• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberlanjutan Keuangan DAn Organisasi Nonpro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Keberlanjutan Keuangan DAn Organisasi Nonpro"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Keberlanjutan Keuangan Organisasi Nonprofit

di Yayasan Pesat Papua

Harry Nenobais

harryestinenobais@gmail.com

ABSTRAK

Organisasi nonprofit yang ingin tetap eksis guna menyediakan layanan dan melakukan program kerjanya harus bisa menyediakan keuangan secara memadai. Seringkali organisasi nonprofit menemukan dirinya pada posisi bertumbuh, namun dalam hal lainnya, seperti program atau infrastrukturnya dilakukan tanpa berpikir panjang melalui peningkatan keuangan secara keberlanjutan. Ketika organisasi nonprofit telah menutup pintu, biasanya yang terjadi bukan karena kekurangan talenta dan orang-orang yang cerdas dalam organisasi, tetapi hal ini lebih dikarenakan mereka tidak dapat memahami secara baik bagaimana menyelesaikan program secara sempurna. Dan pada umumnya hal ini terjadi karena mereka tidak dapat meningkatkan keuangan organisasi. Seringkali ini disebabkan oleh serangkaian keputusan yang meletakkan organisasi kepada posisi yang tidak dapat berkelanjutan secara keuangan. Keberlanjutan keuangan adalah kemampuan organisasi untuk memenuhi biaya program, penambahan staf administrasi atau perluasan ruangan kerja―di luar kehidupan hibah. Upaya yang paling relevan untuk sistem keberlanjutan keuangan adalah melalui upaya pengumpulan dana dari para donatur, usaha-usaha ekonomi yayasan, hasil dari penjualan layanan yayasan, dan bantuan pemerintah yang mampu membiayai kegiatan program-program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja yayasan.

Latar Belakang

Menurut Collins (2005) dalam organisasi nonprofit keuangan merupakan

(2)

Ketika organisasi nonprofit telah menutup pintu, biasanya yang terjadi bukan karena kekurangan talenta dan orang-orang yang cerdas dalam organisasi, tetapi hal ini lebih dikarenakan mereka tidak dapat memahami secara baik bagaimana menyelesaikan program secara sempurna. Dan pada umumnya hal ini terjadi karena mereka tidak dapat meningkatkan keuangan organisasi. Seringkali ini disebabkan oleh serangkaian keputusan yang meletakkan organisasi kepada posisi yang tidak dapat berkelanjutan secara keuangan. Mereka kekurangan modal, mereka memiliki harta yang tidak mudah diuangkan, kekurangan pendapatan yang tidak dibatasi untuk memenuhi biaya operasional organisasi.

Oleh karena itu, menurut Brothers dan Sherman (2012) seringkali organisasi nonprofit menemukan dirinya pada posisi bertumbuh, namun dalam hal lainnya, seperti program atau infrastrukturnya dilakukan tanpa berpikir panjang melalui peningkatan keuangan secara keberlanjutan. Keberlanjutan keuangan adalah kemampuan organisasi untuk memenuhi biaya program, penambahan staf administrasi atau perluasan ruangan kerja―di luar kehidupan hibah (Merson, 2011).

Menurut Brothers dan Sherman (2012) beberapa pertanyaan yang perlu diajukan dalam komponen ini adalah: Pertama, bagaimana dapat memastikan keberlanjutan secara keuangan? Apakah dipahami ketepatan biaya organisasi? Jika peningkatan ini didukung oleh pengumpulan dana, apakah rencana untuk keberlanjutan pengumpulan dana diberhentikan? Kedua, bagaimana rencana yang akan dibagikan untuk peningkatan tersebut dengan staf? Bagaimana mereka melakukannya ke dalam visi organisasi? Mengapa secara khusus ditingkatkan kebutuhan pada poin ini sesuai dengan waktu yang ada? Bagaimana bisa memberikan dukungan terbaik kepada anggota staf yang akan bertanggung jawab dalam implementasi?

(3)

Terakhir tetapi bukan yang terakhir, pertanyaan kesepuluh merupakan jantung pada perubahan manajemen. Semua perubahan, bahkan yang paling positif, yang mendatangkan tingkatan stres. Stakeholder bertanya terhadap adaptasi pada sesuatu yang baru, dan ini hampir selalu menantang. Selanjutnya, sumber daya yang selalu terbatas, dan memilih salah satu pilihan.

Dalam kajian ini, peneliti secara khusus ingin menyoroti bagaimana proses keberlanjutan keuangan melalui pengumpulan dana sehingga yayasan dapat membiayai seluruh kegiatan program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja yang dikaitkan dengan pengembangan kapasitas organisasi pada tahap pengembangan infrastruktur/remaja.

Perngertian dan Pentingnya Keberlanjutan Keuangan

Keberlanjutan keuangan adalah upaya yayasan untuk membiayai seluruh kegiatan program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja melalui upaya pengumpulan dana. Yayasan Pesat sebagai organisasi nonprofit, sama seperti kebanyakan organisasi nonprofit pada umumnya dalam penyediaan keuangan lebih dominan mengandalkan sumbangan dari para donatur. Ini dapat didilihat pada uraian selanjutnya.

(4)

bersumber dari pemerintah (5%) dan sumbangan Ornop (3%), Dan sumber lainnya (11%). Sementara itu dalam beberapa tahun ini, ada kecenderungan aliran hibah itu berkurang. Sebabnya antara lain, situasi dunia yang terus berubah ikut mempengaruhi skala prioritas donator. Karena itu kalangan LSM perlu mulai menggalang dana alternatif, yang bukan sama sekali tidak ada, tetapi kontribusinya masih sangat kecil. Sumber alternatif ini beragam dari sumbangan perorangan sampai penjualan produk dan jasa yang terkait dengan misi lembaga.

Kondisi Keuangan Yayasan Pesat

Untuk Yayasan Pesat Papua berikut ini ditampilkan tabel penerimaan dan pengeluaran keuangan yayasan selama tiga tahun berturut-turut, yaitu pada tahun 2010, 2011, dan 2012.

Tabel 1. Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Yayasan Pesat Papua untuk Tiga Tahun (Tahun 2010, 2011, 2012)

Tahun Penerimaan Pengeluaran Saldo Akhir

2010 Rp. 1.754.405.186,34 Rp. 1.694.677.496,95 Rp.70.444.362,79 2011 Rp. 1.762.577.582,56 Rp. 1.828.197.478,25 Rp. 4.824.467,10 2012 Rp. 2.708.384.304.79 Rp. 2.628.711.567.85 Rp.84.493.205,04 Sumber: Bendahara Yayasan Pesat (2013).

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah penerimaan dan pengeluaran keuangan Yayasan Pesat dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Ini dapat menandakan dua hal, yakni pertama, adanya peningkatan upaya penerimaan keuangan yayasan, dan kedua, kebutuhan pembiayaan operasional yayasan semakin besar. Namun, sumber penerimaan keuangan yayasan tersebut setiap tahunnya masih banyak diperoleh dari sumbangan para donatur, baik secara pribadi maupun lembaga, bukan dari usaha mandiri yayasan, hasil penjualan jasa yayasan maupun dari bantuan pemerintah (lihat lampiran laporan keuangan Yayasan Pesat tahun 2010, 2011, dan 2012).

(5)

yayasan membutuhkan lebih banyak uang untuk mengelola semua hal tersebut. Pada waktu-waktu tertentu bisa saja para donatur menghentikan secara sepihak bantuan yang diberikan selama ini sehingga jika yayasan belum siap pastinya akan menggangu kinerja yayasan dalam merealisasikan program-programnya.

Dari sejumlah penerimaan keuangan yang ada, ternyata yayasan belum mampu membiayai kegiatan program-program yang ada, apalagi untuk penambahan staf, dan upaya memperluas ruang/tempat kerja di yayasan, sehingga akibatnya implementasi beberapa program yang ada, keperluan akan ruangan, dan kebutuhan akan penambahan staf belum bisa dipenuhi secara baik dan mencukupi. Untuk mengatasi hal tersebut, belakangan ini mulai ada kesadaran dan upaya dari pemimpin yayasan untuk mengembangkan pengumpulan dana melalui usaha-usaha ekonomi atau penyertaan modal yayasan dalam usaha, hasil penjualan layanan, dan melalui bantuan pemerintah walaupun dalam proses dan hasilnya belumlah maksimal. Hal ini terungkap dari hasil wawancara dengan PO17 yang telah bekerja selama delapan belas tahun sebagai bendahara yayasan:

“Ya, selama ini sumber keuangan yayasan memang berasal dari donatur, yang saya juga tidak tahu siapa mereka. Tapi saya pikir karena ini proyeknya Tuhan, Tuhan bisa kirim lewat siapa saja yang Dia mau...Ya memang sebaiknya memang ada dana yang jelas ya supaya enggak, ya selama ini kan memang kan saya lihat kan Pak Daniel ya, memang oke-oke saja. Kalau ke depan sekali ya saya juga ndak bisa bicara apa-apa karena belum ada yang mestinya memang ada usaha yang jelas, keuntungannya dibagi, itu lebih bagus menurut saya.”

Upaya pengumpulan dana tersebut perlu dilakukan lagi secara optimal mengingat semakin besarnya kebutuhan yayasan seiring dengan semakin luasnya program dan cakupan daerah yang dilayani otomatis memerlukan biaya yang semakin banyak jumlahnya. Kondisi inipun diakui secara jujur oleh ketua yayasan (PO2), sebagai berikut:

(6)

gunakan untuk mendukung yayasan ini, hingga pelan-pelan sumbangan dari para donatur tidak menjadi lebih besar lagi.”

Pengembangan usaha ekonomi yang dilakukan diharapkan dapat menjadi salah satu sumber penerimaan keuangan yang amat potensial bagi pembiayaan seluruh operasional yayasan, mengingat selama ini keuangan yayasan sebagian besar berasal dari sumbangan para donatur, sebagaimana dikatakan oleh PO1 berikut ini:

“Ya kami terus berusaha bagaimana nantinya keuangan yayasan dapat mencukupi dan mampu membiayai seluruh kegiatan program yayasan penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja di yayasan kami ini. Kami saat ini, eee...bahkan jauh-jauh hari sudah memikirkan bahwa kami tidak bisa terus-menerus mengandalkan sumbangan uang dari para donatur, oleh karena itu kami akan berupaya bagaimana mengumpulkan uang yang cukup, khususnya melalui kegiatan usaha supaya keuntungan dari kegiatan usaha tersebut kami dapat membiayai keseluruhan operasional yayasan ini.”

Menurut pembina melakukan kegiatan usaha untuk membiayai kegiatan program-program yayasan, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja sepertinya telah menjadi prioritas pembina dan pengurus yayasan dalam upaya pengumpulan dana yayasan. Kebijakan pembina di atas tersebut juga didukung oleh PO3 dan PO4 yang mengatakan hal yang hampir sama di bawah ini:

“Sementara yang terakhir ini pengembangan usaha-usaha saja untuk memunculkan sumber-sumber dana yang baru itu saja yang sedang di bangkitkan, dan kami berharap melalui pengembangan usaha ini dapat mencukupi keuangan yayasan.”

“Kalau untuk, iya pengembangan usaha ya berbicara usaha sebenarnya ada kaitan. Mengapa saya bicara ada kaitan yayasan ini kan dari sisi sumber dana, itu kan ada donasi, ada donatur. Nah, donatur-donatur ini kan kadang ada kadang tidak. Nah, kalau kita hanya mengharapkan dari donatur gimana pembiayaan-pembiayaan selanjutnya? Oleh karena itu, dari sisi usaha yang kurang jelas saya sampaikan tadi ya itu ada bunganya. Seharusnya yayasan harus, boleh dikatakan harus ada, berusaha untuk ada satu divisi usaha yang khusus mengelola usaha dalam bentuk apa untuk menopang pelayanan ini.”

(7)

keuangan yayasan belum dapat berjalan dengan optimal, seperti dikemukakan oleh PO7 dan PO12 di bawah ini:

“Kalau masalah pengembangan usaha, kalau pengembangan usaha untuk sekarang ini kurang jelas, untuk saya kurang jelas, karena mengapa? Kalau memang dari yayasan yang mengelola, ketahuan siapa yang mengelolanya, divisinya jelas, tapi, ini kan gak ada. Iya, jadi yang boleh dikatakan sebagai pengelola adalah orang-orang yayasan yang menggunakan fasilitas yayasan untuk berusaha, yaa untuk bisnis mereka. Dan kelebihannya dari keuntungan mereka itu mungkin mereka sisihkan ke yayasan, tapi dari sistim yang ditangani langsung oleh yayasan, sampai saat ini bagi saya gak ada.”

Mengenai pengembangan usaha yang saya lihat pengembangan yang dikelola oleh yayasan itu belum ada justru lebih kepada personal-personal atau individu-individu dari yayasan yang mengembangkan itu jadi kita belum tahu apakah ini punya yayasan atau ini punya pribadi.

Isu dari kedua pernyataan di atas, sebenarnya ingin menjelaskan bahwa upaya pengembangan usaha-usaha yayasan perlu dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen dan organisasi secara modern sehingga pengaturan dan pengelolaannya pun menjadi jelas, dapat dikontrol, mudah dievaluasi, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada semua organ yayasan dan publik secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, karena kalau kegiatan usaha-usaha tersebut terus dikelola secara pribadi-pribadi tanpa melibatkan organ yayasan dan menggunakan fasilitas yayasan nantinya akan sulit dikontrol, dievaluasi, dan dipertanggungjawabkan, sehingga bisa saja apa yang dikuatirkan selama ini oleh publik, dimana pendiri, pengawas, dan pengurus menjadikan yayasan sebagai lahan bisnis untuk mendapatkan keuntungan pribadi terjadi di Yayasan Pesat (Susanto, dkk., 2002; Jordan Van Tuijl, 2009). Untuk hal ini, Warren dan Fees (2006) menyatakan perlu dilakukannya pengendalian internal yang merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi harta organisasi dari kemungkinan penyalahgunaan, memastikan bahwa informasi telah disajikan secara akurat dan memastikan bahwa peraturan telah dipatuhi sebagaimana mestinya.

Karena itu menurut PO12 tentang pengelolaan usaha-usaha baru tersebut, ia memberikan saran sebagai berikut:

(8)

karena dari itu nanti bisa menjadi sumber dana abadi bagi operasional yayasan selanjutnya.”

Upaya pengumpulan dana bagi keuangan yayasan harus dilakukan secara lebih sungguh-sungguh lagi mengingat permintaan terhadap penambahan jumlah staf semakin diperlukan. Penambahan jumlah staf tersebut juga perlu disertai dengan pemberian upah yang layak. Hal ini katakan oleh PO15:

“Untuk tenaga pendidik yang lain itu mungkin yayasan datang secara pribadi, tapi kalau untuk saya pribadi saya melihat kondisi waktu itu sangat emergensi, artinya waktu itu tenaga pendidik kurang saya dengan apa yang saya punya saya merasa terbeban untuk terlibat dalam pendidikan akhirnya saya lewat kepala sekolah SD waktu itu kami bertemu dan konsultasi dan akhirnya saya bisa berada di SD di pendidikan...Yah kalau bilang kata cukup berarti cukup, cuma ada bagi, sesuai dengan peraturan dari pemerintah. Nah itu mungkin kita belum tingkatkan, nah bagi kita karena kita semua tenaga pendidik maupun tenaga volunteer basiknya adalah pengabdian, pelayanan tapi kalau menurut peraturan dari peraturan pemerintah harus memenuhi standar UMR, tapi kita belum mencapai bahkan setengah dari itu kita belum mencapai kalau bisa di tingkatkan.”

Walaupun dasarnya pengabdian dan sukarela ketika bekerja di yayasan, ada harapan dari PO15 untuk memberikan persembahan memenuhi standar UMR yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau minimal setengah dari UMR yang ditetapkan oleh pemerintah daerah Papua. Pernyataan tersebut juga ditegaskan oleh PO10:

“Yaa seharusnya ada, untuk tingkat kesejahteraan itu memang harus dipikirkan sama pembina maupun ketua yayasan agar program-program yayasan ini berjalan dengan baik, khususnya pendidikan ya, pendidikan itu perlu diperhatikan secara saksama mungkin dalam saat-saat ini agar mereka juga mendapatkan pendapatan perbulannya itu sesuai dengan ya paling tidak di sesuaikan dengan UMR lah... Kalau untuk saat ini bagi khususnya tenaga pendidik itu 2 juta-2,5 juta perbulan itu saya rasa sudah sangat pantas.”

Tetapi kedua usulan yang dikemukakan di atas, menurut PO7 perlu ditinjau kembali:

(9)

masuk itu pasti, menurut saya itu harus. Kalau mereka sudah masuk pasti kan mereka sudah siap, siap. Hanya seringkali yang menjadi sebuah persoalan, ketahanan. Ketahanan itu banyak faktor, karena ketidak-nyamanan, karena ketidak-nyamanan itu banyak faktor juga. Karena gak tahan gesekan, gak tahan gosip, gak tahan yah dengan pola kepemimpinan yang ada, ya macem-macem, akhirnya orang itu tidak tahan, tidak damai sejahtera dan sebagainya. Tapi, bagi orang-orang yang sebenarnya kreatif terlepas dari masalah gesekan tadi dan sebagainya, orang itu pasti akan survive. Selain dia menjadi SDM yang handal di yayasan, dia akan menjadi SDM yang handal di tempat lain asalkan dia bisa berbagi waktu. Itu yang terjadi, khusus orang-orang yang kreatif. Sehingga, tidak perlu ada rasa ah, saya gak tahan karena gaji. Tidak. Justru mereka bisa survive di tempat lain dan bisa menjadi berkat di tempat di mana dia bekerja, hal ini khususnya di yayasan.”

Ketika seseorang atau lebih, ingin bekerja di yayasan sebagai salah satu bentuk organisasi nonprofit, seharusnya mereka sudah siap dengan gaji yang tidak sama dengan gaji yang diperoleh ketika bekerja di PNS maupun yang bekerja di swasta karena kompensasi atau gaji yang diberikan oleh organisasi nonprofit biasanya kurang menarik bagi banyak orang. Karena itu, orang-orang yang bekerja di organisasi nonprofit harus siap menghadapi kenyataan ini, mereka harus memiliki daya tahan yang kuat dan kreativitas yang cukup tinggi agar dapat bertahan hidup sebagai staf yayasan.

Namun sebenarnya sebagian besar orang yang bergabung dan bekerja di yayasan yang menjadi motivasi utama ternyata bukanlah karena faktor finansial, melainkan karena mereka ingin membagikan hidupnya kepada orang lain yang membutuhkan, seperti yang diungkapkan oleh PO1 di bawah ini:

(10)

tau kami punya persoalan kami tetap semangat, kami menyediakan contoh buat mereka, bahwa selama kita mengurus orang, yaitu apalagi anak-anak ini, anak-anak didik kita ini, ada kekuatan baru, ada semangat baru, ada ide baru, ada kesukaan baru nah itu yang tidak bisa dicari lewat materi. Nah itu, cara kami maintance istilahnya, kesehatian, mempertahankan visi, semangat mereka mengabdi kepada anak-anak, jadi kami memberi contoh sendiri. Apalagi setelah sekian lama berhasil, ada anak-anak itu yang mereka didik sendiri, jadi ini, jadi itu, misalnya itu semangat tambahan bagi mereka atau energi baru bagi mereka untuk mereka mengabdi.”

Menurut pembina ada dua alasan yang menyebabkan beberapa orang mau bergabung dan bekerja di Yayasan Pesat, yakni pertama, yang terbesar adalah hidup mereka ingin berguna bagi orang lain, dan kedua adalah direkrut sendiri oleh pembina. Cara pembina memelihara atau me-maintance para staf tersebut adalah dengan memberikan teladan dan semangat secara terus-menerus supaya mereka dapat bekerja untuk mencapai visi yang ada, yakni membangun masyarakat Papua.

Pernyataan pembina di atas, juga diperkuat oleh beberapa pernyataan staf yang ada seperti PO6 dan PO8 berikut ini:

“Yah waktu itu kebetulan saja saya bertemu dengan Bapak Daniel Alexander, waktu itu kami belum saling mengenal, kami berkenalan dan beliau tanya kamu punya harapan apa? Saya bilang saya ingin menjadi guru, guru apa? Guru matematika oh, ya sudah sekarang kamu kuliah ambil jurusan matematika, nanti setelah selesai gabung di pesat lalu saya kuliah S1 matematika dan setelah lulus saya menggabungkan diri di yayasan ini... Hmm yang membuat saya semangat saya di sini adalah motivasi dari dalam jadi karena saya merasa bahwa Tuhan itu sudah baik buat saya maka saya memberikan yang terbaik buat Tuhan dan salah satunya wadahnya adalah Yayasan Pesat ini dan saya mengabdi buat Yayasan Pesat ini berarti saya sebisa memberikan sesuatu yang baik buat Tuhan.”

(11)

Motivasi kedua staf tersebut untuk bekerja di yayasan ternyata lebih didorong oleh karena kebaikan dan visi yang diberikan Tuhan. Hal ini persis sama seperti yang diungkapkan oleh PO14 berikut ini:

“Pihak saya sendiri yang menggabungkan diri tapi kita terus terang mau bergabung dengan tujuan mari bersama bekerja melibatkan diri untuk melayani Tuhan...Perhatian secara finansial, perhatian secara objektif dan subjektif, tapi saya tidak terlalu menuntut hal itu karena saya sudah berkomitmen apapun yang terjadi memberi yang terbaik karena tujuan saya adalah melayani Tuhan...Cara mengatasi pendapatan sebulan, kebetulan secara pribadi istri saya adalah pegawai negeri, berkat keluarga istri saya adalah pegawai negeri jadi bisalah karena itu adalah berkat keluarga bukan berkat perorangan, sumber dari keluarga maka kami nikmati bersama.”

Adanya kesamaan visi para staf dengan pembina inilah yang membuat sebagian besar orang mau datang bergabung dan bersatu untuk bersama-sama melayani dan mewujudkan visi yang Tuhan berikan, yakni membangun manusia Papua seutuhnya melalui wadah Yayasan Pesat, seperti yang dikemukakan oleh PO9 dan PO4 di bawah ini:

“...Aaa, beliau merekrut kami sebagaimana visi beliau adalah membangun manusia Papua seutuhnya. Seutuhnya di sini kan berarti anak Papua ini masih ada ranah-ranah tertentu yang belum utuh termasuk pada ranah pendidikan. Saya sangat tertarik pada beliau menempatkan saya sebagai tenaga edukasi, tenaga pendidikan karena sama saya pribadi ingin, bukan merubah cara kognitif mereka tapi mengubah cara perilaku. Katakan lah budaya-budaya, perlu kita ubah. Sangat, sangat, apa ya, sangat apresiasi beliau itu merekrut, katakan lah pekerja mitranya. Bukan beliau melihat secara sisi spiritual, Tuhan memanggil yaaa kita sering, kita percaya bahwa seringkali kalau Tuhan memanggil ya apakah itu benar-benar panggilan Tuhan atau kita terpanggil karena sebuah dogma tapi karena itu mungkin, itu sebuah kemungkinan yaa, karena itu panggilan Tuhan maka kita harus kerja bersama-sama dengan beliau.”

“Jadi hanya karena visi yang bisa membuat kita tuh bertahan sampai saat ini ya saya bekerja di sini karena visi yang diberikan kepada saya oleh Tuhan dan saya setia dengan itu.”

(12)

kepada masyarakat asli Papua sebagai bentuk kecintaan mereka kepada Tuhan. Semua pernyataan tersebut di atas, akhirnya ditegaskan pula oleh PO7 di bawah ini:

“Ya kalau soal perekrutan tenaga di yayasan saya lihat kan fleksibel ya gak ada satu syarat yang mendasar harus gini, gini, gini, terus ga ada sistem kontrak dan sebagainya. Semua kembali dari hati, karena yayasan ini kan aaa... tidak memberikan apa seperti fokus gaji sekian, yaa berupa patokan nominal sekian. Nilainya itu kan berupa persembahan, jadi masalah perekrutan itu adalah kembali kepada hati untuk melayani... Kalau saya sendiri itu kan waktu itu kan eee...memang secara ini apa terpanggil ya untuk ke Papua dan eee...pembina yayasan dalam hal ini pak Daniel Alexander sendiri bertemu dengan saya dan mengajak untuk sama-sama melayani di Papua...Ya, selama ini sejak saya masuk itu perhatian sangat sangat baik dimana semua tim kan disediakan sarana prasarana yaa, itu kan sarana penunjang bagi kita untuk bisa bekerja lebih baik. Sarana dan prasarana dalam hal in tempat tinggal. Kemudian diberikan aaa banyak hal ya kesibukan seperti kita mengajar, melayani, jadi memang kalau itu sangat sangat menunjang dan positif...Secara materiil saya kira engga engga, tidak maksimal ya, kalau kita mau jujur mengatakan tidak sesuai ya dengan apa yang diberikan secara duniawi. Tapi kan kembali lagi tadi masalah rekrutmen kan soal panggilan hati jadi kita memang harus siap untuk melayani seperti itu.”

Sedangkan untuk keperluan tempat atau ruang kerja di yayasan semakin lama semakin besar akibat pelayanan yang dilakukan oleh yayasan terus berkembang, khususnya untuk pengembangan pendidikan pola asrama di berbagai daerah kabupaten. Hal ini tergambar dari kesaksian PO1 dan PO2 di bawah ini:

“Yaa, secara fakta itu boleh dikatakan tempat yang ada hampir mencapai mencukupi. Kalau dibandingkan yang lain gitu. Tapi, kita kan maju terus, akan terus berkembang. Jadi, kalau kita sekarang berkata cukup, besok berubah lagi. Jadi kita akan maju terus untuk itu.”

(13)

Gambar 1. Ruang Kelas dan Laboratorium Bahasa Sumber: Foto Pribadi (2012)

Dari pernyataan kedua pemimpin yayasan tersebut, dapat dikatakan bahwa saat ini yayasan mengalami kekuarangan tempat/ruang kerja, baik yang digunakan untuk asrama maupun untuk ruang kelas. Kondisi ini juga ditegaskan oleh PO8 yang merupakan salah satu pemimpin cabang Yayasan Pesat berikut ini:

(14)

anak-anak usia mereka, karena mereka itu kelas bermain sambil belajar... Selama ini yang membantu dari yayasan sendiri karena bangunan sekolah ini hasil usaha kami tim. Jadi kami yang masuk hutan, kami sendiri yang potong kayu menggunakan chainsaw waktu itu tahun 2003 waktu kami buat bangunan sekolah yang baru itu, kami masuk masuk hutan bawa chainsaw, potong kayu kami sendiri tidak menggunakan operator lain. Sesudah kayunya sudah cukup, kami mulai bangun pelan-pelan. Lalu, ada bantuan seng dari Nabire, paku, dan itu bisa kami gunakan. Sedangkan untuk asrama, itu yang kurang itu untuk fasilitas anak-anak seperti kasur, juga untuk pengasuh. Kasur yang kurang, terus kami perlu sekali lemari kabinet buat anak-anak, karena setiap anak mereka punya pakaian sendiri baik dari orang tua yang mereka bawa dari rumah dan mereka punya seragam sekolah yang mereka dapatkan dari sekolah, juga baju yang kami bagi. Jadi, kalau kami atur di lemari itu agak sulit karena setiap mereka biasanya ngaturnya...kami sudah mengatur dengan baik tetapi ketika mereka mau menggunakan mereka asal ngambil dan itu selalu menjadi...membuat kamar jadi berantakan. Kalau ada lemari kabinet, mereka sudah tahu ini punya dia jadi barangnya bisa ditaruh disitu... Alat belajar...waktu itu tahun dua ribu sepuluh itu ada sempat ada bantuan dana BOP, Biaya Operasional Pendidikan, yang diberikan dinas pendidikan, itu satu kali saja yang kami terima tahun dua ribu sepuluh. Setelah itu, sampai tahun ini, itu tidak ada lagi yang kami terima padahal dana itu selalu rutin per triwulan. Itu yang selalu menjadi masalah. Kami dengar dana itu ada tetapi ketika kami tanya untuk kami meminta hak kami, selalu mereka alasannya ada di bapak ini lah...terus ketika kami ke bapak ini, bapak ini bilang ada di bapak ini lah. Itu yang membuat kami sulit, apalagi orang dinas tidak ada di tempat, maksudnya tidak ada di Sugapa ini.”

(15)

Gambar 2. Ruang Asrama Yayasan Pesat

Sumber: Foto Yayasan Pesat (2009) & Foto Pribadi (2012)

Membangun Model Sistem Keberlanjutan Keuangan

Setelah informasi tentang permasalahan keberlanjutan keuangan ketahui dan disusun maka langkah selanjutnya adalah membuat root definition dan model konseptual. Root definition ditulis berdasarkan semua informasi tentang keberlanjutan keuangan yayasan yang telah dikumpulkan, dieksplorasi, dan dibahas pada tahap sebelumnya. Root Definition ini menggambarkan apa, bagaimana, dan mengapa dalam sistem yang dilakukan. Root definition

dikendalikan oleh CATWOE dan kriteria 3E. Maka untuk root definition

keberlanjutan keuangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel. 2. Analisis CATWOE dan 3E dalam Root Definition Keberlanjutan Keuangan

Root Definition “Sistem yang dimiliki dan dikelola oleh Yayasan Pesat Papua untuk menyelenggarakan pelayanan pendidikan berpola asrama, kesehatan, kerohanian, informasi, dan ekonomi (P) melalui upaya keberlanjutan keuangan yayasan yang mampu membiayai kegiatan program-program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja yayasan (Q) guna mewujudkan pengembangan kapasitas organisasi nonprofit pada tahap pengembangan infrastruktur/remaja (R).”

Customers Staf yayasan, donatur, masyarakat, dan pemda Actors Pembina dan pengurus

Tranformations Terciptanya keberlanjutan keuangan yayasan yang mampu membiayai kegiatan program-program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja yayasan melalui upaya pengumpulan dana dari sumbangan para donatur, usaha-usaha ekonomi, hasil penjualan layanan yayasan, dan bantuan dari pemerintah untuk mewujudkan pengembangan kapasitas organisasi nonprofit pada tahap pengembangan infrastruktur/remaja

Weltanschauun g

Keberlanjutan keuangan yayasan yang mampu membiayai kegiatan program-program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja sangat penting dilakukan untuk pencapaian misi yayasan guna mewujudkan pengembangan kapasitas organisasi nonprofit pada tahap pengembangan infrastruktur/remaja

Owners Pembina

(16)

masyarakat Papua dapat menjadi kendala bagi yayasan secar eksternal.

Efikasi Adanya kesadaran dan pemahaman yang baik dan benar dari pemimpin yayasan untuk meningkatkan keberlanjutan keuangan melalui keputusan organisasi akan sangat membantu pembiayaan kegiatan program-program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja yayasan

Efisiensi Menggunakan sumber daya yayasan dan kemitraan dengan pemerintah, swasta, dan LSM lainnya seperti staf, keuangan yang berasal dari anggaran, dan fasilitas yang dimiliki serta waktu yang terbatas sesuai dengan kesepakatan pemimpin dan staf pengurus yayasan

Efektif Terciptanya keberlanjutan keuangan yayasan yang mampu membiayai kegiatan program-program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja dalam pencapaian misi yayasan untuk mewujudkan pengembangan kapasitas organisasi nonprofit pada tahap pengembangan infrastruktur/remaja pada Yayasan Pesat Papua

Dalam root definition keberlanjutan keuangan tersebut di atas, peneliti menilai gambaran yang paling relevan untuk sistem keberlanjutan keuangan adalah melalui upaya pengumpulan dana dari para donatur, usaha-usaha ekonomi yayasan, hasil dari penjualan layanan yayasan, dan bantuan pemerintah yang mampu membiayai kegiatan program-program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja yayasan untuk mewujudkan pengembangan kapasitas organisasi nonprofit pada tahap pengembangan infrastruktur/remaja.

Proses pembelajaran terciptanya keberlanjutan keuangan yayasan yang mampu membiayai kegiatan program-program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja yayasan dilakukan melalui kegiatan pengumpulan dana dari sumbangan para donatur, usaha-usaha ekonomi, hasil penjualan layanan yayasan, dan bantuan dari pemerintah (Anheier, 2005) untuk mewujudkan pengembangan kapasitas organisasi nonprofit pada tahap pengembangan infrastruktur/remaja. Keberlanjutan keuangan yayasan yang mampu membiayai kegiatan program-program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja sangat penting dalam pencapaian misi yayasan.

(17)

meningkatkan keberlanjutan keuangan akan sangat membantu pembiayaan kegiatan program-program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja yayasan. Dalam proses terciptanya keberlanjutan keuangan yayasan tersebut menggunakan sumber daya yayasan seperti staf, keuangan yang berasal dari anggaran yayasan, dan fasilitas yang dimiliki serta waktu yang terbatas. Akhirnya, terciptanya keberlanjutan keuangan yayasan yang mampu membiayai kegiatan program-program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja dalam pencapaian misi yayasan diharpkan dapat mewujudkan pengembangan kapasitas organisasi nonprofit pada tahap pengembangan infrastruktur/remaja pada Yayasan Pesat Papua secara efektif, efisien, dan berkelanjutan.

Secara khusus, proses terciptanya keberlanjutan keuangan yayasan yang mampu membiayai kegiatan program-program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja yayasan dapat digambarkan sebagai berikut.

Input:

Kurangnya kesadaran dan pemahaman yang baik dan benar dari pemimpin dan pengikut.

Terbatasnya sumber daya staf yayasan. Masih tertinggal dan miskinya kondisi sosial demografk dan

(18)

Gambar 3. Proses Terciptanya Keberlanjutan Keuangan

Bertitik tolak dari root definition tersebut, selanjutnya dibangun model konseptual yang merupakan inti dari systems thinking dalam SSM. Model konseptual yang dibangun harus berkaitan dengan apa yang harus dilakukan oleh sistem yang telah pilih. Untuk model kegiatan sistem keberlanjutan keuangan dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu: Langkah pertama yang perlu dilakukan oleh organ yayasan adalah mengevaluasi kondisi keuangan yayasan saat ini, apakah keuangan yayasan yang ada mendukung seluruh kegiatan yang dilakukan oleh yayasan? Kalau tidak, apakah perlu dilakukan upaya peningkatan pengumpulan dana melalui sumber-sumber lainnya. Selama ini Yayasan Pesat Papua lebih banyak mengandalkan keuangan dari para donatur. Apakah hal tersebut tidak menimbulkan permasalahan-permasalahan bagi keuangan yayasan? Keadaan ini perlu diidentifikasi secara baik agar ditemukan akar permasalahannya secara tepat. Kegiatan ini merupakan langkah yang kedua.

Setelah ditemukan akar permasalahanya, langkah ketiga yang perlu dilakukan adalah menganalisis keberlanjutan keuangan yayasan agar dapat membiayai kegiatan program-program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja yayasan. Langkah keempat dari hasil analisis tersebut harus didiskusikan untuk merumuskan keberlanjutan keuangan yayasan. Kemudian, langkah kelima adalah menyusun keberlanjutan keuangan melalui upaya pengumpulan dana dari para donatur (perorangan dan lembaga), usaha-usaha yayasan, bantuan pemerintah, dan hasil dari penjualan layanan yayasan. Upaya ini harus dilakukan secara baik agar dapat diperoleh sejumlah keuangan yayasan mampu membiayai kegiatan program-program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja yayasan. Semua upaya keberlanjutan keuangan tersebut, seperti; melalui para donatur (perorangan dan lembaga), usaha-usaha yayasan, bantuan pemerintah, dan melalui hasil dari penjualan layanan yayasan diputuskan dan ditetapkan oleh yayasan sebagai sumber-sumber keuangan yayasan.

(19)
(20)

Setelah model konseptual dibangun, maka pada tahap kelima dilakukan pembandingan antara model konseptual dengan dunia nyata guna menghasilkan perdebatan tentang persepsi, dan perubahan yang dianggap akan menguntungkan. Kegiatan dalam perbandingan model konseptual ini adalah upaya yang perlu dilakukan oleh Yayasan Pesat guna memperbaiki sistem keberlanjutan keuangan ketika yayasan masuk pada tahap pertumbuhan/infrastruktur. Hasil komparasi tersebut akan menjadi panduan bagi peneliti dalam merancang perubahan-perubahan yang akan meningkatkan situasi problematik. Perbandingan model konseptual sistem keberlanjutan keuangan dengan dunia nyata untuk problem solving adalah sebagai berikut:

Keuangan merupakan salah satu unsur penting dalam mendukung kegiatan-kegiatan organisasi. Dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan organisasi diperlukan sejumlah uang yang memadai, karena hampir tidak ada kegiatan organisasi yang tidak membutuhkan uang. Semakin besar jumlah uang yang tersedia, maka semakin baik pula kemungkinan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi, karena dengan uang tersebut dapat digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan yang diperlukan organisasi dalam menyelenggarakan kegiatannya (Anheier, 2005).

Keuangan merupakan salah satu unsur penting dalam mendukung kegiatan-kegiatan organisasi. Dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan organisasi diperlukan sejumlah uang yang memadai, karena hampir tidak ada kegiatan organisasi yang tidak membutuhkan uang. Semakin besar jumlah uang yang tersedia, maka semakin baik pula kemungkinan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi, karena dengan uang tersebut dapat digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan yang diperlukan organisasi dalam menyelenggarakan kegiatannya (Brothers dan Sherman, 2012).

(21)

pengembangan usaha melalui rapat-rapat dan pertemuan informal guna memaksimalkan keuangan yayasan, dan hasilnya cukup optimal

Aktivitas kedua adalah melakukan kegiatan identifikasi permasalahan keuangan yang ada di yayasan. Aktivitas inipun pernah dilakukan oleh pembina, ketua, bendahara, dan divisi pengembangan usaha melalui rapat-rapat, dan hasilnya cukup optimal, seperti yang dikatakan oleh PO1 sebagai berikut:

“Cara kami melakukan peningkatan keuangan ini adalah kita memaksimalkan apa yang sudah ada, kami melakukan rapat-rapat dengan divisi-divisi usaha, dan bendahara, kalo hal ini tidak optimal maka pelayanan ini sudah berhenti dari dulu. Hal ini mengingat ekspansi kami terlalu besar, tapi masalahnya ekspansi ini tidak kami cari, tapi karena masyarakat Papua yang meminta, yang perlu pelayanan ini, maka mau tidak mau kami kami harus berkembang, walaupun ini berat tapi karena kami kompak maka bisa melakukannya... Memang kami sadari betul, kami sudah tidak bisa lagi mengandalkan keuangan dari donatur untuk menjalankan yayasan ini, harus mulai dikurangi, karena lama kelamaan donatur akan berhenti membantu kami. Oleh karena itu, kami perlu cari sumber-sumber alternatif keuangan yayasan lainnya agar bisa mencukupi dan membantu kerja yayasan kami ini. Ini harus kami coba dan harus kami lakukan”

Meningkatkan ketersediaan jumlah keuangan yayasan, saat ini menjadi tantangan terbesar bagi pembina dan pengurus yayasan. Ekspansi pelayanan yang terus berkembang karena semakin meningkatkanya permintaan masyarakat Papua akan pelayanan pendidikan pola asrama mau tidak mau membuat ketersediaan keuangan dalam jumlah yang cukup untuk membiayai ekspansi pelayanan tersebut sangat diperlukan. Pembina dan beberapa pengurus yang ada secara intens dan berkala terus berupaya menggali sumber-sumber baru keuangan yayasan, selain dari sumbangan para donatur.

(22)

yayasan, penjualan jasa layanan yayasan, dan bantuan pemeritah. Aktivitas-aktivitas tersebut pernah dilakukan oleh pembina, ketua, bendahara dan divisi pengembangan usaha, namun hasilnya sementara ini belum maksimal. Hal ini dapat terlihat dari pernyataan PO1 di bawah ini:

“Untuk mengembangkan keuangan yayasan, selain kami berharap dari para donatur, kami juga melakukannya melalui tiga cara lainnya, seperti; melalui usaha-usaha ekonomi yayasan, bantuan dari pemerintah, dan hasil penjualan layanan yayasan, walaupun hasilnya belum maksimal. Nah, misalnya saja mulai dari hasil penjualan yayasan, sekolah kita yang, orang luar, yang anak pengusaha, anak pejabat, anak PNS harus bayar, tapi hasilnya kecil dibandingkan dengan yang tidak bayar, jadi itu belum maksimal. Yang kedua, usaha-usaha yayasan kita ini belum besaarrr, karena untuk memenuhi kebutuhan yang lebih besar membutuhkan uang yang sangat banyak, yang bisa berjumlah triliun modalnya itu, nah itu yang belum kita mampu, tapi fasilitas ada, cuma cari investor sekarang yang kami perlu, kami akan berjuang terus untuk itu. Nah, yang sudah ada saat ini, salah satu usaha toko usaha bangunan dan itu devidennya cukup besar yayasan dapat, yaitu 20% cukup besar. Dari pemerintah sudah ada tapi kecil sekali jumlahnya dibandingkan dengan kebutuhan yayasan saat ini. Jadi, menurut saya dari keempat sumber keuangan yayasan tersebut, kita harus mengembangkan self support, usaha-usaha yayasan ini harus kita kembangkan, karena mau gak mau donatur akan bosan kalo dimintai duit terus menerus, dan kita tidak maksimal, maka pada hari-hari ini kami sedang berpikir terus untuk mengembangkan usaha-usaha di yayasan. Kita punya properti banyak untuk pengembangan berbagai usaha bisa, untuk pusat bisnis bisa, tapi itu lagi modalnya ini lagi-lagi kita harus usahakan.”

Dari keempat sumber keuangan yayasan, yaitu sumbangan donatur, usaha-usaha ekonomi yayasan, hasil penjualan layanan yayasan, dan bantuan pemerintah, nampaknya pembina lebih tertarik untuk memilih dan memaksimalkan kegiatan usaha-usaha ekonomi yang bersifat self support karena hasilnya dinilai lebih potensial untuk memenuhi penyediaan keuangan yayasan guna membiayai operasional yayasan yang semakin besar.

(23)

bisnis. Pemimpin harus mengetahui secara penuh biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan program dan pelayanan, dan mengkomunikasikan kepada pendiri, donatur, dan stakeholder lainnya tentang sejarah programatik organisasi dalam hal keuangan.

Namun realitanya keadaan keuangan yayasan tetap saja belum mampu membiayai seluruh kegiatan program, penambahan staf dan perluasan tempat/ruang kerja, seperti dijelaskan oleh PO1 pada pernyataan di bawah ini:

“Menyangkut kondisi keuangan yayasan itu sering kami bicarakan bersama ketua, bendahara, divisi pengembangan usaha, dan beberapa pengurus atau staf lainnya, kenapa hal ini sering? Karena pelayanan ini tidak bisa stop, kami bisa membicarakan masalah keuangan ini lima sampai enam kali dalam setahun. Namun tetap saja berbagai upaya yang kami lakukan belumlah maksimal, karena sampai saat inipun kami masih mengalami kekeurangan uang untuk membiayai program-program yang ada dan menambah sarana prasarana yang kami butuhkan, tetapi kami tetap jalan, sambil kami melakukan upaya yang semakin keras untuk mencukupi keuangan yayasan kami.”

Kondisi ini secara tegas diungkapkan oleh Pucella, dkk (2009) yang menyatakan bahwa sumber daya keuangan memang merupakan tantangan terbesar yang dihadapi oleh organisasi nonprofit di era sekarang ini. Shah (2005) juga menambahkan organisasi nonprofit saat ini mengalami kekurangan keuangan yang bersifat independen, sehingga keadaan ini akan menimbulkan kompetisi atau bersaing di antara organisasi nonprofit semakin besar sebagai akibat mengecilnya jumlah dana dan lembaga-lembaga donor serta sumber-sumber daya lainnya.

Aktivitas ketujuh adalah menyusun upaya pengumpulan dana melalui para donatur (perorangan dan lembaga), usaha-usaha ekonomi yayasan, bantuan pemerintah, dan hasil dari penjualan layanan yayasan, dan yang terakhir sebagai aktivitas kedelapan adalah memutuskan dan menetapkan keberlanjutan keuangan melalui para donatur (perorangan dan lembaga), usaha-usaha yayasan, bantuan pemerintah, hasil dari penjualan layanan yayasan. Kedua aktivitas ini nampaknya perlu dioptimalkan lagi, khususnya dalam implementasinya agar memperoleh hasil yang maksimal.

(24)

Tabel 4.Perbandingan Model Konseptual Sistem Keberlanjutan Keuangan dengan Situasi Dunia Nyata

No Aktifitas Model Konseptual Keberadaannya? Bagaimana? Siapa? Bagus/Jelek Alternatif 1 Mengevaluasi kondisi keuangan

keuangan yayasan Pernah Rapat Evaluasi Pembina, Ketua,Bendahara, dan Divisi

keuangan yayasan Pernah Melalui sumber-sumber alternatif lainnya,

(25)

pertemuan-pertemuan

lainnya

Divisi Pengembangan

usaha 7 Menyusun upaya pengumpulan dana

melalui para donatur (perorangan dan lembaga), usaha-usaha ekonomi yayasan, bantuan pemerintah, dan hasil dari penjualan layanan yayasan

Pernah Rapat &

pertemuan-pertemuan lainnya

Pembina, Ketua, Bendahara, dan

Divisi Pengembangan

usaha

Belum Optimal Tidak ada alternatif

8 Memutuskan dan menetapkan keberlanjutan keuangan melalui para donatur (perorangan dan lembaga), usaha-usaha ekonomi yayasan, bantuan pemerintah, hasil dari penjualan layanan yayasan

Pernah Rapat &

pertemuan-pertemuan lainnya

Pembina, Ketua, Bendahara, dan

Divisi Pengembangan

usaha

(26)

Setelah kegiatan pada tahap lima selesai dilakukan, maka kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan pada tahap enam adalah merumuskan rekomendasi perubahan systematically

dan desirable culturally feasible yang diperlukan untuk menangani masalah yang ada dalam keberlanjutan keuangan Yayasan Pesat Papua, sebagai berikut: Brothers dan Sherman (2012) mengemukakan keberlanjutan keuangan pada tahap infrastruktur adalah upaya organisasi untuk membiayai seluruh kegiatan program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja, melalui upaya pengumpulan dana. Hasil temuan yang ada menjelaskan bahwa Yayasan Pesat belum mampu memiliki keuangan yang cukup untuk membiayai seluruh kegiatan program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja. Sumber penerimaan keuangan Yayasan Pesat masih banyak diperoleh dari sumbangan para donatur baik secara lembaga maupun secara pribadi. Upaya-upaya melalui sumber-sumber keuangan lainnya, seperti usaha-usaha ekonomi yayasan, hasil penjualan layanan yayasan, dan bantuan pemerintah (Anheier, 2005) perlu ditingkatkan lagi supaya dapat memperoleh hasil yang optimal.

Kesimpulan dan Saran

1. Keuangan yang dimiliki oleh yayasan belum cukup membiayai seluruh kegiatan program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja. Sumber penerimaan keuangan Yayasan Pesat masih banyak diperoleh dari sumbangan para donatur baik secara pribadi maupun secara lembaga. Upaya-upaya pengumpulan dana yang telah dilakukan selama ini oleh yayasan melalui sumber-sumber keuangan lainnya, seperti; usaha-usaha ekonomi yayasan, hasil penjualan layanan yayasan, dan bantuan pemerintah masih belum memberikan hasil yang maksimal bagi ketersediaan keuangan secara memadai untuk membiayai seluruh kegiatan program, penambahan staf administrasi, dan memperluas tempat/ruang kerja yayasan.

(27)

Daftar Referensi

Brothers, John & Anne Sherman. (2012). Building Nonprofit Capacity: A Guide Managing Change Through Organizational Lifecycle. New York: Jossey-Bass.

Chaston, Ian. (2011). Public Sector Management. Mission Impossible? New York: PalgrageMacmillan.

Chekland, Peter & Jim Scholes. (1990). Soft Systems Methodology in Action. Chichester: John Wiley & Sons.

Griffin W. Ricky & Ronadl J. Ebert. (2006). Bisnis. Edisi Kedelapan Jilid 1 & 2. (Sita Wardhani, Penerjemah). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kolind, Lars. (2006). The Second Cycle. New Jersey: Wharton School Publishing. Merson, Rupert. (2011). Guide to Managing Growth. London: Profile Book Ltd.

Gambar

Gambar 1. Ruang Kelas dan Laboratorium Bahasa
Tabel. 2. Analisis CATWOE dan 3E dalam  Root Definition Keberlanjutan
Gambar 4. Model Konseptual Sistem Keberlanjutan Keuangan
Tabel 4. Perbandingan Model Konseptual Sistem Keberlanjutan Keuangan dengan Situasi Dunia Nyata

Referensi

Dokumen terkait

Secara keseluruhan dapat diperoleh bah- wa faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masa- lah matematika yaitu siswa cenderung tidak

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di sekolah Sekolah Dasar Negeri 02 Dadirejo Kabupaten Pekalongan khususnya pada saat proses pembelajaran bola basket

Pemerintah Daerah yang berminat mengadakan kerjasama dengan Pemerintah Kota/Provinsi di luar negeri memberitahukan kepada Departemen Luar Negeri, Departemen Dalam

Jurusan Pendidikan Seni Musik FPBS UPI penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana seni dari salah satu kajian skripsi ilmu pengetahuan dan pengalaman

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis kayu yang selama ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal ikan tradisional dan kemudian menentukan jenis-jenis

Berdasarkan data dan analisa dengan bantuan software Mike 11, dapat diketahui bahwa peran Floodway dalam mengatasi banjir di Krueng Aceh sangat signifikan hal ini

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1) Implementasi karakter tanggung jawab dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas VII SMP Negeri 2

Dengan cara adanya surat perintah dari Ketua Pengadilan yang ditujukan kepada Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan untuk melaksanakan eksekusi