• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Dan Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Layang (Decapterus Sp) Hasil Tangkapan Di Perairan Dalam Dan Luar Teluk Bara Kabupaten Buru Maluku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pertumbuhan Dan Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Layang (Decapterus Sp) Hasil Tangkapan Di Perairan Dalam Dan Luar Teluk Bara Kabupaten Buru Maluku"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 13 No. 2: 310-317

Oktober 2020 Peer-Reviewed

URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/

DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.310-317

Pertumbuhan Dan Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Layang

(

Decapterus

Sp) Hasil Tangkapan Di Perairan Dalam Dan Luar Teluk

Bara Kabupaten Buru – Maluku

(

Growth And Distribution Of Frequency Long Fish (Decapterus Sp)

Catching Products In Iner And Outside Waters Of Bara Buru District -

Maluku

)

Abdussabar Polanunu1, Samsia Umasugi2 dan M. Chairul Basrun Umanailo3

1,2 Dosen pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Iqra Buru Jl. Prof Abd. Rahman Basalamah, Namlea-Indonesia, Email : dushrizal@gamil.com; samsiaumasugi@gmail.com

3 Dosen pada Fakultas Pertanian danKehutanan Universitas Iqra Buru Jl. Prof Abd. Rahman Basalamah, Namlea-Indonesia, Email : chairulbasrun@gmail.com

Info Artikel: Diterima: 24 Okt. 2020 Disetujui: 05 Nov. 2020 Dipublikasi: 06 Nov. 2020

Artikel Penelitian Keyword:

Outside the bay, in the bay, fish length ditribusion, Decapterus. sp, Bara bay

Korespondensi: Abdussabar Polanunu, Universitas Iqra Buru, Namlea-Indonesia

Email : dushrizal@gamil.com

Copyright© Oktober 2020 AGRIKAN

Abstrak Perairan Teluk Bara sebagai salah satu daerah penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Buru memiliki potensi yang cukup besar. Upaya penangkapan yang dilakukan nelayan kecil dengan menggunakan alat tangkap tradisional seperti jaring insang (Gillnet) d an pancing ulur (long line) telah mengalami perubahan seiring perkembangan teknologi penangkapan sehingga dibutuhkan kajian terkait standing stock dan dianmika populasi sumberdaya ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan pola sebaran frekuensi panjang ikan Layang (Decapterus sp) serta membandingkan ukuran panjang tubuh ikan hasil tangkapan di Luar Teluk dan di Dalam Teluk Bara. Hasil penelitian menggambarkan sebaran frekuensi panjang tubuh ikan Layang (Decapterus sp) tertinggi terdapat di Luar Teluk pada ukuran 208 – 218 mm, dan lokasi di Dalam Teluk pada ukuran panjang 168 – 179 mm. Pola pertumbuhan ikan Layang (Decapterus sp) pada kedua lokasi tangkapan (Luar Teluk dan Dalam Teluk) bersifat allometrik negatif artinya pertumbuhan panjang lebih cepat dari pertumbuhan berat. Hubungan antara panjang dan berat ikan sangat kuat dengan nilai R = 0,995 pada lokasi tangkapan di Luar Teluk dan nilai R = 0,983 pada lokasi tangkapan di Dalam Teluk. Terdapat perbedaan ukuran panjang ikan Layang (Decapterus sp) hasil tangkapan di Luar Teluk dan di Dalam Teluk dengan nilai signifikan P<0.05 dimana ukuran panjang rata-rata ikan Layang (Decapterus sp) di Luar Teluk lebih besar (215,876 mm) dari ukuran panjang rata-rata Layang (Decapterus sp) di Dalam Teluk (193,661 mm).

Abstract. The waters of Bara Bay as one of the small pelagic fishing areas in Buru Regency have considerable potential. Fishing efforts carried out by small fishermen using traditional fishing gear such as gill nets and long line have changed along with the development of fishing technology so that studies are needed related to standing stock and the dynamics of fish resource populations. This study aims to determine the growth and frequency distribution patterns of Layang fish (Decapterus sp) and to compare body lengths of fish caught outside the bay and in the bay of Bara. The result study showed that the highest frequency distribution of Layang (Decapterus sp) fish was outside the bay at 208 - 218 mm, and the location in the bay was 168 - 179 mm in length. The growth pattern of Layang fish (Decapterus sp) at both catchment locations (Outside Bay and in the bay) is negative allometric meaning that the length growth is faster than the weight growth. The relationship between fish length and weight was very strong with value R = 0.995 at the Outside Bay catchment area and an R = 0.983 value at the Inside Bay catchment location. There is a difference in the length of the Layang fish (Decapterus sp) caught outside the bay and inside the bay with a significant value of P <0.05 where the average length of the Layang fish (Decapterus sp) outside the Bay is greater (215.876 mm) than the average length of Layang fish (Decapterus sp) in the inside Bay (193.661 mm).

I. PENDAHULUAN

Perairan Indonesia merupakan perairan tropis memiliki banyak potensi sumberdaya hayati yang tersebar di wilayah pesisir maupun laut lepas dan pada perairan dasar maupun perairan permukaan. Setiap wilayah memiliki karakterestik sumberdaya hayatinya masing-masing. Wilayah perairan pesisir merupakan kawasan transisi

antara daratan dan lautan memiliki arti dan peran strategis karena mengandung sumberdaya hayati dan nonhayati yang melimpah. Perairan teluk Bara terletak pada posisi utara barat dari pulau

Buru Kabupaten Buru Provinsi Maluku

berhubungan dengan Laut Seram dan laut Maluku. Perairan teluk Bara merupakan daerah tangkapan ikan pelagis kecil bagi masyarakat

(2)

311

nelayan di kabupaten Buru. Hasil tangkapan ikan

nelayan dipasarkan ke Namlea (ibukota

Kabupaten Buru) dan sebagian dijual ke

perusahaan cold storage untuk komoditas ekspor.

Ikan layang (Decapterus sp) merupakan salah satu

komoditas perikanan pelagis kecil yang penting di

Indonesia. Ikan yang tergolong suku Carangidae

ini biasa hidup bergerombol. Ukurannya sekitar 15 cm meskipun ada pula yang mencapai 25 cm

(Nontji, 2002). Ikan layang (Decapterus sp)

termasuk ikan yang memiliki kemampuan bergerak cepat di air laut karena bentuk tubuhnya seperti cerutu dan sisiknya sangat halus, (Genisa 1998). Ikan layang memiliki dua sirip punggung

(dorsal), dorsal 1 memiliki 8 jari-jari keras dan

dorsal 2 memiliki 1 jari keras dengan 8-9 jari-jari lunak. Sirip dubur (anal) memiliki 3 jari-jari keras dengan 22-25 jari-jari lunak. Tubuh ikan layang memiliki warna hijau kebiruan di daerah atas dan keperakan di daerah bawah, oper culum memiliki bintik hitam kecil, insang dilindungi oleh membran halus. Ikan ini bergerak dalam

bentuk bergrombol. Menurut Shaw dalam

Gunarso (1985) pengelompokan atau schoal

merupakan gejala biososial yang elemen-elemen penyebabnya merupakan suatu pendekatan yang

bersifat timbal balik. Bagi ikan hidup

bergerombol dapat memberikan kesempatan yang lebih besar untuk menyelamatkan diri dari

predator dan bagi beberapa jenis ikan

bergerombol dapat memberikan stress yang lebih kecil dari pada yang hidup sendiri (Royce, 1972).

Ciri lain dari ikan layang yaitu dibelakang sirip punggung ke 2 dengan sirip dubur terdapat 1 jari-jari sirip tambahan (finflet). Tubuhnya berwarna biru kehijauan, warna hijau berkurang ke arah atas dan putihperak pada bagian bawah, (Saanin, 1984). Klasifikasi ikan layang menurut Saanin (1984) sebagai berikut:

Phyllum: Chordata

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Divisi : Perciformes

Sub divisi : Carangi

Family : Carangidae

Genus : Decapterus

Spesies : Decapterus sp

Upaya penangkapan yang dilakukan oleh nelayan terhadap ikan laying di perairan teluk Bara dan sekitarnya sebagian besar menggunakan

alat tangkap tradisional seperti pancing ulur (long

line). Saat ini sudah digunakan alat tangkap dari jenis purse seine oleh kelompok nelayan.

Penangkapan menggunakan purse seine

membutuhkan alat bantu penangkapan berupa rumpon yang ditempatkan di dalam teluk dan di luar teluk Bara. Seiring perkembangan teknologi penangkapan, daerah penangkapan juga semakin luas sehingga dibutuhkan kajian-kajian terkait

standingstock dan dinamika populasi sumberdaya

ikan. Seharusnya dalam manajemen pengelolaan perikanan yang baik selalu didasarkan pada hasil-hasil penelitian agar upaya penangkapan tidak

melampaui Maksimum Sustainable Yield (MSY)

sehingga pengelolaan penangkapan berkelanjutan

dapat terwujud. Pengelolaan perikanan

berkelanjutan dapat menjamin kelangsungan usaha di bidang perikanan yang memberikan efek

domino (player efek) bagi peningkatan

kesejahteraan nelayan kecil. Sumberdaya ikan yang potensial ini membutuhkan pengelolaan yang terukur dan tertanggung jawab agar tidak

mengalami tangkap lebih (over eksploited)

sehingga diharapkan kelestarian sumberdaya tetap

terjaga dengan baik. Pengelolaan potensi

perikanan lestari di suatu daerah penangkapan membutuhkan kajian dari berbagai aspek baik

aspek sumberdaya, teknologi pemanfaatan

maupun aspek ekonomi. Salah satu kajian

sumberdaya yang sangat prinsip adalah

mengetahui sebaran frekuensi panjang untuk menentukan kelompok umur, tingkat kematangan gonad (TKG) untuk mengetahui waktu pertama kali memijah dan aspek biologi lainnya. Semua informasi ini sangat berguna dalam manajemen pengelolaan perikanan. Sangat sedikit informasi yang diketahui tentang migrasi ikan layang, tetapi ada kecenderungan bahwa pada siang hari geromboloan ikan bergerak ke lapisan air yang lebih dalam dan pada malam hari gerombolan ikan bergerak ke lapisan atas perairan. Dilaporkan bahwa ikan ini banyak di jumpai pada kedalaman

45 – 100 meter (Hardenberg dalam Sunarjo, 1990).

Di perairan Indonesia terdapat lima jenis

ikan layang (Decapterus spp) yakni : Decapterus

kurroides, D. russelli, Decapterus macrosoma. D.

macarellus dan D. maruadsi, (FAO 1974). Dari

kelima jenis ini hanya Decapterus russelli yang

mempunyai daerah sebaran yang luas di Indonesia, sedangkan di perairan laut Jawa

terdapat dua spesies yaitu Decapterus macrosoma

dan Decapterusrusselli (Widodo, 1988).

Beberapa Informasi terkait dinamika

(3)

312

Teluk Bara dan sekitarnya akan disajikan dalam tulisan ini diantaranya Pola sebaran frekuensi, hubungan panjang dan berat ikan, Faktor Kondisi dan Perbedaan ukuran antara hasil tangkapan ikan di luar Teluk dan di dalam Teluk.

II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2020. Lokasi penelitian terletak di Teluk Bara Kecamatan Aer Buaya dan Desa Wamlana Kecamatan Fenalisela Kabupaten Buru Provinsi Maluku. Secara geografis Teluk Bara berada pada posisi 3o.06’,25” LS dan 126o. 10’,07”

BT dan Desa Wamlana 3o.04’,08” LS dan 126o.

31’,40” BT . ( Gambar 1).

Gambar 1: Peta Lokasi Penelitian

2.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei yaitu pengukuran sampel dilakukan langsung di lapangan. Sampel ikan yang sudah dikumpulkan kemudian diukur panjang dan beratnya berdasarkan lokasi masing-masing. Untuk mendapatkan data morfometrik dan frekuensi panjang ikan, pengambilan sampel dilakukan setiap 3 minggu selama selama 3 bulan atau tiga kali. Sampel diambil langsung dari kapal yang melakukan penangkapan di perairan dalam teluk Bara dan di luar teluk Bara. Setiap kali pengambilan sampel untuk masing-masing lokasi penangkapan sebesar 70 ekor, sehingga total sampel per lokasi penangkapan masing-masing 210 ekor. Data yang sudah dikumpulkan kemudian ditabulasi guna memudahkan proses analisis.

