• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Kewarganegaraan, Kepribadian, dan pembangunan - Eprints UNPAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pendidikan Kewarganegaraan, Kepribadian, dan pembangunan - Eprints UNPAM"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Abstrak

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui adanya sistematika dan prosedur proses pembelajaran dalam pendidikan kewarganegaraan dengan kepribadian yang diorientasikan pada pembangunan, karena pendidikan kewarganegaraan mengembangkan proses pembelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang harus mampu memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga Negara yang cerdas, terampil, dan memiliki karakter dengan demikian arah dan orientasi pembangunan akan terwujud sesui dengan apa yang diamanahkan oleh pancasila dan UUD 1945.

Visi dan Misi dari materi pendidikan kewarganegaraan sebagai pembinaan watak bangsa Indonesia (national and character building) dan pemberdayaan warga negera yang ditujukan bagaimana peserta didik memiliki kemampuan hal hal berfikir kritis, rasional, kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab serta bertindak cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan demikian nantinya peserta didik dapat berkembang secara positif dan demokratis untuk membangun dan membentuk dirinya berdasarkan karakter mayarakat Indonesia.

(5)

I. PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia ke depan makin mendapatkan sorotan dari masyarakat

luas, terutama masyarakat yang dekat dengan dunia pendidikan. Tidak mengherankan

karena pendidikan menyangkut bagaimana suatu bangsa mampu mengembangkan dan

membentuk watak dan peradaban yang bermartabat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional ( Sisdiknas ) pasal 1, ayat 2 disebutkan Pendidikan Nasional

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,

yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap

terhadap tuntutan perubahan zaman. Awalnya sudah dipertegas pada ayat 1, yaitu

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memeiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara. Kemudian dalam prinsip penyelenggaraan pendidikan bab III, pasal

4, ayat 4 disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses

pembelajaran.1

Dari pasal- pasal yang telah disebut di atas jelas, bahwa arah dan tujuan dari

pendidkan nasional mempersiapkan manusia Indonesia dalam menghadapi tantangan

jaman sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global. Hal ini

1.

(6)

berarti bahwa arah dan tujuan pendidikan nasional ekivalen dengan arah dan tujuan

pembangunan nasional, yaitu upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia yang

meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan.2

Secara tegas pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara

totalitas akan memiliki dampak terhadap perubahan-perubahan sosial dan budaya.

Proses perubahan itu harus dimulai dari sekarang, dan perubahan itu memang sudah

mulai terjadi. Tetapi kendala yang muncul harus dihadapi masih terlalu besar dan ini

adalah tantangan. Kesadaran dan dukungan sumber daya manusia pembangunan masih

belum mencapai titik kritis. Oleh karena itu harapan masa depan yang lebih cerah

harus bertumpu pada jalur pendidikan, serta menyiapkan satu profesi baru. Pendidikan

diharapkan menyiapkan sumber daya manusia dengan kemampuan karakter

kepribadian yang kuat dan yang berwawasan global. Pendidikan yang dimaksud harus

mampu diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan yang sudah berjalan ini. Strategi

pendidikan yang harus dikembangkan dalam upaya mendukung pembangunan dapat

ditempuh melalui beberapa kemungkinan yang sesuai dengan taraf pendidikan mulai

dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.

Tulisan ini akan mencoba memberikan pemikiran spekulatif – teoritik hal yang

berkaitan dengan Pendidikan Kewarganegaraan mampu memberikan kerangka pikir

dalam pembangunan. Kenapa?, karena di dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor : 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dala pasal 37, ayat 1 dan 2

dijelaskan bahwa kurikulum dasar, menengah dan pendidikan tinggi wajib memuat

Pendidikan Kewarganegaraan.

2.

Winarno, Jutmini, Sri. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Kelas XII SMA.

(7)

II.HAKEKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia.

Pendidikan tidak lain adalah suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan individu

yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional dan etikanya.

Dengan kata lain pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan

kepribadiannya.

