• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - YOGA BAGUS WICAKSANA BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - YOGA BAGUS WICAKSANA BAB II"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Agama Islam

Pendidikaan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara

menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat menggunakan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (Majid dkk, 2005).

Dalam bidang pertumbuhan spiritual dan moral, pendidikan yang baik dapat menolong individu menguatkan iman, akidah, dan pengetahuannya terhadap Tuhannya dan dengan hukum-hukum, ajaran dan moral agamanya (Langgulung, 2003).

Fungsi pendidikan agama Islam:

1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya, kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orangtua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

2. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

3. Penyesuaian mental, yaitu untuk penyesuaian dini dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. Penyesuaian mental,

(2)

4. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, penanaman dan pengamalan ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

5. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

6. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir nyata) sistem dan fungsionalnya.

7. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebiut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain (Majid dkk, 2005).

B. Religiusitas

Repsad & Furseth(2006) menyatakan bahwa terdapat lima dimensi dalam religiusitas, yaitu:

1. Dimensi Keyakinan ( The Belief )

Dimensi ini mencakup gagasan yang sistematis bahwa orang yang religius percaya dan memegang teguh terhadap agama beserta ajarannya. Dimensi ini juga berkaitan dengan tingkatan sejauhmana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam agamanya, misalnya kepercayaan kepada Tuhan, malaikat, surga dan neraka.

2. Demensi Praktek Keagamaan ( Religious Practice )

Praktek keagamaan mencakup dua bentuk, yaitu ritual dan ketaatan ritual ditunjukan khusus dengan tindakan keagamaan yang formal, Penganut agama diharapkan untuk melakukannya. Ketaatan atau perasaan mencintai dan memuja, kurang formal dari pada ritual.

3. Dimensi Pengalaman ( The Experience )

(3)

4. Dimensi Pengetahuan ( The Knowledge )

Dimensi ini merupakan pengetahuan dimana orang yang religius diharapkan memiliki pengetahuan mengenai ajaran agama yang dogmatis, ritual dan bacaan-bacaan keagamaan.

5. Dimensi Pengamalan ( The Consequential )

Dimensi ini mengacu pada dampak dari agama yang dianut seseorang terhadap perilaku individu dalam kehidupannya.

C. Ketergantungan Fisik

Ketergantungan fisik (physical dependence) adalah kebutuhan fisik terhadap suatu obat yang disertai dengan gejala ketagihan (withdrawal) yang tidak menyenangkan ketika pemakaian obat dihentikan. Ketergantungan psikologis (psychological dependence) adalah hasrat yang kuat dan kecanduan untuk mengulangi penggunaan obat karena berbagai alasan emosional, seperti dapat menimbulkan perasaan senang dan mengurangi stres (Sartock, 2009).

Penggunaan rutin menjadi adiksi atau ketergantungan saat penggunaan merasa tidak berdaya untuk menolak obat, baik karena mereka ingin mengalami efek obat atau untuk menghindari konsekuensi putus zat (Nevid, et al., 2005).

D. Hard and Soft Drugs

Dalam kelompok kepustakaan ilmiah sering kali kelompok “drugs” ini dibagi lagi dalam “hard” dan “soft drugs”. Pemisahan yang betul-betul ilmiah dalam hard and soft drugs sukar sekali dilakukan, misalnya pada LSD dan kokain. Sudah jelaslah bahwa hard drugs jauh lebih berbahaya daripada soft drugas berdasarkan sifat-sifat dan cara penggunaanya.

(4)

Pecandu (addict) untuk terus menerus menggunakan za-zat ini untuk mengindarkan timbulnya gejala tidak nyaman itu. Di lain pihak dosis yang digunakan lambat laun harus ditingkatkan untuk memperoleh efek sama yang dikehendaki (toleransi). Hard drugs mengakibatkan suatu ketergantungan fisik (ketagihan) yang hebat dan menyebabkan toleransi terhadap dosis yang digunakan. Hard drugs dapat digunakan dengan jalan injeksi (parenteral), sedang soft drugs tidak disuntikan.

2. Soft drugs: LSD, kanabis (marihuana, hashiz), CT, meskalin, jamur (psilocibin), alkoho dan inhalansia. Zat-zat ini pada penggunaan kronis (hampir) tidak menyebabkan ketergantungan fisik atau toleransi. Ketergantungan psikis dapat terjadi Stepping-stone-theory. Suatu hipotesis menyatakan bahwa penggunaan soft drugs lambat laun mengakibatkan kecenderungan seseorang untuk beralih ke penggunaan hard drugs

(eskalasi). Alasanya adalah bahwa penggunaan soft drugs lambat atau cepat akan menjurus ke obat-obat yang dapat memberikan efek euphoria (perasaan nyaman) dan penghayalan yang lebih kuat. Namun, para ahli belum seluruhnya sepakat dengan teori ini (Tjay, 2007).