2.3. Analisis Data

2.3.1. Analisis Hubungan Panjang Berat

Data yang sudah ditabulasi kemudian dianalisis hubungan panjang berat ikan. Panjang

ikan dikonversi ke dalam berat dengan

menggunakan fungsi berpangkat menurut Pauly (1984) : Froese (2006) dalam Sasmita et.al., (2018)

yaitu : . Selanjutnya menurut Jennings

et. al., 2001 dalam Wujdi, et. al., 2012 data tersebut di atas dilakukan transformasi ke dalam persamaan linier atau garis lurus dengan

melogaritmakan persamaan tersebut guna

memudahkan perhitungan sehingga bentuk

persamaan menjadi : Log W = Log a + b Log L. Nilai b adalah nilai yang harus cocok dengan panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan. Hubungan panjang berat ikan dihitung dengan menggunakan rumus regresi linier sebagai berikut: Y = a + bx, Nilai b pada persamaan hubungan panjang berat menunjukkan tipe pertumbuhan ikan. Jikan nilai b = 3 berati pertumbuhan berat ikan simbang denagan

penambahan panjangnya. Jika nilai b ≠ 3 maka

pertumbuhan disebut allometrik. Untuk menguji

apakah nilai b sama atau tidak sama dengan 3, diuji dengan menggunakan uji t. uji t digunakan untuk menguji pertambahan panjang (hukum

kubik) dimana b = 3 (μo).

Sebaran Frekuensi Panjang

Untuk menganalisis sebaran frekuensi panjang menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menentukan nilai maksimum dan nilai

minimum dari seluruh data panjang total ikan

layang (Decapterus spp).

2. Menentukan jumlah kelas sebanyak 12

dengan interval 15mm.

3. Menentukan limit bawah kelas bagi selang

kelas yang pertama dan kemudian limit atas kelasnya. Limit atas didapatkan dengan cara menambahkan lebar kelas pada limit bawah kelas.

4. Mendaftarkan semua limit kelas untuk setiap

selang kelas.

5. Menentukan nilai tengah kelas bagi

masing-masing kelas dengan merata-ratakan limit kelas.

6. Menentukan frekuensi bagimasing-masing

kelas

Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam masing-masing selang kelas, diplotkan dalam sebuah grafik untuk melihat jumlah distribusi normalnya. Dari grafik tersebut

dapat terlihat jumlah puncak yang

menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada.

(4)

313 2.3.2. Analisis Faktor Kondisi (K)

Faktor Kondisi dihitung dengan

membandingkan bobot rata-rata ikan dengan bobot prediksi yang diperoleh dari parameter perhitungan panjang bobot secara umum. Untuk mendapatkan faktor kondisi (K) yaitu yang dengan menggunakan rumus (Effendie,2002); King (2007) dalam Nugroho et. al (2018) : dimana K adalan Faktor Kondisi.

Perhitungan Faktor Kondisi menggunakan formula berikut: log W = log a+ b log L. Harga b adalah harga pangkat yang harus cocok dengan panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan.

Apabila dalam perhitungan harga b = 3 , maka

rumus yang digunakan :

Jika nilai b kurang dari 3 menunjukan keadaan ikan yang kurus, dimana pertumbuhan

panjangnya lebih cepat dari pertambahan

beratnya. Kalau nilai b lebih dari 3 menunjukan ikan tersebut montok, pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjangnya maka rumus

yang digunakan adalah

Nilai praktis yang didapat dari perhitungan panjang berat ini dapat digunakan untuk menduga

berat dan panjang ikan atau sebaliknya,

keterangan tentang ikan mengenai pertumbuhan kemontokan dan perubahan dari lingkungan. Model allometric linear (LAM) di gunakan untuk

menghitung parameter a dan b melalui

pengukuran perubahan berat dan panjang. Koreksi bias pada perubahan berat rata-rata dari unit logaritma digunakan untuk memprediksi berat pada parameter panjang sesuai dengan

persamaan allometric berikut, berdasarkan

(DeRobertis & William, 2008 dalam Mulfizar et. al., 2012): W = a Lb

Dimana W adalah berat ikan (gr), L adalah panjang total ikan (mm), a dan b adalah parameter.

Untuk mempermudah perhitungan, maka

persamaan di atas dikonversi ke dalam bentuk logaritma (Jennings et al.,2001) dalam Wujdi A.,

et al 2012) sehingga menjadi persamaan linear

dengan menggunakan persamaan berikut: logW= log a + b logL.