Pendidikan berarti juga lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita

atau tujuan suatu organisasi yang terdiri dari keluarga, sekolah atau kampus dan

masyarakat atau negara. Pendidikan merupakan pula prestasi atau hasil yang dicapai

oleh perkembangan dan usaha manusia dalam mencapai tujuan. Keberhasilan

pendidikan juga tidak terlepas dari proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan

manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat.1 Peserta belajar sebagai

bagian dari suatu proses dalam belajar mengajar, masing-masing memiliki kepribadian

yang berbeda-beda satu sama lainnya. Oleh karena itu kegagalan dalam bidang

pendidikan harus dapat diatasi mulai dari hal-hal yang kecil, yaitu hal kepribadian.

Kepribadian berarti pola tingkah laku seseorang yang unik, terintegrasi dan

terorganisasikan.2 Pola tingkah laku itu meliputi pandangan seseorang terhadap dunia,

cita-cita dan minatnya, apa yang disukainya dan apa yang tidak disukainya,

kemampuan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dan bagaimana

memecahkan masalah yang dihadapinya.

1.

Tabrani, A dkk. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Karya. h. 51.

2.

Samoel, Soeito. 1982. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas

(8)

Di Indonesia Pendidikan Kewarganegaraan dalam penilaiannya dimasukkan ke

dalam kelompok mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Kepribadian yang

mengacu pada kemampuan kognitif, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan proses

berpikir atau bernalar dan kemampuan afektif, yaitu kemampuan yang berkaitan

dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu

objek. Kemampuan yang diampuh ini dijadikan sebagai salah satu mata kuliah wajib

yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa di Perguruan Tinggi untuk program

diploma/politeknik dan program Sarjana (S-1), baik negeri maupun swasta, begitu pula

untuk tingkat menengah dan dasar Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu

mata pelajaran yang dapat dijadikan sumber pengetahuan dalam mengembangkan nilai,

sikap, dan keterampilan peserta didiknya untuk dapat direalisasikan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Upaya itu dilakukan tak lain akan meliputi

tindakan-tindakan yang perlu dipikirkan untuk diambil dengan teknik atau metode yang

dipilih untuk mengatur perilaku dan kepribadian manusia. Hal yang demikian pada

gilirannya akan menghantarkan kita untuk mengamati dan mencermati bagaimana

relevansi sosial yang dapat dikembangkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan, yang

apabila kita telusuri terdiri dari beberapa konsentrasi pandang, antara lain : Pertama,

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai

falsafah bangsa Indonesia, Kedua, berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia, Ketiga, bersikap rasional, dinamis

dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, Keempat, bersifat

(9)

pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan

negara.

Dari apa yang dipaparkan jelas bahwa Pendidikan Kewarganegraan terfokus

pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa,usia dan

suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan

berkarakter sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia 1945. Sasaran akhir dari Pendidikan Kewarganegraan adalah

menempatkan agar setiap warga negara berpartisipasi aktif untuk menjadi warga

negara yang efektif dan bertanggung jawab, berpikir kritis serta terlibat kegiatan

problem solving dan inquiri dalam pembangunan bangsa.

III.KOMPETENSI MEMBANGUN

Kompetensi disini diartikan sebagai perangkat tindakan cerdas, penuh rasa

tanggung jawab yang harus dimiliki oleh warga negara agar ia mampu melaksanakan

tugas–tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi pembangunan merupakan

seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab dari seorang warga negara dalam

berhubungan dengan negara, dan memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah bangsa, wawasan

nusantara dan ketahanan nasional.

Menghadapi isu globalisasi dibutuhkan suatu keberanian dalam menghadapi

konsekuensi yang dimunculkannya dan ini menjadi keharusan, karena keadaan

memang sudah menuju kepada kepedulian global. Komitmen yang harus dimunculkan

dan diingatkan dalam kompetensi membangun adalah bahwa kepentingan nasional

(10)

sesuai dengan kepentingan nasional. Ketiganya merupakan kepentingan yang tidak

terpisahkan dan harus berkembang secara harmonis dan terkoordinasi.

