PENGARUH JNTENSTTAS M ENONTON TE LE V IS I TERHADAP LEDISIPLiNAN DAL/iM MENJALANKAN IBADAH SALAT
S S W A KELAS H SM P MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN 2 0 0 5 /2 0 0 6
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guua Memperoleh Gelar Sarjana Strata I
Dalam Ilmu Tarbiyah
Disusun Oleh :
A . 1 B N U S A B 1 L A G U S F A T A H NIM : 111 02 039
JU R U S A N T A R B IY A H
PR O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLA M SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G E R I (ST A IN )
Website : w w w .s la in w lm iu a .u c .ij L i-m u il: udministrasi@ stainsalatiga.ac.id
Saudara A. Ibnu Sabil Agus Fatah
Kepada
Y Ih. Ketua STAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu'ahiikum, wr, wb
Selelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya,
maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : A. Ibnu Sabil Agus Fatah
NIM : 111 02 039
Progdi : Tarbiyah / PAI
Judul : Pengaruh Intensitas Menonton Televisi Terhadap
Kedisiplinan dajam Menjalankan Ibadah Salat Siswa
Kelas II SMP Muhammadiyah Salatiga Tahun 2005/2006
Website : www.stainsalatiga.ac-id E -m ail: administrasi@stainsalatiga.ac.id
P E N G E S A H A N
Skripsi Saudara : A. IB NU SABIL AGUS FATAH dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 02 039 yang beijudul : "PENGARUH INTENSITAS
MENONTON TELEVISI TERHADAP KEDISIPLINAN DALAM
MENJALANKAN IBADAH SALAT SISWA KELAS H SMP
MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN 2005 / 2006", Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Rabu, 12 Juli 2006 yang bertepatan dengan tanggal 16 Jumadil Akhir 1427 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.
12 Juli 2006 M Salatiga,
---16 Jumadil Akhir 1427 H
Perjuangan selalu disertai dengan pengorbanan
.dan yang pasti
“no more drama in my life
”...
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
• Bapakku (H. Muchtar) dan Ibukku (Hj.
Hamdanah) di rumah, semoga Allah
mengampuni dosa-dosa mereka dan meridhoi
amal/usaha baiknya.
• Buat kakakku Khamdan S. Ag, Ali Nur Huda
S. Pdi, Fatmawati S.Ag, Nur Ismah S.Ag,
Mu’tasim Billah S.S, serta semua adikku Ana
Mathofani, Wahyan Merdekawan,
Mazidatunnur Sukarti, Serta Arsyadani dan Siti
Ayu Nur Mila. Semoga kesuksesan di Dunia
dan di Akhirat selalu menyertai langkah-
langkah kita dan selalu mendapatkan
pertolongan Allah SWT.
• Buat Istri tersayang Evy Fitrianingrum yang
selalu memberi semangat dalam hidupku
semoga selalu sabar dalam menghadapi
problematika keluarga.
• Buat buah hatiku Assfa Zakiatul Wardah yang
telah hadir dalam memberi kebahagiaan dalam
hidupku.
• Seluruh kawan-kawan yang telah membantu
proses penulisan sekripsi ini.
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, segala puji bagi
Allah Tuhan seru semesta alam, salawat serta salam penulis smpaikan kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya dan pengikutunya yang
beriman.
Atas rahmat Allah dan rasa syukur kepada Allah atas segala nikmatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan sekripsi yang berjudul ‘‘Pengaruh Intensitas Menonton
Televisi Terhadap Kedisiplinan Dalam Menjalankan Ibadah Salat Siswa Kelas II
SMP Muhammadiyah Salatiga Tahun 2005/2006”.
Berkenaan dengan selesainya sekripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima
kasih yang tulus kepada pihak yang terlibat dalam proses penulisan sekripsi ini.
1. Drs. Imam Sutomo M Ag Selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Drs. Sumamo yang telah banyak memberikan ruang dan waktu sebagai wacana
diskusi informasi dan evaluasi selama masa pendampingan penulisan sekripsi
ini.
3. Kepada keluarga Bapak H. Muchtar yang telah memberikan dorongan moral dan
matreal.
4. Kepada Istri Tercinta yang memberikan dorongan secar tulus dan ikhlas.
5. Kepada segenap sahabat siapapun mereka.
Salatiga, 07 Juni 2006
A. Ibnu Sabil Agus Fatah
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii ?
HALAMAN MOTTO... iv?
HALAMAN PERSEMBAHAN... v 4 KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Penegasan Istilah... 3
C. Permasalahan ... 4
D. Tujuan Penelitian Skripsi... 5
E. Hipotesis... 5
F. Metode Penelitian... 6
G. Sistematika Penulisan Skripsi... 12
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Media Telefisi... 14
B. Tinjauah Tentang Salat... 23
C. Hubungan Antara Intensitas Menonton Televisi Terhadap Kedisiplinan Menjalankan Salat... 38
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Kondisi Umum SMP Muhammadiyah Salatiga... 42
B. Data Khusus Pengaruh Intensitas Menonton Televisi Terhadap Kedisiplinan Siswa dalam Menjalankan Ibadah Salat di SMP Muhammadiyah Salatiga Tahun Pelajaran 2005-2006... 49
B. Analisis Pengelolaan D ata... 72
C. Analisis Uji Hipotesis... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 78
B. Saran-Saran... 79
C. Penutup... 81
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TABEL I
JUMLAH SISWA SMP MUHAMMADIYAH
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2005-2006
KEADAA GURU SMP MUHAMMADIYAH
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2005-2006
KEADAAN KARYAAN SMP MUHAMMADIYAH
SALATIGA TAHUN 2005-2006
KEADAAN BANGUNAN SMP MUHAMMADIYAH
SALATIGA TAHUN 2005-2006
PERLENGKAPAN ADMINISTRASI
FREKUENSI JAWABAN ANGKET PENGARUH
INTENSITAS MENONTON TELEVISI
FREKUENSI JAWABAN ANGKET KEDISIPLINAN
SISWA DALAM MENJALANKAN IBADAH SALAT
PENELITIAN HASIL ANGKET INTENSITAS
MENONTON TELEVISI SISWA KELAS II SMP
MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN
PELAJARAN 2005-2006
NOMINASI INTENSITAS MENONTON TELEVISI
PENELITIAN HASIL ANGKET INTENSITAS
MENONTON TELEVISI SISWA KELAS II SMP
MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN
PELAJARAN 2005-2006
FREKWENSI INTENSITAS MENONTON TELEVISI
SISWA
PENELITIAN HASIL ANGKET KEDISIPLINAN
DALAM MENJALANKAN IBADAH SALAT DI SMP
MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN
TABEL XIV PENELITIAN HASIL ANGKET KEDISIPLINAN 68
DALAM MENJALANKAN IBADAH SALAT DI SMP
MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN
PELAJARAN 2005-2006
TABEL XV FREKWENSI KEDISIPLINAN SISWA DALAM 70
MENJALANKAN IBADAH SALAT
TABEL XVI DISTRIBUSI FREKUENSI KOEFISIEN KORELASI 73
ANTARA VARIABEL X DAN VARIABEL Y
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan televisi di Indonesia semakin semarak, bukan saja
jumlah stasiun penyiaranya semakin banyak, tetapi juga acara siaranya
semakin menarik sehingga khalayak penonton memungkinkan acara siaran
yang dipancarkan dari berbagai stasiun baik dari dalam maupun luar negeri.
Televisi sebagai media yang dapat dimanfaatkan untuk
mengkomunikasikan informasi dengan menggunakan bayangan gambar dan
suara demikian halnya dengan video dan film mempunyai peran yang sangat
besar dalam membentuk pola dan pendapat umum.
Media televisi mempunyai karakteristik tersendiri dibandingkan
dengan media-media yang lain. Seseorang yang melihat pada layar televisi
akan merasakan sesuatu yang baru sebab media tersebut memberikan pada
khalayak apa yang disebut dengan “ Simulated Experience Maksudnya
bahwa penonton televisi selalu mendapatkan bermacam-macam pengalaman
yang baru.
Meski lahirnya media komunikasi yang memanfaatkan perkembangan
teknologi media informasi itu demi kemaslahatan umat seperti pandangan
Everet M Rogers yang dikutip oleh Alatas Fahmi menegaskan :
'Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi, Duta Wacana University Pers, Yogyakarta, 1994, hal. 7.
“Bahwa penggunaan media informasi yang baik adalah untuk menimbulkan perubahan dengan menerapkannya dalam dalam pembangunan berskala besar, hal tersebut berkaitan dengan tugas media informasi yaitu untuk memperluas pendidikan publik yang berkaitan langsung dengan upaya menumbuhkan inofasi baru masyarakat dalam menjalankan perikehidupannya diberbagai sektor dan aspek kehidupan.”2
Meski demikian harus disadari pula bahwa media informasi tidak
selalu membawa kebaikan bagi peradaban manusia. Penggunaan teknologi
komunikasi telah menimbulkan kesaling - pengaruhan antar masyarakat di
dunia, yang didorong oleh tumbuhnya gaya hidup masyarakat modem dalam
segala sisi perikehidupannya. Gaya hidup ini cenderung mengusai seluruh
aspek kehidupan masyarakat dalam satu tangan.
Tanpa kendali kultur dan spiritual, kita boleh kuatir perkembangan
teknologi media informasi akan menyebabkan umat manusia cenderung
hanyut dalam interaksi yang bermuara pada konflik kepentingan diberbagai
lapangan kehidupan.
Pengaruh media informasi yang dalam hal ini telah membentuk pola
kehidupan generasi baru yang semakin westernisasi. Sebab kecenderungan
acara-acara yang ditampilkan dalam stasiun televisi berlomba hanya untuk
menarik pemirsanya umumnya berasal dari Barat tanpa mengindahkan unsur
pendidikan yang digali dari kultur budaya sendiri.
Dalam suatu penelitian bahwa acara untuk 7 stasiun televisi dalam satu
minggunya menyediakan 89 tayangan anak dengan 84 judul yang ditayangkan
antara pukul 14.30 WIB s/d 18.00 WIB, sedangkan film-film untuk tontonan
11.
orang dewasa ditayangkan mulai pukul 18.00 WIB. Padahal pada jam tersebut
biasanya anak-anak belum tidur karena sedang belajar atau menunaikan
kewajiban keagamaan (mengaji dan salat bagi umat Islam) akibatnya mereka
melalaikan kewajiban itu.3
Media televisi dari satu sisi dapat mempengaruhi perilaku keagamaan
anak terutama dalam menjalankan ibadah salat. Sebab pada umunya jika
sudah dihadapkan pada suatu acara yang menarik akan menyebabkan lupa
akan tugas dan kewajibannya apalagi jika orang tua tudak mengontrol anaknya
dalam menonton televisi.
Berpijak dari permasalahan tersebut, penyusun ingin mengetahui
pengaruh intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan siswa dalam
menjalankan ibadah salat siswa kelas II SMP Muhamadiyah Salatiga.
B. PENEGASAN ISTILAH
Agar tidak menyimpang dari pokok masalah yang menjadi inti dari
judul tersebut peneliti memberi batasan sebagi berikut:
1. Intensitas Menonton Televisi
Intensitas adalah “Kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu
usaha“.4 Jadi intensitas menonton televisi adalah segenap usaha yang
dicurahkan baik waktu, perhatian, kesungguhan, ataupun frekwensi dalam
menonton televisi.
3 Wawan Kuswandi, Komunikasi M asa Sebuah Analisis M edia Televisi, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal. 62.
2. Kedisiplinan Siswa Dalam Menjalankan Ibadah Salat
Kedisplinan adalah “Kepatuhan terhadap peraturan-peraturan yang
sangat keras dari organisasi atau tentara”.3 Yang dimaksud disini adalah
kepatuhan siswa dalam melaksanakan ibadah salat yang mencakup tertib
waktu, tertib syarat dan rukunya, serta kekhsyu’an dan kesungguhanya.
Sedangkan salat yang dimaksud adalah “salat wajib dikerjakan oleh setiap
muslim yang telah baligh dan berakal yaitu, Subuh, Dhuhur, Asar,
Maghrib dan Isya”.5 6
C. PERMASALAHAN
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian
ini yaitu :
1. Bagaimana intensitas menonton televisi siswa kelas II SMP
Muhammadiyah Salatiga ?
2. Bagaimanakah kedisiplinan siswa dalam menjalankan ibadah salat siswa
kelas II SMP Muhammadiyah ?
3. Ada tidaknya pengaruh intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan
siswa dalam menjalankan ibadah salat siswa kelas II SMP Muhammadiyah
Salatiga?
5Ibid., hal. 60.
D. TUJUAN PENULISAN SKRIPSI
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui intensitas menonton televisi siswa kelas II SMP Muhammadiyah Salatiga.
2. Untuk mengetahui kedisiplinan siswa dalam menjalankan ibadah salat
siswa kelas II SMP Muhammadiyah Salatiga.
3. Untuk Mengetahui ada tidaknya pengaruh intensitas menonton televisi
terhadap kedisiplinan siswa dalam menjalankan ibadah salat siswa kelas II SMP Muhammadiyah Salatiga.
E. HEPOTESIS
Hepotesis adalah “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahn penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.7
Berdasarkan pengamatan sementara sampai terbukti melalui data yang
terkumpul dapat peneliti ambil hepotesis sebagai berikut : “Ada pengaruh
negatif antara intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan siswa dalam
menjalankan ibadah salat”. Atau dengan kata lain semakin intent menonton
televisi tinggi, maka semakin tidak disiplin dalam menjalankan ibadah salat
dan sebaliknya semakin rendah intensitas menonton televisi semakin tinggi
kedisiplinan dalam menjalankan ibadah salat.
Dari hepotesa diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa terdapat
pengaruh antara intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan
menjalankan salat. Artinya orang yang waktunya, perhatianya banyak
dihabiskan untuk menonton televisi dapat menyebabkan ibadah tidak tertib
atau tidak disiplin.
F. METODE PENELITIAN 1. Variabel Penelitian
Dalam peneletian ini variabel yang akan dikaji dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
a. Variabel Pengaruh
Adapun yang menjadi variabel pengaruh adalah intensitas
menonton televisi dengan indikator sebagai berikut:
1) Berapa lamanya menonton televisi
2) Seringnya menonton televisi
3) Kesenangan menonton acara televisi
4) Kesungguhan menonton televisi
b. Variabel Terpengaruh
Yang menjadi variabel terpengaruh adalah kedisiplinan siswa
dalam menjalankan ibadah salat dengan indikator sebagai berikut:
1) Ketertiban dalam menjalankan ibadah salat
a) Ketepatan waktu
b) Keaktifan melaksankan salat
2) Motivasi dalam melaksanakan salat
3) Kehusyu’an dalam menjalankan salat
2. Metode Penelitian
a. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua macam metode
untuk mengumpulkan data, yaitu:
1) Library Reseach, yaitu “Metode pengumpulan data yang diambil
dari kepustakaan yang merupakan sumber data yang bersifat teori
dalam penelitian ini”8
2) Field Research (Pendekatan Lapangan) yaitu “Pengumpulan data
yang dilakukan langsung dikancah atau dimedan terjadinya gejala”.
Adapun dalam penelitian lapangan ini digunakan metode-metode
sebagai berikut:
a) Metode Angket, yaitu “Mengumpulkan data dalam bentuk
pertanyaan tentang sesuatu hal yang harus dijawab oleh
responden”.9 Metode ini digunakan untuk memperoleh data
tentang intensitas menonton televisi siwa dan kedisiplinan
siswa dalam menjalankan ibadah salat siswa kelas II SMP
Muhammadiyah Salatiga.
b) Metode Interview, yaitu “Suatu dialog yang dilakukan untuk
memperoleh imformasi dari pewawancara”.10 Maksudnya
KSutrisno Hadi, Metode Penelitian Research //, UGM, Yogyakarta, 1986, hal. 53.
9Cholid Narbuko, Pedoman Praktis Cara M enulis Proposal Penelitian, Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, 1999, hal. 54.
adalah dalam melakukan interview pewawancara membawa
pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal
yang ditanyakan dan sekaligus untuk menghimpun data
mengenai situasi dan kondisi siswa SMP Muhammadiyah
Salatiga dari Kepala sekolah, Guru Agama, Tenaga
Administrasi serta sebagian siswa atau terwawancara yang
dianggap perlu.
c) Metode Dokumentasi, yaitu “Pengumpulan data verbal melalui
tulisan dukumen, sertifikat, foto, dan lain sebagainya”.11
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi
geografis, sejarah perkembanganya dan keterangan lain
mengenai keberadaan SMP Muhammadiyah Salatiga sehingga
dapat melengkapi penelitian ini.
b. Populasi dan Sampel
Populasi adalah “Kesuluruhan obyek penelitian sedangkan
sampel adalah bagian atau wakil populasi”.* 12 Sedangkan menurut
Masri Singarimbun populasi adalah” Jumlah keseluruhan dari unit
analisa yang ciri-cirinya akan diduga”.13
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa SMP Muhammadiyah Salatiga yang berjumlah 650
siswa.
"Koentjoro Ningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1983, hal. 125. 12Suharsimi Arikunto, op. cit., hal 104.
Menurut Suharsimi Arikunto apabila subyeknya kurang dari
100 maka lebih baik semuanya, selanjutnya jika subyek lebih besar
dapat diambil antaral0% s/d 15% atau 20% s/d 25%.14
Adapun jumlah siswa SMP Muhammadiyah Salatiga dengan
perincian sebagai berikut:
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
I 138 89 225
II 111 112 223
III 132 78 210
Jumlah Total 650
Berdasarkan patokan di atas, peneliti mengambil sampel
sebanyak 25 % dari jumlah populasi kelas II sebanyak 223 dengan
menggunakan tehnik kuota sampel yaitu “Tehnik sampel dengan
mendasarkan kepada jumlah yang sudah ditentukan “ 15 Dengan
perincian sebagai berikut:
1) Siswa kelas II-A sebanyak 10 siswa baik putra maupun putri.
2) Siswa kelas II-B sebanyak 10 siswa baik putra maupun putri.
3) Siswa kelas II-C sebanyak 10 siswa baik putra maupun putri.
4) Siswa kelas II-D sebanyak 10 siswa baik putra maupun putri.
5) Siswa kelas II-E sebanyak 10 siswa baik putra maupun putri.
14Suharsimi Arikunto, op.cit., hal. 107.
Jadi jumlahsiswa SMP Muhammadiyah Salatiga yang dijadikan
sampel sebanyak 50 siswa baik putra maupun putri,
c. Metode Analisis Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini kemudian dianalisis
secara kualitatif dengan tabulasi silang dan analisis data atau
kuantitatif, yaitu “Tehnik matematik dalam pengumpulan data,
menyusun, memberi dikriptif, menganalisis dan menafsirkan data
kuantitatif’16, adapun langkah-langkah dalam menganalisis adalah
sebagai berikut:
1) Analisis Pendahuluan
Yaitu, menyusun tabel-tabel distribusi frekuensi sederhana
untukn setiap variabel yang terdapat penelitian. Dalam hal ini
intensitas menonton televisi dan kedisiplinan siswa dalam
menjalankan ibadah salat. Dalam analisis ini peneliti memasukkan
data yang terkumpul kedalam tabel distribusi untuk memudahkan
perhitungan dalam rangka pengelolaan data yang selanjutnya.
Adapun kriteria kuantitatif peneliti menggunakan empat pilihan
jawaban yang masing-masing diberi nilai:
a) untuk alternatif jawaban a dengan nilai 4
b) untuk alternatif jawaban b dengan nilai 3
c) untuk alternatif jawaban c dengan nilai 2
d) untuk alternatif jawaban d dengan nilai 1
Ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Masri
Singarimbun.
2) Analisis Data
Analisis ini digunakan untuk menguji kebenaran hepotesis
yang penulis ajukan dengan menghitung lebih lanjut tabel
distribusi frekuensi pada analisis pendahuluan dengan
menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:
Z x y
-rxy : Koefisien korelasi antara x dan y
xy : Perkalian x dan y
x2 : Variabel pengaruh (intensitas menonton televisi)
y2 : Variabel terpengaruh (Kesisiplinan siswa dalam
menjalankan ibadah salat)
N : Jumlah sampel yang diteliti.
3) Analisis Uji Hepotesis
Analisis ini digunakan untuk mengambil kesimpulan
setelah dilaksanakan analisis uji hepotesa. Setelah diketahui hasil
dari koofesien korelasi antara X dan Y atau diperoleh dari hasil r,
maka langkah berikutnya adalah menghubungkan antara nilai r
17 Sutrisno Hadi, Statistic II, YPFP UGM, Yogyakarta, 1987, hal. 294.
pada tabel, baik dalam taraf signifikan 5% atau 1%. Apabila nilai r
yang dihasilkan dari nilai r korelasi hasilnya sama atau lebih tinggi
dari nilai r pada tabel berarti hasil yang diperoleh adalah
signifikansi, maka hepotesis yang diajukan diterima kebenaranya.
G. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab yang tersusun dengan
sistimatika sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah,
permasalahan, tujuan penulisan skripsi, hepotesis, metodologi penelitian dan
sistimatika penulisan skripsi.
Bab II. Merupakan landasan teori tentang intensitas menonton televisi
yang meliputitinjauan umum tentang media televisi, sejarah perkembangan
televisi, programa acara televisi dampak negatifnya. Kemudian dibahas pula
tentang ibadah salat yang meliputi pengertian salat, dalil-dalil perintah salat,
macam-macam salat, waktu-waktu salat wajib, kedudukan dan hikmah salat.
Juga dibahas hubungan antara intensitas menonton televisi terhadap
kedisiplinan dalam menjalankan ibadah salat.
Bab III. Merupakan hasil penelitian lapangan yang meliputi tinjauan
umum tentang SMP Muhammadiyah Salatiga yang berisi, tinjauan historis,
letak geografis, keadaan siswa keadaan guru, keadaan karyawan, dan sarana
Bab IV. Analisis data yang meliputi analisis pendahuluan, analisis
data, analisis lanjut.
Bab V. Adalah bab penutup yang merupakan bab terahir dari
pembahasan penulisan skripsi yang meliputi kesimpulan, saran-saran, kata
A. Tinjauan Umum Tentang Media Televisi 1. Pengertian Media Televisi
Menurut pengertian bahasa istilah televisi terdiri atas perkataan
“Tele” yang berarti jauh dan “Visi” (Vision) yang berarti penglihatan.1
Dalam pengertian lain disebutkan televisi adalah “proses penyiaran
gambar melelui gelombang frekwensi radio dan yang menerimanya pada
pesawat penerima yang menimbulakan gambar tersebut pada sebidang
layar”.1 2
Menurut Darwanto Sastro Subrita yang dimaksud televisi adalah
(television broadcast) “yaitu televisi siaran yang merupakan media dari
jaringan komunikasi dengan ciri-ciri berlangsung satu arah,
komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum sasarannya
menimbulkan keserempakan dan komunikatornya heterogen”.3
Televisi termasuk jenis media masa, sebab keberadaannya
ditengah-tengah masyarakat sulit diabaikan, sebagai media, televisi
merupakan gabungan dari media dengar dan gambar sebab informasi yang
disampaikan midah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan
terlihat secara visual.
1 Onong Uchjana Efendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, Mandar Maju, Bandung, 1993, h a l, 22.
2 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi II, Pusat Pembinaan dan Pengenbangan Bahasa, Balai Pustaka, Jakarta, 1997 hal, 1028.
3 Onong Uchjana Efendy,.op.cit., hal, 21.
Televisi sebagai alat merupakan bagian dari suatu sistem yang
besar, seahingga meskipun televisi merupakan kotak hitam yang besar dan
ajaib, tetapi apabila gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar
televisi berhubungan dengan televisi tadi yang telah ditekan tombolnya,
maka dengan serta merta akan berubah kearah fungsi sebenarnya diman
kita dapat menikmati acara yang ditayangkan dari sebuah stasiun
penyiaran yang bersangkutan.4
Televisi merpuakan paduan audio dari segi gambar bergeraknya
{moving image). Para pemirsa tidak akan mungkin menangkap siaran
televisi kalau tidak prinsip-prinsip radio yang mentranmisikan, dan tidak
mungkin melihat gambar yang bergerak atau hidup jika tidak unsur-unsur
film-film yan memvisualisasikannya jadi paduan audiodan vidio.
Suatu programa televisi dapat dilihatdan didengar oleh para
pemirsa, oleh karena ditranmisikan pemancar, apabila pemancarnya mati
atau tidak mengudara misalnya disebabkan listrik mati atau salah satu alat
rusak, maka pemirsanya tidak akan melihat apa-apa.
Jelasnya isarat televisi (televisi signal) terdiri dari dua bagian yang
terpadu, yakni siaran suara yang termodulasikan secara frekwensi
(frekwency modulated sound channel) dan saluran vidio {video channel).5
2
.V
Sejarah Perkembangan Televisi
pada tahum 1884 seorang ilmuwan Paul Nipkaw menemukan
sebuah alat yang bernama : “Jantra Nipkaw” yang melahirkan televisi
mekanis yang waktu itu bernama “Electrische Telescope”.
Kemudian pada tahun 1925 para ahli eropa dan amerika mengubah
dasar televisi mekanis menjadi televisi elektronis atau ikonoskop. Bila
televisi mekanis mempergunakan tehnik penyapuan (seeming device)secaia
mekanis, maka televisi elektronis mempergunakan tehnik penyapuan
secara elektis.Karena jasa-jasa tersebut Paul Nipkaw diberi julukan
“Bapak Televisi”.
Lebih jauh mengenal Paul Nipkaw, seperti yang dikutip
J.B.Wahyudi dari Encyclopedia Americana (jilid 26 halaman 375), tertulis
sebagai berikut:
'A pionner in the development o f television he invented in 1884 the “Nipkaw Disk ” wihch was basic to television production until the invetion o f an electronic scanning device in 1923..
Setelah perang dunia II perang berahir maka perkembangan
pertelevisian khususnya di Amerika serikat bergerak dengan sangat cepat
dan pada tahun 1954, hampir 90 % negara dibelahan dunia diliput oleh
televisi dan pada saat itulah televisi menempatkan diri sebagai media
massa paling modem, disamping radio, film, surat kabar dan majalah.
Televisi masuk di Indonesia pada tahun 1962, bertepatan dengan
“The 4 th Asian Games” (peristiwa olah raga Asia ke 4) ketika itu 6
Indonesia menjadi penyelenggaranya. Peresmian pesta olah raga tersebut
bersamaan dengan peresmian penyiaran oleh presiden Soekarno, tanggal
24 Agustus 1962. Televisi yang pertama muncul adalah TVRI (Televisi
Republik Indonesia) dengan jam siar antara 30 sampai 60 menit sehari.7
Kedudukan Televisi Republik Indonesia lebih kukuh lagi setelah
terbina Keppres RI N0.44 Tahun 1974. Setelah kedudukan TVRI secara
struktural menjadi lebih jelas mak perkembangan televisi makin cepat.
Sehingga pada tahun 1992 tercatat 13 stasiun penyiaran, 173 stasiun
pemancar, 30 stasiun penghubung dan unit rumah produksi. Jumlah
pesawat televisipun meningkat dari 895.180 yang terdaftar pada tahun
1977 menjadi 2.746.722 buah pada tahun 1983 menjadi 29.866.000.8
Media televisi di Indonesia sekarang bukan lagi dilihat sebagi
barang mewah lagi seperti ketika pertama kali ada. Kini media layar kaca
tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan
masyarakat untuk mendapatkan informasi, dengan kata lain informasi
sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri.
Dunia pertelevisian di Indonesia berkembang pesat terbukti dengan
bermuncunya televisi swasta dibarengi dengan deregulasi pertelevisian
Indonesia oleh pemerintah, sejak tanggal 24 Agustus 1990 ada berbagai
alternatif tontonan bagi masyarakat Indonesia saat ini, yaitu TVRI,
Programa 2, RCTI, SCTV, TPI, dan ANTV.9
7 Ibid., hal, 34.
5* Onong Uchjana Efendi, op.cit., hal, 5e. 9 Wawan Kuswandi, loc.cit., hal, 35.
Setelah ditandatangani pada kamis 31 Agustus 1995 maka resmi
sejak 11 September IVM (Indosiar Visual Mandiri) mengudara secara
nasional, maka menjadi lengkaplah perkembangan televisi di Indonesia.10
Demikian perkembngan pertelevisian di Indonesia selama ini
ditinjau dari segi kwalitas, dengan bertambahnya stasiun yang dikelola
oleh swasta, memang menggembirakan karena masyarakat mendapat
alternatif tayangan dilayar kaca tetapi apabila dibiarkan tumbuh tanpa
pemikiran yang matang dalam kaitanya dengan tatanan sosial dan tatanan
kebudayaan Indonesia yang berbudi luhur tayangan tersebut bukan
fungsional, melainkan disfungsional, bukannya meningkatkan kecerdasan
bangsa sebagaimana yang diamantkan oleh Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 melainkan menurunya nilai mental dan moral, karena
masyarakat terlena oleh hiburan dan film cerita barat yang tidak bermutu
yang merupakan kebudayaan massal yang dinegara batat sendiri dikecam
dan dikritik dengan gencar.
3. Programa Acara Televisi
Produksi acara televisi merupakan sebuah acara yang akan
disajikan kepada khalayak masyarakat oleh karena itu kepuasan para
pemirsa merupakan tujuan utama dalam pembuatan acara televisi.
Televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi yaitu “Fungsi
penerangan, pendidikan, dan hiburan".
Tetapi kenyataan berkata lain hampir seluruh stasiun televisi di
Indonesia dalam menyuguhkan acara terkesan hanya untuk kepentingan
komersial. Untuk unsur penerangan dan pendidikan semata-mata sebagai
“I/'ve service” biar tidak dikatakan sebagai televisi yang membuat
penurunan nilai. Moral bangsa.
Seperti media massa lainnya televisi akan memanfatkan momen
yang tepat dalam menyuguhkan acara termasuk juga dalam mengemas
berita. Jika tidak diminati masyarakat maka tidak kan disuguhkan tanpa
mempertimbangkan unsur pendidikan dan penerangan yang sebenarnya.
Untuk membahas alebih jauh tentang berbagai program acara
televisi khususnya acara televisi swasta di Indonesia akan penulis
kemukakan lebih lanjut sebagai berikut.
TVRI, merupakan televisi corong dari pemerintah sejak
mengudara mulai tanggal 19 Agustus 1962 dan pada tahun 1980 siaran
TVRI dapat menjangkau 80 % jumlah penduduk Indonesia.
Sejak 5 April 1981 acara TVRI tidak diperbolehkan menayangkan
iklan sebagai akibat dari itu TVRI menghadirkan filter yaitu berupa data-
data penbangunan dimasa Orde Baru. Filter ini bermanfaat bagi pemirsa
sebagai saran informasi yang sifatnya deduktif. TVRI dalam usahanya
memberiakan layanan yang mendidik, menghibur yang sehat dan
melestariakan budaya bangsa.
Berbeda dari TVRI untuk televisi swasta yang dalam hal ini,
lebih banyak menampilkan acara yang bersifat hiburan yang memang
banyak diminati oleh pemirsa. Di bawah ini akan penulis kemukakan
tentang data-data mengenai jam acara yang tampil oleh televisi di
Indonesia.
Prosentase Acara Siaran Televisi (Per Januari 1994)
No Acara TVRI RCTI TPI ANTV SCTV
1 Berita /
Penerangan
36,71 28,42 24,12 27,38 35,38
2 Hiburan 39,24 58,48 34,70 61,62 55,40
3 Olah raga 3,16 4,37 1,18 11,11 6,15
4 Pendidikan 9,62 6,01 31,18 0,00 2,56
5 Lain-lain 1,27 2,73 8,82 0,00 0,00
Dari prosentase data di atas dapat dilihat bahwa acara hiburan
menempati urutan yang paling tinggi. Acara hiburan tersebut dikemas
dalam bentuk musik, sinetron, film, kuis, lawak, dan lain-lain.
Lebih lanjut penulis kemukakan hasil pengamatan terhadap
berbagai acara hiburan diberbagai stasiun televisi untuk saat ini, yang
banyak disukai oleh pemirsa misalnya jenis telenovela, Meteor Garden I,
II. Di Trans, senetron laga Jaka Tingkir dan Jaka Tarub di RCTI dan di
■7 11 Ishak SK. M Sc, Dunia Penyiaran Prospek dan Tantangannya, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999. hal. 7.
SCTV, sehingga tidak salah jika pemirsanya sebagaian besar masih
menyukai programa acara hiburan.
4. Dampak positif dan negatif Media Televisi
Perkembngan teknologi komunikasi massa televisi, memberikan
pengaruh-pengaruh dalam banyak manusia. Pengaruh tersebut bisa dalam
bidang politik, ekonomi, sosial, budaya bahkan pertahanan dan keamanan
negara.
Dengan teknologi televisi yang ada sekarang ini batas-batas negara
pun tidak lagi merupakan hal yang sulit diterjang melainkan begitu mudah
untuk diterobos. Karena itu bila informasi media televisi dari berbagai
belahan dunia tidak terkontrol maka akan menimbulkan efek yang cukup
besar misalnya penjajahan negara dalam hal informasi.
Disamping itu sebagai media massa elektronik disamping
mempunyai keunggulan-keunggulan dibanding media masasa lainnya,
televisi mempunyai kelemahan. Menurut dr. A. Alatas Fahmi, Kelemahan
media televisi adalah sebagai berikut:
asing yang dengan bebas menayangkan acara-acara yang dianggap bertentangan dengan budaya masyarakat.”12 *
Salah satu dampak negatif yang lain adalah pengaruh tayangan
televisi terhadap kepribadian anak dari hasil penelitian Yayasan
Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) dan Litbang Departemen
Penerangan RI tahun 1993 tentang tayangan film untuk anak di televisi
terungkap bahwa 52% adalah adegan anti sosial dan hanya 48%
proporsional.lj
Dampak negatif yang lain dari media televisi adalah acara televisi
dapat mengancam nilai-nilai sosial dalam masyarakat.
Sedangkan menurut Drs. Wawan Kuswandi dampak positif yang
ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsanya adalah sebagai
berikut :
“Pertama, dampak kognitif, yaitu dampak kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Kedua, dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trens aktualo yang ditayangkan televisi. Ketiga, dampak perilaku, yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi dalam kehidupan sehari-hari.”14
Namun pada kenyataannya apa yang telah diungkap di atas hanya
bersifat teori, sementara dalam prakteknya terjadi kesenjangan yang tajam.
Banyak paket-paket acara televisi yang dikonsumsikan bagi orang dewasa
ternyata ditonton oleh anak-anak.
Dari uraian di atas media televisi mempunyai dampak negatif
terhadap perubahan perilaku pemirsanya menuju kepada trens yang
ditampilkan oleh acara televisi. Disamping itu televisi mampu membuat
pemirsanya terlena sehingga melupakan kewajiban yang seharusnya
dikerjakan pada waktu yang bersamaan. Lebih-lebih jika acara yang
ditayangkan bersamaan dengan waktu-waktu salat, mengaji (bagi umat
Islam), dan belajar.
B. Tijauan Tentang Salat 1. Pengertian Salat
Kalau ditinjau asal bahasa perkataan shalat digunakan untuk
beberapa arti sebagai berikut:
a. Shalat digunakan untuk arti do’a
Firman Allah SWT, Surat at-taubat ayat 103 :
U y j f-*
Artinya : Ambillah zakat dan sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo ’alah untuk mereka. Sesungguhnya do ’a kamu itu menjadi ketentraman jiw a bagi mereka. Dan Allah mendengar lagi maha mengetahui.'XQ.S:At-Taubat: 103)15
b. Digunakan untuk rahmat dan mohon ampunan
Firman Allah surat al-Ahzab : 43 :
Artinya : “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikatNYA (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya yang terang .Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang -orang yang beriman (Q.S.A1 Ahzab: 43)16
Menurut Dr. Zakiyah Darajat shalat adalah “salah satu macam
bentuk ibadah yang diwujudkan dengan melakukan perbuatan tertentu
yang disertai dengan ucapan-ucapan tertentu dan dengan sarat tertentu
Menurut Drs. Masjfiik Zuhdi shalat adalah “suatu ibadah yang
mengandung beberapa ucapan dan perbuatan tertentu yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam “ 18 19
Sedangkan menurut pengertian yang lain disebutkan :
16 Ibid., hal. 674
17 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih /, Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Ajaran Islam, Jakarta, 1982, hal. 79
18 Masjfiik Zuhdi, Study Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 1998, hal. 13
19 T.M Hasby Ash-Shiddieqy, Pedoman Shalat, Bulan Bintang, 1992, hal. 62. pula “ 17
Yang kurang lebih artinya adalah sebagai berikut :”Beberapa
ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan
salam yang denganNya kita beribadah pada Allah dan menurut sarat
yang telah ditentukan”.
Dari beberapa pengertian di atas secara lahiriah shalat adalah
ibadah tertentu yang telah kita kenal selama ini, yang dituntut kesucian
melaksanakannya yang mengandung ucapan-ucapan dan perbuatan-
perbuatan yang khusus dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam.
2. Dalil-dalil Tentang Perintah Salat
Firman Allah surat al Baqarah : 43
o y aJl) j \j
Artinya : “Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah besrta oarang-orangyang ruku ” (Q.S. Al Baqarah : 43)20
Firman Allah surat Al Ankabut ayat 45.
Artinya : “....Dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar.” (Q.S.A1 Ankabut :45)21
20 Soenarjo, op.cit., hal, 16. 21 Ibid., hal. 635.
( t n
Firman Allah Al Baqarah :238.
N
. jJl ^ 1p^1a
3L>-.(YTA
Artinya : ' Peliharalah segala salatmu, dan peliharalah salat wusth. Berdirilah untuk Allah dalam saltu dengan khusyu m.(Q.S.Al Baqarah :238)22
Firman Allah surat An Nisa’ : 103.
cJlS" jl bli...
( \ * r : * L - J l)
Artinya : “...Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah salat itu sebagaimana biasa. Sesungguhnya salat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-oarang yang beriman. ”(Q.S. An Nisa’)23
Dengan banyaknya dalil-dalil tentang perintah salat hal ini
menunjukkan betapa pentingnya ibadah salat itu. Dan dalil-dalil tersebut
diatas juga mengandung bahwa hukum ke laksanakan salat adalah wajib
ain orang-orang yang beriman.
3. Macam-macam Salat
Dilihat dari segi hukum melaksanakan, pada garis besarnya salat
dibagi menjadi dua, yaitu salat fardlu dan salat sunnah. Selanjutnya salat
fardlu dibagi menjadi dua, yaitu salat fardlu ‘ain dan fardlu kifayah.
Demikian salat sunnah dibagi menjadi dua yaitu salat sunnah muakkadah
dan ghoiru muakkadah.
a. Salat fardlu atau disebut juga dengan salat wajib, yaitu “salat yang
harus dikerjakan dan tidak boleh ditinggalkan”. Artinya jika dikerjakan
mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa.
1) Salat Fardlu ‘ain yaitu “salat wajib yang dikerjakan oleh setiap
orang muslim yang telah baligh atau dewasa dan berakal (sehat
pikirannya) yaitu, Subuh, Dzuhur, Asar, Magrib dan Isya’. Salat ini
wajib dikerjakan setiap hari dan malam dan malam pada waktu
yang ditentukan oleh agama.24
Termasuk dalam pengertian salat wajib ‘ain ini adlah salat
jum’ah seperti yang terdapat dalam firman Allah
surat Al Jumu’ah : 9.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari jum ’at maka bersegeralah kamu mengingat kepada Allah dan tinggalkan jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui ”(Q.S. Al Jumu’ah :9)25
.(H :
24 Masfjuk, op.cit., hal. 15.
2) Salat fardlu Kifayah yaitu “salat yang diwajibkan kepada
sekelompok kaum muslimin yang apanila telah ada, salah satu atau
sebagian dari mereka yang mengerjakan maka berarti telah
lepaslah kewajiban tersebut dari mereka semua.” Jika tidak seorang
pun dari mereka yang mengerjakannya maka berdosalah mereka
semuanya. Dalam hal ini para ulama sepakat bahwa salat jenazah
hukumnya fardlu kifayah.26
b. Salat Sunnah
Salat Sunnah yaitu “Salat yang dianjurkan untuk dikerjakan44,
artinya diberi pahala bagi yang mengerjakan dan tidak berdosa bagi
yang meninggalkan.
1) Salat sunnah muakkadah, yaitu ’’salat sunnat yang sel;alu
dikerjakan atau jarang sekali dikerjakan oleh rasulullah”. Seperti
salat witir hari raya dan lain-lain.
2) Salat sunnat ghoiru muakkadah, yaitu “salat sunnat yang tidak
selalu dikerjakan oleh rasulullah”,seperti salat dhuha.27
4. Waktu-waktu Salat Wajib
Allah SWT berfirman dalam surat Hud: 114
. ( U t : iy> ) .J J l
j M '
Artinya : “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi
dan petang) dan pada bagian permulaan daripada
malam....".(Q.S. Hud: 114)28
26 Zakiah Darajat, op.cit., hal. 85.
Menurut Muhammad jawad mughniyah yang dimaksud tepi siang
yang pertama adalah waktu salat subuh, tepi siang yang kedua adalah
waktu salat dhuhur dan asar dan bagian dari permulaan malam adalah salat
maghrib dan isya’.29
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman :
cr
• 0 ^ : - ^ s
Artinya : Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu-waktu-waktu di siang hari supaya kamu merasa senang”. (Q.S Thaha: 130)30
Dilain tempat Allah juga berfirman dalam surat Al Isra’ ayat 78 :
j l ^ j lj i j ^ j JjJ
Y o * I\ jl ^
Artinya : “Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan oleh malaikat. ” (Q.S.A1 Isra’ :78)31
Ayat ini menerangkan waktu salat yang lima, tergelincirnya
matahari adalah untuk waktu salat D zuhur dan Asar gelap malam untuk
waktu Magrib dan Isya.
