• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS INDEKS DAN STATUS KEBERLANJUTAN SISTEM PENGELOLAAN DAS DAN PESISIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS INDEKS DAN STATUS KEBERLANJUTAN SISTEM PENGELOLAAN DAS DAN PESISIR"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Indeks dan Status Keberlanjutan Sistem Pengelolaan DAS dan Pesisir

Penilaian keberlanjutan sistem pengelolaan DAS dan pesisir di lokasi

penelitian dilakukan dengan metode multidimensional scaling (MDS) yang

disebut dengan metode Rap-SIPDASPIR. Metode Rap-SIPDASPIR

sebagaimana telah dijelaskan pada bagian terdahulu merupakan pengembangan

dari modifikasi metode The Rapid Appraissal of the Status of Fisheries

(RAPFISH) yang telah digunakan untuk menilai status keberlanjutan

pembangunan perikanan tangkap. Analisis Rap-SIPDASPIR akan menghasilkan

status dan indeks keberlanjutan sistem pengelolaan daerah aliran sungai dan

pesisir di DAS Citarum Jawa Barat.

Berdasarkan indeks keberlanjutan (sustainabilitas) sistem pengelolaan

DAS dan pesisir (Rap-SIPDASPIR) dengan menggunakan metode MDS

menghasilkan tiga nilai IkB-SIPDASPIR (Indeks keBerlanjutan Sistem

Pengelolaan Pesisir dan DAS) DAS bagian hulu, tengah dan hilir Citarum

berturut-turut skor sebesar 38.23, 38.27 dan 33.59 pada skala 0 - 100. Nilai

IkB-SIPDASPIR yang diperoleh berdasarkan penilaian terhadap 54 atribut (Lampiran

4) yang tercakup dalam lima dimensi (ekologi, ekonomi, sosial dan budaya,

teknologi dan hukum dan kelembagaan) termasuk ke dalam kategori kurang

berkelanjutan, mengingat nilai IkB-SIPDASPIR-nya berada selang 26 – 50

(Tabel 10). Untuk mengetahui dimensi (aspek) pembangunan apa yang masih

lemah dan memerlukan perbaikan maka perlu dilakukan analisis

Rap-SIPDASPIR pada setiap dimensi, seperti disajikan dalam Gambar 38, 39 dan 40.

(2)

38.23 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100

Sumbu X Setelah Rotasi: Skala Sustainabilitas

Su m b u Y S e te la h R o ta s i

IkB-SIPPDAS-Citarum Hulu Referensi Utama Referensi Tambahan

Gambar 38 Analisis Rap-SIPDASPIR yang menunjukkan nilai IkB-SIPDASPIR di

DAS Citarum hulu Jawa Barat.

38.27 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100

Sumbu X Setelah Rotasi:Sustainabilitas

Sum

bu Y Set

el

ah Rot

asi

IkB-SIPPDAS- CitarumTengah Referensi Uatama Referensi Tambahan

Gambar 39 Analisis Rap-SIPDASPIR yang menunjukkan nilai IkB-SIPDASPIR di

DAS Citarum tengah Jawa Barat.

(3)

33.59 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100

Sumbu X Setelah Rotasi : Skala Sustainabilitas

Su m b u Y Se te la h R o ta s i

IkB-SIPPDAS-Citarum Hilir Titik Referensi Utama Titik Referensi Tambahan

Gambar 40 Analisis Rap-SIPDASPIR yang menunjukkan nilai IkB-SIPDASPIR di

DAS Citarum hilir Jawa Barat.

4.56 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100

Sumbu X setelah Rotasi: Skala Sustainabilitas

S u m b u Y se te la h Ro tasi

IkB-SIPPDAS-Ekologi Hulu Titik Referensi Utama Titik Referensi Tambahan

Gambar 41 Analisis Rap-SIPDASPIR bagian hulu yang menunjukkan nilai indeks

sustainabilitas dimensi ekologi.

(4)

Berdasarkan Gambar 41 nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi ekologi

di DAS bagian hulu adalah sebesar 4.56, pada skala sustainabilitas 0-100. Jika

dibandingkan dengan nilai IkB-SIPDASPIR yang bersifat multidimensi maka nilai

indeks dimensi ekologi untuk DAS bagian hulu berada di bawah nilai

IkB-SIPDASPIR dan termasuk kedalam kategori buruk atau tidak berkelanjutan

(Buruk : 0 - 25 nilai indeks < 25).

Analisis Leverage Dimensi Ekologi DAS Hulu

1.47 0.85 0.95 0.94 1.66 1.58 1.68 1.33 1.37 1.42 1.51 1.43 1.56 1.43 1.54 1.62 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 Pengalian PasirPantai/sungai

Tingkat Pemanfaatan Objek Wisata Rasio Vegetasi mangrove/tegakkan hutan Abrasi/Akresi Pantai Konversi kawasan lindung peruntukkan lain Kualitas Air Kawasan Fungsional Tingkat Kesesuaian RTRW Tingkat Kesesuaian Lahan Kondisi Hidrologi Kondisi Hidrogeologi TBE Laju Sedimentasi Lahan Kritis Konservasi Tanah dan Air Kondisi Waduk Pendekatan Ecoregion A ttr ib u te

Perubahan RMS ordinasi jika satu atribut dihilangkan

Gambar 42 Peran masing-masing atribut ekologi yang dinyatakan dalam bentuk

perubahan RMS IkB-SIPDASPIR bagian hulu.

Berdasarkan Gambar 42 analisis Leverage bertujuan untuk melihat

atribut apa yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap nilai indeks

keberlanjutan dimensi ekologi DAS bagian hulu dan ada sembilan atribut yang

paling sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi DAS bagian

hulu, yaitu: (1) tingkat kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa

Barat telah disusun sebagai upaya untuk mengintegrasikan segenap dimensi

(aspek) pembangunan dengan tetap memperhatikan daya dukung sumberdaya

dan lingkungan yang ada. Dengan mengacu pada fungsi tersebut, maka pada

(5)

dasarnya Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat yang telah

menyimpang dan tidak sesuai dengan kepentingan pembangunan baik

menyangkut fisik, ekologi, sosial budaya, ekonomi dan politik. Satu hal yang

masih menjadi keprihatinan bersama adalah permasalahan pengendalian ruang

dan lingkungan, guna menjaga keseimbangan lingkungan dan laju degradasi

lingkungan yang semakin mengkhawatirkan; (2) konversi kawasan lindung

peruntukkan lain, DAS Citarum bagian hulu telah dikonversikan peruntukan

sebagai kawasan industri, budidaya dan pemukiman dengan dibuktikan kawasan

lindung dibuka untuk dijadikan bercocok tanam pada tanah kelerengan >45 %

yaitu di kawasan Gunung Wayang. Hutan telah dikonversikan menjadi kebun teh,

kentang dan kebun sayur oleh masyarakat. Tidak heran bila ada hujan agak

deras sedikit, seluruh tanaman kentang itu akan lenyap dilongsorkan air

dedaunan kentang tidak cukup untuk menahan air; (3) pendekatan ecoregion

pendekatan tersebut dikenal sebagai penataan ruang wilayah ekologis,

perencanan kawasan DAS Citarum hulu belum mencerminkan perencanaan tata

ruang wilayah ekologis suatu DAS hendaknya menggunakan batasan wilayah

perencanaan berupa keseluruhan wilayah ekologis DAS (bukan batasan

administratif) yang akan mengintegrasikan aspek daratan di hulu (up-land),

pesisir dan laut secara simultan (land-sea interactions), (4) Kualitas air, penelitian

menunjukkan bahwa kualitas air di lokasi sampling menunjukkan mulai dari DAS

Citarum bagian hulu Wangisagara, Majalaya, Nanjung, waduk Saguling, Cirata,

Jatiluhur, Walahar, sampai ke pesisir dan laut yaitu desa mekar Muara Gembong

dan desa Tanjung Pakisjaya membandingkan baku mutu berdasarkan PP No.

81/2002 dan Kepmen N0.51/2004. Nilai kekeruhan yang tinggi terdapat pada

stasiun pengamatan Nanjung yaitu sebesar 52 NTU. Nilai kekeruhan yang tinggi

ini salah satunya diduga karena banyaknya bahan organik dan anorganik yang

tersuspensi dan terlarut di perairan akibat dari limbah industri yang berasal dari

industri-industri yang terdapat di sepanjang aliran sungai Citarum mulai dari

bendung Wangisagara sampai dengan Citarum-Nanjung. Selain itu, tingginya

nilai kekeruhan juga disebabkan karena limbah yang berasal dari aktifitas

domestik di sepanjang aliran sungai Citarum yang membuang limbahnya

langsung ke sungai Citarum. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan

terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat

organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air

(Effendi, 2003).

(6)

Wangisagara memiliki konsentrasi oksigen terlarut terbesar yaitu sebesar

7.5 mg/l. Tingginya konsentrasi oksigen terlarut tersebut dipengaruhi oleh letak

dari Wangisagara yang memiliki ketinggian dari permukaan laut lebih tinggi dari

stasiun lain, selain itu suhu perairannya juga relatif rendah, arus relatif kencang

dan limbah yang masuk ke perairan sangat rendah. Hal ini menyebabkan

konsentrasi oksigen di Wangisagara cukup tinggi, menunjukkan air tersebut

masih segar dan belum tercemar. Namun semakin ke hilir, kadar oksigen

semakin menurun, bahkan pada stasiun pengamatan Nanjung, kadar oksigen

terlarutnya hanya sebesar 0.55 mg/l. Penurunan kadar oksigen terlarut ini diduga

karena air sungai Citarum setelah Majalaya telah tercemar oleh air limbah

industri dan hasil buangan aktifitas manusia. Tingginya limbah yang mengandung

bahan organik tersebut menyebabkan oksigen terlarut perairan menjadi

berkurang karena banyak digunakan untuk proses dekomposisi bahan organik

oleh mikroorganisme.

Untuk Dayeuhkolot dan Nanjung yang memiliki kandungan BOD yang

melebihi baku mutu, tidak dapat digunakan untuk kegiatan perikanan, pertanian

dan peternakan; (5) lahan kritis dimana tahun 2002 dalam kawasan hutan DAS

Citarum yang cukup luas berturut-turut yaitu: (a) hutan kawasan 38.337.56 ha;

(b) hutan lindung 137.857.65 ha; (c) ladang/tegalan 19.431.37 ha; (d) padang

rumpt 3.588.68 ha; (e) semak belukar 1.575.52 ha dan (f) tanah kosong sebesar

700,23 ha (MP RHL Jawa Barat 2002); (6) Kondisi waduk hasil penelitian ketiga

waduk yaitu Saguling, Cirata dan Jatiluhur telah mengalami pencemaran yang

sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan banyak aktivitas di waduk tersebut

ditambah dengan pembuangan limbah domestik, industri, pertanian dan

pertambangan; dan ikan di kawasan waduk banyak yang mati; (7) Tingkat

Bahaya Erosi (TBE) berdasarkan hitungan model erosi, maka erosi yang terjadi

pada berbagai sub DAS di DAS Citarum berkisar dari 38.50 ton per hektar per

tahun (sub DAS Cisokan DAS Citarum hulu) sampai 306.13 ton per hektar per

tahun (sub DAS Cikaso DAS Citarum tengah), dengan rata-rata 164.15 ton per

hektar per tahun. Erosi tertinggi terjadi pada bagian DAS Citarum tengah disusul

oleh bagian DAS Citarum hulu dan kemudian bagian hilir; (8) penggalian pasir

pantai/sungai juga sangat tinggi dan (9) laju sedimentasi tinggi.

(7)

GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100

Sumbu X setelah Rotasi: Skala Sustainabilitas

S u m b u Y set e lah R o tas i

IkB-SIPPDAS-Ekologi Tengah Titik Referensi Utama Titik Referensi Tambahan

Gambar 43 Analisis Rap-SIPDASPIR bagian tengah yang menunjukkan nilai

indeks sustainabilitas dimensi ekologi.

Pada Gambar 43 menunjukkan nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi

DAS Citarum bagian tengah sebesar 15.25. Nilai indek keberlanjutan tersebut

sedikit lebih besar dari pada indeks keberlanjutan dimensi ekologi DAS Citarum

bagian hulu, namun tetap masih kedalam ketegori buruk atau tidak berkelanjutan.

Hal ini mengandung makna bahwa sistem kebijakan pengelolaan daerah aliran

sungai (DAS) dan pesisir Jawa Barat tidak berkelanjutan, dalam status buruk dari

aspek lingkungan (dimensi ekologi). Agar nilai indeks dimensi ini dimasa yang

akan datang dapat ditingkatkan dengan cara pemulihan lingkungan terhadap

atribut yang sensitif terhadap nilai indeks dimensi tersebut.

(8)

Analisis Leverage Dimensi Ekologi DAS Tengah 2.80 0.77 2.32 0.65 2.60 0.29 3.08 3.22 3.12 2.96 2.84 2.68 0.66 0.46 0.20 1.51 2.70 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Pengalian PasirPantai/sungai Tingkat Pemanfaatan Objek Wisata Tegakkan hutan Abrasi/Akresi Pantai Konversi kawasan lindung peruntukkan lain Persen penutupan terumbu karang Kualitas Air Kawasan Fungsional Tingkat Kesesuaian RTRW Tingkat Kesesuaian Lahan Kondisi Hidrologi Kondisi Hidrogeologi TBE Laju Sedimentasi Lahan Kritis Konservasi Tanah dan Air Kondisi Waduk Pendekatan Ecoregion At tr ib u te

Perubahan RMS ordinasi jika satu atribut dihilangkan

Gambar 44 Peran masing-masing atribut ekologi yang dinyatakan dalam bentuk

perubahan RMS IkB-SIPDASPIR bagian tengah.

Berdasarkan hasil analisis leverage sebagaimana ditampilkan pada

Gambar 44 ada tiga atribut yang paling sensitif mempengaruhi besarnya nilai

indeks keberlanjutan dimensi ekologi DAS Citarum bagian tengah, yaitu: (1)

tingkat kesesuain Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sama halnya dengan

atribut yang paling sensitif pada hasil analisis leverage dimensi ekologi pada

DAS Citarum bagian hulu; (2) tingkat kesesuaian lahan juga sama yang terdapat

pada atribut yang paling sensitif pada hasil analisis leverage dimensi ekologi

pada DAS Citarum bagian hulu; (3) kualitas air pada kawasan fungsional dimana

tingkat kualitas air telah mengalami pencemaran sama halnya yang terdapat

pada analisis laverage sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis leverage

sebagaimana pada Gambar 50, ada 8 (delapan) atribut yang sensitif

mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi DAS Citarum bagian

hilir. Dengan demikian atribut tersebut perlu mendapat perhatian dan

(9)

pengelolaan dengan baik agar nilai indeks dimensi ini meningkat di masa yang

akan datang.

DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100

Sumbu X setelah Rotasi: Skala Sustainabilitas

S u m b u Y set el ah R o tasi

IkB_SIPPDAS-Ekologi Hilir Titik Referensi Utama Tititik Referensi Tambahan

Gambar 45 Analisis Rap-SIPDASPIR bagian hilir yang menunjukkan nilai indeks

sustainabilitas dimensi ekologi.

Gambar 45 menunjukkan nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi DAS

Citarum bagian hilir sebesar 26.39. Nilai indeks tersebut berada di atas indeks

keberlanjutan dimensi ekologi DAS Citarum bagian tengah dan hulu dan

termasuk ke dalam kategori kurang berkelanjutan. Untuk meningkatkan status ini

perlu dilakukan perbaikan terhadap beberapa atribut yang sensitif mempengaruhi

nilai indeks tersebut.

(10)

Analisis Leverage Dimensi Ekologi DAS Hilir 0.43 0.03 0.74 1.86 2.10 1.00 2.12 1.90 1.13 1.10 1.83 0.97 1.03 1.18 1.72 1.99 0 0.5 1 1.5 2 2.5 Pengalian PasirPantai/sungai Tingkat Pemanfaatan Objek Wisata Rasio Vegetasi mangrove/tegakkan hutan Abrasi/Akresi Pantai Konversi kawasan lindung peruntukkan lain Kualitas dan Baku Mutu Kawasan Fungsional Tingkat Kesesuaian RTRW Tingkat Kesesuaian Lahan Kondisi Hidrologi Kondisi Hidrogeologi TBE Laju Sedimentasi Lahan Kritis Konservasi Tanah dan Air Kondisi Waduk Pendekatan Ecoregion Attr ib u te

Perubahan RM S ordinasi jika salah satu atribut dihilangkan

Gambar 46 Peran masing-masing atribut ekologi yang dinyatakan dalam

bentuk perubahan RMS IkB-SIPDASPIR bagian hilir.

Berdasarkan hasil analisis leverage sebagaimana ditampilkan pada

Gambar 46, ada empat atribut yang paling sensitif mempengaruhi besarnya nilai

indeks keberlanjutan dimensi ekologi DAS Citarum bagian tengah, yaitu: (1)

tingkat kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tidak sesuai ini

disebabkan karena masing-masing pemerintah dan pemerintah daerah telah

memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan hal tersebut telah menjadi

polemik perang besar bagi yang memanfaatkan ruang di dalam kawasan DAS

Citarum. Solusinya pertama pemerintah dalam hal ini adalah pemerintah pusat

besama-sama pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota, dunia usaha,

masyarakat dan LSM harus membuat gerakan-gerakan rencana tidak

berdasarkan batasan wilayah administratif melainkan batasan unit DAS atau

batasan ekologi sehingga di dalam membuat perencanaan strategis

pembangunan bukan berdasarkan wilayah atau administrasi tetapi harus

berdasarkan unit DAS, pesisir dan lautan; (2) kesesuaian lahan juga kasusnya

serupa dengan analisis laverage sebelumnya; dan (3) kualitas air kasusnya

serupa dengan analisis laverage sebelumnya; dan (4) pendekatan ecoregion

(11)

juga memiliki nilai yang sensitif di dalam pengelolaan DAS Citarum ini

dikarenakan konsep perencanaan belum sepenuhnya dijalankan oleh

pemerintah. Agar konsep ecoregion dapat terlaksana harus diberikan dorongan

dari lembaga eksekutif, legislatif, masyarakat, dunia usaha dan LMS juga harus

bersama-sama membuat gerakan-gerakan untuk mensosialisasi pendekatan

ecoregion terutama di kawasan DAS, pesisir dan lautan DAS Citarum Jawa

Barat.

88.29 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100

Sumbu X setelah rotasi: Skala Sustainabiliti

S u m b u Y set el ah r o tas i

IkB-SIPPDAS Ekonomi Tengah Titik Referensi Utama Titik Referensi Tambahan

Gambar 47 Analisis Rap-SIPDASPIR bagian tengah yang menunjukkan

nilai indeks sustainabilitas dimensi ekonomi.

Pada Gambar 47, menunjukkan nilai indeks keberlanjutan dimensi

ekonomi pada DAS bagian tengah, hulu dan hilir mempunyai angka yang sama

yaitu masing-masing sebesar 88.29. Nilai indeks tersebut berada di bawah

indeks keberlanjutan dimensi ekologi DAS bagian hulu, tengah dan hilir dan

termasuk dalam kategori baik atau berkelanjutan. Hal ini disebabkan kontribusi

sektor bidang ekonomi memberikan peringkat terbesar yaitu pada sektor industri

(BPS Jawa Barat, 2004).

(12)

Analisis Leverage Dimensi Ekonomi Tengah 0.52 0.95 1.17 7.14 1.46 1.59 1.64 1.73 1.43 2.75 0.66 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Nilai Green PDB Potensi dalam Konstelasi Kontribusi Terhadap Nasional Insentif Kontribusi Terhadap Regional Jawa-Bali Kontribusi terhadap Ibukota Negara Pertumbuhan PDB Perikanan dan PDB

Nasinal

Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha

Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Besarnya Pasar Distribusi PDRB Sektor Pertanian

A

tt

ribut

e

Perubahan RMS ordinasi setelah salah satu atribut dihilangkan

Gambar 48 Peran masing-masing atribut ekonomi yang dinyatakan dalam bentuk

perubahan RMS IkB-SIPDASPIR bagian tengah.

