• Tidak ada hasil yang ditemukan

TELAAH STRUKTUR KOMUNITAS TERUMBU KARANG SEBAGAI STUDI AWAL PROGRAM REHABILITASI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PASIR PUTIH SITUBONDO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TELAAH STRUKTUR KOMUNITAS TERUMBU KARANG SEBAGAI STUDI AWAL PROGRAM REHABILITASI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PASIR PUTIH SITUBONDO"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TELAAH STRUKTUR KOMUNITAS TERUMBU KARANG SEBAGAI

STUDI AWAL PROGRAM REHABILITASI TERUMBU KARANG DI

PERAIRAN PASIR PUTIH SITUBONDO

Oktiyas Muzaky Luthfi

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang Email: omuzakyl@yahoo.com

Ade Yamindago

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang Email: adey_dago@yahoo.com

ABSTRACT

Pasir Putih is one of site in which coral reef still found as long as north coastal in Java, has been seriously threatened by tourism activities and fishing practices. This paper presents condition of coral reef through studying coral reef structure community in Pasir Putih. The objective of this research is examining coral reef cover, which can inform a recently implemented management plan for the marine component of local government. Methodology has been used in this research is using LIT method, where 100m length of transect is placed at 2 depth (3m and 10m). Results of the research show coral reef percent cover is 23%-49% and it is categorized critical until damage. Shannon– Wienner Index (H’) is 2,40-299 in Batu Lawang and 3,14-3,43 Karang Pon-pon. The Evenness Index (E) is close by 1, means corals species were found have same measurement in average of its length. The main conclusion from this research is coral reef in Pasir Putih on the danger and no sign of coral recovery in this place.

Key words : communty structure, coral reef, Batu Lawang dan Karang Pon-Pon LATAR BELAKANG

Seiring percepatan pertumbuhan penduduk di Indonesia khususnya di Jawa mengimplikasikan meningkatnya pula akan kebutuhan dasar masyarakat. Hal ini tampak pada sepanjang pesisir Pasir Putih, Kabupaten Situbondo. Dari tahun ketahun obyek wisata ini semakin ramai dikunjungi oleh wisatawa. Berbagai sarana hiburan, jajanan, peristirahatan, rumah makan dan barang souvenir tampak berderet di sepanjang pantai Pasir Putih. Selain menggembirakan karena perekonomian masyarakat terangkat, di lain pihak dampak dari kegiatan wisata yang ditawarkan tersebut merupakan sebuah ancaman yang serius khususnya bagi ekosistem terumbu karang. Seperti dilaporkan Chou, 1997 dan Wilkinson, et al 1994, Indonesia hanya memiliki 3% terumbu karang dengan kondisi ‘sangat baik’ dengan persentase tutupan karang lebih dari 75%, dan kondisi tersebut terus

(2)

mengalami penurunan akibat sedikitnya kawasan perlindungan laut yang ada. Berdasarkan kenyataan tersebut maka sangat diperlukanlah usaha yang nyata untuk mengembalikan ekosistem terumbu karang menjadi lebih baik. Perairan Pasir Putih adalah sedikit wilayah di Pantura Jawa yang memiliki potensi ekosistem terumbu karang yang sekarang dalam kondisi ‘terancam’. Oleh sebab itu perlunya sebuah penelitian dasar tentang kondisi ekosistem terumbu karang sekaligus pemetaan struktur komunitas yang ada di perairan tersebut yang dapat dijadikan referensi awal para pengambil kebijakan.

TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang di Perairan Pasir Putih, Situbondo beserta struktur komunitas di dalamnya. Penelitian dasar ini adalah sebagai pondasi utama sebelum dilakukannya pengkajian dan melakukan tindakan-tindakan yang tepat dan sesuai untuk memulihkan kerusakan ekosistem terumbu karang oleh pihak terkait.

METODOLOGI

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 17-19 Oktober 2008, di Perairan Pasir Putih, Situbondo. Pengambilan data dilakukan pada 2 lokasi yang berbeda. Lokasi pertama di Batu Lawang dan lokasi kedua di Karang Pon-Pon.

Metode Pengambilan Data

Pengambilan data karang menggunakan metode English, et. al.(1994) yakni menggunakan

Line Intercept Transect 100m yang diletakkan horisontal/sejajar dengan garis pantai, pada 2 kedalaman 3m dan 10m. Kemudian dilakukan pengidentifikasian biota yang terletak dibawah garis transek. Untuk mengetahui kondisi fisika-kimia perairan maka diambil pula temperatur perairan, salinitas, kecerahan, kuat arus dan DO.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum

Terumbu karang di peairan Pasir Putih adalah termasuk jenis karang tepi (fringing reef). Secara umum ekosistem terumbu karang dapat dijumpai pada kedalaman 1m hingga kedalaman 10m. Diatas kedalaman 1 m tidak ditemukan ekosistem terumbu karang karena merupakan daerah pecahan karang (rubble) dan pasir berlumpur, juga perairan dibawah kedalaman 10m merupakan daerah pasir berlumpur, sehingga ekosistem terumbu karang pun tidak dapat ditemukan. Suhu permukaan dan salinitas rata-rata di perairan Pasir Putih

(3)

adalah 29% dan 31°/oo, dimana biota karang masih dapat tumbuh baik pada suhu dan salinitas tersebut. Perairan di Pasir Putih juga mempunyai kecerahan hingga 5-10 m, dengan kecerahan penetrasi cahaya matahari masih optimal dan zooxanthella sebagai simbian binatang karang masih bisa melakukan kegiatan fotosintesis dengan optimal pula. Kecepatan arus diperairan ini tergolong sedang yakni 10,4 cm/detik. Adanya arus inilah yang mengatur keseimbangan nutrien di lautan hingga bisa dimanfaatkan dengan baik oleh semua organisme yang ada, termasuk terumbu karang. Jumlah spesies karang keras yang ditemukan di perairan Pasir Putih sebanyak 43 jenis (Lampiran 1)

Sepanjang pesisir Pasir Putih merupakan daerah wisata alam pantai. Hampir setiap hari Pasir Putih ramai dikunjungi wisatawan. Terutama pada musim liburan. Home stay dan hotel banyak berdiri disekitar pantai Pasir Putih. Prasarana itu adalah sebagai penunjang kegiatan wisata yang ada di lokasi tersebut. Kegiatan wisatawan yang utama di Pasir Putih adalah wisata air (canoeing, snorkelling, swimming dan diving). Sedangkan aktivitas memancing atau menjala dilakukan nelayan pada siang dan malam hari.

Ekosistem terumbu karang

Secara umum kondisi ekosistem terumbu karang di Perairan Pasir Putih dalam kondisi ‘rusak sekali/kritis’ hingga ‘rusak’. Untuk mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang di pesisir pantai tersebut dapat dilihat melalui persentase tutupan karang, keanekaragaman jenis karang dan ikan karangnya

Persentase Tutupan Karang

Kondisi ekosistem terumbu karang dapat digambarkan melalui persentase tutupan karang hidup yaitu proporsi koloni karang keras (hard coral) dalam keadaan hidup yang menyusun ekosistem terumbu karang dibandingkan dengan keseluruhan ekosistem penyusun terumbu karang. Persentase tutupan karang hidup di daerah Batu Lawang dan Karang Pon-pon (Pasir Putih Situbondo) adalah sebesar 23% – 49%.

Jenis karang keras (Scleractinia) yang ditemukan di Pasir Putih berdasarkan bentuk pertumbuhannya (life-form) tersusun atas dua kelompok, yakni Acropora dan Non-Acropora. Karang Acropora yang ditemukan antara lain adalah Acropora bercabang (ACB), dan Acropora Tabulate/Meja (ACT). Sedangkan karang Non-Acropora yang menyusun antara lain adalah karang masive (CM), karang submasif (CS), karang bercabang (CB), karang

foliouse/lembaran (CF), karang mengerak/encrusting (CE), dan jenis karang jamur/soliter (CMR). Bentuk kehidupan non-karang keras non-scleractinian antara lain Karang api

(4)

terumbu karang antara lain spons (SP), kima (Tridacna), teripang, dan tiram serta tali arus (Juncella) (OT). Substrat dasar yang menyusun ekosistem terumbu karang berupa pasir (S), pecahan karang (RB), dan Rock (RCK) yang tersusun dari karang mati (DC) dan karang mati yang tertutup alga (DCA).

Gambar 1. Tutupan Karang Keras (Hidup) di Perairan Pasir Putih Situbondo

Batu Lawang

Persentase tutupan karang keras di Batu Lawang pada 2 kedalaman 3m dan 10m menunjukkan angka 31,91% dan 22,6% (gambar 1) dan tergolong pada kondisi ‘rusak’ dan ‘kritis’. Kerusakan terumbu karang di perairan ini disebabkan oleh faktor anthropogenic, hal ini dapat dilihat dari banyaknya RCK (termasuk pecahan karang) disekitar terumbu. Rock (RCK ) yang ditemukan rata-rata berpola menggaris dan tidak luas, kerusakan tersebut dikarenakan oleh jangkar nelayan. Keberadaan hotel ataupun home stay yang berada di sepanjang pantari Pasir Putih juga turut menyumbang kerusakan terumbu karang di perairan tersebut. Masuknya limbah domestik berupa air tawar bercampur diterjen memungkinkan mengurangi salinitas perairan serta menambah tingginya bahan organik perairan. Meningkatnya jumlah air tawar yang masuk ke laut akan mengurangi salinitas perarian sehingga menyebabkan kematian pada karang. Dan apabila perairan subur oleh bahan organik, maka laju pertumbuhan alga di dasar perairan akan semakin tinggi. Alga (makro dan mikro alga) adalah kompetitor utama bagi juvenil karang untuk tumbuh, sehingga apabila suatu substrat sudah ditempeli alga maka juvenil karang akan sulit untuk menempel disubstrat tersebut.

(5)

Di perairan Batu Lawang juga tidak terlihat terjadinya recovery (rekrutmen) terumbu karang, hal ini dapat dilihat dari ukuran karang yang mempunyai pertumbuhan diatas 10cm, juga tidak ditemukannya juvenil karang yang biasa hidup menempel pada rubble/pecahan karang dan karang mati (DC). Hal yang menarik lagi adalah sedikit sekali ditemukan karang perintis dari golongan Pocilloporidae, Faviid dan Acropora (Lampiran 1), padahal karang-karang tersebut adalah jenis kosmopolit

Karang Pon-pon

Terumbu karang di perairan Karang Pon-pon merupakan dikategorikan ke dalam terumbu karang tepi (fringing reef). Ekosistem terumbu karang dapat dijumpai dari kedalaman 1m hingga 10m. Persentase tutupan karang keras di Karang Pon-pon pada kedalaman 3m dan 10m adalah 48,95% dan 36,63% (gambar 1), yang berarti kondisi karang di perairan tersebut tergolong ‘rusak’. Secara umum karang keras yang ada di perairan ini banyak dari jenis Acroporidae (ACB dan ACE), Poritidae (CM dan CB) serta dari Faviidae (CM). Bentuk pertumbuhan ini adalah sebagai bentuk respon karang terhadap kuatnya arus (10,4 cm/detik) seperti dikatakan Morton (1990) bahwa pertumbuhan Synaraea lichen yang bermula dari bentuk mengerak banyak ditemukan di perairan dangkal yang berarus kuat dan berombak besar.

Tutupan Karang berdasarkan bentuk pertumbuhan

Gambar 2. Persentase Penutupan Karang berdasarkan bentuk pertumbuhan karang di Perairan Batu Lawang

Berdasarkan dari gambar 2, dapat dilihat, secara umum perairan Batu Lawang didominasi oleh RCK (meliputi dead coral dan dead coral with algae) dan Sand (pasir). Pada kedalaman

(6)

3m tutupan RCK sebesar 35,22%, nilai ini lebih kecil dibanding nilai RCK pada kedalaman 10m sebesar 41,69%. Demikian pula, persentase tutupan pasir (S) pada kedalaman 10m (35,71%) lebih mendominasi dibandingkan pada kedalaman 3m (32,82%). Tingginya nilai RCK ini juga sebagai indikator bahwa kerusakan karang di perairan ini juga cukup tinggi. Pada kedalaman 3m bentuk pertumbuhan karang yang mendominasi adalah jenis karang bercabang (CB) sebesar 9,07%, karang biru (CHE) 8,91% dan karang masive/batu (CM) 5,6%. Dijumpainya karang biru (Heliopora coerulea) di perairan Batu Lawang adalah sesuatu yang menggembirakan, dikarenakan jenis karang ini adalah termasuk jenis karang langka dan hanya memiliki satu spesies di seluruh dunia. Pada perairan Batu Lawang juga ditemukan jenis karang api (CME) Millepora sp.

Sedangkan di kedalaman 10m bentuk pertumbuhan karang yang ditemukan adalah jenis karang Acropora bercabang (ACB) 4,75%, karang dengan bentuk pertumbuhan merayap/mengerak (CE) 8,75% dan karang batu/masive (CM) 5,5%. Jenis Acropora berbentuk meja (ACT) 2,2% hanya dijumpai pada kedalaman ini. Bentuk pertumbuhan karang bercabang banyak berasal dari Acropora sp (ACB) dan Porites (CB), bentuk pertumbuhan ini adalah sebagai adaptasi terhadap tingginya sedimentasi yang dimungkinkan terjadi karena pengadukan pasir (S) yang mendominasi pada kedalaman 10m ini. Porites spp adalah salah satu kelompok karang yang berada dilingkungan berarus dan mempunyai kemampuan menolak sedimen. Menurut penelitian Porites selalu mengeluarkan mukus dari tubuhnya sehingga sedimen tidak dapat masuk kedalam polipnya. Hal ini didukung adanya arus yang membersihkan mukus yang telah kotor oleh sedimen kedalam perairan (Luthfi, 2003).

(7)

Gambar 3. Persentase Penutupan Karang berdasarkan bentuk pertumbuhan karang di Perairan Karang Pon-Pon

Pada kedua kedalaman (3m dan 10m) tampak didominasi oleh substrat pasir (S) dan rock (RCK, termasuk karang mati/DC dan karang mati yang ditumbuhi algae/DCA)(gambar 3). Tutupan pasir pada kedalaman 3m sebesar 40,73% dan pada kedalaman 10m sebesar 31,8%. Pengadukan substrat pasir oleh arus atau gelombang memungkinkan tingginya tingkat sedimentasi di wilayah ini sehingga memungkinkan pula persen tutupan karang yang ditemukan berupa karang Acropora bercabang (ACB) 21,05%, karang bercabang (CB) 7,12% dan karang masiv (CM) 13,93%. Beberapa jenis karang masive (CM) yang mampu hidup pada tekanan sedimentasi tinggi berasal dari Poritidae dan Faviidae, kedua golongan karang ini mempunyai kemampuan menghilangkan sedimentasi yang menempel pada permukaan polipnya. Bahkan pada jenis Porites lutea dan P. Lobata mereka bersimbian dengan worm (Christmas tree) untuk mengurangi sedimentasi yang akan jatuh di permukaan polip karang. Pada kedalaman 10m karang dengan bentuk pertumbuhan bercabang (CM) lebih banyak ditemukan 17,3%, kemudian Acropora bercabang (ACB) 11,7% serta karang dengan bentuk lembaran/laminar (CF) 5,85%. Keberadaan rock (RCK) sebesar 26,97% banyak dimanfaatkan sebagai tempat tumbuh (substrat dasar) bagi beberapa jenis invertebrata dan sponge yang memiliki tutupan sebesar 4,6%.

(8)

Gambar 4. Indeks Keanekaragaman jenis, Keseragaman dan Dominansi Karang di Perairan Pasir Putih

Berdasarkan Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener (H’) di perairan Pasir Putih, Karang Pon-Pon memiliki keanekaragaman jenis karang lebih tinggi dibadingkan dengan keanekaragaman jenis karang di perairan Batu Lawang. Dari gambar 4 dapat dilihat nilai H’ di Batu Lawang pada kedalaman 3m adalah 2,68 sedangkan pada kedalaman yang sama di Karang Pon-pon nilai H’ adalah 3,16. Juga pada kedalaman 10m indeks keanekaragaman jenis di Batu Lawang (2,99) lebih kecil dari pada indeks keanekaragaman jenis di Karang Pon-pon (3,43). Nilai indeks keseragaman (E) pada semua lokasi dan kedalaman mendekati 1, yang berarti jenis-jenis karang yang ditemukan mempunyai ukuran yang sama tidak ada yang mendominasi.

Ikan indikator biasanya datang dari famili Chaetodontidae (>46 ekor) lebih banyak ditemukan pada kedalaman 3m dari pada di kedalaman 10m (33 ekor). Ikan ekonomis penting/ikan target yang ditemukan banyak berasal dari Scaridae dan Lutjanidae (35 ekor). Ikan kakak tua (Scaridae) ditemukan melimpah (>46ekor) di kedalaman 3m, jenis ikan ini menyukai daerah yang miskin terumbu dan kaya karang mati, karena mereka memakan alga tertentu yang tumbuh diatas karang mati tersebut. Grouper (ikan kerapu) melimpah pada kedalaman 10m dengan jumlah (>6 ekor). Ikan jenis kerapu adalah ikan nokturnal dan soliter. Sering dijumpai bersembunyi di bawah karang.

KESIMPULAN

Persentase tutupan karang hidup di daerah Batu Lawang dan Karang Pon-pon (Pasir Putih Situbondo) adalah sebesar 23% – 49% yang berarti dalam kondisi ‘kritis’-‘rusak’. Kerusakan

(9)

ekosistem terumbu karang lebih disebabkan oleh adanya faktor anthropogenic. kerusakan ekosistem ini tidak dibarengai dengan adanya recovery karang.

SARAN

Terumbu karang di kawasan Pasir Putih adalah potensi besar yang sekarang dalam kondisi terancam, oleh sebab itu adanya upaya yang nyata dengan program rehabilitasi terumbu karang dikawasan tersebut. Dan seyogyanya sebelum program rehabilitasi dilaknakan perlu adanya suatu penelitian tentang proses rekruitment karang secara alami untuk mengetahui dan memetakan potensi reproduksi karang yang ada di alam.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman Fish-Dic, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Brawijaya, atas bantuan pengambilan data serta akomodasinya. Juga bagi peserta/tim Reef Check III 2008 kami juga haturkan banyak terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Chou, L. M. 1997. The status of Southeast Asian coral reefs. Proceedings of the Eighth International CoralReef Symposium 1:317-322.

English, S., C. Wilkinson and V. Baker. 1994. Survey Manual For Tropical Marine Resurces. Australian Institute of Marine Science. Townville-Australia.368 pp

Luthfi, O. M,. 2003. Sebaran Spasial Karang Keras (Scleractinia) di Perairan Pulau Panjang, Jepara. Semarang. (Tidak di publikasikan). 80 hal.

Morton, J. 1990. The Shore Ecology of Tropical Pasific, UNESCO, Jakarta. 12-15 pp

Wilkinson, C. R., L. M. Chou, E. Gomez, A. R. Ridzwan,S. Soekarno, S. Sudara. 1994. Status of coral reefs in southeast Asia: Threats and responses. In R. N. Ginsburg (ed) Proceedings of the Colloquium on Global Aspects of Coral Reefs: Health, Hazards and History;Symposium, Miami, Florida, USA, June 10-11,1993, Rosenstiel School of Marine and Atmospheric Science, University of Miami, Miami, Florida, USA, pp. 311-317.

Veron, J. E. N. 2000. Corals of The World. Vol. I. Australian Institute of Marine Science and CRR Qld Ltd. Australia. Pp. 1-463.

Lampiran 1. Jenis karang keras yang ditemukan di Perairan Pasir Putih

Family Genus Species LOKASI

BL 3 BL 10 PON 3 PON 10 Acroporidae Acropora Acropora formosa - - + -

Acropora humilis - - + -

Acropora tenuis - - + -

(10)

Family Genus Species LOKASI BL 3 BL 10 PON 3 PON 10 Acropora sp + + + + Acropora s1 - + + + Acropora sp2 - - - + Acropora sp3 - - - + Acropora multiacuta - - - + Acropora palifera + - - -

Montipora Montipora digitata + - + -

Montipora sp + + + +

Montipora sp1 + - + +

Montipora sp2 + - + -

Montipora sp3 - - + -

Montipora sp4 - - + -

Euphyllidae Plerogyra Plerogyra sinousa - - - + Dendrophyllidae Turbinaria Turbinaria sp - - - + Faviidae Chyphastrea

Chyphastrea

calcidicum - - - +

Diploastrea Diploastrea heliopora + - - +

Favia Favia sp - + - -

Favia speciosa - - + +

Favites Favites abdita - - + +

Favites chinensis - - + +

Platygira Platygira sinensis - + - +

Merulinidae Galaxea Galaxea fascicularis + + + + Mussidae Symphylia Symphylia radian - - + Agariciidae Hydnophora Hydnophora micronos - - + + Fungiidae Herpolitha Herpolitha limax + - - -

Pachyseris Pachyseris rugosa - - + -

Pachyseris foliosa - - - +

Podacia Podacia crustacea - - - +

Podacacia crustacea - - + -

Poritidae Goniopora Goniopora sp - + - -

Porites Porites sp - - - -

Porites cylindrica + - + +

Porites digitata - +

Porites lobata + - + +

Porites lutea - - + +

Pectiniidae Pectinia Pectinia paeonia - - - + Pocilloporidae Seriatopora Seriatopora hystrix + - - -

Pocillopora Pocillopora sp - + - -

Helioporidae Heliopora Heliopora coerulea + - - -

Ket. + = ada BL = Batu Lawang

Gambar

Gambar 1. Tutupan Karang Keras (Hidup) di Perairan Pasir Putih Situbondo
Gambar  2.  Persentase  Penutupan  Karang  berdasarkan  bentuk  pertumbuhan  karang  di  Perairan Batu Lawang
Gambar  3.  Persentase  Penutupan  Karang  berdasarkan  bentuk  pertumbuhan  karang  di  Perairan Karang Pon-Pon
Gambar  4.  Indeks  Keanekaragaman  jenis,  Keseragaman  dan  Dominansi  Karang  di  Perairan  Pasir Putih

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

Pelatihan dilaksanakan di tempat tersebut dengan pertimbangan, yaitu: (1) kedua kelompok mitra belum memiliki alat dan lokasi finishing, (2) lokasi adalah milik

Metode BATIK (baca, tulis dan karya) dapat meningkatkan minat siswa dan mahasiswa untuk belajar bahasa Indonesia, dengan menggunakan dan mengenalkan budaya masayarakat

Sebelumnya kalian telah mempelajari grafik fungsi kuadrat. Daerah Sebelumnya kalian telah mempelajari grafik fungsi kuadrat. Daerah grafik fungsi kuadrat berupa

MAHASISWA DALAM PENGISIAN KRS HARUS MENGISI KELAS SUPAYA NAMANYA TERCANTUM DALAM DAFTAR ABSEN KULIAH MAUPUN DAFTAR ABSEN

terhadap kebutuhan anggota dan sikap adil yang ditunjukkan petugas dalam melayani anggota, diukur dengan menggunakan skala Likert (skor 1= tidak memuaskan, 2= kurang memuaskan,

Data primer mencakup data karakteristik keluarga (umur ayah dan ibu, pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, ukuran keluarga, pendapatan per kapita