KUESIONER PENELITIAN
No Responden : ...
Petunjuk Pengisian.
1. Bacalah setiap pertanyaan dibawah ini dengan cermat sebelum saudara
menjawab pertanyaan dengan benar.
2. Berilah tanda silang ( x) atau tanda kurung (O) untuk jawaban yang Saudara
anggap benar.
3. Jika ada pertanyaan yang kurang dimengerti atau ragu, tanyakan langsung
kepada yang menyebarkan kuesioner.
Dengan Hormat,
Saya yang bernama Paulus Kaka Surbakti, mahasiswa tingkat akhir Departemen
Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU sedang mengadakan penelitian, dalam
rangka menyelesaikan tugas akhir/skripsi. Dengan judul : Respon Penerima
Bantuan Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) Oleh Lembaga Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Daerah Pinggir Rel Gaperta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.
Kuesioner ini merupakan alat pengumpul data yang diperlukan untuk melengkapi
penelitian skripsi saya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati saya mohon
kesediaan Saudara/i untuk menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner ini dengan
jelas dan lengkap. Atas kesediaannya, saya ucapkan terima kasih.
Salam Hormat,
Peneliti
2. Tempat Tanggal Lahir :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Agama :
a. Islam b. Kristen c. Katolik d. Hindu e.Budha
6. Suku :
a. Batak Toba b. Batak Simalungun c. Batak Karo d. Batak Pak-Pak e. Jawa f.
Nias g. Lainnya
7. Pendidikan yang terakhir :
a.SD b. SMP c.SMA d.SMK e. S1
8. Anak No :...dari...bersaudara
9. Alasan mengikuti program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
...
...
Persepsi
10.Apakah saudara pernah mendengar program Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Anak (PKSA)sebelumnya ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
11.Dari mana saudara pertama kali mengetahui tentang program Pelayanan
Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)?
a. YAKMI
b. Tetangga
c. Lainnya……….
12.Apakah saudara mengetahui pelaksanaan program Pelayanan Kesejahteraan
Sosial Anak (PKSA) di daerah pinggir rel Gaperta Kecamatan Medan
Helvetia?
a. Tahu
b. Kurang tahu
c. Tidak tahu
13.Apakah saudara paham akan program pelayanan kesejahteraan sosial anak
(PKSA) yang dilaksanakan oleh YAKMI?
a. Paham
b. Kurang paham
c. Tidak paham
14.Apakah saudara mengetahui tujuan diadakan program Pelayanan
Kesejahteraan Sosial Anak(PKSA)?
a. Tahu
b. Kurang tahu
c. Tidak tahu
15.Apakah saudara mengetahui manfaat diadakan program Pelayanan
Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)?
a. tahu
b. kurang tahu
c. Tidak tahu
a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
17.Bagaimana tanggapan saudara terhadap pelaksanaan program Pelayanan
Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) secara umum?
a. Baik
b. Kurang baik
c. Tidak baik
18.Apakah menurut saudara program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak
(PKSA) membantu dalam peningkatan gizi anak di daerah pinggir rel Gaperta
Kecamatan Medan Helvetia?
a. Membantu
b. Kurang membantu
c. Tidak membantu
19.Apakah saudara mengharapakan program Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Anak(PKSA) tetap berlanjut di daerah pinggir rel Gaperta Kecamatan Medan
Helvetia?
a. Mengharapkan
b. Kurang mengharapkan
c. Tidak mengharapkan
20. Menurut anda apakah program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak
(PKSA)
dalam meningkatkan gizi anak berpengaruh dalam peningkatan gizi anak?
a. Berpengaruh
22. Apakah anda menggunakan bantuan tersebut untuk konsumsi keluarga
sendiri?
Partisipasi
23. Apakah pernah pihak YayasanKesejahteraan Masyarakat Indonesia(YAKMI)
mengadakan sosialisasi berkaitan dengan program PKSA dalam meningkatkan
gizi anak?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
24. Pernahkah anda mengikuti sosialisasi berkaitan dengan program PKSA dalam
meningkatkan gizi anak?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
25. Jika pernah mengikuti acara sosialisasi program PKSA berapa kali anda
mengikuti nya?
Jawaban: ……….Kali
26. Apakah anda menyediakan kartu tanda penduduk (KTP) anda untuk
melengkapi berkas penerimaan bantuan PKSA?
a. Menyediakan
b. Tidak menyediakan
27. Apakah anda berpartisipasi dalam pembukaan buku rekening dalam
memenuhi syarat penerimaan bantuan PKSA?
a. Berpartisipasi
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Rukminto, Isbandi. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan
Sosial : Dasar-dasar pemikiran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Astuti, Dwi. 2004. Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan. Surabaya:UNAIR.
Bungin, Burhan, 2005. Metodologi, Penelitian, Kuantitatif, Ekonomi, dan Kebijakan
Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Edisi Pertama, Cetakan Pertama,
Prenada Media, Jakarta.
Depsos RI. 2008. Pedoman Umum Penanganan Anak yang Memerlukan
Perlindungan Khusus. Jakarta:Depsos RI
Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak. 2011. Pedoman Operasional Kesejahteraan
Sosial Anak. Jakarta: Kementerian Kesejahteraan Sosial Rakyat Indonesia.
Nurdin, Fadhil. 1989. Metode Penelitian bidang Sosial. Bandung: PT. Angkasa
PKPA. 2011. Situasi Anak Jalanan Kota Medan: PKPA
Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Social: PT. Grasindo Monoratana.
Siagian, Matias & Suriadi, Agus. 2012. CRS Persfektif Pekerjaan Sosial. Medan: PT. Grasindo Monoratana.
Silalahi, UIber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung; PT. Refika Aditama.
Subhansyah, Aan Tdkk. Anak Jalanan Di Indonesia. Yogyakarta: YLPS Humana
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung
Alfabeta
Susilowati, Ima dkk. 2003. Pengertian Konvensi Hak anak. Jakarta: PT.Enka Parahiyangan.
Taylor, dkk. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wadong, Maulana Hasan, 2000. Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan
Anak. Jakarta: Grasindo
Wibhawa, Budhi dkk. 2010. Dasar Dasar Pekerjaan Sosial. Bandung: Widya Padjadjaran.
Sumber Lain:
http://www.fotokita.net/cerita/131964158300_00001181/potret-anak-jalanan oleh Arie Basuki
www.metro.sindonews.com/read/2013/07/25/31/765344/mensos-keselamatan-anak-jalanan- sangat-rentan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Adapun tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan
menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti (Siagian,
2011;52). Dalam hal ini memberikan gambaran tentang bagaimana pelaksanaan
Program Kesejahteraan Sosial Anak oleh Yakmi di pingiran rel kereta api Gaperta
Kecamatan Medan Helvetia.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di pinggiran rel kereta api Gaperta yang terletak
di Kecamatan Medan Helvetia. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini karena
wilayah tersebut sedang aktif dalam pelaksanaan Program Kesejahteraan Sosial
Anak.
3.3 Populasi
Populasi diartikan sebagai sekumpulan obyek, benda, peristiwa atau individu
yang akan dikaji dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami
bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses
penelitian. Secara umum populasi merujuk pada sekumpulan individu atau obyek
(Siagian, 2011: 115). Populasi tidak sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek yang diteliti dari manusia,
benda, hewan dan tumbuh-tumbuhan, gejala peristiwa, nilai-nilai atau peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karakter dalam suatu peristiwa (Bungin, 2005 :
35). Secara ideal, satu penelitian harus menyelidiki seluruh elemen populasi jika
peneliti bermaksud menggambarkan keseluruhan subjek yang diteliti. Meneliti
populasi berarti memperoleh data dari semua elemen populasi (Silalahi 2009:253).
Berdasarkan pendapat diatas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh anak jalanan yang berdomisili di pinggiran rel gaperta Kecamatan Medan
Helvetia berjumlah 30 orang anak. Semua populasi diambil datanya, dengan kata lain
penulis melakukan penelitian sensus.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang
menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku
yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti melalui penelaah buku,
jurnal dan karya tulis lainnya yang ada kaitannya terhadap masalah yang
diteliti.
2. Studi Lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui
kegiatan penelitian dengan langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari
fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Instrumen penelitian
yang digunakan dalam rangka studi lapangan dalam penelitian sosial, yaitu:
a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti
b. Penyebaran Kuesioner, yaitu kegiatan mengumpul data dengan cara
menyebar daftar pertanyaan untuk dijawab responden sehingga
peneliti memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam
penelitian (Siagian, 2011: 206-207).
c. Dokumentasi, yaitu teknik untuk melengkapi data dan informasi
yang telah diperoleh sebelumya dari wawancara, kuisioner dan
observasi. Dengan teknik ini diperoleh data – data berupa foto – foto,
absensi atau dokumen lainnya.
3.5. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menjabarkan hasil
penelitian, untuk menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan
mentabulasi data yang didapat melalui keterangan responden, kemudian dicari
frekuensi dan persentasenya. Setelah itu disusun dalam bentuk tabel tunggal dengan
menggunakan Skala Likert.
A. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapatan, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Subjek penelitian
dihadapkan pada pernyataan positif dan negatif dalam jumlah yang
berimbang, dan mereka meminta untuk menyatakan apakah sangat setuju,
kurang setuju, atau tidak setuju.
Adapun langkah-langkah analisis yang dilakukan adalah:
a. Pengkodingan, yaitu mengklasifikasi jawaban-jawaban menurut
b. Memberi katagori untuk mengklasifikasikan jawaban sehingga mudah
dianalisa serta disimpulkan untuk menjawab masalah yang dikemukakan
dalam penelitian.
c. Tabulasi, yaitu menggunakan table tunggal untuk mengetahui jawaban
dan skor dari masalah yang diteliti.
Untuk mengetahui apakah hasil dari efektivitas terhadap program tersebut,
maka digunakan interval sebagai skala pengukuran.
i=
i=
i=
=0,66
Untuk mengetahui hasil dari efektivitas pelaksanaan program, maka dapat
dilihat dari ketentuan interval sebagai berikut:
1. Nilai 1 sampai dengan 0,33 = positif, yang artinya program tersebut efektif.
2. Nilai 0,33 sampai dengan -0,33 = netral, yang artinya program tersebut netral.
3. Nilai -0,33 sampai dengan -1 = negatif, yang artinya program tersebut tidak
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Latar Belakang Berdiri Lembaga
Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (Yakmi)
merupakan sebuah lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang usaha
kesejahteraan sosial yang berdiri pada tahun 1997. Yakmi didirikan berdasarkan ide
dan prakarsa murni dari pada pekerja sosial profesional sehingga pelayanan lembaga
berorientasi pada metodologi profesi pekerja sosial.
Pada tahun 2000, Yakmi telah terdaftar secara hukum dengan akte notaries
No.78 / tanggal 28 mei 2000 dan terdaftar pada kantor Dinas Sosial Sumatera Utara
No.467.6/17 tanggal 11 januari 2001. Awalnya Yakmi memulai kegiatan yang secara
khusus memusatkan perhatian pada pembinaan, pemberdayaan dan perlindungan
terhadap anak jalanan melalui model rumah singgah. Selama melakukan kegiatan
pendampingan terhadap anak, terutama anak jalanan, Yakmi mengmati bahwa dalam
menangani permasalahan yang biasanya dialami anak, khususnya anak jalanan itu
adalah permasalahan yang sulit untuk dituntaskan dan perlu melibatkan masyarakat
Sejak berdirinya tahun 1997, Lembaga Yakmi telah menjalankan program,
diantaranya :
1. Program pembinaan anak jalanan
2. Program urban street children empowerment and support
3. Program pembinaan anak jalanan (beasiswa dan keterampilan)
4. Pendidikan luar sekolah (PLS) dan Life Skill
5. Program food security and nutrition in Medan Deli dan Medan Labuhan
6. Emergency respons in Aceh Tamiang
7. Child led inisiative for improving nutrition and hygiene practices in primary
school (SHN)
8. Program urban street children empowerment and support
9. Save water system
10. Pembentukan lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga (LK3)
11. Asuransi kesejahteraan sosial
4.2 Struktur Kepengurusan Lembaga
4.3 Keterangan Uraian Kerja
Program Manajer :
1. Bertanggung jawab dalam setiap kegiatan program
2. Mengkoordinir dan memonitor staf dan koordinator dalam pelaksanaan kegiatan
3. Membuat draft dan rencana kerja bersama dengan coordinator dan staff
4. Menghadiri pertemuan yang diadakan lembaga
5. Mengadakan pertemuan bulanan dengan semua staff setiap bulan
6. Membuat kebijakan secara partisipasi dan berkoordinasi dengan atasan
7. Membuat laporan dan evaluasi kegiatan 1x3 bulan ke lembaga
8. Motivator dan membantu pendamping bila mengalami hambata dalam
pelaksanaan di lapangan
9. Membuat dan mengajukan program yang inovatif ke lembaga
10. Menerima laporan pelaksanaan kegiatan dari setiap koordinator Ester Hutabarat, A.KS
Direktur
Tina Estheria, Amd Bendahara
11. Mengadakan koordinasi program untuk tingkat kelurahan dan kecamatan
12. Melakukan evaluasi dan pengadaan staff.
Koordinator :
1. Mengkoordinir staff dalam melaksanakan kegiatan pendamping di lapangan
2. Membuat draft dan rencana kerja bersama staff
3. Bertanggung jawab dalam setiap kegiatan yang dilakukan staff
4. Membuat laporan kegiatan setiap satu kali sebulan yang diserahkan kepada
program manager
5. Berkoordinasi dengan program manager stiap kegiatan pengembangan kegiatan
yang dilakukan
6. Membuat staff mengkoordinir kegiatan
7. Memimpin pertemuan koordinasi denga staff secara berkala
8. Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait
9. Mengkoordinir pengiriman atau pembuat laporan
10. Membuat rencana kerja (activity) selama sebulan.
Staff :
1. Membuat rincian dan jadwal pelaksanaan kegiatan selama setiap bulan dan
menyerahkan kepada koordinator
2. Memobilisasi masyarakat pada setiap kegiatan
3. Memfasilitasi pertemuan dengan dampingan
Keuangan dan kasir :
1. Membuat rencana anggaran serta rencana penggunaannya untuk menunjang
kelancaran lembaga
2. Menyelenggarakan dan mengkoordinir kegiatan pembukuan sesuai dengan
prinsip-prinsip yang berlaku
3. Menyusun dan merumuskan anggaran pembiayaan kesekretariatan, personalia,
program kgiatan lainnya
4. Melakukan pencatatan penerimaan dan pengeluaran
5. Membuat laporan secara berkala
Administrasi :
1. Melakukan pengaturan, pengelolaan surat menyurat meliputi pemprosesan surat
masuk dan surat keluar, penyusunan konsep surat keluar, pengetikan dan pengadaan
surat, pengaturan dan administrasi arsip dan pengaturan distribusi surat
2. Melakukan pengumpulan, pencatatan, penyusunan dan pemeliharaan dokumen
lembaga, bahan yang berkenaan dengan tata internal dan eksternal lembaga
3. Mengatur penyelenggaraan pendistribusian dokumen dan informasi yang perlu
disampaikan kepada seluruh anggota
4. Mengatur pengelolaan perpustakaan Yakmi
5. Melakukan koordinasi dengan badan pelaksanaan lainnya untuk meningkatkan
pengelolaan kesekretariatan dalam mengimplementasikan program dan kegiatan
6. Membantu badan pengurus dan direktur eksekutif dalam melakukan aktifitas
4.4 Visi dan Misi Lembaga Yakmi
Visi dari lembaga Yakmi adalah :
“Membangun masyarakat secara khusus perempuan dan anak yang berkualitas serta
berpandangan kedepan menuju kemandirian”
Misi dari lembaga Yakmi adalah :
1. Membantu memperbaiki kualitas kesejahteraan perempuan, anak dan
keluarganya
2. Meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu dengan berbagai program
pemberdayaan.
