• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Penerima Bantuan Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) oleh Lembaga Kesejahteraan Masyarakat (YAKMI) di Daerah Pinggiran Rel Gaperta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Penerima Bantuan Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) oleh Lembaga Kesejahteraan Masyarakat (YAKMI) di Daerah Pinggiran Rel Gaperta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

KUESIONER PENELITIAN

No Responden : ...

Petunjuk Pengisian.

1. Bacalah setiap pertanyaan dibawah ini dengan cermat sebelum saudara

menjawab pertanyaan dengan benar.

2. Berilah tanda silang ( x) atau tanda kurung (O) untuk jawaban yang Saudara

anggap benar.

3. Jika ada pertanyaan yang kurang dimengerti atau ragu, tanyakan langsung

kepada yang menyebarkan kuesioner.

Dengan Hormat,

Saya yang bernama Paulus Kaka Surbakti, mahasiswa tingkat akhir Departemen

Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU sedang mengadakan penelitian, dalam

rangka menyelesaikan tugas akhir/skripsi. Dengan judul : Respon Penerima

Bantuan Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) Oleh Lembaga Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Daerah Pinggir Rel Gaperta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.

Kuesioner ini merupakan alat pengumpul data yang diperlukan untuk melengkapi

penelitian skripsi saya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati saya mohon

kesediaan Saudara/i untuk menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner ini dengan

jelas dan lengkap. Atas kesediaannya, saya ucapkan terima kasih.

Salam Hormat,

Peneliti

(2)

2. Tempat Tanggal Lahir :

3. Umur :

4. Jenis Kelamin :

5. Agama :

a. Islam b. Kristen c. Katolik d. Hindu e.Budha

6. Suku :

a. Batak Toba b. Batak Simalungun c. Batak Karo d. Batak Pak-Pak e. Jawa f.

Nias g. Lainnya

7. Pendidikan yang terakhir :

a.SD b. SMP c.SMA d.SMK e. S1

8. Anak No :...dari...bersaudara

9. Alasan mengikuti program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)

...

...

(3)

Persepsi

10.Apakah saudara pernah mendengar program Pelayanan Kesejahteraan Sosial

Anak (PKSA)sebelumnya ?

a. Pernah

b. Tidak pernah

11.Dari mana saudara pertama kali mengetahui tentang program Pelayanan

Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)?

a. YAKMI

b. Tetangga

c. Lainnya……….

12.Apakah saudara mengetahui pelaksanaan program Pelayanan Kesejahteraan

Sosial Anak (PKSA) di daerah pinggir rel Gaperta Kecamatan Medan

Helvetia?

a. Tahu

b. Kurang tahu

c. Tidak tahu

13.Apakah saudara paham akan program pelayanan kesejahteraan sosial anak

(PKSA) yang dilaksanakan oleh YAKMI?

a. Paham

b. Kurang paham

c. Tidak paham

14.Apakah saudara mengetahui tujuan diadakan program Pelayanan

Kesejahteraan Sosial Anak(PKSA)?

a. Tahu

b. Kurang tahu

c. Tidak tahu

15.Apakah saudara mengetahui manfaat diadakan program Pelayanan

Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)?

a. tahu

b. kurang tahu

c. Tidak tahu

(4)

a. Setuju

b. Kurang setuju

c. Tidak setuju

17.Bagaimana tanggapan saudara terhadap pelaksanaan program Pelayanan

Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) secara umum?

a. Baik

b. Kurang baik

c. Tidak baik

18.Apakah menurut saudara program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak

(PKSA) membantu dalam peningkatan gizi anak di daerah pinggir rel Gaperta

Kecamatan Medan Helvetia?

a. Membantu

b. Kurang membantu

c. Tidak membantu

19.Apakah saudara mengharapakan program Pelayanan Kesejahteraan Sosial

Anak(PKSA) tetap berlanjut di daerah pinggir rel Gaperta Kecamatan Medan

Helvetia?

a. Mengharapkan

b. Kurang mengharapkan

c. Tidak mengharapkan

20. Menurut anda apakah program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak

(PKSA)

dalam meningkatkan gizi anak berpengaruh dalam peningkatan gizi anak?

a. Berpengaruh

22. Apakah anda menggunakan bantuan tersebut untuk konsumsi keluarga

sendiri?

(5)

Partisipasi

23. Apakah pernah pihak YayasanKesejahteraan Masyarakat Indonesia(YAKMI)

mengadakan sosialisasi berkaitan dengan program PKSA dalam meningkatkan

gizi anak?

a. Pernah

b. Tidak Pernah

24. Pernahkah anda mengikuti sosialisasi berkaitan dengan program PKSA dalam

meningkatkan gizi anak?

a. Pernah

b. Tidak Pernah

25. Jika pernah mengikuti acara sosialisasi program PKSA berapa kali anda

mengikuti nya?

Jawaban: ……….Kali

26. Apakah anda menyediakan kartu tanda penduduk (KTP) anda untuk

melengkapi berkas penerimaan bantuan PKSA?

a. Menyediakan

b. Tidak menyediakan

27. Apakah anda berpartisipasi dalam pembukaan buku rekening dalam

memenuhi syarat penerimaan bantuan PKSA?

a. Berpartisipasi

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rukminto, Isbandi. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan

Sosial : Dasar-dasar pemikiran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Astuti, Dwi. 2004. Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan. Surabaya:UNAIR.

Bungin, Burhan, 2005. Metodologi, Penelitian, Kuantitatif, Ekonomi, dan Kebijakan

Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Edisi Pertama, Cetakan Pertama,

Prenada Media, Jakarta.

Depsos RI. 2008. Pedoman Umum Penanganan Anak yang Memerlukan

Perlindungan Khusus. Jakarta:Depsos RI

Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak. 2011. Pedoman Operasional Kesejahteraan

Sosial Anak. Jakarta: Kementerian Kesejahteraan Sosial Rakyat Indonesia.

Nurdin, Fadhil. 1989. Metode Penelitian bidang Sosial. Bandung: PT. Angkasa

PKPA. 2011. Situasi Anak Jalanan Kota Medan: PKPA

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Social: PT. Grasindo Monoratana.

Siagian, Matias & Suriadi, Agus. 2012. CRS Persfektif Pekerjaan Sosial. Medan: PT. Grasindo Monoratana.

Silalahi, UIber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung; PT. Refika Aditama.

Subhansyah, Aan Tdkk. Anak Jalanan Di Indonesia. Yogyakarta: YLPS Humana

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung

Alfabeta

(7)

Susilowati, Ima dkk. 2003. Pengertian Konvensi Hak anak. Jakarta: PT.Enka Parahiyangan.

Taylor, dkk. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wadong, Maulana Hasan, 2000. Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan

Anak. Jakarta: Grasindo

Wibhawa, Budhi dkk. 2010. Dasar Dasar Pekerjaan Sosial. Bandung: Widya Padjadjaran.

Sumber Lain:

http://www.fotokita.net/cerita/131964158300_00001181/potret-anak-jalanan oleh Arie Basuki

www.metro.sindonews.com/read/2013/07/25/31/765344/mensos-keselamatan-anak-jalanan- sangat-rentan

(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Adapun tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan

menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti (Siagian,

2011;52). Dalam hal ini memberikan gambaran tentang bagaimana pelaksanaan

Program Kesejahteraan Sosial Anak oleh Yakmi di pingiran rel kereta api Gaperta

Kecamatan Medan Helvetia.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di pinggiran rel kereta api Gaperta yang terletak

di Kecamatan Medan Helvetia. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini karena

wilayah tersebut sedang aktif dalam pelaksanaan Program Kesejahteraan Sosial

Anak.

3.3 Populasi

Populasi diartikan sebagai sekumpulan obyek, benda, peristiwa atau individu

yang akan dikaji dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami

bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses

penelitian. Secara umum populasi merujuk pada sekumpulan individu atau obyek

(Siagian, 2011: 115). Populasi tidak sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek

(9)

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek yang diteliti dari manusia,

benda, hewan dan tumbuh-tumbuhan, gejala peristiwa, nilai-nilai atau peristiwa

sebagai sumber data yang memiliki karakter dalam suatu peristiwa (Bungin, 2005 :

35). Secara ideal, satu penelitian harus menyelidiki seluruh elemen populasi jika

peneliti bermaksud menggambarkan keseluruhan subjek yang diteliti. Meneliti

populasi berarti memperoleh data dari semua elemen populasi (Silalahi 2009:253).

Berdasarkan pendapat diatas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh anak jalanan yang berdomisili di pinggiran rel gaperta Kecamatan Medan

Helvetia berjumlah 30 orang anak. Semua populasi diambil datanya, dengan kata lain

penulis melakukan penelitian sensus.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang

menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku

yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti melalui penelaah buku,

jurnal dan karya tulis lainnya yang ada kaitannya terhadap masalah yang

diteliti.

2. Studi Lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui

kegiatan penelitian dengan langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari

fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Instrumen penelitian

yang digunakan dalam rangka studi lapangan dalam penelitian sosial, yaitu:

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti

(10)

b. Penyebaran Kuesioner, yaitu kegiatan mengumpul data dengan cara

menyebar daftar pertanyaan untuk dijawab responden sehingga

peneliti memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam

penelitian (Siagian, 2011: 206-207).

c. Dokumentasi, yaitu teknik untuk melengkapi data dan informasi

yang telah diperoleh sebelumya dari wawancara, kuisioner dan

observasi. Dengan teknik ini diperoleh data – data berupa foto – foto,

absensi atau dokumen lainnya.

3.5. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menjabarkan hasil

penelitian, untuk menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan

mentabulasi data yang didapat melalui keterangan responden, kemudian dicari

frekuensi dan persentasenya. Setelah itu disusun dalam bentuk tabel tunggal dengan

menggunakan Skala Likert.

A. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapatan, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Subjek penelitian

dihadapkan pada pernyataan positif dan negatif dalam jumlah yang

berimbang, dan mereka meminta untuk menyatakan apakah sangat setuju,

kurang setuju, atau tidak setuju.

Adapun langkah-langkah analisis yang dilakukan adalah:

a. Pengkodingan, yaitu mengklasifikasi jawaban-jawaban menurut

(11)

b. Memberi katagori untuk mengklasifikasikan jawaban sehingga mudah

dianalisa serta disimpulkan untuk menjawab masalah yang dikemukakan

dalam penelitian.

c. Tabulasi, yaitu menggunakan table tunggal untuk mengetahui jawaban

dan skor dari masalah yang diteliti.

Untuk mengetahui apakah hasil dari efektivitas terhadap program tersebut,

maka digunakan interval sebagai skala pengukuran.

i=

i=

i=

=0,66

Untuk mengetahui hasil dari efektivitas pelaksanaan program, maka dapat

dilihat dari ketentuan interval sebagai berikut:

1. Nilai 1 sampai dengan 0,33 = positif, yang artinya program tersebut efektif.

2. Nilai 0,33 sampai dengan -0,33 = netral, yang artinya program tersebut netral.

3. Nilai -0,33 sampai dengan -1 = negatif, yang artinya program tersebut tidak

(12)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Latar Belakang Berdiri Lembaga

Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (Yakmi)

merupakan sebuah lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang usaha

kesejahteraan sosial yang berdiri pada tahun 1997. Yakmi didirikan berdasarkan ide

dan prakarsa murni dari pada pekerja sosial profesional sehingga pelayanan lembaga

berorientasi pada metodologi profesi pekerja sosial.

Pada tahun 2000, Yakmi telah terdaftar secara hukum dengan akte notaries

No.78 / tanggal 28 mei 2000 dan terdaftar pada kantor Dinas Sosial Sumatera Utara

No.467.6/17 tanggal 11 januari 2001. Awalnya Yakmi memulai kegiatan yang secara

khusus memusatkan perhatian pada pembinaan, pemberdayaan dan perlindungan

terhadap anak jalanan melalui model rumah singgah. Selama melakukan kegiatan

pendampingan terhadap anak, terutama anak jalanan, Yakmi mengmati bahwa dalam

menangani permasalahan yang biasanya dialami anak, khususnya anak jalanan itu

adalah permasalahan yang sulit untuk dituntaskan dan perlu melibatkan masyarakat

(13)

Sejak berdirinya tahun 1997, Lembaga Yakmi telah menjalankan program,

diantaranya :

1. Program pembinaan anak jalanan

2. Program urban street children empowerment and support

3. Program pembinaan anak jalanan (beasiswa dan keterampilan)

4. Pendidikan luar sekolah (PLS) dan Life Skill

5. Program food security and nutrition in Medan Deli dan Medan Labuhan

6. Emergency respons in Aceh Tamiang

7. Child led inisiative for improving nutrition and hygiene practices in primary

school (SHN)

8. Program urban street children empowerment and support

9. Save water system

10. Pembentukan lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga (LK3)

11. Asuransi kesejahteraan sosial

(14)

4.2 Struktur Kepengurusan Lembaga

4.3 Keterangan Uraian Kerja

Program Manajer :

1. Bertanggung jawab dalam setiap kegiatan program

2. Mengkoordinir dan memonitor staf dan koordinator dalam pelaksanaan kegiatan

3. Membuat draft dan rencana kerja bersama dengan coordinator dan staff

4. Menghadiri pertemuan yang diadakan lembaga

5. Mengadakan pertemuan bulanan dengan semua staff setiap bulan

6. Membuat kebijakan secara partisipasi dan berkoordinasi dengan atasan

7. Membuat laporan dan evaluasi kegiatan 1x3 bulan ke lembaga

8. Motivator dan membantu pendamping bila mengalami hambata dalam

pelaksanaan di lapangan

9. Membuat dan mengajukan program yang inovatif ke lembaga

10. Menerima laporan pelaksanaan kegiatan dari setiap koordinator Ester Hutabarat, A.KS

Direktur

Tina Estheria, Amd Bendahara

(15)

11. Mengadakan koordinasi program untuk tingkat kelurahan dan kecamatan

12. Melakukan evaluasi dan pengadaan staff.

Koordinator :

1. Mengkoordinir staff dalam melaksanakan kegiatan pendamping di lapangan

2. Membuat draft dan rencana kerja bersama staff

3. Bertanggung jawab dalam setiap kegiatan yang dilakukan staff

4. Membuat laporan kegiatan setiap satu kali sebulan yang diserahkan kepada

program manager

5. Berkoordinasi dengan program manager stiap kegiatan pengembangan kegiatan

yang dilakukan

6. Membuat staff mengkoordinir kegiatan

7. Memimpin pertemuan koordinasi denga staff secara berkala

8. Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait

9. Mengkoordinir pengiriman atau pembuat laporan

10. Membuat rencana kerja (activity) selama sebulan.

Staff :

1. Membuat rincian dan jadwal pelaksanaan kegiatan selama setiap bulan dan

menyerahkan kepada koordinator

2. Memobilisasi masyarakat pada setiap kegiatan

3. Memfasilitasi pertemuan dengan dampingan

(16)

Keuangan dan kasir :

1. Membuat rencana anggaran serta rencana penggunaannya untuk menunjang

kelancaran lembaga

2. Menyelenggarakan dan mengkoordinir kegiatan pembukuan sesuai dengan

prinsip-prinsip yang berlaku

3. Menyusun dan merumuskan anggaran pembiayaan kesekretariatan, personalia,

program kgiatan lainnya

4. Melakukan pencatatan penerimaan dan pengeluaran

5. Membuat laporan secara berkala

Administrasi :

1. Melakukan pengaturan, pengelolaan surat menyurat meliputi pemprosesan surat

masuk dan surat keluar, penyusunan konsep surat keluar, pengetikan dan pengadaan

surat, pengaturan dan administrasi arsip dan pengaturan distribusi surat

2. Melakukan pengumpulan, pencatatan, penyusunan dan pemeliharaan dokumen

lembaga, bahan yang berkenaan dengan tata internal dan eksternal lembaga

3. Mengatur penyelenggaraan pendistribusian dokumen dan informasi yang perlu

disampaikan kepada seluruh anggota

4. Mengatur pengelolaan perpustakaan Yakmi

5. Melakukan koordinasi dengan badan pelaksanaan lainnya untuk meningkatkan

pengelolaan kesekretariatan dalam mengimplementasikan program dan kegiatan

6. Membantu badan pengurus dan direktur eksekutif dalam melakukan aktifitas

(17)

4.4 Visi dan Misi Lembaga Yakmi

Visi dari lembaga Yakmi adalah :

“Membangun masyarakat secara khusus perempuan dan anak yang berkualitas serta

berpandangan kedepan menuju kemandirian”

Misi dari lembaga Yakmi adalah :

1. Membantu memperbaiki kualitas kesejahteraan perempuan, anak dan

keluarganya

2. Meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu dengan berbagai program

pemberdayaan.

