• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PERDA NO. 13 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK), KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II KOTAMADYA SEMARANG BWK VIII (KECAMATAN GUNUNG PATI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PERDA NO. 13 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK), KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II KOTAMADYA SEMARANG BWK VIII (KECAMATAN GUNUNG PATI)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PERDA NO. 13 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA

DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK), KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II

KOTAMADYA SEMARANG BWK VIII (KECAMATAN GUNUNG PATI)

Anis Widyawat i

Fakult as Hukum Universit as Negeri Semarang E-mail: ah_111106@yahoo. co. id

Abst r act

Anal ysis of t he l evel of ver t i cal synchr onizat ion Regional Regul at ion No. 13/ 2004 wit u t he Law No. 32 of 2009 needs t o be done wit h r egar d t o t he mechanism of l i censi ng and envir onment al management aut hor i t y. To over come t he bar r i er s i n t er ms of super visi on, counsel i ng needs t o be done at nei ghbor hood r el at ed new bui l di ng i s r i ght . The Regional Regul at ion does not give a det ai led expl anat ion about t he admi ni st r at i ve sanct ions so t hat i n pr act i ce sanct ions ar e r ar el y per f or med. The gover nment needs t o encour age r esponsi bl e busi ness and/ or act ivit y t o conduct an en-vi r onment al audi t . As i mplement er s at dist r i ct level Gunungpat i , t he gover nment shoul d al so est abl i sh envir onment al audi t or di st r i ct .

Key wor ds: l i censi ng, cont r ol i ng, cr i mi nal sanct ions, envir onment al audi t i ng

Abst rak

Analisis t erhadap t araf sinkornisasi vert ikal Perda No. 13 Tahun 2004 dengan UU No. 32 Tahun 2009 perlu dilakukan berkait an dengan masalah mekanisme perij inan maupun kewenangan pengelolaan lingkungan hidup. Unt uk mengat asi hambat an dalam hal pengawasan, perlu dilakukan penyuluhan-penyuluhan di t ingkat RT maupun RW t erkait pendirian bangunan yang benar. Perda t ersebut t idak memberi penj elasan secara rinci mengenai sanksi administ rasi sehingga dalam prakt iknya pemberikan sanksi j arang dilakukan. Pemerint ah perlu mendorong penanggungj awab usaha dan/ at au kegiat an unt uk melakukan audit lingkungan hidup. Sebagai pelaksana di t ingkat Kecamat an Gunungpat i, pemerint ah perlu pula membent uk audit or lingkungan hidup kecamat an.

Kat a kunci: perij inan, pengawasan, sanksi pidana, audit lingkungan

Pendahuluan

Kot a pada awalnya t idak lebih dari suat u pemukiman at au desa-desa yang secara umum t ersebar di sekit ar kawasan, akan t et api karena nilai st rat egis dan pot ensi yang dimilikinya, ma-ka desa t ersebut perlahan t api past i t umbuh menj adi ramai dan membent uk suat u kot a at au perkot aan. Pada beberapa t empat pert umbu-hannya, bahkan dapat sangat cepat sekali dan menj adi suat u perkot aan dengan akt ivit as dan kegiat annya yang sangat ramai. Terdapat 3 (t i-ga) f akt or ut ama yang menyebabkan berbagai permasalahan muncul di daerah perkot aan, yai-

Art ikel ini mer upakan art ikel hasil penel i t i an dengan sumber dana DIPA UNNES Penel it i an No. 0364/ 023-04. 2/ XIII/ 2010 t anggal 3 Desember 2010 sesuai dengan SPMK No. 773/ H37. 3. 1/ KU/ 2010 t anggal 5 Mei 2010

(2)

menghuni perkot aan t erut ama di 16 kot a besar yang ada di Indonesia.

Pert ambahan j umlah penduduk, akibat migrasi dari desa ke kot a (urbanisasi) t elah me-nyebabkan pemadat an penduduk perkot aan (ur -ban densi f i cat ion) dan pembengkakan/ peme-karan kawasan pinggiran (ur ban spr awl i ng). Ti-dak j arang pemekaran wilayah akhirnya sampai membent uk suat u kabupat en at au kot a baru. Di Indonesia, hingga t ahun 2009 t erdapat penam-bahan 165 kabupat en baru dan 34 kot a baru. Pengembangan wilayah t erbangun sangat men-desak unt uk memenuhi kebut uhan perumahan dan t empat -t empat akt ivit as lainnya dan ini t e-lah mengorbankan keberadaan j alur hij au mau-pun areal persawahan. Ruang t erbuka hij au yang diamanahkan harus 30% (UU 26 Tahun 2007 t ent ang Penat aan Ruang) sulit dapat dipenuhi oleh kot a-kot a di Indonesia.1 Perencanaan t at a ruang perkot aan selama ini di Indonesia, yang ant ara lain menghasilkan produk rencana t at a ruang wilayah (RTRW), berbasis perencanaan komprehensif rasional.2

Salah sat u perwuj udan pembangunan ber-kelanj ut an yang berwawasan lingkungan pada t iap pemerint ah daerah adalah dengan membu-at permembu-at uran daerah yang berlandaskan Pancasi-la dan Undang-Undang Dasar 1945 sert a UU No. 32 Tahun 2009 Tent ang Perlindungan dan Pe-ngelolaan Lingkungan Hidup, begit u pula di Kot a Semarang, pemerint ah daerah membuat pera-t uran daerah demi menunj ang dan memberikan kepast ian hukum dalam pembangunan berkelan-j ut an. Perat uran daerah t ersebut ant ara lain Perat uran Daerah Kot a Semarang No. 13 Tahun 2004 t ent ang Rencana Det ail Tat a Ruang Kot a (RDTRK), Kot amadya Daerah Tingkat II Kot a-madya Semarang BWK VIII (Kecamat an Gunung Pat i). Rencana det ail t at a ruang kot a adalah rencana pemanf aat an ruang kot a secara t erinci, yang selanj ut nya disusun unt uk menyiapkan per-wuj udan ruang dalam rangka pelaksanaan

1

I Wayan Suweda, “ Penat aan Ruang Perkot aan Yang Ber-kel anj ut an, Ber daya Saing Dan Berot onomi” , Jur nal Il -mi ah Tekni k Si pi l, Vol . 15, No. 2, j ul i 2011, Medan: Pro-di Teknik Sipil UDA.