29 Muhamad Jawad Mughniyah, Fiqih J a ’fa r i, Lentera, Jakarta, 1995. hal. 17. 30 R.H. A. Soenarjo, op.cit., hal. 492.
Adalah sudah jelas bahwa ayat-ayat diatas masih bersifat mujmal
atau global, sebab belum membatasi waktu salat dengan jelas dan
terperinci sehingga tidak lagi kesamaran padanya. Oleh karena itu kita
U Jis> j l 5 " j c J l j
Artinya : “Dari Abdullah bin Amir r.a bahwasanya Nabi SAW bersabda waktu Dzuhur itub tatkala condong matahari (kesebelah barat) sampai bayang-bayang orang sama dengan tingginya sebelum datang waktu Asar selama belum kuning matahari dan waktu Magrib sebelum hilang awan merah (sebelum terbenamnya matahari) dan waktu Isya hingga tengah malam dan waktu Subuh dari terbitnya fajar hingga sebelum terbitnya matahari. (H.R. Muslim )32
Fatkhul Qarib Al Mujib disebutkan sebagai berikut:
oj
>-Ij
J ljj
0
*°*^ ^
J j j J l Jj u j U ? b l
32 Muhammad Syarief Sukandy, Terjemah Bulughul Maram Fiqih Berdadsarkan Hadist, harus kembali kepada sunnah Nabi serta ijtihad para Ulama dalam
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadist Rasulallah.
Sabda Rasulallah SAW.
J j J ' j J i l l j b ^ Dzuhur. Adapun waktu salat Dzuhur dimulai dari tergelincirnya matahari sedangkan waktu ahirnya adalah jika bayang-bayang suatu benda sama dengan panjang bendanya. Yang kedua salat Asar waktu mulainya adalah jika panjang bayang-bayang suatu benda lebih sedikt dengan panjang bendanya, sedangkan waktu ahirnya menurut waktu ikhtiyar (waktu yang terpilih) hingga bayang-bayang suatu benda panjangnya dua kali dengan panjang bendanya sedang ahir menurut waktu Jawaz (batas waktu yang masih diperbolehkan) hingga hampir tenggelamnya matahari. Ketiga salat Magrib adapun waktunya hanya satu yaitu dimulai tenggelamnya matahari. Dan kira-kira digunakan untuk adzan, berwudlu, untuk menutup aurat dan untuk salat lima rakaat (tiga rakaat salat Magrib dan dua rakaat salat sunnah). Yang keempat salat isya adpun mulainya adalah hilangnya mega merah dan ahirnya menurut waktu ikhtiyar hingga sepertiga malam, adapun menurut waktu jaw az hingga keluarnya fajar yang kedua (fajar Shodiq). Yang kelima salat Subuh awalo waktunya dari terbitnya fajar yang kedua dan ahirnya menurut waktu ikhtiyar adalah sampai remang-remang, sedangkan menurut waktu jawaz sampai terbinya matahari ”
Menurut Prof. Hasby Ash Shiddiqy dalam pedoman buku salat
disebutkan bahwa waktu salat fardlu adalah sebagi berikut:
“Pertama, waktu dzuhur adalah dari tergelincirnya matahari dari
pertengahan langit dan ahirnya adalah ketika bayangan sesuatu sama
dengan panjang dirinya sendiri.
Kedua, waktu Asar adalah ketika bayangan sesuatu telah sepanjang ~-r
badannya, yakni mulai dari berahi waktu Dzuhur dan ahirnya hingga
waktu matahari masih bersih bersih belum kuning.
Ketiga, waktu salat Magrib adalah dari sempurna terbenamnya
matahari dan ahirnya hilang Syafaq merah (cahaya merah dikaki langit
Sedangkan dalam terjemahan Khulasah Kifayatul Akhyar
disebutkan sebagai berikut:
“Salat Dzuhur empat rakaat waktunya sejak matahari condong kearah barat sampai bayangnya sama panjang dengan bendanya. Salat Asar empat rakaat dan waktunya sejak bayangan lebih panjang dari bendanya sampai bayangan dua kali lebih panjang dari bendanya, sekitar hampir terbenamnya matahari. Salat Magrib tiga rakaat dan waktunya sejak terbenamnya matahari sampai mega kuning hilang. Salat Isya empat rakaat dan waktunya sejak hilangnya mega kuning sampai fajar Shodiq (hampir terbit). Salat Subuh dua rakaat dan waktunya mulai terbitnya fajar Shodiq sampai terbitnya matahari”.35
34 Hasby ash Shiddiqy, op.cit., hal. 120-123.
Dari dalil-dalil dan beberapa pendapat ulama diatas dapat penulis
simpulkan waktu-waktu salat wajib sebagai berikut:
a. Waktu Dzuhur : Dimulai semnjak dari matahari twergelincir titik
kulminasinya, yaitu apabila bayang-bayang seseoarang atau suatu
benda yang berdiri tegak lurus sudah mulia condong ketimur, sampai
dengan manakala suatu bayang-bayang sama dengan tinggi bendanya
yang berdiri tegak lurus.
b. Waktu Asar : Dimulai dari sejak tinggi bayang-bayang suatu benda
lebih sedikit dengan tinggi bendany, sampai dengan bayangan dua kali
tinggi badannya (sampai menguningnya matahari / hampir tenggelam).
c. Waktu Magrib : Dari semenjak terbenamnya matahari sampai dengan
saat hilangnya mega merah.
d. Waktu Isya : Mulai semenjak hilangnya mega merah sampai terbitnya
fajar saodiq.
e. Waktu Subuh : Dimulai dari terbitnya fajar Shodiq hingga sempurna
terbitnya matahari.
Mengenai waktu yang baik dalam melaksanakan salat adalah
Artinya : “Dari R afi’ bin Khadij r.a bersabda Rasulallah SAW salat Subuhlah diwaktu Subuh benar karena dengan salat Subuh Utama Bagi kamu"?6
5. Kedudukan dan Hikmah Salat
a. Kedudukan Salat
Kedudukan salat dalam sistem ajaran Islam sangat penting
sekali karena salat merupakan sarana ibadah langsung dalam rangka
berkomunikasi dengan Allah SWT sebagai sang pencipta.
Seperti telah diterapkan diatas memang secara lahiriyah salat
hanyalah gerakan-gerakan tertentu yang dimulai dengan takbiratul
ihram dan diahiri dengan salam, akantetapi secara secara hakikinya
menurut Drs. Sidi Gazalba salat merupakan “berhadap hati (jiwa)
kepada Allah, sebagai dzat yang mendatangkan rasa takut kepada-Nya,
serta numbuhkan didalam jiwa rasa kebesaran-Nya dan kesempurnaan
kekuasaan-Nya”.36 37
Salat tidak hanya menyembah tuhan, tetapi juga berhubungan
dengan Dia, mengingatnya, berserah diri, mengadu, memohan
kepadanya, mensucikan hati, dan memperkokoh serta meningkatkan
rohani.
Allah telah menegaskan bahwa salat merupakan kerangka
dasar dari iman seseorang. Seperti dalam surat Al Baqarah 1 -4.
36Moh. Syarief Sukandy, op.cit., hal, 63.
d y *Jj j j JJI ( jJ j* aJ j J J b . jll
Iy A j i . 0y ^ i j d^LiJl j
S O ^ d U ' JjjlL c.
( i - ' : Artinya : “A lief Laam Miem, itulah Al Q ur’an yang tidak ada
keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan salat dan menafkahkan sebagian rizqi yang kami anugrahkan kepada mereka. Dammereka beriman kepada kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya kehidupan ahiraf \ 38
Menurut Prof. Dr. T,M. Hasbi Ash Shiddieqy, bahwa
mengerjakan salat adalah hasil dorongan dari iman kepada Allah yang
bersemi di dalam jiwa, hal ini bisa dilihat dari susunan ayat diatas.
Allah meletakkan perkatraan “dan dirikanlah salat” sesudah
beriman kepada yang gaib dan meletakkan perkataan44 dan
menafkahkan sebagian rizqi” sesudah mendirikan salat ini memberikan
pengertian bahwa iman yang teguh bersemi didalam lubuk jiwa
menarik kepada salat. Salat yang ditegakkan dengan sempurna dengan
khusyu’ dapat menjadi spirit (rohnya) membawa kepada rela
mengorbankan sebagian harta untuk kepentingan pergaulan hidup
bersam.39
38 R.H.A. Soenarjo, op.cit., hal. 08.
Oleh karena itu tidak salah jika salat merupakan pondasi dari
agama, sebab barang siapa yangmelaksanakan salat dengan baik,
khusyu’ dan benar dapat membawa tegaknya agama dan sebaliknya
orang yang tidak melaksanakan salat sama dengan meruntuhkan
agama.
Kedudukan yang lain dari salat, bahwa ibadah-ibadah lainnya
diterima nabi melalui wahyu sedangkan salat langsung diterimakan
Allah kepada nabi langsung dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
Dari salat inilah berpangkal amal-amal lain sebagai muslim,
tidak tegak amal-amal lain kalau salat tidak didirika terlebih dahulu.
Kalau amal-amal lain ujud juga tanpa salat maka amal-amal tersebut
hanya ada secara lahir saja tanpa mengandung makna atau isi, tanpa
penghayatan, dilakukan hanya sebagai kebiasaan tanpa memahami
maksud dan tujuannya, hilanglah makna zakat, puasa, haji dan ibadah
yang lainnya.
Sabda Nabi SAW :
j l
Artinya : “Permulaan 'amalan yang diperiksa dari 'amalan seseorang hamba pada hari qiamat, ialah: shalatnya. Diperhatikan benar-benar shalatnya. Maka jika betul urusan shalatnya,
mendapat kemenanganlah dia. Jika tidak betul urusan
shalatnya, rugi dan sia-sialah usahanya".*0 40
baiknya seseorang,
b. Hikmah Salat
Disamping mempunyai kedudukan yang sangat penting, ibadah
salat juga mempunyai hikah yang besar dalam perikehidupan manusia,
jika memang salat benar-benar ditegakkan dengan baik secara
lahiriyah dan hakikinya.
o*>L/2Jl j l p j\ j y » t L*
Artinya ; “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah perbuatan keji danmungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaanya dari ibadat-ibadat lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.41
Ada dua jenis orang yang menjauhkan dirinya dari kejahatan,
yang pertama karena pertimbangan akalnya maka orang ini dianggap
baik oleh masyarakat ia memperoleh balasan duniawinya karena
menahan diri dari kejahatan maka dunia membalasnya dengan
menmcegahnya dari kejahatan pula. Jenis kedua orang yang menhan
diri dari kejahatan karena dicegah oleh salatnya.
41 R.H.A Soenarjo, S.H, op.cit., hal. 635.
Didikan dari penghayatan salat mencegah seseorang dari
kejahatan dan perbuatan keji karena ia tidak berbuat jahat maka di
dunia ini ia tidak ditimpa kejahatan. Di dunia kedua jenis orang
tersebut kedudukannya adalah sama tetapi di Ahirat jenis jenis yang
kedua yang hanya mendapat keselamatan.42
Hikmah yang lain ibadah salat dapat memberikan ketentraman
dan ketabahan hati sehingga seseorang tidak mudah kecewa, gelisah
mentalnya jika menghadapi musibah, dantidak mudah lupa dartan bila
sedang mendapat kebahagiaan atau kenikmatan, sebagaimana firman
Allah dalam surat Al Ma’arij : 19-23.
^ l p Lp^A
(Yr~ n :
Artinya : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagikikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapatkan kenikmatan ia amat kikir. Kecuali
orang-orang yang mengerjakan salatnya”.** ^ )
y
C. Hubungan antara Intensitas Menonton Televisi Terhadap Kedisiplinan Menjalankan Salat
Menurut dr. A. Alatas Fahmi televisi mempunyai pengaruh buruk
sebagai berikut : “Media televisi bersifat sangat terbuka dan sulit untuk
dikontrol dampak negatifnya, karena kekuatan media ini mampu menyita
waktu dan perhatian khalayaknya untuk meninggalkan aktivitasnya yang lain
pada waktu bersamaam”.44
Dengan kata lain televisi mampu mebuatpemirsanya terlena sehingga
mengganggu aktivitas yang lain, sebab seseorang yang sudah asik menonton
televisi apalhi jika acaranya yang paling disukainya maka penonton enggan
beranjak dari tempat menonton jika acaranya belum selesai. Hal ini jika pada
waktu bersamaan pemirsa sedang ada kegiatan lain maka jelas akan
terganggu, termasuk dalam hal ini adalah kewajiban salat bagi oarang Islam.
Acara dalam televisi sudah ditentuka jam tayangnya, demikian juga
ibadah salat juga sudah ditentukan waktunya sebagaimana firman Allah dalam
surat An Nisa’ ayat 103 :
( ^ * Y* ! y» J.U C)\
Artinya : “....Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.(Q.S. An Nisa’).45
Jika pada saat menonton televisi kebetulan acaranya sangat disukai
bersamaan dengan waktu-waktu salat maka sudah barang tentu akan sangat
mengganggu dalam pelaksanaan ibadah salat walaupun tingkat pengaruh
tersebut tidak sama bagi setiap pemirsa akan tetapi secara umum dapat
disimpulkan bahwa pada saat menonton televisi kebetulan bersamaan dengan
datangnya waktu salat akan dapat mengganggu pelaksanaan ibadah salat
tersebut.
Dengan demikian seseorang yang waktunya banyak digunakan untuk
menonton televisi akan semakin terganggu pelasanaan ibadah salatnya,
apalagi terhadap salat-salat yang waktunya pendek semisal salat Magrib dan
Salat Subuh. Dalam salat Subuh mungkin tidak mengganggu senara langsung
tetapi tidak secara langsung, sebab padamalam harinya waktu yang digunakan
menonton membuat bangunnya kesiangan sehingga salat Subuhnya terganggu.
Memeng tingkat gangguan tersebut tudak sama kepada setiap orang,
akan tetapi ada faktor lain yang menjadikan tingkat pengaruh berbeda
misalnya lingkungan keluarga terutama orang tuanya dan pendidikan
agamanya.
Dari uraian diatas mengenai tingkat pengaruh menonton televisi
terhadap pelaksanaan ibadah salat dapat penulis uraikan sebagai berikut:
1. Menonton televisi dapat mengurangi kekhusyu’an dalam salat.
Seseorang yang sedang asyik menonton acara televisi, tiba-
tibaharus melaksanakan kewajiban salat, maka salatnya bisa tidak khusyu’,
sebab pikiranya masih melayang dan membayangkan bagaimana
kelanjutan dari acara televisi yang belum selesai, bahkan salatnya menjadi
tidak konsentrasi serta tidak tenang sebab tergesa-gesa untuk segera
menonton acara televisi tersebut.
2. Menonton televisi dapat menyebabkan menunda-nunda melaksanakan
kewajiban salat.
Acara televisi dapat membuat pemirsanya asyik dan terlena
termasuk salat, oleh karena itu biasanya kalau sedang menonton televisi
dan datang waktu salat pemirsa cenderung meneruskan menonton dari
pada melaksanakan kewajiban salat, karena menurutnya waktu salat masih
lama dan boleh dikerjakan pada ahir waktu salat.
3. Menonton televisi dapat menyebabkan seringnya meninggalkan salat.
Seseorang yang sudah terbiasa menunda waktu salat lama-lama
akan berani meninggalkan salat karena saking asyiknya menonton televisi.
Sayang jika pada waktu ditengah jalan harus berhenti menonton sedang
acaranya sedang seru-serunya sehingga lupa bahwa salatsudah habis.
Demikian besarnya pengaruh negatif dari menonton televisi
terhadap pelaksanaan ibadah salat, oleh karena televisi merupakan media
yang sudah tidak bisa dihindari maka orang tua merupakan faktor yang
sangat penting untuk mengontrol anak-anaknya didalam menonton
televisi, seperti dibatasi waktunya, didampingi waktu menonton serta
diarahkan pada acara-acara yang bermanfaat. Sebab jika anak dibiarkan
menonton televisi tanpa kontrol tidak hanya ibadah salatnya yang
terganggu tetapi aktivitas yang lainnya juga bisa terganggu misalnya
aktivias belajar, membantu orang tua, mengaji dan lain sebagainya.
Sehingga menyebabkan anak menjadi malas bahakan mungkin juga
A. Kodisi Umum SMP Muhammadiyah Salatiga 1. Tinjauan Historis
Sebagaimana lembaga pendidikan yang lain SMP Muhammadiyah
juga mempunyai sejarah tersendiri pada awal berdirinya. Sebagai lembaga
pendidikan milik yayasan Perserikatan Muhammadiyah, SMP
Muhammadiyah Salatiga bernaung dibawah Majlis Pendidikan Dasar dan
Menengah (Dikdasmen) yang merupakan bagian dari Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kota Madya Salatiga. Hubungan serta pembagian tugas
dan wewenang antara yayasan sebagai pengelola dan sekolah sebagai
penyelenggara diatur dalam Keputusan Majlis Dikdasmen sesuai dengan
kaidah Perguruan Dasar Muhammadiyah yang ditetapkan oleh Pimpinan
Pusat Muhammadivah.
Dalam rangka mewujudkan sebagian dari amal usaha Perserikatan
Muhammadiyah yang berupa sarana pendidikan ini, Pimpian
Muhammadiyah Daerah Kota Madya Salatiga dan Kabupaten Semarang
bekerjasama dengan instansi terkait, tokoh agama Islam di Salatiga dengan
Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) sebagai penyumbang dana,
maka berdirilah sebuah bangunan sarana pendidikan SMP Muhammadiyah
Salatiga. Pada tanggal 5 Januari 1974 dan diresmikan pada tanggal 12 Juli
1975 penggunaanya.
Pada awal berdirinya, dengan keputusan kantor pembinaan-
pembinaan Menengah Umum Pertama Propinsi Jawa Tengah tanggal
2 Mei 1974 SMP Muhammadiyah Salatiga telah tercatat sebagai SMP
Swasta dalam Daerah Propinsi Jawa Tengah dengan nomor : I / B / 7
/1974. Kemudian pada tanggal 1 April 1978, Kantor Wilayah Departemen
P dan K menyatakan sebagai sekolah swasta yang sah.
Tahun berganti tahun, bergulir seiring waktu dalam kurun 12
tahun, untuk kali pertama SMP Muhammadiyah Salatiga mendapat
pengakuan status “Diakui” yaitu pada tanggal 3 Desember 1985 dan pada
tahun 1990 diperoleh jenjang status “Disamakan” yaitu tanggal
31 Desember 1990.
Dalam perkembangannya SMP Muhammadiyah Salatiga
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Setelah memperoleh beberapa
tahapan jenjang status, Terdaftar, Diakui, dan Disamakan pada tahun 1990,
maka kepercayaan masyarakat semakin tinggi, hal ini terlihat pada jumlah
pendaftar yang semakin banyak. Pada tahun ajaran 1995/1996 penerimaan
siswa baru mengalami peningkatan hal ini ditandai dengan banyak
pendaftar dengan jumlah 223 tetapi yang diterima hanya 193 siswa. Dalam
waktu yang singkat sampai saat ini tahun ajaran 2005/2006 SMP
Muhammadiyah Salatiga sudah meluluskan kurang lebih 5000 siswa.
Sedang siswa seluruhnya berjumlah 65 &
Dalam kurun waktu lebih dari dua dekade SMP Muhammadiyah
Salatiga. Tidak hanya di bidang perolehan calon siswa baru tetapi dalam
bidang-bidang prestasi-prestasi yang lain SMP Muhammadiyah selalu
tampil dengan mengirimkan delegasi-delegasi siswa-siswa untuk beradu
prestasi baik di tingkat Lokal, Propinsi maupun Nasional. Disamping itu
untuk meningkatkan mutu di SMP Muhammadiyah, telah dilaksanakan
berbagai kegiatan ekstra dari berbagai bidang yaitu olah raga, seni,
kepemimpinan maupun bidang akademik.1
2. Tinjauan Geografis
SMP Muhammadiyah Salatiga dalam proses pembelajarannya
menempati tanah seluas lebih 142m yang berlokasi di desa Kauman
Kelurahan Sidorejo Kecamatan Sidorejo Lor Kotamadya Salatiga tepatnya
di Jl. Raya Seruni No.32 Salatiga. Adapun batas-batas wilayahnya adalah
sebagai berikut:
a. Sebelah Barat : Desa Kauman
b. Sebelah Utara : Jl. Cempaka
c. Sebelah Timur : Jl. Raya Monginsidi
d. Sebelah Selatan : Jl. Kartini dan Jl. Pattimura
Melihat letak geografisnya yang strategis ini maka SMP
Muhammadiyah Salatiga mempunyai prospek yang bagus, disamping
mudahnya transportasi juga didukung oleh masyrakat lingkungan sekolah
yang kondusif, ditambah banyaknya sekolah SLTP baik swasta maupun
negeri disekitar lingkup kawasan itu, SMP Muhamadiyah juga terletak
ditengah kawasan perkotaan.
3. Keadaan Siswa, Guru dan Karyawan
a. Keadaan Siswa
Jumlah siswa SMP Muhammadiyah Salatiga secara
keseluruhan adalah 658 yang terbagi dalam lima belas kelas meliputi
kelas 1 lima kelas dengan 225 siswa, kelas 2 lima kelas dengan
jumlah 223 siswa dan kelas 3 lima kelas dengan jumlah 210 siswa.
Adapun perinciannya sebagai berikut:
TABEL I
JUMLAH SISWA SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2005/2006
Tingkat Jumlah Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
I 5 136 89 225
II 5 111 112 223
III 5 132 78 210
Jumlah 379 279 658
b. Keadaan Guru
Tenaga edukatif yang mengajar di SMP Muhammadiyah
Salatiga hampir semua berasal dari lulusan Keguruan atau
mempunyai profesionalisasi dalam mengajar. Mereka sebagian besar
Lulusan IKIP baik program S.l maupun dari FKIP dan dari
universitas swasta lain.
Jumlah tenaga pengajar di SMP Muhammadiyah Salatiga
seluruhnya berjumlah 25 orang dengan perincian 17 guru tetap dan 5
orang berstatus tidak tetap dan guru bantu daerah 2 dan 1 Kepala
Sekolah. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
TABEL II
KEADAAN GURU SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN PELAJARAN2005/2006
No Nama Jabatan Pend. Bidang Studi
1 Yudi Haryono S.Pd Kepala Sekolah Matematika/ SI Matematika
2 Thoniek Fatonah, BA PKS. Ur.Sarpra Sarmud.Ek.Um Bhs. Indonesia
3 Khadzikul Fikri Sie. Ekstrakur PGSMTP ket. Jasa Kertangkes
4 Suci Rahayu Sie. Kurikulum D III. Bhs. Inggris Bhs. Inggris
5 Sri Harmoni Wali Kelas D III. PMP PPKN
6 Emy Setyowati Wali Kelas D III. Biologi IPA Biologi
7 Sriyono S.Pd Sie . Kesiswaan S.l Penjaskes Penjaskes
8 Dra. Djandaroh Sie. Ur. Al Islam S.l Tarbiyah PAI
9 Suparmi Wali Kelas PGSLP Tata Buku Geografi
10 Sri Suryani S.Pd. Sie. Kesiswaan D II.PMP PPKN
11 Noor Khanah, BA Ur. Perdus Sarmud.Pend.Um. Bhs. jawa
12 Is Purwito ER, S.Pd - S.l Sejarah IPS Sejarah
13 Nur Indah Widyastuti Wali kelas D.II Ket. Jasa Bhs. Indonesia
14 Puji Hastuti Wali kelas D.II Ket. Jasa IPS Ekonomi
15 Neni Junaeda, S.Pd Sie. Kurikulum Matematika / S.l Matematika
16 Christiana Budi H Wali kelas D III. PMP PPKN
17 Hj. Sumini - Tarbiyah PAI
18 B ambang Susmoyo PKS. Ur. Kurikulum DII. PAI PAI / B.IND
19 Drs. Mulyono PKS. Ur. Kesis S.l Tarbiyah PAI/ Penjaskes
No Nama Jabatan Pend. Bidang Studi
21 Raharjo, S.Pd Sie. Laborat Matematika / S. 1 Matematika
22 Siti Choiriyah S.Pd - S.I Bhs. Inggris Bhs. Inggris
23 Wiry adi S.Pd - Matematika / S.I Matematika
24 Sawitri Dewi Psy BP S.I BP BP
25 Try Rahayu S.Pd - S.I Fisika Fisika 3
c. Keadaan Karyawan
Keadaan karyawan atau tenaga non edukatif di SMP
Muhammadiyah Salatiga berjumlah 6 orang. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat tabel dibawah ini
TABEL III
KEADAAN KARYAWAN SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN 2005/2006
No Nama Jabatan Pendidikan
1 Ema Styowati Kepala TU S.I Ekonomi
2 Supono Staf TU PGAP
3 Siti Arofah Staf TU SMA
4 Yuli Pratiwi Staf TU SMA
5 Ismal Penjaga SMEA
6 Edi Triwanto Penjaga SD
4. Keadaan Sarana dan Prasarana
Untuk lebih menunjang proses belajar mengajar, serta
penyelenggaraan administrasi di SMP Muhammadiyah Salatiga maka