2.3.3. Perbedaan Ukuran Hasil Tangkapan di Luar dan di Dalam Teluk.

Untuk melihat perbedaan ukuran panjang

tubuh ikan Layang (Decapterus sp) hasil

tangkapan di Luar Teluk dan di dalam teluk Bara dilakukan uji beda dengan menggunakan uji Mann-Whitney U.

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Layang

(Decapterus. sp)

Hasil perhitungan frekuensi panjang ikan

Layang (Decapterus sp) di luar Teluk dan di

Dalam Teluk dari sampel yang diambil selama tiga bulan dengan jumlah sampel masing-masing 210 ekor dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini:

Gambar 2. Distribusi Frekuensi Panjang Tubuh Ikan di Luar Teluk Bara

Gambar 3. Distribusi Frekuensi Panjang Tubuh Ikan di Dalam Teluk Bara

Dari grafik gambar 2 di atas

menggambarkan bahwa distribusi frekuensi

panjang tubuh ikan Layang (Decapterus sp) terdiri

dari 9 kelompok (kohor) dengan frekuensi

tertinggi pada ukuran panjang ikan 208 – 218 mm

pada lokasi di Luar Teluk. Sedangkan pada grafik gambar 3 juga terdiri dari 9 kohor dengan

frekuaensi panjang tubuh ikan Layang (Decapterus

sp) tertinggi dicapai pada ukuran 168–179 mm.

Distribusi frekuensi panjang ikan Layang

(Decapterus sp) pada lokasi di luar teluk

memperlihatkan bahwa sebaran ukuran panjang ikan yang tertangkap adalah ukuran ikan pada saat pertama kali matang gonad yaitu 166 mm (Apriliyanti, 2000). Hal ini menunjukan bahwa ketika ikan pada ukuran tersebut akan melakukan

(5)

314

migrasi untuk memijah yang ditandai dengan semakin menurunnya frekuensi panjang pada

selang 218 – 238 mm, kemudian frekuensi panjang

stagnan pada ukuran 238 – 267mm. Sedangkan

distribusi frekuensi panjang ikan Layang

(Decapterus sp) pada lokasi di dalam teluk

didominasi oleh ikan berukuran kecil yaitu < 180 mm serta frekuensi panjang ikan semakin menurun seiring dengan bertambahnya panjang tubuh ikan. Hal ini menggambarkan bahwa ikan

Layang (Decapterus sp) yang tertangkap di dalam

teluk didominasi oleh ikan sedang hingga kecil. Ikan-ikan yang beranjak dewasa bermigrasi ke luar teluk atau laut dalam. Ukuran ikan Layang

(Decapterus. sp) umumnya 250 mm dan dapat

mencapai maksimum 400 mm (Randongkir et.al 2018). Analisis panjang-berat ikan sangat penting dilakukan untuk mengetahui kondisi biologi ikan dan stok ikan agar mudah dilakukan manajemen keberlangsungan biodiversitas ikan, (Rosli dan Isa,2012 dalam Nurhayati et.al, 2016).

3.2. Perbedaan Ukuran Panjang Ikan Layang

(Decapterus sp) Luar Teluk dan Dalam Teluk

Bara.

Hasil analisis dengan menggunakan uji Mann Whitney U terbukti bahwa ada perbedaan ukuran panjang tubuh ikan sangat signifikan (p < 0.05) antara panjang tubuh ikan yang terangkap di Luar Teluk dan di Dalam Teluk. Ukuran panjang

ikan Layang (Decapterus. sp) yang tertangkap di

Luar Teluk Bara lebih besar dari ukuran panjang ikan Layang (Decapterus sp) yang tertangkap di Dalam Teluk Bara. Panjang rata-rata ikan Layang yang tertangkap di Luar Teluk Bara adalah 215,876 mm dan di Dalam Teluk Bara 193,661mm

Terjadinya perbedaan ukuran karena

perbedaan lokasi diduga karena adanya perbedaan kondisi lingkungan berupa parameter oseanografi, ketersediaan makanan dan faktor biologis dari ikan. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh C Sirke (1980) dalam Faizah dan Anggawangsa (2019) bahwa perbedaan nilai parameter pertumbuhan dari ikan yang sama pada lokasi berbeda dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, suhu perairan, oksigen terlarut ukuran ikan dan kematangan gonad. Sejalan dengan Nicolsky

(1963) dalam Rahmawati (2006) bahwa perbedaan

pola pertumbuhan yang terjadi dari satu spesies ikan yang hidup di habitat berbeda tergantung pada kondisi lingkungan organisme tersebut hidup, serta tersedianya makanan yang dapat dimanfaatkan utnuk menunjang kelangsungan

hidup dan pertumbuhan dari organisme ikan tersebut.