Beberapa program yang dilakukan dalam pendampingan, pembinaan dan
pemberdayaan anak jalanan seperti :
a) Penyelenggaraan taman bacaaan di 3 tempat terletak di komunitas Setia Luhur,
Komunitas PALMA, sanggar anak.
b) Meningkatkan pendidikan anak melalui tutorial belajar, pemberian beasiswa,
c) Mempersiapkan kemandirian anak melalui program kewirausahaan dan program
life skill.
d) Advokasi hak-hak anak (akses kesehatan, pendampingan anak jalanan korban
kekerasan, fasilitas belajar anak, dll)
e) Pendampingan terhadap orang tua anak jalanan dengan membentuk kelompok
BAB V ANALISIS DATA
Pada bab ini akan dibahas tentang analisis data dengan menggunakan analisis
tabel tunggal dimana data tersebut diperoleh dari hasil penelitian melalui observasi,
wawancara dan kuesioner. Dalam hal ini data hasil penelitian diperoleh langsung dari
masyarakat di daerah pinggiran rel kereta api Gaperta Kecamatan Medan Helvetia
Kota Medan sebagai respondennya.
Dalam penelitian ini populasi diambil dari seluruh anak jalanan yang
berdomisili di pinggiran rel gaperta Kecamatan Medan Helvetia berjumlah 30 orang
anak. Semua populasi diambil datanya, dengan kata lain penulis melakukan
penelitian sensus. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara:
a) Peneliti melakukan penelitian disaat para anak jalan menerima bantuan
program peningkatan gizi dari YAKMI
b) Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangannya.
c) Memberikan pengarahan dan menjelaskan tujuan diadakan pengisian angket
dan cara-cara pengisian angket tersebut.
d) Menyebarkan angket kepada anak jalanan penerima bantuan dan sekaligus
menyampaikan batas waktu untuk pengisian angket selama 30 menit.
e) Peneliti menjelaskan butir-butir soal yang akan diisi oleh anak jalanan
penerima bantuan sebagai sumber data.
f) Sesuai dengan waktu yang telah disepakati, peneliti menarik kembali angket
yang telah diisi untuk dianalisa dan dipersiapkan untuk pengolahan data.
Pembahasan data dalam penelitian ini dilakukan penulis dengan membagi dua
sub bab, agar penelitian tersebut tersusun secara sistematis, yaitu:
1. Analisis identitas responden, meliputi jenis kelamin, agama, umur, dan
pendidikan responden.
2. Analisis data pembahasan, meliputi Respon Penerima Bantuan Program
Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) Oleh Lembaga Kesejahteraan
Masyarakat Indonesia (YAKMI) Di Daerah Pinggir Rel Gaperta Kecamatan Medan
Helvetia Kota Medan
5.1 Analisis Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat daerah pinggir rel Gaperta
Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan yang berjumlah 30 orang. Peneliti
mengambil seluruh responden yang mengetahui program Pelayanan Kesejahteraan
Sosial Anak (PKSA) yang berupa pemberian bantuan untuk peningkatan gizi,
kemudian diberikan angket untuk mengukur respon masyarakat terhadap program
tersebut.
Berikut ini adalah karakteristik umum dari responden yang diklasifikasikan
bedasarkan jenis kelamin, agama, umur, dan pendidikan.
5.1.1 Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin tidak menjadi hal yang membedakan seluruh
penerima bantuan peningkatan gizi oleh YAKMI. Data distribusi responden
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1
Dalam penelitian ini baik laki-laki atau perempuan dapat dijadikan sampel
asalkan mereka menerima bantuan peningkatan gizi yang dilaksanakan oleh
YAKMI. Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat kita lihat bahwa jumlah responden
laki-laki lebih banyak dibandingkan responden perempuan. Hal ini bisa dilihat dari
persentase diatas dimana jumlah persentase responden perempuan sebanyak 14 orang
(47%), sedangkan jumlah persentase responden laki-laki sebanyak 16 orang (53%).
5.1.2 Agama
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian mengenai agama responden
yaitu seluruh responden menganut agama Kristen Protestan yaitu sejumlah 30 orang
(100%). Daerah pinggri rel gaperta merupakan dearah yang masyarakatnya dominan
beragama Kristen sehingga seluruh responden beragama keristen. Hasil pengamatan
bahwa walaupun mayoritas masyarakat beragama Kristen Protestan, namun
kerukunan antar umat beragama tetap terjalin dengan baik dan setiap responden tetap
saling menghargai dan menghormati agama lain tanpa diskriminasi. Berdasarkan
pengamatan peneliti, terdapat 4 gereja dan 1 mesjid di daerah pinggir rel gaperta.
usia responden yaitu berusia 0-18 tahun. Data distribusi responden
berdasarkan usia/umur disajikan dalam tabel 5.2 berikut ini:
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Usia/Umur
No Usia/Umur Frekuensi Persentase(%)
1 0-6 Tahun 0 0
2 7-12 Tahun 12 40
3 13-18 Tahun 18 60
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Berdasarkan mayoritas usia/umur responden dalam penelitian ini adalah
13-18 Tahun (60%), sedangkan responden yang berusia diantara 7-12 Tahun berjumlah
12 orang responden (40%). Persentase yang ada menunjukan usia responden sesuai
dengan kriteria penerima bantuan. Dengan komposisi umur diatas responden
diharapkan dapat atau mampu memberikan informasi lebih akurat seperti yang
5.1.4 Pendidikan
Data distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan
dalam tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: Kuesioner 2016
Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden berada ditingkat
pendidikan SMP sebanyak 17 orang (57%). Sebagian besar responden sudah
memiliki tingkat pendidikan yang bisa dikatakan lumayan baik untuk tingkat
pendidikan. Tingkat pendidikan responden ini juga akan mempengaruhi respon
mereka terhadap pelaksanaan program tersebut.
5.2 Analisis Kualitatif Responden Terhadap Program PKSA
Dari data yang dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara dapat
diketahui respon masyarakat terhadap program PKSA. Analisa terhadap program ini
terbagi atas tiga variabel, yaitu persepsi yang terdiri dari pengetahuan dan
pemahaman tentang apa, bagaimana, dan manfaat program PKSA. Sikap terdiri dari
penilaian dan tanggapan masyarakat tentang program PKSA, dan partisipasi
masyarakat yang berisi keterlibatan masyarakat terhadap program PKSA.
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 SD 9 30
2 SMP 17 57
3 SMA/SMK 4 13
5.2.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program PKSA
Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi Masyarakat di daerah pinggir rel kereta api gaperta adalah suatu proses
kognitif yang menghasilkan suatu pemahaman tentang program PKSA yang akan
disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pernah atau Tidaknya Mendengar Program PKSA Sebelumnya
No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Pernah 17 57
2 Tidak Pernah 13 43
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2015
Tabel 5.4 diatas menjelaskan pengetahuan responden berdasarkan pernah atau
tidaknya mendengar program PKSA sebelumnya. Berdasarkan jawaban responden,
sebanyak 17 orang responden (57%) mengetahui tentang adanya pelaksanaan
program PKSA sebelumnya. Akan tetapi ada 13 responden (43%) yang menjawab
tidak pernah mendengar program PKSA dan belum terlalu mengerti tentang
pelaksanaan dan manfaat program PKSA. Adapun yang mengakibatkan responden
tidak pernah mendengar tentang program ini diakibatkan oleh responden yang kerap
bekerja sebagai pemulung dan jarang memperoleh informasi dari tetangga-tetangga.
”aku setiap pulang sekolah sampe sore bekerja sebagai pemulung, bang. Jadi ga
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Perolehan Informasi Program PKSA
No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 YAKMI 17 57
2 Tetangga 0 0
3 Tidak Tahu 13 43
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.5 dapat diketahui sumber
informasi yang diperoleh oleh responden mengenai program PKSA. Pada tabel
tersebut dapat diketahui bahwa informasi yang paling banyak didapat oleh responden
adalah dari YAKMI, hal tersebut dapat dilihat dari 17 orang responden (57%) yang
menjawab sumber informasinya adalah YAKMI. Responden banyak mengetahui
informasi PKSA dari penyuluhan yang dilakukan oleh YAKMI di daerah pinggir rel
kereta api gaperta. Selanjutnya, 13 orang responden (43%) menjawab tidak pernah
mendengar program PKSA ini sebelumnya karena mereka sibuk bekerja mencari
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Program PKSA No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Tahu 16 53
2 Kurang Tahu 0 0
3 Tidak Tahu 14 47
Jumlah 22 100
Sumber: Kuesioner 2015
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden 16
orang (53%) sudah mengetahui adanya program PKSA. Responden yang mengetahui
adanya program PKSA adalah responden yang memperoleh informasi yang cukup
dengan rutin menghadiri pengenalan program yang dilakukan oleh YAKMI.
Bedasarkan wawancara peneliti kepada salah satu responden yang bernama Daniel
(12 Tahun) mengungkapkan bahwa ”saya tahu ada penerimaan bantuan gizi yang
berupa pembagian susu dari YAKMI yang dating kerumah kami”, dan 14 orang sisa
dari responden (47%) tidak tahu mengenai program tersebut disebabkan oleh
kesibukan pekerjaan memulung dan bersekolah yang membuat mereka tidak dapat
mengikuti pengenalan program PKSA untuk pertama kalinya. Wawancara yang
dilakukan peneliti kepada Monica Juniati Tarigan (17 Tahun) yang mengatakan
bahwa “saya tidak datang ketika sosialisasi tentang program ini karena saya sibuk
Tabel 5.7
Distribusi Responden Tentang Tujuan Diadakan Program PKSA No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Tahu 22 73
2 Kurang Tahu 6 20
3 Tidak Tahu 2 7
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Tabel 5.7 diatas menggambarkan pengetahuan responden mengenai tujuan
program PKSA. Sebagian besar dari jumlah responden sudah mengetahui apa tujuan
dari program PKSA yang dilaksanakan oleh YAKMI. Responden yang tahu
mengenai tujuan diadakannya program PKSA didaerah mereka kebanyakan sudah
mendengar sosialisasi program tersebut. Sebanyak 22 orang responden (73%)
menjawab mengerti akan tujuan dari program ini. 6 orang responden (20%)
menjawab kurang tahu dan 2 orang responden (7%) menjawab tidak tahu untuk apa
sebenarnya tujuan dari program PKSA dilaksanakan di daerah tempat tinggal
mereka. Tujuan dari program PKSA adalah meningkatkan gizi supaya sehat dan
tidak sakit karena kami diberikan susu, bubur kacang hijau, gula merah dan gula
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Diadakan Program PKSA
No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Tahu 23 77
2 Kurang Tahu 5 16
3 Tidak Tahu 2 7
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Dari tabel 5.8 dapat dilihat bahwa responden sudah banyak yang mengerti
apa manfaat program PKSA bagi mereka. Sebanyak 23 orang responden (77%)
menjawab tahu apa manfaat diadakannya program PKSA didaerah pinggir rel kereta
api gaperta. Menurut Ester Purba (15 Tahun), manfaat dari program PKSA adalah
“semenjak rutin dikasih susu,bubur kacang ijo,gula aku jadi makin sehat bang, jadi
semangat belajar disekolah”. Sebanyak 5 orang responden (16%) menjawab kurang
tahu akan manfaat diadakan program ini karena para responden jarang mengikuti
sosialisasi dan penyuluhan mengenai program PKSA. Sisanya 2 orang responden
(7%) menjawab tidak tahu sama sekali mengenai manfaat program ini karena tidak
pernah menghadiri sosialisasi yang diadakan oleh YAKMI. Pengetahuan masyarakat
mengenai manfaat program ini berpengaruh pula pada keikutsertaan mereka dalam
pelaksanaan program. Jika masyarakat semakin tahu mengenai manfaat dari program
yang diadakan oleh YAKMI maka masyarakat semakin aktif dan antusias untuk
5.2.2 Sikap Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program PKSA
Pengukuran berikutnya yang berkenaan dengan respon masyarakat terhadap
program PKSA di daerah pinggiran rel kereta api Gaperta adalah melalui sikap
masyarakat. Sikap pada dasarnya adalah tendensi kita terhadap sesuatu. Sikap adalah
rasa suka/tidak suka kita atas sesuatu. Sikap penting sekali karena ia mempengaruhi
tindakan. Perilaku seseorang juga sering ditentukan oleh sikap mereka
(Severin&Tankard, 2008:177). Pengukuran suatu program melalui sikap masyarakat
dapat melalui beberapa bagian, seperti yang diuraikan pada hasil penelitian berikut.
Tabel 5.9
Distribusi Responden Tentang Setuju atau Tidak Program PKSA dilaksanakan No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Setuju 27 90
2 Kurang Setuju 3 10
3 Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Kuisioner 2016
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, responden sebagian besar setuju
ddiadakannya program PKSA di daerah mereka tinggal karena program ini
membantu mereka dalam pemenuhan gizi anak. Sebanyak 27 orang responden (90%)
menyatakan setuju dan sisanya sebanyak 3 orang responden (10%) mengatakan
kurang setuju diadakan program tersebut. Sebagian besar responden antusias dengan
program ini sehingga menjawab setuju diadakan program ini didaerah mereka. Ini
merupakan pengungkapan sikap yang baik, yakni karena adanya penilaian warga
program yang dilakukan. Warga pada umumnya akan merasa senang dan terbuka
apabila mendapatkan manfaat dari program ini.
Tabel 5.10
Distribusi Mengenai Tanggapan Responden Terhadap Pelaksanaan Program PKSA
No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 25 83
2 Kurang Baik 5 17
3 Tidak Baik 0 0
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Secara umum apabila masyarakat daerah pinggir rel kereta api bersikap
positif terhadap pelaksanaan program PKSA, maka mereka akan menyukai program
dan bersedia untuk terlibat aktif, tetapi jika masyarakat bersifat negatif terhadap
program tersebut maka mereka tidak akan menyukai program dan mungkin tidak
akan mau terlibat.
Seperti dapat dilihat pada tabel 5.10 diatas, sebanyak 25 orang responden
(83%) menganggap pelaksanaan program PKSA sudah baik, seorang responden yaitu
Mario Purba (15 Tahun) menjawab: ”Pelaksanaan program PKSA didaerah ini
sudah baik karena YAKMI fokus memberikan bantuan dalam peningkatan gizi”,
namun 5 orang responden (17 tahun) mengatakan bahwa pemberian bantuan dalam
bentuk gizi kurang baik karena jumlah gizi yang diberikan(dalam bentuk
Tabel 5.11
Distribusi Responden Tentang Membantu atau Tidak Program PKSA Dalam Meningkatkan Gizi
No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Membantu 27 90
2 Kurang Membantu 3 10
3 Tidak membantu 0 0
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Tabel 5.11 diatas menjelaskan tentang membantu atau tidaknya program
PKSA didaerah mereka, 3 orang responden (10%) menjawab kurang membantu dan
kurang menerima manfaat “kami juga butuh uang buat bantuan pendidikan
sebenarnya bang, engga cukup hanya susu dan gula saja”. Ujar Samuel (13 Tahun)
Disisi lain ada juga 27 orang responden (90%) yang menganggap program
ini membantu bagi mereka, “bantuan yang diberikan sama YAKMI sangat membantu
buat kami, kalau ga dari YAKMI pasti kami ga minum susu dan makan makanan
yang bergizi secara rutin”, Jelas Rio Rezky Op.Sungguh (13 Tahun) kepada peneliti.
Tabel 5.12
Distribusi Harapan Responden Mengenai Kelanjutan Program PKSA No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Mengharapkan 26 87
2 Kurang Mengharapkan 3 10
3 Tidak Mengharapkan 1 3
Berdasarkan tabel 5.12 menyatakan bahwa 26 orang responden (87%)
mengharapkan program PKSA tetap berlanjut di daerah mereka karena masyarakat
berharap dengan adanya program ini dapat membantu dalam meningkatkan
kebutuhan gizi bagi anak-anak didaerah pinggiran rel kereta api. Sebanyak 3 orang
responden (10%) menjawab kurang mengharapkan dan 1 orang responden (3%)
menjawab tidak mengharapkan program ini karena mereka juga membutuhkan
bantuan berupa uang tetapi YAKMI hanya memberikan bantuan berupa susu, kacang
hijau, gula merah dan gula putih saja.
Program PKSA merupakan program yang ditujukan kepada masyarakat
yang kurang mampu dan bertujuan untuk meningkatkan gizi bagi anak-anak didaerah
pinggiran rel kereta api Gaperta Kecamatan Helvetia Kota Medan. Harapan
masyarakat agar program ini berlanjut dan masyarakat didaeah pinggiran rel dapat
memproleh gizi yang sesuai dengan kebutuhan.
Tabel 5.13
Distribusi Pengaruh Program PKSA Dalam Peningkatan Gizi Anak No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Berpengaruh 20 67
2 Kurang Berpengaruh 6 20
3 Tidak Berpengaruh 4 13
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Dari hasil kuesioner diperoleh bahwa 20 orang responden (67%)
menyatakan bprogram PKSA membawa pengaruh yang baik dalam peningkatan gizi
Selain itu 6 orang responden (20%) mengatak program PKSA kurang berpengaruh
dalam peningkatan gizi anak, bahkan ada 4 orang responden (13%) menyatakan
program ini tidak berpengaruh sama sekali dalam peningkatan gizi.
Tabel 5.14
Distribusi Responden Terhadap Kesesuaian Program Dengan Kebutuhan Masyarakat
No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Berpengaruh 24 80
2 Kurang Berpengaruh 3 10
3 Tidak Berpengaruh 3 10
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan mengatakan bahwa sebanyak 24
orang responden (80%) mengatakan bahwa program PKSA melalui peningkatan gizi
anak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Faktor ekonomi dan kemiskinan
menyebankan orangtua tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi anak-anak secara baik
dan tercukupi. Dengan adanya bantuan ini setiap anak-anak memperoleh asupan gizi
yang baik melalui pemberian batuan susu dan makanan bergizi lainnya secara teratur
dan rutin. Sebanyak 3 orang responden (10%) menjawab program ini kurang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat bahkan ada 3 orang (10%) menjawab tidak sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Responden mengatakan bahwa bantuan tersebut tidak
Tabel 5.15
Distribusi Pengaruh Program PKSA Dalam Peningkatan Gizi Anak No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Iya 23 77
2 Tidak 7 23
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Berdasarkan data tabel diatas dijabarkan bahwa sebanyak 23 orang
responden (77%) mengatakan bahwa bantuan yang diberikan oleh YAKMI
digunakan untuk konsusmsi sendiri. Mereka menjawab bahwa susu dan makanan
bergizi lainnya langsung dikonsumsi oleh anak-anak. Sebelumnya anak-anak tidak
pernah rutin mengkonsusmsi susu namun setelah ada bantuan ini anak-anak dapat
rutin mengkonsumsi susu. namun pada kenyataannya ada sebanyak 7 orang
responden (23%) menjawab bahwa bantuan tersebut dijual kepada tetangga dan tidak
dikonsumsi secara pribadi. Mereka mengatakan bahwa kesulitan ekonomi yang
menyebabkan mereka menjual bantuan tersebut dan mereka merasa tidak terlalu
mebutuhkan asupan gizi melaui susu dan makanan lain yang melalui bantuan
program dari YAKMI.
5.2.3 Partisipasi Masyarakat Terhadap Program PKSA
Partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses yang ada dalam
masyarakat, pemilihan dan pengambilan tentang alternatif solusi untuk menangani
tersebut sama dengan peran serta. Peran serta merupakan proses komunikasi dua arah
yang dilakukan terus menerus guna meningkatkan pengertian masyarakat atas suatu
proses dimana masalah-masalah dan kebutuhan lingkungan sedang dianalisa oleh
badan yang bertanggung jawab.
Partisipasi masyarakat terhadap program PKSA dapat dilihat dari keterlibatan
responden dalam sosialisasi, intensitas menghadiri rapat, dan keterlibatan dalam
pelaksanaan program. Hasil penelitian dari partisipasi responden terhadap program
PKSA diuraikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.16
Distribusi Responden Tentang Pernah atau Tidaknya Dilaksanakan Sosialisasi Mengenai Program PKSA
No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Pernah 23 77
2 Tidak Pernah 7 23
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Sebelum program PKSA dilaksanakan di pinggiran rel kereta api Gaperta,
Lembaga YAKMI yang telah dipercaya pemerintah melakukan sosialisasi di rumah
warga yang sudah ditentukan sebelumnya. Sosialisasi ini bertujuan untuk
memberikan gambaran dari program PKSA, seperti apa kegiatan-kegiatan
dilaksanakan, dan tujuan dilaksanakannya PKSA itu sendiri. Hasil dari kuesioner
menyatakan bahwa 23 orang responden (77%) menjawab YAKMI pernah melakukan
sosalisasi di daerah mereka dan sebanyak 7 orang responden (23%) menjawab tidak
Tabel 5.17
Distribusi Keaktifan Responden Dalam Menghadiri Kegiatan Sosialisasi Program PKSA
No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Pernah Hadir 24 80
2 Tidak Pernah Hadir 6 20
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Data diatas merupakan keaktifan responden dalam kedatangan dan
keikutsertaan dalam sosialisasi yang dilakukan oleh YAKMI. Dari tabel 5.15 diatas
terlihat bahwa 24 orang responden (80%) pernah hadir pada setiap pertemuan
sosialisasi tentang program PKSA yang dilakukan oleh YAKMI, sedangkan yang
tidak pernah hadir pada setiap pertemuan sosialisasi program PKSA ada sebanyak 6
orang responden (20%). Masyarakat sekitar daerah pinggir rel umumnya bekerja
sebagai pemulung, alasan inilah yang menyebabkan 6 orang responden menjawab
tidak pernah menghadiri kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh YAKMI. Meskipun
ada yang tidak menghadiri kegiatan sosialisasi namun mereka juga menerima
bantuan berupa susu, kacang hijau, dan gula karena mereka sesuai criteria yang telah
Tabel 5.18
Distribusi Mengenai Banyaknya Kehadiran Responden Dalam Kegiatan Penyuluhan Program PKSA
No Kategori Frekuensi Persentase
1 Lebih Dari Satu Kali 15 50
2 Sekali 10 33
3 Tidak Hadir 5 17
Jumlah 22 100
Sumber: Kuesioner 2016
Dari hasil kuesioner yang telah disebarkan, tabel 5.14 mengungkapkan ada
sebanyak 15 responden (50%) menjawab hadir lebih dari satu kali dalam kegiatan
penyuluhan yang diadakan oleh pihak YAKMI. Sedangkan sebanyak 10 orang
responden (33%) menyatakan hadir sekali saja dalam kegiatan penyuluhan program
PKSA, responden yang hadir sekali saja disebabkan oleh kegiatan sekolah dan
kegiatan memulung dijalanan. 5 orang responden (17%) menjawab tidak hadir ke
dalam penyuluhan program tersebut karena lebih memilih bekerja dan tidak mau
meninggalkan kegiatan memulung dijalanan. Kegiatan penyuluhan program PKSA
ini bertujuan agar masyarakat mengetahui tujuan, manfaat dan bagaimana kegiatan
ini dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat disekitaran daerah pinggir rel
Tabel 5.19
Distribusi Responden Terhadap Penyediaan KTP No Kategori Frekuensi Persentase
1 Menyediakan 20 67
2 Tidak Menyediakan 10 33
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Kartu Tanda Penduduk (KTP) merupakan salah satu syarat yang tentuk an
oleh YAKMI bagi masyarakat sekitaran daerah pinggir rel gaperta agar dapat
memperoleh bantuan PKSA. Masyarakat yang berpartisipasi dalam menyediakan
KTP aada sebanyak 20 orang responden (67%) sedangkan yang tidak berpartisipasi
dalam menyediakan KTP ada sebanyak 10 orang responden 33%). Dalam hasil
wawancara mengatakan ada sebagian warga yang tidak mengurus KTP dan tidak
Tabel 5.20
Distribusi Responden Terhadap Ketersediaan Dalam Pembukaan Rekening No Kategori Frekuensi Persentase
1 Menyediakan 25 83
2 Tidak Menyediakan 5 17
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Pembukaan buku rekening untuk tiap anak merupakan suatu syarat untuk
pencairan dana bantuan yang akan dicairkan oleh YAKMI sebagai pelaksana
program PKSA. Pembukaan buku rekening anak-anak peserta program dibantu dan
dimbimbing oleh pekerja sosial. Setiap anak diwajibkan untuk memiliki buku
rekening sebelum dana dicairkan pada sasaran program. Oleh karena itu,
ketersediaan peserta program untuk membuka buku rekening sangat diperlukan agar
program dapat terlaksana dengan baik.Masyarakat yang berpartisipasi dalam
pembukaan buku rekening ada sebanyak 25 orang responden (83%) sedangkan yang
tidak berpartisipasi dalam penyediaan buku rekening sebanyak 5 orang responden
17%). Dalam hasil wawancara mengatakan ada sebagian warga yang tidak
berpartisipasi dalam pembukaan buku rekening sehingga tidak dapat melengkapi
5.3 Analisis Data Kuantitafif Terhadap Program PKSA
Setelah hasil respon penerima bantuan PKSA di daerah pinggir rel kereta api
Gaperta terhadap program PKSA telah dianalisis dari kuesioner yang telah
dibagikan, maka pada bagian ini variabel yang sama akan dianalisis secara kuantitatif
melalui pemberian skor dengan menggunakan skala likert. Pemberian skor data
dilakukan mulai dari respon negatif, respon netral, dan respon positif, yakni:
1. Skor Tidak Tahu (negatif) adalah -1
2. Skor Kurang Tahu (netral) adalah 0
3. Skor Tahu (positif) adalah 1
Untuk mendapatkan hasil respon terhadap program PKSA oleh YAKMI,
dilakukan melalui pemberian skor berdasarkan tiga variabel yaitu persepsi, sikap,
dan partisipasi. Dari jawaban responden yang telah dianalisis kemudian dapat
diklasifikasikan apakah persepsi, sikap, dan partisipasinya negatif, netral atau positif
dengan menentukan interval kelas seperti yang dijelaskan dibawah ini:
= 0,66
Menentukan katagori respon positif, netral maupun respon negatif dengan
adanya nilai batasan sebagai berikut :
a. -1,00 sampai dengan 0,33 = respon negatif
b. -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral
5.3.1 Persepsi Penerima Bantuan Peningkatan Gizi Terhadap Program PKSA
Pemberian skor variabel persepsi terhadap program PKSA ini
merupakan variabel awal dalam mengukur respon. Hasil skor variabel
persepsi (V1) merupakan hasil rata-rata Σ skor variabel persepsi : (hasil
jumlah sub variabel dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel persepsi
ada 5 sub variabel (lihat lampiran). Sehingga rata-rata V1 = Σ skor variabel : (
5 x 30 ). Untuk mengetahui apakah persepsi masyarakat tersebut termasuk
respon positif atau negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai
1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan nilai -1 untuk respon
negatif, lalu dibagi dengan jumlah total responden.
Hasil akhir dapat dilihat apakah persepsi positif atau negatif dengan
adanya batasan nilai pada skala likert, yaitu sebagai berikut:
= 51 : (5 x 30 )
= 51 : 150
= 0,34
Keterangan :
Σ skor variabel persepsi = 51
Jumlah sub variabel persepsi = 5
Jumlah responden = 30
Hasil skor variabel persepsi (V1) = 0,34
(Persepsi positif yaitu 0,34 karena berada diantara 0,33 sampai 1)
Berdasarkan hasil skala likert tersebut, dapat diketahui bahwa
YAKMI kepada warga daerah pinggiran rel kereta api Gaperta Kecamatan
Helvetia Kota Medan.
5.3.2 Sikap Penerima Bantuan Peningkatan Gizi Terhadap Program PKSA
Pemberian skor variabel sikap terhadap program ini merupakan variabel kedua dalam mengukur respon. Hasil skor variabel sikap (V2)
merupakan hasil rata-rata Σ skor variabel sikap : (hasil sub variabel sikap
dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel sikap ada 7 sub variabel (lihat
lampiran). Sehingga rata-rata V2 = Σ skor variabel : ( 7 x 30 ). Untuk
mengetahui apakah sikap responden tersebut termasuk respon positif atau
negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai 1 pada respon
positif, nilai 0 untuk respon netral, dan -1 untuk respon negatif, lalu dibagi
dengan jumlah total responden.
Hasil akhir dapat dilihat apakah sikap positif atau negatif dengan
adanya batasan nilai pada skala likert, yaitu sebagai berikut:
= 146 : ( 7 x 30 )
= 146 : 210
= 0,69
Keterangan:
Σ skor variabel sikap = 146
Jumlah sub variabel sikap = 7
Jumlah responden = 30
Hasil skor variabel sikap (V2) = 0,69
Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa
responden memiliki sifat positif karena responden setuju dengan
dilaksanakannya program PKSA dan mengharapkan program tersebut tetap
berjalan dan bermafaat bagi mereka.
5.3.3 Partisipasi Penerima Bantuan Peningkatan Gizi Terhadap Program PKSA
Pemberian skor variabel partisipasi terhadap program ini merupakan
variabel ketiga dalam mengukur respon. Hasil skor variabel partisipasi (V3)
merupakan hasil rata-rata Σ skor variabel partisipasi : (hasil sub variabel
partisipasi dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel partisipasi ada 5
sub variabel (lihat lampiran). Sehingga rata-rata V3 = Σ skor variabel : ( 5 x
30 ). Untuk mengetahui apakah partisipasi responden tersebut termasuk
respon positif atau negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai
1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan -1 untuk respon negatif,
lalu dibagi dengan jumlah total responden.
Hasil akhir dapat dilihat apakah partisipasi positif atau negatif dengan
adanya batasan nilai pada skala likert, yaitu sebagai berikut:
= 74 : (5 x 30 ) = 74 : 150
= 0,49
Keterangan:
Σ skor variabel sikap = 74
Jumlah sub variabel sikap = 5
( Sikap positif yaitu 0,49 karena berada diantara 0,33 sampai 1)
Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa
responden memiliki sifat positif karena responden ikut aktif dalam kegiatan
penyuluhan terkait program PKSA di daerah mereka dan ikut berpartisipasi
dalam mengumpulkan kelengkapan berkas seperti KTP dan membuka buku
rekening.