2 A Dj unaedi, “ Al t ernat i f Model Penerapan Perencanaan

St rat egi s Dal am Penat aan Ruang Kot a di Indonesi a” , Jur

-nal Per encanaan Wi l ayah dan Kot a (PWK), Vol . 12 No. 1,

Maret 2001, Bandung: ITB, hl m. 16-28.

gram pembangunan kot a. Bagian Wilayah Kot a (BWK) adalah sat u kesat uan wilayah-wilayah da-ri kot a yang bersangkut an, t erbent uk secara f ungsional dan/ at au administ rasi dalam rangka pencapaian daya guna pelayanan f asilit as umum kot a.

Perda No. 13 Tahun 2004 memiliki bebe-rapa t uj uan. Per t ama, meningkat kan peranan kot a dalam pelayanan yang lebih luas agar mampu berf ungsi sebagai pusat pembangunan dalam suat u sist em pengembangan wilayah.

Kedua, memberikan kej elasan pemanf aat an ru-ang yru-ang lebih akurat dan berkualit as. Ket i ga,

mempercepat pembangunan secara lebih t ert ib dan t erkendali. Keempat , t erselenggaranya per-at uran pemanf aper-at an ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kel ima, t ercapainya peman-f aat an ruang yang lebih akurat dan berkualit as unt uk: mewuj udkan ket erpaduan pemanf aat an sumber daya alam dan sumber daya buat an de-ngan memperhat ikan sumber daya manusia; me-ningkat kan pemanf aat an sumber daya alam dan sumber daya alam buat an secara berdaya guna dan t epat guna unt uk meningkat kan kualit as sumber daya manusia; mewuj udkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur dan sej aht e-ra; mewuj udkan perlindungan f ungsi ruang dan mencegah sert a menanggulangi dampak negat if t erhadap lingkungan; dan mewuj udkan keseim-bangan kepent ingan kesej aht eraan dan keaman-an (Pasal 4).

Perubahan f ungsi ruang t ersebut t idak ha-nya mempuha-nyai makna pent ing bagi ruang it u sendiri, t et api j uga t erdapat muat an-muat an hukum, khususnya menyangkut hak-hak masya-rakat sepert i gant i rugi. t erdapat kecenderung-an penyusunkecenderung-an RUTRK t erlalu bersif at f leksibel, sehingga opt imalisasi pemanf aat an ruang t idak t erlihat .3 Beberapa daerah di Kecamat an Gu-nungpat i merupakan daerah resapan air. Kawas-an resapKawas-an merupakKawas-an suat u ruKawas-ang yKawas-ang pot en-sial dalam rneresapkan air ke dalam t anah, se-hingga dapat menambah cadangan air t anah. Hasil penelit ian menunj ukkan bahwa areal

3 S. Herawan, “ Beber apa Masal ah Hukum Dal am Rencana

Umum Tat a Ruang Kot a (RUTRK) Kot amadya Bengkul u” ,

Jur nal Penel i t i an Hukum, Bengkul u: Fakul t as Hukum

(3)

apan di Kot a Semarang masih pot ensial dikem-bangkan berupa areal resapan hij au 52, 41% dan areal resapan biru sebesar 4, 74%. Luas areal re-sapan hij au t ersebut yang ef ekt if nieresapkan air hanya 17, 31% berupa hut an dan kebun cam-puran sedangkan 35, 17% berupa sawah dan t e-galan.4

Pemberlakuan Perda No. 13 Tahun 2004 bert uj uan unt uk meningkat kan peranan kot a da-lam pelayanan yang lebih luas agar mampu ber-f ungsi sebagai pusat pembangunan dalam suat u sist em pengembangan wilayah, memberikan ke-j elasan pemanf aat an ruang yang lebih akurat dan berkualit as, mempercepat pembangunan secara lebih t ert ib dan t erkendali. Selain it u j u-ga dibut uhkan Klasif ikasi perubahan perunt ukan lahan dalam Rencana Det ail Tat a Ruang Kot a (RDTRK).5 Berdasarkan lat ar belakang t ersebut , maka harmonisasi vert ikal Perda No. 13 t ahun 2004 dengan Undang-Undang No 32 Tahun 2009 perlu dilakukan khususnya mengenai persyarat -an penat a-an norma lingkung-an hidup.

Permasalahan

Ada t iga permasalahan yang dibahas pada art ikel ini. Per t ama, apakah proses perij inan dan pengawasan dalam Perda No. 13 Tahun 2004 t ent ang Rencana Det ail Tat a Ruang Kot a (RDTRK), Kot amadya Daerah Tingkat II Kot a-madya Semarang BWK VIII (Kecamat an Gunung Pat i) t elah sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2009 t ent ang Perlindungan dan Pengelolaan Lingku-ngan Hidup?. Kedua, bagaimana penerapan san-ksi Pidana dalam Perda No. 13 Tahun 2004 t en-t ang Rencana Deen-t ail Taen-t a Ruang Koen-t a (RDTRK), Kot amadya Daerah Tingkat II Kot amadya Se-marang BWK VIII (Kecamat an Gunung Pat i) t elah sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2009 t ent ang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hi-dup?. Ket i ga, bagaimana audit proses lingkung-an hidup dalam Perda No. 13 Tahun 2004 t en-t ang Rencana Deen-t ail Taen-t a Ruang Koen-t a (RDTRK),

4

Dewi Liesnoor Set yowat i, “ Pot ensi Pengembangan Ka-wasan Resapan Di Kot a Semarang” , Maj al ah Geogr af i In-donesi a. Vol . XX No. 2, Tahun 2006, Yogyakart a: Fakul -t as Geograf i UGM.

5 Anoni m, “ GPS, GIS, Penginderaan Jauh, Hidrograf i,

Per-Tanahan” , Geoi d: Jur nal geodesi, Sur abaya: Program St udi Teknik Geomat ika Inst i t ut Teknol ogi Sepul uh No-vember, Vol 6 No. 2, Tahun 2011, hl m. 195-202.

