• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRUKTUR AUDIT, KONFLIK PERAN, KETIDAKJELASAN PERAN, DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA AUDITOR. Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH STRUKTUR AUDIT, KONFLIK PERAN, KETIDAKJELASAN PERAN, DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA AUDITOR. Oleh"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH STRUKTUR AUDIT, KONFLIK PERAN, KETIDAKJELASAN PERAN, DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA AUDITOR

Oleh

Ade Septiawan1, Ethika2, Popi Fauziati2

1,2)

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Email:

adeseptiawan71@yahoo.co.id ABSTRAK

This study to purpose of improved the effect of audit structure, role conflict, role ambiguity and emotional intelligence on the performance of auditors. Prior to this study first conducted sample collection. In this study used 50 people who work in the environmental auditor Public Accountant (KAP) selected using purposive sampling method. Types of data used are primary data obtained through questionnaires. In this study used two categories of variables. The first independent variable is the structure of the audit, role conflict, role ambiguity and emotional intelligence. The second dependent variable is the performance auditor. In order to perform hypothesis testing have been used multiple regression models and statistical t-test. Based on the results of hypothesis testing found that the structure of the audit, role conflict and emotional intelligence does not significantly influence the performance of KAP auditors working in the area of Padang and Pekanbaru, while role ambiguity significantly influence the performance of auditors in the area of Padang and Pekanbaru.

Keywords Audit Structure, Role Conflict, Role Ambiguity, and Performance Auditor

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kegiatan audit, seorang auditor dapat dipengaruhi oleh struktur audit yang dilaksanakan, konflik peran (role of conflict) dan ketidakjelasan peran di dalam melaksanakan tugas. Struktur audit dapat mengetahui tingkatan yang dilalui di dalam kegiatan audit, sedangkan konflik peran dan ketidak jelasan peran lebih berhubungan dengan spesialisasi fungsi dari kegiatan kerja oleh auditor.

Menurut Sugiyono (2010) struktur audit merupakan proses atau prosedur yang akan dilaksanakan oleh seorang auditor pada saat melakukan audit. Struktur audit dimulai dari proses pencarian informasi, pencatatan hingga publikasi opini audit. Jika struktur audit dilaksanakan dengan baik akan mendorong kinerja audit yang tinggi. Proses audit yang dilakukan sesuai dengan prosedur akan membuat laporan audit menjadi lebih baik. Pelaksanaan struktur audit akan menciptakan laporan

(2)

2 audit yang sistematis dan relatif kecil dari kesalahan dalam melaksanakan proses audit sehingga kinerja auditor menjadi lebih baik.

Menurut Risma (2010) kinerja audit akan menunurun ketika di dalam team atau sebuah KAP terjadi konflik kepentingan. Konflik kepentingan menciptakan pertentangan di dalam bekerja, sehingga kerja sama team auditor tidak berjalan dengan baik, akibatnya kinerja dalam melaksanakan proses audit menjadi menurun. Konflik kepentingan membuat masing-masing auditor memiliki persaingan dalam bekerja dan tidak mengutamakan kerja sama team, masing-masing pihak berusaha untuk memberikan kontribusi yang tinggi, akibatnya hasil audit tidak maksimal dan tentu akan merugikan perusahaan klien.

Menurut Herlambang (2011) sebuah pekerjaan tidak akan memberikan kontribusi yang baik bila di dalam organisasi tidak terjadi kejelasan peran dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Menurut Robbins dan Timothy (2008) ketidakjelasan peran adalah sebuah kondisi yang menunjukan tidak adanya prosedur yang mengatur tugas dan tanggung jawab masing-masing individu di dalam organisasi. Jika kondisi tersebut terjadi di dalam KAP tentu kinerja auditor akan menurun.

Menurut Gibson et.al (2007) kinerja individual akan meningkat ketika individu memiliki kecerdasan emosional dalam bekerja. Kecerdasan emosional berhubungan dengan kemampuan individu untuk memperlihatkan kompetensinya di dalam bekerja, dan mampu mencari solusi di dalam penyelesaian sebuah tanggung jawab dalam bekerja. Oleh sebab itu kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap kinerja auditor.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan kepada latar belakang masalah maka diajukan pertanyaan yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah struktur audit berpengaruh terhadap kinerja auditor ?

2. Apakah konflik peran berpengaruh terhadap kinerja auditor ?

3. Apakah ketidakjelasan peran berpengaruh terhadap kinerja auditor ?

4. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja auditor ?

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Penelitian

untuk mengetahui secara empiris pengaruh:

1. Struktur audit terhadap kinerja auditor

2. Konflik peran terhadap kinerja auditor

(3)

3 3. Ketidakjelasan peran terhadap

kinerja auditor

4. Kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor

1.3.2 Manfaat Penelitian

Yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk KAP, dapat dijadikan sebagai alat evaluasi untuk mengambil kebijakan dalam meningkatkan kinerja team dan individual untuk menjalankan tanggung jawab mereka.

2. Bagi praktisi, dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor yang mempengaruhi kinerja auditor.

3. Bagi akademisi, dijadikan sebagai bahan replikasi.

LANDASAN TEORI 2.1 Kinerja Auditor

Pada penelitian ini variabel yang dibahas adalah masalah kinerja auditor. Choiriah (2013) kinerja auditor adalah hasil yang dicapai dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya, dalam hal ini kinerja auditor dinyatakan baik ketika laporan audit yang diselesaikan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dan berkontribusi dalam arah kebijakan yang diambil oleh perusahaan.

Menurut Soemarso (2010) kinerja auditor adalah hasil yang dicapai auditor didalam menjalankan tugasnya. Seorang auditor dinyatakan memiliki kinerja yang baik ketika mampu menghasilkan laporan audit tepat pada waktunya, selain itu laporan yang diselesaikan memiliki tingkat ketepatan dan akurasi yang tinggi serta dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang berkepentinngan.

Menurut Chariri (2011) mengungkapkan bahwa kinerja auditor sebagai hasil yang diperoleh dari kegiatan audit yang dilaksanakan.Kinerja auditor dinyatakan baik ketika proses audit dilakukan sesuai dengan prosedur, diselesaikan tepat waktu dan laporan audit yang diselesaikan dapat memberikan kontribusi penting bagi kebijakan strategi yang akan diambil perusahaan.

2.2 Struktur Audit

Arens et.al (2010) struktur audit menunjukan proses atau tahapan yang dilalui oleh seorang auditor . Secara umum tahapan melakukan proses audit dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan prosedur PSAK. Proses audit yang sistematis tentu akan meningkatkan akurasi tingkat reliabilitas proses audit yang dilaksanakan.

(4)

4 Pada dasarnya struktur audit akan menciptakan laporan audit yang akurat dan valid. Menurut Fanani et.al (2007) laporan audit harus memiliki indikator sebagai berikut:

1. Validiti laporan, merupakan ketepatan pelaksanaan prosedur audit yang telah dilaksanakan oleh auditor.

2. Prosedural

3. Fasilitas yang digunakan.

2.3 Konflik Peran

Menurut Robbins dan Timothy (2008) konflik peran merupakan sebuah kegiatan yang mengharuskan individu yang bekerja untuk melaksanakan lebih dari satu tugas. Konflik peran sering terjadi pada lembaga perbankan, dimana terdapat individu yang memegang jabatan rangkap. Konflik peran dapat berpengaruh positif atau berpengaruh negatif. Kontribusi positif dari Konflik peran terjadi ketika perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk melaksanakan rekuitmen karyawan dalam rangka mengisi suatu posisi. Dampak negatif Konflik peran, kinerja atau performance karyawan menjadi tidak maksimal karena melaksanakan pekerjaan yang berbeda sekaligus.

2.4 Kecerdasan Emosional

Secara umum individu memiliki kecerdasan emosional yang berbeda. Menurut Robbins dan Timothy (2008) kecerdasan emosional adalah kemampuan individu untuk menyesuaikan diri pada berbagai lingkungan di dalam masyarakat. Kecerdasan emosional muncul dari berbagai sumber dapat secara alami atau karena pengalaman dan proses pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus. Kecerdasan emosional akan sangat berguna di dalam membantu individu dalam bekerja.