Beberapa program yang dilakukan dalam pendampingan, pembinaan dan

pemberdayaan anak jalanan seperti :

a) Penyelenggaraan taman bacaaan di 3 tempat terletak di komunitas Setia Luhur,

Komunitas PALMA, sanggar anak.

b) Meningkatkan pendidikan anak melalui tutorial belajar, pemberian beasiswa,

(18)

c) Mempersiapkan kemandirian anak melalui program kewirausahaan dan program

life skill.

d) Advokasi hak-hak anak (akses kesehatan, pendampingan anak jalanan korban

kekerasan, fasilitas belajar anak, dll)

e) Pendampingan terhadap orang tua anak jalanan dengan membentuk kelompok

(19)

BAB V ANALISIS DATA

Pada bab ini akan dibahas tentang analisis data dengan menggunakan analisis

tabel tunggal dimana data tersebut diperoleh dari hasil penelitian melalui observasi,

wawancara dan kuesioner. Dalam hal ini data hasil penelitian diperoleh langsung dari

masyarakat di daerah pinggiran rel kereta api Gaperta Kecamatan Medan Helvetia

Kota Medan sebagai respondennya.

Dalam penelitian ini populasi diambil dari seluruh anak jalanan yang

berdomisili di pinggiran rel gaperta Kecamatan Medan Helvetia berjumlah 30 orang

anak. Semua populasi diambil datanya, dengan kata lain penulis melakukan

penelitian sensus. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara:

a) Peneliti melakukan penelitian disaat para anak jalan menerima bantuan

program peningkatan gizi dari YAKMI

b) Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangannya.

c) Memberikan pengarahan dan menjelaskan tujuan diadakan pengisian angket

dan cara-cara pengisian angket tersebut.

d) Menyebarkan angket kepada anak jalanan penerima bantuan dan sekaligus

menyampaikan batas waktu untuk pengisian angket selama 30 menit.

e) Peneliti menjelaskan butir-butir soal yang akan diisi oleh anak jalanan

penerima bantuan sebagai sumber data.

f) Sesuai dengan waktu yang telah disepakati, peneliti menarik kembali angket

yang telah diisi untuk dianalisa dan dipersiapkan untuk pengolahan data.

(20)

Pembahasan data dalam penelitian ini dilakukan penulis dengan membagi dua

sub bab, agar penelitian tersebut tersusun secara sistematis, yaitu:

1. Analisis identitas responden, meliputi jenis kelamin, agama, umur, dan

pendidikan responden.

2. Analisis data pembahasan, meliputi Respon Penerima Bantuan Program

Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) Oleh Lembaga Kesejahteraan

Masyarakat Indonesia (YAKMI) Di Daerah Pinggir Rel Gaperta Kecamatan Medan

Helvetia Kota Medan

5.1 Analisis Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat daerah pinggir rel Gaperta

Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan yang berjumlah 30 orang. Peneliti

mengambil seluruh responden yang mengetahui program Pelayanan Kesejahteraan

Sosial Anak (PKSA) yang berupa pemberian bantuan untuk peningkatan gizi,

kemudian diberikan angket untuk mengukur respon masyarakat terhadap program

tersebut.

Berikut ini adalah karakteristik umum dari responden yang diklasifikasikan

bedasarkan jenis kelamin, agama, umur, dan pendidikan.

5.1.1 Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin tidak menjadi hal yang membedakan seluruh

penerima bantuan peningkatan gizi oleh YAKMI. Data distribusi responden

(21)

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1

Dalam penelitian ini baik laki-laki atau perempuan dapat dijadikan sampel

asalkan mereka menerima bantuan peningkatan gizi yang dilaksanakan oleh

YAKMI. Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat kita lihat bahwa jumlah responden

laki-laki lebih banyak dibandingkan responden perempuan. Hal ini bisa dilihat dari

persentase diatas dimana jumlah persentase responden perempuan sebanyak 14 orang

(47%), sedangkan jumlah persentase responden laki-laki sebanyak 16 orang (53%).

5.1.2 Agama

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian mengenai agama responden

yaitu seluruh responden menganut agama Kristen Protestan yaitu sejumlah 30 orang

(100%). Daerah pinggri rel gaperta merupakan dearah yang masyarakatnya dominan

beragama Kristen sehingga seluruh responden beragama keristen. Hasil pengamatan

bahwa walaupun mayoritas masyarakat beragama Kristen Protestan, namun

kerukunan antar umat beragama tetap terjalin dengan baik dan setiap responden tetap

saling menghargai dan menghormati agama lain tanpa diskriminasi. Berdasarkan

pengamatan peneliti, terdapat 4 gereja dan 1 mesjid di daerah pinggir rel gaperta.

(22)

usia responden yaitu berusia 0-18 tahun. Data distribusi responden

berdasarkan usia/umur disajikan dalam tabel 5.2 berikut ini:

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Usia/Umur

No Usia/Umur Frekuensi Persentase(%)

1 0-6 Tahun 0 0

2 7-12 Tahun 12 40

3 13-18 Tahun 18 60

Jumlah 30 100

Sumber: Kuesioner 2016

Berdasarkan mayoritas usia/umur responden dalam penelitian ini adalah

13-18 Tahun (60%), sedangkan responden yang berusia diantara 7-12 Tahun berjumlah

12 orang responden (40%). Persentase yang ada menunjukan usia responden sesuai

dengan kriteria penerima bantuan. Dengan komposisi umur diatas responden

diharapkan dapat atau mampu memberikan informasi lebih akurat seperti yang

(23)

5.1.4 Pendidikan

Data distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan

dalam tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sumber: Kuesioner 2016

Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden berada ditingkat

pendidikan SMP sebanyak 17 orang (57%). Sebagian besar responden sudah

memiliki tingkat pendidikan yang bisa dikatakan lumayan baik untuk tingkat

pendidikan. Tingkat pendidikan responden ini juga akan mempengaruhi respon

mereka terhadap pelaksanaan program tersebut.

5.2 Analisis Kualitatif Responden Terhadap Program PKSA

Dari data yang dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara dapat

diketahui respon masyarakat terhadap program PKSA. Analisa terhadap program ini

terbagi atas tiga variabel, yaitu persepsi yang terdiri dari pengetahuan dan

pemahaman tentang apa, bagaimana, dan manfaat program PKSA. Sikap terdiri dari

penilaian dan tanggapan masyarakat tentang program PKSA, dan partisipasi

masyarakat yang berisi keterlibatan masyarakat terhadap program PKSA.

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 SD 9 30

2 SMP 17 57

3 SMA/SMK 4 13

(24)

5.2.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program PKSA

Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Persepsi Masyarakat di daerah pinggir rel kereta api gaperta adalah suatu proses

kognitif yang menghasilkan suatu pemahaman tentang program PKSA yang akan

disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pernah atau Tidaknya Mendengar Program PKSA Sebelumnya

No Katagori Frekuensi Persentase (%)

1 Pernah 17 57

2 Tidak Pernah 13 43

Jumlah 30 100

Sumber: Kuesioner 2015

Tabel 5.4 diatas menjelaskan pengetahuan responden berdasarkan pernah atau

tidaknya mendengar program PKSA sebelumnya. Berdasarkan jawaban responden,

sebanyak 17 orang responden (57%) mengetahui tentang adanya pelaksanaan

program PKSA sebelumnya. Akan tetapi ada 13 responden (43%) yang menjawab

tidak pernah mendengar program PKSA dan belum terlalu mengerti tentang

pelaksanaan dan manfaat program PKSA. Adapun yang mengakibatkan responden

tidak pernah mendengar tentang program ini diakibatkan oleh responden yang kerap

bekerja sebagai pemulung dan jarang memperoleh informasi dari tetangga-tetangga.

”aku setiap pulang sekolah sampe sore bekerja sebagai pemulung, bang. Jadi ga

(25)

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Perolehan Informasi Program PKSA

No Katagori Frekuensi Persentase (%)

1 YAKMI 17 57

2 Tetangga 0 0

3 Tidak Tahu 13 43

Jumlah 30 100

Sumber: Kuesioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.5 dapat diketahui sumber

informasi yang diperoleh oleh responden mengenai program PKSA. Pada tabel

tersebut dapat diketahui bahwa informasi yang paling banyak didapat oleh responden

adalah dari YAKMI, hal tersebut dapat dilihat dari 17 orang responden (57%) yang

menjawab sumber informasinya adalah YAKMI. Responden banyak mengetahui

informasi PKSA dari penyuluhan yang dilakukan oleh YAKMI di daerah pinggir rel

kereta api gaperta. Selanjutnya, 13 orang responden (43%) menjawab tidak pernah

mendengar program PKSA ini sebelumnya karena mereka sibuk bekerja mencari

(26)

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Program PKSA No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Tahu 16 53

2 Kurang Tahu 0 0

3 Tidak Tahu 14 47

Jumlah 22 100

Sumber: Kuesioner 2015

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden 16

orang (53%) sudah mengetahui adanya program PKSA. Responden yang mengetahui

adanya program PKSA adalah responden yang memperoleh informasi yang cukup

dengan rutin menghadiri pengenalan program yang dilakukan oleh YAKMI.

Bedasarkan wawancara peneliti kepada salah satu responden yang bernama Daniel

(12 Tahun) mengungkapkan bahwa ”saya tahu ada penerimaan bantuan gizi yang

berupa pembagian susu dari YAKMI yang dating kerumah kami”, dan 14 orang sisa

dari responden (47%) tidak tahu mengenai program tersebut disebabkan oleh

kesibukan pekerjaan memulung dan bersekolah yang membuat mereka tidak dapat

mengikuti pengenalan program PKSA untuk pertama kalinya. Wawancara yang

dilakukan peneliti kepada Monica Juniati Tarigan (17 Tahun) yang mengatakan

bahwa “saya tidak datang ketika sosialisasi tentang program ini karena saya sibuk

(27)

Tabel 5.7

Distribusi Responden Tentang Tujuan Diadakan Program PKSA No Katagori Frekuensi Persentase (%)

1 Tahu 22 73

2 Kurang Tahu 6 20

3 Tidak Tahu 2 7

Jumlah 30 100

Sumber: Kuesioner 2016

Tabel 5.7 diatas menggambarkan pengetahuan responden mengenai tujuan

program PKSA. Sebagian besar dari jumlah responden sudah mengetahui apa tujuan

dari program PKSA yang dilaksanakan oleh YAKMI. Responden yang tahu

mengenai tujuan diadakannya program PKSA didaerah mereka kebanyakan sudah

mendengar sosialisasi program tersebut. Sebanyak 22 orang responden (73%)

menjawab mengerti akan tujuan dari program ini. 6 orang responden (20%)

menjawab kurang tahu dan 2 orang responden (7%) menjawab tidak tahu untuk apa

sebenarnya tujuan dari program PKSA dilaksanakan di daerah tempat tinggal

mereka. Tujuan dari program PKSA adalah meningkatkan gizi supaya sehat dan

tidak sakit karena kami diberikan susu, bubur kacang hijau, gula merah dan gula

(28)

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Diadakan Program PKSA

No Katagori Frekuensi Persentase (%)

1 Tahu 23 77

2 Kurang Tahu 5 16

3 Tidak Tahu 2 7

Jumlah 30 100

Sumber: Kuesioner 2016

Dari tabel 5.8 dapat dilihat bahwa responden sudah banyak yang mengerti

apa manfaat program PKSA bagi mereka. Sebanyak 23 orang responden (77%)

menjawab tahu apa manfaat diadakannya program PKSA didaerah pinggir rel kereta

api gaperta. Menurut Ester Purba (15 Tahun), manfaat dari program PKSA adalah

semenjak rutin dikasih susu,bubur kacang ijo,gula aku jadi makin sehat bang, jadi

semangat belajar disekolah”. Sebanyak 5 orang responden (16%) menjawab kurang

tahu akan manfaat diadakan program ini karena para responden jarang mengikuti

sosialisasi dan penyuluhan mengenai program PKSA. Sisanya 2 orang responden

(7%) menjawab tidak tahu sama sekali mengenai manfaat program ini karena tidak

pernah menghadiri sosialisasi yang diadakan oleh YAKMI. Pengetahuan masyarakat

mengenai manfaat program ini berpengaruh pula pada keikutsertaan mereka dalam

pelaksanaan program. Jika masyarakat semakin tahu mengenai manfaat dari program

yang diadakan oleh YAKMI maka masyarakat semakin aktif dan antusias untuk

(29)

5.2.2 Sikap Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program PKSA

Pengukuran berikutnya yang berkenaan dengan respon masyarakat terhadap

program PKSA di daerah pinggiran rel kereta api Gaperta adalah melalui sikap

masyarakat. Sikap pada dasarnya adalah tendensi kita terhadap sesuatu. Sikap adalah

rasa suka/tidak suka kita atas sesuatu. Sikap penting sekali karena ia mempengaruhi

tindakan. Perilaku seseorang juga sering ditentukan oleh sikap mereka

(Severin&Tankard, 2008:177). Pengukuran suatu program melalui sikap masyarakat

dapat melalui beberapa bagian, seperti yang diuraikan pada hasil penelitian berikut.

Tabel 5.9

Distribusi Responden Tentang Setuju atau Tidak Program PKSA dilaksanakan No Katagori Frekuensi Persentase (%)

1 Setuju 27 90

2 Kurang Setuju 3 10

3 Tidak Setuju 0 0

Jumlah 30 100

Kuisioner 2016

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, responden sebagian besar setuju

ddiadakannya program PKSA di daerah mereka tinggal karena program ini

membantu mereka dalam pemenuhan gizi anak. Sebanyak 27 orang responden (90%)

menyatakan setuju dan sisanya sebanyak 3 orang responden (10%) mengatakan

kurang setuju diadakan program tersebut. Sebagian besar responden antusias dengan

program ini sehingga menjawab setuju diadakan program ini didaerah mereka. Ini

merupakan pengungkapan sikap yang baik, yakni karena adanya penilaian warga

(30)

program yang dilakukan. Warga pada umumnya akan merasa senang dan terbuka

apabila mendapatkan manfaat dari program ini.

Tabel 5.10

Distribusi Mengenai Tanggapan Responden Terhadap Pelaksanaan Program PKSA

No Katagori Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 25 83

2 Kurang Baik 5 17

3 Tidak Baik 0 0

Jumlah 30 100

Sumber: Kuesioner 2016

Secara umum apabila masyarakat daerah pinggir rel kereta api bersikap

positif terhadap pelaksanaan program PKSA, maka mereka akan menyukai program

dan bersedia untuk terlibat aktif, tetapi jika masyarakat bersifat negatif terhadap

program tersebut maka mereka tidak akan menyukai program dan mungkin tidak

akan mau terlibat.

Seperti dapat dilihat pada tabel 5.10 diatas, sebanyak 25 orang responden

(83%) menganggap pelaksanaan program PKSA sudah baik, seorang responden yaitu

Mario Purba (15 Tahun) menjawab: ”Pelaksanaan program PKSA didaerah ini

sudah baik karena YAKMI fokus memberikan bantuan dalam peningkatan gizi”,

namun 5 orang responden (17 tahun) mengatakan bahwa pemberian bantuan dalam

bentuk gizi kurang baik karena jumlah gizi yang diberikan(dalam bentuk

(31)

Tabel 5.11

Distribusi Responden Tentang Membantu atau Tidak Program PKSA Dalam Meningkatkan Gizi

No Katagori Frekuensi Persentase (%)

1 Membantu 27 90

2 Kurang Membantu 3 10

3 Tidak membantu 0 0

Jumlah 30 100

Sumber: Kuesioner 2016

Tabel 5.11 diatas menjelaskan tentang membantu atau tidaknya program

PKSA didaerah mereka, 3 orang responden (10%) menjawab kurang membantu dan

kurang menerima manfaat “kami juga butuh uang buat bantuan pendidikan

sebenarnya bang, engga cukup hanya susu dan gula saja”. Ujar Samuel (13 Tahun)

Disisi lain ada juga 27 orang responden (90%) yang menganggap program

ini membantu bagi mereka, “bantuan yang diberikan sama YAKMI sangat membantu

buat kami, kalau ga dari YAKMI pasti kami ga minum susu dan makan makanan

yang bergizi secara rutin”, Jelas Rio Rezky Op.Sungguh (13 Tahun) kepada peneliti.