E. Penggolongan Obat

Zat-zat dengan efek psikoaktif yang dapat menimbulkan ketergantungan dan/atau ketagihan pada umumnya dikelompokan berdasarkan perubahan yang diakibatkannya terhadap fungsi SSP dan keadaan jiwa seseorang. Berdasarkan efek psikotropnya dapat dibedakan empat kelompok sebagai berikut :

1. Psikodepresiva

(5)

a. Opioid

Obat-obat yang paling sering disalahgunakan pada kelompok ini adalah heroin, morphine, oycodone, dan di kalangan professional kesehatan disebut meperidine (Katzung,2002).

Klasifikasi obat golongan opioid berdasarkan kerjanya pada reseptor, obat golongan opioid dibagi menjadi : 1.Agonis penuh (kuat), 2.Agonis parsial (agonis lemah sampai sedang), 3.Campuran agonis dan antagonis, dan 4 antagonis. Opioid golongan agonis kuat hanya mempunyai efek agonis, sedangkan agonis parsial dapat menimbulkan efek agonis, atau sebagai antagonis dengan menggeser agonis kuatdari ikatannya pada rseptor opioid dan mengurangi efeknya. Opioid yang merupkan campuran agonis dan antagonis adalah opioid yang memiliki efek agonis pada satu subtype reseptor opioid dan sebagai

suatu parsial agonis atau antagonis pada subtype reseptor opioid lainnya. Berdasarkan rumus bangunnya obat golongan opioid terbagi menjadi derifat fenantren, fenilheptilamin, fenil piperidin, morfinan, dan benzo morfan (Anonim, 2007)

2. Psikostimulansia

Ketergantungan fisik tidak begitu kuat, sedangkan ketergantungan psikis bervariasi dari lemah (kofein) sampai sangat kuat (amfetamin, kokain). Toleransi dapat terjadi, misalnya pada amfetamin. Selain amfetamin dan kokain, juga nikotin dan kofein termasuk kelompok ini (Tjay,2007).

3. Zat-zat Halusinogen

(6)

suatu derivat indolethlamine, terdapat secara alami. Obat-obat juga memiliki kemiripan secara kimiawi dengan tiga neuru transmitter utama yaitu: norepinephrine, dopamine, dan serotonin (Katzung, 2002).

Salah satu kekhususan zat-zat dari kelompok ini adalah pengaruhnya terhadap akal budi ratio, dengan menghilangkan daya seleksi dan kemampuan mengkoordinasi persepsi dan ransangan dari dunia luar. Dengan demikian, timbul perasaan seolah-olah daya penampung lebih luas widening of the minedan daya asosiasi menjadi lebih cepat.Pemakai tergantung sekali pada lingkungan dan keadaan jiwa saat sebelum menggunakan suatu halusinogen, maka efeknya bias merupakan suatu keadaan euphoria high atau justru kemurungan (depresi). Dalam dosis lebih tinggi dapat mengakibatka perasaan ketakutan, kebingungan dan panik, yang biasanya disebut “bad trip” atau “flip” (Tjay, 2007).

4. Inhalasi

Inhalasi sebetulnya terasuk kelompok Psikodepresiva, karena menekan fungsi otak dengan kuat (brain depressant). Zat ini banyak terdapat sebagai zat pelarut “terbang” pada bahan pembersih keperluan rumah tangga seperti perekat, aerosol (hair spray, deodorant spray, penyegar udara), nail prolish remover (thiner) dan bahan pembersih (dry-cleaning fluid) (Tjay, 2007).

(7)

5. Zat-zat tersendiri

a. Psikodepresiva 1) Morfin

Morfin adalah alkaloida terpenting yang terdapat dalam candu, yakni getah dikeringkan dari tumbuhan papver somniferum. Sebagai zat psikotrop, morfin memiliki tiga kelompok khasiat penting, yaitu:

a) Menekan SSP : analgetis, hipnotis, supresi pernapasan dan kadang kala menimbulkan euphoria b) Menstimulasi SSP : miosis, mual, muntah, ekstasi, dan

konvulsi

c) Efek perifer : obstipasi dan retensi urin 2) Heroin

Heroin (diasetil morfin, diamorfin) adalah derivat emi-sintesis dengan khasiat sentral 2 kali lebih kuat. Reabsobsinya dari usus dan selaput lendir baik. Dalam darah, heroin dideasetilasi menjadi 6-monoasetilmorfin (yang juga farmakologis aktif) dan lalu menjadi morfin. Kedua metabolit ini melintasi barrier darah liquor dengan cepat. Adiksi dapat timbul pesat sekali sehingga tidak digunakan lagi dalam terapi.