Kot amadya Daerah Tingkat II Kot amadya Sema-rang BWK VIII (Kecamat an Gunung Pat i) t elah sesuai dengan UU No 32 Tahun 2009 mengenai Persyarat an Penat aan Norma Lingkungan Hidup?

Met ode Penelitian

Penelit ian ini menggunakan pendekat an yang bersif at yuridis empiris. Penelit ian ini ber-sif at deskript if analit is. Dalam penelit ian ini a-kan digambara-kan bagaimana implement asi Per-da No. 13 Tahun 2004 t ent ang Rencana Det ail Tat a Ruang Kot a (RDTRK), Kot amadya Daerah Tingkat II Kot amadya Semarang BWK VIII (Keca-mat an Gunung Pat i), apakah sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2009 t ent ang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Penelit ian ini membut uhkan dua j enis da-t a yang berasal dari sumber yang berbeda, yaida-t u dat a yang diperoleh langsung dari masyarakat dan dari bahan pust aka. Dat a primer dalam pe-nelit ian ini diperoleh dari pepe-nelit ian lapangan, yait u melalui wawancara t erarah dengan para responden yang t erdiri dari Dinas Tat a Kot aDan

Permukiman Kot a Semarang dan Kecamat an

Gu-nungpat i. Responden dipilih secara pur posive sampl i ng unt uk memperoleh inf ormasi menge-nai proses perij inan dan pengawasan, ket ent uan pidana dan proses audit lingkungan hidup dalam Perda No. 13 t ahun 2004, apakah t elah sesuai dengan UU No 32 Tahun 2009 mengenai Per-syarat an Penat aan Norma Lingkungan Hidup. Dat a sekunder dalam penelit ian ini diperoleh melalui st udi kepust akaan. Dat a yang diperoleh dalam penelit ian ini kemudian dianalisa dengan meng-gunakan analisa kualit at if .

(4)

digu-nakan unt uk melihat penerapan proses perizin-an dperizin-an pengawasperizin-an, ket ent uperizin-an pidperizin-ana dperizin-an pro-ses audit lingkungan hidup dalam Perda No. 13 Tahun 2009, apakah t elah sesuai dengan UU No 32 Tahun 2009.

Pembahasan

Proses perizinan dan pengawasan dalam Perda No. 13 Tahun 2004

Hal yang pent ing unt uk membuat peren-canaan t at a ruang kot a adalah t ent ang member-kan izin mendirimember-kan bangunan, karena perij inan merupakan hal ut ama unt uk menginst ruksikan perencanaan kot a yang mempunyai visi t erha-dap lingkungan menj adi lebih berf ungsi unt uk mendorong pencipt aan t at a ruang kot a yang memiliki visi lingkungan, part isipasi masyarakat dalam hal pengawasan dan inst ansi t erkait sa-ngat diperlukan. Perlu sosialisasi dari pemerin-t ah kepada masyarakapemerin-t pemerin-t enpemerin-t ang perapemerin-t uran da-erah yang mendukung penerapan kebij akan pe-merint ah daerah. 6

Ket ent uan Pasal 36 ayat (2) dan (3) UU No. 32 Tahun 2009 mengat ur bahwa dalam izin melakukan usaha at au kegiat an harus dit egas-kan kewaj iban dan persyarat an yang berkenaan dengan penat aan t erhadap ket ent uan mengenai pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilak-sanakan oleh penanggung j awab usaha at au kegiat an dalam melaksanakan usaha at au kekegiat -annya, berdasarkan at as keput usan kelayakan lingkungan hidup yang dit erbit kan oleh pemberi izin lingkungan dengan mencant umkan persya-rat an sebagaimana dimuat di dalam UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upa-ya Pemant auan Lingkungan Hidup). Bagi usaha at au kegiat an yang diwaj ibkan unt uk membuat at au melaksanakan analisis mengenai dampak lingkungan hidup at au upaya pengelolaan ling-kungan hidup dan upaya pemant auan lingling-kungan hidup, maka rencana pengelolaan dan rencana pemant auan lingkungan hidup yang waj ib dilak-sanakan oleh penanggung j awab usaha at au

6 Gunadhi Lindawat i, “ Fungsi IMB Dal am Pembangunan

Tat a Ruang Kot a Yang Berwawasan Lingkungan Di Kot a Banj ar masi n” , Or i ent asi: Maj al ah pembi naan dan

pe-ngembangan hukum kemasyar akat an, Vol . 32 No. 1,

Ta-hun 2005, Banj ar masi n: Fakul t as Hukum Univer sit as Lambung Mangkurat , hl m. 14-22.

kegiat an harus dicant umkan dan dirumuskan dengan j elas izin melakukan usaha at au ke-giat an, sert a haruslah memenuhi persyarat an keput usan kelayakan lingkungan hidup berdasar-kan rekomendasi UKL-UPL. Namun dalam Perda No. 13 t ahun 2004 t idakmembuat at au melaksa-nakan analisis mengenai dampak lingkungan dup maupun upaya pengelolaan lingkungan hi-dup dan upaya pemant auan lingkungan hihi-dup. Seharusnya suat u rencana usaha at au kegiat an menurut perat uran perundang-undangan yang berlaku diwaj ibkan melaksanakan analisis dam-pak lingkungan hidup maupun upaya pengelo-laan lingkungan hidup dan upaya pemant auan lingkungan hidup yang harus dicant umkan dan dirumuskan dengan j elas, dalam izin melakukan usaha at au kegiat an t et api di dalam Perda ini t idak t ercant umkan semua it u, hanya t ent ang rencana t at a ruang kot a t anpa membahas dam-pak lingkungan sampai analisis-analisisnya t idak dicant umkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Su-pomo,7 di dalam prakt ek memang kadang t er-j adi pungli. Namun dari pihak Kecamat an t idak pernah memint a diberikan uang kepengurusan perizinan, melainkan hanya bersif at sukarela sa-j a dari pemohon yang akan memberi. Pemohon dari masyarakat yang akan mengurus perizinan bangunan, mengambil blanko pengaj uan (per-mohonan) perizinan ke BPPT (Badan Pelayanan Perizinan Terpadu) unt uk kemudian diisi secara lengkap dan dimint akan t anda t angan Lurah dan Camat set empat (menurut lokasi t anah dan ba-ngunan yang bersangkut an). Set elah semuanya it u dilaksanakan, selanj ut nya blanko diserahkan kembali ke BPPT unt uk dapat dimint akan IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Proses perizinan selanj ut nya adalah KRK (Pet a Ket erangan Ran-cangan Kot a), BPPT kemudian menunj uk pet u-gas sebagai pengukur DTK dan apabila kepengu-rusan KRK t elah selesai, maka melalui KRK t er-sebut dapat diaj ukan permohonan IMB oleh Pe-mohon. Pembayaran ret ribusi at as KRK dan IMB dilakukan oleh Bendaharawan Kot a Semarang, sedangkan unt uk pengambilan IMB dilakukan di