Makanan sebagai penunjang pertumbuhan organisme termasuk ikan juga dikemukakan oleh

Nikolsky (1963) dalam Sasmito et al., (2016) bahwa

lingkungan perairan sangat terbatas oleh

kelimpahan makanan. Kelimpahan makanan sebagai factor penting dalam perairan akan mempengaruhi pertumbuhan ikan.

Selain faktor kondisi lingkungan dan

ketersediaan makanan faktor lain juga

mempengaruhi perbedaan ukuran satu populasi yang sama pada lokasi berbeda yaitu terjadi penambahan kelompok ikan yang lain kedalam

satu kelompok tertentu, sebagaimana di

ungkapkan oleh Dahlan, dkk (2016) bahwa perbedaan jumlah dan ukuran ikan dalam populasi di perairan dalam suatu populasi dapat disebabkan oleh, pola pertumbuhan, migrasi dan adanya perubahan atau pertambahan ikan baru pada suatu populasi yang sudah ada. Secara biologi menurut (Romimuhtarto dan Juwana, 2001); (Prihartini, 2000) bahwa ikan layang merupakan plankton feeder atau pemakan plankton kasar yang terdiri dari organisme pelagis

yang komposisinya berbeda seperti coppepoda,

diatomae dan larva ikan. Sumberdaya tersebut

bersifat multi species yang saling berinteraksi satu sama lain secara biologis ataupun secara

teknologis melalui persaingan (competition) dan

antar hubungan pemangsaan (predatory

relationship). Secara ekologis sebagian besar

populasi ikan pelagis kecil termasuk ikan layang menghuni habitat yang relatif sama yaitu di permukaan dan membuat gerombolan di perairan lepas pantai, daerah-daerah pantai dan laut dalam dengan kadar garam tinggi dan sering tertangkap secara bersama.

3.3. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Layang

(Decapterus sp)

Pertumbuhan ikan Layang (Decapterus sp)

dapat diketahui melalui analisis hubungan

panjang dan berat dari ikan. Pendugaan

pertumbuhan ikan Layang di Luar dan di Teluk Bara dilakukan dengan menganalisis sampel ikan hasil tangkapan dari kedua lokasi tersebut yang diambil selama tiga bulan dapat dilihat pada grfik berikut:

(6)

315

Gambar 4. Hubungan Panjang Berat Ikan Layang

(Decapterus sp) Luar Teluk Bara

Gambar 5. Hubungan Panjang Berat Ikan Layang

(Decapterus sp) Dalam Teluk Bara

Garfik hubungan panjang dan berat ikan

Layang (Decapterus sp) hasil tangkapan nelayan

pada lokasi Luar Teluk Bara dan lokasi Dalam Teluk Bara, keduanya menggambarkan kondisi linier yang memenuhi persamaan W = -3.550 + 2.437X, dengan nilai korelasi 0.995 dan koefisien

determinasi (R2) = 0.991 untuk lokasi di Luar

Teluk. Sedangkan untuk lokasi Dalam Teluk memenuhi persamaan W = -4.766 + 2.960X dengan nilai korelasi yang kuat yaitu 0.981 dan koefisien determinasi (R2) = 0.98.

Hasil perhitungan regresi memberikan nilai b<3 menggambarkan pola pertumbuhan ikan Layang

(Decapterus sp) di Luar dan di Dalam Teluk Bara

bersifat allometrik negatif artinya pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan berat. Sebagaimana disampaikan Effendi (1997) bahwa jika nilai b = 3 artinya pertumbuhan bersifat isometrik (pertambahan panjang seimbang dengan

pertambahan berat, jika nilai b ≠ 3 maka

pertumbuhan ikan bersifat alometrik artinya

pertambhana panjang tidak sama dengan

pertambahan b berat. Jika nilai b > 3 (allometrik positif) artinya pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjang, dan jika nilai b < 3 (allometrik negatif) maka pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan berat.

IV. PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa: Pertumbuhan ikan Layang

(Decapterus. sp) yang tertangkap di Luar Teluk dan

di Dalam Teluk Bara bersifat allometrik negatif

(b<3), dengan sebaran frekuensi panjang tubuh

ikan tertinggi di Luar Teluk pada ukuran 208 – 218

mm dan di Dalam Teluk pada ukuran 168 – 179

mm. Ukuran panjang tubuh ikan Layang

(Decapterus. sp) yang tertangkap di Luar Teluk

berbeda dengan yang tertangkap di Dalam Teluk Bara, dimana panjang rata-rata ikan di Luar Teluk adalah 215,876 mm dan di Dalam Teluk 193,661mm. Nilai faktor kondisi (K) ikan Layang

(Decapterus. sp) untuk lokasi di Luar Teluk

sebesar 0,767 dan lokasi di Dalam teluk sebesar 0,333.

REFERENSI

Aprilianty, H. 2000. Beberapa Aspek Biologi Ikan Layang (DecapterusRusselli) di Perairan Teluk Sibolga

Sumatera Utara. Fakultas perikana dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Dahlan M. A, Omar S. B. A, Tresnati J, Nur M, Umar M.T. 2015. Beberapa aspek Reproduksi Ikan Layang Deles (Decapterus macrosoma Bleeker, 1851) yang tertangkap dengan Bagan perahu di

perairan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Jurnal IPTEKS PSP. (2). 3. 281 – 227.

Drajat M. F. 2004. Analisis BioEkonomi Udang Karang (Panalirus spp) Pada Usaha Perikanan Tangkap

Skala Kecil di Kabupaten Kebumen dan Sekitarnya. Tesis Program Studi Magister Pemanfaatan Sumberdaya Pantai Programa Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Dwipongo, 1983. Pengkajian Sumberdaya perikanan Laut Indonesia, Laporan Penelitian Perikanan Laut No. 2 Puslitbang Perikanan Jakarta.

(7)

316

Effendie, M. I., 1979. Metoda Biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Effendie, M.I., 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Faizah. R dan Anggawangsa R.F. 2019. Hubungan Panjang Bobot, Parameter Pertumbuhan dn Faktor Kondisi Ikan Gulamah Johnius carouna (Cuvier, 1830) Di Perairan Selatan Jawa. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. (19).2.

FAO, 1974. Species Identification sheets for Fishery Purpose, Volume I Food and Agriculture Organzation of the United Nations. Rome.

Genisa Abdul Samad, 1998. Beberapa catatn tentang Biologi Ikan Layang Marga Decapterus. Oseana , vol. XVIII. No. 2. 27 – 36.

Gulland, J.A, 1983. Fish Stock Assesment. A Manual of Basic Methods. Jhon Wiley and Sons. Inc. New York.

Gunarso. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Taktik Penangkapan Ikan. Diktat Kuliah. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mulfizar, Zainal A. Muchlisin, Irma Dewiyanti, 2012. Hubungan Panjang berat dan Faktor Kondisi Tiga jenis ikan yang tertangkap di perairan Kuala Gigieng, Aceh Besar Provinsi Aceh. Jurnal Depik. 1 (1). 1-9 p. 1-9. April 2012.

Nikolsky G, V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press. New York. 325 p. Nontji, 2002. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Nugroho C. S, Irwan Jatmiko, Arief Wujdi. Pola Pertumbuhan dan Faktor Kondisi Madidihang, Thunus

Albacares (Bonnatere 1788) di Samudera Hindia Bagian Timur. Jurnal Ikhtiologi Indonesia.

Vol. 18 no. 1. Pebruari 2018.

Nurhayati, Fauziah , Siti Masreah Bernas, 2016. Hubungan Panjang Berat dan pola penyebaran Ikan di Muara sungai Musi Kabupaten Banyu Asin Sumatera Selatan. Maspari Journal, Juli 2016. 8. (2). p. 11 -111.

Pauly, D. 1984. Fish Population dynamics in tropical waters a manual for use with programmable Calculators. ICLARM. Stud.Rev.(8) 325 pp.

Prihartini Ambar. 2006 nalisis Tampilan Ikan Layang (Decapterus spp) Hasil Tangkapan Purse Seine

yang didaratkan di PPN Pekalongan. Tesisi Program Magister Manajemen Sumberdaya Pantai. Universitas Diponegoro. Jawa Tengah.

Radongkir Y. E, Fany Simatauw, Tutik Handayani. 2018. Aspek Pertumbuhan Ikan Layang (Decapterus macrosoma) di Pangkalan Pendaratan Ikan Sanggeng Kabupaten Manokwari. Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik; 15-24. Vol 2.1.

Rahmawati, I,. 2006. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Beunteur (Puntius binotatus C. V 1842), Familiy

Ciprinidae) Di Bagian Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung, Jawa Barat. Skripsi, IPB. Bogor.

Rokhmin Dahuri, I. N Suryadi Putra, Zairon dan Sulistiono. 1993. Metode dan Teknik Analisis Biota perairan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Romimuhtarto K dan Sri Juwana, 2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Royce, W. F., 1972. Introduction to The Fishery Sciences Academic Press, New York.

(8)

317

Sasmita Suparman, Neneng Pebruwanti dan Ika Fitrani, 2018. Distribusi ukuran ikan Teri hasil tangkapan Jaring Puring di Perairan Pulo Lampes Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Journal of Fisheries and Marine Science. 2 (2).

Sasmito H, Nur Irwan Andi dan Abdullah. 2016. Pola Pertumbuhan Ikan Peperek (Leiognathus eguulus) Di Teluk Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan. 1 (3). 275 – 284.

Spare, P dan Venema, S. C. 1999. Introduksi pengkajian Stock Ikan Tropis. Buku I Manual. Pusat Penelitian dan Pengemnbangan Perikanan. Jakarta. 438 p.

Sujana, 2002. Metode statistik. Tarsito. Bandung. 508 hal.eles (Decapterus Macrosoma Blkr) di perairan

Laut Jawa Bagian Timur (Skripsi) Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.

Sunarjo, 1990. Analisis Parameter Pertumbuhan Ikan Layang (Decapterussmacrosoma Blkr) Di Perairan

Laut jawa Bagian Timur. (Skripsi) Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang. Widodo J. 1988. Population Dynamics and Management of Ikan Layang. Scad Mackerel, Decapterus spp

(Pisces carangidae) in The Java Sea. Disertasi Ph.D. School of Fisheries, university of

Washington – Seattle.

Wujdi A, Suwarso dan Wudianto, 2012. Hubungan Panjang Bobot, Faktor Kondisi dan Struktur Ukuran

Ikan Lemuru (Sardinella lemuru bleeker 1853) di Perairan Selat Bali. Jurnal Bawal 4. (2).

Gambar

Gambar 2.  Distribusi Frekuensi Panjang Tubuh  Ikan di Luar Teluk Bara
Gambar 4. Hubungan Panjang Berat Ikan Layang  (Decapterus sp) Luar Teluk Bara

Referensi

Dokumen terkait

pengaruh variabel Struktur Kepemilikan Manajerial, Growth Opportunity dan Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dalam nilai dari R square adalah

Penelitian tentang kandungan mineral makro kalium, natrium, magnesium dan mineral mikro seng yang terkandung dalam Ubi Banggai (Dioscorea sp) berwarna ungu, kuning

Penentuan $iagn%sis se3ara 3epat $ari str%&#34;e in+ar&#34; sangat penting &#34;arena perjalanan  penya&#34;itnya yang biasanya 3epat saat beberapa jam pertama.. estr%gen

Berdasarkan pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadis tersebut, ketentuan waktu-waktu salat dapat dirincikan sebagai berikut: (1) Zuhur, Waktu Zuhur

Tipe rasionalitas perilaku ekonomi pada kelima pedagang kasus ditelusuri dari alasan pengambilan keputusan dalam pilihan-pilihan terhadap jenis aktivitas ekonomi

Pada penerapan metode pelaksanaan sistem polder Kali Banger disesuaikan dengan kondisi di lapangan, berdasarkan kombinasi pekerjaan yang mungkin dilakukan untuk

Otisak na starom recikliranom papiru 60 70 100 90 80 CIJAN 30 40 50 NOVI PAPIR OSTARENI PAPIR OSTARENO OTISNUTI MAGENTA ÆUTA L 60 70 100 90 80 CIJAN 30 40 50 NOVI PAPIR OSTARENI

Dalam variasi bahasa setidaknya terdapat tiga hal yaitu adanya pola-pola bahasa yang sama, pola-pola bahasa yang dapat dianalisis secara deskriptif, dan pola-pola yang dibatasi oleh