegaraan, tampaknya hingga saat ini juga masih belum membakukan
pemikiran dalam upayanya untuk mencoba merumuskan dan mengkriteriakan teori-
dijadikan strategi atau metode sampai seberapa jauh dan seberapa besar kapasitas dan
keterbatasan sistem kontrol lainnya yang ada dan tersedia dalam masyarakat, mana
yang lebih efektif, atau dalam konteks Pendidikan Kewarganegaraan dapat juga
dipertanyakan, misalnya sejauh mana kemampuan Pendidikan Kewarganegaraan
untuk mengantisipasi terjadinya perubahan-perubahan sosial ( pembangunan ) yang
terjadi begitu pesat, cepat, dan kompleks.
Penting untuk disampaikan permasalahan di atas tersebut, guna untuk dapat
menjejak dan memahami lebih lanjut tentang Pendidikan Kewarganegaraan yang
merupakan salah satu kerangka pembingkai kehidupan sosial. Karena pada saat ini
terasa sekali bahwa ada semacam kesenjangan yang mendasar antara pendidikan
dalam hal ini Pendidikan Kewarganegaraan yang menekankan pada aspek
kepribadian untuk menopang pelaksanaan pembangunan. Keserasian Pendidikan Kewarganegaraan dan pelaksanaan pembangunan harus di jadikan landasan yang kuat
sebagai wujud etika kita dalam upaya meningkatkan kompetensi pembangunan. Bagan
ini menunjukan bagaimana keserasian antara Pendidikan Kewarganegaraan dan
pembangunan yang perlu dibina.
Keserasian antara Pendidikan Kewarganegaraan dan pelaksanaan pembangunan.
Memanfaatkan Iptek Pembangunan Berwawasan Nasional
Profesional Rasional dan Dinamis
Jadi jelas kiranya bahwa Pendidikan Kewarganegaraan harus menghasilkan
sumber daya manusia yang terdidik dan terlatih dengan dibekali prinsip, konsep dan
etika yang pada saatnya dan pada tahap pasca pendidikannya akan merupakan
pelaksana pembangunan yang berketerampilan, beretika dan tegar dalam
pengabdiannya kepada nusa dan bangsa.
IV. KEPRIBADIAN MEMBANGUN
Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau
pelaku pembangunan bukan sekedar objek pembangunan. Bertolak dari kodrat
manusia, maka pembangunan harus diupayakan dapat meningkatkan harkat dan
martabat manusia. Kodrat manusia yang bersifat monopluralis tersebut mempunyai
ciri-ciri, antara lain :1
a. susunan kodrat manusia terdiri dari jiwa dan raga;
b. sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial;
c. kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan.
Dari ciri-ciri monopluralis, manusia sebagai pelaku pembangunan harus memiliki
kearifan yang harus diwujudkan dalam bentuk etika pembangunan yang merupakan
indikator bagaimana manusia harus menempuh kehidupan, berperilaku dan
bertanggung jawab dengan mengimplentasikan: Pertama, sikap dan perilaku
pembangunan harus bersumber pada pengabdian diri kepada Allah SWT yang
dinyakini ke-EsaanNya; Kedua, keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara
kemajuan material dan kemajuan spritual; Ketiga, keselarasan hubungan antar
1.
masyarakat melalui peningkatan kepedulian sosial di antara sesama manusia, dan
kepedulian terhadap lingkungan hidupnya.
Berkaitan dengan pengembangan nilai, sikap, perilaku dan kepribadian
diperlukan pembekalan kepada warga Negara Republik Indonesia, khususnya dalam
hal ini adalah peserta belajar (siswa dan mahasiswa) yang dilakukan melalui salah
satunya adalah Pendidikan Kewarganegaraan ( sebagai bentuk aplikasi nilai dalam
kehidupan ). Setiap warga negara Republik Indonesia harus menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni yang merupakan misi atau tanggung jawab
Pendidikan Kewarganegaraan untuk menumbuhkan wawasan warga negara dalam hal
persahabatan, pengertian antar bangsa, perdamaian dunia, kesadaran bela negara, dan
sikap serta perilaku yang bersendikan nilai–nilai budaya bangsa .
Hak dan kewajiban warga negara, terutama kesadaran dalam membangun akan
terwujud dalam sikap dan perilakunya bila kita dapat merasakan bahwa konsepsi,
prinsip, fakta dan prosedur dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
sungguh–sungguh merupakan sesuatu yang paling sesuai dengan kehidupannya
sehari–hari, sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta
dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa
Peran warga negara yang harus dimunculkan sebagai kepribadian membangun
antara lain: Pertama, ikut berpartisipasi untuk mempengaruhi setiap proses
pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan publik oleh para pejabat atau lembaga–
lembaga Negara; Kedua, berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional; Ketiga,
Keempat, ikut aktif mendukung dan menyukseskan program-program pemerintah atau
Negara dalam usaha meningkatkan kesejakteraan seluruh rakyat; Kelima,
mengembangkan IPTEK yang dilandasi iman dan takwa; Keenam, mengabdi kepada
kepentingan Negara, masyarakat, bersikap jujur, dan berwibawa serta hidup
sederhana; Ketujuh, menyadari kedudukannya sebagai warga Negara yang baik dan
bertanggung jawab karena setiap warga Negara mempunyai kedudukan yang sama di
dalam hukum; Kedelapan, menyadari kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat
yang mementingkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi; Kesembilan,
merubah budaya negatif yang dapat menghambat kemajuan bangsa; Kesepuluh,
memelihara nilai–nilai positif (hidup rukun, gotong royong, dll).Kesebelas,
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara.
V. PKn DALAM MENGEMBANGKAN KEPRIBADIAN MEMBANGUN
Pada dasarnya setiap warga negara memiliki harkat, derajat, dan martabat yang
sama, yaitu sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki unsur jasmani dan
rohani yang dikarunia potensi pikir, rasa, dan cipta. Manusia memiliki kodrat yang
sama sebagai manusia pribadi (individu) dan sebagai makhluk sosial (pembangun).
Setiap manusia mempunyai keinginan untuk mempertahankan hidup dan mengejar
kehidupan yang lebih baik.
Pemerintah dan masyarakat suatu negara berupaya untuk menjamin
kelangsungan hidup serta kehidupan yang lebih baik bagi warga negaranya khususnya
kehidupan bagi generasi penerusnya secara berguna ( berkaitan dengan kemampuan
jalur Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan akan mampu mengantisipasi hari depan
yang senantiasa berubah dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola
tindak yang cinta terhadap tanah air berdasarkan Pancasila.
Misi utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah menumbuh kembangkan
wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan
bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara serta ketahanan nasional dalam
diri warga negara yang sedang mengkaji dan akan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan demikian proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan harus
diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan, berkepribadian, berbudi luhur, mandiri,
maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, produktif,
profesional, bertanggung jawab, sehat jasmani rohani, dan mewujudkan manusia serta
masyarakat yang beriman dan bertaqwa, sehingga mampu membangun dirinya dan
masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan dan
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Berpijak pada kerangka misi tersebut, hal yang perlu dikembangkan adalah
bagaimana perencanaan dan program Pendidikan Kewarganegaran tersebut di-disain
sebagai salah satu sarana untuk menerjemahkan tujuan-tujuan pembangunan itu sendiri
dalam nilai-nilai yang terekam pada misi utama Pendidikan Kewarganegaraan yang
untuk kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Konsekuensi yang
muncul, apabila ini mampu diimplementasikan secara efektif untuk mengarahkan dan
membentuk kepribadian membangun, maka semakin berhasil pencapaiannya tujuan-
tujuan pembangunan itu dilaksanakan. Dan ini berarti, akan semakin jelas pula bahwa
dalam upaya proses untuk merekayasa perkembangan kepribadian membangun dan
untuk mengontrol perilaku-perilaku warga negara agar sejalan dengan policy tertentu.
EVALUASI
SINTESIS PEMBENTUKAN POLA HIDUP
PENILAIAN DAN PENENTUAN SIKAP
PEMAHAMAN PARTISIPASI
Kemampuan menterjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, memahami isi pokok, mengartikan tabel dsb.
Kerelaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan
PENGETAHUAN PENERIMAAN
Kemampuan mengetahui/ mengingat istilah fakta, aturan, urutan, metode dsb
Kemampauan menjadi peka tentang sesuatu hal dan mau menerima apa adanya
HIRARKI KOGNITIF HIRARKI AFEKTIF
Kemampuan memberi nilai dan menentukan sikap
Kemampuan memecahkan masalah, membuat bagan, menggunakan konsep, kaidah, prinsip dan metode dsb
Kemampuan membentuk sistem nilai sebagai pedoman hidup
Kemampuan menghayati nilai sehingga menjadi pegangan hidup.
ORGANISASI Kemampaun menilai berdasarkan
norma/kriteria
Kemampuan menyusun/membentuk suatu pola baru, seperti karangan, rencana dll
ANALISIS
Kemampuan memisahkan dan membedakan, seperti merinci bagian-bagian, hubungan antara dan sebagainya
PENERAPAN
Strategi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan
kepribadian membangun harus mampu melinierkan sekaligus mendayagunakan
kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki oleh peserta belajar
dalam upaya mewujudkan kemampuan kognitif dan afektif yang diharapkan. Dalam
konteks tulisan ini, strategi yang perlu dioperasikan dalam peserta belajar dapat
dianggap sebagai sesuatu hal yang bermuatan lima bentuk potensi kepribadian yaitu:1
1. Potensi fisik ( Psychomotoric ),
yaitu organ fisik peserta belajar yang dapat dan diberdayakan melalui
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk berbagai kepentingan dalam
upaya meningkatkan kompetensi kepribadian guna memenuhi kebutuhan
hidupnya.Potensi fisik difungsikan sesuai dengan jenisnya. Contoh: mata untuk
meningkatkan kualitas membaca, tangan dan kaki untuk meningkatkan kepedulian
sosial, telinga untuk meningkatkan kepekaan dalam mendapatkan informasi
bermakna, dan sebagainya.
2. Potensi Mental Intelektual ( Intelektual Quotient ),
yaitu kecerdasan yang ada pada otak peserta belajar ( terutama otak belahan kiri ).
Potensi ini mampu mereduksi kemampuan kognitif peserta didik seperti antara
lain: kemampuan mengingat istilah fakta, aturan, urutan, menterjemahkan,
menafsirkan, memperkirakan, memahami isi pokok, mengartikan tabel,
memecahkan masalah, membuat bagan, menggunakan konsep, kaidah, prinsip dan
metode, memisahkan dan membedakan, serta menyusun/membentuk suatu pola
baru.
3. Potensi Sosial Emosional ( Emotional Quotient ),
yaitu kecerdasan yang ada pada otak peserta belajar (terutama otak belahan kanan).
Potensi ini mampu mereduksi kemampuan afektif peserta belajar seperti antara
lain: kemampuan mengendalikan amarah, bertanggung jawab, motivasi, kesadaran
diri dan sebagainya.
1.
1. Potensi Mental Spritual ( Spritual Quotient ),
yaitu kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri peserta belajar yang
berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar ( bukan hanya
mengetahui nilai, tetapi menemukan nilai ), artinya potensi ini juga mampu
mereduksi kemampuan afektif peserta belajar. Dengan Spritual Quotient peserta
belajar muncul sebagai manusia yang utuh secara intelektual, emosional dan
spiritual.
5. Potensi Ketahanmalangan ( Adversity Quotient ),
yaitu kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri peserta belajar yang
berhubungan dengan keuletan, ketangguhan dan daya juang yang tinggi, dan
artinya potensi ini juga mampu mereduksi kemampuan kognitif dan afektif peserta
belajar. Adversity Quotient merupakan salah satu faktor spesifik sukses atau
prestasi peserta belajar karena mampu merespons berbagai kesulitan dengan baik.
Dengan Adversity Quotient, berarti peserta belajar telah mampu mengevaluasi
dengan mengubah rintangan menjadi peluang.
Selain strategi yang digali dari potensi kepribadian, strategi pendidikan yang
perlu diimplentasikan dalam upaya mendukung pembangunan, dapat ditempuh
pula dari beberapa kemungkinan yang sesuai untuk taraf pendidikan mulai dari
Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi melalui strategi:2
1. Infusi, yaitu dengan memberikan berbagai contoh kasus pembangunan yang
terkaitan dengan materi mata pelajaran; misalnya dalam materi Sistem
Pemerintahan dimasukkan bagaimana analisis dan sikap kritis terhadap
pelaksanaan pembangunan.
2. Integrasi, yaitu mengintegrasikan prinsip, konsep, fakta, nilai dan dasar-dasar
pembangunan yang terdukung; misalnya dalam materi Globalisasi dimasukkan
sikap terhadap pengaruh globalisasi dan dampaknya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
2.
Soerjani, Mohamad. 1997. Pembangunan dan Lingkungan, Meniti Gagasan dan
VI.SIMPULAN
Pembangunan menunjukkan adanya perubahan, perluasan ekspansi yang
bertalian dengan keadaan yang harus digali dan yang harus dibangun agar dicapai
kemajuan dimasa yang akan datang. Di dalamnya terdapat proses perubahan yang
terus menerus menuju kemajuan dan perbaikan ke arah tujuan yang dicita-citakan.
Dengan demikian, kata pembangunan mengandung pemahaman akan adanya
penalaran dan pandangan yang logis, dinamis dan optimistis.
Pembangunan tidak hanya bersifat kuantitatif tetapi juga kualitatif (
membentuk manusia seutuhnya ). Ini artinya pembangunan tidak hanya diarahkan
untuk mencapai kemajuan yang bersifat fisik, melainkan pula menyangkut
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas secara jasmani dan rohani. Dengan
konsepsi pembangunan seperti ini, maka unsur manusia dalam pembangunan sangat
penting dan sentral, karena manusia adalah pelaku dan sekaligus tujuan dari
pembangunan itu sendiri. Dan untuk peningkatan sumber daya manusia yang
berkualitas secara jasmani dan rohani kata kunci yang tepat adalah melalui pendidikan,
khusunya adalah General Education/Humanities, karena didalamnya selalu ada materi
sebagai pembekuan dasar sikap perilaku bangsanya, seperti di Indonesia dengan
Pendidikan Kewarganegraan di mana didalamnya mengandung kompetensi-
kompetensi yang berkaitan dengan pemupukan nilai, sikap, dan kepribadian.
Pendidikan Kewarganegaraan disini dimaksudkan agar kita memiliki wawasan
kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan
perilaku sebagai pola tindak cinta tanah air berdasarkan Pancasila. Semua itu
negara, karena pembanguan diarahkan untuk mencapai tujuan negara, yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
memajukan kesejahteraan umum , mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadialan sosial.
VII.PENUTUP
Strategi dan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk selalu
diperhatikan dan ditingkatkan, yaitu di-disain dengan mengikuti prinsip-prinsip khas
yang edukatif dimana pengembangan berfokus pada kegiatan aktif yang sesuai
karakteristik peserta belajar dalam membangun makna atau pemahaman yang bersifat
kontekstual. Karena peserta belajar terlahir dengan memiliki potensi rasa ingin tahu,
imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan. Rasa ingin tahu dan imajinasi merupakan modal dasar
untuk bersikap peka, kritis, mandiri dan kreatif. Fitrah ber-Tuhan merupakan cikal
bakal untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dengan demikian dalam proses
pembelajaran Pendidkan Kewarganegaraan nanti akan mampu mendorong peserta
belajar untuk mengungkapkan pengalaman, pikiran, perasaan, bereksplorasi, dan
berekspresi yang merupakan wujud pengembangan potensi dirinya itu dalam
VIII.DAFTAR PUSTAKA
Al-Musawi, Khalil. 2002. Bagaimana Membangun Kepribadian Anda. Jakarta:
Lentera
Budiyanto. 2005. Kewarganegaraan SMA Untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Pedoman Penilaian dengan Portofolio.
Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Muslich, Masnur. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Dasar Pemahaman
dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara
Muslich, Masnur. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Pembelajaran
Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara
Samoel, Soeito. 1982. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Soerjani, Mohamad. 1997. Pembangunan dan Lingkungan, Meniti Gagasan dan
Pelaksanaan Sustainable Development. Jakarta: Masyarakat Perhutanan
Indonesia.
Tabrani, A dkk. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Karya
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (
Sistem Pendidikan Nasional ). Bandung: Fermana
Uno, Mien R. 1997. Cermin Diri II. Jakarta: Pustaka Kartini
Wnarno, Jutmini, Sri. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Kelas XII SMA.