(5)

BPPT. Sement ara menurut Irwansyah8 dalam hal pengurusan ij in, unt uk besarnya biaya pengurus-an izin berdasarkpengurus-an Perda ypengurus-ang berlaku, maka unt uk pengurusan perizinan di wilayah Gunung-pat i adalah sama dengan wilayah Kot a Sema-rang. Hal ini berlaku secara serempak dan me-nyeluruh di semua wilayah Kot a Semarang. Ada pun unt uk besarannya t ergant ung pihak Keca-mat an Gunungpat i. Dalam pengurusan izin kenal adanya “ izin perset uj uan prinsip” yang di-lakukan pemohon kepada dinas t at a kot a. Izin ini diaj ukan apabila luas lahannya adalah nya lebih dari 1 hekt ar, yang dilakukan dengan me-nyert akan brosur KRK (Ket erangan Rencana Ko-t a), IMB, maupun HO (izin gangguan) yang Ko-t elah diisi lengkap. Bagian t at a ruang sendiri melayani kepengurusan Perencanaan Kot a dan kepengu-rusan KRK. Selain it u j uga harus menyert akan persyarat an yang t ercant um pada Pasal 36 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009, yang berisikan t en-t ang perizinan dicanen-t umkan persyaraen-t an dan ke-waj iban unt uk melakukan upaya pengendalian dampak lingkungan hidup maupun upaya penge-lolaan lingkungan hidup dan upaya pemant auan lingkungan hidup.

Mekanisme perizinan pembangunan di Ke-camat an Gunungpat i harus sesuai dengan ket en-t uan yang berlaku, apabila en-t idak sesuai dengan ket ent uan yang berlaku, maka ij in mendirikan bangunan (IMB) t idak akan dikeluarkan. Ket en-t uan Pasal 36 ayaen-t (2) j o. Pasal 23 ayaen-t (1) UU No. 32 Tahun 2009 mengat ur bahwa penerbit an izin harus memperhat ikan t at a ruang lahan dan bent ang alam, j enis dan proses eksploit asi sum-ber daya alam, pendapat masyarakat , pert im-bangan dari pej abat yang berwenang sert a ke-put usan izin t ersebut harus diumumkan. Selain it u, Pasal 39 ayat (1) j o. Pasal 39 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2009 mengat ur bahwa Ment eri, Gubernur, at au Bupat i/ Walikot a sesuai dengan kewenangannya waj ib mengumumkan set iap permohonan dan keput usan izin lingkungan de-ngan cara yang mudah diket ahui oleh masya-rakat . Pada Perda Nomor 13 t ahun 2004 Pasal 44 ayat (1) mengat ur bahwa Rencana Det ail Tat a Ruang bersif at t erbuka unt uk umum dan dit

8 Kepal a Bagian Tat a Ruang Dinas Tat a Kot a dan

Perumah-an Kot a SemarPerumah-ang

pat kan pada t empat -t empat yang mudah dilihat dan dibaca oleh masyarakat . Ayat (2) mengat ur bahwa masyarakat berhak unt uk mendapat kan inf ormasi mengenai RDTRK secara t epat dan mudah. Dengan hal ini, rencana t at a ruang kot a khususnya di kecamat an Gunungpat i bersif at t erbuka dan bebas bagi masyarakat luas, se-hingga dalam perancanaan t at a ruang kot a ini secara penuh masyarakat dapat t urut andil par-t isipasi dan pengawasan bagi pembangunan par-t apar-t a ruang kot a.

UU No. 32 Tahun 2009 melandasi pelaksa-naan pengawasan t erhadap ket aat an penang-gung j awab usaha dan/ at au kegiat an t erkait ke-giat annya berkenaan dengan lingkungan hidup, baik secara langsung oleh pemberi izin, yakni Ment eri, gubernur, at au bupat i/ walikot a menu-rut kewenangannya masing-masing maupun me-lalui pendelegasian kepada pej abat / inst ansi t eknis t erkait . UU No. 32 Tahun 2009 secara legal f ormal, dinilai memiliki sif at dinamis dan lent ur di dalam hal pelaksanaan pengawasan t erhadap lingkungan hidup oleh berbagai pihak t erkait .

Namun, lemahnya pengawasan lingkungan saat ini salah sat unya disebabkan oleh belum si-apnya sumber daya manusia (aparat ur), t erut a-ma kesiapan t eknis dan moral sert a int egrit as. Masalah-masalah ini dit emukan lebih t ransparan dan lebih kompleks di t ingkat daerah dibanding-kan dengan t ingkat pusat . Dalam pengawasan hendaknya pej abat pengawas lingkungan dit en-t ukan aen-t as seren-t if ikasi sebagai pengawas. Selain it u, inst ansi yang menerbit kan izin mest i mela-kukan pengawasan, bukannya j ust ru memindah-kan f ungsi it u kepada inst ansi lain.

(6)

ur-an Daerah ini menj adi wewenur-ang dur-an t ur-anggung j awab Camat dan Inst ansi yang berwenang se-t empase-t dan dalam wakse-t u selambase-t -lambase-t nya 3 x 24 j am waj ib melapor kepada Walikot a at au Dinas Teknis yang dit unj uk, sepert i yang t er-t uang dalam Pasal 46 Perda No. 13 Tahun 2004. Analisis yuridis t erhadap Perda No. 13 Tahun 2004 dibandingkan t erhadap perat uran perun-dangan yang lebih t inggi, dalam hal ini UU No. 32 Tahun 2009, adalah perlu dilakukan penye-suaian t erkait mekanisme pengawasan maupun kewenangannya agar Perda t ersebut memenuhi mekanisme pengawasan yang set ara dengan me-kanisme pengawasan yang t elah diat ur melalui UU No. 32 Tahun 2009.

Pelaksanaan pengawasan yang dilakukan t erkait pelanggaran pendirian bangunan yang t i-dak sesuai dengan at uran yang ada di wilayah Gunungpat i menurut Bapak Supomo9 yait u mem-berikan t eguran dan peringat an t erhadap Pemo-hon yang melanggar. Pemberian sanksi, berda-sarkan Perda yang berlaku adalah menj adi ke-wenangan dan t ugas daripada Sat uan Polisi Pa-mong Praj a (Sat pol PP). Keadaan wilayah dan t opograf i Kecamat an Gunungpat i yang luas dan adanya daerah-daerah yang masih sulit dij ang-kau, sert a perda sendiri t idak memungkinkan pi-hak kecamat an unt uk melakukan pengawasan ket at maupun penindakan sanksi di lapangan ke-pada para pemohon yang melanggar. Hal-hal t ersebut menj adi hambat an t erkait pengawasan t ersebut di lapangan. Dalam rangka mengat asi hal t ersebut dilakukan upaya pendekat an secara pribadi kepada pemohon yang melanggar de-ngan dilakukan melalui pemberit ahuan kepada yang bersangkut an. Selain it u, dilakukan j uga penyuluhan di t ingkat RT maupun RW t erkait pendirian bangunan yang benar. Hal ini dikare-nakan ada daerah di Kecamat an Gunungpat i yang merupakan daerah resapan, sepert i wila-yah Sadeng yang t erlarang bagi bent uk-bent uk pembangunan dengan alasan apapun.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ba-pak Irwansyah10 apabila ada pelanggaran maka bent uk pengawasannya yait u pemberian surat

9 Pegawai kecamat an Gunungpat i

10 Kepal a Bagian Tat a Ruang Dinas Tat a Kot a dan

Perumah-an, Kot a Semar ang.

peringat an 1, surat peringat an 2, surat peringa-t an 3, suraperinga-t peringaperinga-t an 4, pengaj uan dasi unt uk penyegelan dan pengaj uan rekomen-dasi unt uk pembongkaran bangunan. Hambat an dalam pelaksanaan pengawasan adalah berupa rendahnya kesadaran masyarakat t erhadap per-at uran yang ada t erkait perij inan bangunan, di-karenakan ket idakt ahuan dari masyarakat at as perat uran perundangan yang berlaku. Selain it u, luasnya wilayah pengawasan dari Dinas Tat a Ko-t a sendiri j uga membaKo-t asi pihak Dinas unKo-t uk melakukan pengawasan secara menyeluruh. Sa-lah sat u upaya mengat asi hal t ersebut hampir sama dengan pernyat aan dari Bapak Supomo Pe-gawai Kecamat an Gunungpat i upaya yang dila-kukan adalah dengan cara memberdayakan Sa-t uan Polisi Pamong Praj a (SaSa-t pol PP) di dalam pengawasan di lapangan secara int ensif .

Perda No. 13 Tahun 2004 BAB VI t ent ang Pengawasan dan Pengendalian Pemanf aat an Ruang mengenai Rencana Det ail Tat a Ruang Ko-t a mengaKo-t ur mengenai pengawasan yang dilaku-kan oleh Walikot a sesuai dengan ket ent uan yang berlaku. Dalam hal ini Mekanisme pengawasan di Kecamat an Gunungpat i yang dilakukan t elah sesuai dengan Perda No. 14 t ahun 2003 yakni selain Walikot a pengawasan j uga berada pada kewenangan Camat dan j uga inst ansi t erkait yait u Dinas Tat a Kot a dan Perumahan Kot a Semarang.

Penerapan sanksi Pidana dalam Perda No. 13 Tahun 2004

(7)

erha-dap ket ent uan dalam Perda ini diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bu-lan dan/ at au denda sebesar-besarnya lima j ut a rupiah. Selain t indak pidana t ersebut dapat di ancam pidana sesuai perat uran perundang-un-dangan yang berlaku.

Pelanggaran t erhadap pendirian bangunan yang t idak sesuai dengan at uran yang ada menu-rut Supomo,11 pihak Kecamat an sendiri hanya mampu memberikan t eguran, baik secara lisan maupun t ert ulis t erkait pelanggaran yang dila-kukan oleh pemohon. Hal ini diladila-kukan t erhadap pelanggaran yang t erj adi di lapangan. Kecama-t an sendiri hanya mampu memberikan sanksi berupa t eguran, baik secara lisan maupun t er-t ulis er-t erkaier-t pelanggaran yang dilakukan oleh pemohon. Hal ini dikarenakan at uran yang ada t idak memberikan kewenangan bagi pihak Keca-mat an unt uk menj at uhkan sanksi secara lang-sung. Pemberian sanksi secara langsung dan nyat a berdasarkan Perda menj adi kewenangan dan t ugas daripada Sat uan Polisi Pamong Praj a (Sat pol PP). Hal t ersebut senada dengan yang disampaikan Bapak Irwansyah, berdasarkan Per-da yang berlaku, maka dikenal t ingkat an sanksi t erkait pelanggaran yang dilakukan, yakni pem-berian Surat Peringat an 1, Surat Peringat an 2, Surat Peringat an 3, Surat Peringat an 4, j uan rekomendasi unt uk penyegelan, dan Penga-j uan rekomendasi unt uk pembongkaran ba-ngunan. Pelaksanaan penyegelan dan pembong-karan bangunan dilakukan oleh Sat uan Polisi Pa-mong Praj a (Sat pol PP), sedangkan surat peri-ngat an dit erbit kan oleh pihak Dinas Tat a Kot a. Pada prakt eknya pernah dit emukan adanya pe-langgaran, sehingga dilakukan pemberian sanksi sebagaimana diat ur di dalam Perda t ersebut , yakni pemberian surat peringat an 1, surat peri-ngat an 2, surat periperi-ngat an 3, surat periperi-ngat an 4, pengaj uan rekomendasi unt uk penyegelan, dan pengaj uan rekomendasi unt uk pembongkar-an bpembongkar-angunpembongkar-an dpembongkar-an apabila ada kasus ypembongkar-ang t erj adi maka akan dikenakan ket ent uan pidana sesuai Pasal 52 Perda Kot a Semarang No. 13 t ahun 2004.

11 Pegawai Kecamat an Gunungpat i

Audit Proses Lingkungan Hidup dalam Perda No. 13 t ahun 2004

Ket ent uan Pasal 48 UU No. 32 Tahun 2009 mengat ur bahwa pemerint ah mendorong pe-nanggungj awab usaha dan/ at au kegiat an unt uk melakukan audit lingkungan hidup dalam rangka meningkat kan kinerj a lingkungan hidup. Audit lingkungan hidup ini merupakan suat u inst rumen pent ing bagi penanggung j awab usaha dan at au kegiat an unt uk meningkat kan ef isiensi kegiat an dan kinerj anya dalam menaat i persyarat an ling-kungan hidup yang dit et apkan oleh perat uran perundang-undangan. Dalam pengert ian ini, au-dit lingkungan hidup dibuat secara waj ib dan berkala (Pasal 49 ayat 1 j o. Pasal 49 ayat 3 UU No. 32 Tahun 2009) oleh penanggungj awab usa-ha unt uk memverif ikasi ket aat an t erusa-hadap pera-t uran perundang-undangan lingkungan hidup yang berlaku, sert a dengan kebij aksanaan dan st andar yang dit et apkan dan dilaksanakan se-cara int ensif oleh audit or lingkungan hidup yang t elah mendapat sert if ikasi kompet ensi audit or lingkungan hidup (Pasal 50 ayat 1 j o. Pasal 50 ayat 2 UU No. 32 Tahun 2009).

Ket ent uan Pasal 49 ayat (1) UU No. 32 Ta-hun 2009, menent ukan bahwa ment eri mewaj ib-kan audit lingkungan hidup kepada: usaha dan/ at au kegiat an t ert ent u yang berisiko t inggi t er-hadap lingkungan hidup; dan/ at au penanggung j awab usaha dan/ at au kegiat an yang menunj uk-kan ket idakt aat an t erhadap perat uran perun-dang-undangan, sedangkan ayat (2) mengat ur bahwa penanggung j awab usaha dan/ at au ke-giat an waj ib melaksanakan audit lingkungan hi-dup. Pasal 50 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009 mengat ur bahwa apabila penanggung j awab usa-ha dan/ at au kegiat an t idak melaksanakan kewa-j iban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1), ment eri dapat melaksanakan at au me-nugaskan pihak ket iga yang independen unt uk melaksanakan audit lingkungan hidup at as be-ban biaya penanggung j awab usaha dan/ at au kegiat an yang bersangkut an. Ment eri kemudian mengu-mumkan hasil audit lingkungan hidup.

(8)

Pe-ngendalian Pemanf aat an Ruang, pengawasan dilakukan oleh Walikot a sesuai dengan ket ent u-an yu-ang berlaku. Pengawasu-an t erhadap pemu-an- f aat an ruang dilakukan dalam bent uk peman-t auan, pelaporan dan evaluasi. Pengendalian pemanf aat an ini dilakukan dalam bent uk peri-zinan sesuai dengan kewenangan yang ada pada Pemerint ah Kot a. Pengawasan dan pencegahan segala kegiat an pembangunan/ pemanf aat an yang t idak sesuai dengan Perat uran Daerah ini menj adi wewenang dan t anggungj awab Camat dan Inst ansi yang berwenang set empat dan da-lam wakt u seda-lambat -da-lambat nya 3 x 24 j am wa-j ib melapor kepada Walikot a at au Dinas Teknis yang dit unj uk, sepert i yang t ert uang dalam Pasal 46 Perda No. 13 Tahun 2004 t ent ang Ren-cana Det ail Tat a Ruang Kot a (RDTRK) Gunung-pat i.

Perda t ersebut t idak dij elaskan secara rinci masalah audit lingkungan hidup, maka pe-ran pemerint ah unt uk mendorong penanggung j awab usaha dan/ at au kegiat an unt uk melaku-kan audit lingkungan hidup yang dilaksanamelaku-kan o-leh audit or lingkungan hidup di daerah Gunung-pat i dan sekit arnya belum t erealisasikan dengan baik, dikarenakan masih banyaknya pemanf aat -an lah-an y-ang t idak pada t empat nya, cont ohnya pembangunan perumahan di daerah Trangkil sampai t urunan pigura UNNES yang t idak seha-rusnya dipakai unt uk membangun rumah, mela-inkan unt uk daerah penyerapan air huj an dan penghij auan. Dalam hal ini, peran pemerint ah kot a Semarang harus lebih t egas lagi t erhadap penanggung j awab usaha dan/ at au kegiat an un-t uk melakukan audiun-t lingkungan hidup, serun-t a perlunya dibent uk audit or lingkungan hidup se-bagai pelaksananya di daerah kecamat an Gu-nungpat i. Pelaksanaan Audit RDTK dilakukan se-cara berkala set iap bulan oleh pihak kecamat an Gunungpat i. St andar dan perat uran lingkungan yang baru harus dilaksanakan set iap hari, se-hingga menj adi t ant angan nyat a bagi lembaga pemerint ahan/ swast a unt uk mempersiapkan diri ket ika di audit . Perat uran yang banyak dan st andar yang harus t erpenuhi membuat sangat sulit bagi audit or unt uk melakukan audit yang t egas dan berkualit as. Perbaikan dan

pengguna-an alat -alat prakt is audit lingkungpengguna-an dpengguna-an t eknik menj adi semakin pent ing. 12

Salah sat u sarana yang diharapkan ef ekt if dalam menanggulangi dan meminimalisasi t er-j adinya kerusakan dan pencemaran lingkungan adalah memberlakukan “ audit lingkungan” ke-pada perusahaan. UU No. 23 Tahun 1997 menga-t ur bahwa audimenga-t lingkungan merupakan insmenga-t ru-men penat aan lingkungan yang ef ekt if dan ber-sif at sukarela (volunt ary). Dalam penet apannya audit lingkungan dilaksanakan dalam Sist em Ma-naj emen Lingkungan (SML) perusahaan dan t id-ak banyid-ak perusahaan yang melid-aksanid-akannya. Ef ekt ivit as audit lingkungan dan ket erkait annya dengan ISO seri 14000. Pelaksanaan audit ling-kungan dalam SML sangat berkait an dengan pe-nerapan st andar evaluasi produk ISO 14000. Per-usahaan yang t elah melaksanakan audit ling-kungan dalam SML dan memperoleh sert if ikasi ISO 14001 akan lebih mudah menerapkan dan melaksanakan seluruh rangkaian st andar int er-nasional ISO seri 14000, sehingga lebih mudah pula memperoleh sert if ikat label lingkungan a-t au ekolabel sebagai a-t anda produk ramah ling-kungan.13

EMS (Envir onment al Management Syst em)

dan ISO 14000, akhir-akhir ini menj adi t opik ha-ngat dalam kancah manaj emen dan lingkungan hidup, sedangkan AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) masih mendapat kan per-sepsi negat if sebagai alat birokrasi yang hanya menambah biaya at au prosedur penghambat in-vest asi. Padahal AMDAL merupakan sist em yang relat if mapan dalam perangkat kebij akan pe-ngelolaan lingkungan hidup di Indonesia yang bersif at sangat proakt if , dan j ika dilaksanakan (beroperasi) akan sangat ef ekt if mencegah pen-cemaran dan kerusakan lingkungan. Pada pelak-sanaan rencana t ersebut masih perlu ISO 14000 yang menit ik berat kan pada pelaksanaan EMS

12

Agoes Sukirno, “ Pengaruh Audit Lingkungan Terhadap Peni ngkat an Kemanf aat an Sosi al ” , Jur nal Akunt ansi ,

Vol . 3 No. 2, Tahun 1999, Jakart a: FE Uni versit as Taru-managar a, hl m. 17-28.

13 Nur Sul i st yo Budi Ambari ni, “ Pel aksanaan Audi t

(9)

dengan t idak menurunkan art i pent ing pelak-sanaan AMDAL. Hasil Amdal (ANDAL, RKL/ RPK) merupakan modal bernilai t inggi dalam meran-cang EMS at aupun manaj emen lingkungan. Seba-gai alat kebij akan regulat if maupun alat mana-j emen lingkungan, AMDAL t idak dapat kit a abai-kan. Cit ra dan ef ekt ivit as AMDAL perlu t erus di-t ingkadi-t kan.14

Beberapa dekade t erakhir ini makin dira-sakan kesadaran masyarakat mengenai pent ing-nya lingkungan bagi kehidupan di bumi.15 Be-rangkat dari suat u kenyat aan, bahwa t erj adinya perusakan dan pencemaran lingkungan, khusus-nya yang t erj adi di kot a-kot a besar diaki-bat kan oleh indust ri, bahkan akt ivit as pembangunan di Pesisir Jawa j uga berimplikasi buruk t erhadap kehidupan masyarakat pesisir.16 Oleh karena it u, audit lingkungan sangat dibut uhkan karena me-ningkat nya upaya pembangunan akan menye-babkan makin meningkat nya dampak t er-hadap lingkungan hidup. Keadaan ini makin mendorong diperlukannya upaya pengendalian dampak ling-kungan hidup, agar risiko t erhadap lingling-kungan hidup dapat dit ekan sekecil mungkin. Muladi17 mengat akan bahwa pemanf aat an SDA yang t idak bij aksana akan menyebabkan kerusakan ling-kungan hidup. Kerusakan lingling-kungan akan meng-ganggu keberlanj ut an usaha pembngunan dan bahkan mengancam ekosist em dan peradaban manusia. Oleh karena it u, pandangan j angka pendek yang berorient asi ekonomi harus diubah menj adi pandangan at au paradigma keberlan-j ut an yang bert umpu pada pemikiran perlunya keadilan ant ar generasi.

Penut up Simpulan

14

Lubi s Risdian, “ Amdal Sebagai Dasar Manaj emen Ling-Kungan” Jurnal Ekol it a, Jakar t a: Yayasan Mul ia Per sada Indonesi a.

15

Andari Kurni at i W, “ Pent ingnya Si st em Manaj emen Ling-Kungan Dal am Mel aksanakan Pembangunan Nasional ” ,

Jur nal Ekonomi, Vol . 2 No. 2, Jakart a: FE Univer sit as Tarumanagar a.

16 LBH Semar ang, “ Laporan Akhir Tahun LBH Semarang

2006” , Bul l et i n Kr i t i s, Tahun 2007. Semarang: LBH Se-mar ang, hl m. 17

17 Mul adi , 10 Mar et 2008, Gl obal War mi ng dan a Cl i mat e

Change Sebagai Masal ah Nasi onal dan Int er nasi onal , Pa-per of Int ernat ional Conf erence, Jakart a.

Berdasarkan hasil penelit ian yang t elah dilakukan, maka dapat dit arik simpulan sebagai berikut . Per t ama, Perda No. 13 Tahun 2004 Tent ang Rencana Det ail Tat a Ruang Kot a (RDT RK) Kot a Semarang BWK VIII Kecamat an Gunung-pat i dalam rencana pengelolaan dan rencana pemant auan lingkungan hidup t idakmembuat a-t au melaksanakan analisis mengenai dampak lingkungan hidup maupun upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemant auan ling-kungan hidup. Mekanisme pengawasan di Keca-mat an Gunungpat i yang dilakukan t elah sesuai dengan Perda No. 14 t ahun 2003 yakni selain Walikot a pengawasan j uga berada pada kewe-nangan Camat dan j uga inst ansi t erkait yait u Di-nas Tat a Kot a dan Perumahan Kot a Semarang.

Kedua, pelanggaran t erhadap lingkungan hidup, maka dikenakan sanksi administ rat if dengan t i-dak menghilangkan/ menghapus t anggung j awab pemulihan dan pidana yang dilakukan oleh pe-nanggung j awab usaha/ kegiat an t erkait ling-kungan hidup. Ket i ga, pelaksanaan Audit RDTK dilakukan secara berkala set iap bulan oleh pihak Kecamat an Gunungpat i.

Saran

Penulis mengaj ukan saran agar dilakukan penyesuaian mekanisme perizinan dan penga-wasan maupun kewenangannya, agar Perda No. 13 Tahun 2004 memenuhi mekanisme penga-wasan yang set ara dengan mekanisme pengawa-san yang t elah diat ur melalui UU No. 32 Tahun 2009. Dalam rangka mengat asi hambat an dalam hal pengawasan t ersebut perlu dilakukan penyu-luhan-penyuluhan di t ingkat RT maupun RW t erkait pendirian bangunan yang benar. Selain it u, perlu penj elasan secara t erperinci menge-nai sanksi administ rat if dalam Perda Kot a Sema-rang No. 13 Tahun 2004, sehingga lebih t egas dalam penerapan sanksinya. Hal perlu dilaku-kan, menginat dalam prakt iknya sanksi pidana j arang sekali diberikan.

(10)

la-gi t erhadap penanggung j awab usaha dan/ at au kegiat an unt uk melakukan audit lingkungan hi-dup, sert a perlunya dibent uk audit or lingkungan hidup sebagai pelaksananya di daerah Kecamat -an Gunungpat i.

Daft ar Pust aka

Ambarini, Nur Sulist yo dan Budi. “ Pelaksanaan Audit Lingkungan dalam Sist em Manaj e-men Lingkungan (SML) Perusahaan dan Ke-t erkaiKe-t annya dengan SKe-t andarisasi InKe-t erna-sional ISO Seri 14000” . Jur nal Penel i t i an Hukum. Vol. 13 No. 4. Bengkulu: FH Uni-versit as Bengkulu;

Anonim. “ GPS. GIS. Penginderaan Jauh. Hidro-graf i Pert anahan” . Geoi d: Jur nal geodesi. Surabaya: Program St udi Teknik Geoma-t ika InsGeoma-t iGeoma-t uGeoma-t Teknologi Sepuluh Nopember. Vol 6 No. 2. Tahun 2011;

Dj unaedi, A. “ Alt ernat if Model Penerapan Pe-rencanaan St rat egis dalam Penat aan Ru-ang Kot a di Indonesia” . Jur nal Per enca-naan Wi l ayah dan Kot a (PWK). Vol. 12 No. 1. Maret 2001. Bandung: ITB;

LBH Semarang. “ Laporan Akhir Tahun LBH Se-marang 2006” . Bul l et in Kr i t is. Tahun 2007. Semarang: LBH Semarang;

Lindawat i, Gunadhi. “ Fungsi IMB dalam Pemba-ngunan Tat a Ruang Kot a yang Berwawasan Lingkungan di Kot a Banj armasin” . Or ien-t asi: Maj al ah Pembi naan dan Pengemba-ngan HuKum Kemasyar akat an. Vol. 32 No.

1. Tahun 2005. Banj armasin: FH Univer-sit as Lambung Mangkurat ;

Muladi. Gl obal War ming dan a Cl i mat e Change Sebagai Masal ah Nasional dan Int er nasi o-nal . Paper of Int ernat ional Conf erence. Jakart a, 10 Maret 2008;

Risdian, Lubis. “ Amdal Sebagai Dasar Manaj e-Men Lingkungan” , Jur nal Ekol i t a. Jakart a: Yayasan Mulia Persada Indonesia;

S, Herawan. “ Beberapa Masalah Hukum Dalam Rencana Umum Tat a Ruang Kot a (RUTRK) Ko-t amadya Bengkulu” . Jur nal Penel i t i an Hukum. Bengkulu: Fakult as Hukum Uni-versit as Bengkulu;

Set yowat i, Dewi Liesnoor. “ Pot ensi Pengemba-ngan Kawasan Resapan di Kot a Sema-rang” . Maj al ah Geogr af i Indonesi a. Vol. XX No. 2. Tahun 2006, Yogyakart a: Fakul-t as Geograf i UGM;

Sukirno, Agoes. “ Pengaruh Audit Lingkungan t erhadap Peningkat an Kemanf aat an So-sial” . Jur nal akunt ansi . Vol. 3 No. 2, Ta-hun 1999. Jakart a: FE Universit as Taruma-nagara;

Suweda, I Wayan. “ Penat aan Ruang Perkot aan Yang Berkelanj ut an, Berdaya Saing dan Bero-t onomi” . Jur nal Il mi ah Tekni k Si pi l. Vol. 15. No. 2. j uli 2011. Medan: Prodi Teknik Sipil UDA;

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan jika dibandingkan dengan tamu hotel bulan November 2015 yang mencapai 49.499 orang, mengalami peningkatan sebesar 41,02 persen... 4 Berita Resmi Statistik Provinsi NTB

[r]

Pada bab I ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah yang merupakan hal dasar diangkatnya suatu masalah yang nantinya dapat digunakan sebgai acuan

Dari kelima faktor tersebut, faktor yang paling berpengaruh adalah faktor pengalaman, artinya siswa yang sering diberikan soal-soal pembuktian matematis akan lebih

kebalikan dari sentralisasi”. Peer to peer dan sistem terdistribusi pemprosesan dilakukan dimasing-masing pengguna. “Itu tadi datanya dikumpulkan, terkaitkan dengan

Penelitian ini tergolong Penelitian Lapangan (File Research) data dikumpulkan dengan menggunakan beberapa cara yang dianggap relevan dengan penelitian, diantaranya obsevasi,

Dari karya tulis yang dipelajari dapat kita menyimpulkan bahwa dalam perangkat computer sudah mengalami perkembangan dari tahun-ketahun yang semakin canggih

Menentukan kriteria perencanaan sebelum dilakukan perhitungan geometrik pada setiap tikungan dengan tujuan untuk menentukan batasan-batasan desain sesuai dengan