Menurut Dessler (2007) kecerdasan emosional adalah kemampuan individu untuk bersikap dan berprilaku di dalam sebuah lingkungan, dapat berasal dari gen atau dari proses pembelajaran yang dilakukan individu. Kecerdasan emosional akan menentukan posisi seorang individu di dalam lingkungan masyarakat.

2.5 Pengembangan Hipotesis

Secara umum hipotesis yang diajukan didalam model penelitian ini adalah:

H1 Struktur audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor

H2 Konflik peran berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor

H3 Ketidajelasan peran berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor H4 Kecerdasan Emosional berpengaruh

(5)

5 2.6 Kerangka Berfikir

Secara umum model kerangka berfikir di dalam penelitian ini terlihat pada gambar I berikut ini:

Gambar.I Kerangka Berfikir Struktur Audit Konflik Peran Ketidakjelasa Peran Kecerdasan Emosional Kinerja Auditor

(6)

6 METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Sebelum dilakukan tahapan pengolahan data terlebih dahulu dilakukan pemilihan populasi. Menurut Sekaran (2006) populasi adalah kesatuan atribut yang saling bekerja sama untuk mencapai satu tujuan. Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di KAP di Kota Padang dan Pekanbaru.

Untuk mempersempit ruang lingkup pembahasan, maka dilakukan pengambilan sampel. Menurut Sekaran (2006) sampel merupakan bagian dari populasi yang dianggap mewakili. Sampel penelitian ini adalah beberapa orang auditor yang bekerja di KAP di Kota Padang dan Pekanbaru.

Berdasarkan survey pendahuluan yang peneliti lakukan jumlah KAP di kota Padang berjumlah 6, di Pekanbaru 7 setelah diamati masing-masing KAP memiliki anggota 4 – 7 orang auditor. Oleh sebab itu di dalam penelitian ini digunakan metode purposive sampling untuk mengambil responden yang tepat untuk dijadikan sampel. Menurut Ghozali (2011) purposive sampling adalah metode penggambilan sampel yang didasarkan pada kriteria khusus yang terdapat pada populasi. Kriteria yang digunakan meliputi:

Auditor yang bekerja di lingkungan KAP di Kota Padang dan Pekanbaru yang telah bekerja minimal satu tahun di dalam KAP.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer. Menurut Sekaran (2006) data primer adalah data yang dicari secara langsung dan belum diolah dan dipublikasikan kepada pihak pihak yang berkepentingan. Data primer yang digunakan diperoleh melalui proses penyebaran kuesioner yang dilakukan pada responden yang memenuhi syarat.

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel penelitian di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.3.1 Variabel Dependen Kinerja Auditor (y)

Menurut Sadely (2005) kinerja auditor menunjukan hasil yang diperoleh oleh seorang auditor dalam menyelesaikan proses audit sesuai dengan target dan prosedur yang telah disepakati. Untuk mengukur kinerja auditor digunakan kuesioner yang diadopsi dari Fanani et.al (2007) yaitu sebagai berikut:

1. Kualitas audit, menunjukan ketepatan dan keakuratan laporan audit yang dibuat

(7)

7 2. Kuantitas, adalah banyaknya

tanggung jawab yang diselesaikan dalam bekerja.

3. Pemahaman materi, adalah kemampuan individu untuk memahami dan mengaplikasikan teori dengan praktek yang sesungguhnya.

4. Hubungan dengan sesama auditor, adalah ikatan kerja sama yang terjalin antar masing-masing auditor di dalam sebuah KAP. 3.3.2 Variabel Independen

Secara umum variabel independen yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Struktur Audit (X1)

Menurut Arens et.al (2010) struktur audit menunjukan proses atau tahapan yang dilalui auditor dalam melaksanakan proses audit. Untuk mengukur struktur audit digunakan kuesioner dari Fanani et.al (2007) yaitu:

1. Validiti laporan 2. Prosedural

3. Fasilitas

2. Konflik Peran (X2)

Menurut Robbin dan Timothy (2008) konflik peran adalah kondisi yang menunjukan adanya kebigungan dari masing-masing individu untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam bekerja. Untuk mengukur konflik

peran maka digunakan indikator yang diadopasi dari dari Fanani et.al (2007) yaitu sebagai berikut:

1. Bekerja dengan beberapa orang kelompok atau lebih dalam bekerja 2. Melakukan berbagai hal yang

penting dan diterima oleh pihak pihak di dalam organisasi.

3. Mendukung penugasan secara manajerial dengan seluruh anggota organisasi.

4. Dukungan anggota organisasi yang lain dalam bekerja

3. Ketidakjelasan Peran (X3)

Menurut Robbin dan Timothy (2008) ketidakjelasan peran menunjukan tidak adanya struktur pembagian tugas dan tanggung jawab di dalam bekerja pada sebuah organisasi. Untuk mengukur ketidakjelasan peran maka digunakan indikator yang diadopasi dari Fanani et.al (2007) yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan, merupakan sasaran yang ingin dicapai oleh individu dalam bekerja

2. Pembagian waktu dan tanggung jawab, merupakan kemampuan individu untuk disiplin terhadap waktu dan tanggung jawab.

3. Wewenang, merupakan hak yang diberikan oleh perusahaan kepada individu yang bekerja di dalam organisasi.

(8)

8 4. Deskripsi jawaban merupakan

gambaran dari aktifitas tanggung jawab yang dilaksanakan di dalam sebuah organisasi

4. Kecerdasan Emosional (X4) Menurut Dessler (2007) kecerdasan emosional menunjukan kemampuan seorang individu untuk mengendalikan emosi dan melakukan proses pengambilan keputusan secara cepat, tepat dan akurat. Untuk mengukur kecerdasan emosional digunakan indikator yang diadopsi dari Istijanto (2008) yaitu sebagai berikut:

1. Pengendalian emosi, adalah kemampaun individu dalam bekerja untuk mengendalikan amarah 2. Penciptaan ide adalah kemampuan

individu untuk mencari jalan keluar 3. Kompetensi adalah kemampuan

individu untuk memiliki pengetahuan baik secara teori dan praktek dalam bekerja.

Semua variabel independen di ukur menggunakan kuesioner dengan skala 5 tingkat. Respon skor jawaban terendah adalah 1 sedangkan skor jawaban tertinggi adalah 5. Total jumlah pertanyaan yang digunakan berjumlah 6 item pertanyaan.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk melakukan tahapan pengujian hipotesis digunakan metode analisis kuantitatif. Proses pengolahan dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS. Tahapan pengujian meliputi pengujian instrument data (validitas dan reliabilitas). Pengujian asumsi klasik. Pengujian hipotesis analisis koefisien determinasi, uji F-statistik dan uji t-statistik.

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Demografi Responden

Untuk menjawab tujuan penelitian yang telah ditetapkan terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data dan informasi dengan menggunakan bantuan kuesioner yang disebarkan kepada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Padang dan Pekanbaru.

Setelah seluruh data dan informasi berhasil dikumpulkan maka tahapan pengolahan data dapat segera dilakukan. Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dapat dikelompokan profil umum yang dimiliki responden seperti terlihat pada Tabel 4.1 di bawah ini:

(9)

9 Tabel 4.1 Profil Responden

Demografis Responden Jumlah Percent Gender Laki – Laki 22 44.00 Perempuan 28 56.00 Usia 19 – 25 Tahun 24 48.00 26 – 30 Tahun 15 30.00 31 – 35 Tahun 9 18.00 36 – 40 Tahun 1 2.00 41 – 45 Tahun 1 2.00 Pendidikan S1 43 86.00 S1 dengan Profesi 0 0.00 S2 1 2.00 S2 dengan Profesi 6 12.00 Lokasi KAP Padang 31 62.00 Pekanbaru 19 38.00 Lama Bekerja < 1 Tahun 3 6.00 1 – 5 Tahun 25 50.00 5 – 10 Tahun 9 18.00 > 10 Tahun 13 26.00 Total 50 100

Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa partisipasi responden perempuan lebih banyak dari responden laki laki yaitu berjumlah 28 orang, sebagian besar responden memiliki tingkatan usia antara 19 – 25 tahun yaitu berjumlah 24 orang responden. Berdasarkan tingkatan pendidikan sebagian besar responden memiliki tingkatan pendidikan setingkat sarjana (S1) yaitu berjumlah 43 orang. Pada identifikasi data hasil penyebaran kuesioner juga terlihat bahwa 31 orang auditor berasal dari KAP yang berada diwilayah kota Padang. Hasil survey juga

menunjukan bahwa teridentifikasi sebanyak 25 orang responden yang telah berprofesi sebagai auditor dalam rentang waktu antara 1 – 5 tahun. Hasil narasi profil responden yang diajukan menunjukan bahwa responden yang berpartisipasi.

4.2 Pengujian Hipotesis

Untuk mendapatkan bukti empiris tentang kebenaran masing masing hipotesis yang diajukan didalam penelitian ini maka dilakukan tahapan pengujian statistik. Secara umum ringkasan hasil pengujian

(10)

10 hipotesis yang telah dilakukan terlihat pada Tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2

Hasil Pengujian Hipotesis

Variabel Penelitian Koefisien

Regresi Sig Alpha Kesimpulan

(Constanta) 4,498 - - -

Struktur Audit -0,165 0,476 0,05 Tidak Signifikan

Konflik Peran 0,158 0,525 0,05 Tidak Signifikan

Ketidakjelasan Peran 0,612 0,018 0,05 Signifikan

Kecerdasan Emosional 0,368 0,127 0,05 Tidak Signifikan

R-Square 0,311

F-sig 0,002 α = 0,05

Pada tahapan pengujian statistik seperti terlihat pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa masing masing variabel penelitian yang diikut sertakan kedalam tahapan pengolahan data secara statistik memiliki koefisien regresi yang dapat dibuat kedalam sebuah model persamaan regresi berganda seperti di bawah ini:

Y = 4,498 – 0,165x1 + 0,158x2 + 0,612x3 + 0,368x4

Sesuai dengan hasil pengujian statistik terlihat bahwa nilai koefisien determinasi yang dihasilkan adalah sebesar 0,311. Hal ini menunjukan bahwa variabel struktur audit, konflik peran, ketidakjelasan peran dan kecerdasan emosional memiliki variasi kontribusi untuk mempengaruhi kinerja auditor yang bekerja pada KAP diwilayah Kota Padang dan Pekanbaru sebesar 31,10% , sebesar 68,90% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan di penelitian ini.

Sebelum dilakukan pembentukan model regresi terlebih dahulu dilakukan penguijan F-statistik. Berdasarkan hasil

penguijan F-statistik diperoleh nilai signifikan sebesar 0,002 bahwa struktur audit, konflik peran, ketidakjelasan peran dan kecerdasan emosional secara bersama sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor yang bekerja dilingkungan Kantor Akuntan Publik di wilayah kota Padang dan Pekanbaru.

4.2.1 Pengaruh Struktur Audit Terhadap Kinerja Auditor

Sesuai dengan hasil pembentukan model regresi berganda diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,476. Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan yang dihasilkan sebesar 0,476 > alpha 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa struktur audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor yang bekerja di lingkungan KAP diwilayah Padang dan Pekanbaru.

Temuan yang diperoleh tersebut tidak konsisten dengan hipotesis yang diajukan. Kondisi tersebut terjadi karena

(11)

11 auditor telah sangat mengenal struktur audit dengan baik, karena pada umumnya auditor yang digunakan adalah auditor senior dan telah memiliki pengalaman dibidang audit, keadaan tersebut mendorong struktur audit tidak lagi menjadi sebuah masalah yang akan mempengaruhi kinerja auditor. Kegiatan audit yang telah dilakukan secara terus menerus dalam frekuensi yang tinggi membuat struktur audit tidak lagi menjadi masalah untuk meningkatkan kinerja auditor. Hasil yang diperoleh didalam tahapan pengujian hipotesis konsisten dengan penelitian Maulana (2011) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa struktur audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Hasil yang diperoleh menunjukan tata urutan dalam proses audit bukanlah variabel yang mempengaruhi kinerja auditor.

4.2.2 Pengaruh Konflik Peran Terhadap Kinerja Auditor

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua yang bertujuan mengetahui secara empiris pengaruh konflik peran terhadap kinerja auditor, hasil pengujian statistik yang telah dilakukan menujukan bahwa nilai signifikan t hitung sebesar 0,525 > alpha 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa konflik peran tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

auditor yang bekerja didalam KAP diwilayah Padang dan Pekanbaru.

Hasil yang diperoleh didalam tahapan pengujian hipotesis kedua menunjukan bahwa konflik peran bukanlah variabel yang mempengaruhi kinerja auditor yang bekerja pada KAP wilayah Padang dan Pekanbaru. Temuan tersebut tidak sejalan dengan hipotesis yang diajukan. Kondisi tersebut terjadi karena didalam perusahaan konflik peran sering terjadi sehingga dianggap sebagai hal yang biasa dan tidak mempengaruhi kinerja. Temuan yang diperoleh didalam tahapan pengujian hipotesis kedua tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fanani et.al (2007) hasil penelitiannya menunjukan bahwa konflik peran berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Semakin tinggi konflik peran di dalam organisasi akan semakin menurunkan kinerja auditor. Konflik peran akan mendorong sikap individualisme dalam bekerja secara team sehinggga mengakibatkan kinerja individual karyawan menjadi menurun.

4.2.3 Pengaruh Ketidakjelasan Peran Terhadap Kinerja Auditor

Berdasarkan hasil pengujian statistik seperti terlihat pada Tabel 4.2 terlihat bahwa variabel ketidakjelasan peran menunjukan bahwa nilai signifikan t hitung sebesar 0,018 < alpha 0,05 maka

(12)

12 dapat disimpulkan bahwa ketidakjelasan peran berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor yang bekerja pada KAP diwilayah Padang dan Pekanbaru.

Temuan yang diperoleh didalam tahapan pengujian hipotesis ketiga menunjukan bahwa pada umumnya auditor yang terpilih sebagai sampel memiliki sikap profesionalisme yang tinggi, keadaan tersebut mendorong mereka untuk selalu siap jika diberikan tanggung jawab apapun, walaupun tanggung jawab tersebut tidak termasuk didalam rencana kerja auditor. Melalui bekal pengalaman dan kompetensi yang dimiliki auditor, menjadikan ketidakjelasan peran didalam lingkungan KAP sebagai sebuah tantangan yang akan meningkatkan kompetensi dan pengalaman mereka dalam melaksanakan audit, oleh sebab itu ketidakjelasan peran tetap mendorong peningkatan kinerja auditor. Hasil yang diperoleh didalam tahapan pengujian hipotesis ketiga tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fanani et.al (2007) hasil penelitiannya menunjukan bahwa ketidakjelasan peran tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja audiotor. Maulana (2011) hasil penelitiannya menunjukan bahwa ketidajelasan peran tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.

4.2.4 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Auditor

Sesuai dengan hasil pengujian statistik yang telah dilakukan menunjukkan bahwa nilai signifikan t hitung sebesar 0,127 > alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor yang bekerja pada KAP diwilayah Padang dan Pekanbaru.

Hasil yang diperoleh didalam tahapan pengujian hipotesis keempat menunjukan bahwa kecerdasan emosional bukanlah variabel yang mempengaruhi kinerja auditor yang bekerja di KAP di wilayah Padang dan Pekanbaru, kondisi tersebut terjadi karena untuk melaksanakan kegiatan audit tidak saja dipengaruhi kecerdasan emosional dari auditor akan tetapi diperkirakan lebih dipengaruhi oleh pengalaman, kompetensi dan kerja sama team dalam melaksanakan kegiatan audit. Masing masing karyawan memiliki ikatan kerja sama yang tinggi, sehingga masing masing karyawan sama sama menjadi mentoring apabila ada auditor yang mengalami masalah dalam bekerja sehingga kinerja auditor dan KAP terus dapat ditingkatkan, keadaan tersebut mendorong kecerdasan emosional tidak lagi menjadi variabel yang mempengaruhi kinerja auditor. Hasil yang diperoleh didalam tahapan pengujian hipotesis

(13)

13 keempat tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Choiriyah (2013) hasil penelitiannya menunjukan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor, Notoprasetio (2012) pada penelitiannya berhasil membuktikan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap peningkatan prestasi kerja auditor.

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis ditemukan dapat diajukan beberapa kesimpulan penting yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dibahas didalam penelitian ini yaitu:

1. Hipotesis pertama ditemukan bahwa struktur audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor yang bekerja di KAP pada wilayah kota Padang dan Pekanbaru.

2. Hipotesis kedua ditemukan bahwa konflik peran tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor yang bekerja di KAP pada wilayah kota Padang dan Pekanbaru.

3. Hipotesis ketiga ditemukan bahwa ketidakjelasan peran berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor

yang bekerja di KAP pada wilayah kota Padang dan Pekanbaru.

4. Hipotesis keempat ditemukan bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor yang bekerja di KAP pada wilayah kota Padang dan Pekanbaru.

REFERENSI

Arens Elder Beasley. 2010. Auditing and Assurance Services. 14 Edition Auckland. Irwin.

Choiriah Anis. 2013. Pengaruh Kecerdasan

Emosional, Kecerdasan

Intelektual, Kecerdasan Spritual dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor dalam Kantor Akuntan Publik di Kota Padang dan Pekanbaru (Studi Empiris Pada Auditor dalam Kantor Akuntan Publik di Kota Padang dan Pekanbaru. Skripsi Universitas Negeri Padang, Padang.

Chariri Anis. 2011. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Pemerintah. Jurnal Akuntansi Auditor Nomor 4 Volume 2. Universitas Gunadarma, Jakarta. Dessler Gerry. 2007. Perilaku Organisasi

Cetakan 7. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Fanani Zaenal dan Hanif Afriana Rheni. 2007. Pengaruh Struktur Audit, Konflik Peran dan Ketidakjelasan Peran Terhadap Kinerja Auditor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Volume 5 Nomor 2 Desember 2007.

(14)

14 Ghozali, Imam. 2011. Dasar-dasar

Statistik dan Implikasi SPSS. BPFE, Yogyakarta.

Gibson Doneely, C Benardin Russel. 2007. Organizational Behaviour. McGraw-Hill. Irwin.

Maulana, Ichwan. 2011. Pengaruh Struktur

Audit, Konflik Peran,

Ketidakjelasan Peran dan Locust of Control Terhadap Kinerja Auditor. (Strudi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Pekanbaru dan Batam. Jurnal Akuntansi Perilaku Nomor 4 Volume 4. Universitas Brawijaya, Malang.

Notoprasetio Guneka Christina. 2012. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Vol 1 No 4 Juli 2012. Risma Ayu. 2010. Faktor Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja Auditor di Lingkungan KAP Di Pekanbaru dan Padang. Skripsi Jurusan Akuntansi Universitas Bung Hatta, Padang.

Robbins Steven P dan Timothy. 2008. Perilaku Organisasi. Edisi Terjemahan. Erlangga, Jakarta. Sadely. 2005. Dasar-dasar Akuntansi

Keuangan. Gramedia Pustaka, Jakarta

Sekaran Uma. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. Erlangga, Jakarta

Soemarso. 2010. Dasar Dasar Akuntansi (Suatu Pengantar) Cetekan VIII. BPFE, Yogyakarta.

Sugiyono Agus. 2010. Diagnosis Perilaku Organisasi. Erlangga, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Abdurahman Fathoni (2006:172) kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan organisasi dan norma-norma social yan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh motivasi kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi melalui kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan pada CV. Kharisma

Abstrak - Penelitian ini dilakukan untuk merumuskan strategi bersaing yang tepat bagi PT. Asia Inovasi Dimensi Cipta dalam menghadapi persaingan usaha dalam

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, bahwa sektor perikanan (termasuk didalamnya adalah subsektor pertanian, peternakan, dan kehutanan) merupakan sektor industri yang

Pola Hubungan Kerugian Negara dengan Kejaksaan Pola hubungan kerugian Negara dengan daerah kejaksaan dari analisis korespondensi didapatkan hasil bahwa koruptor yang

Chudlori dalam Islamisasi di Desa Ngayung Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ( 1946 – 2016 ). Teori yang dipakai dalam skripsi ini adalah teori kepemimpinan dan teori

Hukum Perdata serta didukung dengan pendapat Salim HS dapat dideskripsikan bahwa perjanjian usaha jasa laundry yang terjadi di Laundry Central telah memenuhi

Perilaku agresif ini sudah ananda alami sejak belum memiliki adik namun setelah memiliki adik ananda kadangkala mencubit adiknya sendiriPerilaku agresif menurut