BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tentang Hipertensi 1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dari arteri yang bersifat sistemik atau berlangsung terus menerus untuk jangka waktu lama. Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba melainkan melalui proses yang cukup lama. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol untuk periode tertentu akan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi yang permanen yang disebut hipertensi (Lingga,2012).
Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg atau nilai tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Menurut InaSH (Perhimpunan Hipertensi Indonesia), untuk menegakan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah kurang dari 160/100 mmHg (Garnadi,2012).
2. Klasifikasi Hipertensi
Sesuai JNC-VII 2003 (The Seventh Joint National Commite) on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi (Boestan, 2010)
JNC-VII Classificationof Blood Pressure For Adults Age 18 years and
older
Category Systolic (mmHg) Diastolic (mmHg)
Normal <120 <80
Prehypertention 120-139 80-89
Hypertention
Stage I 140-159 90-99
Stage II >160 >100
Menurut WHO (Wolrd Health Organization) , tekanan darah dianggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg. Sedangkan klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan tekanan diastolik (Martuti, 2009) dalam Nawangsari S & Fitria (2012), yaitu :
a. Hipertensi Derajat I, yaitu jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg b. Hipertensi Derajat II, yaitu jika tekanan diastoliknya 110-119
c. Hipertensi derajar III, yaitu jika tekanan diastoliknya lebih dari 120 mmHg
3. Penyebab Hipertensi
a. Hipertensi esensial atau primer menjadi penyebab utama mencapai 95% Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
b. Penyebab sekunder dari hipertensi yaitu 5%. Penyakit yang paling sering menjadi penybab hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal, penyakit endokrin, koartasio aorta, faktor kehamilan, penyakit saraf, obat-obatan.
1)Pendertia penyakit gagal ginjal biasanya membutuhkan perawatan tekanan darah tinggi. Tekanan darah yang tinggi pada pederita gagal ginjal disebabkan karena kegagalan ginjal dalam mengatur jumlah garam dan air dalam tubuh.
2)Penyakit endokrin menyebabkan hipertensi terutama hipertiroidisme, sindrom chusing, feokromositoma
3)Koartasio aorta merupakan penyempitan lokal aorta desenden, dekat lokasi duktus arterious dan biasanya setelah arteri subklavia kiri. Darah arteri memintas daerah obstruksi dan mencapai bagian bawah tubuh melalui pembuluh darah kolateral yang sangat membesar.
yang dapat menyebabkan hipertensi primer/esensial yaitu asupan natrium yang meningkat dan asupan kalium yang menurun, faktor genetik, stress psikologis, pengaturan abnormal terhadap norepineprin, dan hipersensitivitas. Sedangkan 7% disebabkan oleh kelainan ginjal atau hipertensi renalis dan 3% disebabkan oleh kelainan hormonal atau hipertensi hormonal dan penyebab lain (Arif Muttaqin, 2014).
4. Patofisiologi
Pada saat yang bersamaan, system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang. Hal ini mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi efineprin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainya untuk memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi menyababkan penurunan aliran ke ginjal dan memicu pelepasan renin. Pelepasan renin inilah yang merangsang pembentukan angiotensin I yang akan di ubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat yang nantinya akan merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormone aldosterone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume intra vascular. Semua factor ini dapat mencetus terjadinya hipertensi.
5. Tanda dan gejala
Penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemarahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang yang tekanan darahnya normal.
Hipertensi yang berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala seperti berikut :
a. Sakit kepala b. Kelelahan c. Mual
d. Gelisah/cemas e. Muntah f. Sesak nafas
6. Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi
Menurut Barlow, 2009 faktor risiko terjadinya hipertensi adalah: a. Faktor yang tidak dapat di ubah/di modifikasi
1) Riwayat Keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial, yaitu pada seseorang dengan riwayat hipertensi keluarga, beberapa gen mungkin beriteraksi dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Kecenderungan genetis yang membuat keluarga tertentu lebih rentan terhadap hipertensi mungkin berhubungan dengan peningkatan kadar natrium intraselular dan penurunan rasio kalsium-natrium. Klien dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada pada resiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.
2) Usia
3) Jenis Kelamin
Keseluruhan insiden, hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita sampai kira-kira 55 tahun. Risiko pada pria hampir sama antara usia 55 tahun dampai 74 tahun, kemudian setelah 74 tahun wanita lebih berisiko lebih besar.