Berdasarkan nilai Leverage sebagaimana Gambar 48, ada satu atribut

yang sensitif mempengaruhi nilai indeks berkelanjutan dimensi ekonomi yaitu

insentif, insentif yang dimaksud di sini adalah semua bentuk stimulus dari institusi

eksternal (pemerintah, LSM atau lainnya) yang dapat mempengaruhi atau

memotivasi populasi lokal, baik secara individu maupun kelompok, untuk

mengadopsi teknik dan metode. Intensif perlu dilakukan yaitu dengan cara

pembayaran atau konsensi untuk merangsang luaran (output) yang lebih besar.

(13)

Analisis Leverage Dimensi Sosial-Budaya DAS Hulu 0.99 8.27 10.10 1.85 7.90 1.33 8.20 4.80 0 2 4 6 8 10 12

Persepsi Stakeholders terhadap pesisir, laut dan DAS

Konflik Pemanfaatan Kawasan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Local Employment Tingkat Pendidikan Peran Masyarakat dalam Pengelolaan

Lingkungan

Pengetahuan Masyarakat Terhadap Lingkungan Pesisir, Laut dan DAS

Jumlah Pengangguran A tt ri but e

Perubahan RMS Ordinasi Jika satu Atribut dihilangkan

Gambar 49 Peran masing-masing atribut sosial-budaya yang dinyatakan dalam

bentuk Perubahan RMS IkB-SIPDASPIR bagian hulu.

Pada Gambar 49, nilai Laverage menunjukkan bahwa ada satu atribut

yang sangat sensitif yaitu tingkat pertumbuhan penduduk DAS Citarum, laju

pertumbuhannya sebesar 3% per tahun, sedangkan di tingkat nasional 1,3%. Hal

ini disebabkan adanya angka migrasi dan emigrasi sangat tinggi di bandingkan

dengan tingkat kelahiran faktor migrasi dan emigrasi sangat meningkat ini

disebabkan kawasan DAS Citarum bagian hulu, tengah dan hilir banyak terdapat

kegiatan-kegiatan perindustrian dimana DAS citarum bagian hulu terdapat

sebanyak 508 industri. Solusi untuk menurunkan tingkat laju penduduk dalam hal

ini pemerintah pusat, pemda Provinsi, kabupaten/kota harus membuat program

perencanaan transmigrasi dan memberikan batas quota pada pencari kerja dan

pendatang baru untuk bekerja dan berusaha.

(14)

DOWN UP BAD GOOD -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Sumbu X setelah Rotasi: Skala Sustainabilitas

S u m b u Y S e te la h R o ta s i

IkB-SIPPDAS Sosbud DAS Hulu Titik Referensi Utama Titik Referensi Tambahan

Gambar 50 Analisis Rap-SIPDASPIR bagian hulu yang menunjukkan nilai indeks

sustainabilitas dimensi sosial-budaya.

Pada Gambar 50, analisis Rap-SIPDASPIR bagian hulu yang

menunjukkan nilai indeks sustainabilitas dimensi sosial-budaya sebesar 1.3. Nilai

indek keberlanjutan dimensi sosial-budaya DAS Citarum bagian hulu paling kecil

dibandingkan dengan dimensi-dimensi Rap-SPDASPIR yang lain dari pada

indeks keberlanjutan dimensi sosial-budaya DAS Citarum bagian hulu, namun

tetap masih ke dalam ketegori buruk atau tidak berkelanjutan. Ini disebabkan

tidak baiknya sosial-budaya masyarakat yang ada di kawasan penelitian

terutama nilai-nilai budaya dan istiadat setempat, para generasi muda tidak

menjunjung nilai ke daerahannya seperti nilai-nilai keagamaan atau nilai-nilai

kejujuran.

(15)

Analisis Leverage Dimensi Sosial-Budaya DAS Tengah 2.48 3.03 4.23 4.80 6.89 3.82 2.29 1.30 0 2 4 6 8

Persepsi Stakeholders terhadap pesisir, laut dan DAS

Konflik Pemanfaatan Kawasan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Local Employment Tingkat Pendidikan Peran Masyarakat dalam Pengelolaan

Lingkungan

Pengetahuan Masyarakat Terhadap Lingkungan Pesisir, Laut dan DAS

Jumlah Pengangguran At tr ib u te

Perubahan RMS Ordinasi Jika satu atribut dihilangkan

Gambar 51 Peran masing-masing atribut sosial-budaya yang dinyatakan dalam

bentuk perubahan RMS IkB-SIPDASPIR bagian tengah.

Berdasarkan nilai Leverage sebagaimana Gambar 51, ada satu atribut

yang sensitif mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial-budaya

DAS Citarum bagian tengah yaitu tingkat pendidikan rata-rata hanya

berpendidikan tamatan SD. Hal ini disebabkan karena untuk melanjutkan ke

pendidikan yang lebih tinggi sangat sulit dalam pembiayaan, juga orang tua lebih

menganjurkan bekerja di pusat-pusat perindustrian yang berada di lokasi tempat

mereka tinggal. Solusi agar anak-anak yang usia sekolah dalam hal ini baik

pemerintah dan pemerintah daerah harus fokus memberikan program pendidikan

gratis yaitu sesuai dengan Visi dan Misi Jawa Barat 2003-2008 yaitu

meningkatkan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia Jawa Barat

dengan kunci keberhasilan mengoptimalkan komitmen Pemda untuk

meningkatkan kualitas dan produktivitas SDM Jawa Barat.

(16)

DOWN UP BAD GOOD -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Sumbu X setelah Rotasi: Skala Sustainabilitas

Su m b u Y Se te la h R o ta s i

IkB-SIPPDAS Sosbud DAS Hilir Titik Referensi Utama Titik Referensi Tambahan

Gambar 52 Analisis Rap-SIPDASPIR bagian hilir yang menunjukkan nilai indeks

sustainabilitas dimensi Sosial-Budaya.

Gambar 52 nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial-budaya DAS Citarum

bagian hilir sebesar 29.10. Nilai indek keberlanjutan dimensi sosial-budaya DAS

Citarum bagian hilir sedikit lebih besar dari pada indeks keberlanjutan dimensi

ekologi DAS Citarum bagian hulu, namun tetap masih ke dalam ketegori buruk

atau tidak berkelanjutan. Hal ini mengandung makna bahwa sistem kebijakan

pengelolaan pesisir dan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Jawa Barat tidak

berkelanjutan dalam status buruk dari aspek sosial-budaya dimana tingkat

pendidikan dan lainnya masih sangat rendah. Agar nilai indeks dimensi ini di

masa yang akan datang dapat ditingkatkan dengan cara membuat program

penyuluhan pendidikan, agama terutama para generasi mudanya khusus dilokasi

penelitian.

(17)

15.49 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100

Sumbu X setelah rotasi: skala sustainabilitas

S u m b u Y set e lah r o tasi

IkB-SIPPDAS Teknologi DAS hulu Titik referensi utama Tititk referensi tambahan

Gambar 53 Analisis Rap-SIPDASPIR bagian hulu yang menunjukkan nilai indeks

sustainabilitas dimensi teknologi.

Pada Gambar 53 nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi DAS

Citarum bagian hulu sebesar 15.49 Nilai indek keberlanjutan dimensi teknologi

sedikit lebih besar dari pada indeks keberlanjutan dimensi ekologi DAS Citarum

bagian hulu, namun tetap masih ke dalam ketegori buruk atau tidak

berkelanjutan. Untuk meningkat status nilai indeks keberlanjutan dimensi

teknologi ini perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap beberapa atribut yang

sensitif mempengaruhi nilai indeks tersebut.

(18)

Analisis Leverage dimensi teknologi DAS Hulu 7.12 7.24 3.54 7.47 2.83 2.44 1.24 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Ketersediaan dan Pemanfaatan IPAL Pemanfaatan TPA Pemanfaatan Constructive Wetland Teknik Konservasi Tanah secara vegetatif Penggunaan Alat Bantu penangkapan (fish

atraction device, FADS) Penyebaran tempat pendaratan ikan

Teknik Konstruksi Sipil

Attr

ib

u

te

Perubahan RMS ordinasi jika satu atribut dihilangkan

Gambar 54 Peran masing-masing atribut teknologi yang dinyatakan dalam

bentuk perubahan RMS IkB-SIPDASPIR bagian tengah.

Berdasarkan hasil analisis leverage Gambar 54, ada tiga atribut yang

sensitif mempengaruhi besarnya nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi

pada DAS Citarum hulu, yaitu; (1) teknik konservasi tanah secara vegetatif pada

kawasan DAS Citarum di lokasi penelitian hanya sedikit memperlakukan teknik

konservasi tanah secara vegetatif. Karena banyak petani pemilik maupun

penggarap teknik konservasi tanah vegetatif masih memerlukan biaya tinggi.

Solusinya adalah para penyuluh pertanian di lapangan harus benar-benar

membina petani yang belum memiliki dana untuk itu; (2) pemanfaatan tempat

pembuangan akhir sampah (TPA) contoh kasus yaitu dilokasi penelitian masih

banyak rumah-rumah penduduk membuang sampah ke dalam sungai sehingga

sungai menjadi tempat sampah umum. Solusinya adalah pemerintah harus

berani mengambil langkah konkrit untuk membenahi lingkungan sungai harus

bebas dari sampah yaitu dengan cara memberikan insentif dan disentif dan (3)

ketersedian dan Pemanfaatan IPAL, ini disebabkan banyak industri tidak

memanfaatkan IPAL semaksimal mungkin ini dikarenakan banyak masyarakat

(19)

industri tidak memanfaatkan IPAL, hasil wawancara dengan pihak pengelola

mengatakan bahwa biaya operasionalnya terlalu tinggi.

9.32 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100

Sumbu X setelah Rotasi: Skala Sustainabilitas

S u m b u Y set el a h R o tasi

IkB-SIPPDAS Teknologi tengah Sumbu X: setelah rotasi Sumbu Y setelah rotasi

Gambar 55 Analisis Rap-SIPDASPIR bagian tengah yang menunjukkan nilai

indeks sustainabilitas dimensi teknologi

Pada Gambar 55, nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi DAS

Citarum hulu sebesar 9.32. Nilai indek keberlanjutan tersebut paling sedikit dari

pada indeks keberlanjutan dimensi ekologi DAS Citarum bagian hulu, namun

tetap masih ke dalam ketegori buruk atau tidak berkelanjutan. Untuk meningkat

status nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi ini perlu dilakukan

perbaikan-perbaikan terhadap beberapa atribut yang sensitif mempengaruhi nilai indeks

tersebut.

(20)

Analisis Leverage Dimensi Teknologi DAS Tengah 2.19 2.34 1.82 2.17 1.25 1.47 0.82 0 0.5 1 1.5 2 2.5

Ketersediaan dan Pemanfaatan IPAL Pemanfaatan TPA Pemanfaatan Constructive Wetland Teknik Konservasi Tanah secara vegetatif Penggunaan Alat Bantu penangkapan (fish

atraction device, FADS) Penyebaran tempat pendaratan ikan

Teknik Konstruksi Sipil

A

ttr

ib

u

te

Perubahan RMS ordinasi jika salah satu atribut dihilangkan

Gambar 56 Peran masing-masing atribut teknologi yang dinyatakan dalam

bentuk perubahan RMS IkB-SIPDASPIR bagian tengah.

24.23 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Sumbu X setelah rotasi: Skala sustainabilitas

S u m b u Y se te la h ro tasi

IkB-SIPPDAS teknologi hilir Titik referensi utama Titik referensi tambahan

Gambar 57 Analisis Rap-SIPDASPIR bagian hilir yang menunjukkan nilai indeks

sustainabilitas dimensi teknologi

(21)

Pada Gambar 57 menunjukkan nilai indeks keberlanjutan dimensi

teknologi DAS Citarum bagian hilir sebesar 24.23. Nilai indek keberlanjutan

dimensi teknologi paling sedikit dari pada indeks keberlanjutan dimensi ekologi

DAS Citarum bagian hulu, namun tetap masih ke dalam ketegori buruk atau tidak

berkelanjutan. Untuk meningkat status nilai indeks keberlanjutan dimensi

teknologi ini perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap beberapa atribut yang

sensitif mempengaruhi nilai indeks tersebut.

Analisis Leverage dimensi teknologi DAS hilir

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Ketersediaan dan Pemanfaatan IPAL Pemanfaatan TPA Pemanfaatan Constructive Wetland Teknik Konservasi Tanah secara vegetatif Penggunaan Alat Bantu penangkapan (fish

atraction device, FADS) Penyebaran tempat pendaratan ikan

Teknik Konstruksi Sipil

A

ttr

ib

u

te

Perubahan RMS ordinasi jika satu atribut dihilangkan

Gambar 58 Peran masing-masing atribut teknologi yang dinyatakan dalam

bentuk perubahan RMS IkB-SIPDASPIR bagian hilir.

Berdasarkan Gambar 58, hasil analisis leverage di DAS Citarum hilir ,

ada dua atribut yag sensitif mempengaruhi besarnya nilai indeks keberlanjuan

dimensi teknologi, yaitu: (1) penggunaan alat bantu penangkapan ( fish atraction

divice, FAD) yang masih belum memadai. Jika pemerintah memberikan alat

bantu tersebut nelayan akan meringankan biaya untuk pengadaan alat bantu

tersebut yaitu melalui kelompok kerja penangkapan yang telah diakui oleh

masyarakat dan pemerintah dan (2) penyebaran tempat pendaratan ikan dimana

fasilitas tersebut masih belum memadai hal ini disebabkan oleh belum adanya

perhatian pemerintah untuk membangun TPI .

(22)

Solusinya pemerintah dalam hal ini harus benar-benar serius untuk

memprioritaskan pembangunan sarana bangunan tersebut pada lokasi desa

nelayan tertinggal dan selama ini nelayan hanya memanfaatkan lapak di jalan

umum yaitu di desa mekar Kecamatan Muara Gembong.

DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100

Sumbu X setelah Rotasi: Skala Sustainabilitas

Su m b u Y setel ah R o ta si

IkB-SIPPDAS-Hulem DAS Hulu Referensi Utama Referensi Tambahan

Gambar 59 Analisis Rap-SIPDASPIR bagian hulu yang menunjukkan nilai indeks

sustainabilitas dimensi hukum dan kelembagaan.

Berdasarkan Gambar 59 nilai indeks keberlanjutan dimensi hukum dan

kelembagaan DAS Citarum bagian hulu skor 31.57. Nilai indek keberlanjutan

dimensi tersebut masuk ke dalam ketegori kurang atau belum berkelanjutan.

Untuk meningkatkan status nilai indeks keberlanjutan dimensi hukum dan

kelembagaan ini perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap beberapa atribut

yang sensitif mempengaruhi nilai indeks tersebut.

(23)

Analisis Leverage Dimensi Hukum dan Kelembagaan DAS Hulu 7.20 3.63 4.13 4.70 7.30 3.92 7.27 4.08 7.46 6.96 6.27 0 1 2 3 4 5 6 7 8

One river, coastal and ocean one integrated management plan

Zonasi peruntukan lahan /perairan Ketersediaan Peraturan Pengelolaan Secara

Formal

Efektifitas Kelembagaan Sarana dan Prasarana Aspek Legalitas Penegakkan Hukum Lingkungan Transparansi dalam penentuan Kebijakan Political Will Action Staregi Action Penyuluhan Hukum Pengelolaan Sumberdaya

Alam dan Lingkungan

A

ttr

ibute

Perubahan RMS ordinasi jika satu atribut dihilangkan

Gambar 60 Peran masing-masing atribut hukum-kelembagaan yang dinyatakan

dalam bentuk perubahan RMS IkB-SIPDASPIR bagian hilir.

Pada Gambar 60 ditunjukkan bahwa analisis leverage di DAS Citarum

hilir ada empat atribut yang sensitif mempengaruhi besarnya nilai indeks

keberlanjutan dimensi teknologi, yaitu: (1) political commitment

adalah belum

adanya kesungguhan dari lembaga eksekutif dan legislatif hal ini memperburuk

dimensi hukum dan kelembagaan di lokasi penelitian; (2) sarana dan prasarana

di lokasi penelitian terutama sarana hukum ada, namun untuk membuat acara

pertemuan sangat relatif minim. Hal ini akibat aparat hukumnya sangat terbatas;

(3) penegakan hukum lingkungan merupakan atribut yang sensitif di lokasi

penelitian banyak kasus-kasus pembuangan limbah industri dan pembuangan

limbah domestik banyak dilakukan oleh pihak masyarakat industri namun ketika

masyarakat menuntut agar industri tersebut jangan beroperasi tetapi

penyelenggara hukum hanya menerima laporan saja tidak ada tindakkan tegas

kepada pihak industri. Penegakkan hukum sangat lemah dan tidak pernah

berpihak kepada yang benar. Solusinya adalah masyarakat harus melakukan

(24)

perlawanan secara hukum bukan menyelesaikannya dengan pertikaian yang

selama ini marak dilakukan begitu juga di lokasi penelitian dan (4) one

intergrated river basin coastal and ocean one plan management kebijakan ini

belum berjalan karena aparat baik di level pusat, provinsi, kabupaten/kota,

kecamatan hingga di desa belum sama sekali mengetahui dan pihak aparat tidak

pernah mensosialisasikan kepada masyarakat. Untuk ke depan pihak pengambil

kebijakan mulai dari desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan pemerintah

pusat bersama organisasi non-pemerintah harus membuat gerakan-gerakan

bersama agar perencanaan DAS, pesisir dan lautan dikelola secara terpadu.

DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100

Sumbu X Setelah Rotasi: Skala Sustainabilitas

S u m b u Y set el ah R o tasi

IkB-SIPPDAS Hulem-DAS Tengah Referensi Utama Reverensi Tambahan

Gambar 61 Analisis Rap-SIPDASPIR bagian tengah yang menunjukkan nilai

indeks sustainabilitas dimensi hukum dan kelembagaan.

Pada Gambar 61 menunjukkan nilai indeks keberlanjutan dimensi hukum

dan kelembagaan DAS Citarum bagian tengah sebesar 44.39. Nilai indek

keberlanjutan dimensi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan nilai indeks

keberlanjutan pada dimensi hukum dan kelembagaan DAS Citarum bagian hulu,

namun tetap masih ke dalam ketegori kurang atau tidak berkelanjutan. Untuk

(25)

meningkat status nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi ini perlu dilakukan

perbaikan-perbaikan terhadap beberapa atribut yang sensitif mempengaruhi nilai

indeks tersebut.

DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Sumbu X Setelah Rotasi: Skala Sustainabilitas

S u m b u Y st el ah R o ta si

IkB-SIPPDAS-Hulem DAS Hilir Referensi Utama Referensi Tambahan

Gambar 62 Analisis Rap-SIPDASPIR bagian hilir yang menunjukkan nilai indeks

sustainabilitas dimensi hukum dan kelembagaan.

Berdasarkan Gambar 62 nilai indeks keberlanjutan dimensi hukum dan

kelembagaan DAS Citarum bagian hilir sebesar 41.19. Nilai indek keberlanjutan

dimensi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan nilai indeks keberlanjutan

pada dimensi hukum dan kelembagaan DAS Citarum bagian hulu, namun tetap

masih kedalam ketegori kurang atau tidak berkelanjutan. Untuk meningkat status

nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi ini perlu dilakukan

(26)

perbaikan-perbaikan terhadap beberapa atribut yang sensitif mempengaruhi nilai indeks

tersebut.

Analisis Leverage Dimensi Hukum dan Kelembagaan DAS Hilir

8.80 1.90 1.67 8.20 6.31 6.53 4.77 4.58 5.69 6.42 8.35 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

One river, coastal and ocean one integrated management plan

Zonasi peruntukan lahan /perairan Ketersediaan Peraturan Pengelolaan Secara

Formal

Efektifitas Kelembagaan Sarana dan Prasarana Aspek Legalitas Penegakkan Hukum Lingkungan Transparansi dalam penentuan Kebijakan Political Will Action Staregi Action Penyuluhan Hukum Pengelolaan Sumberdaya Alam

dan Lingkungan A ttri b u te

Perubahan RMS ordinasi jika satu atribut dihilangkan

Gambar 63 Peran masing-masing atribut hukum-kelembagaan yang dinyatakan

dalam bentuk perubahan RMS IkB-SIPDASPIR bagian hilir.

Berdasarkan Gambar 63 hasil analisis leverage di DAS Citarum hilir ada

tiga atribut yang sensitif mempengaruhi besarnya nilai indeks keberlanjutan

dimensi hukum dan kelembagaan, yaitu: (1) one river coastal and ocean one

integrated management plan; (2) penyuluhan hukum pengelolaan sumberdaya

alam dan lingkungan dan (3) efektifitas kelembagaan.

Analisis Rap-SIPDASPIR Citarum bagian hulu, tengah dan hilir pada

setiap dimensi (ekologi, ekonomi, sosial-budaya, teknologi dan hukum dan

kelembagaan) seperti di sajikan pada Gambar di atas memperlihatkan bahwa

dari kelima dimensi, dimensi ekologi memiliki nilai yang buruk atau tidak

berkelanjutan dan dimensi dengan nilai tertinggi adalah dimensi ekonomi status

kategori “baik” atau berkelanjutan.

Pada Gambar 64 memperlihatkan bahwa nilai indeks keberlanjutan untuk

setiap dimensi berbeda-beda. Dalam konsep pembangunan berkelanjutan bukan

(27)

berarti semua nilai indeks dari setiap harus memiliki nilai yang sama besar akan

tetapi dalam berbagai kondisi daerah/negara tentu memiliki prioritas dimensi apa

yang lebih dominan untuk menjadi perhatian. Namun supaya setiap dimensi

tersebut berada pada kategori “baik” atau paling tidak “cukup” status

keberlanjutannya.

1.3 4.56 88.29 35.12 15.49 26.4 88.29 50.62 11.28 9.32 88.29 41.21 26.39 24.23 29.1 0 100 Ekologi Ekonomi

Sosial & Budaya Teknologi

Hukum & Kelembagaan

DAS Hulu DAS Tengah DAS Hilir

Gambar 64 Diagram layang nilai indeks keberlanjutan sistem kebijakan

pengelolaan DAS dan pesisir Citarum bagian hulu, tengah dan hilir.

Berdasarkan Gambar 64 menunjukkan bahwa diagram layang indeks

keberlanjutan dari lima dimensi ekologi, ekonomi, sosial - budaya, teknologi dan

hukum-kelembagaan pada sistem pengelolaan DAS dan pesisir bagian hulu,

tengah dan hilir Citarum Jawa Barat yang dominan yaitu dimensi ekonomi

dengan nilai tertinggi sebesar 88.29. Hal ini disebabkan tidak adanya

pengelolaan yang seimbang antara ke lima dimensi tersebut. Pengelolaan lebih

cenderung terhadap pembangunan ekonomi.

Beberapa parameter statistik yang diperoleh dari analisis

Rap-SIPDASPIR dengan menggunakan metode MDS berfungsi sebagai standar

untuk menentukan kelayakan terhadap hasil kajian yang dilakukan di wilayah

studi. Tabel 25 menyajikan nilai “stress” dan R

2

(koefisien determinasi) untuk

setiap dimensi maupun multidimensi. Nilai tersebut berfungsi untuk menentukan

perlu tidaknya penambahan atribut untuk mencerminkan dimensi yang dikaji

secara akurat (mendekati kondisi sebenarnya).

(28)

Tabel 25 Hasil analisis Rap-SIPDASPIR Citarum hulu untuk beberapa parameter

statistik.

Nilai Statistik

Multi

Dimensi Ekologi Ekonomi

Sosial-Budaya Teknologi Hukum dan Kelembagaan Stress 0.12 0.12 0.13 0.13 0.13 0.13 R2 0.95 0.95 0.95 0.94 0.94 0.95 Jumlah iterasi 2 2 2 2 2 2

Sumber: Hasil analisis, 2007.

Tabel 26 Hasil analisis Rap-SIPDASPIR Citarum tengah untuk beberapa

parameter statistik.

Nilai Statistik

Multi

Dimensi Ekologi Ekonomi

Sosial-Budaya Teknologi Hukum dan Kelembagaan Stress 0.12 0.12 0.13 0.13 0.13 0.13 R2 0.95 0.95 0.95 0.94 0.94 0.95 Jumlah iterasi 2 2 2 2 2 2

Sumber: Hasil analisis, 2007.

Tabel 27 Hasil analisis Rap-SIPDASPIR Citarum hilir untuk beberapa parameter

statistik.

Nilai

Statistik

Multi

Dimensi

Ekologi Ekonomi

Sosial-Budaya

Teknologi

Hukum dan

Kelembagaan

Stress

0.12 0.12

0.13

0.13

0.13

0.13

R

2

0.95

0.95

0.95

0.94

0.94

0.95

Jumlah

iterasi

2 2

2

2

2

2

Sumber: Hasil analisis, 2007.

Berdasarkan Tabel 25, 26 dan 27 setiap dimensi maupun multidimensi

memiliki nilai “stress” yang jauh lebih kecil dari ketetapan yang menyatakan

bahwa nilai “stress” pada analisis dengan metode MDS sudah cukup memadai

jika diperoleh nilai 25% (Fisheries. Com, 1999). Karena semakin kecil nilai

“stress” yang diperoleh berarti semakin baik kualitas hasil analisis yang

dilakukan. Berbeda dengan nilai koefisien determinasi (R

2

), kualitas hasil analisis

semakin baik jika nilai koefisien determinasi semakin besar (mendekati 1).

Dengan demikian dari kedua parameter (nilai “stress” dan R

2

menunjukkan

bahwa seluruh atribut yang digunakan pada analisis keberlanjutan sistem

kebijakan pengelolaan pesisir dan DAS di DAS Citarum Jawa Barat sudah cukup

baik dalam menerangkan kelima dimensi pembangunan yang dianalisis.

(29)

Untuk menguji tingkat kepercayaan nilai indeks total maupun

masing-masing dimensi digunakan analisis Monte Carlo. Analisis ini merupakan analisis

yang berbasis komputer yang dikembangkan pada tahun 1994 dengan

menggunakan teknik random number berdasarkan teori statistik untuk

mendapatkan dugaan peluang suatu solusi persamaan atau model matematis

(EPA). Mekanisme untuk mendapatkan solusi tersebut mencakup perhitungan

yang berulang-ulang. Oleh karena itu menurut Bielajew (2001) proses

perhitungan akan lebih cepat dan efisien jika menggunakan komputer. “Nama

Monte Carlo” diambil dari nama kota “Monte Carlo” karena analisis Monte Carlo

pada prinsipnya mirip dengan permainan rolet (roullet) di Monte Carlo.

Permainan rolet ini dapat berfungsi sebagai pembangkit bilangan acak yang

sederhana.

Analisis Monte Carlo sangat membantu di dalam analisis

Rap-SIPDASPIR untuk melihat pengaruh kesalahan pembuatan skor pada setiap

atribut pada masing-masing dimensi yang disebabkan oleh kesalahan prosedur

atau pemahaman terhadap atribut, variasi pemberian skor karena perbedaan

opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda, stabilitas proses analisis MDS,

kesalahan memasukkan data atau penilaian atau ada data yang hilang (missing

data), dinilai “stress” yang terlalu tinggi. Dengan demikian hasil akhir analisis

Rap-SIPDASPIR berupa IkB-SIPDASPIR (Indeks keBerlanjutan Sistem

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Pesisir) di lokasi penelitian mempunyai

tingkat kepercayaan yang tinggi.

Hasil analisis Monte Carlo dilakukan dengan beberapa kali pengulangan

ternyata mengandung kesalahan yang tidak banyak mengubah nilai indeks total

maupun masing-masing dimensi. Berdasarkan Tabel 28, 29 dan 30 dapat dilihat

bahwa nilai status indeks keberlanjutan sistem kebijakan pengelolaan DAS dan

pesisir di Citarum Jawa Barat pada selang kepercayaan, 95% didapatkan hasil

yang tidak banyak mangalami perbedaan antara hasil analisis MDS dengan

analisis Monte Carlo. Kecilnya perbedaan nilai indeks keberlanjutan antara hasil

analisis metode MDS dengan analisis Monte Carlo mengindikasikan hal-hal

sebagai berikut: 1) kesalahan dalam membuat skor setiap atribut relatif kecil ; 2)

variasi pemberian skor akibat perbedaan opini relatif kecil; 3) proses analisis

yang dilakukan secara berulang-ulang stabil; 4) kesalahan memasukkan data

dan data yang hilang dapat dihindari.

(30)

Tabel 28 Hasil analisis Monte Carlo untuk nilai IkB-SIPDASPIR dan

masing-masing dimensi sistem dengan selang kepercayaan 95% di DAS

bagian hulu Citarum Jawa Barat.

Status Indeks Hasil MDS Hasil Monte Carlo Perbedaan

IkB-SIPDASPIR 38.23 38.41 0.18

Ekologi 4.56 4.67 0.11

Ekonomi 88.29 88.31 0.02

Sosial-budaya 1.30 1.40 0.10

Teknologi 15.49 15.55 0.06

Hukum dan kelembagaan 31.57 31.81 0.24

Sumber: Hasil analisis, 2007.

Tabel 29 Hasil analisis Monte Carlo untuk nilai IkB-SIPDASPIR dan

masing-masing dimensi sistem dengan selang kepercayaan 95% di DAS

bagian tengah Citarum Jawa Barat.

Status Indeks Hasil MDS Hasil Monte Carlo Perbedaan

IkB-SIPDASPIR 38.27 38.55 0.28

Ekologi 15.25 15.29 0.04

Ekonomi 88.29 88.31 0.02

Sosial-budaya 26.40 26.45 0.05

Teknologi 9.32 9.35 0.03

Hukum dan Kelembagaan 44.39 44.63 0.24

Sumber: Hasil analisis, 2007.

Tabel 30 Hasil analisis Monte Carlo untuk nilai IkB-SIPDASPIR dan

masing-masing dimensi sistem dengan selang kepercayaan 95% di DAS

bagian hilir Pesisir Citarum Jawa Barat.

Status Indeks Hasil MDS Hasil Monte Carlo Perbedaan

IkB-SIPDASPIR 33.59 33.75 0.16 Ekologi 26.39 26.5 0.06 Ekonomi 88.29 88.40 0.11 Sosial-budaya 29.10 29.35 0.25 Teknologi 24.23 24.50 0.27 Hukum dan Kelembagaan 41.19 41.30 0.11

Sumber: Hasil analisis, 2007.

Perbedaan hasil analisis yang relatif kecil sebagaimana disajikan pada

tabel 28, 29 dan 30 menunjukkan bahwa analisis Rap-SIPPDAS dengan

menggunakan metode MDS untuk menentukan keberlanjutan sistem yang dikaji

memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dan sekaligus dapat disimpulkan bahwa

metode analisis Rap-SIPDASPIR (Rapid appraissal Sistem Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai dan Pesisir) yang dilakukan dalam kajian dapat dipergunakan

sebagai salah satu alat evaluasi untuk menilai secara cepat (rapid appraissal)

keberlanjutan dari sistem pengelolaan daerah aliran sungai dan pesisir di suatu

wilayah/kawasan.

(31)

Gambar

Gambar 39 Analisis Rap-SIPDASPIR yang menunjukkan nilai IkB-SIPDASPIR di  DAS Citarum tengah Jawa Barat
Gambar 41 Analisis Rap-SIPDASPIR bagian hulu yang menunjukkan nilai indeks  sustainabilitas dimensi ekologi
Gambar 42 Peran masing-masing atribut ekologi yang dinyatakan dalam bentuk  perubahan RMS IkB-SIPDASPIR bagian hulu
Gambar 43 Analisis Rap-SIPDASPIR bagian tengah yang menunjukkan nilai  indeks sustainabilitas dimensi ekologi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aura yang merupakan pancaran energi atau lapisan cahaya yang berada di luar tubuh manusia, secara tidak langsung memang sudah dapat membahasakan dampak atau efek sesuai

Berdasarkan hasil penelitian nugget ikan lele dengan substitusi tepung terigu menggunakan tepung biji nangka, maka dapat disimpulkan :.. Substitusi tepung terigu menggunakan

Sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi sarjana di Fakultas Kedokteran Hewan, penulis menyusun skripsi yang berjudul Analisis Elektrokardiogram Autotransfusi

UBM melakukan pengawasan mutu biskuit mulai dari bahan baku dan bahan tambahan, proses produksi, dan produk akhir biskuit yang

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Praktek Kerja Lapang (PKL) dengan Teknik Pembesaran Ikan Nila Merah

Besarnya perasaan tertarik dalam diri membentuk sikap yang positif dalam diri konsumen terhadap produk tersebut, salah satunya dengan menjadikan produk kosmetik selalu menjadi

Untuk membandingkan derajat kerusakan hati di daerah vena porta dan vena sentralis dari ketiga kelompok perlakuan, maka dilakukan perhitungan persentase hepatosit yang mengalami

Persoalan-persoalan tentang kebebasan seseorang untuk mengakses informasi memang sering bermunculan, banyak orang yang berfikir bagaimana arti atau makna dari