• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1479105417BAB 8 Aspek Teknis Persektor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1479105417BAB 8 Aspek Teknis Persektor"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

8.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian

yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,

sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di

kawasan perkotaan atau perdesaan.

Kegiatan pengembangan permukiman di Kabupaten Kepulauan Selayar terdiri

dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan

perdesaan.Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari

pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas

permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan

terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat

pertumbuhan, serta desa tertinggal.

8.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Permukiman

A. Arah Kebijakan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada

peraturanperundangan, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

JangkaPanjang Nasional. Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan

bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan

prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus

meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa

(2)

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

KawasanPermukiman. Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup

penyelenggaraan perumahan (butir c),penyelenggaraan kawasan

permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta

pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh (butir f) Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang

Rumah Susun.

1. Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum,

rumahsusun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung

jawab pemerintah.

2. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah satunya

terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan

dengan penanggulangan kawasan kumuh.Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang

Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Peraturan ini menetapkan target

berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar

b10% pada tahun 2014.

Pengembangan Permukiman di Kota Selayar dilaksanakan dengan

upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh, perkotaan, dan desa Nelayan.

Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana ( infrasruktur ) Permukiman di

kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa / Desa Pusat Pertumbuhan dan

pada Desa terpencil / Desa tertinggal melalui program pemberdayaan

masyarakat.Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam

pengembangan permukiman maka UU No. 1 Tahun 2011 mengamanatkan tugas dan

(3)

B. Tugas

Tabel 8.1.

Tugas Pemerintah pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah kota dalam Pengembangan Permukiman

Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten/Kota

 Merumuskan dan

 Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan

 Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

 Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

(4)

permukiman.

 Mengawasi pelaksanaan

kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang

wewenang Pemerintah pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah kota dalam Pengembangan Permukiman

Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten/Kota

 Menyusun dan menetapkan

 Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang

 Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan

 Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-

(5)

permukiman.

 Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

 Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam  Menetapkan Kebijakan dan

Strategi daerah dalam

Prioritas pembangunan permukiman di Kabupaten Kepulauan Selayar

adalah:

1. Peningkatan kualitas lingkungan pemukiman kumuh perkotaan tertuju pada

kelurahan di Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Mariso dan

Kecamatan Mamajang sebagai prioritas utama dalam pembangunan strategis

kawasan perkotaan. Peningkatan kualitas permukiman tersebut dilakukan

dengan peningkatan infrastruktur permukiman, seperti pembangunan

prasarana jaringan jalan lingkungan, peningkatan pelayanan air minum,

pembangunan sistem pengelolaan limbah/ sanitasi lingkungan, serta

pengelolaan persampahan. Pembangunan dari komponen sektor

keciptakaryaan tersebut akan menjadi tolak ukur peningkatan kualitas

lingkungan permukiman kumuh perkotaan.

2. Pembangunan infrasturktur sanitasi di daerah pinggiran kota dengan

Pendekatan konsep penanganan permukiman kota sebagai berikut :

a. Konsep Penanganan Lingkungan Permukiman Padat dan Kumuh

b. Konsep Penangangan Lingkungan Permukiman Nelayan / Pesisir

8.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

Penyelenggaraan bangunan di kabupaten Kepulauan Selayar sesuai dengan

aturan yang dipersyaratkan oleh peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Direktur

(6)

berkaitan dengan penyelenggaraan bangunan gedung, secara fisik permasalahan

penyelenggaraan bangunan gedung pada umumnya telah memenuhi syarat teknis

maupun keserasian antar bangunan dan lingkungannya seperti yang terjadi di

kawasan perumahan, Perkantoran, perdagangan dan pada kawasan khusus seperti

kawasan Wisata dan kawasan bersejarah. Dilain pihak masih ada bangunan yang

melanggar peruntukan khusunya pada perkantoran yang berada di sebelah timur

kota Benteng (Jalan Jend. Ahmad Yani), garis sempadan jalan, sungai, pantai, dan

kawasan non budi daya lainnya.

Permasalahan penataan gedung dan lingkungan yang dihadapi di Kabupaten

Kepulauan Selayar adalah :

 Perkembangan bangunan perkantoran yang diarahkan kearah timur dan

selatan kota Benteng dan pembangunan fasiltas perdagangan kearah utara

kota Benteng, tetapi memperlihatkan adaya pengalian dan penebangan

pohon yang tidak teratur pada tapak bangunan secara keseluruhan.

 Terdapat beberapa bangunan pemerintah yang sudah tua dan memerlukan

perbaikan ataupun pembangunan kembali (rehabilitasi total) .

 Bangunan rumah penduduk di daerah sekitar perbukitan dan daerah bantaran

sungai parappa umumnya tidak memenuhi kriteria teknis suatu bangunan, dari

hal jarak antara rumah, penataan dan elevasi sehingga sering rawan terjadi

kebakaran, menimbulkan lingkungan kumuh karena tidak teratur dan rutin

dilanda banjir yang disebabkan luapan sungai parappa dan sungai bua-bua di

musim hujan, genangan sampai berbulan-bulan dan berpotensi menimbulkan

bau dan berbagai macam penyakit.

 Penataan bangunan di kecamatan masih dalam koridor terkendali, namun

sudah perlu dilakukan penataan dan pengendalian sehingga tidak

menimbulkan dampak negatif di mata masyarakat.

8.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di

(7)

dan aspek peran serta masyarakat, maka sehubungan dengan hal tersebut

ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang direkomendasikan sebagai

berikut:

1. Kelembagaan yang menangani bidang kecipta-karyaan khususnya

pengembangan permukiman yang didukung dengan uraian tugas dan fungsi

(tupoksi) yang jelas serta penempatan tenaga pelaksana sesuai dengan latar

belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang dimiliki.

2. Adanya pengorganisasian pendanaan dari berbagai sumber (APBD

Kabupaten, APBD Provinsi, APBN dan Swadaya) yang pelaksanaannya

oleh Satker berada dalam SKPD.

3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam menangani program/ kegiatan

pengembangan permukiman baik individu maupun organisasi masyarakat.

4. Optimalisasi peningkatan peran serta swasta dalam penyelenggaraan

pembangunan sektor perumahan dan permukiman.

8.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

A. Program Kerja

1. Pembinaan Pengembangan Permukiman

a. Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur

Perkotaan (SPPIP)

b. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman

Prioritas (RPKPP)

2. Infrastruktur Kawasan Pemukiman Perkotaan

a. Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh

b. Peningkatan Infrastruktur Kawasan RSH

3. Rusunawa Beserta Infrstuktur Pendukungnya

4. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan

a. Pembangunan/Peningkatan Kawasan Permukiman Perdesaan

Potensial

(8)

5. Pemberdayaan Masyarakat (PPIP, PISEW, dan RIS PNPM).

B. Kesiapan (Readiness Criteria)

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)Dalam pengembangan permukiman

terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiridari kriteria umum dan khusus,

sebagai berikut :

1. Umum

 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.

 Kesiapan lahan (sudah tersedia).

 Sudah tersedia DED.

 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP,

RPKPP,Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana

daerahuntuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa

berfungsi.

 Ada unit pelaksana kegiatan.

 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

2. Khusus

a. Rusunawa

 Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA

 Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh

 Kesanggupan Pemda untuk menyediakan Sambungan Listrik, Air

Bersih, dan PSD lainnya

 Ada calon penghuni

b. PNPM Perkotaan

 Lokasi adalah kelurahan perkotaan mengacu data PODES 2008

dan sudah ditetapkan oleh Menko Kesra

 Kel. perkotaan dengan penduduk miskin ≥ 10%

 Dipilih kelurahan yang belum mendapatkan 3 kali putaran BLM dan

yang sudah, tetapi jumlah KK miskin ≥ 25%

(9)

 DDUB sebesar 20 – 30%

 BOP minimal 5% dari pagu BLM kab/kota

 Provinsi menyediakan BOP 1% dari Pagu BLM Provinsi

c. RIS PNPM

 Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

 Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.

 Tingkat kemiskinan desa >25%.

 Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP

nminimal 5% dari BLM.

d. PPIP

 Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI

 Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani

program Cipta Karya lainnya

 Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik

 Tingkat kemiskinan desa >25%

8.1.5 Usulan Program dan Kegiatan

Sasaran yang dicapai dalam pembangunan permukiman di

Kabupaten Kepulauan Selayar memasuki tahun 2013 adalah Peningkatan

kualitas lingkungan pemukiman kumuh perkotaan di kelurahan Lette sebagai

prioritas utama dalam pembangunan strategis kawasan perkotaan di Kota

Selayar. Peningkatan kualitas permukiman tersebut dilakukan dengan peningkatan

infrastruktur permukiman, seperti pembangunan prasarana jaringan jalan

lingkungan, peningkatan pelayanan air minum, pembangunan sistem pengelolaan

limbah/ sanitasi lingkungan, serta pengelolaan persampahan. Pembangunan dari

komponen sektor keciptakaryaan tersebut akan menjadi tolak ukur peningkatan

kualitas lingkungan permukiman kumuh perkotaan. Berikut Uraian Rencana

Kegiatan Prioritas Keciptakaryaan sektor Pengembangan Permukiman di

(10)
(11)

8.2 PENATAAN BANGUNAN & LINGKUNGAN

8.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang

diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang,

terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di

perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan

lingkungannya.Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan Kabupaten

Kepulauan Selayaryaitu :

1. Bantuan teknis penyusunan pedoman pembangunan gedung dan

lingkungan.

2. Penguatan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat

3. Penyusunan NPSM sebagai tindak lanjut UU No. 28/2002 dan PP No.

36/2005

4. Pembinaan penyelenggaraaan bangunan gedung kepada pemangku

kepentingan terkait

5. Bantuan teknis pembangunan bangunan gedung dan pelayanan

pengelolaan rumah Negara

6. Penataan lingkungan permukiman kumuh, nelayan dan tradisional melelui

pemberdayaan masyarakat.

7. Penataan dan revitalisasi bangunan gedung bersejarah dan lingkungannya.

Bidang Tata Bangunan Kabupaten Kepulauan Selayar mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan kebijakan mengenai penyelenggaraan bangunan gedung

dan rumah negara beserta lingkungannya mengacu pada norma,

standart, prosedur dan kriteria yang ada;

b. Pelaksanaan pembangunan dan pembinaan teknis

penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara serta penataan

bangunan dan lingkungannya;

c. Pelaksanaan pembinaan teknis penyelenggaraan pemeliharaan

dan perawatan bangunan gedung dan rumah negara beserta

(12)

d. Pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan jasa konstruksi

serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;

e. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik

sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

1. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

 Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

 Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan

pemukiman kumuh dan nelayan;

 Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman

tradisional.

2. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

 Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan

dan lingkungan;

 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;

 Pelatihan teknis.

3. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

 Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;

 Paket dan Replikasi

8.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

A. Isu Strategis

1. Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan;

2. Masalah kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Selayar sudah sangat mendesak

untuk ditangani. Di mana salah satu ciri umum dari kemiskinan adalah

minimnya infrastruktur Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) yang memadai,

kualitas lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni. Pendekatan yang

(13)

menjalin kemitraan dengan masyarakat melalui program P2KP (Program

Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) Kabupaten Kepulauan Selayar

3. Kebutuhan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh;

Permukiman kumuh adalah permukiman yang kualitas

lingkungannya sangat tidak layak huni antara lain karena berada pada

lahan yang sangat tidak sesuai dengan peruntukan tata ruang,

kepadatan dalam luasan sangat tinggi, kualitas bangunan tidak

memadai dan tidak terlayani prasarana lingkungan yang

memadai dan membahayakan keberlangsungan hidup dan

penghidupan penghuninya. Upaya penataan kawawan kumuh tidak

hanya pada aspek fisik saja tetapi juga melaui Konsep

TRIDAYA/bersejarah tersebut.

4. Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah;

Kawasan tradisional/bersejarah memiliki refleksi nilai budaya yang

tinggi. Di sisi lain kawasan disekitarnya seringkali dijumpai tidak tertata

dengan baik bahkan mengalami penurunan kualitas lingkungan. Demi

menjaga kelestarian nilai budaya dari masyarakat dan

meningkatkan kualitas lingkungan dibutuhkan upaya revitaliasasi

kawasan tradisional Kabupaten Kepulauan Selayar

5. Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara Merupakan kegiatan berupa

pengadaan, pemanfataan dan penghapusan baik fisik maupun

administrasi dari Gedung-gedung dan Rumah-rumah negara. Pada

pelaksanaan pemerintah pusat mendorong peran pemerintah daerah

berkomitmen dalam pengelolaan GRN. Kegitan- kegiatan utama

GRN terdiri Kegiatan Pembinaan Teknis dan kegiatan fisik.

Berikut dijabarkan isu-isu strategis sektor penataan bangunan dan

(14)

Tabel 8.4.

Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2013

NO KEGIATAN SEKTOR PBL

a. Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh

b. Peningkatan Kualitas Lingkungan

Kawasan Tradisional/Bersejarah

2 Penyelenggaraan Bangunan

Gedung dan Rumah Negara

Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara

3 Pemberdayaan Komunitas

dalam Penanggulangan

Kemiskinan

Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Selayar 2015

B. Kondisi Eksisting

Penanganan tata bangunan dan lingkungan di Kabupaten Kepulauan Selayar

dilakukan melalui kebijaksanaan pemberian surat izin mendirikan bangunan (IMB)

dan Pelaksanaan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Namun dalam hal ini

belum banyak memberi dampak positif terhadap keserasian bangunan dan

lingkungan masih bercampur baur kawasan perumahan, perdagangan dan

pergudangan di daerah perkotaan, demikian pula dengan tidak tertibnya garis-

garis sempadan bangunan menurut peruntukannya serta pemanfaatan ruang

yang tidak terkendali baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan terlihat

pembangunan dan pemanfaatan lahan dilakukan pada kawasan non budidaya

seperti pada kemiringan lahan >40%, dikawasan pantai dan pinggiran sungai

sehingga sering terjadi bencana banjir, tanah longsor dan bencana lainnya.

Tabel 8.5

Laporan Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2012

(15)

6 Hutan Kota 7.581 0 7.581

7 Sempadan 1.618.264 0 1.618.264

Total 1.857.667 32.848 1.890.515 JUMLAH DALAM (Ha) 187,71 Sumber : RTRW Kabupaten Kepulauan Selayar

C. Permasalahan dan Tantangan

Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa

permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:

1. Penataan Lingkungan Permukiman

 Rendahnya Kualitas lingkungan dikawasan pesisir ,pusat kota,

percampuran fungsi perdagangan dan perumahan.

 Masih rendahnya kondisi jalan lingkungan permukiman.

 Belum tersedianya system proteksi kebakaran

 Sudah tersedia rencana rinci bangunan dan lingkungan (RTBL) pada

sebagian kawasan perkotaan namun belum operasional.

2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah

serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;

 Belum ada regulasi Pengaturan Bangunan;

 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

Bangunan Gedung

 Lingkungan perkantoran/ instansi pemerintah berada pada kawasan

yang bertopografi rendah sehingga cenderung mengalami banjir pada

musim hujan.

 sebagian kondisi fisk bangunan Perkantoran sudah tua sehingga perlu

di revitalisasi dan di relokasi.

3. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:

 Kurangnya penyediaan taman kota, ruang publik dan ruang terbuka

(16)

 Kurangnya penyediaan fasilitas olahraga tingkat kabupaten

 Kapasitas Kelembagaan Daerah

 Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam

pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;

 Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan

gedung dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

8.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penataan bangunan dan lingkungan bertujuan untuk menjamin kondisi

bangunan (menata dan mengatur) karena akan dijadikan dasar pada masa yang

akan datang. Jika ditinjau dari intensitas bangunan yang ada saat ini, maka

penataan bangunan belum dilakukan dengan baik.Rencana penataan bangunan dan

lingkungan terutama pada daerah yang sudah terbangun harus memperhatikan

kelestarian lingkungan. Untuk itu, maka pada beberapa daerah yang

peruntukannya sebagai lahan bebas bangunan akan dijadikan sebagai open

space untuk memberikan nuansa nuansa lingkungan yang asri.Analisis kebutuhan

Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada

Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8

Tahun 2010 yaitu :

1. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman.

a. RTBL ( Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan ) Kawasan Kabupaten Kepulauan

Selayar

Panduan bangunan Kawasan Kabupaten Kepulauan Selayar yang

dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan

bangunan dan lingkungan, serta membuat materi pokok ketentuan

program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan

rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan

pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan Kawasan Kota

Selayar. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kab

(17)

1) Program Bangunan dan Lingkungan

Visi Pembangunan dan Pengembangan Kawasan adalah me- revitalisasi

dan meningkatkan citra kawasan (pusat kota) Kabupaten Kepulauan

Selayar sebagai kawasan Bugis Epicentrum berbasiskan pusat pelayanan

pemerintahan, pelayanan sosial ekonomi, perdagangan dan jasa yang

didukung oleh kegiatan dan permukiman yang serasi, nyaman dan

berwawasan lingkungan guna mendukung terwujudnya kota Kabupaten

Kepulauan Selayar sebagai kawasan strategis pertumbuhan.

2) Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan

Konsep utama pengembangan struktur kawasan dari Kawasan

Kabupaten Kepulauan Selayar adalah penataan kembali dari

struktur linier dimana semua pergerakan dan fungsi-fungsi kawasan

berorientasi pada jalur jalan utamanya menjadi suatu struktur kawasan

yang kompak dan diarahkan untuk memiliki nilai-nilai kualitas

perancangan kawasan.

3) Konsep Komponen Perancangan Kawasan

Pengembangan kawasan perencanaan sebagai urban epicentrum

dipahami sebagai sebuah kawasan yang menjadi titik pusat

orientasi Kota Selayar yang di dalamnya berkembang fungsi- fungsi

pelayanan skala regional antara lain pusat pelayanan jasa dan

pemerintahan, perdagangan serta pariwisata perkotaan. Karakter

kawasan urban epicentrum memperlihatkan ciri-ciri sebuah kawasan

yang hidup (liveable dan vibrant) dengan ragam kegiatan di dalamnya

yang berlangsung sangat intensif.Pengembangan dan pembangunan

kawasan perencanaan harus mampu memadukan unsur-unsur serta

nuansa kesejarahan dan budaya ke dalam sektor-sektor

pembangunan serta Harus mampu mewadahi aspirasi-aspirasi

masyarakat.Dalam perkembangannya, kawasan perencanaan ini

(18)

lainnya di Kota Kabupaten Kepulauan Selayar, baik secara fisik, visual,

lingkungan maupun suasana tempatnya.

4) Blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya

5) Rencana Umum Dan Panduan Rancangan Struktur Peruntukan

Lahan

 Upaya menegaskan Kawasan Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai

kawasan urban epicentrum sekaligus mem-vital-kannya secara

optimal dan efisien, memerlukan suatu upaya untuk

menambahkan fungsi-fungsi lainnya yang dapat mendukung

fungsi dan kegiatan utama pusat kota.

 Fungsi fungsi-fungsi baru yang ditempatkan di dalam kawasan,

yaitu “Visitor Centre” yang berfungsi sebagai tempat pusat informasi

tentang segala hal yang terkait dengan kegiatan wisata budaya

di Kabupaten Kepulauan Selayar. Fungsi ini dilengkapi dengan

fasilitas wisata seperti ruang pamer, pusat informasi, pagelaran seni,

gallery, perpustakaan, museum, dan toko cindera mata.

 Area wisata keluarga yang dilakukan di blok Pasar Sentra.

Wisata keluarga ini merupakan wisata kuliner skala lokal kabupaten.

Keberadaan blok wisata kuliner ini bertujuan sebagai “etalase”

bagi produk makanan khas Kabupaten Kepulauan Selayar

6) Rencana Perpetakan

Rencana perpetakan lahan pada Kawasan perencanaan dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu perepetakan tanah berupa sistem blok yang terdiri

dari gabungan beberapa persil, dan sistem kapling/persil.

7) Rencana Tapak

Rencana tapak pada wilayah perencanaan, secara umum tidak

banyak mengalami perubahan, yaitu sebagai kawasan kawasan pusat

kota. Namun untuk menunjang peranannya sebagai kawasan pusat kota

maka perlu diciptakan suatu karakter khas pada masing- masing blok

(19)

 jaringan jalan (jalan kendaraan atau jalan untuk pedestrian) di

beberapa bagian blok, yang dapat membuka wilayah perencanaan

dengan wilayah lain di sekitarnya.

 Membentuk jaringan pedestrian way yang menghubungkan

semua unit perencanaan sehingga tercipta pedestrian freedom.

 Mengupayakan agar bantaran bisa menjadi urban green space.

 Menetapkan jarak bangungan terhadap jalan sedemikian rupa

sehingga tercipta building alignment yang serasi.

 Mengarahkan ketinggian bangunan, sehingga akan

menghasilkan roof-lineyang berirama dan menghasilkan koridor jalan

sebagai ruang closure.

 Untuk memperkuat „entrance masuk‟ pada kawasan dapat

dibuat „Gerbang‟ sebagai focal point untuk kawasan melalui

pengarahan ketinggian bangunan di sisi kiri-kanan jalan,

sehingga bisa membentuk image sebagai gerbang, juga dapat

dilakukan dengan membuka node yang ada serta

o menempatkan landmark berupa patung dan sejenisnya pada

bundaran jalan (roundabout).

 Memberikan link antar bangunan berupa pedestrian shelter/

koridor bagi pejalan kaki, sehingga wilayah perencanaan bisa

disebut sebagai kawasan yang pedestrian friendly.

8) Intensitas Pemanfaatan lahan

Konsep pengendalian intensitas kawasan urban epicentrum Kabupaten

Kepulauan Selayar adalah tercapainya pemanfaatan lahan yang lebih

merata dan seimbang sesuai dengan tujuan peruntukan kawasan.

Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah perbandingan jumlah luas seluruh

lantai bangunan terhadap luas tanah perpetakan / daerah perencanaan

yang sesuai dengan rencana kota. Intensitas pemanfaatan lahan erat

hubungannya dengan konsep peruntukkan lahan, terutama menyangkut

(20)

ditetapkan.Intensitas pemanfaatan lahan merupakan luas lantai

maksimum yang dapat dibangun di atas sebidang lahan, hal tersebut

memberi gambaran tentang skala pembangunan bagi kawasan

Kabupaten Kepulauan Selayar

Koefisien Lantai Bangunan adalah perbandingan jumlah total luas

bangunan terhadap luas lantai dasar. Ketinggian bangunan ini perlu

diatur agar terjadi keselarasan dan keharmonisan antar bangunan dan

lingkungan. Penetapan besar KLB di kawasan perencanaan didasarkan

pada pertimbangan sebagai berikut:

 Harga lahan

 Ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan)

 Dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan

 Ekonomi dan pembiayaan

Rencana ketinggian bangunan maksimum yang dapat diterapkan di

kawasan perencanaan adalah sebagai berikut :

 Di sepanjang jalan arteri diperbolehkan maksimum berkisar

antara 15 – 20 lantai (KLB maks = 20 x KDB) dengan tinggi

puncak atap bangunan maksimum 100 meter dari lantai dasar.

 Di sepanjang jalan kolektor diperbolehkan maksimum berkisar

antara 15 – 20 lantai (KLB maks = 4 x KDB) dengan tinggi

puncak atap bangunan maksimum 100 meter dari lantai dasar.

 Di sepanjang jalan lokal diperbolehkan maksimum 5 lantai (KLB

maks = 5 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan

maksimum 30 meter dari lantai dasar.

Koefisien Dasar Bangunan adalah perbandingan antara luas lantai

dasar bangunan dan luas total keseluruhan tapak. Dengan menyisakan

luasan beberapa meter persegi pada tapak dimaksudkan agar masih

terdapat bidang-bidang peresapan air hujan di dalam tapak tersebut.

Dengan menyisakan luasan kapling agar tidak didirikan bangunan, juga

(21)

bangunan, maka kesan padat dan sesak akan sangat terasakan.

Penetapan besar KDB di kawasan perencanaan didasarkan pada

pertimbangan sebagai berikut:

 Tingkat pengisian / peresapan air (water recharge)

 Besar pengaliran air

 Jenis penggunaan lahan dan Harga lahan

 Rencana intensitas pemanfaatan lahan kawasan Kabupaten

Kepulauan Selayar :

 Permukiman, terdiri dari perumahan dengan KDB 50 – 60 %

 Fasilitas Pendidikan, terdiri dari TK, SD, SLTP, SLTA,

Akademi/PT, dan Pesantren dengan KDB 45 – 50 %.

 Fasilitas Kesehatan, terdiri dari rumah sakit bersalin,

puskesmas, apotik, dan balai pengobatan dengan KDB 40 – 50 %.

 Fasilitas Peribadatan, terdiri dari masjid, langgar / musholla,

gereja, dan vihara dengan KDB 40 – 50 %.

 Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan, terdiri dari kantor

pemerintahan kota, kecamatan, balai desa, dan lain-lain

dengan KDB 40 – 50 %.

 Fasilitas Perdagangan dan Jasa, terdiri dari pasar,

pertokoan, pasar swalayan, warung/kios, koperasi dengan KDB

maksimum 70 % disesuaikan dengan lokasi dan karakteristik

kegiatannya.

 Fasilitas Rekreasi dan Olah Raga, terdiri dari gedung

gedung pertemuan, penginapan/losmen, hotel, rumah makan, dan

sarana rekreasi lainnya dengan KDB 70 – 80 %.

 Taman dan Ruang Terbuka Hijau, berupa taman kota, taman

lingkungan, lapangan olah raga dan lahan konservasi dengan KDB

5 – 10 %.

(22)

 Kegiatan pelaksanaan Rencana Tata Bangunan dan

lingkungan kawasan Kabupaten Kepulauan Selayar dilakukan oleh

pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar, Pemerintah Povinsi

Sulawesi Selatan, dan masyarakat Kabupaten Kepulauan Selayar

 Seluruh kegiatan pembangunan harus mengacu kepada

panduan Tata Bangunan dan Lingkungan yang ditetapkan oleh

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar

 Pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat melalui pembangunan fisik

bangunan di dalam lahan yang dikuasainya, termasuk pembangunan

ruang terbuka hijau, ruang terbuka, dan sirkulasi pejalan kaki dengan

tetap mengacu pada syarat dan ketentuan berlaku.