Pembangunan yang menempati kedudukan sentral seperti yang sedang kita

lakukan ini memerlukan pandangan jauh ke depan yang dirumuskan sebagai visi

pembangunan, yaitu impian yang secara ideal ingin dicapai yang berorientasi kepada

kepentingan seluruh rakyat. Tercapai atau tidaknya visi ini tergantung kepada berhasil

tercapai atau tidaknya misi pembengunan itu melalui strategi pembangunan yang

dijalankan.

Pandangan jauh yang yang diharapkan dalam pembangunan adalah tercapainya

peningkatan kualitas hidup seluruh masyarakat melalui pengembangan

kecerdasan,keterampilan dan moral pembangunan sumber daya manusia yang tanggap

terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk megelola sumber

daya alam secara bijaksana dan berkesinambungan. Sedang target yang ingin

diimplementasikan adalah pencukupan kebutuhan dasar, keselamatan dan hak asasi

manusia secara adil dan merata guna meningkatkan harkat kemanusiaan dengan

menegakkan nilai-nilai keagamaan serta nilai-nilai luhur bangsa yang beraneka ragam

etnik dan kebudayaan.

Kendala yang ada saat ini dan menjadi kesan umum bahwa yang melaksanakan

pembangunan adalah pemerintah, sedangkan masyarakat hanya sebagai pendukung.

Sedangkan para teoritisi yang melakukan aktivitasnya di bidang Pendidikan

Kewarganegaraan, tampaknya hingga saat ini juga masih belum membakukan

pemikiran dalam upayanya untuk mencoba merumuskan dan mengkriteriakan teori-

(11)

dijadikan strategi atau metode sampai seberapa jauh dan seberapa besar kapasitas dan

keterbatasan sistem kontrol lainnya yang ada dan tersedia dalam masyarakat, mana

yang lebih efektif, atau dalam konteks Pendidikan Kewarganegaraan dapat juga

dipertanyakan, misalnya sejauh mana kemampuan Pendidikan Kewarganegaraan

untuk mengantisipasi terjadinya perubahan-perubahan sosial ( pembangunan ) yang

terjadi begitu pesat, cepat, dan kompleks.

Penting untuk disampaikan permasalahan di atas tersebut, guna untuk dapat

menjejak dan memahami lebih lanjut tentang Pendidikan Kewarganegaraan yang

merupakan salah satu kerangka pembingkai kehidupan sosial. Karena pada saat ini

terasa sekali bahwa ada semacam kesenjangan yang mendasar antara pendidikan

dalam hal ini Pendidikan Kewarganegaraan yang menekankan pada aspek

kepribadian untuk menopang pelaksanaan pembangunan. Keserasian Pendidikan Kewarganegaraan dan pelaksanaan pembangunan harus di jadikan landasan yang kuat

sebagai wujud etika kita dalam upaya meningkatkan kompetensi pembangunan. Bagan

ini menunjukan bagaimana keserasian antara Pendidikan Kewarganegaraan dan

pembangunan yang perlu dibina.

Keserasian antara Pendidikan Kewarganegaraan dan pelaksanaan pembangunan.

Memanfaatkan Iptek Pembangunan Berwawasan Nasional

Profesional Rasional dan Dinamis

(12)

Jadi jelas kiranya bahwa Pendidikan Kewarganegaraan harus menghasilkan

sumber daya manusia yang terdidik dan terlatih dengan dibekali prinsip, konsep dan

etika yang pada saatnya dan pada tahap pasca pendidikannya akan merupakan

pelaksana pembangunan yang berketerampilan, beretika dan tegar dalam

pengabdiannya kepada nusa dan bangsa.

IV. KEPRIBADIAN MEMBANGUN

Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau

pelaku pembangunan bukan sekedar objek pembangunan. Bertolak dari kodrat

manusia, maka pembangunan harus diupayakan dapat meningkatkan harkat dan

martabat manusia. Kodrat manusia yang bersifat monopluralis tersebut mempunyai

ciri-ciri, antara lain :1

a. susunan kodrat manusia terdiri dari jiwa dan raga;

b. sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial;

c. kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan.