Tabel 5.12

Distribusi Harapan Responden Mengenai Kelanjutan Program PKSA No Katagori Frekuensi Persentase (%)

1 Mengharapkan 26 87

2 Kurang Mengharapkan 3 10

3 Tidak Mengharapkan 1 3

(32)

Berdasarkan tabel 5.12 menyatakan bahwa 26 orang responden (87%)

mengharapkan program PKSA tetap berlanjut di daerah mereka karena masyarakat

berharap dengan adanya program ini dapat membantu dalam meningkatkan

kebutuhan gizi bagi anak-anak didaerah pinggiran rel kereta api. Sebanyak 3 orang

responden (10%) menjawab kurang mengharapkan dan 1 orang responden (3%)

menjawab tidak mengharapkan program ini karena mereka juga membutuhkan

bantuan berupa uang tetapi YAKMI hanya memberikan bantuan berupa susu, kacang

hijau, gula merah dan gula putih saja.

Program PKSA merupakan program yang ditujukan kepada masyarakat

yang kurang mampu dan bertujuan untuk meningkatkan gizi bagi anak-anak didaerah

pinggiran rel kereta api Gaperta Kecamatan Helvetia Kota Medan. Harapan

masyarakat agar program ini berlanjut dan masyarakat didaeah pinggiran rel dapat

memproleh gizi yang sesuai dengan kebutuhan.

Tabel 5.13

Distribusi Pengaruh Program PKSA Dalam Peningkatan Gizi Anak No Katagori Frekuensi Persentase (%)

1 Berpengaruh 20 67

2 Kurang Berpengaruh 6 20

3 Tidak Berpengaruh 4 13

Jumlah 30 100

Sumber: Kuesioner 2016

Dari hasil kuesioner diperoleh bahwa 20 orang responden (67%)

menyatakan bprogram PKSA membawa pengaruh yang baik dalam peningkatan gizi

(33)

Selain itu 6 orang responden (20%) mengatak program PKSA kurang berpengaruh

dalam peningkatan gizi anak, bahkan ada 4 orang responden (13%) menyatakan

program ini tidak berpengaruh sama sekali dalam peningkatan gizi.

Tabel 5.14

Distribusi Responden Terhadap Kesesuaian Program Dengan Kebutuhan Masyarakat

No Katagori Frekuensi Persentase (%)

1 Berpengaruh 24 80

2 Kurang Berpengaruh 3 10

3 Tidak Berpengaruh 3 10

Jumlah 30 100

Sumber: Kuesioner 2016

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan mengatakan bahwa sebanyak 24

orang responden (80%) mengatakan bahwa program PKSA melalui peningkatan gizi

anak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Faktor ekonomi dan kemiskinan

menyebankan orangtua tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi anak-anak secara baik

dan tercukupi. Dengan adanya bantuan ini setiap anak-anak memperoleh asupan gizi

yang baik melalui pemberian batuan susu dan makanan bergizi lainnya secara teratur

dan rutin. Sebanyak 3 orang responden (10%) menjawab program ini kurang sesuai

dengan kebutuhan masyarakat bahkan ada 3 orang (10%) menjawab tidak sesuai

dengan kebutuhan masyarakat. Responden mengatakan bahwa bantuan tersebut tidak

(34)

Tabel 5.15

Distribusi Pengaruh Program PKSA Dalam Peningkatan Gizi Anak No Katagori Frekuensi Persentase (%)

1 Iya 23 77

2 Tidak 7 23

Jumlah 30 100

Sumber: Kuesioner 2016

Berdasarkan data tabel diatas dijabarkan bahwa sebanyak 23 orang

responden (77%) mengatakan bahwa bantuan yang diberikan oleh YAKMI

digunakan untuk konsusmsi sendiri. Mereka menjawab bahwa susu dan makanan

bergizi lainnya langsung dikonsumsi oleh anak-anak. Sebelumnya anak-anak tidak

pernah rutin mengkonsusmsi susu namun setelah ada bantuan ini anak-anak dapat

rutin mengkonsumsi susu. namun pada kenyataannya ada sebanyak 7 orang

responden (23%) menjawab bahwa bantuan tersebut dijual kepada tetangga dan tidak

dikonsumsi secara pribadi. Mereka mengatakan bahwa kesulitan ekonomi yang

menyebabkan mereka menjual bantuan tersebut dan mereka merasa tidak terlalu

mebutuhkan asupan gizi melaui susu dan makanan lain yang melalui bantuan

program dari YAKMI.

5.2.3 Partisipasi Masyarakat Terhadap Program PKSA

Partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses yang ada dalam

masyarakat, pemilihan dan pengambilan tentang alternatif solusi untuk menangani

(35)

tersebut sama dengan peran serta. Peran serta merupakan proses komunikasi dua arah

yang dilakukan terus menerus guna meningkatkan pengertian masyarakat atas suatu

proses dimana masalah-masalah dan kebutuhan lingkungan sedang dianalisa oleh

badan yang bertanggung jawab.

Partisipasi masyarakat terhadap program PKSA dapat dilihat dari keterlibatan

responden dalam sosialisasi, intensitas menghadiri rapat, dan keterlibatan dalam

pelaksanaan program. Hasil penelitian dari partisipasi responden terhadap program

PKSA diuraikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.16

Distribusi Responden Tentang Pernah atau Tidaknya Dilaksanakan Sosialisasi Mengenai Program PKSA

No Katagori Frekuensi Persentase (%)

1 Pernah 23 77

2 Tidak Pernah 7 23

Jumlah 30 100

Sumber: Kuesioner 2016

Sebelum program PKSA dilaksanakan di pinggiran rel kereta api Gaperta,

Lembaga YAKMI yang telah dipercaya pemerintah melakukan sosialisasi di rumah

warga yang sudah ditentukan sebelumnya. Sosialisasi ini bertujuan untuk

memberikan gambaran dari program PKSA, seperti apa kegiatan-kegiatan

dilaksanakan, dan tujuan dilaksanakannya PKSA itu sendiri. Hasil dari kuesioner

menyatakan bahwa 23 orang responden (77%) menjawab YAKMI pernah melakukan

sosalisasi di daerah mereka dan sebanyak 7 orang responden (23%) menjawab tidak

(36)

Tabel 5.17

Distribusi Keaktifan Responden Dalam Menghadiri Kegiatan Sosialisasi Program PKSA

No Katagori Frekuensi Persentase (%)

1 Pernah Hadir 24 80

2 Tidak Pernah Hadir 6 20

Jumlah 30 100

Sumber: Kuesioner 2016

Data diatas merupakan keaktifan responden dalam kedatangan dan

keikutsertaan dalam sosialisasi yang dilakukan oleh YAKMI. Dari tabel 5.15 diatas

terlihat bahwa 24 orang responden (80%) pernah hadir pada setiap pertemuan

sosialisasi tentang program PKSA yang dilakukan oleh YAKMI, sedangkan yang

tidak pernah hadir pada setiap pertemuan sosialisasi program PKSA ada sebanyak 6

orang responden (20%). Masyarakat sekitar daerah pinggir rel umumnya bekerja

sebagai pemulung, alasan inilah yang menyebabkan 6 orang responden menjawab

tidak pernah menghadiri kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh YAKMI. Meskipun

ada yang tidak menghadiri kegiatan sosialisasi namun mereka juga menerima

bantuan berupa susu, kacang hijau, dan gula karena mereka sesuai criteria yang telah

(37)

Tabel 5.18

Distribusi Mengenai Banyaknya Kehadiran Responden Dalam Kegiatan Penyuluhan Program PKSA

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Lebih Dari Satu Kali 15 50

2 Sekali 10 33

3 Tidak Hadir 5 17

Jumlah 22 100

Sumber: Kuesioner 2016

Dari hasil kuesioner yang telah disebarkan, tabel 5.14 mengungkapkan ada

sebanyak 15 responden (50%) menjawab hadir lebih dari satu kali dalam kegiatan

penyuluhan yang diadakan oleh pihak YAKMI. Sedangkan sebanyak 10 orang

responden (33%) menyatakan hadir sekali saja dalam kegiatan penyuluhan program

PKSA, responden yang hadir sekali saja disebabkan oleh kegiatan sekolah dan

kegiatan memulung dijalanan. 5 orang responden (17%) menjawab tidak hadir ke

dalam penyuluhan program tersebut karena lebih memilih bekerja dan tidak mau

meninggalkan kegiatan memulung dijalanan. Kegiatan penyuluhan program PKSA

ini bertujuan agar masyarakat mengetahui tujuan, manfaat dan bagaimana kegiatan

ini dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat disekitaran daerah pinggir rel