 Sekenario rencana investasi yang akan dilakukan kawasan

perencanaan mencakup 3 tahapan :

 Tahap I: pembentukan citra kawasan sebagai kawasan kota

maritim yang menjadi pusat perkembangan kawasan timur nasional.

Kota Selayar sebagai kota yang memiliki sejarah besar memiliki

cita-cita melindungi situs-situs bersejarah yang terdapat di dalam

kawasan dan blok-blok dalam kawasan dengan pendefinisian

fungsi ruang yang jelas, pencirian dengan aksesori local pada

bangunan dan kelengkapan pedestrian path, dan ruang

sirkulasi manusia dan kendaraan yang mendukung fungsi

ruang, serta sosialisasi kepada pengguna ruang.

 Tahap II: pembangunan sarana dan prasarana untuk

meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan pengguna ruang dalam

kawasan, terutama fasilitas vital yang belum terdapat di kawasan

perencanaan seperti jaringan air bersih, pengelolaan persampahan,

TPS dan fasilitas perdagangan dan jasa.

 Tahap III: peningkatan kualitas lingkungan kawasan untuk

(23)

pembangunan sarana dan prasarana dasar lingkungan perkotaan

sesuai dengan fungsi ruangnya.

10) Ketentuan Pengendalian Rencana

 Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui beberapa

tahapan kegiatan diantaranya; penetapan peraturan zonasi,

perizinan, pemberian insentif dan disensitif, serta pengenaan sanksi.

 Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur

tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan

penegendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan

yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

 Izin dalam pemanfaatan ruang sebagaimana yang diatur dalam

undang-undang penataan ruang diatur oleh pemerintah Kabupaten

Kepulauan Selayar berdasarkan kewenangan dan ketentuan yang

berlaku. Disamping itu dalam hal perizinan pemerintah dapat

membatalkan izin apabila melanggar ketentuan yang berlaku.

 Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang

benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata

ruang wilayah, dibatalkan oleh pemerintah daerah Kabupaten

Kepulauan Selayar sesuai dengan kewenangannya.

 Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya

penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang

harus dilakukan sesuai rencana tata ruang.

 Izin pemanfaatan ruang diatur dan ditertibkan oleh pemerintah

daerah Kabupaten Kepulauan Selayar sesuai dengan kewenangannya

masing- masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan

rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang

tidak memiliki izin, dikenai sanksi administratif, sanksi pidana

penjara, dan/atau sanksi pidana denda.

 Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk

(24)

sejalan dengan rencana tata ruang, baik yang dilakukan oleh

masyarakat maupun oleh pemerintah daerah. Bentuk insentif

tersebut, antara lain dapat berupa keringanan pajak,

pembangunan prasarana dan sarana (infrastruktur), pemberian

kompensasi, kemudahan prosedur perizinan, dan pemberian

penghargaan.

 Disisentif dimaksudkan sebagai perangkat untuk mencegah,

membatasi pertumbuhan, dan/atau mengurangi kegiatan yang tidak

sejalan dengan rencana tata ruang, yang antara lain dapat berupa

pengenaan pajak yang tinggi, pembatasan, penyediaan prasarana

dan sarana, serta pengenaan kompensasi dan penalti.

 Pemberian insentif dan disisentif dalam pengendalian

pemanfaatan ruang dilakukan supaya pemanfaatan ruangyang

dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang yang sudah di tetapkan.

 Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan

imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana

tata tuang, berupa :

- keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang,

imbalan, sewa ruang, dan urun saham;

- pembangunan serta pengadaan infrastruktur;

- kemudahan prosedur perizinan; dan/atau

- pemberian penghargaan kepada masyarakat,

- swasta dan/atau pemerintah daerah.

 Disinsetif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi

pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan

rencana tata ruang, berupa :

- pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan

besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang

(25)

- pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan

kompensasi, dan penalti;

 Insentif dan disisentif dalam penataan bangunan dan

lingkungan diberikan dengan tetap menghormati hak masyarakat.

11) Pedoman Pengendalian Pelaksanaan Pengelola Kawasan

 Guna tercapainya keberhasilan operasionalisasi RTBL,

dilaksanakan melalui pemasyarakatan secara menyeluruh, yaitu

:

 Pemasyarakatan bagi keseluruhan dinas-dinas sektoral maupun

instansi vertikal.

 Pemasyarakatan kepada masyarakat luas melalui

pemerintah kabupaten dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

Peran serta masyarakat dapat berbentuk:

o Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan

wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang kawasan

perkotaan.

o Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan RTBL;

o Konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara, dan

sumberdaya alam lainnya untuk tercapainya pemanfaatan ruang

yang berkualitas;

o Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan

RTBL;

o Pemberian masukan untuk penetapan lokasi

pemanfaatan ruang; dan atau kegiatan menjaga,

memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi

lingkungan hidup.

 Peran Pemerintah Daerah (di bawah koordinasi Bappeda)

dalam memasyarakatkan RTBL mempunyai pengaruh besar,

yang akan menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaannya.

(26)

 Program-program yang menjadi prioritas utama sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 43 direkomendasikan berdasarkan

kebutuhan dari stakeholder kabupaten dan berawal dari

permasalahan utama kawasan yang membutuhkan solusi yang

tepat dan inovatif.

 Pelaksanaan RTBL kawasan Kota Selayar dapat

dikendalikan dari kesesuaian dengan arahan kebijakan tata

ruang yang lebih makro, ketepatan sasaran program, adanya

dukungan legal, serta adanya “good governance”.

b. RISPK (Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran) Kawasan Kabupaten

Kepulauan Selayar

RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang

dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan

Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan,

bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik

yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik

untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara

pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya

terhadap bahaya kebakaran.

Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung

dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan

konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran

sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.

RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan

Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk

kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan

kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya

kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta

(27)

penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga

memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari

rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan

harta benda.