Dari ciri-ciri monopluralis, manusia sebagai pelaku pembangunan harus memiliki

kearifan yang harus diwujudkan dalam bentuk etika pembangunan yang merupakan

indikator bagaimana manusia harus menempuh kehidupan, berperilaku dan

bertanggung jawab dengan mengimplentasikan: Pertama, sikap dan perilaku

pembangunan harus bersumber pada pengabdian diri kepada Allah SWT yang

dinyakini ke-EsaanNya; Kedua, keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara

kemajuan material dan kemajuan spritual; Ketiga, keselarasan hubungan antar

1.

(13)

masyarakat melalui peningkatan kepedulian sosial di antara sesama manusia, dan

kepedulian terhadap lingkungan hidupnya.

Berkaitan dengan pengembangan nilai, sikap, perilaku dan kepribadian

diperlukan pembekalan kepada warga Negara Republik Indonesia, khususnya dalam

hal ini adalah peserta belajar (siswa dan mahasiswa) yang dilakukan melalui salah

satunya adalah Pendidikan Kewarganegaraan ( sebagai bentuk aplikasi nilai dalam

kehidupan ). Setiap warga negara Republik Indonesia harus menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi serta seni yang merupakan misi atau tanggung jawab

Pendidikan Kewarganegaraan untuk menumbuhkan wawasan warga negara dalam hal

persahabatan, pengertian antar bangsa, perdamaian dunia, kesadaran bela negara, dan

sikap serta perilaku yang bersendikan nilai–nilai budaya bangsa .

Hak dan kewajiban warga negara, terutama kesadaran dalam membangun akan

terwujud dalam sikap dan perilakunya bila kita dapat merasakan bahwa konsepsi,

prinsip, fakta dan prosedur dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

sungguh–sungguh merupakan sesuatu yang paling sesuai dengan kehidupannya

sehari–hari, sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta

dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas

pembangunan bangsa

Peran warga negara yang harus dimunculkan sebagai kepribadian membangun

antara lain: Pertama, ikut berpartisipasi untuk mempengaruhi setiap proses

pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan publik oleh para pejabat atau lembaga–

lembaga Negara; Kedua, berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional; Ketiga,

(14)

Keempat, ikut aktif mendukung dan menyukseskan program-program pemerintah atau

Negara dalam usaha meningkatkan kesejakteraan seluruh rakyat; Kelima,

mengembangkan IPTEK yang dilandasi iman dan takwa; Keenam, mengabdi kepada

kepentingan Negara, masyarakat, bersikap jujur, dan berwibawa serta hidup

sederhana; Ketujuh, menyadari kedudukannya sebagai warga Negara yang baik dan

bertanggung jawab karena setiap warga Negara mempunyai kedudukan yang sama di

dalam hukum; Kedelapan, menyadari kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat

yang mementingkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi; Kesembilan,

merubah budaya negatif yang dapat menghambat kemajuan bangsa; Kesepuluh,

memelihara nilai–nilai positif (hidup rukun, gotong royong, dll).Kesebelas,

mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara.

V. PKn DALAM MENGEMBANGKAN KEPRIBADIAN MEMBANGUN

Pada dasarnya setiap warga negara memiliki harkat, derajat, dan martabat yang

sama, yaitu sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki unsur jasmani dan

rohani yang dikarunia potensi pikir, rasa, dan cipta. Manusia memiliki kodrat yang

sama sebagai manusia pribadi (individu) dan sebagai makhluk sosial (pembangun).

Setiap manusia mempunyai keinginan untuk mempertahankan hidup dan mengejar

kehidupan yang lebih baik.

Pemerintah dan masyarakat suatu negara berupaya untuk menjamin

kelangsungan hidup serta kehidupan yang lebih baik bagi warga negaranya khususnya

kehidupan bagi generasi penerusnya secara berguna ( berkaitan dengan kemampuan

(15)

jalur Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan akan mampu mengantisipasi hari depan

yang senantiasa berubah dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola

tindak yang cinta terhadap tanah air berdasarkan Pancasila.