(38)

Tabel 5.19

Distribusi Responden Terhadap Penyediaan KTP No Kategori Frekuensi Persentase

1 Menyediakan 20 67

2 Tidak Menyediakan 10 33

Jumlah 30 100

Sumber: Kuesioner 2016

Kartu Tanda Penduduk (KTP) merupakan salah satu syarat yang tentuk an

oleh YAKMI bagi masyarakat sekitaran daerah pinggir rel gaperta agar dapat

memperoleh bantuan PKSA. Masyarakat yang berpartisipasi dalam menyediakan

KTP aada sebanyak 20 orang responden (67%) sedangkan yang tidak berpartisipasi

dalam menyediakan KTP ada sebanyak 10 orang responden 33%). Dalam hasil

wawancara mengatakan ada sebagian warga yang tidak mengurus KTP dan tidak

(39)

Tabel 5.20

Distribusi Responden Terhadap Ketersediaan Dalam Pembukaan Rekening No Kategori Frekuensi Persentase

1 Menyediakan 25 83

2 Tidak Menyediakan 5 17

Jumlah 30 100

Sumber: Kuesioner 2016

Pembukaan buku rekening untuk tiap anak merupakan suatu syarat untuk

pencairan dana bantuan yang akan dicairkan oleh YAKMI sebagai pelaksana

program PKSA. Pembukaan buku rekening anak-anak peserta program dibantu dan

dimbimbing oleh pekerja sosial. Setiap anak diwajibkan untuk memiliki buku

rekening sebelum dana dicairkan pada sasaran program. Oleh karena itu,

ketersediaan peserta program untuk membuka buku rekening sangat diperlukan agar

program dapat terlaksana dengan baik.Masyarakat yang berpartisipasi dalam

pembukaan buku rekening ada sebanyak 25 orang responden (83%) sedangkan yang

tidak berpartisipasi dalam penyediaan buku rekening sebanyak 5 orang responden

17%). Dalam hasil wawancara mengatakan ada sebagian warga yang tidak

berpartisipasi dalam pembukaan buku rekening sehingga tidak dapat melengkapi

(40)

5.3 Analisis Data Kuantitafif Terhadap Program PKSA

Setelah hasil respon penerima bantuan PKSA di daerah pinggir rel kereta api

Gaperta terhadap program PKSA telah dianalisis dari kuesioner yang telah

dibagikan, maka pada bagian ini variabel yang sama akan dianalisis secara kuantitatif

melalui pemberian skor dengan menggunakan skala likert. Pemberian skor data

dilakukan mulai dari respon negatif, respon netral, dan respon positif, yakni:

1. Skor Tidak Tahu (negatif) adalah -1

2. Skor Kurang Tahu (netral) adalah 0

3. Skor Tahu (positif) adalah 1

Untuk mendapatkan hasil respon terhadap program PKSA oleh YAKMI,

dilakukan melalui pemberian skor berdasarkan tiga variabel yaitu persepsi, sikap,

dan partisipasi. Dari jawaban responden yang telah dianalisis kemudian dapat

diklasifikasikan apakah persepsi, sikap, dan partisipasinya negatif, netral atau positif

dengan menentukan interval kelas seperti yang dijelaskan dibawah ini:

= 0,66

Menentukan katagori respon positif, netral maupun respon negatif dengan

adanya nilai batasan sebagai berikut :

a. -1,00 sampai dengan 0,33 = respon negatif

b. -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral

(41)

5.3.1 Persepsi Penerima Bantuan Peningkatan Gizi Terhadap Program PKSA

Pemberian skor variabel persepsi terhadap program PKSA ini

merupakan variabel awal dalam mengukur respon. Hasil skor variabel

persepsi (V1) merupakan hasil rata-rata Σ skor variabel persepsi : (hasil

jumlah sub variabel dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel persepsi

ada 5 sub variabel (lihat lampiran). Sehingga rata-rata V1 = Σ skor variabel : (

5 x 30 ). Untuk mengetahui apakah persepsi masyarakat tersebut termasuk

respon positif atau negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai

1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan nilai -1 untuk respon

negatif, lalu dibagi dengan jumlah total responden.

Hasil akhir dapat dilihat apakah persepsi positif atau negatif dengan

adanya batasan nilai pada skala likert, yaitu sebagai berikut:

= 51 : (5 x 30 )

= 51 : 150

= 0,34

Keterangan :

Σ skor variabel persepsi = 51

Jumlah sub variabel persepsi = 5

Jumlah responden = 30

Hasil skor variabel persepsi (V1) = 0,34

(Persepsi positif yaitu 0,34 karena berada diantara 0,33 sampai 1)

Berdasarkan hasil skala likert tersebut, dapat diketahui bahwa

(42)

YAKMI kepada warga daerah pinggiran rel kereta api Gaperta Kecamatan

Helvetia Kota Medan.

5.3.2 Sikap Penerima Bantuan Peningkatan Gizi Terhadap Program PKSA

Pemberian skor variabel sikap terhadap program ini merupakan variabel kedua dalam mengukur respon. Hasil skor variabel sikap (V2)

merupakan hasil rata-rata Σ skor variabel sikap : (hasil sub variabel sikap

dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel sikap ada 7 sub variabel (lihat

lampiran). Sehingga rata-rata V2 = Σ skor variabel : ( 7 x 30 ). Untuk

mengetahui apakah sikap responden tersebut termasuk respon positif atau

negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai 1 pada respon

positif, nilai 0 untuk respon netral, dan -1 untuk respon negatif, lalu dibagi

dengan jumlah total responden.

Hasil akhir dapat dilihat apakah sikap positif atau negatif dengan

adanya batasan nilai pada skala likert, yaitu sebagai berikut:

= 146 : ( 7 x 30 )

= 146 : 210

= 0,69

Keterangan:

Σ skor variabel sikap = 146

Jumlah sub variabel sikap = 7

Jumlah responden = 30

Hasil skor variabel sikap (V2) = 0,69

(43)

Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa

responden memiliki sifat positif karena responden setuju dengan

dilaksanakannya program PKSA dan mengharapkan program tersebut tetap

berjalan dan bermafaat bagi mereka.

5.3.3 Partisipasi Penerima Bantuan Peningkatan Gizi Terhadap Program PKSA

Pemberian skor variabel partisipasi terhadap program ini merupakan

variabel ketiga dalam mengukur respon. Hasil skor variabel partisipasi (V3)

merupakan hasil rata-rata Σ skor variabel partisipasi : (hasil sub variabel

partisipasi dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel partisipasi ada 5

sub variabel (lihat lampiran). Sehingga rata-rata V3 = Σ skor variabel : ( 5 x

30 ). Untuk mengetahui apakah partisipasi responden tersebut termasuk

respon positif atau negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai

1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan -1 untuk respon negatif,

lalu dibagi dengan jumlah total responden.

Hasil akhir dapat dilihat apakah partisipasi positif atau negatif dengan

adanya batasan nilai pada skala likert, yaitu sebagai berikut:

= 74 : (5 x 30 ) = 74 : 150

= 0,49

Keterangan:

Σ skor variabel sikap = 74

Jumlah sub variabel sikap = 5

(44)

( Sikap positif yaitu 0,49 karena berada diantara 0,33 sampai 1)

Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa

responden memiliki sifat positif karena responden ikut aktif dalam kegiatan

penyuluhan terkait program PKSA di daerah mereka dan ikut berpartisipasi

dalam mengumpulkan kelengkapan berkas seperti KTP dan membuka buku

rekening.

Jika kuantitatif data dilakukan secara menyeluruh dengan

menggunakan skala likert, maka dapat dilihat rata-rata respon secara

keseluruhan dari penelitian respon penerima bantuan peningkatan gizi oleh

YAKMI Jadi, hasil persepsi + hasil sikap + hasil partisipasi dibagi dengan

banyak kelas yaitu:

=

=

= 0,50

Maka hasil keseluruhan antara persepsi, sikap, partisipasi yaitu 0,50. Karena

berada diantara 0,33 sampai 1, maka respon penerima bantuan peningkatan

gizi adalah positif.

(45)

BAB V1 PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran, yang didapat dari hasil penelitian.

Kesimpulan yang terdapat di bab ini adalah merupakan hasil yang dicapai dari

analisis data dalam penelitian tentang Respon Penerima Bantuan Program Pelayanan

Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) Oleh Lembaga Kesejahteraan Masyarakat

Indonesia (YAKMI) Didaerah Pinggir Rel Gaperta Kecamatan Medan Helvetia Kota

Medan Responden dalam penelitian ini adalah 30 orang yang menerima bantuan

peningkatan gizi oleh yayasan YAKMI

6.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa respon terhadap

pelaksanaan program PKSA dapat dilihat dari tiga variabel yaitu:

1. Persepsi

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa respon memiliki persepsi yang

positif dengan nilai 0,34 Pengukuran persepsi dilihat dari pengetahuan dan

pemahaman responden terhadap program PKSA yang diberikan oleh YAKMI di

daerah pinggir rel kereta api gaperta.

2. Sikap

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa respon memiliki sikap yang

positif dengan nilai 0,69. Pengukuran sikap dilihat dari penilaian dan tanggapan

responden terhadap program PKSA yang setuju dengan dilaksanakannya program

(46)

3. Partisipasi

Berdasarkan hasil analisa data menunjukan responden memiliki partisipasi yang

positif dengan nilai 0,49. Dilihat dari keterlibatan dan keaktifan responden yang baik

dalam pelaksanaan program PKSA tersebut. Keterlibatan dan keaktifan responden

yang baik disebabkan oleh responden yang menginginkan anak-anak didaerah

pinggir rel kereta api memiliki asupan gizi yang baik melalui bantuan yang diberikan

oleh YAKMI.

Maka hasil dari Respon Penerima Bantuan Program PKSA yang dapat dilihat

nilai rata-rata respon masyarakatnya adalah positif dengan nilai 0,50 (berada diantara

0,33 sampai dengan 1)

Pada saat penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa program PKSA

oleh YAKMI yang diberikan kepada anak-anak jalanan dipinggiran rel kereta api

gaperta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anak khususnya dalam hal gizi

anak. Hal ini sudah tercapai dengan baik dilihat dari respon positif dari masyarakat

dalam mengikuti pelaksanaan program yang dibuat oleh YAKMI.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, penulis mengajukan saran yang kiranya

dapat menjadi masukan bagi semua pihak yang membutuhkannya, antara lain:

1. Kepada Masyarakat supaya ikut berpartisipasi lebih aktif lagi dalam

pelaksanaan program PKSA yang dilaksanakan oleh YAKMI di daerah pinggir rel

kereta api Gaperta Kecamatan Helvetia Kota Medan.

(47)

3. Kepada YAKMI kiranya meningkatkan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan

kepada masyarakat mengenai pelaksanaan program PKSA sehingga masyarakat bisa

(48)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon

Respon berasal dari kata response yang berarti jawaban, balasan, atau

tanggapan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, respon adalah berupa tanggapan,

reaksi, dan jawaban. Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami ketika

perangsang tidak ada. Respon juga diartikan sebagai tingkah laku atau sikap yang

berwujud baik ,sebelum pemahaman mendetil,penilaian, pengaruh atau penolakan,

suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Berdasarkan

teori yang dikemukakan oleh Steven M.Caffe, respon dibagi menjadi tiga bagian,

yaitu :

1. Respon Kognitif

Yaitu respon yang berkaitan dengan pengetahuan keterampilan dan informasi dan

informasi seseorang mengenai sesuatu. Teori ini berusaha menjelaskan proses

perubahan sikap dengan mencoba memahami pikiran seseorang dalam merespon

komunikasi persuasif atau bujukan. Teori respon kognitif memperkirkan bahwa

perubahan sikap akan bergantung pada seberapa besar dan apa jenis argumen yang

berlawanan yang muncul. Jika pesan ini menimbulkan argumen kontra yang kuat dan

efektif, maka kemungkinan besar tidak akan terjadi perubahan sikap. Sebaliknya

persuasi dapat dilakukan dengan mengitervensi proses kontra argumen tersebut. Jika

seseorang tidak menemukan argumen yang cukup kuat untuk menentang pesan dan

dia tidak bisa fokus pada pesan saat mendengarkannya, maka kemungkinan besar dia

(49)

2. Respon Afektif

Yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang

terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh

khalayak terhadap sesuatu.

3. Respon Konatif

Yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi

tindakan atau perbuatan. Secara keseluruhan respon individu atau kelompok dapat

dilihat dari tiga tingkatan yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi. Jadi berbicara

mengenai respon tidak terlepas dari pembahasan persepsi, sikap, dan partisipasi.

A. Persepsi merupakan tindakan penilaian terhadap baik buruknya objek

berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari adanya

objek tersebut. Menurut Morgan, King dan Robinson adalah suatu proses

diterimanya suatu rangsangan dengan cara melihat dan mendengar dunia

disekitar kita. Dengan kata lain persepsi dapat juga didefenisikan sebagai

sesuatu yang dialami manusia (Adi, 2000:105).

B. Sikap merupakan ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau

menolak objek yang dipersiapkan. Sikap merupakan kecenderungan atau

kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu jika ia menghadapi

rangsangan. Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon

seseorang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atas

situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi,

mendekati, mengaharapkan suatu objek, atau muncul sikap negatif yakni

menghindari, membenci suatu objek vb(Adi, 2000:178).

(50)

keterlibatan masyarakat secara aktif dan terorganisasikan dalam seluruh

tahapan pembangunan, sejak tahap sosialisasi, persiapan, perencanaan,

pelaksanaan, pemahaman, pengendalian, evaluasi. Pendekatan partisipasi

bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam

pembangunan secara menyeluruh. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku

dalam masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan ini akan

membawa manfaat dan menciptakan pertumbuhan ekonomi didaerah

(Suprapto, 2007:8).

2.2 Anak

2.2.1 Pengertian Anak

Menurut Peraturan Perundang-Undangan tentang Perlindungan dan

Kesejahteraan Anak dalam BAB I bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia

18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Konvensi

Hak Anak (KHA) mendefenisikan “anak” secara umum sebagai manusia yang

umurnya belum mencapai 18 tahun, namun diberikan juga pengakuan terhadap

batasan umur yang berbeda yang mungkin diterapkan dalam perundangan sosial.

Dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 dinyatakan bahwa fakir miskin dan

anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara. Ini merupakan suatu kebijaksanaan pemerintah

dan Negara yang dirumuskan kedalam pengertian bahwa usaha mensejahterahkan

anak didahulukan dari kebijaksanaan kesejahteraan masyarakat lain.Pengertian anak

menurut UUD 1945 memiliki makna bahwa hak-hak yang harus diperoleh anak dari

masyarakat bangsa dan Negara harus diprioritaskan karena kepentingan-kepentingan

(51)

bangsa yang kemudian dapat mensejahterahkan masyrakat Indonesia. Kedudukan

pasal 34 ayat 1 UUD 1945 mengandung kekhususan bahwa pengelompokan

anak-anak yang terkategori sebagai anak-anak terlantar dan kemudian dijadikan objek

pembangunan, pembinaan, pemeliharaan dengan tujuan anak-anak Indonesia akan

dapat menjalani kehidupan yang layak dari suatu kehidupan yang layak dari suatu

kehidupan yang penuh dengan kesejahteraan (Wadong,2000:18).

2.2.2 Kebutuhan Anak

Sebagaimana manusia lainnya, setiap anak memiliki kebutuhan-kebutuhan

dasar yang menuntut untuk dipenuhi sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang

secara sehat dan wajar. Menurut Katz bahwa kebutuhan dasar yang sagat penting

bagi anak adalah adanya hubungan orang tua dan anak yang sehat dimana kebutuhan

anak, seperti perhatian dan kasih sayang yang berkelanjutan, perlindungan,

dorongan, dan pemeliharaaan harus dipenuhi oleh orang tua. Sedangkan Brown dan

Swanson mengatakan bahwa kebutuhan umum anak adalah perlindungan

(keamanan), kasih saying, pendekatan/perhatian dan kesempatan untuk terlibat dalam

pengalaman positif yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan

mental yang sehat. Sementara itu, Huttman dalam Muhifin(Huraera,2003:3) merinci

kebutuhan anak adalah :

1. Kasih sayang orang tua

2. Stabilitas emosional

3. Pengertian dan perhatian

4. Pertumbuhan da kepribadian

5. Dorongan kreatif

(52)

8. Pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal yang sehat dan

memadai

9. Aktivitas rekreasional yang konstruktif dan positif

10.Pemeliharaan, perawatan, dan perlindungan

Untuk menjamin pertumbuhan fisiknya, anak membutuhkan makanan yang

bergizi, pakaian, sanitasi, dan perawatan kesehatan. Semasa kecil, mereka

memerlukan pemeliharaan dan perlindungan dari orang tua sebagai perantara dengan

dunia nyata. Untuk menjamin perkembangan psikis dan sosialnya, anak memerlukan

kasih sayang, pemahaman, suasana kreatif, stimulasi kreatif, aktualisasi diri, dan

pengembangan intelektual. Sejak dini, mereka perlu pendidikan dan sosialisasi dasar,

pengajaran tanggung jawab sosial, peran-peran sosial, dan keterampilan dasar agar

menjadi warga masyarakat yang bermanfaat.

Kegagalan dalam proses pemenuhan kebutuhan dasar tersebut akan

berdampak negative pada pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual, mental,

dan sosial anak. Anak bukan saja akan mengalami kerentanan fisik akibat gizi dan

kualitas kesehatan yang buruk, melainkan juga mengalami hambatan mental, lemah

daya nalar, dan bahkan perilaku-perilaku maladaptive, seperti : autis, nakal, sukar

diatur, yang kelak mendorong mereka menjadi manusia”tidak normal, dan perilaku

kriminal. Pertumbuhan dan kesejateraan fisik, intelektual, emosional, dan sosial anak

akan mengalami hambatan jika :

1. Kekurangan gizi dan tanpa perumahan yang layak

2. Tanpa bimbingan dan asuhan

3. Sakit dan tanpa perawatan medis yang tepat

(53)

6. Tidak memperoleh pengalaman normal yang menumbuhkan perasaan

dicintai, diinginkan, aman, dan bermartabat

7. Terganggu secara emosional karena pertengkaran keluarga yang terus

menerus, perceraian dan mempunyai orang tua yang menderita

gangguan/sakit jiwa.

8. Dieksploitasi, bekerja berlebihan, terpengaruh oleh kondisi yang tidak sehat

dan demoralisasi.

2.2.3 Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Anak

Model kesejahteraan sosial bagi anak secara umun meliputi tiga bagian :

mikro, messo, dan makro. Pada model pelayanan mikro anak dijadikan sasaran

utama pelayanan. Anak-anak yang mengalami luka-luka fisik dan psikis segera

diberikan pertolongan yang bersifat segera, seperti perawatan medis, konseling atau

dalam keadaaan yang sangat membahayakan, anak dipisahkan dari keluarga dari

lingkungan yag mengancam kehidupannya.

Sistem pelayanan yang diberikan, baik pada mikro, messo da makro dapat

berbentuk pelayanan kelembagaan di mana anak mengalami masalah ditempatkan

dalam lembaga (panti). Pelayanan konseling, pendidikan atau rehabilitasi sosial

diberikan secara menetap dalam kurun waktu tertentu. Jika pelayanan bersifat non

kelembagaan, maka beragam jenis pelayanan diberikan di keluarga atau komunitas

dimana anak menetap.

Belakang ini cukup populer sistem pelayanan semi panti yang lebih terbuka

dan tidak kaku. Para pekerja sosial menentukan program kegiatan, pendampingan,

dan berbagai pelayanan dalam rumah singgah, seperti : rumah terbuka untuk

(54)

dan pekerja anak terdapat sistem pelayanan yang dikenal dengan nama locational

based services. Pekerja sosial mendatangi pabrik atau lokasi dimana anak berada dan

memanfaatkan sarana yang ada di sekitarnya sebagai media dan sarana

pertolongannya. Terdapat tujuh strategi pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak,

yaitu :

1. Child Based Services(Layanan berbasis anak).

Strategi ini menempatkan anak sebagai basis penerimaan pelayanan.

Anak-anak yang mengalami luka-luka fisik dan psikis perlu segera diberikan

pertolongan yang bersifat krisis, baik perawatan medis, konseling, atau dalam

keadaan tertentu anak dipisahkan dari keluarga yang mengancam dan

membahayakan kehidupannya.

2. Institusional Based Services(Layanan berbasis lembaga)

Anak yang mengalami masalah ditempatkan dalam lembaga/panti. Pelayanan

yang diberikan meliputi fasilitas tinggal menetap, pemenuhan kebutuhan

dasar, perlindungan, pendidikan dan pelatihan keterampilan, serta program

rehabilitasi sosial lainnya.

3. Family Based Services(Layanan berbasis keluarga)

Keluarga dijadikan sasaran dan medium utama pelayanan. Pelayanan ini

diarahkan pada pembentukan dan pembinaan keluarga agar memiliki

kemampuan ekonomi, psikologis, dan sosial dalam menumbuhkembangkan

anak, sehingga mampu memecahkan masalahnya sendiri dan menolak

pengaruh negatif yang merugikan dan membahayakan anak. Keluarga sebagai

satu kesatuan diperkuat secara utuh dan harmonis dalam memenuhi

(55)

4. Community Based Service(Layanan berbasis masyarakat)

Strategi yang menggunakan masyarakat sebagai pusat penanganan ini

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat

agar ikut aktif dalam menangani permasalahan anak. Para pekerja sosial

datang secara periodik ke masyarakat untuk merancang da melaksanakan

program pengembangan masyarakat, bimbingan dan penyuluhan, terapi

sosial, kampanye sosial, aksi sosial, serta penyediaan sarana rekreatif dan

pengisian waktu luang.

5. Location Based Services(layanan berbasis lokasi)

Pelayanan yang diberikan di lokasi anak mengalami masalah. Strategi ini

biasanya diterapkan pada anak jalanan, anak yang bekerja di jalan dan

pekerja anak. Para pekerja sosial mendatangi pabrik atau tempat-tempat

dimana anak berada, dan memanfaatkan sarana yang ada disekitarnya sebagai

fasilitas da media pertolongan. Untuk anak jalanan dan anak yang bekerja di

jalan, strategi ini sering disebut sebagai street based servces (Pelayanan

berbasiskan jalanan).

6. Half Way House Services.(layanan semi panti)

Strategi ini disebut juga strategi semi panti yang lebih terbuka dan tidak kaku.

Strategi ini dapat berbentuk rumah singgah, rumah terbuka untuk berbagai

akivitas, rumah belajar, rumah persinggahan anak dengan keluarganya, rumah

keluarga pengganti, atau tempat anak yang mengembangkan subkultur

tertentu. Para pekerja sosial menentukan program kegiatan, pendampingan,

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden berada ditingkat
Tabel 5.4 diatas menjelaskan pengetahuan responden berdasarkan pernah atau
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut sintesis dari BAB II mengenai kajian teori, telah dijelaskan bahwa pola asuh orang tua merupakan segala perlakuan yang diberikan orang tua dalam

1 NI KETUT YULIASIH, SST., M.Hum I WAYAN BUDIARSA S.Sn., M.Si IbM Pembinaan Tari pelegongan di Bangli SENI TARI FSP IbM 39,000,000 DIPA DIKTI TAHUN MULTI. USULAN BARU, DARI

□ Mengingkari penyakit yang diderita □ Menyalahkan hal-hal diluar dirinya.. Jelaskan

Dari hasil analisis statistik dengan uji Chi Square antara masa kerja dengan temuan retikulosit darah, hubungan masa kerja dengan hemoglobin darah, dan hubungan masa

Dalam root definition keberlanjutan keuangan tersebut di atas, peneliti menilai gambaran yang paling relevan untuk sistem keberlanjutan keuangan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan Core Stability Exercise dan Balance Exercise terhadap

Melakukan tindakan terapi yang sesuai dengan diagnosis pasien Akuntabilita s Nasionalis m Etika publik Komitmen mutu Anti korupsi. Melakukan tindakan terapi yang sesuai dengan

Penelitian ini bertujuan untuk: (i) Menganalisis besamya peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Propinsi Surnatera Barat dalam pembentukan struktur permintaan