PRINSIP HUKUM KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM HUKUM WARIS ADAT MASYARAKAT BANJAR (Oleh : Gusti Muzainah) Pendahuluan - Prinsip Hukum Kedudukan Perempuan Dalam Hukum Waris Adat Masyarakat Banjar - IDR UIN Antasari Banjarmasin
Teks penuh
Dokumen terkait
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa status dan kedudukan pembuatan surat hibah dari pewaris kepada ahli waris perempuan pada masyarakat kalianda kabupaten
Fanotona Laila : Kedudukan Anak Perempuan Dalam Hukum Waris Adat Pada Masyarakat Nias (Studi Di Kab…, 2005 USU Repository © 2008... Fanotona Laila : Kedudukan Anak Perempuan
Hukum waris adat dengan sistem kekeluargaan matrilineal ini menentukan bahwa anak- anak hanya dapat menjadi ahli waris dari ibu, baik harta pencaharian maupun harta bawaan (harta
“(1) Sistem kewarisan individual, cirinya harta peninggalan dapat dibagi-bagi di antara para ahli waris seperti dalam masyarakat bilateral di Jawa, (2) Sistem kewarisan kolektif,
(2) Anak perempuan sebagai anak tunggal dalam hukum waris adat Bali mewaris dari harta orang tuanya yaitu harta gunakaya orang tuanya yang mana menurut hukum adat Bali
Dalam hukum waris adat, untuk menen- tukan ahli waris didasarkan pada prinsip kewarisan, dimana prinsip yang berlaku berbeda-beda antara masyarakat yang satu denga
Bentuk perlindungan hukum terhadap ahli waris perempuan dalam hukum kewarisan Islam berdasarkan Pasal 176 KHI di atas bahwa anak perempuan itu adalah ahli waris
Masyarakat Bali yang menganut agama Hindu yang menjadi ahli waris adalah mengutamakan anak laki-laki dan memiliki kriteria tertentu dan sistem kewarisannya adalah asas patrilineal