Misi utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah menumbuh kembangkan

wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan

bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara serta ketahanan nasional dalam

diri warga negara yang sedang mengkaji dan akan menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi. Dengan demikian proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan harus

diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan, berkepribadian, berbudi luhur, mandiri,

maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, produktif,

profesional, bertanggung jawab, sehat jasmani rohani, dan mewujudkan manusia serta

masyarakat yang beriman dan bertaqwa, sehingga mampu membangun dirinya dan

masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan dan

bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Berpijak pada kerangka misi tersebut, hal yang perlu dikembangkan adalah

bagaimana perencanaan dan program Pendidikan Kewarganegaran tersebut di-disain

sebagai salah satu sarana untuk menerjemahkan tujuan-tujuan pembangunan itu sendiri

dalam nilai-nilai yang terekam pada misi utama Pendidikan Kewarganegaraan yang

untuk kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Konsekuensi yang

muncul, apabila ini mampu diimplementasikan secara efektif untuk mengarahkan dan

membentuk kepribadian membangun, maka semakin berhasil pencapaiannya tujuan-

tujuan pembangunan itu dilaksanakan. Dan ini berarti, akan semakin jelas pula bahwa

(16)

dalam upaya proses untuk merekayasa perkembangan kepribadian membangun dan

untuk mengontrol perilaku-perilaku warga negara agar sejalan dengan policy tertentu.

EVALUASI

SINTESIS PEMBENTUKAN POLA HIDUP

PENILAIAN DAN PENENTUAN SIKAP

PEMAHAMAN PARTISIPASI

Kemampuan menterjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, memahami isi pokok, mengartikan tabel dsb.

Kerelaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan

PENGETAHUAN PENERIMAAN

Kemampuan mengetahui/ mengingat istilah fakta, aturan, urutan, metode dsb

Kemampauan menjadi peka tentang sesuatu hal dan mau menerima apa adanya

HIRARKI KOGNITIF HIRARKI AFEKTIF

Kemampuan memberi nilai dan menentukan sikap

Kemampuan memecahkan masalah, membuat bagan, menggunakan konsep, kaidah, prinsip dan metode dsb

Kemampuan membentuk sistem nilai sebagai pedoman hidup

Kemampuan menghayati nilai sehingga menjadi pegangan hidup.

ORGANISASI Kemampaun menilai berdasarkan

norma/kriteria

Kemampuan menyusun/membentuk suatu pola baru, seperti karangan, rencana dll

ANALISIS

Kemampuan memisahkan dan membedakan, seperti merinci bagian-bagian, hubungan antara dan sebagainya

PENERAPAN

(17)

Strategi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan

kepribadian membangun harus mampu melinierkan sekaligus mendayagunakan

kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki oleh peserta belajar

dalam upaya mewujudkan kemampuan kognitif dan afektif yang diharapkan. Dalam

konteks tulisan ini, strategi yang perlu dioperasikan dalam peserta belajar dapat

dianggap sebagai sesuatu hal yang bermuatan lima bentuk potensi kepribadian yaitu:1

1. Potensi fisik ( Psychomotoric ),

yaitu organ fisik peserta belajar yang dapat dan diberdayakan melalui

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk berbagai kepentingan dalam

upaya meningkatkan kompetensi kepribadian guna memenuhi kebutuhan

hidupnya.Potensi fisik difungsikan sesuai dengan jenisnya. Contoh: mata untuk

meningkatkan kualitas membaca, tangan dan kaki untuk meningkatkan kepedulian

sosial, telinga untuk meningkatkan kepekaan dalam mendapatkan informasi

bermakna, dan sebagainya.

2. Potensi Mental Intelektual ( Intelektual Quotient ),

yaitu kecerdasan yang ada pada otak peserta belajar ( terutama otak belahan kiri ).

Potensi ini mampu mereduksi kemampuan kognitif peserta didik seperti antara

lain: kemampuan mengingat istilah fakta, aturan, urutan, menterjemahkan,

menafsirkan, memperkirakan, memahami isi pokok, mengartikan tabel,

memecahkan masalah, membuat bagan, menggunakan konsep, kaidah, prinsip dan

metode, memisahkan dan membedakan, serta menyusun/membentuk suatu pola

baru.

3. Potensi Sosial Emosional ( Emotional Quotient ),

yaitu kecerdasan yang ada pada otak peserta belajar (terutama otak belahan kanan).

Potensi ini mampu mereduksi kemampuan afektif peserta belajar seperti antara

lain: kemampuan mengendalikan amarah, bertanggung jawab, motivasi, kesadaran

diri dan sebagainya.

1.

(18)

1. Potensi Mental Spritual ( Spritual Quotient ),

yaitu kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri peserta belajar yang

berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar ( bukan hanya

mengetahui nilai, tetapi menemukan nilai ), artinya potensi ini juga mampu

mereduksi kemampuan afektif peserta belajar. Dengan Spritual Quotient peserta

belajar muncul sebagai manusia yang utuh secara intelektual, emosional dan

spiritual.

5. Potensi Ketahanmalangan ( Adversity Quotient ),

yaitu kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri peserta belajar yang

berhubungan dengan keuletan, ketangguhan dan daya juang yang tinggi, dan

artinya potensi ini juga mampu mereduksi kemampuan kognitif dan afektif peserta

belajar. Adversity Quotient merupakan salah satu faktor spesifik sukses atau

prestasi peserta belajar karena mampu merespons berbagai kesulitan dengan baik.

Dengan Adversity Quotient, berarti peserta belajar telah mampu mengevaluasi

dengan mengubah rintangan menjadi peluang.

Selain strategi yang digali dari potensi kepribadian, strategi pendidikan yang

perlu diimplentasikan dalam upaya mendukung pembangunan, dapat ditempuh

pula dari beberapa kemungkinan yang sesuai untuk taraf pendidikan mulai dari

Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi melalui strategi:2

1. Infusi, yaitu dengan memberikan berbagai contoh kasus pembangunan yang

terkaitan dengan materi mata pelajaran; misalnya dalam materi Sistem

Pemerintahan dimasukkan bagaimana analisis dan sikap kritis terhadap

pelaksanaan pembangunan.

2. Integrasi, yaitu mengintegrasikan prinsip, konsep, fakta, nilai dan dasar-dasar

pembangunan yang terdukung; misalnya dalam materi Globalisasi dimasukkan

sikap terhadap pengaruh globalisasi dan dampaknya dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara.

2.

Soerjani, Mohamad. 1997. Pembangunan dan Lingkungan, Meniti Gagasan dan

(19)

VI.SIMPULAN

Pembangunan menunjukkan adanya perubahan, perluasan ekspansi yang

bertalian dengan keadaan yang harus digali dan yang harus dibangun agar dicapai

kemajuan dimasa yang akan datang. Di dalamnya terdapat proses perubahan yang

terus menerus menuju kemajuan dan perbaikan ke arah tujuan yang dicita-citakan.

Dengan demikian, kata pembangunan mengandung pemahaman akan adanya

penalaran dan pandangan yang logis, dinamis dan optimistis.

Pembangunan tidak hanya bersifat kuantitatif tetapi juga kualitatif (

membentuk manusia seutuhnya ). Ini artinya pembangunan tidak hanya diarahkan

untuk mencapai kemajuan yang bersifat fisik, melainkan pula menyangkut

peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas secara jasmani dan rohani. Dengan

konsepsi pembangunan seperti ini, maka unsur manusia dalam pembangunan sangat

penting dan sentral, karena manusia adalah pelaku dan sekaligus tujuan dari

pembangunan itu sendiri. Dan untuk peningkatan sumber daya manusia yang

berkualitas secara jasmani dan rohani kata kunci yang tepat adalah melalui pendidikan,

khusunya adalah General Education/Humanities, karena didalamnya selalu ada materi

sebagai pembekuan dasar sikap perilaku bangsanya, seperti di Indonesia dengan

Pendidikan Kewarganegraan di mana didalamnya mengandung kompetensi-

kompetensi yang berkaitan dengan pemupukan nilai, sikap, dan kepribadian.

Pendidikan Kewarganegaraan disini dimaksudkan agar kita memiliki wawasan

kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan

perilaku sebagai pola tindak cinta tanah air berdasarkan Pancasila. Semua itu

(20)

negara, karena pembanguan diarahkan untuk mencapai tujuan negara, yaitu

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

memajukan kesejahteraan umum , mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,

dan keadialan sosial.

VII.PENUTUP

Strategi dan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk selalu

diperhatikan dan ditingkatkan, yaitu di-disain dengan mengikuti prinsip-prinsip khas

yang edukatif dimana pengembangan berfokus pada kegiatan aktif yang sesuai

karakteristik peserta belajar dalam membangun makna atau pemahaman yang bersifat

kontekstual. Karena peserta belajar terlahir dengan memiliki potensi rasa ingin tahu,

imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan. Rasa ingin tahu dan imajinasi merupakan modal dasar

untuk bersikap peka, kritis, mandiri dan kreatif. Fitrah ber-Tuhan merupakan cikal

bakal untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dengan demikian dalam proses

pembelajaran Pendidkan Kewarganegaraan nanti akan mampu mendorong peserta

belajar untuk mengungkapkan pengalaman, pikiran, perasaan, bereksplorasi, dan

berekspresi yang merupakan wujud pengembangan potensi dirinya itu dalam

(21)

VIII.DAFTAR PUSTAKA

Al-Musawi, Khalil. 2002. Bagaimana Membangun Kepribadian Anda. Jakarta:

Lentera

Budiyanto. 2005. Kewarganegaraan SMA Untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Pedoman Penilaian dengan Portofolio.

Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas

Muslich, Masnur. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Dasar Pemahaman

dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara

Muslich, Masnur. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Pembelajaran

Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara

Samoel, Soeito. 1982. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia

Soerjani, Mohamad. 1997. Pembangunan dan Lingkungan, Meniti Gagasan dan

Pelaksanaan Sustainable Development. Jakarta: Masyarakat Perhutanan

Indonesia.

Tabrani, A dkk. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Karya

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (

Sistem Pendidikan Nasional ). Bandung: Fermana

Uno, Mien R. 1997. Cermin Diri II. Jakarta: Pustaka Kartini

Wnarno, Jutmini, Sri. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Kelas XII SMA.

Gambar

tabel dsb.

Referensi

Dokumen terkait

tersebut di atas dengan surat Nomor: 536 /ULP-MITR /2012 tanggal 04 Juni 2012, maka dengan ini kami.. memberitahukan bahwa pemenang untuk paket pekerjaan tersebut

Matriks korelasi merupakan matrik yang memuat koefisien korelasi dari semua koefisien korelasi dari semua pasangan variabel dalam penelitian ini.Matriks ini digunakan

Pengaruh positif variabel modal terhadap pendapatan pelaku UMKM Sentra Batik di Kota Pekalongan dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Utari dan Dewi

MONICA ANGELA SINGARIMBUN : Hubungan Antara Populasi Kutu Kebul ( Bemisia tabaci ) dan Keterjadian Penyakit Kuning Pada Tanaman Cabai ( Capsicum annumL. ) di Dataran Rendah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan sari nenas dengan sari daun katuk memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar

Keywords: Water hyacinth, Bioethanol, On0site enzyme, Pretreatment, Duration, Magnesium sulfate.. Water hyacinth has long been associated with negative socioeconomic

Hasil analisa, menunjukkan bahwa kehidupan sosial budaya (dalam sistem kekerabatan) masyarakat Dusun Karangpadang, Desa Serut, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten

Sehingga penulisan sejarah yang membahas mengenai perjuangan kemerdekaan RI tidak banyak ditulis oleh para sejarawan, terutama yang berkaitan dengan peran