Jika kuantitatif data dilakukan secara menyeluruh dengan
menggunakan skala likert, maka dapat dilihat rata-rata respon secara
keseluruhan dari penelitian respon penerima bantuan peningkatan gizi oleh
YAKMI Jadi, hasil persepsi + hasil sikap + hasil partisipasi dibagi dengan
banyak kelas yaitu:
=
=
= 0,50
Maka hasil keseluruhan antara persepsi, sikap, partisipasi yaitu 0,50. Karena
berada diantara 0,33 sampai 1, maka respon penerima bantuan peningkatan
gizi adalah positif.
BAB V1 PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran, yang didapat dari hasil penelitian.
Kesimpulan yang terdapat di bab ini adalah merupakan hasil yang dicapai dari
analisis data dalam penelitian tentang Respon Penerima Bantuan Program Pelayanan
Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) Oleh Lembaga Kesejahteraan Masyarakat
Indonesia (YAKMI) Didaerah Pinggir Rel Gaperta Kecamatan Medan Helvetia Kota
Medan Responden dalam penelitian ini adalah 30 orang yang menerima bantuan
peningkatan gizi oleh yayasan YAKMI
6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa respon terhadap
pelaksanaan program PKSA dapat dilihat dari tiga variabel yaitu:
1. Persepsi
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa respon memiliki persepsi yang
positif dengan nilai 0,34 Pengukuran persepsi dilihat dari pengetahuan dan
pemahaman responden terhadap program PKSA yang diberikan oleh YAKMI di
daerah pinggir rel kereta api gaperta.
2. Sikap
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa respon memiliki sikap yang
positif dengan nilai 0,69. Pengukuran sikap dilihat dari penilaian dan tanggapan
responden terhadap program PKSA yang setuju dengan dilaksanakannya program
3. Partisipasi
Berdasarkan hasil analisa data menunjukan responden memiliki partisipasi yang
positif dengan nilai 0,49. Dilihat dari keterlibatan dan keaktifan responden yang baik
dalam pelaksanaan program PKSA tersebut. Keterlibatan dan keaktifan responden
yang baik disebabkan oleh responden yang menginginkan anak-anak didaerah
pinggir rel kereta api memiliki asupan gizi yang baik melalui bantuan yang diberikan
oleh YAKMI.
Maka hasil dari Respon Penerima Bantuan Program PKSA yang dapat dilihat
nilai rata-rata respon masyarakatnya adalah positif dengan nilai 0,50 (berada diantara
0,33 sampai dengan 1)
Pada saat penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa program PKSA
oleh YAKMI yang diberikan kepada anak-anak jalanan dipinggiran rel kereta api
gaperta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anak khususnya dalam hal gizi
anak. Hal ini sudah tercapai dengan baik dilihat dari respon positif dari masyarakat
dalam mengikuti pelaksanaan program yang dibuat oleh YAKMI.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, penulis mengajukan saran yang kiranya
dapat menjadi masukan bagi semua pihak yang membutuhkannya, antara lain:
1. Kepada Masyarakat supaya ikut berpartisipasi lebih aktif lagi dalam
pelaksanaan program PKSA yang dilaksanakan oleh YAKMI di daerah pinggir rel
kereta api Gaperta Kecamatan Helvetia Kota Medan.
3. Kepada YAKMI kiranya meningkatkan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan
kepada masyarakat mengenai pelaksanaan program PKSA sehingga masyarakat bisa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Respon
Respon berasal dari kata response yang berarti jawaban, balasan, atau
tanggapan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, respon adalah berupa tanggapan,
reaksi, dan jawaban. Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami ketika
perangsang tidak ada. Respon juga diartikan sebagai tingkah laku atau sikap yang
berwujud baik ,sebelum pemahaman mendetil,penilaian, pengaruh atau penolakan,
suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Berdasarkan
teori yang dikemukakan oleh Steven M.Caffe, respon dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu :
1. Respon Kognitif
Yaitu respon yang berkaitan dengan pengetahuan keterampilan dan informasi dan
informasi seseorang mengenai sesuatu. Teori ini berusaha menjelaskan proses
perubahan sikap dengan mencoba memahami pikiran seseorang dalam merespon
komunikasi persuasif atau bujukan. Teori respon kognitif memperkirkan bahwa
perubahan sikap akan bergantung pada seberapa besar dan apa jenis argumen yang
berlawanan yang muncul. Jika pesan ini menimbulkan argumen kontra yang kuat dan
efektif, maka kemungkinan besar tidak akan terjadi perubahan sikap. Sebaliknya
persuasi dapat dilakukan dengan mengitervensi proses kontra argumen tersebut. Jika
seseorang tidak menemukan argumen yang cukup kuat untuk menentang pesan dan
dia tidak bisa fokus pada pesan saat mendengarkannya, maka kemungkinan besar dia
2. Respon Afektif
Yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang
terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh
khalayak terhadap sesuatu.
3. Respon Konatif
Yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi
tindakan atau perbuatan. Secara keseluruhan respon individu atau kelompok dapat
dilihat dari tiga tingkatan yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi. Jadi berbicara
mengenai respon tidak terlepas dari pembahasan persepsi, sikap, dan partisipasi.
A. Persepsi merupakan tindakan penilaian terhadap baik buruknya objek
berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari adanya
objek tersebut. Menurut Morgan, King dan Robinson adalah suatu proses
diterimanya suatu rangsangan dengan cara melihat dan mendengar dunia
disekitar kita. Dengan kata lain persepsi dapat juga didefenisikan sebagai
sesuatu yang dialami manusia (Adi, 2000:105).
B. Sikap merupakan ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau
menolak objek yang dipersiapkan. Sikap merupakan kecenderungan atau
kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu jika ia menghadapi
rangsangan. Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon
seseorang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atas
situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi,
mendekati, mengaharapkan suatu objek, atau muncul sikap negatif yakni
menghindari, membenci suatu objek vb(Adi, 2000:178).
keterlibatan masyarakat secara aktif dan terorganisasikan dalam seluruh
tahapan pembangunan, sejak tahap sosialisasi, persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, pemahaman, pengendalian, evaluasi. Pendekatan partisipasi
bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam
pembangunan secara menyeluruh. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku
dalam masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan ini akan
membawa manfaat dan menciptakan pertumbuhan ekonomi didaerah
(Suprapto, 2007:8).
2.2 Anak
2.2.1 Pengertian Anak
Menurut Peraturan Perundang-Undangan tentang Perlindungan dan
Kesejahteraan Anak dalam BAB I bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia
18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Konvensi
Hak Anak (KHA) mendefenisikan “anak” secara umum sebagai manusia yang
umurnya belum mencapai 18 tahun, namun diberikan juga pengakuan terhadap
batasan umur yang berbeda yang mungkin diterapkan dalam perundangan sosial.
Dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 dinyatakan bahwa fakir miskin dan
anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara. Ini merupakan suatu kebijaksanaan pemerintah
dan Negara yang dirumuskan kedalam pengertian bahwa usaha mensejahterahkan
anak didahulukan dari kebijaksanaan kesejahteraan masyarakat lain.Pengertian anak
menurut UUD 1945 memiliki makna bahwa hak-hak yang harus diperoleh anak dari
masyarakat bangsa dan Negara harus diprioritaskan karena kepentingan-kepentingan
bangsa yang kemudian dapat mensejahterahkan masyrakat Indonesia. Kedudukan
pasal 34 ayat 1 UUD 1945 mengandung kekhususan bahwa pengelompokan
anak-anak yang terkategori sebagai anak-anak terlantar dan kemudian dijadikan objek
pembangunan, pembinaan, pemeliharaan dengan tujuan anak-anak Indonesia akan
dapat menjalani kehidupan yang layak dari suatu kehidupan yang layak dari suatu
kehidupan yang penuh dengan kesejahteraan (Wadong,2000:18).
2.2.2 Kebutuhan Anak
Sebagaimana manusia lainnya, setiap anak memiliki kebutuhan-kebutuhan
dasar yang menuntut untuk dipenuhi sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang
secara sehat dan wajar. Menurut Katz bahwa kebutuhan dasar yang sagat penting
bagi anak adalah adanya hubungan orang tua dan anak yang sehat dimana kebutuhan
anak, seperti perhatian dan kasih sayang yang berkelanjutan, perlindungan,
dorongan, dan pemeliharaaan harus dipenuhi oleh orang tua. Sedangkan Brown dan
Swanson mengatakan bahwa kebutuhan umum anak adalah perlindungan
(keamanan), kasih saying, pendekatan/perhatian dan kesempatan untuk terlibat dalam
pengalaman positif yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan
mental yang sehat. Sementara itu, Huttman dalam Muhifin(Huraera,2003:3) merinci
kebutuhan anak adalah :
1. Kasih sayang orang tua
2. Stabilitas emosional
3. Pengertian dan perhatian
4. Pertumbuhan da kepribadian
5. Dorongan kreatif
8. Pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal yang sehat dan
memadai
9. Aktivitas rekreasional yang konstruktif dan positif
10.Pemeliharaan, perawatan, dan perlindungan
Untuk menjamin pertumbuhan fisiknya, anak membutuhkan makanan yang
bergizi, pakaian, sanitasi, dan perawatan kesehatan. Semasa kecil, mereka
memerlukan pemeliharaan dan perlindungan dari orang tua sebagai perantara dengan
dunia nyata. Untuk menjamin perkembangan psikis dan sosialnya, anak memerlukan
kasih sayang, pemahaman, suasana kreatif, stimulasi kreatif, aktualisasi diri, dan
pengembangan intelektual. Sejak dini, mereka perlu pendidikan dan sosialisasi dasar,
pengajaran tanggung jawab sosial, peran-peran sosial, dan keterampilan dasar agar
menjadi warga masyarakat yang bermanfaat.
Kegagalan dalam proses pemenuhan kebutuhan dasar tersebut akan
berdampak negative pada pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual, mental,
dan sosial anak. Anak bukan saja akan mengalami kerentanan fisik akibat gizi dan
kualitas kesehatan yang buruk, melainkan juga mengalami hambatan mental, lemah
daya nalar, dan bahkan perilaku-perilaku maladaptive, seperti : autis, nakal, sukar
diatur, yang kelak mendorong mereka menjadi manusia”tidak normal, dan perilaku
kriminal. Pertumbuhan dan kesejateraan fisik, intelektual, emosional, dan sosial anak
akan mengalami hambatan jika :
1. Kekurangan gizi dan tanpa perumahan yang layak
2. Tanpa bimbingan dan asuhan
3. Sakit dan tanpa perawatan medis yang tepat
6. Tidak memperoleh pengalaman normal yang menumbuhkan perasaan
dicintai, diinginkan, aman, dan bermartabat
7. Terganggu secara emosional karena pertengkaran keluarga yang terus
menerus, perceraian dan mempunyai orang tua yang menderita
gangguan/sakit jiwa.
8. Dieksploitasi, bekerja berlebihan, terpengaruh oleh kondisi yang tidak sehat
dan demoralisasi.
2.2.3 Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Anak
Model kesejahteraan sosial bagi anak secara umun meliputi tiga bagian :
mikro, messo, dan makro. Pada model pelayanan mikro anak dijadikan sasaran
utama pelayanan. Anak-anak yang mengalami luka-luka fisik dan psikis segera
diberikan pertolongan yang bersifat segera, seperti perawatan medis, konseling atau
dalam keadaaan yang sangat membahayakan, anak dipisahkan dari keluarga dari
lingkungan yag mengancam kehidupannya.
Sistem pelayanan yang diberikan, baik pada mikro, messo da makro dapat
berbentuk pelayanan kelembagaan di mana anak mengalami masalah ditempatkan
dalam lembaga (panti). Pelayanan konseling, pendidikan atau rehabilitasi sosial
diberikan secara menetap dalam kurun waktu tertentu. Jika pelayanan bersifat non
kelembagaan, maka beragam jenis pelayanan diberikan di keluarga atau komunitas
dimana anak menetap.
Belakang ini cukup populer sistem pelayanan semi panti yang lebih terbuka
dan tidak kaku. Para pekerja sosial menentukan program kegiatan, pendampingan,
dan berbagai pelayanan dalam rumah singgah, seperti : rumah terbuka untuk
dan pekerja anak terdapat sistem pelayanan yang dikenal dengan nama locational
based services. Pekerja sosial mendatangi pabrik atau lokasi dimana anak berada dan
memanfaatkan sarana yang ada di sekitarnya sebagai media dan sarana
pertolongannya. Terdapat tujuh strategi pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak,
yaitu :
1. Child Based Services(Layanan berbasis anak).
Strategi ini menempatkan anak sebagai basis penerimaan pelayanan.
Anak-anak yang mengalami luka-luka fisik dan psikis perlu segera diberikan
pertolongan yang bersifat krisis, baik perawatan medis, konseling, atau dalam
keadaan tertentu anak dipisahkan dari keluarga yang mengancam dan
membahayakan kehidupannya.
2. Institusional Based Services(Layanan berbasis lembaga)
Anak yang mengalami masalah ditempatkan dalam lembaga/panti. Pelayanan
yang diberikan meliputi fasilitas tinggal menetap, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan, pendidikan dan pelatihan keterampilan, serta program
rehabilitasi sosial lainnya.
3. Family Based Services(Layanan berbasis keluarga)
Keluarga dijadikan sasaran dan medium utama pelayanan. Pelayanan ini
diarahkan pada pembentukan dan pembinaan keluarga agar memiliki
kemampuan ekonomi, psikologis, dan sosial dalam menumbuhkembangkan
anak, sehingga mampu memecahkan masalahnya sendiri dan menolak
pengaruh negatif yang merugikan dan membahayakan anak. Keluarga sebagai
satu kesatuan diperkuat secara utuh dan harmonis dalam memenuhi
4. Community Based Service(Layanan berbasis masyarakat)
Strategi yang menggunakan masyarakat sebagai pusat penanganan ini
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat
agar ikut aktif dalam menangani permasalahan anak. Para pekerja sosial
datang secara periodik ke masyarakat untuk merancang da melaksanakan
program pengembangan masyarakat, bimbingan dan penyuluhan, terapi
sosial, kampanye sosial, aksi sosial, serta penyediaan sarana rekreatif dan
pengisian waktu luang.
5. Location Based Services(layanan berbasis lokasi)
Pelayanan yang diberikan di lokasi anak mengalami masalah. Strategi ini
biasanya diterapkan pada anak jalanan, anak yang bekerja di jalan dan
pekerja anak. Para pekerja sosial mendatangi pabrik atau tempat-tempat
dimana anak berada, dan memanfaatkan sarana yang ada disekitarnya sebagai
fasilitas da media pertolongan. Untuk anak jalanan dan anak yang bekerja di
jalan, strategi ini sering disebut sebagai street based servces (Pelayanan
berbasiskan jalanan).
6. Half Way House Services.(layanan semi panti)
Strategi ini disebut juga strategi semi panti yang lebih terbuka dan tidak kaku.
Strategi ini dapat berbentuk rumah singgah, rumah terbuka untuk berbagai
akivitas, rumah belajar, rumah persinggahan anak dengan keluarganya, rumah
keluarga pengganti, atau tempat anak yang mengembangkan subkultur
tertentu. Para pekerja sosial menentukan program kegiatan, pendampingan,