4) Budaya
Angka kematian pada hipertensi orang dewasa, lebih rendah pada wanita kulit putih yaitu pada angka 4,7%, pria kulit putih 6,3%, pria kulit hitam 22,5%, dan yang paling tinggi adalah pada wanita berkulit hitam yaitu 29,3%. Alasan peningkatan pada kulit hitam tidak jelas, tetapi peningkatan ini dikaitkan dengan kadar renin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih tinggi terhadap vasopressin, tingginya asupan garam dan sters lingkungan yang lebih tinggi.
b. FaKtor yang dapat di ubah/di modifikasi 1) Diabetes
Hipertensi telah terbukti terjadi dua kali lipat pada klein dengan diabetes menurut beberapa studi penelitian terkini. Diabetes mempercepat arterosklerosis dan menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar.
2) Stress
tahanan vaskuler perifer dan kardiak output dan merangsang aktivitas sistem saraf simpatik, selanjutnya hipertensi dapat terjadi. Pada hipertensi primer peran stres belum jelas, tetapi bila sering dan berkelanjutan dapat menyebabkan hipertropi otot halus atau mempengaruhi jalur koordinasi pusat otak.
3) Obesitas
Kegemukan pada bagian tubuh atas dimana terjadi peningkatan jumlah lemak di pinggang, abdomen dapat dihubungkan dengan perkembangan hipertensi. Seseorang yang kelebihan berat badan pada daerah pantat, pinggul dan paha beresiko lebih rendah terjadi hipertensi sekunder.
4) Nutrisi
5) Penyalahgunaan Obat
Merokok, mengkonsumsi banyak alkohol, dan beberapa penggunaan obat terlarang merupakan faktor risiko pada hipertensi. Pada dosis tertentu nikotin dalam rokok setara obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung. Kejadian hipertensi juga tinggi pada orang yang minum 3 ons etanol perhari. Pengaruh dari kafein adalah kotroversial yang dapat meningkatkan tekan darah akut tetepi tidak menimbulkan efek yang berkelanjutan.
7. Manajemen Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu kondisi kronis dan menyebabkan komplikasi serius jika seseorang dengan hipertensi tidak dapat mengontrol tekanan darah, manajemen hipertensi terdiri dari 2 bagian utama, yaitu terapi farmakologis dan terapi komplementer salah satunya modifikasi gaya hidup.
a. Terapi farmakologis
Blocker, antagonis kalsium, dan vasodilator (Smeltzer & Bare, 2008 dalam Akhter, N;2010).
b. Modifikasi Gaya Hidup
Menurut JNC VII, modifikasi gaya hidup dianjurkan sebagai terapi definitive awal bagi beberapa klien. Modifikasi gaya hidup juga didorong dengan kuat sebagai terapi penunjang untuk semua klien dengan hipertensi yang menerima terapi farmakologis. Praktik gaya hidup yang berkenlanjutan, bersamaan dengan terapi farmakologis dapat mengurangi jumlah dan dosois antihipertensi yang diperlukan untuk mengatur keadaan.
1)Pengurangan Berat Badan
Kelebihan betat badan yang ditunjukan oleh index masa tubuh (BMI)-berat badan dalam kilogram dibagi tinggi Dalam meter persegi-27 atau lebih, sangat beruhubungan dengan naiknya tekanan darah. Pengaturan berat badan yang signifikan sulit bagi pasien obesitas. Berat badan menurunkan tekanan darah melalui bebeapa efek termasuk sensitivtas insulin (Kaplan, 2008 dalam Akhter,N; 2010).
2)Pembatasan natrium
terhadap 2 sampai 3 gram natrium dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah.
3)Olahraga
Program olahraga aerobik yang teratur dan adekuat untuk mencapai paling tidak kadar cukup kebugaran fisik memfasilitasi pengondisian kardiovaskuler. Tekanan darah dapat dikurangi dengan intensitas aktivitas fisik yang cukup serendah (40% sampai 60% dari konsumsi oksigen), seperti jalan cepat (sekitar 2,5 sampai 3 mph) selama 30 sampai 45 menit hampir setiap hari dalam seminggu.
4)Pembatasan alkohol
Buruknya kepatuhan pada terapi antihipertensi, serta sesekali terjadi hipertensi refraktori yang berhubungan dengan pengonsumsian alcohol lebih dari 1 ons perhari.
5)Menghentikan kebiasaan merokok
tidak berlaku efektif terhadap perokok yang mana hal tersebut berlaku sebaliknya bagi yang bukan perokok.
8. Pemeriksaan Penunjang Hiperetensi
Menurut Arif Mansjoer, pemeriksaan penunjang meliputi pemerikasaan laboratorium rutin yang dilakkan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL). Sebagai tambahan dapat dilakuakan pemeriksaan lain seperti klirens keratinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan elektrokardiografi.
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dalam darah dipakai untuk menilal fungsi ginjal. Kadar kreatinin serum lebih berarti dibandingkan dengan ureum sebagai indicator laju glomerulus (glomerular fibration rate) yang menunjukan derajat fungsi ginjal. Pemeriksaan yang lebih
tepat adalah pemeriksaan klirens atau yang lebih popular disebut creatinin clearance test (CTC). Pemeriksaan kalium dalam serum
dapatmembantu menyingkirkan kemungkinan aldosteronisme primer pada pasien hipertensi.
9. Komplikasi Hipertensi
a. Komplikasi pada otak
Tekanan darah yang terus menerus tinggi akan menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah yang disebut disfungsi endotel. Hal ini menyebabkan pembentukan plak arterosklerosis dan thrombosis (pembekuan darah yang berlebihan). Akhirnya, pembuluh darah tersumbat dan jika penyumbatan itu terjadi pada pembuluh darah otak dapat menyebabkan storoke.
b. Komplikasi pada mata
Komplikasi pada mata dapat menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat pula menimbulkan kebutaan.
c. Komplikasi pada jantung
1)Penyakit jantung coroner (PJK)
Selain pada otak, penyumbatan pembuluh darah juga dapat terjadi pada pembuluh darah coroner dan dapat menyebabkan PJK dan kerusakan otot jantung (infark jantung).
2)Gagal jantung
jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau edema. Kondisi seperti ini disebut gagal jantung.
d. Komplikasi pada ginjal
Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah pada ginjal mengkerut (vasokontriksi) sehingga menyebabkan aliran nutrisi ke ginjal terganggu dan mengakibatkan kematian sel-sel ginjal yang pada akhirnya terjadi gangguan fungsi ginjal.
B. Terapi Komplementer Untuk Hipertensi 1. Pengertian Terapi Komplementer
Terapi komplementer merupakan terapi tradisional yang digabungkan dengan terapi modern. Komplementer adalah terapi tradisional ke dalam pengobatan modern. Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan terapi holistic. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengitergasikan pikiran, badan dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et, al, 2008 dalam Widyatuti, 2010).
dimasyarakat atau budaya yang ada (Synder 7 Lindquis, 2008 dalam Widyatuti, 2010).
Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit ataupun rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup dengan menggunakan terapi nutrisi. Seseorang yang menerapkan nutrisi sehat, seimbang, mengandung berbagai unsur akan meningkatkan kesehatan tubuh. intervensi kesehatan ini berkembang di tingkat pencegahan primer, sekunder, tersier dan dapat dilakukan di tingkat individu manapun kelompok misalnya untuk strategi simulative imajinatif dan kreatif.
Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat selain dapat meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah. Terapi komplementer terutama akan dirasakan lebih murah bila klien dengan penyakit kronis yang harus rutin mengeluarkan dana. Pengalalman klien yang awalnya menggunakan terapi modern menunjukan bahwa biaya membeli obat berkurang 200-300 dolar dalam beberapa bulan setelah menggunakan teapi komplementer (Nezabudkin, 2009 dalam Widyatuti, 2010). 2. Macam terapi komplementer
Nattional Center for Complementery/Alternative Medicine
a. Mind Body Therapi
Yaitu memberikan intervensi dengan berbagai teknik untuk memfasilitasi kapasitas berfikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh misalnya perumpamaan (imagery), yoga, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, thai chi, dan terapi seni.
b. Alternative system pelayanan
Merupakan system pelayanan kesehatan yang mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis berbeda dari barat misalnya pengobatan tradisional Cina, Ayurvedia, pengobatan asli Amerika, cudarismo, homeophaty, naturophaty.
c. Terapi Biologis
Yaitu terpai natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya, misalnya herbal dan makanan.
d. Terapi manipulatif
Terapi ini didasari oleh manipulasi dan pergerakan tubuh, missal pengobatan kiropraksi, macam-macam pijat, rolfing, terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.
e. Terapi energy
Klasifikasi lain menurut Smith, 2009 meliputi gaya hidup (pengobatan holistic, nutrisi), botanikal (homeopati, herbal, aromaterapi), manipulative (kiropraktik, akupresure, akupuntur, refleksi, massage), mind-body terapi (meditasi, guided imagery, biofeedback, color
healing, hipnoterapi).
3. Tomat sebagai terapi modifikasi untuk hipertensi a. Pengertian tomat
Buah tomat (Solanum Lycopersicum) berasal dari Amerika tropis, ditanam sebagai tanaman buah diladang, pekarangan, atau ditemukan liar pada ketinggian 1-6000 m dpl. Tanaman ini tidak tahan hujan, sinar matahari terik, serta menghendaki tanah yang subur dan gembur (Dalimartha, 2010). Tanaman tomat tergolong tanaman musiman (annual). Artinya, tanaman yang berumur pendek yang hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Tanaman tomat merupakan tanaman perdu atau semak yang menjalar pada permukaan tanah dengan panjang mencapai ±dua meter (Firmanto, 2011 dalam AS Kurnia, 2016).
dan sayuran, buah yang digunakan sebagai terapi adalah buah tomat (Paran et al, 2010 dalam AS Kurnia, 2016).
b. Macam-macam jenis tomat
Buah tomat memiliki keanekaragaman jenis. Namun, akhir-akhir ini sedang dikembangkan jenis baru dibeberapa Negara bekembang untuk mendapatkan buah tomat dengan kualitas dan flavour yang baik. Ada 5 jenis buah tomat berdasarkan bentuk buahnya (AS Kurnia, 2016) :
1) Tomat biasa (L. Commune) yang banyak ditemui dipasar-pasar local.
2) Tomat apel atau pir (L. pyriporme) yang buahnya berbentuk bulat dan sedikit keras menyerupai buah pir atau apel. Tomat jenis ini juga banyak ditemui dipasar local.
3) Tomat kentang (L. Grandifolium) yang ukuran buahnya lebih besar dibandingkan dengan tomat apel.
4) Tomat gondola (L. Validum) yang bentuknya lonjong, teksturnya keras dan berkulit tebal.
5) Tomat ceri (L. Esculentum var cerasiforme) yang bentuknya bulat, kecil-kecil dan rasanyacukup manis.
c. Kandungan dan manfaat tomat
trigonelin, kolin, tomatin, mineral (Ca, Mg P, K, Na, Fe, sulfur, klorin), vitamin (B1, B2, B6, C, E, niasin), histamine, dan likopen (Dalimartha, 2010).
Tomat mengandung sejumlah besar asam sitrat, yang akan bereaksi basa ketika masuk ke dalam aliran darah dan membantu metabolisme tubuh. Tomat mempunyai tipe karoten jenis likopen yang berfungsi sebagai anti-kanker (Bangun, 2008). Lycopene yang terkandung dalam tomat meliliki kadar potassium yang tinggi, vitamin B6 dan fosfor yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk mengurangi homosistein didalam tubuh. jika konsentrasi homosistein dalam pembuluh darah tinggi maka sangat beresiko terhadap rusaknya pembuluh darah, dan dapat menimbulkan penyakit kardiovaskuler seperti tekanan darah tinggi, jantung, arterosklerosis dan stroke (Bangun, 2008).
membutukan kurang lebih 18 minggu untuk menurunkan tekanan darah secara maksimal (AP Lestari, 2012).
Buah tomat alami mengandung antioksidan untuk terapi menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic pada pasien hipertensi, sari buah berisi karotin seperti lycopene, beta karotin dan vitamin E yang dikenal sebagai antioksidan. Mengkonsumsi buah tomat terbukti dapat menurunkan tekanan darah 5mmHg sampai dengan 10 mmHg (Tabassum & Ahmad, 2011).
Tabel 2.3 Kandungan nutrisi dalam setiap 100 gr tomat
No Kandungan Gizi Jumlah
1. Lutein dan zeaxanthin Thiamin (vitamin B1) Niacin (vitamin B3)
14.
Menurut Aiska & Chandra (2014) bahwa dengan mengkonsumsi jus tomat dengan atau tanpa kulit secara rutin selama 7 hari dapat menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Panti Wreda Kota Semarang.
d. Tata Cara Pembuatan dan Pemakaian
Sebagai pedoman dalam mengonsumsi buah-buahan alami atau dalam memakai dan memanfaatkan terapi jus dan ramuan tradisional hedaknya diperhatikan tata cara pembuatan dan pemakaianya:
1) Sebelum dibuat menjadi jus atau ramuan, cuci semua bahan hingga bersih kecuali bahan-bahan yang kering.
2) Tomat ditimbang sebanyak 150 gram
4) Tomat yang sudah dipotong ditambah dengan 50 ml air kemudian diblender selama 2 menit