• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. 2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. 2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang handal dalam pemecahan masalah, maka diperlukan serangkaian strategi pembelajaran pemecahan masalah. Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Apabila seseoarang telah mendapatkan suatu kombinasi perangkat aturan yang terbukti dapat dioperasikan sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi maka ia tidak saja dapat memecahkan suatu masalah, melainkan juga telah berhasil menemukan sesuatu yang baru (Gagne dalam Wena, 2006 : 52).

Menurut Izzati (dalam Husain, 2012 : 11) suatu masalah biasanya memuat suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk cepat menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung bagaimana menyelesaikannya. Masih menurut Izzati bahwa jika suatu persoalan diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut dapat menyelesaikan dengan prosedur algoritma tertentu, maka persoalan itu belum bisa dikatakan sebagai masalah. Lebih lanjut Izzati mengemukakan bahwa suatu masalah dapat diartikan sebagai suatu situasi di mana seseorang diminta menyelesaikan persoalan yang baru bagi orang itu, dan belum memahami cara penyelesaiannya.

(2)

Terdapat banyak interpretasi tentang pemecahan masalah dalam matematika. Di antaranya (Ruseffendi, 2006 : 169), pemecahan masalah merupakan salah satu tipe keterampilan intelektual yang lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks dari pada pembentukan aturan. Sesuatu itu merupakan masalah bagi seseorang bila sesuatu itu baru, sesuai dengan kondisi yang memecahkan masalah (tahap perkembangan mentalnya) dan ia memiliki pengetahuan prasyarat.

Sementara Sujono dalam Ruseffendi (1991 : 165), melukiskan masalah matematika sebagai tantangan bila pemecahannya memerlukan kreativitas, pengertian dan pemikiran yang asli atau imajinasi. Berdasarkan penjelasan Sujono tersebut maka sesuatu yang merupakan masalah bagi seseorang, mungkin bukan merupakan masalah bagi orang lain atau merupakan hal rutin saja tidak dengan segera dapat dicapai. Karena itu pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi.

Russeffendi (dalam Husain, 2012 : 12) juga mengemukakan bahwa suatu soal merupakan soal pemecahan masalah bagi seseorang bila ia memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menyelesaikannya, tetapi pada saat ia memperoleh soal itu ia belum tahu cara menyelesaikannya. Dalam kesempatan lain Russeffendi (1991) juga mengemukakan bahwa suatu persoalan itu tidak dikenalnya. Kedua, siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnnya maupun pengetahuan siapnya, terlepas dari apakah akhir ia atau tidak kepada jawabannya. Ketiga, sesuatu itu merupakan pemecahan masalah baginya, bila ia tidak ada niat untuk menyelesaikannya.

(3)

Lebih spesifik Sumarmo (dalam Damopolii, 2010 : 10) mengartikan pemecahan masalah sebagai kegiatan menyelesaikan soal penemuan, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan Sumarmo tersebut, dalam pemecahan masalah matematika tampak adanya kegiatan pengembangan daya matematika (mathematical power) terhadap siswa.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan untuk meyelesaiakan suatu permasalahan/soal yang belum diketahui jawabannya, seperti menyelesaikan soal penemuan, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan. Dalam hal ini, kemampuan pemecahan masalah matematika mempunyai 4 tahap yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melakukan perhitungan, dan memeriksa kembali jawaban yang diperoleh. Faktor yang memepengaruhi sulitnya memecahkan suatu masalah yaitu: kompleksnya pertanyaan, metode penyajian masalah, kebiasaan yang dilakukan sebelumnya, salah pengertian dalam penyelesaian dan sulitnya memulai apa yang harus dilakukan.

2.1.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Menurut Polya (dalam Erniwati, 2011), indikator kemampuan pemecahan masalah matematika adalah sebagai berikut:

(4)

a) Memahami masalah, yaitu mengidentifikasi kecukupan data untuk menyelesaikan masalah sehingga memperoleh gambaran lengkap apa yang diketahui dan ditanyakan dalam masalah tersebut.

b) Merencanakan penyelesaian, yaitu menetapkan langkah-langkah penyelesaian, pemilihan konsep, persamaan dan teori yang sesuai untuk setiap langkah.

c) Menjalankan rencana, yaitu menjalankan penyelesaian berdasarkan langkah-langkah yang telah dirancang dengan menggunakan konsep, persamaan serta teori yang dipilih.

d) Melihat kembali apa yang telah dikerjakan yaitu tahap pemeriksaan, apakah langkah-langkah penyelesaian telah terealisasikan sesuai rencana sehingga dapat memeriksa kembali kebenaran jawaban yang pada akhirnya membuat kesimpulan akhir.

Indikator-indikator tersebut digunakan sebagai acuan menilai kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah merupakan kompetensi dalam kurikulum yang harus dimiliki siswa. Dalam pemecahan masalah siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah yang bersifat nonrutin yaitu lebih mengarah pada masalah proses. Melalui kegiatan pemecahan masalah , aspek-aspek yang penting dalam pembelajaran matematika seperti penerapan aturan pada masalah yang mengarah pada proses, penemuan pola, komunikasi matematika dan lain-lain dapat dikembangkan dengan baik.

(5)

2.2 Tinjauan Metode Pembelajaran Matematika 2.2.1 Metode Pembelajaran Inkuiri

` Kata metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2001 : 207).

Metode pembelajaran yang mampu membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa dan menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa adalah metode inkuiri. Inquiry adalah istilah dalam bahasa inggris, ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas (Rostiyah, 2012 : 75). Metode inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Menurut Piaget (Sanjaya 2011 : 169) pengetahuan akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Selanjutnya Piaget menerangkan pula bahwa “sejak kecil setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya”.

Metode inkuiri ialah metode mengajar yang serupa dengan model penemuan. Bedanya ialah bahwa membawakan pengajaran penemuan pada umumnya dengan ekspositori dan kelompok kecil (laboratorium, diskusi), tetapi menyampaikan materi dengan inkuiri tidak perlu dengan cara demikian tetapi dengan ekspositori, kelompok, dan sendiri-sendiri. Bila pada model penemuan

(6)

sesuatu yang akan ditemukan siswa itu sudah diketahui oleh guru, dan guru membimbingnya, maka demikian pula pada metode inkuiri, siswa direncanakan menemukan sesuatu. Tetapi, dalam metode inkuiri saat berlaku proses penemuannya itu yang penting, hasilnya adalah nomor dua. Di samping itu, pada metode inkuiri ini guru selain sebagai pembimbing, juga sebagai sumber informasi data yang diperlukan siswa dalam menunjang keberhasilan siswa dalam pencariannya (Ruseffendi, 2006 : 334).

Menurut Mulyatiningsih (2012 : 235). Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam proses pengumpulan data dan pengujian hipotesis. Guru membimbing peserta didik untuk menemukan pengertian baru, mengamati perubahan pada praktik uji coba, dan memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar mereka sendiri. Dalam metode inkuiri, peserta didik belajar secara aktif dan kreatif untuk mencari pengetahuan.

Gullo (2005 : 84) menyatakan pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri: (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Masih menurut (Gullo, 2005 : 86 ) kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah: (1) Aspek sosial dikelas dan

(7)

suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi, (2) Inkuiri berfokus pada hipotesis, dan (3) Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).

Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai berikut.

1. Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir. 2. Fasilitator, menunjukan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan. 3. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat. 4. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.

5. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

6. Manajer, mengelolah sumber belajar, waktu dan organisasi kelas. 7. Rewarder, memberikan penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.

Menurut Uno (2011 : 14), pembelajaran inkuiri dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Oleh karena itu, prosedur ilmiah dapat diajarkan secara langsung kepada mereka. Berikut adalah postulat yang diajukan oleh Suchman untuk mendukung teori yang mendasari metode pembelajaran ini.

1. Secara alami manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu mencari tahu akan segala sesuatu yang menarik perhatiannya.

2. Mereka akan menyadari keingintahuan akan segala sesuatu tersebut dan akan belajar untuk menganalisis strategi berpikirnya.

(8)

3. Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan/digabungkan dengan strategi lama yang telah dimilki siswa. 4. Penelitian kooperatif (cooperative inquiry) dapat memperkaya kemampuan

berpikir dan membantu siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa bersifat tentative dan belajar menghargai penjelasan atau solusi alternatif. Secara singkat, metode pembelajaran inkuiri bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah. Mengapa demikian? Karena pada dasarnya secara intuitif setiap individu cenderung melakukan kegiatan ilmiah (mencari tahu/memecahkan masalah). Kemampuan tersebut dapat dilatih sehinggah setiap individu kelak dapat melakukan kegiatan ilmiahnya secara sadar (tidak intuitif lagi) dan dengan prosedur yang benar.

Lebih lanjut Hamalik menguraikan bahwa pengajaran inkuiri dibentuk atas dasar diskoveri, sebab seorang siswa harus menggunakan kemampuan berdiskoveri dan kemampuan lainnya. Dalam inkuiri, seseorang bertindak sebagai seorang ilmuan (scientist), melakukan eksperimen dan mampu melakukan proses mental berinkuiri, adalah sebagai berikut.

a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alami. b. Merumuskan masalah-masalah.

c. Merumuskan hipotesis-hipotesis.

d. Merancang pendekatan investigatif yang meliputi eksperimen. e. Melaksanakan eksperimen.

(9)

g. Memiliki sikap ilmiah, antara lain objektif, ingin tahu, keterbukaan, menginginkan dan menghormati model-model teoretis, serta bertanggung jawab.

Rumusan lainnya menyatakan, “Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa inkuiri ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan trsuktural kelompok” (Kourislky, 1987 : 68) dalam Hamalik (2001 : 220).

2.2.1.1Langkah-langkah Metode Pembelajaran inkuiri

Hamalik menguraikan Proses inkuiri menuntut guru bertindak sebagai fasilitator, narasumber, dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan. Strategi instriksional dapat berhasil bila guru memperhatikan kriteria sebagai berikut.

1. Mengidentifiksi secara jelas topik inkuiri yang dianggap bermanfaat bagi siswa.

2. Membentuk kelompok-kelompok dengan memperhatikan keseimbangan aspek akademik dan aspek sosial.

3. Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok dengan cara responsive dan tepat waktu.

4. Intervensi untuk meyakinkan terjadinya interaksi antara pribadi secara sehat dan terdapat dalam kemajuan pelaksanaan tugas.

5. Melakukan evaluasi dengan berbagai cara untuk menilai kemajuan kelompok dan hasil yang dicapai.

(10)

Lebih lanjut Dewey’s, (dalam Mulyatiningsih, 2012 : 235) menyatakan bahwa langkah inkuiri mengacu pada model berpikir ferlektif. Tahap-tahap inkuiri yang dilakukan peserta didik meliputi: (1) mengidentifikasi masalah; (2) Merumuskan hipotesis; (3) Mengumpulkan data; (4) Menganalisis dan menginterpretasikan data untuk menguji hipotesis; (5) Menarik kesimpulan. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang dilakukan guru yaitu: (1) Menjelaskan tujuan pembelajaran; (2) Membagi petunjuk inkuiri atau petunjuk praktikum; (3) Menugaskan peserta didik untuk melaksanakan inkuiri praktikum; (4) Memantau pelaksanaan inkuiri; (5) Menyimpulkan hasil inkuiri bersama-sama. Menurut Sanjaya (2011 : 201), langkah-langkah metode pembelajaran inkuiri dilakukan sebagai berikut.

1. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Berbeda dengan tahapan preparation dalam metode pembelajaran ekspositori sebagai langkah untuk mengkondisikan agar siswa siap menerima pelajaran, pada langkah orientasi dalam metode pembelajaran inkuiri, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan metode pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah:

(11)

a Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

b Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.

c Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

2. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah kedua pada metode inkuiri. Dalam langkah ini siswa dituntun guru untuk mengetahui apa yang akan dicari dan ditemukan siswa. Oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Ini penting dalam pembelajaran inkuiri. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, di antaranya:

a Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dibantu guru dengan data secukupnya.

b Perumusan masalah harus jelas, dalam hal ini pernyataan atau pertanyaan guru haruslah mampu mengarahkan siswa kepada proses inkuiri yang tepat. Yaitu perumusan masalah yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

c Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah

(12)

memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah. Jangan harapkan siswa dapat melakukan tahapan inkuiri selanjutnya, manakala ia belum paham konsep-konsep yang terkandung dalam rumusan masalah.

3. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. sehingga guru sangat berperan dalam membimbing siswa untuk berhipotesis dari rumusan masalah yang siswa temukan, agar siswa bisa dengan mudah merumuskan suatu hipotesis dari masalah yang ditemukan. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh

(13)

kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.

4. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Dalam hal ini, siswa berperan untuk melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan sendiri. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri manakala siswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidak bergairahan dalam belajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala semacam ini, guru hendaknya terus-menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir.

5. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

(14)

Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Sehingga siswa dapat berkreasi atau menemukan sendiri kebenaran hipotesis yang telah ditemukan, kemudian menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.

6. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya proses pembelajaran. Dalam hal ini, siswa sangat berperan dalam merumuskan kesimpulan dari data-data yang diperolehnya. Kadang kala banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

2.2.1.2 Keunggulan dan kelemahan metode pembelajaran inkuiri 1. Keunggulan

Adapun menurut Roestiyah (2012 : 76) metode pembelajaran inkuiri ini memilki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut.

1) Dapat membentuk dan mengembangkan “sel-consept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses

(15)

3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

5) Memberi kepuasan yang bersift intrinsic.

6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

9) Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional. 10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat

mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. 2. Kelemahan

Lebih lanjut Roestiyah (2012 : 77 ) mengemukakan, di samping memiliki keunggulan, metode pembelajaran inkuiri juga mempunyai kelemahan, diantaranya:

1) Penerapan metode pembelajaran inkuri ini menjadi sulit karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

2) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan.

3) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka metode pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

2.2.2 Metode Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang lebih berpusat pada guru. Sehingga dalam proses pembelajaran, guru yang lebih aktif dan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru saja.

Kelemahan dari pembelajaran konvensional ini menurut Roestiyah (2012 : 138), ialah Guru tidak mampu untuk mengontrol sejauh mana siswa telah memahami uraiannya. Apakah ketenangan/kediaman mereka dalam

(16)

mendengarkan pelajaran itu berarti bahwa mereka telah memahami pelajaran yang diberikan oleh guru? Hal itu masih perlu dipertanyakan dan diteliti lebih lanjut. Apakah dengan sikap diam itu berarti siswa disiplin patuh mendengarkan pelajaran dengan baik? Ataukah tidak ada kemungkinan bahwa siswa asik mendengarkan pelajaran dengn penuh perhatian itu, dalam menangkap pengertian pelajaran dapat memberi pengertian yang berbeda mengenai apa yang kita jelaskan pada mereka, baik mengenai kata-kata maupun istilah, sehingga kesimpulan yang diperoleh juga lain dengan apa yang dimasud oleh guru.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional lebih terpusat pada guru sehingga bisa dikatakan proses belajar mengajarnya terletak pada cara guru mengajar bukan pada cara siswa belajar. 2.3 Tinjauan Materi Matematika berdasarkan pendekatan metode pembelajaran inkuiri

2.3.1 Luas Permukaan Prisma Tegak dan Limas

Prisma adalah bangun ruang tertutup yang dibatasi oleh dua sisi banyak yang sejajar dan kongruen, serta sisi-sisi lainnya berbetuk persegi (Enda Budi Rahaju,dkk, 2008 : 207). Sedangkan Menurut Ramadhani (2005 : 60) Prisma adalah bangun rung yang dibatasi oleh dua sisi berhadapan yang kongruen dan sejajar, serta sisi-sisi lain yang memotong kedua sisi berhadapan itu.

1. Luas Permukaan Prisma Tegak

Sama seperti kubus dan balok, luas permukaan prisma dapat dihitung menggunakan jaring-jaring prisma tersebut. Caranya adalah dengan

(17)

menjumlahkan semua luas bangun datar pada jaring-jaring prisma. Coba kamu perhatikan prisma segitiga beserta jaring-jaringnya pada gambar berikut.

Gambar 2.1: Prisma Segitiga dan Jaring-jaringanya

Dari gambar di atas, terlihat bahwa prisma segitiga ABC, DEF memiliki sepasang segitiga yang identik dan tiga buah persegi panjang sebagai sisi tegak.

Dengan demikin, luas permukaan prisma segitiga tersebut adalah

Luas permukaan prisma = luas ABC + Luas DEF + luas EDAB + luas DFCA + Luas FEBC

= 2 . Luas ABC + luas EDBA + Luas DFAC + luas FEBC

= (2 . luas alas) + (luas bidang-bidang tegak)

Jadi, luas permukaan dapat dinyatkan dengan rumus sebagai berikut (Nunik Avinti Agus, 2007 : 204).

2. Luas Permukaan Limas

Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah bidang segibanyak sebagai sisi alas dan sisi-sisi tegak berbentuk segitiga (Enda Budi Rahaju,dkk,

(18)

2008 : 215). Sedangkan menurut Ramadhania (2005 : 61) Limas merupakan bangun ruang yang memiliki titik puncak, alas, dan sisi tegak yang bertemu pada titik puncak.

Sama halnya dengan prisma, luas permukaan limas pun dapat di peroleh dengan cara menentukan jaring-jarng limas tersebut. Kemudian, menjumlahkan luas bangun datar dari jaring-jaring yang terbentuk. Untuk lebih jelasnya, coba perhatikan uraian berikut.

Gambar 2.3: Limas segiempat E. ABCD dan jarring-jaringnya

Gambar di atas, memperlihatkan sebuah limas segiempat E.ABCD beserta jarring-jaringnya. Dengan demikian, luas permukaan limas tersebut adalah sebagai berikut.

Luas permukaan limas E.ABCD = Luas ABCD + Luas ABE + luas BCE + luas CDE + luas ADE

= Luas ABCD + (luas ABE + luas BCE + Luas CDE + luas ADE.

Secara umum, luas permukaan limas adalah sebagai berikut (, 2007 : 212). Luas Permukaan Limas = Luas alas + jumlah luas sisi-sisi tegak

(19)

2.3.2 Volume Prisma Tegak dan Limas 1. Volume Prisma Tegak

Untuk mengetahui rumus prisma, perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 2.2: Balok dan Prisma

Gambar di atas memperlihatkan sebuah balok ABCD, EFGH yang dibagi dua secara melintang. Ternyata, hasil belahan balok tersebut membentuk prism segitiga, seperti pada gambar (b). perhatikan prisma segitiga BCD,FGH pada gambar (c). denga demikian, volume prisma segitiga adalah setengh kali volume balok.

Volume Prisma BCD.FGH = Volume balok ABCD.EFGH =

= ( = luas alasa tinggi

Jadi, volume prisma dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut (Agus, 2007 : 205).

(20)

2. Volume Limas

Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 2.4: Kubus dan Limas

Gambar di atas menujukkan sebuah kubus ABCD.EFGH. kubus tersebut memiliki 4 buah diagonal ruang yang saling berpotongan di titik O. jika diamati secara cermat, keempat diagonal ruang tersebut membentuk 6 buah limas segiempat, yaitu limas segiempat O.ABCD, O.EFGH, O.ABFE, O.BCGF, O.CDHG, dan O.DAEH. dengn demikian, volume kubus ABCD.EFGH merupakan gabungan volume keenam limas tersebut.

6 volume limas O.ABCD = volume kubus ABCD.EFGH Volume limas O.ABCD =

= = = = =

Oleh Karena s2 merupakan luas alas kubus ABCD.EFGH dan merupakan tinggi limas O.ABCD maka:

(21)

Volume limas O.ABCD =

= luas alas limas tinggi limas

Jadi, rumus volume limas dapat dinyatakan sebagai berikut (Agus, 2007: 214).

2.4 Implementasi Metode Pembelajaran Inkuiri Pada Materi Luas Permukaan dan Volume Prisma Tegak dan Limas.

No

Tahap Pembelajaran/

waktu

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1

Orientasi

Menjelaskan topik, tujuan, dan kemampuan pemecahan masalah yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

Memahami dan mencermati permasalahan dari berbagai aspek

Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menyimak penjelasan guru, agar lebih memahami prosedur/ langkah-langkah inkuiri yang akan dilakukan. Menjelaskan pentingnya Menyimak penjelasan Volume Limas = luas alas tinggi

(22)

No

Tahap Pembelajaran/

waktu

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

topik dan kegiatan belajar.

guru

2

Merumuskan Masalah

Membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.

Merumuskan sendiri masalah yang ditemui dari teka-teki yang diberikan oleh guru dalam LKS, sehingga siswa dapat mengetahui apa yang dicari dan yang akan ditemukan.

3 Merumuskan Hipotesis

Membimbing siswa untuk dapat berhipotesis dari rumusan masalah yang telah ditemukan.

Menyimak pertanyaan guru dan menuangkan dalam lembar LKS sebagai hipotesis dari rumusan masalah yang telah ditemukan.

4

Mengumpulkan Data

Guru membimbing siswa mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab rumusan

Siswa mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan

(23)

No

Tahap Pembelajaran/

waktu

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

masalah yang telah ia temukan.

sendiri.

5 Menguji Hipotesis

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berkreasi atau menentukan sendiri kebenaran hipotesis yang telah ditemukan.

Menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai data atau

informasi yang diperoleh berdasarkan

pengumpulan data.

6

Merumuskan kesimpulan

meninjau kembali data yang digunakan siswa untuk memastikan siswa mendapatkan

kesimpulan dari data-data yang relevan.

Merumuskan

kesimpulan dari data-data yang diperolehnya.

2.5 Kerangka Berfikir

Kemampuan pemecahan masalah merupakan kecakapan atau potensi yang dimiliki seseorang atau siswa dalam menyelesaikan soal penemuan, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam

(24)

kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau menguji konjektur. Dalam pembelajaran matematika khususnya pada Luas permukaan dan Volume Prisma Tegak dan limas kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah. Salah satu faktor penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah ini adalah guru yang kurang kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi. Biasanya guru mengajarkan materi Luas permukaan dan Volume Prisma Tegak dan limas dengan menggunakan pembelajaran langsung yang disertai dengan pemberian tugas. Tanpa melibatkan siswa pada saat pembelajaran berlangsung, sehingganya siswa merasa bosan dan jenuh dengan cara penyajian materi yang dilakukan oleh guru. Sehingga materi yang di sampaikan guru tidak terserap sepenuhnya oleh siswa.

Untuk dapat mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu alternatif metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana siswa itu terlibat langsung pada proses belajarnya. Metode pembelajaran Inkuiri merupakan salah satu metode pembelajaran yang inovatif. Metode pembelajaran inkuiri ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pembelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam metode ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Oleh karenanya penulis menduga bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri pada materi luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas, kemampuan pemecahan masalah matematika siswa akan lebih baik.

(25)

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang menggunakan metode pembelajaran inkuiri lebih tinggi dari kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional, pada pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas”.

Gambar

Gambar 2.1: Prisma Segitiga dan Jaring-jaringanya
Gambar 2.3: Limas segiempat E. ABCD dan jarring-jaringnya
Gambar 2.2: Balok dan Prisma

Referensi

Dokumen terkait

Perkolasi, adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar.. Proses perkolasi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari ROA, ROE, dan Tobins’Q terhadap kebijakan dividen (DPR) perusahaan

Tulisan ini merupakan hasil kajian dari kegiatan pendidikan keluarga berwawasan gender melalui penyuluhan dan pemanfaatan limbah pertanian, yang merupakan kegiatan pengabdian

[r]

menunjukkan bahwa dosis bahan organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 hari setelah tanam, bobot tongkol jagung per tanaman,

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapati bahwa pemberian konsentrasi larutan nutrisi AB Mix yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah

Kondisi kehidupan suami istri dalam keluarga prasejahtera di Kecamatan Kluet Timur kehidupan rumah tangga sederhana dan belum mempunyai pendapatan yang memedai, rata- rata

 Memproduksi Produk Concrete Product Sesuai dengan Standart Mutu yang di Tentukan.