• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - TINDAK TUTUR PENGAKUAN (ACKNOWLEDGMENT) GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMP NEGERI 2 PURWOKERTO BULAN SEPTEMBER TAHUN PELAJARAN 2013-2014 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - TINDAK TUTUR PENGAKUAN (ACKNOWLEDGMENT) GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMP NEGERI 2 PURWOKERTO BULAN SEPTEMBER TAHUN PELAJARAN 2013-2014 - repository perpustakaan"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Pada dasarnya penelitian tentang bahasa khususnya tindak tutur pengakuan (acknowledgment) belum pernah dilakukan, akan tetapi banyak penelitian yang hampir sama. Hanya saja bentuk tidak tuturnya yang berbeda misalnya tindak tutur direktif (kajian pragmatik) yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Widyaningrum (2007) mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan judul “Tindak Tutur Direktif Guru Taman Kanak-kanak dalam Proses Belajar Mengajar di TK Aisyiyah Desa Kesegeran Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas”. Penelitian tersebut dilakukan untuk mendeskripsikan wujud tuturan direktif guru dalam dalam proses belajar mengajar di TK Aisyiyah Desa Kesegeran Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Penelitian tersebut menghasilkan wujud tuturan guru TK dalam proses belajar mengajar terbagi menjadi enam bentuk yaitu (1) tuturan requestives (meminta), (2) questions (bertanya), (3) requirement (memerintah), (4) prohibitives (melarang), (5) permissives (menyetujui) dan (6) advisories (menasehati).

(2)

(2) Condole (Mengucapkan belasungkawa), (3) Congratulate (Mengucapkan selamat), (4) Greet (Mengucapkan salam), (5) Thank (Mengucapkan terimakasih) dan No Thanks (Berterima kasih tetapi menolak), (6) Reject (Menolak), (7) Recept (Menerima) dan (8) Bid (Harapan).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian yang peneliti lakukan jelas berbeda dengan penelitian Widyaningrum. Untuk itu peneliti beranggapan bahwa penelitian “Tindak Tutur Pengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Purwokerto Bulan September Tahun Pelajaran 2013-2014” perlu dilakukan karena berbeda dengan penelitian sebelumnya. Untuk hasil penelitian yang menjelaskan permasalahan di atas, peneliti menjelaskannya dalam bab hasil penelitian dan pembahasan.

B. Pengertian Bahasa dan Fungsi Bahasa

Menurut Kridalaksana (dalam Chaer, 2007: 32) menjelaskan bahwa bahasa adalah sistem lambing bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Meskipun lambang-lambang bahasa itu bersifat arbitrer, tetapi juga bersifat konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antar lambang dengan yang dilambangkannya. Sementara menurut Aslinda dan Leni Syafyahya (2010: 1-2) mengemukakan bahwa bahasa dipergunakan oleh manusia dalam segala aktivitas kehidupan.

(3)

menggunakan bahasa, manusia dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya, maka bahasa selalu mempresentasikan pribadi orang. Hal ini senada diungkapkan oleh Saphir (dalam Wachid dan Kurniawan, 2013: 5) bahwa bahasa selalu mempresentasikan pikiran dan perasaan orang, artinya, pada tataran permukaan, tentu bahasa yang diucapkan oleh orang marah dengan seorang yang bahagia tentu berbeda. Setiap orang memiliki karakteristik sendiri dalam berbahasa. Karakteristik itu mencerminkan kepribdaian pemakainya. Pada wilayah ini, bahasa yang menjadi pusat kajian keilmuan (linguistik) adalah bahasa verbal yaitu, bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (lisan).

Dengan mengetahui pengertian bahasa dari beberapa ahli, penulis menyimpulkan bahwa pengertian bahasa secara umum adalah sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh sekelompok masyarakat untuk saling berinteraksi, bekerja sama dan mengidentifikasi diri antara manusia satu dengan manusia yang lain. Penggunaan bahasa pastinya akan menimbulkan interaksi antar manusia satu dengan manusia lain dengan tujuan baik untuk mendapatkan maupun menuangkan perasaan, ide dan gagasan.

(4)

1. Alat untuk menyatakan ekspresi diri

Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita;

2. Alat komunikasi

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan sarana perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerjasama dengan sesama warga;

3. Alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial

Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu serta belajar berkenalan dengan orang lain. Melalui bahasa seorang anggota masyarakat perlahan-lahan belajar mengenal segala adat-istiadat, tingkah laku dan tata krama masyarakatnya;

4. Alat mengadakan kontrol sosial

Kontrol sosial adalah usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak-tanduk orang lain. Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan baik karena dapat diatur dengan mempergunakan bahasa.

Selain itu, Fishman (dalam Chaer dan Leonie Agustina, 2004: 15-17) mengemukakan bahwa fungsi bahasa terbagi menjadi lima yang masing-masing fungsi tersebut dilihat dari segi yang berbeda yaitu dilihat dari sudut penutur, pendengar atau lawan bicara, topik ujaran, kode yang digunakan dan amanat yang akan disampaikan. Penjelasan dari masing-masing fungsi bahasa tersebut sebagai berikut:

1. Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal atau pribadi. Maksudnya, penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa tetapi juga memperlihatkan emosi itu waktu menyampaikan tuturannya.

2. Dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Maksudnya, bahasa tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang diinginkan si pembicara.

3. Dilihat dari segi topik ujaran, bahasa berfungsi referensial. Maksudnya, bahasa berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya.

(5)

5. Dilihat dari segi amanat yang akan disampaikan, bahasa berfungsi imaginatif. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan; baik yang sebenarnya, maupun yang cuma imaginasi (khayalan, rekaan) saja.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh sekelompok masyarakat untuk saling berinteraksi. Bahasa memiliki fungsi yang beragam, diantarannya untuk mengekspresikan diri atau menyampaikan pikiran dan perasaan. Fungsi lainnya sebagai integritas dan adaptasi sosial serta digunakan untuk mengadakan kontrol sosial bagi interaksi manusia.

C. Pragmatik

Menurut Rohmadi (2004: 2) Pragmatik adalah studi kebahasaan yang terikat konteks. Konteks memiliki peranan kuat dalam menentukan maksud penutur dalam berinteraksi dengan lawan tutur. Sementara Leech (2011: 5) mengemukakan bahwa pragmatik sebagai pokok bahasan utama yang menyelidiki makna dalam konteks penggunaan bahasa dan bukan makna suatu yang abstrak.

(6)

Sehubungan dengan bermacam-macam maksud yang mungkin dikomunikasikan oleh penutur, Leech (2011: 19-21) mengemukakan sejumlah aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam pragmatik yaitu (1) penutur dan lawan tutur, (2) konteks tuturan, (3) tujuan tuturan, (4) tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, (5) tuturan sebagai produk tindak verbal. Kelima aspek tersebut saling melengkapi untuk menganalisis suatu tuturan dalam pragmatik.

1. Penutur dan Mitra Tutur

Leech (2011: 19) mengemukakan penutur dan mitra tutur (petutur) atau yang menyapa (penyapa) dan yang disapa (pesapa). Istilah yang lazim digunakan adalah penutur dan mitra tutur. Sementara Wijana (1996: 10-11) menjelaskan konsep ini juga menyangkut penulis dan pembaca jika tuturan yang bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Dalam hubungan antara penutur dengan mitra tutur, si mitra tutur bisa saja seseorang yang kebetulan lewat dan secara kebetulan mendengarkan pesan dan bukan termasuk orang yang disapa. Dalam hal ini, si mitra tutur tersebut berusaha mengartikan isi wacana hanya berdasarkan bukti kontekstual yang ada tanpa menjadi sasaran pesan si penutur. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, dan tingkat keakraban.

2. Konteks Tuturan

(7)

oleh penutur dan mitra tutur dan yang membantu mitra tutur menafsirkan makna tuturan. Sementara Wijana (1996: 11) menjelaskan konteks tuturan adalah konteks dalam semua aspek fisik atau seting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang bersifat fisik lazim disebut koteks (cotext), sedangkan konteks seting sosial disebut konteks. Dalam pragmatik, konteks pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur. Background knowledge dapat berpengaruh pada baik atau tidaknya suatu tuturan berlangsung. Latar pengetahuan yang dimiliki penutur dan mitra tutur berpengaruh pada pemahaman masing-masing pihak dalam memahami maksud dari masing-masing tuturannya.

3. Tujuan Tuturan

(8)

bicaranya. Suatu tuturan juga bisa digunkan untuk menyatakan berbagai macam maksud, misalnya tuturan hai. Jika tuturan tersebut digunakan untuk tujuan mengejutkan atau mengegetkan mitra tutur, maka maksud yang penutur bukan lagi menyapa mitra tuturnya, tetapi mengagetkan mitra tuturnya (Wijana, 1996: 11).

4. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan Aktivitas

Leech (2011: 20) menjelaskan tata bahasa berurusan dengan maksud-maksud statis yang abstrak, seperti kalimat (dalam sintaksis) dan proposisi (dalam semantik), sedangkan pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performasi-performasi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Dengan demikian pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa. Hal ini senada yang diungkapkan oleh Wijana (1996: 12) tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas bila gramatika menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai entitas yang abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik. Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi dalam situasi tertentu. Dalam hubungan ini pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang lebih kongkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang kongkret jelas penutur dan mitra tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya.

5. Tuturan sebagai Produk Tindak Verba

(9)

pertanyaan atau permintaan ataupun tuturan. Namun sebaliknya istilah-istilah seperti kalimat, pertanyaan, permohonan dipakai untuk mengacu pada maksud-maksud gramatikal sistem bahasa, sedangkan tuturan mengacu pada contoh-contoh maksud gramatikal tersebut sebagaimana digunakan dalam situasi-situasi tertentu. Jadi, sebuah tuturan dapat merupakan contoh kalimat atau tanda kalimat, tetapi bukanlah sebuah kalimat.

D. Tindak Tutur

1. Pengertian Tindak Tutur

Rohmadi (2004: 29) menjelaskan bahwa teori tindak tutur pertama kali dikemukakan oleh Austin (1956), seorang guru besar di Universitas Harvard. Teori yang berwujud hasil kuliah itu kemudian dibukukan oleh J.O.Urmson (1965) dengan judul How to do things with words?. Akan tetapi teori itu baru berkembang secara mantap setelah Searle (1969) menerbitkan buku yang berjudul Speech Acts: An Essay in the Philosophy of Language. Menurut Searle dalam semua komunikasi linguistik terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan sekedar lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur.

(10)

2. Bentuk Tindak Tutur

Menurut Searle dalam bukunya Speech Acts: An Essay in The Philosophy of Language (dalam Rohmadi, 2004: 30-32 ) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yaaitu:

a. Tindak Lokusi

Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini sering disebut sebagai The Act Of Saying Something. Sebagai contoh tindak lokusi adalah kalimat (3) “Ina belajar membaca”, dan (4) “Adi bermain bola”. Kedua kalimat di atas diutarakan oleh penuturnya semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak lokusi merupakan tindakan yang paling mudah diidentifikasi, karena dalam pengidentifikasian tindak lokusi tidak memperhitungkan konteks tuturan.

b. Tindak Ilokusi

(11)

mematikan radionya. Tindak ilokusi sangat sulit diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tuturnya.

Ibrahim (1993: 16-43) mengklasifikasikan tindak ilokusi sebagai berikut. 1) Konstatif (constatives)

Secara umum, constative merupakan ekspresi kepercayaan yang dibarengi dengan ekspresi maksud sehingga mitra tutur membentak atau memegang kepercayaan yang serupa. Misalnya menyatakan, memprediksi, melaporkan, menasehati, menilai dan membenarkan.

2) Direktif (directives)

Direktif mengekspresikan maksud penutur (keinginan, harapan) sehingga ujaran atau sikap yang diekspresikan dijadikan sebagai alasan untuk bertindak oleh mitra tutur. Misalnya meminta, bertanya, memerintah, melarang, menyetujui, dan menasehati.

3) Komisif (comissives)

Comissives merupakan suatu kategori tindak ilokusi yang mewajibkan seseorang atau menolak mewajibkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang dispesifikasi dalam proposisinya, yang bisa juga menspesifikasi kondisi-kondisi tempat isi itu dilakukan atau tidak harus dilakukan. Misalnya menjanjikan dan menawarkan.

4) Acknowledgments (Pengakuan)

Acknowledgment mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra tutur, baik yang berupa rutinitas ataupun yang murni. Misalnya penyampaian salam, mengekspresikan rasa senang, berterima kasih dan mengucapkan salam.

c. Tindak Perlokusi

Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraanya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak perlokusi disebut sebagai The Act of Affecting Someone. Sebuah tuturan yang diutarakan seseorang seringkali memiliki daya

(12)

diucapkan seorang guru kepada murid-muridnya, maka ilokusinya adalah meminta agar teman-temannya tidak iri, dan perlokusinya adalah agar teman-temannya memaklumi keadaan ekonomi orang tua Inu.

Tindak perlokusi juga sulit dideteksi, karena harus melibatkan konteks tuturannya. Dapat ditegaskan bahwa setiap tuturan dari seorang penutur memungkinkan sekali mengandung lokusi saja, ilokusi saja, dan perlokusi saja. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa satu tuturan mengandung kedua atau ketiga-tiganya. Selain tindak tutur tersebut, Wijana (dalam Rohmadi, 2004: 33-35) menjelaskan bahwa tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tidak literal.

1) Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung

Secara formal berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Secara konvensional kalimat berita (deklaratif) digunakan untuk memberitahukan sesuatu (informasi); kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu; dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan atau permohonan. Apabila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat Tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon dan sebagainya, maka akan terbentuk tindak tutur langsung. Sebagai contoh: (9) “Yuli merawat ayahnya”. “Siapa orang itu?”. “Ambilkan buku saya!”. Ketiga kalimat tersebut merupakan tindak tutur langsung berupa kalimat berita, tanya dan perintah.

(13)

memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintahh tidak merasa dirinya diperintah. Misalnya, seorang ibu yang menyuruh anaknya mengambilkan sapu, diungkapkan dengan (10)“Upik, sapunya di mana?”. Kalimat tersebut selain untuk bertanya sekaligus memerintah anaknya untuk mengambilkan sapu.

2) Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal

Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Sedangkan tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan kata-kata yang menyusunnya. Sebagai contoh dapat dilihat kalimat berikut.

(11) “Penyanyi itu suaranya bagus”.

(12) “Suaramu bagus (tapi kamu tidak usah menyanyi)”.

Kalimat (11) jika diutarakan dengan maksud untuk memujiatau mengagumi suara penyanyi yang dibicarakan, maka kalimat itu merupakan tindak tutur literal, sedangkan kalimat (12) penutur bermaksud mengatakan bahwa suara lawan tuturnya jelek, yaitu dengan mengatakan “tak usah menyanyi” tindak tutur pada kalimat (12) merupakan tindak tutur tak literal .

Apabila tindak tutur langsung dan tak langsung diinteraksikan dengan tindak tutur literal dan tak literal, maka akan tercipta tindak tutur sebagai berikut.

(14)

memberitakan dengan kalimat berita, dan menanyakan sesuatu dengan kalimat Tanya. Misalnya: (13)“Ambilkan buku itu!”, “Kusuma gadis yang cantik”, “Berapa saudaramu, Mad?”.

2) Tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) adalah tindak tutur yang diungkapkan degan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata ynag menyusunnya sesuai dengan apayang dimaksudkan oleh penutur. Misalnya: (14) “Lantainya kotor.” Kalimat itu jika diucapkan seorang ayah kepada anaknya bukan saja menginformasikan, tetapi sekaligus menyuruh untuk membersihkannya.

3) Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya. Misalnya: (15) “Spedamu bagus, kok” Penutur sebenarnya ingin mengatakan bahwa sepeda lawan tuturnya jelek.

4) Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang ingin diutarakan. Untuk menyuruh seorang pembantu menyapu lantai yang kotor, seorang majikan dapat saja mengutarakannya dengan kalimat (16)“Lantainya bersih sekali, mbok”.

E. Tindak Tutur Pengakuan (Acknowledgment)

(15)

Perasaan dan pengekspresiannya cocok untuk jenis situasi tertentu. Ibrahim (1993: 37-41) mengktegorikan tindak tutur acknowledgment ke dalam delapan bentuk tuturan yaitu: 1) apologize (meminta maaf), 2) condole (mengucapkan belasungkawa), 3) congratulate (mengucapkan selamat), 4) greet (mengucapkan salam), 5) thank (mengucapkan terimakasih) and No Thank (Berterima kasih tetapi menolak), 6) bid (harapan), 7) accept (menerima), 8) reject (menolak).

1. Apologize : Meminta Maaf

Ketika seseorang meminta maaf kepada orang lain, baik orang tersebut mengekspresikan penyesalan (akan apa yang telah dia lakukan) atau dia mengekspresikan maksud sehingga ujarannya memenuhi harapan sosial untuk mengekspresikan penyesalan. Penutur mengucapkan maaf kepada mitra tutur karena telah melakukan sesuatu hal.

Contoh :

(17) Guru : Maaf ya anak-anak, Ibu telat karena tadi ada rapat mendadak. Konteks tuturan:

(16)

guru untuk menjelaskan kenapa ia (guru) melakukan hal tersebut, sehingga tidak terjadi ke salah pahaman antara murid dengan guru.

(18) Guru : Oh ya maaf, itu seharusnya mengungkapkan bukan mengungkan ya.

Konteks tuturan:

Tuturan (18) dituturkan oleh seorang guru pada saat mengajar. Guru tersebut melihat ada kesalahan penulisan pada power pointnya, guru meminta maaf atas kesalahan penulisan tersebut dan membetulkannya. Bentuk tuturan (18) merupakan bentuk tuturan meminta maaf dan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu guru meminta maaf karena ada kesalahan dalam penulisan di power poinnya. Tuturan (18) termasuk jenis tindak tutur tak langsung yaitu secara tidak langsung, guru meminta murid-muridnya untuk membetulkan apabila materi tersebut sudah ditulis di masing-masing buku tulisnya. Tuturan (18) digunakan guru untuk menjelaskan kesalahan penulisan materi yang sedang diajarkan di power pointnya.

2. Condole : Mengucapkan Belasungkawa

(17)

Contoh:

(19) Guru : Ibu ikut prihatin ya, sudah tiga hari ini Veda tidak berangkat karena sakit.

Konteks tuturan:

Tuturan (19) dituturkan oleh seorang guru pada saat pelajaran akan dimulai, guru mengabsen murid dan ada salah satu murid yang sudah tiga hari tidak berangkat karena sakit. Guru mengucapkan keprihatinannya atas musibah yang meninmpa murid tersebut meskipun pada saat itu murid yang bersangkutan tidak hadir. Bentuk tuturan (19) merupakan tuturan condole, yaitu guru ikut merasakan prihatin karena salah satu muridnya sudah tiga hari tidak berangkat karena sakit. Tuturan (19) termasuk jenis tindak tutur tak langsung yaitu guru menggunakan kalimat berita dengan maksud meminta kepada murid-murid yang lain untuk menjenguk veda yang sudah tiga hari tidak berangkat sekolah karena sakit. Tuturan (19) digunakan guru untuk menjelaskan sekaligus memberikan penguatan dengan cara memotivasi murid-murid yang lain untuk dapat menjaga kesehatannya dengan baik.

(20) Guru: Astaghfirullah, Ibu turut prihatin ya. Itu kapan kecelakaannya?. Konteks tuturan:

(18)

penguatan dengan cara memotivasi murid yang bersangkutan untuk tetap sabar dan semangat.

3. Congratulate : Mengucapkan Selamat

Tuturan yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur atau lawan tuturnya atas sesuatu hal baik telah terjadi, suatu hal tersebut dapat berupa penghargaan yang diterima mitra tutur, sehingga mengharuskan penutur mengekspresikan kebahagiaan atas apa yang telah diterima oleh mitra tutur dan maksud bahwa ujarannya memenuhi harapan sosial. Mengekspresikan kebahagiaan itu dapat ditandai dengan mengucapkan selamat kepada mitra tutur atas apa yang telah didapatkan oleh mitra tutur.

Contoh :

(21) Guru : Sebelum pelajaran dimulai, Ibu ucapkan selamat kepada syafira yang kemarin memenangkan juara 2 lomba pidato ya.

Konteks tuturan:

Tuturan (21) dituturkan oleh seorang guru kepada muridnya sebelum pelajaran dimulai. Guru mengucapkan selamat kepada salah satu siswa yang telah memenangkan juara lomba pidato. Bentuk tuturan (21) merupakan tuturan congratulate, yaitu guru mengucapkan selamat kepada salah satu murid yang telah

(19)

4. Greet : Mengucapkan Salam

Tuturan yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur atau lawan tuturnya atas dasar kebahagiaannya karena dapat bertemu kembali dengan mitra tutur. Kebahagiaan penutur tersebut dapat diekspresikan dengan mengucapkan salam, selain tuturan tersebut digunakan untuk mengutarakan bahwa penutur senang bertemu kembali dengan mitra tutur juga digunakan untuk menyapa dan maksud bahwa ujarannya memenuhi harapan sosial.

Contoh :

(22) Guru : Selamat Pagi anak-anak, hari ini bagaimana kabarnya? Konteks tuturan:

Tuturan (22) dituturkan oleh seorang guru saat akan memulai kegiatan pembelajaran di pagi hari, guru mengucapkan salam (selamat pagi) yang dilanjutkan dengan menanyakan tentang kabar murid-muridnya. Hal ini menandakan bahwa guru merasa senang bertemu dengan murid-muridnya. Bentuk tuturan (22) merupakan tuturan salam, yaitu guru mengucapkan salam kepada murid-muridnya. Tuturan (22) termasuk jenis tuturan langsung yaitu secara langsung, guru menggunakan kalimat tanya untuk mengetahui kabar muridnya dan meminta jawaban apakah murid-muridnya dalam keadaan baik atau tidak. Tuturan ini digunakan guru untuk bertanya sekaligus memberikan motivasi agar murid-muridnya semangat untuk belajar.

5. Thank : Mengucapkan Terimakasih

(20)

terimakasih itu dapat diekspresikan dengan ditandai ucapan terimakasih dan maksud bahwa ujarannya memenuhi harapan sosial.

Contoh :

(23) Guru : Terimakasih ya Aldi, sudah membawakan speakernya. Konteks tuturan:

Tuturan (23) dituturkan oleh guru sebelum pelajaran dimulai, guru meminta tolong kepada Aldi untuk membawakan speakernya dan guru mengucapkan terimakasih karena Aldi sudah membawakan speakernya. Bentuk tuturan tuturan (23) merupakan tuturan terimakasih, yaitu guru mengucapkan terimakasih kepada Aldi karena telah membantu membawakan speakernya. Tuturan ini termasuk jenis tuturan langsung yaitu guru secara langsung mengucapkan terimakasih kepada Aldi yang sudah membantu membawakan speakernya. Tuturan (23) digunakan guru untuk memberi penguatan yaitu dengan guru berterima kasih, murid tersebut akan merasa dihargai dan lebih semangat lagi dalam belajar.

“No Thanks” : Penutur berterima kasih kepada mitra tutur karena mitra tuturmenawari sesuatu tetapi penutur menolak tawaran tersebut.

(24) Guru : Iya terimakasih, ini pulpen ibu sudah ketemu. Konteks tuturan:

(21)

Tuturan (24) termasuk jenis tindak tutur tak langsung yaitu secara tidak langsung, guru menggunakan kalimat berita dengan maksud untuk memberitahukan bahwa pulpen miliknya sudah ada sekaligus menolak untuk dipinjami. Tuturan (24) digunakan guru untuk memberikan penguatan yaitu dengan guru berterima kasih, siswa tersebut akan merasa dihargai meskipun bantuannya ditolak.

6. Bid : Harapan

Penutur berharap bahwa apa yang dilakukan mitra tutur akan baik. Tuturan ini dijadikan sebagai alasan untuk bertindak oleh mitra tutur, oleh karena itu tuturan harapan ini sama halnya dengan tuturan direktif yang mengekspresikan maksud penutur (keinginan atau harapan) sehingga ujaran atau sikap yang diekspresikan dijadikan sebagai alasan untuk bertindak oleh mitra tutur. Misalnya tuturan memerintah, Rahardi (2005: 79) mengklasifikasikan kalimat perintah menjadi lima yaitu memerintah biasa, meminta, memberi izin, mengajak dan menyuruh. Sedangkan Alwi (2003: 353) menambahkan tuturan melarang, menyarankan dan memerintah halus atau meminta.

Contoh:

(25) Guru : Ibu berharap tugas hari ini dapat terselesaikan dengan baik ya. Konteks tuturan:

(22)

dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Tuturan (25) digunakan untuk memberikan penguatan atau motivasi yaitu dengan guru mengharapkan tugas tersebut dapat terselesaikan dengan baik, menjadikan semua murid menjadi lebih bersemangat dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas tersebut.

7. Recept : Penerimaan Suatu Acknowledgment

Penutur menerima acknowledgment dari mitra tutur, baik berupa apologize, greet, thank dan sebagainya. Penutur menerima acknowledgment mitra tutur dengan mengucapkan welcome (penutur menerima ucapan terimakasih) sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur menghargai acknowledgment mitra tutur. Tuturan ini digunakan untuk memenuhi harapan sosial.

Contoh:

(26) Guru : Iya sama-sama, iya besok kita tetap belajar tentang drama ya karena masih ada materi yang belum ibu jelaskan.

Konteks tuturan:

(23)

8. Reject : Menolak

Mitra tutur menyampaikan acknowledgment kepada penutur tetapi penutur menolak acknowledgment tersebut. Acknowledgment itu dapat berupa apologize, greet, thank dan sebagainya. Penutur menolak acknowledgment mitra tutur tersebut sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur gagal menghargai acknowledgment mitra tutur. Tuturan ini memberikan maksud bahwa ujarannya melanggar harapan sosial.

Contoh:

(27) Guru : Kamu maaf terus tapi datangnya selalu terlambat. Konteks tuturan:

Tuturan (27) dituturkan oleh seorang guru pada saat mengajar, tiba-tiba ada murid yang datang terlambat. Murid tersebut mengucapkan maaf tetapi guru yang bersangkutan menolak acknowledgment (maaf) dari murid tersebut karena sudah sering datang terlambat. Bentuk tuturan (27) termasuk tuturan menolak yaitu guru menolak acknowledgment murid tersebut yang sudah sering datang terlambat. Tuturan (27) termasuk tindak tutur tak langsung yaitu secara tidak langsung, guru meminta agar murid tersebut tidak datang terlambat lagi. Tuturan ini digunakan guru untuk memberikan penguatan agar murid tersebut dan lainnya dapat menanamkan kedisiplinan.

F. Keterampilan Dasar Mengajar

(24)

1. Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya adalah keterampilan untuk mengajukan pertanyaan kepada siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pertanyaan yang mudah dipahami siswa sehingga siswa dapat memberikan jawaban dengan tepat dapat meningkatkan pembelajaran. Misalnya guru bertanya “Ayo siapa yang dapat menjawab soal nomor 3?”. Bagi siswa, pertanyaan tersebut dapat memiliki pengaruh

yang positif yakni: (1) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap suatu masalah, (2) meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, (3) mengembangkan pola dan cara belajar siswa aktif, (4) menuntun proses berpikir siswa, (5) memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang dibicarakan, (6) meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya. Adapun jenis pertanyaan yang dapat digunakan oleh guru antara lain:

a. Pertanyaan Permintaan, yakni pertanyaan yang bermaksud agar siswa melakukan apa yang disampaikan oleh guru. Missal: Bisakah pelajaran ini dimulai?.

b. Pertanyaan Retoris, yakni pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. Pertanyaan ini dipakai untuk mengajak siswa aktif mengikuti pelajaran atau menegaskan materi yang dibicarakan.

c. Pertanyaan Mengarahkan, yakni pertanyaan yang bermaksud untuk menuntun dan memberi arah siswa dalam berpikir.

(25)

2. Keterampilan Memberi Penguatan

Dalam proses belajar mengajar guru harus dapat membangkitkan semangat belajar siswa, semangat untuk berani mengemukakan pendapat, pikiran dan perasaan, serta percaya diri untuk melakukan segala sesuatu yang positif. Tindakan guru ini biasanya dilakukan dengan memberikan respon terhadap perilaku positif siswa baik secara verbal maupun nonverbal. Respon yang ditujukan untuk memberikan informasi sebagai umpan balik kepada siswa atas tindakannya, sekaligus memberikan dorongan.

Respon itu dalam pendidikan sering disebut dengan penguatan (reinforcement). Penguatan dapat juga disebut respon terhadap suatu tingkah laku yang memungkinkan berulangnya tingkah laku positif tersebut serta dapat meningkatkan aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar. Respon secara verbal dapat dinyatakan dengan kata-kata: penghargaan atau persetujuan seperti kata: setuju, bagus, ya, betul, hebat. Sedangkan respon secara nonverbal adalah penguatan yang dinyatakan gerak, seperti senyuman, acungan jempol, berjalan mendekati siswa, berdiri disamping siswa, menepuk bahu, dan berjabat tangan.

Pemberian penguatan bertujuan untuk:

a. Meningkatkan perhatian siswa. Sebagaimana diketahui, siswa ada yang memiliki perhatian yang terpusat dan terbagi. Tipe perhatian yang terpusat adalah perhatian yang ditujukan kepada satu fokus masalah, sedangkan perhatian yang terbagi kepada berbagai hal.

(26)

motivasi yang datang dari dalam diri siswa, atas kemauan siswa; sedangkan faktor ekstrinsik adalah motivasi yang datang atas dorongan dari luar. Salah satu adalah melalui penguatan.

c. Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa. Siswa yang mendapat dorongan atau penguatan akan meningkat aktivitas pembelajaran dan cenderung untuk mempertahankan perilakunya yang positif. Pada akhirnya siswa meningkat sikap dan tingkah laku positif terhadap proses belajar mengajar.

3. Keterampilan Mengadakan Variasi

Keterampilan mengadakan variasi mengajar adalah kegiatan guru dalam konteks interaksi belajar mengajar untuk mengatasi kebosanan dan meningkatkan partisipasi siswa sehingga siswa menunjukkan ketekunan dan antusias. Variasi mengajar dilakukan dalam rangka: (1) meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek relevan, (2) mengembangkan bakat untuk mengetahui dan menyelidiki hal baru, (3) menumbuhkan perilaku positif terhadap guru dalam proses belajar mengajar, (4) memberi peluang kepada siswa untuk memperoleh pelajaran melalui metode dan gaya yang mereka senangi. Mengadakan variasi dapat dilakukan dengan cara:

a. Variasi dalam cara mengajar seperti penggunaan suara, kesenyapan guru, pemusatan perhatan, kontak pandang, geak mimik, dan gerak badan.

(27)

4. Keterampilan Menjelaskan

Parera (1993: 35) bahwa Menjelaskan merupakan satu kegiatan verbal yang memberikan hubungan antara satu fakta dengan fakta yang lain, satu peristiwa dengan peristiwa yang lain, memberikan hubungan secara induktif dan deduktif agar anak didik atau murid dapat mengerti. Menjelaskan merupakan satu aktivitas yang paling sering digunakan oleh seorang guru dalam kelas. Itu sebabnya setiap calon guru harus dibekali dengan keterampilan ini. Keberhasilan keterampilan guru menjelaskan sesuatu dapat dibuktikan dengan tingkat kepahaman dan pemahaman yang ditunjukan oleh siswa. Sementara Hasibuan dan Moedjiono (2009:59) Menjelaskan keterampilan menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran siswa, dan bukan indoktrinasi. Dalam menjelaskan guru harus memperhatikan komponen keterampilan menjelaskan yang meliputi:

a. Ambiguitas, guru harus menghindarkan bentuk ragu-ragu seperti: apa itu, bagaimana ya, ehem-ehem, hum, ah…, o ya…, apa namanya…

b. Pementingan secara negatif, seperti: tidak begitu banyak, tidak juga, tidak sering, dan tidak seberapa.

c. Mendekati, seperti: kurang lebih, sebanyak seperti, hampir semua, dan hampir. d. Membual, seperti: orang katakana, mereka katakana, dikatakan, dan lain-lain, dan

sebagainya.

e. Jumlah yang tidak pasti, seperti: sekelompok, beberapa, kadang-kadang, sedang-sedang, hal-hal.

(28)

partikel tersebut seperti: sesudah, seperti, sebelum, sejak, sampai, ketika, sambil, sebab, karena jika…, maka, lalu, walaupun demikian, yang…, begitu…, sehingga. Kelompok partikel yang meununjukkan kesetaraan, seperti: dan, tetapi, di samping itu, karena itu, jadi…, berhubungan dengan, sesuai pula.

5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar siap mental dan perhatian yang terpusat pada materi pelajaran yang akan disajikan oleh guru. Kegiatan ini dilakukan pada awal proses belajar mengajar, sebelum memasuki inti pelajaran. Kegiatan dapat dilakukan dengan cara: menyampaikan tujuan yang akan dicapai dari proses belajar mengajar, menarik perhatian, memberi acuan, membuat kaitan. Sedangkan, menutup pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran yang dimaksudkan untuk: memberi gambaran menyeluruh tentang pokok bahasan, mengetahui tingkat penguasaan siswa, dan mengetahui keberhasilan guru.

Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi:

a. Menarik perhatian siswa; gaya mengajar guru, penggunaan alat bantu, pola interaksi yang bervariasi,

(29)

c. Memberi acuan: mengemangkan tujuan dan batas tugas, menyarankan langkah yang dilaksanakan, mengingat masalah yang akan dibahas, mengajukan pertanyaa, d. Memuat kaitan diantara materi yang akan dibicarakan dengan pengalaman yang

dikuasai.

6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok individu dalam interaksi tatap muka kooperatif yang informal dengan tujuan untuk berbagi informasi, pikiran, gagasan atau pengalaman dalam mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. Berdiskusi atau bermusyawarah merupakan cara untuk memperoleh satu keputusan atau kesepakatan. Proses pengambilan keputusan dengan cara ini terdapat dalam kehidupan sehari-hari di kantor, di sekolah, lembaga atau organisasi sosial.

(30)

a. Memusatkan perhatian: 1) menguraikan tujuan diskusi secara jelas, 2) merumuskan kembali masalahh jika terjadi penyimpangan, 3) merangkum hasil pembicaraan pada saat tertentu,

b. Memperjelas masalah dan urunan pendapat : 1) menguraikan kembali atau merangkum urunan pendapat peserta, 2) mengajukan pertanyaan kepada anggota kelompok dengan tambahan informasi 3) menguraikan gagasan anggota kelompok dengan tambahan informasi,

c. Menganalisis pandangan siswa dengan cara: 1) meneliti apakah yang dikemukakan punya dasar alasan yang kuat, 2) memperjelas hal-hal yang disepakati dan tidak disepakati,

d. Meningkatkan urunan pikiran siswa: 1) mengajukan pertanyaan kecil yang menantang mereka unruk berpikir, 2) memberi contoh baik verba maupun nonverbal pada saat yang tepat, 3) menghangatkan atau memancing suasana dengan mengajukan pertanyaan yang memancing pendapat, 4) memberi waktu untuk berpikir, 5) mendengarkan dengan penuh perhatian,

e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dengan cara: 1) memancing pendapat peserta yang enggan berpartisipasi, 2) memberikan kesempatan pertama kepaa peserta yang enggan berpartisipasi, 3) mencegah secara bijaksana peserta yang memonopoli pembicaraan, 4) mendorong mahasiswa untuk mengometari pendapat temannya, 5) meminta pendapat siswa jika terjadi jalan buntu.

7. Keterampilan Mengelola Kelas

(31)

menciptakan kondisi belajar yang optimal agar tidak terjadi kondisi yang merugikan, dan mengembalikannya bila terjadi gangguan yang disebabkan oleh tingkah laku siswa di dalam kelas dalam proses belajar mengajar. Biasanya pada kegiatan pembelajaran, masalah timbul baik secara individual maupun kelompok. Masalah individual dapat digolongkan menjadi: a) tingkah laku untuk memperoleh perhatian dari orang lain, b) tingkah laku untuk menunjukan kekuatan, c) tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain, d) peragaan penolakan atas ketidakmampuan untuk mengerjakan sesuatu. Sedangkan masalah kelompok dapat digolongkan menjadi:

a. Kelas kurang kohesif karena persoalan jenis kelamin, suku, kemampuan ekonomi, b. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misal mengejek salah

seorang anggota,

c. Penyimpangan dari norma tingkah laku yang telah disepakati,

d. Kelompok cenderung mengalihkan perhatian dari tugas yang sedang dikerjakan, e. Semangat kerja rendah atau menurun sebagai aksi protes terhadap guru,

f. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan hal baru, g. Menggotong siswa yang melanggar norma kelompok. Untuk mengatasi masalah di atas, guru dapat melakukan upaya:

a. Kehangatan dan keantusiasan, guru dapat menciptakan suasana belajar kelas yang menyenangan, yang menerapkan salah satu syarat kegiatan belajar yang optimal. Guru yang bersikap ramah dan antusias menunjukkan kesungguhannya terhadap tugas-tugas, terhadap kegiatan, dan terhadap siswanya

(32)

c. Bervariasi, penggunaan variasi dalam gaya, media dan interaksi belajar mengajar merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan-pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa.

d. Keluwesan, guru harus waspada mengamati jalannya proses belajar mengajar tersebut, termasuk kemungkinan munculnya gangguan siswa. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan keluwesan guru dalam menciptakan suasana belajar yang efektif.

e. Penekanan pada hal yang positif, guru selalu berupaya menekankan pada hal-hal yang positif, sebaliknya menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal-hal-hal yang negative.

Menurut Periksa Bolla (dalam Kuntoro, 2005:27) Penggunaan komponen keterampilan mengelola kelas bertujuan untuk siswa maupun untuk guru. Tujuan untuk siswa tersebut mencakup:

a. Mendorong siswa mengembangkan tanggungjawab individu terhadap tingkah lakunya untuk mengendalikan diri,

b. Membantu siswa mengerti arah tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas atau merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan, bukan kemarahan,

c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang wajar sesuai dengan aktivitas kelas,

Bagi guru, mengelola kelas bertujuan untuk;

a. Mengembangkan perhatian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah pelajaran secara tepat dan baik,

(33)

c. Mengembangkan kompetensi dalam memberikan pengarahan kepada siswa,

d. Memberi respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang menimbulkan gangguan kecil atau ringan serta memahami dan menguasai seperangkat strategi untuk mengatasi tingkah laku siswa yang berlebihan dan melawan kelas.

8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Pengajaran kelompok kecil biasanya terbatas antara tiga sampai delapan orang, sedangkan perorangan adalah seorang. Hal ini tidak berarti guru terus menerus menghadapi jumlah perorangan dan kelompok; tetapi guru dapat menghadapi banyak siswa yang terdiri dari kelompok atau perorangan. Hakikat pengajaran ini: terjadi hubungan interpersonal atau guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa belajar sesuai dengan kesempatan dan kemampuan masing-masing, siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhan masing-masing, siswa dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar. Keterampilan yang harus dikuasai guru dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan yaitu a) keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, b) keterampilan mengorganisasikan, c) keterampilan membimbing dan memudahkan dala belajar dan d) keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan mengajar. Prinsi penggunaan dapat meliputi:

a. Variasi pengorganisasian kelas besar, kelompok, perorangan disesuaikan dengan tujuan,

b. Pengajaran kelompok kecil selalu diakhiri dengan laporan, kesepakatan, rangkuman dan pemantapan.

(34)

e. Dalam kegiatan belajar perorangan siswa dapat bekerja secara dengan bahan yang disiapkan.

G. Peta Konsep

(35)

Tindak Tutur Pragmatik 6. Tindak tutur tidak langsung literal 7. Tindak tutur langsung tidak literal 8. Tindak tutur tidak langsung tidak

literal

Apologize Condole Congratulate Greet Thank &No Thank Bid Recept Reject

“Maaf ya

anak-membawakan speakernya” “Ibu berharap tugas hari ini dapat

Referensi

Dokumen terkait

Apakah kata kunci dan alamat sumber pustaka dimana Saudara akan mencari bukti ilmiah yang Saudara butuhkan sebagaimana permasalahan pada kasus 2. Critical appraisal drug

tentang: nomor pendaftar, nama calon peserta didik, asal satuan pendidikan, jarak tempat tinggal peserta didik, nilai USBN SD atau bentuk lain yang sederajat,

Turunnya indeks yang diterima petani lebih dipengaruhi oleh penurunan pada subkelompok palawija sebesar 2,33 persen sedangkan turunnya indeks yang dibayar dominan

Sedangkan untuk negara ASEAN tujuan ekspor komoditi non migas utama Jawa Timur adalah Malaysia dengan nilai ekspor mencapai USD 78,77 juta, diikuti Singapura dengan

Dari gambar tersebut jelas terlihat bahwa penambahan askselerator pada adukan beton yang menggunakan perekat campuran SPI dan ABT menunjukkan perkembangan kuat tekan yang lebih

Alhamdullilah, puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkah, rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul “

communication dari Harian Pos Kota dan Harian Rakyat Merdeka dalam mengemas iklan dengan berafiliasi pada berita dalam rubrik di halaman yang sama. Jika dilihat dari

Analisa rugi rugi daya dari gardu induk Sragen ke Masaran pada transmisi tegangan tinggi 150kV dapat dilakukan dengan pengambilan data tegangan dan arus.. Metode