3) Flunitrazepam: Rohypnol

Derivat-flour/ metil ini dari kelompok benzodiazepine berkhasiat hipnotis sangat kuat. Mulai kerjanya cepat, dalam 30 menit. Toleransi dapat terjadi setelah digunakan lebih dari 2-3 minggu.

4) Alkohol : etilalkohol, etanol

(8)

b. Psikostimulansia

1) d-Amfetamin: Dexedrin

Obat-obatan dari kelompok amfetamin terutama memicu pelepasan noradrenalin dan menghambat re-uptakenya.

2) Kokain: “crack”, “snow”, “gold dust”.

Alkaloid ini dikandung daun pohon Erytroylon coca dan terutama terdapat dilereng gunung Bolivia dan Peru.

3) Tembakau dan nikotin

Bahaya merokok sudah banyak ditulis kali dan lambat laun mulai disadari oleh sebagian besar orang.Meskipun demikian di beberapa negara seperti jepang dan juga Indonesia, kebiasaan merokok masih merupakan fenomena yang umum sekali.

4) Kofein: trimethylanthine

c. Zat-zat halusinogen

1) LSD: lysergic acid diethylamide

LSD adalah suatu alkaloid ergot semi-sintetikdengan asam lisergat sebagai anti molekul, sama dengan ergotamine.

2) Ecstasy : XTC, MDMA (3,4 metilendioksi-metilamphetamin)

Derivate-fenilisopropilamin semisintetik ini pada tahun 1914dipasarkan sebagai obat penekan nafsu makan. Pada tahun 1970an, obat ini digunakan di AS sebagai obat tambahan pada psikoterapi dan kemudian dilarang pada tahun 1985.

3) Kanabis: ganja, marihuana

Kanabis adalah pucuk-pucuk berbunga dari tumbuhan “hennep” cannabis sativa (Asia Tenggara) dan mengandung K.L 420 zat yang termasuk dalam 18 kelompok. Yang terpenting adalah a.l minyak terbang dengan 103 jenis senyawa terpen (kanabinoid). 4) Fensiklidin : PCP, HOG, Anggel dust, “superweed

(9)

yang sangat rendah sudah mencetuskan suatu keadaan “high”, yang menyerupai psikosis dan berlangsung 4-6 jam.

5) Peyote: peyote

Sejenis kaktus (peyote) yang mengandung alkaloida meskalin dengan daya halusinogen lebih lemah dari LSD. Zat ini dapat menghasilkan efek “trip” visual hebat yang bisa bersifat baik atau buruk, tergantung pada suasana jiwa dan lingkungan.

6) Miristicin: trimyristin, glyceryl trimyristate

Zat lemak ini terdapat sampai 25% dalam minyak terbang (oleum myristicae, myristicin) yang di ekstrak dari biji pala (Miristica fragrans). Miristicin dapat menimbulkan halusinasi, suasana ketakutan dan keteganngan. Lama kerjanya 48-60 jam. d. Inhalansia

1) Amil-dan butilnitrit: “poppers”

Cairan ini dengan bau tajam dahulu digunakan pada angina pectoris berkat khasiat vasodilatasi dan relaksasi ototnya yang kuat, juga berefek hipotensif. Poppers menimbulkan nyeri kepala hebat dan pingsan; penggunaan berlebihan menyebabkan anemia dan memperlemah anemia dan memperlemah sistem imun.

2) Gas tertawa: dinitrogenmonoksida, N2O

Sebagai obat yang di jual dalam balon yang berisi gas ini setelah inhalasi dalam 30 sekon sudah menghasilkan euforia (rash) yang hebat, tetapi amat singkat ( 2 menit). Gas ini tidak bersifat adiktif (Tjay, 2007).

E. Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan hasil penelitian ini dapat mengembangkan ilmu hukum khususnya dalam bagian hukum perdata dan hukum acara perdata dan juga mempunyai manfaat bagi

Penelitian dengan meggunakan metode-metode dalam pendekatan kuantitatif yang selanjutnya disebut penelitian kuantitatif, adalah suatu bentuk penelitian ilmiah yang

Untuk menghindari unsur subjektif dalam melakukan penyeleksian penerima beasiswa, maka tujuan dari penelitian ini yaitu menghasilkan suatu aplikasi sistem pendukung keputusan yang

Voltmeter untuk mengukur tegangan antara dua titik, dalam hal ini adalah tegangan pada lampu 3, voltmeter harus dipasang secara paralel dengan beban yang hendak diukur, posisi

Rencana Stategis ini disusun mengacu pada Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pelalawan, Rencana Strategis BPBD Propinsi Riau, Rencana

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

[r]

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada