• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Cabai

Tanaman cabai pada dasarnya terbagi atas dua golongan utama, yaitu cabai

besar (Capsicum annum L.) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L.) Cabai besar

terbagi menjadi dua golongan, yaitu cabai pedas (hot pepper) dan cabai paprika

(sweet pepper). Cabai (Capsicum Annum var longum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia, karena selain buahnya dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin C (Yudi, 2007).

Cabai merupakan komoditas yang dibutuhkan sehari-hari, mampu berproduksi di dataran rendah maupun dataran tinggi dan relatif tahan terhadap serangan penyakit. Harganya tidak begitu bergejolak. Beberapa kelebihannya cabai bisa dijadikan komoditas pilihan dalam beragribisnis (Setiadi, 2005).

2.2Morfologi dan Botani

Klasifikasi botani tanaman cabai adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

(2)

7

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annuum L (Kurnianti, 2010).

Cabai merupakan tanaman musiman dengan tinggi dapat mencapai satu meter, daun berwarna hijau tua, berbentuk bujur telur dan bunga soliter dengan daun bunga putih. Tanaman cabai keriting merupakan tumbuhan perdu yang berkayu, tumbuh di daerah dengan iklim tropis. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang biak didataran tinggi maupun dataran rendah (Setiadi, 2005).

Morfologi dari tanaman cabai adalah sebagai berikut :

1) Akar

Perakaran tanaman cabai merupakan akar tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar laterl (sekunder), dari akar lateral keluar serabut-serabut akar (akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35-50 cm. Akar lateral menyebar dengan panjang berkisar 35-45 cm (Kurnianti, 2010).

2) Batang

Batang utama tanaman cabai tegak lurus dan kokoh, tinggi sekitar 30-40 cm, dan diameter batang sekitar 1,5-3,0 cm. Batang utama berkayu dan berwarna cokelat kehijauan. Pada budidaya cabai intensif pembentukan kayu pada batang utama mulai terjadi pada umur 30-40 hari setelah tanam (HST). Pada setiap ketiak daun akan tumbuh tunas baru yang dimulai pada umur 10-15 HST. Namun pada budidaya cabai intensif, tunas-tunas baru itu haru dirempel. Pertambahan panjang tanaman cabai diakibatkan oleh pertumbuhan kuncup secara terus-menerus. Pertumbuhan seperti ini disebut pertumbuhan simpodial. Cabang primer akan membentuk percabangan

(3)

8

sekunder dan cabang sekunder membentuk percabangan tersier terus- menerus. Pada budidaya cabai secara intensif akan terbentuk sekitar 11-17 percabangan pada satu periode pembungaan (Kurnianti, 2010).

3) Daun

Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang Ian-set. Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3-11 cm, dengan lebar antara 1-5 cm (Kurnianti, 2010).

4) Bunga dan Buah

Seperti umumnya famili Solanaceae, bunga tanaman cabai berbentuk

terompet (hyporcrateriformis). Bunga tanaman cabai tergolong bunga yang lengkap

(completus) karena terdiri dari kelopak bunga (calyx), mahkota bunga (corrola),

benang sari (stamen), dan putik (pistillium). Alat kelamin jantan (benang sari) dan

alat kelamin betina (putik) pada tanaman cabai terletak dalam satu bunga sehingga

disebut berkelamin dua (hermaphroditus). Bunga cabai tumbuh di percabangan

(ketiak daun), terdiri dari 6 helai kelopak bunga berwarna hijau dan 5 helai mahkota bunga berwarna putih. Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempuma, artinya dalam satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih baik, penyerbukan silang lebih diutamakan. Karena itu, tanaman cabai yang

(4)

9

ditanam di lahan dalam jumlah yang banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman cabai yang ditanam sendirian. (Kurnianti, 2010).

Tangkai putik berwarna putih dengan kepala putik berwarna kuning kehijauan, dalam satu bunga terdapat satu putik dan enam benang sari. Tangkai sari berwarna putih dengan kepala sari berwarna biru keunguan. Setelah penyerbukan akan terjadi pembuahan. Saat pembentukan buah, mahkota bunga rontok tetapi kelopak bunga tetap menempel pada buah. Bentuk buah bervariasi, tergantung pada varietasnya (Kurnianti, 2010).

2.3Hama Aphids (Aphis gossypii)

Kutu aphid merupakan serangga super kecil (ukurannya 1/32 sampai 1/8 inci). Walaupun kecil, tapi masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Di bagian mulutnya memiliki tindik penghisap. Aphid menyerang daun cabai (dan banyak tanaman budidaya lainnya) dengan cara menghisap cairan dalam daun, terutama pada daun muda dan pucuk. Aphid juga menyerang jaringan batang tanaman yang lunak, mencuri nutrisi di dalamnya (Romaito, 2011).

Aphids merupakan hama yang dapat merusak tanaman cabai. Serangannya hampir sama dengan tungau namun akibat cairan dari daun yang dihisapnya menyebabkan daun melengkung ke atas, keriting dan belang-belang hingga akhirnya dapat menyebabkan kerontokan. Berbeda dengan mite, kutu aphid memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat karena selain dapat memperbanyak dengan perkawinan biasa, hama ini juga mampu bertelur tanpa pembuahan. Serangan

(5)

10

dan pembiakan aphid biasa meningkat terutama pada musim panas dan kering (Romaito, 2011).

Sumber : Halil, 2011

Gambar 1. Kutu Aphid (Aphis gossypii)

Aphid ini ada 2 macam yaitu aphid bersayap dan tidak bersayap, perbedaan ini dikarenakan adanya kompetisi makanan. Jika populasi aphid dalam 1 rumpun tanaman sangat banyak maka tubuh aphid ini akan membentuk sayap untuk memudahkan bermigrasi ke tempat yang lebih menguntungkan. Perpindahan aphid sejauh 5 meter per hari apabila berjalan, 5 km per hari untuk aphid yang bersayap dan apabila dibantu oleh hembusan angin dapat mencapai 200 km per hari (Imbran, 2011).

Secara umum, aphid menimbulkan sejumlah dampak pada tanaman cabe yaitu daun melengkung ke atas, keriput, atau memelintir, daun berbintik-bintik, daun

(6)

11

menguning, layu, dan rontok, pertumbuhan terhambat, tanaman menjadi kerdil, tunas dan percabangan tidak berkembang, tanaman gagal berbunga, sehingga produktivitas/hasil panen sangat rendah. Aphid juga adalah vektor kepada penyakit virus terhadap tanaman. Ini berlaku semasa aphid menghisap cairan dari tanaman, aphid juga boleh menyuntik kandungan toksin dan memindahkan virus kepada tanaman, terutama dari aphid dewasa yang bersayap. Tanaman yang dijangkiti penyakit virus akan terbantut dan kehijauan daun tidak seragam. Daun kelihatan berbelak-belak hijau tua dan hijau muda. Tulang utama daun akan berkelot (keriting) dan daun muda menjadi tirus serta keras (Ristyadi, 2011).

Aphid juga mendatangkan penyakit lain seperti kulat (cendawan). Ini berlaku bilamana manisan (sisa buangan, madu) yang dikeluarkan oleh aphid secara berlebihan akan mengenai bunga, daun, buah dan batang pokok. Dalam kebanyakan keadaan, pada kebiasaannya dimana terdapat kaloni aphid yang mengerumuni tanaman, maka akan juga terdapat kehadiran semut (semut hitam) yang bertindak melindungi aphid dari serangan pemangsa. Ini karena semut akan memperoleh manisan (madu) dari pada sisa buangan yang dikeluarkan oleh aphid (Ristyadi, 2011). Para penyelidik mendapati hasil dari pada keakraban dan kerjasama ini, semut akan mengiringi sambil melindungi aphid ke daun atau pokok yang baru. Populasi semut juga hendaklah di hapuskan karena semut seringkali menjadi sahabat baik dan pelindung bagi aphid dari serangga pemusnah seperti ladybird, laba-laba dan larva lalat jala (Ristyadi, 2011).

(7)

12

2.4 Penggunaan Pestisida Nabati

Berkembangnya penggunaan pestisida sintesis (menggunakan bahan kimia sintetis) yang dinilai praktis oleh para pencinta tanaman untuk mengobati tanamannya yang terserang hama, ternyata membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar bahkan bagi penggunanya sendiri. Catatan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) mencatat bahwa di seluruh dunia setiap tahunnya terjadi keracunan pestisida sintesis antara 44.000 - 2.000.000 orang bahkan dari angka tersebut yang terbanyak terjadi di negara berkembang. Dampak negatif lain dari penggunaan pestisida sintesis diantaranya adalah :

1. Meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida

2. Membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga pestisida

3. Penggunaan yang salah dapat mengakibatkan racun bagi lingkungan, manusia

serta ternak

Cukup tingginya bahaya dalam penggunaan pestisida sintetis, mendorong usaha untuk menekuni pemberdayaan pestisida alami yang mudah terurai dan tidak mahal. Penyemprotan terhadap hama yang dapat mengakibatkan rasa gatal, pahit rasanya atau bahkan bau yang kurang sedap ternyata dapat mengusir hama untuk tidak bersarang di tanaman yang disemprotkan oleh pestisida alami. Oleh karena itu jangan heran bila penggunaan pestisida alami umumnya tidak mematikan hama yang ada, hanya bersifat mengusir hama dan membuat tanaman yang kita rawat tidak nyaman ditempati (Gunungsari, 2013).

Penggunana pestisida nabati lebih efektif kerena pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan yang sebenarnya

(8)

13

yang ada di sekitar kita. Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif murah apabila dibandingkan dengan pestisida kimia. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu :

a. Merusak perkembangan telur, larva dan pup

b. Menghambat penggantian kulit

c. Mengganggu komunikasi serangga

d. Menyebabkan serangga menolak makan

e. Menghambat reproduksi serangga betina

f. Mengurangi nafsu makan

g. Memblokir kemampuan makan serangga

h. Mengusir serangga

i. Menghambat perkembangan patogen penyakit (Harysaksono, at al 2008).

Namun demikian pestisida nabati masih memiliki beberapa keunggulan maupun kekurangan.

1. Keunggulan dari pestisida nabati diantaranya adalah sebagai berikut :

 Murah dan mudah dibuat oleh petani

 Relatif aman terhadap lingkungan

 Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman

 Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama

 Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida

(9)

14

2. Kekurangannya dari pestisida nabati diantaranya adalah sebagai berikut :

 Daya kerjanya relatif lambat

 Tidak membunuh jasad sasaran secara langsung

 Tidak tahan terhadap sinar matahari

 Tidak tahan disimpan

 Kadang-kadang harus disemprotkan berulang-ulang (Harysaksono, at al

2008).

Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat. Pestisida alami harus menjadi bagian dari sistem pengendalian hama terpadu, dan hanya digunakan bila diperlukan (tidak digunakan jika tidak terdapat hama yang merusak tanaman). Perlu diketahui bahwa ada berbagai macam tanaman yang digunakan sebagai pestisida nabati, dalah salah satunya adalah brotowali (Baharuddin, 2011).

2.5 Tanaman Brotowali

Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai 2,5 m atau lebih, biasa tumbuh liar dihutan,ladang atau ditanam dihalaman dekat pagar dan biasanya ditanam sebagai tumbuhan obat. Batang sebesar jari kelingking, berbintil- bintil rapat,dan rasanya pahit. Daun tunggal,bertangkai dan berbentuk seperti jantung atau agak membundar, berujung lancip dengan panjang 7-12 cm dan lebar 5-10 cm. Bunga kecil, berwarna hijau muda atau putih kehijauan (Baharuddin, 2011).

(10)

15

Brotowali menyebar merata hampir diseluruh wilayah Indonesia dan beberapa negara lain di Asia Tenggara dan India. Brotowali tumbuh baik di hutan terbuka atau semak belukar didaerah tropis (Baharuddin, 2011).

Sumber : Baharuddin, 2011

Gambar 2. Daun Brotowali

Kandungan kimia brotowali yaitu batang dan daun brotowali mengandung alkaloid, dammar lunak, pati, glikosida pikroretosid, zat pahit pikroretin, harsa, berberin, dan palmatin. Akarnya mengandung alkaloid, berberin, dan kolumbin (Barker, 2013).

Gambar

Gambar 1. Kutu Aphid (Aphis gossypii)
Gambar 2. Daun Brotowali

Referensi

Dokumen terkait

5.1 Pengaruh Faktor Instrinsik (Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan, Efek Samping Obat, Keteraturan Berobat, Kepuasan Pasien) terhadap Terjadinya Konversi Pasien TB MDR di

Variabel hasil karya kreatif dan inovatif dikategorikan dalam himpunan fuzzy sangat rendah, rendah, tinggi, dan sangat tinggi. Membership function dengan

Adapun upaya guru untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa di Mts Darul Ihsan yaitu bertujuan untuk menguasai sesuatu kompetensi yang diharapkan sehingga tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui besarnya biaya produksi, penerimaan, pendapatan dan keuntungan petani dari usahatani semangka di lahan gambut Desa Palingkau

Kelenjar limfe berbentuk bulat lonjong dengan ukuran kira-kira '&-' mm. Kelenjar limfe yang disebut juga getah bening merupakan cairan dengan susunan lisis hampir sama

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan ( field research ) yang bersifat kualitatif deskriptif, dengan mengambil lokasi penelitian di TPQ

Dalam penerapan kafa‟ah nikah untuk memilihkan calon suami atau istri untuk putra atau putrinya yang diutamakan adalah agama, selanjutnya latar belakang

Hasil dari penelitian yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa bentuk perjanjian kerjasama yang ditawarkan Perseroan Terbatas Pertamina yaitu Stasiun Pengisian