8.2.4. Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan PBL

Untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai dalam penataan bangunan dan

lingkungan, beberapa program penataan bangunan dan lingkungan yang

diusulkan, antara lain:

1. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;

a. Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan

b. Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bahaya Kebakaran

c. Sarana dan Prasarana Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

d. Sarana dan Prasarana Penataan Lingkungan Permukiman

e. Tradisional/ Bersejarah

f. Pembangunan Fisik PSD Revitalisasi

a. Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung

b. Penyusunan RTBL

2. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan

Kemiskinan.

a. P2KP

b. PNPM

8.2.5. Usulan Program dan Kegiatan

Uraian Rencana Kegiatan Prioritas Keciptakaryaan sektor Penataan

Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Kepulauan Selayar diperlihatkan pada

(28)

Tabel 8.6 Matriks Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Penataan

(29)

8.3 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

8.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

A. Arahan Kebijakan

Penyelenggaraan Pengembangan SPAM adalah Kegiatan merencanakan

konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau

mengevaluasi sistem fisik (teknik).Beberapa peraturan perundangan yang

menjadi dasar dalam pengembangan systempenyediaan air minum (SPAM)

antara lain:

1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Pada pasal 40

mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum

rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air

minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum

menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka

Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025. Perundangan ini mengamanatkan bahwa

kondisi sarana dan prasarana masihrendah aksesibilitas, kualitas, maupun

cakupan pelayanan.

3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan

SistemPenyediaan Air Minum; Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan

yang bertujuan membangun,memperluas dan/atau meningkatkan sistem

fisik (teknik) dan non fisik(kelembagaan, manajemen, keuangan, peran

masyarakat, dan hukum) dalamkesatuan yang utuh untuk melaksanakan

penyediaan air minum kepadamasyarakat menuju keadaan yang lebih

baik. Peraturan tersebut jugamenyebutkan asas penyelenggaraan

pengembangan SPAM, yaitu asaskelestarian, keseimbangan, kemanfaatan

umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian,

serta transparansi dan akuntabilitas.

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang

KebijakandanStrategi pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,

(30)

pelayanan/penyediaanairminum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang

bertujuanuntuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem

fisik dan non fisikdalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan

penyediaan air minum kepadamasyarakat menuju keadaan yang lebih

baik dan sejahtera.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang; Peraturan ini

menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui

Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan

jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60

liter/orang/hari.

Kebijakan mengenai pengembangan air minum dalam kurun waktu 5

tahun kedepan di Kabupaten Kepulauan Selayar dibagi atas 3 bagian yaitu :

1. Pengembangan dan peningkatan Air Minum (Kota Selayar) dalam

rangka peningkatan pelayanan meliputi peningkatan kelembagaan,

penambahan air baku, perbaikan instalasi untuk meningkatkan kapasitas

produksi air Minum, pengadaan pipa dan pemasangan pipa transmisi dari

Dia 300 mm ke Dia 400 mm, distribusi dan sambungan rumah, dan

bangunan pelengkap lainnya.

2. Pengembangan system penyediaan air minum/ SPAM IKK meliputi

peningkatan kelembagaan, peningkatan/ perbaikan prasarana dan sarana

yang sudah rusak, dan pembangunan baru bagi IKK yang belum Memiliki

SPAM.

3. Pengembangan system penyediaan air minum pedesaan meliputi :

pembentukan kelembagaan pengelola, rehabilitasi/peningkatan terhadap

prasarana dan sarana yang sudah ada dan kurang berfungsi, dan

(31)

B. Lingkup Kegiatan

Sub Bidang air minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan

Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan meningkatkan pelayanan air

minum di perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin

di kawasan rawan air. Selain itu meningkatkan keikutsertaan swasta dalam

investasi dalam pembangunan sarana air minum di perkotaan.

Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam pengembangan sistem

pengadaan air minum antara lain :

1. Peran kabupaten/kota dalam pengembangan wilayah

2. Rencana pembangunan kabupaten/kota

3. kabupaten/kota Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi

bersangkutan, seperti struktur dan marfologi tanah, tipografi dan

sebaginya

4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

5. Dalam penyusunan RPJIM harus memperhatikan Rencana Induk Sistem

Pengembangan air minum.

6. Logical Frework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi

pengelolaan air minum.

7. Keterpaduan pengelolaan air minum dengan pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum (SPAM) dilaksanakan pada setiap tahapan

penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan

pada setiap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun

dalam perencanaan teknik.

8. Memperhatikan perundangan dan peraturan serta pedoman dan petunjuk

yang tersedia.

8.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,dan Tantangan

A. Isu Strategis

Cakupan pelayanan air minum dengan perpipaan maupun non perpipaan

(32)

dalam rangka menambah jumlah masyarakat yang mendapat pelayan air

minum dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat, diantaranya :

a. Pembangunan jaringan sistem Penyediaan Air Minum di Ibukota

Kecamatan (IKK)

b. Pembangunan jaringan sistem Penyediaan Air Minum di Kawasan MBR

c. Pembangunan jaringan sistem Penyediaan Air Minum Perdesaan

8.3.3 Program dan Kriteria Kesiapan, serta Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan

SPAM

A. Program Prioritas Sektor Air Minum

Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat dan

diharapkan adanya sharing kegiatan dari Pemerintah Daerah untuk menunjang

kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Program SPAM IKK

a) Kriteria Program SPAM IKK adalah:

 Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM

b) Kegiatan:

 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit

distribusi utama)

 Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan

Rumah (SR)total

c) Indikator:

 Peningkatan kapasitas (liter/detik)

 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM

2. Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

a. Kriteria Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah:

 Sasaran: Optimalisasi SPAM IKK

b. Kegiatan: Stimulan jaringan pipa distribusi maksimal 40% dari target

total SRuntuk MBR

(33)

 Peningkatan kapasitas (liter/detik)

 Penambahan jumlah kawasan kumuh/nelayan yang terlayani SPAM

3. Program Perdesaan Pola Pamsimas

a. Kriteria Program Perdesaan Pola Pamsimas adalah:

o Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM

b. Kegiatan:

 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit

distribusi utama)

o Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan

Rumah (SR)total

c. Indikator:

 Peningkatan kapasitas (liter/detik)

 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM

4. Program Desa Rawan Air/Terpencil

a. Kriteria Program SPAM IKK adalah:

o Sasaran: Desa rawan air, desa miskin dan daerah terpencil

(sumber air bakurelatif sulit)

b. Kegiatan: Pembangunan unit air baku, unit produksi dan unit

distribusi utama

c. Indikator: Penambahan jumlah desa yang terlayani SPAM

B. Kelengkapan Readiness Criteria

Kelengkapan (readiness criteria) usulan kegiatan Pengembangan SPAM

pemerintahkabupaten/kota adalah sebagai berikut:

1. Tersedia Rencana Induk Pengembangan SPAM (sesuai PP No. 16 /2005

Pasal 26 ayat 1 s.d 8 dan Pasal 27 tentang Rencana Induk

Pengembangan SPAM.

2. Tersedia dokumen RPI2JM

3. Tersedia studi kelayakan/justifikasi teknis dan biaya :

a. Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas ≥ 20 l/detik

(34)

b. Studi Kelayakan Sederhana: Penambahan kapasitas 15-20 l/detik

ataudiameter pipa JDU terbesar 200 mm;

c. Justifikasi Teknis dan Biaya: Penambahan kapasitas ≤ 10 l/det ik

ataudiameter pipa JDU terbesar ≤ 150 mm;

4. Tersedia DED/Rencana Teknis (sesuai Permen No. 18/2007 pasal 21)

Ada indikator kinerja untuk monitoring

a. Indikator Output: 100 % pekerjaan fisik

b. Indikator Outcome: Jumlah SR/HU yang dimanfaatkan oleh masyarakat

pada tahun yang sama

1. Tersedia lahan/ada jaminan ketersediaan lahan

2. Tersedia Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sesuai

kebutuhan

3. fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang akan dibangun

Institusi pengelola pasca konstruksi sudah jelas (PDAM/PDAB,

UPTD atau BLUD)

4. Dinyatakan dalam surat pernyataan Kepala Daerah

tentang kesanggupan/kesiapan menyediakan syarat-syarat di atas.

Tabel 8.7 Lingkup Penyusunan RISPAM

Penyusun Pemda Penyelenggara di

(35)

C. Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM

Adapun skema kebijakan pendanaan pengembangan SPAM adalah tergambar

dalam tabel 8.28

Tabel 8.8 Skema Kebijakan Pendananaan Pengembangan SPAM Kegiatan

• Semua sistem yang sudah jadi dikelola oleh pemda/PDAM/Masyarakat;

• Keikutsertaan Pemda/PDAM/Masyarakat dalam proses pembangunan adalah keharusan;

• HU = Hidran Umum; • SR = Sambungan rumah;

• MBR = Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

Gambar 8.3 Pembagian Kewenangan Pengembangan SPAM

Alternatif Pola Pembiayaan

Equity adalah merupakan sumber pendanaan dari internal cash PDAM dan

Pemda untuk program penambahan sambungan rumah (SR).

Dilaksanakan oleh PDAM yang memiliki kecukupan dana untuk memenuhi

sebagian kebutuhan investasi;

(36)

pembiayaan dari pinjaman bank komersial dengan jumlah equity tertentu

sebagai pendamping pinjaman. Dilaksanakan oleh PDAM yang memiliki

kecukupan dana pendamping dan menerapkan tarif minimal diatas harga

pokok produksi (tarif dasar);

Trade Credit adalah merupakan sumber pembiayaan dari

pinjaman bank komersial melalui pihak ke tiga (kontraktor/supplier) dan

dibayar dengan angsuran dari pendapatan PDAM dalam masa tertentu (10

tahun atau lebih). Dilaksanakan oleh PDAM yang diperkirakan dapat

mengangsur sesuai dengan perjanjian;

Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) merupakan sumber

pembiayaan dari badan usaha swasta (BUS) berdasarkan kontrak

kerjasama antara BUS dengan pemerintah (BOT/Konsesi). Dilaksanakan di

kabupaten/kota yang memiliki pasar potensial (captive market) dan

telah dilengkapi dengan studi pra-FS dan kesiapan pemerintah daerah;  Obligasi adalah merupakan sumber dana dari penerbitan surat

utang yang akan dibayar dari pendapatan PDAM. Dilaksanakan oleh PDAM

yang telah memiliki rating minimal BBB;

CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan

yang dilakukan suatu perusahaan sebagai bentuk tanggungjawab

terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.

8.3.4 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM

A. Sistem Prasarana Yang Diusulkan

1. Jaringan perpipaan, baik di kota maupun perdesaan yang memiliki

sumber mata air / sumber air baku yang memungkinkan untuk

menjangkau kebutuhan masyarakat setempat.

2. Sumur bor pada daerah perdesaan yang berada pada daerah yang

memiliki muka air tanah yang cukup dalam.

3. Sumur gali di daerah perdesaan yang permukaan air tanahnya cukuk

(37)

B. Sistem Non Perpipaan

Sumber utama air minum non perpipaan untuk keperluan domestik adalah

air permukaan dan air tanah.Terdapat sekitar 10-15 % penduduk yang

tergantung pada air permukaan dan air tanah untuk keperluan makan dan

minum. Perlu dicatat bahwa setiap 3-5 tahun pada musim kemarau kadar

garam air permukaan dan air tanah dapat melebihi 600 mg/ltr sehingga tidak

dapat digunakan sebagai sumber air minum.

C. Sistem Perpipaan

Penyediaan air minum melalui sistem perpipaan dikelola oleh PDAM dan

masyarakat, dimana prosentase yang dikelola kelompok masyarakat prosentasi

sekitar 20 % dan selebihnya dikelola oleh PDAM Kabupaten Kepulauan Selayar

Penyediaan air minum dengan sistem perpipaan yang dikelola oleh

pemerintah Kota Selayar mulai dirintis pada tahun 80 an, namun

pengembangannya dilakukan nanti masuk era tahun 90 an .sejak akhir tahun 90

an mulai juga dikembangkan penyediaan air bersih yang dilakukan oleh

masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat dan PU Cipta Karya.

Panjang pipa yang terpasang untuk melayani air bersih bagi masyarakat

Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat pada tabel.

D. Usulan dan Prioritas Program

Usulan dan prioritas program untuk kebutuhan air minum adalah sistem

perpipaan dengan pergantian pipa transmisi dari Dia. 300 mm ke Dia. 400 mm

sepanjang 900.000 m dari sumber air baku ke dalam Kota Kabupaten Kepulauan

Selayar dan sekitarnya.

E. Usulan dan Prioritas Proyek Penyediaan Pengelolaan Air Minum

1. Kegiatan Penyedian Prasarana dan Sarana Air Minum bagi kawasan

Kumuh/Nelayan, yang terdiri dari pengadaan perpipan untuk daerah

pesisir, pengadaan hydran Umum, sumur bor, pengadaan mesin pompa

dan Pembuatan bak penampungan air yang lokasinya tersebar di

(38)

2. Kegiatan penyediaan Prasarana dan Sarana Air Minum bagi kawasan

RSH yang terdiri dari Penyusunan Master Plan Air Minum .

3. Kegiatan Pembangunan Sarana Prasarana Air minum di desa rawan air,

Pesisir

4. Kegiatan bantuan teknis/bantuan program penyehatan PDAM

diantaranya Pembenahan jaringan PDAM, Perencanaan dan

pembangunan jaringan air sistem gravitasi dan instalasi penjernihan air

bersih/minum.

5. Kegiatan pembangunan SPAM IKK/Kawasan yang belum memiliki SPAM.

F. Pembiayaan Penyediaan Pengelolaan

Adapun pembiayaan penyediaan pengelolaan air bersih/minum

diharapkan melalui sumber dana APBN mengingat kebutuhan dana yang diperlukan

cukup besar, sehingga diharapkan dari pemerintah daerah melalui dana APBN,

maupun dari dana APBD propinsi, APBD Kabupaten dan juga partisipasi

masyarakat. Berikut usulan kegiatan keciptakaryaan sektor air minum

(39)

Tabel 8. 9 Matriks Usulan Program dan Kegiatan Air Minum Kabupaten Kepulauan

(40)

8.4 PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Mengacu pada Permen PU Nomor. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan

Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan,

perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi

teknis di bidang air limbah, drainase dan persampahan permukiman.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 656,

Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah,

drainase dan persampahan;

2. pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air

limbah, drainase dan persampahan termasuk penanggulangan bencana

alam dan kerusuhan sosial;

3. pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan;

4. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan

kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air limbah, drainase dan

persampahan; dan

5. pelaksanaan tata usaha direktorat.

8.4.1 Air Limbah

A. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

1. Arahan Kebijakan

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah

Permukiman Kab Kabupaten Kepulauan Selayaryaitu:

Kebijakan 1: Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem

on site maupun off site di perkotaan dan perdesaan untuk perbaikan

(41)

Strategi:

 Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air

limbah sistem setempat (on-site) di perkotaan dan perdesaan melalui

sistem komunal.

 Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air

limbah sistem terpusat (off-site) di kawasan perkotaan Metropolitan

dan Besar.

Kebijakan 2: Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam

penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah

permukiman.

Strategi :

 Merubah perilaku dan meningkatkan pemahaman masyarakat

terhadap pentingnya pengelolaan air limbah permukiman.

 Mendorong partisipasi dunia usaha/swasta dalam

penyelenggaraan pengembangan dan pengelolaan air limbah

permukiman.

Kebijakan 3: Pengembangan perangkat peraturan perundangan

penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

Strategi:

 Menyusun perangkat peraturan perundangan yang mendukung

penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

 Menyebarluaskan informasi peraturan perundangan terkait

penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

 Menerapkan peraturan perundangan.

Kebijakan 4: Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas personil

pengelolaan air limbah permukiman.

Strategi:

 Memfasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola

(42)

 Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi pengelola air limbah

permukiman di daerah.

 Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga.

 Mendorong peningkatan kemauan politik (political will) para

pemangku kepentingan untuk memberikan prioritas yang lebih

tinggi terhadap pengelolaan air limbah permukiman.

Kebijakan 5: Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber

pendanaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman.

Strategi :

 Mendorong berbagai alternatif sumber pembiayaan untuk

penyelenggaraan air limbah permukiman.

 Pembiayaan bersama pemerintah pusat dan daerah dalam

mengembangkan sistem air limbah perkotaan dengan proporsi

pembagian yang disepakati bersama.

2. Lingkup Kegiatan

Sistem jaringan limbah di Kota Selayar dapat dibedakan atas limbah

cair dan limbah padat.Penanganan limbah cair erat kaitannya dengan

usaha kegiatan masyarakat terutama pada kawasan perkotaan dan

kegiatan- kegiatan industri yang berpotensi menimbulkan dampak.Pada

dasarnya potensi timbulnya limbah di Kota Selayar lebih dominan pada

kegiatan- kegiatan pada kawasan perkotaan seperti rumah sakit, pasar,

industri rumah tangga, dan aktivitas permukiman lainnya.

Sedangkan pada kawasan perkotaan di Kabupaten Kepulauan Selayar,

penanganan limbah diarahkan pada peningkatan sistem sanitasi dan

penanganan limbah rumah tangga yang sering menjadi polemik untuk

dilakukan penanganan lebih dini, terutama kaitannya dengan penanganan

limbah tinja. Untuk mencegah dan menghindari terjadinya dampak-dampak

yang merugikan tersebut diatas, maka upaya untuk mengantisipasi sistem

pembuangan air limbah dan lumpur tinja secara baik dan higienis melalui

(43)

setempat (on-site sanitation) maupun secara sistem terpusat (off-site

sanitation).

Lingkup Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Kota Selayar

berdasarkan Kebijakan dan Strategi yang ada yaitu :

a. Menyelenggarakan Sanitasi berbasis masyarakat dengan prioritas

dikawasan kumuh perkotaan yang belum terlayani dengan system

pengolaan air limbah terpusat.

b. Merehabilitasi atau merevitalisasi sistem yang ada ( IPLT )

c. Mengoptimalkan IPAL terpasang

d. Menyelenggarakan pelatihan teknis pengelolaan bidang

Sanitasi Lingkungan

e. Melaksanakan sosialisasi dan kampanye mengenai pentingnya

pengelolaan air limbah permukiman.

f. Menyiapkan undang undang dan peraturan pendukungnya dalam

pengelolaan air limbah permukiman

g. Melaksanakan bantuan teknis penyusunan peraturan daerah dalam

penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

h. Memberikan pendampingan pembentukan kelompok swadaya

masyarakat dalam pengelolaan air limbah permukiman komunal.

i. Mendorong terbentuknya Unit yang mengelola prasarana dan sarana

air limbah permukiman didaerah

j. Memberikan dana stimulan dalam penyelenggaraan pengelolaan

air limbah permukiman untuk mendorong mobilisasi dana swadaya

masyarakat

k. mendorong peningkatan dan fasilitasi kerja sama pemerintah dan

swasta dalam penyelenggaraan PS air limbah.

B. Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Air Limbah

Permukiman

Gambar

Tabel 8.1.
Tabel 8.2.
Tabel 8.5
Tabel 8.7 Lingkup Penyusunan RISPAM
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kantor Departemen Agama Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mempunyai tugas melaksanakan tugas dan fungsi Departemen Agama dalam wilayah

Dari persamman diatas terlihat bahwa NA maupun θ co tidak tergantung pada ukuran (dimensi) serat cakap silang (cross talk) n Cahaya Di Dalam Serat Propagasi cahaya pada

OOP memberikan kemudahan dalam pembuatan sebuah program, keuntungan yang didapat apabila membuat Program berorientasi objek atau object oriented programming (OOP)

Berdasarkan pengamatan sampai akhir penelitian terhadap subkultur tunas gaharu yang berkembang dengan baik, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tercukupinya kebutuhan

Mengalihkan penyelenggaraan program studi pada akademi yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dari Kementerian Kesehatan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MEMILIH PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI 2012 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Peralatan atau alat berat dalam pekerjaan sipil banyak berkaitan dengan pemindahan tanah (earth moving) dan segala aspek yang timbul dari peralatan yang digunakan untuk

Pada kelompok eksperimen pre test dengan presentase tertinggi masuk kategori sikap dampak seks bebas kurang (48,3%) pada post test masuk kategori baik (56,9%).Pada kelompok