BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007)
Kista adalah kantong berisi cairan yang dapat tumbuh dimana saja dengan jenis yang bermacam-macam. Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. (Laudermilk,2005)
Kista ovarium mempunyai permukaan rata dan halus. Biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan dalam kista jernih dan berwarna kuning (Winkjosastro,2005)
Kista ovarium adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan didalam jaringan ovarium. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah flur dilepaskan sewaktu ovalasi. (Yatim,2005)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kista ovarium adalah kista yang paling sering terjadi mempunyai permukaan rata dan halus, berbentuk kantung berisi cairan jernih dan berwarna kuning yang dapat tumbuh dalam ovarium ( indung telur ). Kista atau endometriosis adalah penyakit organ rahim pada wanita yang dapat menyebabkan kemandulan atau infertilitas. Beberapa faktor penyebab kista adalah
memberikan informasi kepada masyarakat untuk lebih waspada dan peduli terhadap kesehatan reproduksi yang kita miliki.
B. Anatomi dan Fisiologi 1. Anatomi Reproduksi Wanita
Gambar.1.1kista dalam uterus
Alat reproduksi pada wanita
Alat reproduksi wanita dibagi dua yaitu : a. Alat reproduksi eksterna
1) Mons Veneris
Adalah daerah diatas simfisis yang akan ditumbuhi rambut kemaluan (pubes) rambut ini tumbuh membentuk sudut lengkung.
2) Labia Mayora
Berada bagian kanan dan kiri berbentuk lonjong yang pada wanita menjelang dewasa ditumbuhi juga oleh rambut kemaluan.
3) Labia Minora
4) Klitoris
Besarnya kira-kira sebesar kacang hijau sampai cabe rawit dan ditutupi oleh frenulum klitoris. Glans klitoris berisi jaringan yang dapat berereksi sifatnya amat sensitive karena banyak memiliki serabut saraf.
5) Vulva
Alat kandungan luar yang berbentuk lonjong berukuran panjang mulai dari klitoris, dari kiri dibatasi bibir kecil sampai belakang dibatasi perineum.
6) Vestibulum
Terletak di bawah selaput lender vulva, terdiri dari bulbus vestibula dan kiri disini dijumpai vestibule mayor (kelenjar bartholini) dan kelenjar vestibulum minor. 7) Hymen
Merupakan selaput yang menutupi intrabus vagina bentuknya berlubang membentuk semilunaris, anularis tapisan. Bila tidak berlubang disebut atresia himenalis atau hymen impeforata.
8) Lubang Kemih
Tempat keluarnya air kemih yang terletak dibagian bawah klitoris disekitar lubang kemih bagian kiri dan kanan lubang kelenjar skene.
9) Perineum
b. Alat reproduksi interna 1) Vagina
Liang atau saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim terletak diantara saluran kemih dan liang dubur. Dibagian ujung atasnya terletak mulut rahim. Ukuran panjang dinding depan 8 cm dan dinding belakang 10 cm. Bentuk dinding dalamnya berlipat – lipat disebut rugae sedangkan ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna ruganum. Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat.
2) Uterus
Suatu struktur otot yang cukup kuat bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim.
3) Tuba Fallopi
Saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri panjangnya 12 – 13 cm, diameter 3 – 8 mm, bagian luarnya diliputi oleh peritoneum viseral merupakan bagian dari ligamentum latum. Bagian dalam saluran dilapisi silia, yaitu rambut getar yang berfungsi untuk menyalurkan telur dan hasil konsepsi.
Saluran telur terbagi 4 yaitu : Paris intertisialis (intramularis), pars ismika yang merupakan bagian tengah saluran telur yang sempit, pars ampularis, dimana biasanya pembuahan (konsepsi terjadi), infundibulum, yang merupakan ujung tuba yang terbuka kerongga perut di infudibulum terdapat fimbriae yang berguna untuk menangkap sel telur (ovum) yang kemudian dapat disalurkan kedalam tuba. 4) Ovarium
Terdapat dua indung telur masing-masing dikanan dan kiri rahim dilapisi mesovarium dan tergantung dibelakang lig latum. Bentuknya seperti buah almond, sebesar ibu jari tangan (jempol), berukuran 2,5 – 5 cm x 1,5 – 2 cm x 0,6 – 1 cm. Indung telur ini posisinya ditunjang oleh mesovarium lig. Ovarika dan
lig. Infundibulopelvikum. 2. Fisiologi Alat Reproduksi
a. Vagina
Fungsi penting dari vagina ialah :
1. Saluran keluar untuk mengeluarkan darah haid dan secret lain dari rahim. 2. Alat untuk bersenggama.
b. Uterus
Fungsi utama uterus (rahim) adalah : 1. Setiap bulan berfungsi untuk siklus haid. 2. Tempat janin tumbuh dan berkembang.
3. Berkontraksi terutama sewaktu bersalin dan sesudah bersalin. c. Tuba Fallopi
Fungsi utama saluran telur adalah :
1. Sebagian saluran telur menangkap dan membawa ovum. 2. Tempat terjadinya pembuahan.
d. Ovarium
Fungsi indung telur yang utama yaitu : 1. Menghasilkan sel telur (ovum)
2. Menghasilkan hormon-hormon ( progesterone dan estrogen) 3. Ikut serta mengatur haid.
C. Etiologi
Menurut (Yatim,2008) ada beberapa penyebab kista ovarium anatara lain perempuan usia dewasa tua sampai usia menopause yang timbul karena gangguan perkembangan folikel ovarium hingga tidak timbul ovulasi.
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus,hipofisis dan ovarium.
Klasifikasi kista ovarium menurut Nugroho, 2010 adalah ; 1) Tipe kista normal
a. Kista fungsional
normal. Kista ini akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur yang pada akhirnya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah kista ini akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista fungsiaonal terdiri dari :
a) Kista Folikuler
Kista yang terjadi dari folikel normal yang melepaskan ovum yang ada didalamnya. Terbentuk kantung berisi cairan atau lendir didalam ovarium. b) Kista Corpus Luteum
Kista ini timbul karena pada waktu pelepasan sel telur terjadi pendarahan dan lama – lama bisa pecah dan timbul perdarahan yang kadang – kadang perlu tindakan operasi untuk mengatasinya.
2) Tipe Kista Abnormal a. Kistadenemo
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur. Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar dan menimbulkan nyeri.
b. Kista Coklat (endometrioma)
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.
c. Kista dermoroid
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infatilitas.
e. Kista hemorhage
Merupakan kista fungsiaonal yang diseratai perdahaan sehingga menimbulkan nyeri didalam satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein sesungguhnya umumnya berasal dari kospus luteum haematoma.
g. Kista polikistik ovarium
Karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Besarnya terjadi setiap bulan, ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Untuk kista polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus di lakukan untuk mengangkat kista tersebuat agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit. D. Patofisiologi
Kista Ovarium berkembang sebagai hasil hiperstimulasi ovari yang disebabkan oleh tingginya lonjakan LH, kadar LH lebih tinggi dari pada normal tetapi tidak memperlihatkan androgen estrogen oleh folikel kelenjar adneral folikel anovolusi degenerasi dan membentuk kista (Corwin, 1999).
tumbuh tanpa pengaruh hormonal kista ini berukuran kecil ( ≤ 6 – 8 cm) dan biasanya
tanpa gejala ( Winkjosastro, 2005).
Kista karpus luteum disebabkan sekresi hormon progerterone kista ini dapat menyebabkan menstruasi tidak teratur atau menstruasi terlalu lama. Hal ini disertai dengan nyeri abdomen bawah dan pelvis (ilham,2008)
E. Manifestasi klinis
1. Gejala – gejala akibat kista ovarium dapat dijabarkan sebagai berikut. (Yatim,2008) gejala kista secara umum antara lain : Rasa nyeri yang menetap dirongga panggul disertai rasa agak gatal, rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri rongga panggul kalau tubuh bergerak, perut membesar, rasa nyeri timbul begitu siklus menstruasi selesai, perdarahan menstruasi tidak seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, mungkin lebih pendek atau tidak keluar darah menstruasi pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.
2. Menurut Winkjosastro, 2005.
a. Gejala akibat pertumbuhan dapat menimbulkan 1) Rasa berat di abdomen bagian bawah. 2) Mengganggu miksi atau defekasi.
3) Tekanan kista ovarium dapat menimbulkan obstipasi atau edema pada tingkat tungkai bawah.
b. Gejala akibat hormonal
c. Gejala akibat komplikasi 1) Perdarahan kedalam kista
Terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista yang menimbulkan gejala nyeri perut mendadak.
2) Putaran tungkai
Adanya putaran tungkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum infundibulepelvikum terhadap peritoneum dan ini menimbulkan rasa sakit karena vena lebih mudah tertekan dan terjadi pembendungan darah dan dapat terjadi robekan dinding kista, untuk itu perlu tindak lanjut.
3) Infeksi pada kista
Cenderung mengalami peradangan dan disusul penanahan. F. Pemeriksaan Penunjang
Metode – metode yang biasa dijadikan diagnosis yang tepat adalah : 1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat- sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus ovarium atau kandung kencing, apakah tumor lasik atau solid dan dapat dibedakan juga antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Fotorontgen
4. Parasentesis
Fungsi pada asitis berguna untuk menentukan sebab asites yang berguna untuk mencemarkan kavum peritonei isi kista bila dinding kista tertusuk
5. Pemeriksaan kadar HCG
Untuk menyisihkan ada tidaknya kehamilan 6. Pemeriksaan CS -125
Untuk mengetahui apakah terjadi proses keganasan pada kista. G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Penatalaksanann umum
Menurut Yatim, 2008.
a. Apabila kistanya kecil misal sebesar permen dan pada pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda – tanda keganasan biasanya dilakukan laparaskopi.
b. Apabila kistanya agak besar biasanya dilakukan laparatomi
c. Untuk polikistik ovarium biasanya dengan pengobatan oral yaitu pil KB
gabungan estrogen – progesteron untuk mengurangi ukuran besar kista.
Menurut Winkjosastro,2008.
1. Kista yang besarnya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm disebut kista folikel atau korpus luteum. Penanganannya adalah dengan pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium.
2. Jika kista berukuran besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo ooforektomi). 3. Jika terdapat keganasan dilakukan histerektomi dan salpingo ooforektomi
2. Penatalaksanaan Perawatan Pathways
Ovarium
Infeksi ovarium
Sekresi hormon progesteron meningkat HCG meningkat Hiperstimulasi ovarium degeneratif
Tidak terjadi ovulasi degeneratif pada kelenjar adrenal folikel Menurunnya ovulasi
Terbentuknya kista Pembesaran ovarium Operasi kistektomi Menahan organ sekitar
Post operasi Tekanan sel syaraf tumor
Ansietas Penurunan metabolisme
Peristaltik usus menurun Hipolisis
Absorbsi air dikolon Asam laktat meningkat Luka operasi Gangguan metabolisme Diskontunuitas jaringan
jaringan Port d’entri
Gambar 1.2 .Sumber : Winkjosastro 2005, Yatim 2009, Ilham 2008, Nanda 2013. Nyeri Akut
Konstipasi
Imobilisasi
Resiko infeksi
H. Konsep Infertilitas 1. Definisi
Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilkannya (Wiknjosastro,2005).
Infertilitas adalah istilah yang dipergunakan bagi seseorang yang mutlak tidak mungkin mendapat keturunan misalnya wanita aplasia atau pria tanpa testes.
Secara medis infertil dibagi menjadi dua jenis, yaitu : a. Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b. Infertile sekunder
Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun.
2. Etiologi
Infertilitas pada wanita a. Masalah vagina
Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat akan menyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai ke tuba yang dapat menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai organ reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Disfungsi seksual yang mencegah penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat asam, yang secara nyata dapat mengurangi daya hidup sperma ( Stright B, 2005 ).
b. Masalah serviks
Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi selama periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks kondusif bagi daya hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas dan peningkatan sekresi ( Stright B, 2005 ).
c. Masalah uterus
Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak dapat berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut antara lain polip endometrium, adenomiosis, mioma uterus atau leiomioma, bekas kuretase dan abortus septik. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi, pertumbuhan, nutrisi serta oksigenisasi janin ( Wiknjosastro, 2002 ).
d. Masalah tuba
terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau adhesi yang disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi (Hall et all. 1974 ). Infertilitas yang berhubungan dengan masalah tuba ini yang paling menonjol adalah adanya peningkatan insiden penyakit radang panggul ( pelvic inflammatory disease –PID). PID ini menyebabkan jaringan parut yang memblok kedua tuba fallopi.
e. Masalah ovarium
Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi hamil, ovumnya harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau implantasi ovum yang telah dibuahi. Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium polikistik, endometriosis, atau riwayat pembedahan yang mengganggu siklus ovarium. Dari perspektif psikologis, terdapat juga suatu korelasi antara hyperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress diantara pasangan yang mempengaruhi fungsi hormone ( Handersen C & Jones K, 2006 ).
I. Konsep Histerektomi
Jenis Histerektomi :
1. Histerektomi parsial (subtotal)
Histerektomi jenis ini kandungan diangkat tetapi mulut rahim (servik) tidak. 2. Histerektomi total
Mengangkat kandungan termasuk mulut rahim 3. Histerektomi dan salfingo ooforektomi bilateral
Pengangkatan uterus mulut rahim, kedua tuba fallopi dan kedua ovarium pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan seperti menopause.
4. Histerektomi radikal
Histerektomi diikuti dengan pengangkatan bagian bawah atas vagina serta jaringan dan kelenjar limfe disekitar kandungan.
J. Pengkajian
a. Pengumpulan Data 1. Identitas
a. Identitas klien
Nama , umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku, status perkawinan, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no RM dan alamat.
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan alamat. 2. Riwayat Kesehatatan
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Perjalanan penyakit klien sebelum, selama, perjalanan dan sesampainya dirumah sakit hingga saat dilakukan pengkajian tindakan yang dilakukan sebelumnya dan pengobatan yang didapat setelah masuk Rumah Sakit.
c. Riwayat Menstruasi
Kaji menarche, siklus mens, banyaknya haid yang keluar, keteraturan mens, lamanya, keluhan yang menyertai.
d. Riwayat Obstetri
Kali tanggal partus,jenis partus. e. Riwayat Keluarga Berencana
KB idien, jenis kontrasepsi yang digunakan sejak kapan. f. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan penyakit yang pernah dialami. g. Riwayat Pernikahan
Kali usia pernikahan,lamanya pernikahan. h. Riwayat Seksual
Kali usia pertama kali melakukan hub seks i. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang mempunyai penyakit yang sama. j. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari
1. Personal hygien.
2. Pola Makan
Kebiasaan makan dalam porsi makan, frekuensi, alergi atau tidak. 3. Pola Eliminasi
a. BAB
Kaji frekuensi, warna, bau, konsistensi atau keluhan saat BAB. b. BAK
Kaji freekuensi, warna, bau & keluhan saat berkemih. 4. Pola Aktivitas & Latihan
Kaji kegiatan dalam pekerjaan & kegiatan diwaktu luang sebelum selama di RS.
5. Pola Tidur & Istirahat
Kaji waktu, lama tidur per hari, kebiasaan saat tidur & kesulitan. k. Riwayat penggunaan zat
Kaji kebiasaan & lama penggunaan rokok. l. Riwayat Sosial Ekonomi
Kaji pendapatan perbulan, hubungan sosial & hubungan dalam keluarga. m. Riwayat Psiko Sosial dan Spiritual
1. Psikososial
Respon klien terhadap penyakit yang diderita saat ini. 2. Spiritual
3. Pemeriksaan Fisik
Kaji keadaan umum, kesadaran, BB dan tinggi badan , dan TTV a. Kepala
Keluhan pusing, warna rambut, keadaan dan kebersihan b. Mata
Kesimetrisan mata, warna konjungtiva, sklera kornea c. Hidung
Kesimetrisan, keadaan kebersihan , penciuman d. Mulut
Kelembaban mukosa bibir, keadaan gigi e. Telinga
kelainan bentuk, keadaan dan fungsi f. Leher
Kaji adanya pembengkakan, pembesaran kelenjar tiroid g. Daerah dada
Keluhan sesak, bentuk, nyeri dada auskultasi suara jantung, frekuensi nadi dan TD.
h. Abdomen
Kaji adanya massa pada abdomen , distensi, bising usus, nyeri tekan i. Genetalia eksterna
Pengeluaran sekret dan perdarahan , warna, bau keluhan gatal dan kebersihan j. Ekstremitas
4. Pemeriksaan penunjang
Pre op : kaji hemoglobin, pembekuan darah dan USG.
b.Analisa Data
Analisa data adalah mengkaitkan data, menghubungkan data dengan konsep, teori dan kenyataan yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah keperawatan klien.
c. Fokus intervensi Post operasi No Diagnosa
keperawatan
Perencanann
Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik ( insisi
pembedahan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam di RS diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil :
Indikator Awal Tujuan Nyeri
terkontrol
2 4
Ekspresi wajah rileks
3 4
Skala nyeri berkurang
2 4
TTV dbn 4 5
Keterangan : 1 : ekstrem 2: berat 3: sedang 4: ringan
5: tidak ada gangguan
- Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi nyeri, durasi , skala nyeri dan karakteristik nyeri
- Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamana n
- Ajarkan tekhnik relaksi non farmakologi yaitu tarik nafas dalam
- Berikan
lingkungan yang tenang dan nyaman
- Motivasi istirahat - Observasi ttv - Kolaborasi
pemberian analgetik 2 Resiko infeksi
berhubungn dengan prosedur
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1 x 7 jam di RS diharapkan resiko infeksi
- Observasi
infasif tidak terjadi dengan kriteria hasil :
Indikator Awal Tujuan Tidak
menunjukan tanda infeksi
2 4
Akral tidak teraba hangat
3 5
Leukosit Dbn
3 5
TTV dbn 4 5
Keterangan 1 : ekstrem 2 : berat 3 : sedang 4 : ringan
5 : tidak ada gangguan
- Tingkatkan intake cairan - Cuci tangan
sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
- Kaji warna kulit, turgor
- Motivasi pasien untuk istirahat - Berikan terapi
antibiotik sesuai program
3 Konstipasi berhubungan dengan
kelemahan otot abdomen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam di RS diharapkan pasien dapat defekasi dengan teratur (setiap hari) dengan kriteria hasil :
Indikator Awal Tujuan Defekasi
dapat dilakukan 1 kali sehari
2 5
Konsistensi feses lembut
2 5
Eliminasi feses tanpa perlu mengejan
2 5
Keterangan : 1 : ekstrem 2 : berat 3 : sedang 4 : ringan
5 : tidak ada gangguan
- Monitor tanda dan gejala konstipasi
- Monitor bising usus
- Monitor feses, frekuensi,
konsistensi, dan volume
- Anjurkan pasien untuk
mengkonsumsi makanan yang berserat
- Menyarankan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter jika sembelit / impaksi terus ada.