• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Lintiya Devi Yulinda BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Lintiya Devi Yulinda BAB I"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gejala kecemasan baik yang sifatnya akut maupun kronik (menahun) merupakan komponen utama bagi hampir semua gangguan kejiwaan (psychiatric disorder). Secara klinis gejala kecemasan dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder/GAD), gangguan panik (panic disorder), gangguan phobik (phobic disorder) dan gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder) (Hawari, 2001).

Perasaan cemas yang tidak segera ditangani secara cepat dapat berkembang menjadi kronik (berat) kemudian dapat memicu adanya ketegangan baik secara fisik maupun mental. Kemudian dapat berlanjut pada gangguan organ vital tubuh seperti jantung, ginjal hingga bisa menyebabkan kematian yang berkaitan dengan pola koping yang maladaptif dari keluarga pasien dalam menghadapi kecemasan dan perasaan stres yang mereka alami (Daniel, 2005).

(2)

penduduk, kira-kira satu dari empat individu di Amerika Serikat mengalami gangguan kecemasan setiap tahunnya. Gangguan kecemasan menghabiskan 46,6 milyar dolar Amerika Serikat pada tahun 1990 dalam biaya langsung dan tidak langsung, hampir 1/3 dari total biaya kesehatan jiwa Amerika Serikat sebesar 148 milyar dolar. Penduduk yang mengalami gangguan panik menghabiskan biaya besar untuk pelayanan kesehatan. Suatu survei menemukan bahwa seorang pasien yang mengalami serangan panik rata-rata melakukan 7 kali kunjungan medis dalam satu tahun. Kurang dari 25% penduduk yang mengalami gangguan panik mencari bantuan karena mereka tidak menyadari gejala fisik yang mereka alami (Basil, 2014).

Gejala kecemasan meliputi fisik, emosi dan kognitif. Gejala fisik meliputi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, susah tidur, mual dan muntah, kelelahan, telapak tangan berkeringat serta gemetar. Respon emosional meliputi rasa lelah, mudah tersinggung, merasa perlu bantuan, menangis dan depresi. Gejala kognitif meliputi ketidakmampuan berkonsentrasi , mudah lupa, tidak perhatian terhadap lingkungan (Schwartz 2000, dalam Purwaningsih 2010).

(3)

yang berlebihan akan menghambat proses penyembuhan dan menimbulkan trauma paska hosptalisasi. Hasil penelitian Sharon Mckincley di Royal North Shore Hospital menunjukkan pada saat penilaian kecemasan ada 35% mengalami cemas tingkat berat, 55% mengalami cemas tingkat sedang, dan 45% mengalami tingkat ringan (Mckincley, 2004).

Tindakan keperawatan untuk menangani masalah kecemasan pasien dapat berupa tindakan mandiri oleh perawat seperti tehnik relaksasi dan distraksi (Potter, 2005). Salah satu teknik distraksi yang digunakan untuk mengatasi kecemasan pada pasien adalah dengan mendengarkan musik klasik, karena teknik distraksi merupakan tindakan untuk mengalihkan perhatian. Sedangkan teknik relaksasi terutama latihan nafas dalam selama 3-4 kali sering dilakukan di rumah sakit dan dapat dilakukan dimana saja baik dengan posisi duduk atau berbaring dalam posisi yang menyenangkan sehingga dapat mengurangi kecemasan.

(4)

Terapi musik dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien yang dirawat diruang intensive unit. Pasien yang harus dirawat diruang intensive unit salah satunya mengalami stress dan kecemasan, karena pelaksanaan keperawatan yang dilakukan dan pola unit yang memiliki instrumen yang lebih canggih dalam memantau pasien secara memadai (Suhartini, 2008).

Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian di tahun 1996, Journal of the American Medical Association melaporkan tentang hasil-hasil suatu

studi terapi musik di Austin, Texas yang menemukan bahwa setengah dari ibu-ibu hamil yang mendengarkan musik selama kelahiran anaknya tidak membutuhkan anestesi. Rangsangan musik meningkatkan pelepasan endofrin dan ini menurunkan kebutuhan akan obat-obatan. Pelepasan tersebut memberikan pula suatu pengalihan perhatian dari rasa sakit dan dapat mengurangi kecemasan (Campbell, 2001 dalam Faradisi, 2012).

(5)

mengatakan merasa cemas. Hal ini ditunjukkan dengan keadaan pasien yang gelisah, tanda-tanda vital yang tidak stabil, tidak didampingi orang terdekat, pasien meringis, dan pasien menanyakan tentang penyakitnya. Pasien juga cemas dengan lingkungan yang baru beserta alat-alat yang berada di ruang tersebut maupun dengan tenaga medis. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Perbedaan efektifitas terapi musik klasik dan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien diruang High Care Unit (HCU) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto”.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan efektifitas Terapi musik klasik dan Relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien diruang High Care Unit (HCU) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto? ”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum.

(6)

2. Tujuan khusus.

a. Diketahui tingkat kecemasan pasien yang dirawat di ruang HCU sebelum diberikan terapi musik klasik.

b. Diketahui tingkat kecemasan pasien yang dirawat di ruang HCU sebelum diberikan relaksasi nafas dalam.

c. Diketahui tingkat kecemasan pasien yang dirawat di ruang HCU sesudah diberikan terapi musik klasik.

d. Diketahui tingkat kecemasan pasien yang dirawat di ruang HCU sesudah diberikan relaksasi nafas dalam.

e. Perbedaan efektifitas terapi musik klasik dan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien yang dirawat diruang HCU sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik dan relaksasi nafas dalam.

D. Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis

(7)

2. Manfaat keilmuan

a. Bermanfaat bagi ilmu keperawatan sebagai evident based practice khususnya bidang keperawatan kritis guna menanggulangi kecemasan yang sering di alami pasien saat dirawat di rumah sakit. b. Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk

menurunkan tingkat kecemasan yang di alami pasien saat di rawat dirumah sakit.

c. Hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai bahan bacaan dan sumber informasi bagi peneliti selanjutnya.

3. Manfaat bagi pasien/keluarga

Mengurangi dan menghilangkan dampak kecemasan yang dialami pasien selama menghadapi penyakitnya saat dirawat dirumah sakit dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Begitu juga bagi keluarga pasien yang mengharapkan kesembuhan pasien.

E. Penelitian terkait

(8)

adalah pasien fraktur ekstremitas di RSI Muhammadiyah Pekajangan. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Tehnik pengambilan data dengan cara observasi dan wawancara. Analisa data menggunakan uji t-dependent (paired sample t test). Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi musik diperoleh nilai t hitung sebesar 8,887 (p = 0,000 < 0,05). Artinya pemberian terapi musik efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien. Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi murotal diperoleh nilai t hitung sebesar 10,920 (p = 0,000 < 0,05), artinya pemberian terapi murotal efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien. Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi musik dan murotal diperoleh nilai t hitung sebesar 2,946 (p = 0,000 < 0,05), artinya pemberian terapi murotal lebih efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien dibandingkan dengan terapi musik.

Perbedaan penelitian ini adalah Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan terapi musik dan murrotal. Sedangkan peneliti menggunakan Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Peneliti menggunakan terapi musik dan relaksasi nafas dalam.

(9)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Novianti tahun 2013 dengan judul “Efektivitas mendengarkan bacaan al qur’an terhadap skor kecemasan pada lansia di shelter dongkelsari wukirsari cangkringan sleman Yogyakarta”.

Desain penelitian ini adalah Quasy experimental dengan pendekatan Pre-Post Test Design with Control Group. Sampel berjumlah 37 orang

lansia yang telah memenuhi kriteria subyek penelitian yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi 19 orang dan kelompok kontrol 18 orang. Alat ukur penelitian ini menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety dan analisa data menggunakan uji paired t-test

dan independent t-test. Hasil penelitian dengan uji paired t-test menunjukkan nilai signifikansi 0,005 (p<0,05) dan independent t test sebesar 0,002 (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa mendengarkan bacaan Al-Qur’an efektif dalam menurunkan skor kecemasan pada lansia.

Perbedaan penelitian ini adalah Alat pengukuruan menggunakan HRS-A. Penelitian ini menggunakan bacaan al qur’an. Analisa data menggunakan uji paired t-test dan independent t-test. Sedangkan peneliti menggunakan Alat pengukuran menggunakan FAS. Peneliti ini menggunakan terapi musik klasik. Analisa data menggunakan chi square.

(10)

3. Penelitian yang dilakukan oleh abdul ghofur dan eko purwoko, 2007 dengan judul “Pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I di pondok bersalin ngudi saras trikilan kali jambe sragen” tujuan peneliti ini adalah mengetahui pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan tingkat kecemasan pada pasien persalinan kala I. Sedangkan tujuan khususnya adalah : Pertama, diketahuinya gambaran teknik nafas dalam, yaitu nafas dengan irama pernafasan dalam pada pasien persalinan kala I. Kedua, diketahuinya karakteristik tingkat kecemasan pada pasien persalinan kala I. Penelitian menggunakan Desain penelitian ini adalah quasy eksperimen dalam satu kelompok (One- Group pre test-posttest), di

(11)

berumur 26-30 tahun, dan sebanyak 6 orang yang berumur 30-35 tahun. Berdasarkan pekerjaan yang paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga 7 responden (58,33%). Berdasarkan riwayat persalinan responden yang menjalani persalinan paling banyak yaitu persalinan multigravida sebanyak 7 responden (58,33%), sedangkan yang menjalani persalinan primigravida sebanyak 5 responden (42,33%). Berdasarkan riwayat persalinan, semua responden belum pernah ada yang melakukan persalinan dan ada juga yang sudah pernah melakukan persalinan. Berdasarkan umur responden, banyak pasien yang akan menjalani persalinan pada umur 20 – 25 tahun. Pasien yang berada pada umur tersebut banyak yang mengalami tingkat kecemasan berat yaitu sebanyak 3 responden (25 %), kecemasan dapat terjadi pada semua usia, tapi lebih banyak terjadi pada usia lebih dewasa. Sedangkan pada umur 26 – 30 lebih banyak mengalami tingkat kecemasan berat yaitu sebanyak 5 responden (42, 33%).dan pada umur 26 – 30 hanya 1 responden (8,33%) yang mengalami kecemasan sedang. Sedangkan pada umur yang lebih tua umur 31 – 35 tahun pada penelitian ini lebih mengalami kecemasan sedang sebanyak 2 reponden (16, 67%).

Perbedaan penelitian ini adalah Teknik sampling menggunakan total sampling. Sedangkan peneliti ini menggunakan Teknik sampling

(12)

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama ingin mengetahui pengaruh teknik nafas dalam, sama-sama diobservasi..

4. Penelitian yang dilakukan oleh wellem, 2012 dengan judul penelitian “Pengaruh orientasi terhadap tingkat kecemasan pasien yang di rawat di ruang internal RSUD kabupaten papua barat” Sebagian besar klien masuk tanpa persiapan dan tanpa perencanaan sebelumnya atau masuk ke Ruang interne dalam keadaan darurat. Tujuan peneliti ini mengetahui pengaruh orientasi terhadap tingkat kecemasan pasien yang dirawat di Ruang Interna RSUD Kabupaten Papua Barat. Penelitian menggunakan Desain penelitian ini adalah Pra-Eksperimen dalam satu kelompok (One- Group Pra-test-posttest Design), kelompok subyek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi. Pengujian sebab akibat dengan cara membandingkan hasil pra-test dengan post test. Besarnya sampel ditetapkan sejumlah 56 responden, tempat penelitian ruang interna RSUD Kabupaten Papua Barat dan di analisis statistik hasil kuesioner diskoring dan kemudian dilakukan pembandingan nilai antara sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan dengan uji statistic Wilcoxon Signed Rank Test dengan tingkat signifikansi 𝛼 <0.05 bila hasil analisis P<0.05 berarti Ho ditolak atau ada pengaruh orientasi terhadap tingkat kecemasan.

(13)

peneliti menggunakan pendekatan (pre-post test two group design). variabel bebas terapi musik klasik dan relaksasi nafas dalam.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama ingin mengetahui kecemasan, sama-sama diobservasi, variabel terikat tingkat kecemasan.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Ansoru Awaludin, 2013 dengan Judul penelitian “Efektifitas Pendampingan Orang Tua Untuk Mengurangi Kecemasan Anak Ketika Dilakukan Pemasangan Infus”. Tujuan peneliti ini mengetahui efektifitas pendampingan orang tua untuk mengurangi rasa cemas anak ketika dilakukan prosedur invasif pemasangan infus. Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan mengunakan rancangan penelitian case control.

(14)

Posisi responden dalam keluarga mayoritas adalah anak pertama yaitu sebanyak 33 orang (43,4%). Skor kecemasan tertinggi responden adalah 2 (sedang) sebanyak 28 orang (36,8%). Pendampingan orang tua efektif mengurangi kecemasan anak ketika dilakukan pemasangan infus pada anak usia prasekolah dan usia sekolah.

Perbedaan penelitian ini adalah desain observasional analitik dengan mengunakan rancangan penelitian case control. Sedangkan peneliti menggunakan desain pra-eksperimen dengan menggunakan rancangan penelitian pre-post test two group design.

Persamaan dengan penelitian ini sama-sama meneliti tentang kecemasan, variabel terikat tingkat kecemasan, alat ukur menggunakan FAS.

(15)

kecemasan yang dimodifikasi dari Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 46,7% responden mengalami kecemasan ringan, 51,1% mengalami kecemasan sedang, dan kecemasan berat 2,2% sebelum pelaksanaan pemberian informasi tentang persiapan operasi dengan pendekatan komunikasi terapeutik. Setelah pelaksanaan pasien pre operasi tingkat kecemasannya menjadi ringan 82,2%, tingkat kecemasan sedang 4,4%, dan yang menjadi tidak cemas sebesar 13,3%. Penelitian ini dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon menunjukkan bahwa pemberian informasi tentang persiapan operasi dengan pendekatan komunikasi terapeutik mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan

kecemasan pasien (p = 0,00o; α = 0,05 dan z = -5,858).

Perbedaan penelitian ini adalah menggunakan pendekatan one- group pre-post test design. Alat ukur menggunakan T-MAS. Sedangkan

peneliti menggunakan pendekatan pre-post test two group design. Alat ukur menggunakan FAS.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola makan, kadar gula darah, kolesterol, dan asam urat antara kelompok vegetarian dan non vegetarian di

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK &amp; MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Kirim list sniffer yang terhubung ke admin ELSEIF data berupa “sniffer” THEN. M emberitahu sniffer telah terhubung Status

Hasil yang berbeda nyata pada variabel jumlah badan buah terjadi karena pada sistem benebaran bibit secara dicampur akan memiliki jumlah titik tumbuh yang lebih

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak