• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN MADIDIHANG (Thunnusalbacares) YANG DIDARATKAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) UJUNG BAROH, MEULABOH ACEH BARAT SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN MADIDIHANG (Thunnusalbacares) YANG DIDARATKAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) UJUNG BAROH, MEULABOH ACEH BARAT SKRIPSI"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN MADIDIHANG

(Thunnusalbacares)

YANG DIDARATKAN DI PANGKALAN

PENDARATAN IKAN (PPI) UJUNG BAROH,

MEULABOH ACEH BARAT

SKRIPSI

ROMI YUNITA 08C10432010

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

(2)

ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN MADIDIHANG

(Thunnus albacares) YANG DIDARATKAN DI PANGKALAN

PENDARATAN IKAN (PPI) UJUNG BAROH,

MEULABOHACEH BARAT

SKRIPSI

ROMI YUNITA 08C10432010

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

(3)

LEMBARAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Isi Lambung Ikan Madidihang (Thunnus albacares) yang didaratkan di PPI Ujung Baroh, Meulaboh Aceh Barat.

Nama : Romi Yunita

NIM : 08C10432010

Program Studi : Perikanan

Menyetujui, Komisi Pembimbing Ketua

Yuli Erina, S.Si.,M.Si NIDN: 0117077802

Anggota

Muhammad Arrafi, S.Kel NIDN: 0126068605

Mengetahui, Ketua Prodi Perikanan

Muhammad Rizal, S.Pi.,M.Si NIDN : 0111018301

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Uswatun Hasanah, S.Si.,M.Si NIDN : 0121057802

(4)

LEMBARAN PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi/tugas akhir dengan judul:

ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN MADIDIHANG(Thunnus albacares) YANG DI DARATKAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI)

UJUNG BAROH, MEULABOH ACEH BARAT

Yang disusun oleh:

Nama : Romi Yunita

Nim : 08C10432010

Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan Program Studi : Perikanan

Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 23 Maret 2013 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

1. Yuli Erina, S.Si.,M.Si

(Dosen Penguji I) ……….

2. Muhammad Arrafi, S. Kel

(Dosen Penguji II) ……….

3. Ir.Said Mahjali, MM

(Dosen Penguji III) ……….

4. Afrizal Hendri, S.Pi.,M.Si

(Dosen Penguji IV) ……….

Alue Penyareng, 23 Maret 2013 Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada :

1. Ibu Yuli Erina, S.Si.,M.Si., sebagai Dosen Pembimbing I,yang telah bersedia membantu penulis demi terselenggaranya skripsi ini;

2. Bapak Muhammad Arrafi, S.Kel., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah membimbing, serta memberikan saran sehingga tersusunnya skripsi ini; 3. Ibu Uswatun Hasanah, S.Si.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar yang telah member izin penelitian; 4. Bapak M. Rizal, S.Pi.,M.Si., selaku Ketua Jurusan Perikanan,Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar;

5. Bapak Ir. Said Mahjali, MM., dan Bapak Afrizal Hendri, S.Pi.,M.Si., sebagai penguji pada sidang ujian akhir/skripsi yang telah memberikan masukan dan saran, sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih sempurna; 6. Seluruh staf pengajar pada Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Teuku Umar yang telah membekali berbagai Ilmu Pengetahuan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

7. Pimpinan dan staf Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar yang telah mengizinkan untuk melaksanakan penelitian, dan semua pihak-pihak terkait di PPI Ujung Baroh yang telah membantu dalam memberikan data informasi yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi;

8. Ayahanda (Sudiono) dan ibunda (Tusiyah), adikku (Dedi Anggara), ananda tercinta (Ayu), serta keluarga lainnya yang telah mencurahkan kasih sayangnya dan senantiasa mengiringi do’a serta memberi dorongan moril dan materil yang tidak pernah putus-putus bagi penulis;

9. Suami tercinta (Jahril) yang selalu setia mendampingi serta selalu memberikan motivasi yang tidak putus-putus bagi penulis;

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Nagan Raya pada tanggal 30 September 1985, dari ayah yang bernama Sudiono dan ibu Tusiyah. Penulis merupakan putri pertama dari lima bersaudara.Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMUN 3 Kuala Padang Panyang lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2008 penulis lulus seleksi masuk Universitas Teuku Umar (UTU). Penulis memilih Program studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar, Meulaboh Aceh Barat.

Pada akhir tahun 2012 penulis melakukan penelitian dengan judul“Analisis Isi Lambung Ikan Madidihang(Thunnus albacares) Yang Di Daratkan Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujung Baroh, Meulaboh Aceh Barat”

(7)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Analisis Isi Lambung Ikan Madidihang(Thunnus albacares) Yang Di Daratkan Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujung Baroh, Meulaboh Aceh Barat”adalah benar merupakan hasil karya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi.

Alue Penyareng, Maret 2013

(8)

ABSTRAK

Analisis Isi Lambung Ikan Madidihang(Thunnus albacares) Yang Di Daratkan Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujung Baroh,

Meulaboh Aceh Barat

Romi Yunita1)Yuli Erina2)Muhammad Arrafi2)

Telah dilakukan penelitian tentang jenis makanan ikan Madidihang (Thunnus albacares) melalui analisis isi lambung, yang dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis makanan ikan Madidihang yang diperoleh di Pangkalan Pendaratan Ikan Ujung Baroh, Meulaboh. Metode yang digunakan adalah survey, dilanjutkan metode gravimetrik untuk analisis isi lambung. Hasil pengamatan menunjukan bahwa jenis makanan ikan Madidihang terdiri atas ikan, cumi-cumi, crustacea dan lain-lain yang tidak teridentifikasi, dan makanan utamanya adalah cumi-cumi.

Kata kunci :Thunnus albacares, gravimetrik, lambung

1)

Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar

2)

(9)

ABSTRACT

Stomach Content Analysis Of Yellowfin (Thunnus albacares) Landed in Fish Landing Base (PPI) Ujung Baroh,

Meulaboh, Aceh Barat

Romi Yunita1)Yuli Erina2)Muhammad Arrafi2)

The study on fish food habits of Yellowfin (Thunnus albacares) based on stomach contents analysis,was carried out in September to October 2012. The objective of the present study was to evaluate the food composition of Yellowfin. Survey method was used in this study, and the samples were collccted from fisherman atUjung Baroh, Meulaboh which have catched the fish around.Gravimetric analysis was used to evaluate the food composition of fishes. The results show that food composition ofYellowfin were dominated by smallfish, squid, crustaceans, and other material which cannot be identified.

Keywords:Thunnus albacares, gravimetric, stomach

1)

Student Fisheries Program, Faculty of Fishereries and Marine Science, University of Teuku Umar

2)

(10)

RINGKASAN

Romi Yunita dengan Judul Penelitian “ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN MADIDIHANG(Thunnus albacares)YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) UJUNG BAROH, MEULABOH ACEH BARAT” Di bawah BimbinganIbu Yuli Erina, S.Si.,M.Si dan Bapak Muhammad Arrafi, S.Kel

Madidihang termasuk dalam keluarga Scombroidae tubuhnya seperti cerutu dan mempunyai dua sirip punggung, mempunyai jari - jari sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur sirip dada terletak agak atas, sirip perut kecil, sirip ekor bercagak agak kedalam. Tubuh ikan tuna tertutup oleh sisik-sisik kecil, berwarna biru tua dan agak gelap bagian atas tubuhnya. Sebagian besar memiliki sisik tambahan yang berwarna kuning cerah dengan pinggiran berwarna gelap, ikanMadidihang dikenal dengan ikan yang mahal.

Pengambilan Data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujung Baroh Meulaboh, Aceh Baratdari bulan Septembersampai dengan Oktober 2012. Penelitian ini menggunakan metode survey, pengambilan sampel lambung dilakukan setiap minggu di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Analisis Laboratorium meliputi pengukuran panjang, berat dan pembedahan ikan sampel, contoh pengukuran panjang saluran pencernaan serta identifikasi organisme makanan. Analisis data meliputi persentase bobot satu jenis makanan, frekuensi kemunculan (Frequency of Occurrence), Index of preponderance dan Panjang Usus Relatif (RLG).

Ikan Madidihang yang diamati selama penelitian sebanyak 20 ekor yang diamati lambungnya dari kisaran panjang total antara 61- 68 cm. Organisme makanan yang ditemukan dalam lambung ikan Madidihang terdiri dari 4 kelompok yaitu ikan (Teri, Cakalang, Kakap dan Tembang), cumi-cumi (Loligo sp), udang tingkat rendah (zooplankton)dan tidak dapat teridentifikasi (ikan hancur). Jenis makanan yang dimanfaatkan oleh ikan Madidihang sebagai makanan utama adalah cumi-cumi dengan nilai Index of preponderance(IP) tertinggi yaitu 81,79 %. Hal ini berdasarkan persentase bobot satu jenis makanan, dan Frekuensi kemunculan (FO) jenis makanan.

(11)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdullillah, kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah S.W.T.

karena dengan berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

Skripsi dengan judul “Analisis Isi Lambung Ikan Madidihang (Thunnus albacares) yang didaratkan di PPI Ujung Baroh, Aceh Barat”Selanjutnya shalawat beriring salam tercurahkan kepada Baginda Rasulullah S.A.W. yang

diutus oleh Allah S.W.T untuk membimbing dan mengajarkan kita semua.Skripsi

ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar.

Penulis mengucapkan Terima Kasih kepada:

1. Ibu Uswatun Hasanah, S.Si.,M.Si sebagai Dekan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar.

2. Ibu Yuli Erina, S.Si.,M.Si dan Bapak Muhammad Arrafi, S.Kel sebagai

komisi pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan

bimbingan.

3. Bapak Muhammad Rizal, S.Pi.,M.Si sebagai Ketua Prodi Perikanan.

4. Laboratorium Perikanan, Universitas Teuku Umar yang telah

memberikan fasilitasnya pada saat penelitian.

5. Ibu, ayah, suami serta keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan,

mendukung dan memberi semangat.

6. Dan teman-teman seperjuangan dalam pelaksanaan penelitian.

Penulis menyadari penulisan Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,

oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak

yang bersifat membangun demi kesempurnaan dimasa akan datang.Akhirul

kalam, penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca umumnya Amin.

Meulaboh, Maret 2013

(12)

ii 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan morfologi Ikan Madidihang ... 5

2.2. Anatomi dan Histologi ... 7

2.3. Habitat... 7

2.4. Jenis Makanan dan Kebiasaan Makan ... 8

2.5. Pencernaan Makanan Pada Ikan ... 12

2.6.Lambung ... 13

2.7. Penyebaran dan Reproduksi... 14

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat ... 16

3.2. Alat dan Bahan... 16

3.3. Metode Penelitian ... 17

3.3.1. Pengambilan Sampel... 17

3.3.2.Pengambilan Isi Lambung ... 17

3.3.3. Identifikasi Organisme Makanan... 18

3.3.4. Parameter yang Diuji ... 19

3.4. Teknik Pengambilan Data... 21

3.5. Analisis Data ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Letak Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) ... 22

4.2. Jenis Organisme Makanan ... 23

4.3. Persentase Bobot Satu Jenis Makanan ... 24

4.4. Frekuensi Kemunculan (FO)... 26

4.5. Index of preponderance... 27

(13)

iii V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 32 5.2. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA

(14)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.Ikan Madidihang(Thunnus albacares) ... 5

2.Sistem Pencernaan Pada Ikan... 13

3. DiagramIndex of preponderance... 28

(15)

v

DAFTAR TABEL

TabelHalaman

1.Anatomi dan Histologi ikan ... 7

2.Alat - alat yang digunakan dalam penelitian... 16

3.Jenis Organisme Makanan Ikan Madidihang ... 23

4.Persentase Bobot Satu Jenis Makanan ... 24

5.Frekuensi Kemunculan (FO)... 26

6.Index of preponderence... 27

(16)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

LampiranHalaman

1.Peta Daerah Penelitian ... 36

2.Data Mentah Jenis Organisme Makanan Terhadap 20 Lambung Ikan Madidihang (Thunnus albacares) ... 37

3.Beberapa Klasifikasi dan Gambar Organisme Makanan yang Terdapat dalam Lambung Ikan Madidihang ... 38

4. Data Panjang Total (TL), Panjang Lambung (PL), Berat Lambung (BL) Panjang Usus (PU) ... 40

5. Data Panjang Usus Relatif (RLG) 20 Ikan Madidihang ... 41

6. Contoh perhitungan Parameter penelitian ... 42

(17)

1

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia yang merupakan Negara kepulauan memiliki wilayah laut lebih

luas dari daratannya. Luas daratan Indonesia sekitar 1.900.000 km2, luas laut

territorial mencapai 3.100.000 km2 dan luas ZEEI mencapai 2.700.000 km2.

Dengan demikian wilayah laut Indonesia mencapai sekitar 73,1 % dari seluruh

wilayah Indonesia. Didalamnya terdapat lebih dari 17.504 pulau dengan garis

pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan garis pantai terpanjang di dunia

setelah Kanada. Kekayaan laut yang dimiliki Indonesia sangat banyak. Laut

Indonesia mengandung banyak sumberdaya yang beragam baik yang dapat

diperbaharui seperti perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, rumput laut dan

plasma nutfah lainnya ataupun sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui seperti

minyak dan gas bumi, barang tambang, mineral serta energi kelautan seperti

gelombang dan angin. Salah satu aspek perikanan yang memberikan kontribusi

besar terhadap perekonomian Indonesia adalah perikanan tuna (Gunawan, 2009).

Tuna merupakan anggota dari famili Scombridae. Berdasarkan ukuran

ikan tuna yang terdapat diperairan Indonesia terbagi menjadi dua kelompok yaitu

kelompok tuna berukuran besar dan kelompok tuna berukuran kecil. Kelompok

tuna besar diantaranya adalah Madidihang atau yellowfin tuna (Thunnus

albacares) tuna mata besar atau bigeye tuna (Thunnus obesus), albokora atau

albacore (Thunnus alulunga) dan tuna sirip biru atau bluefin tuna (Thunnus

maccoyi). Kelompok tuna kecil diantaranya adalah tongkol dan cakalang atau

(18)

2

Indonesia dan sekitarnya. Juga terdapat di Laut daerah tropis dan daerah beriklim

sedang. Salah satu spesies ikan tuna yang paling banyak di Indonesia adalah

Thunnus albacares yang merupakan ikan ekonomis penting. Jenis ikan ini sering

dikenal dengan sebutan yellowfin tuna. Jenis ikan ini termasuk buas dan bersifat

predator, panjang tubuh dapat mencapai 195 cm namun umumnya 50 -150 cm.

Albacares memiliki sirip belakang dengan warna kuning gelap. Albacares

merupakan ikan pemakan daging yang hidup dengan binatang berkulit keras yang

plantonik, cumi - cumi dan ikan kecil. Ikan tuna hidup bergerombol kecil. Ikan ini

biasanya tertangkap bersama dengan cakalang (Ditjen Perikanan, 1990).

Indonesia adalah tempat bertemunya stok Madidihang dari Samudera

Hindia dan Samudera Pasifik, kemungkinan tempat pertemuan kedua kelompok

itu adalah disekitar Laut Flores dan Laut Banda. Potensi tuna sirip kuning yang

terbesar di Indonesia memang diperkirakan berada di Laut Flores dan Selat

Makassar, dengan luas area penangkapan sekitar 605 ribu km². Alat tangkap yang

banyak digunakan adalah pancing huhate (pole and line), pancing ulur (hand line),

pancing rawai (long line) dan pukat cincin (purse seine) (Carpenter,et al.2001).

Keberhasilan penangkapan ikan Madidihang sangat ditentukan oleh

keterampilan mengenai pola tingkahlaku ikan Madidihang yang berkaitan dengan

jenis makanan, suhu, air, salinitas, arus dan waktu kawin. Faktor lain yang dapat

menentukan keberhasilan penangkapan sangat erat hubungan dengan komponen

penangkapan yaitu jenis kapal, mesin keterampilan dan pengetahuan nahkoda

beserta awak kapal lainnya (Tarumingkeng, 2001)

Prinsip yang dikembangkan untuk mengetahui jenis makanan adalah

(19)

3

makanan dapat memperlihatkan secara mendetail hubungan ekologis antara

organisme, sehingga diperlukan identifikasi secara menyeluruh dari jenis-jenis

makanan tersebut. Organisme hidup berinteraksi satu dengan yang lain dan

dengan lingkungan abiotik, tidak ada organisme hidup bebas dari lingkungan.

Komposisi dari makanan ikan akan membantu menjelaskan kemungkinan habitat

yang dikunjungi (Lagler, 1956 ; Kagwade 1967 ; Holden dan Raitt, 1974).

Kebiasaan makanan ikan secara alami tergantung pada lingkungan tempat

ikan itu hidup. Hal-hal yang termasuk dalam kebiasaan makanan ikan ialah

kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan (Effendie, 2002). Untuk

mengetahui kebiasaan makan ikan Madidihang sudah seharusnya dilakukan

penelitian yang meliputi pengamatan terhadap isi lambung ikan Madidihang

karena saat ini belum adanya informasi mengenai jenis makanan ikan Madidihang

yang melintas disuatu perairan Samudera Indonesia, Aceh. Informasi tentang jenis

makanan yang disukai sangat penting dalam menentukan jenis umpan yang paling

sesuai sehingga hasil tangkapan dapat ditingkatkan. Berdasarkan latar belakang

masalah yang telah diuraikan, yaitu untuk mengetahui jenis makanan ikan

Madidihang dan makanan utamanya maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Analisis Isi Lambung Ikan Madidihang (Thunnus albacares)

yang didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujung Baroh, Meulaboh

Aceh Barat.

1.2 Rumusan Masalah.

Salah satu aspek untuk mendukung peningkatan hasil tangkapan ikan

Madidihang adalah pengetahuan dasar mengenai kebiasaan makan dari ikan itu

(20)

4

ekologis antara organisme sehingga diperlukan identifikasi secara menyeluruh

dari jenis-jenis makanan tersebut, selain itu saat ini belum adanya informasi

mengenai jenis makanan ikan Madidihang yang melintas disuatu perairan

Samudera Indonesia, Aceh. Maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai

berikut: Apakah yang menjadi kebiasaan makan dan jenis makanan yang dimakan

oleh ikan Madidihang (Thunnus albacares)yang didaratkan di PPI Ujung Baroh.

1.3 Tujuan Penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis makanan yang

dimakan oleh ikan Madidihang (Thunnusalbacares)sehingga diketahui jenis

makanan ikan Madidihang yang paling dominan.

1.4 Manfaat Penelitian.

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasitentang

kebiasaan makananikan Madidihang (Thunnus albacares), dan sebagai penunjang

tentang pengetahuan biologi ikan khususnya untuk peneliti dan dari hasil

penelitian dapat di informasihkan kepada nelayan untuk peningkatan hasil

(21)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Madidihang (Thunnus albacares)

Ikan Madidihang dapat diklasifikasikan (Lagler et al.1977 dalam Syafeiet

al, 1989) adalah sebagai berikut: Kelas: Pisces, Sub kelas: Teleostei, Ordo:

Percomophi, Sub ordo: Scombridae, Famili: Scombridae, Genus : Thunnus,

Species :Thunnus albacares.

Gambar 2.1 Ikan Madidihang (Syafeiet al, 1989)

Ikan Tuna ini termasuk dalam keluarga Scombridae tubuhnya seperti

cerutu dan mempunyai dua sirip punggung, sirip depan yang biasanya pendek dan

terpisah dari sirip belakang. Mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) di

belakang sirip punggung dan sirip dubur sirip dada terletak agak atas, sirip perut

kecil, sirip ekor bercagak agak kedalam dengan jari-jari penyokong tertutup

seluruh ujung hipural. Tubuh ikan tuna tertutup oleh sisik-sisik kecil, berwarna

biru tua dan agak gelap bagian atas tubuhnya. Sebagian besar memiliki sisik

(22)

6

Madidihang dikenal dengan masyarakat dengan ikan yang mahal (Ditjen

Perikanan, 1990).

Sirip punggung (dorsal) terdiri dari dua berkas, terpisah oleh celah yang

kecil saja; berkas yang kedua segera diikuti oleh 8–10 sirip-sirip tambahan

berukuran kecil (finlet). Sirip anal diikuti oleh 7–10 finlet. Pada spesimen

berukuran besar, sirip punggung kedua dan sirip anal ini kadang-kadang

memanjang hingga 20% FL. Sirip dada (pectoral) lumayan panjang (22–31% FL),

biasanya mencapai pangkal bagian depan sirip dorsal kedua, namun tidak

melewati pangkal bagian belakangnya. Ada dua lipatan kulit (tonjolan interpelvis)

diantara sirip-sirip perut. Batang ekor amat ramping, dengan sebuah lunas

samping yang kuat di tiap-tiap sisi, yang masing-masing diapit oleh dua lunas

yang lebih kecil. Sirip ekor bercabang kuat (forked, bercagak) (Carpenteret al,

2001).

Punggungnya berwarna biru gelap metalik, berangsur-angsur berubah

menjadi kekuningan atau keperakan di bagian perut. Sirip-sirip punggung kedua

dan anal, serta finlet-finlet yang mengikutinya, berwarna kuning cerah, yang

menjadi asal namanya. Bagian perut kadang-kadang dihiasi oleh sekitar 20 garis

putus-putus yang hampir vertikal arahnya.Madidihang dapat mencapai berat

melebihi 300 pon (136 kg), walau demikian ini masih jauh dibawah tuna sirip biru

(Thunnus orientalis) yang bisa memiliki berat lebih dari 1000 pon (454 kg), dan

juga sedikit di bawah Tuna Mata Belo (Thunnus obesus) dan tatihu (Thunnus

maccoyii). Ukuran Madidihang yang tercatat dalam literatur adalah hingga

(23)

7

2.2 Anatomi dan Histologi

Tabel 1. Struktur Anatomi dan Histologi Ikan Madidihang

Jenis ikan Habitat Morfologi Anatomi dan Histologi Ikan

Madidihang merupakan ikan epipelagisyang menghuni lapisan atas

perairan samudera di atas lapisan termoklin. Penelitian memperlihatkan bahwa

(24)

8

relatif jarang menembus lapisan termoklin, namun ikan ini mampu menyelam jauh

kedalaman laut. Seekor Madidihang yang diteliti di Samudera Indonesia

menghabiskan 85% waktunya dikedalaman kurang dari 75 m, namun tercatat tiga

kali menyelam hingga kedalaman 578 m, 982 m dan yang paling ekstrim hingga

1.160 m. Tuna sirip kuning ini mempunyai kebiasaan berenang cepat dan

bergerombol bersama ikan yang seukuran, kadang-kadang juga bercampur dengan

tuna jenis lainnya. Musim berbiaknya berlangsung selama musim panas.

(Carpenter,et al.2001).

Madidihang atau Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) adalah sejenis

ikanpelagis besar yang mengembara dilautantropika dan ugahari diseluruh dunia.

Ikan ini merupakan salah satu jenis tuna yang terbesar, meski masih kalah besar

jika dibandingkan dengan Tuna Sirip Biru dan Tuna Mata Belo. Madidihang juga

merupakan ikan tangkapan samudera yang penting karena bernilai ekonomi

tinggi. Dalam perdagangan dunia, ikan ini dikenal sebagaiyellowfin tuna(Inggris)

dan jugaalbacares(Carpenter,et al.2001).

2.4 Jenis Makanan dan Kebiasaan Makan

Makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan diserap oleh ikan

sehingga dapat digunakan untuk menjalankan metabolisme tubuh. Menurut

Effendie (2002) makanan adalah bahan atau organisme yang dapat dimanfaatkan

ikan untuk menunjang kebutuhan terhadap informasi tentang makanan dan

kebiasaan makan ikan sangat penting untuk memahami sejarah hidup, termasuk

pertumbuhan, migrasi, dan bentuk pengolahan perikanan secara komersial.

(25)

9

pengalaman berharga bagi nelayan menentukan daerah penangkapan secara lebih

menguntungkan.

Makanan merupakan faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan,

dan kondisi ikan (Effendi, 1979). Diperairan kebutuhan ikan sudah tersedia yaitu

berupa makanan alami, baik berupa hewan (zooplankton, invetebrata, dan

vertebrata), tumbuhan (fitoplankton dan tumbuhan air), dan organisme mati

(detritus). Selain itu, organisme yang dapat menjadi makanan ikan tersebut

tergantung tropik level (Sjafei, D. S., M. F. Rahardjo, R. Affandi dan Sulistiono,

1989).

Secara umum ikan mengawali hidup dengan memanfaatkan makanan

sesuai dengan bukaan mulut, setelah bertambah dewasa makanan, akan berubah

baik kualitas maupun kuantitas (Effendie, 2002). Banyak jenis ikan dapat

menyesuaikan diri dengan persediaan makanan dalam perairan sehubungan

dengan musim yang berlaku. Ikan dengan jenis dan ukuran yang sama hidup

dalam suatu perairan yang berbeda, dapat berbeda dalam kebiasaan makanan.

Demikian pula dalam suatu perairan, jika terjadi perubahan lingkungan akan

menyebabkan perubahan ketersediaan makanan, sehingga ikan akan mengubah

kebiasaan makan (Effendie, 1979).

Kebiasaan makan, menurut Gunarso, (1985) adalah makanan yang

dimakan ikan mencakup jenis dan jumlah makanan. Kebiasaan makan ikan

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain habitat hidup, kesukaan terhadap

jenis makanan tertentu, musim, umur, dan ukuran ikan (Lagler, 1956). Sedangkan

(26)

10

memakan jenis organisme makanan adalah ketersediaan makanan, ukuran

makanan, warna, rasa, tekstur, dan selera ikan terhadap makanan.

Keberadaan ikan disuatu perairan memiliki hubungan yang erat dengan

keberadaan jenis makanannya (Larger, 1972). Tidak semua jenis makanan yang

disukai oleh ikan. Faktor-faktor yang menentukan dimakan atau tidaknya suatu

jenis makanan oleh ikan adalah ukuran makanan, keberadaan makanan dan selera

ikan terhadap makanan. Menurut Effendie (1979), jenis dan jumlah makanan yang

dapat dikonsumsi oleh suatu spesies ikan biasanya bergantung pada umur, tempat

dan waktu. Pada satu spesies ikan boleh jadi makanannya berbeda pada waktu

yang berbeda walaupun pengambilannya contohnya dilakukan ditempat yang

sama hal tersebut mungkin disebabkan oleh adanya perubahan kondisi

lingkungan.

Berdasarkan makanannya,ada ikan pemakan plankton, herbivora, pemakan

detritus, karnivora dan omnivora. Berdasarkan kepada jumlah variasimakanan

dapat dibagi menjadi (1) euryphagic yaitu ikan pemakan bermacam-macam

makanan, (2) stenophagic yaitu ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit

atau sempit, dan (3) monophagic yaitu ikan yang makanannya terdiri dari satu

makanan saja (Effendie, 2002).

Kebiasaan makanan ikan adalah semua jenis makanan yang biasa dimakan

oleh ikan meliputi kualitas dan kuantitas yang dimakan. Dengan demikian

kebiasaan makanan dan cara makan ikan secara alami bergantung kepada

lingkungan tempat ikan itu hidup (Effendie, 2002).

Menurut Nikolsky (1963), urutan kebiasaan makanan ikan terdiri dari

(27)

11

makanan pelengkap yaitu makanan yang ditemukan dalam saluran pencernaan

dalam jumlah yang sedikit, makanan tambahan yaitu makanan yang terdapat pada

saluran pencernaan dalam jumlah yang sangat sedikit. Selain itu terdapat makanan

pengganti yaitu makanan yang dikonsumsi jika makanan utama tidak tersedia.

Kebiasaan makanan ikan (food habits) adalah kuantitas dan

kualitasmakanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara memakan

(feedinghabits) adalah waktu, tempat dan caranya makanan itu didapatkan oleh

ikan.Kebiasaan makanan dan cara memakan ikan secara alami bergantung

padalingkungan tempat ikan itu hidup. Tujuan mempelajari kebiasaan makanan

(foodhabits) ikan dimaksudkan untuk mengetahui pakan yang dimakan oleh setiap

jenisikan.

Studi kebiasaan makanan ikan ialah menentukan gizi alamiah ikan

itu,sehingga dapat dilihat hubungan di antaraorganisme diperairan

tersebut,misalnya bentuk-bentuk pemangsaan, saingan dan rantai makanan.

Sehinggamakanan dapat merupakan faktor yang menentukan bagi populasi,

pertumbuhandan kondisi ikan, sedangkan macam makanan satu jenis ikan

biasanya bergantungkepada umur, tempat dan waktu. Kebiasaan makanan dapat

berbeda dengan waktulainnya walaupun pengambilan dilakukan pada tempat yang

sama. Hal tersebutdisebabkan oleh perubahan suasana lingkungannya (Effendie,

1997).

Ikan Madidihang (Thunnus albacares) merupakan ikan pemakan daging

yang hidup dengan binatang berkulit keras yang plantonik, cumi-cumi dan ikan

kecil. Ikan tuna hidup bergerombol kecil. Ikan ini biasanya tertangkap bersama

(28)

12

bekudan olahan lainnya.Madidihang juga merupakan tantangan yang menarik bagi

penggemar olah raga memancing (Ditjen Perikanan, 1990).

2.5Pencernaan Makanan Pada Ikan

Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavumoris).

Didalam rongga mulut terdapat gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham

bawah dan lidah pada geraham mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak

menghasilkan lender, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga

makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat didaerah sekitar

insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan

makanan didorong ke lambung, lambung pada umumnya membesar tidak jelas

batasnya dengan usus(Mudjiman, 1989).

Secara anatomis, struktur alat pencernaan ikan berkaitan dengan bentuk

tubuh, kebiasanmakanan, tingkah laku ikan dan umur ikan. Sistem atau alat

pencernaan pada ikan terdiri daridua bagian, yaitu saluran pencernaan(Tractus

digestivus)dan kelenjar pencernaan(Glanduladigestori). Saluran pencernaan pada

ikan dimulai dari rongga mulut(cavum oris).Di dalam ronggamulut terdapat

gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasarmulut

yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak

menghasilkanludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus

melalui faring yang terdapat didaerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut,

pendek, terdapat dibelakang insang, dan bilatidak dilalui makanan lumennya

menyempit. Dari kerongkongan makanan didorong masuk kelambung, lambung

pada umumnya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada

(29)

13

makanan. Darilambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang

berkelok-kelok dan sama besarnya.Usus bermuara pada anus (Yunus, 2009).

Ikan herbivora panjang total ususnya melebihi panjang total badannya.

Panjangnya dapat mencapai lima kali panjang total badannya, sedangkan

panjangusus ikan karnivora lebih pendek dari panjang total badannya dan panjang

totalikan omnivora hanya sedikit lebih panjang dari total badannya (Mudjiman,

1989).

Gambar 2. Sistem pencernaan pada ikan

Ikan Madidihang memiliki panjang saluran pencernaan lebih pendek dari

panjang tubuhnya dan memiliki bentuk lambung seperti tabung. Stuktur

pencernaannya terdiri dari esophagus, lambung, usus dan anus (Gambar 2). Ikan

karnivor mempunyai lambung sejati, usus lebih pendek dari panjang tubuh, tebal

dan elastis, mempunyai gigi untuk merobek mangsa dan mempunyai tapis insang

yang jarang (Nikolsky, 1963).

2.6 Lambung

Lambung adalah organ tubuh setelah kerongkongan yang berfungsi untuk

menghancurkan atau mencerna makanan yang ditelan menyerap sari atau nutrisi

(30)

14

dicampur dengan enzim-enzim pencernaan, kemudian dikeluarkan kembali

kemulut untuk dikunyah sekali lagi, lambung merupakan segmen dari pencernaan

yang diameternya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan sekmen lainnya.

Besarnya lambung ini berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan.

Kemampuan ikan untuk dapat menampung makanan (kapasitas lambung) sangat

bervariasi antara jenis ikan yang satu dengan yang lainnya (Mujiman, 1989).

Berdasarkan saluran pencernaan ikan Madidihang termasuk kedalam ikan

karnivor, ikan Madidihang mempunyai lambung dan usus yang lebih pendek dari

panjang tubuhnya. Panjang usus ikan berhubungan erat dengan makanannya, pada

ikan yang ususnya relatif pendek (ikan karnivor) maka ususnya relatif pendek

seperti tabung (Affandiet al, 2005).

2.7Penyebaran dan Reproduksi

Madidihang ditemukan diseluruh perairan tropis dan ugahari dunia di

antara garis lintang 40° LU dan 40° LS. Ikan ini merupakan komoditas nelayan

yang penting; buku FAO Yearbook of Fishery Statistics melaporkan antara 1990

hingga 1995 tangkapan Madidihang diperairan Pasifik barat-tengah berkisar

antara 323.537 sampai 346.942 ton per tahun. Indonesia adalah tempat

bertemunya stok Madidihang dari Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik;

kemungkinan tempat pertemuan kedua kelompok itu adalah disekitar Laut Flores

dan Laut Banda. Potensi Tuna sirip kuning yang terbesar di Indonesia memang

diperkirakan berada di Laut Flores dan Selat Makassar, dengan luas area

penangkapan sekitar 605 ribu km². Alat tangkap yang banyak digunakan adalah

pancing huhate (pole and line), pancing ulur (hand line), pancing rawai (long line)

(31)

15

Tuna seperti scombridae lainnya adalah heteroseksual yaitu jenis

kelaminnya terpisah (jantan dan betina) dan tidak ada ciri morfologis eksternal

untuk melihat perbedaan kelamin. Ikan jantan diidentifikasi oleh keberadaan testis

dan ikan betina oleh kehadiran ovari dalam gonad. Fertilisasi telur eksternal dan

(32)

16

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di PPI Ujung Baroh Meulaboh, Aceh Baratdari

bulan September sampai denganOktober 2012. Analisis sampel dilakukan di

Laboratorium Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Teuku Umar.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian

No Alat Fungsi

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian

No Bahan Fungsi

1. Formalin 10 % Untuk mengawetkan sampel

2. Aquades Pembersih/pelarut

3. Kertas label Penamaan sampel

3. Masker/ tissue Penutup dan pembersih

(33)

17

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey.

Teknik pengambilan sampel dilakukan setiap minggu pada PPI Ujung Baroh,

Meulaboh Aceh Barat. Sampellambung ikan diperoleh dengan cara membelinya

dari nelayan yang kondisinya masih segar denganberat ikan 5-7 kg (kisaran FL 61

sampai dengan 68 cm), kemudian dibawa ke Laboratorium Perikanan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar untuk dilanjutkan dengan

analisis isi lambung menggunakan metode gravimetrik. Sampel ikan yang

digunakan adalah hasil tangkapan diperairan Samudera Indonesia, Aceh.

3.3.2PengambilanIsi Lambung

Pengamatan terhadap isi lambung ikan Madidihangdilakukan di

Laboratorium terhadap 20 ekor ikan Madidihang. Sampel ikan diukur panjang dan

berat tubuhnya lalu dibedah perutnya kemudian saluran pencernaan dikeluarkan

dan dimasukan kedalam formalin 10% hal ini sesuai dengan petunjuk Effendie,

(1979).

Pengamatan yang dilakukan adalah:

1. Lambung dan usus dipisahkan kemudian diukur panjangnya.

2. Lambung ditimbang kemudian di bedahdengan hati-hati dan diambil

isinya, isi lambung yang diperoleh diamati dengan menggunakan luv.

3. Jenis makanan yang ditemukan dalam lambung dipisah-pisahkan menurut

kelompok yang akan ditetapkan dan ditimbang masing-masing kelompok

dan berat totalnya, selanjutnya dianalisis dengan metode gravimetrik yaitu

(34)

18

organisme makanannya kemudian hasilnya dinyatakan dalam persen berat

dari makanan keseluruhan ikan yang sedang diteliti.

4. Untuk isi lambung jenis ikan yang sudah hancur (tidak teridentifikasi)

dikelompokkan dalam ikan hancur, begitu juga untuk jenis udang dan jenis

lain.

5. Untuk tiap-tiap jenis isi lambung ditimbang, guna mengetahui kelompok

makanan utama dengan makanan tambahan.

6. Untuk jenis ikan yang utuh akan di identifikasi dengan mengacu pada

buku identifikasi dengan mengacuh pada Carpenter dan buku Saanin

(1984).

3.3.3Identifikasi Organisme Makanan

Identifikasi jenis-jenis makanan dilakukan di Laboratorium Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar. Untuk

menentukan jenis organisme yang terdapat dalam lambung ikan, diidentifikasi

dengan mengacu pada buku identifikasi dengan mengacuh pada buku Saanin

(1984).

Lambung ikan yang telah dibedah, diambil isinya kemudian diencerkan

dengan aquades. Jika dalam pengamatan terdapat dua kelompok makanan (makro

dan mikro), maka makanan yang telah diencerkan dituang kedalam cawan petri

untuk mengamati organisme makro. Isi lambung yang telah diencerkan, diteteskan

satu tetes diatas gelas objek untuk mengamati organisme mikro. Pengamatan

(35)

19

3.3.4 Parameter yang di Uji

a. Persentase bobot satu jenis makanan

Perhitungan kontribusi berdasarkan berat atau W dilakukan dengan

menghitung berat individu masing-masing jenis makanan dari semua sampel perut

dan berat total yang didapatkan kemudian diubah dalam bentuk perbandingan

(dalam persen) terhadap berat total semua jenis makanan (Hyslop, 1980).

Nilai kontribusi berdasarkan berat atau W didapatkan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

W i =wi

W 100%

Keterangan:

Wi = Persentase Bobot makanan

wi = Berat satu macam makanan (g)

W = Berat makanan Total (g)

b. Frekuensi kemunculan (Frequency of Occurence= FO)

Frekuensi kemunculan atau FO perhitungan yang dilakukan dengan cara

mencatat jumlah perut yang berisi jenis makanan tertentu jumlah ini kemudian

diubah dalam bentuk persentase dari jumlah total perut yang dianalisis.

Nilai FO didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

FO i = ∑ FO i

∑ FO 100%

Keterangan:

FOi = Jenis makanan ikan i

∑FOi = Jumlah lambung yang mengandung jenis makanan i

(36)

20

Perbedaan Frekuensi kemunculan (FO) jenis makanan diamati berdasarkan

ketentuan sebagai berikut Holden (1974).

1. Jika FO > 50 % maka jenis makanan tersebut dominan dan merupakan

karakteristik dari makanan predator.

2. Jika 50 % > FO > 10 % maka jenis makanan itu merupakan komponen

makanan sekunder dan hanya dimakan jika jenis makanan utama tidak

tersedia.

3. Jika FO < 10 % maka jenis makanan itu dimakan secara tidak sengaja.

c.Index of preponderance

Dalam menganalisis makanan utama suatu organisme dapat dilakukan

dengan menggunakan metodeindex of preponderance, metode ini merupakan

bagian dari dua metode, yaitu frekuensi kejadian dan volumetrik.Index of

preponderance yang dikembangkan oleh Natarjan dan Jingran (1962) dengan

rumus:

= ( )

∑( ) 100 %

dimana :

IP =Index of preponderanceuntuk satu jenis makanan tertentu

Vi = Persentase bobot satu jenis makanan

Oi = Persentase kemunculan (FO) suatu jenis makanan

Dalam perhitungan dilakukan modifikasi rumus index of preponderance,

dengan mengganti vi atau persentase penutup jenis makanan tertentu dengan

(37)

21

Jika suatu jenis makanan mempunyai nilai IP>40% berarti jenis makanan

itu termasuk makanan utama, nilai index of preponderance 4% sampai dengan

40% berarti jenis makanan itu termasuk makanan pelengkap, dan jika nilai

IP<4%, maka jenis makanan tersebut merupakan makanan tambahan (Nikolsky,

1963).

d. Panjang Usus Relatif (Relative Langth of the Gut/ RLG), (Biswas dan Tamsil

tahun 1993, dalam Makmur, 2003).

Panjang Usus Relatif dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

RLG = ( )

ℎ ( ) 100 %

3.4 Teknik Pengambilan Data

Teknik yang dipakai dalam penelitian ini dengan mengambil dua macam

data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang

didapat dari hasil analisis lambung ikan Madidihang (Thunnus albacares).

Sedangkan data Sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut

dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam

bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram (Umar, 1999).

3.5 Analisis Data

Data berupa persentase bobot satu jenis makanan, Frekuensi Kemunculan

(FO), Index of preponderence dan Panjang Usus Relatif (RLG) yang diperoleh

(38)

22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Letak Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Meulaboh secara geografis terletak pada

40 07’ 30” LU dan 960 30’ BT dan terletak di Desa Ujung Baroh Kecamatan

Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.PPI Ujung Baroh ini sebelum Tsunami

hanya berstatus Tempat Pendaratan Ikan (TPI) dan hancur total akibat gempa dan

gelombang Tsunami pada tahun 2004. Pada tahun 2006 TPI ini dibangun kembali

serta mendapat dukungan dari APBD untuk meningkatkan status dari TPI menjadi

PPI, pada saat ini PPI telah berfungsi sebagai pusat ekonomi masyarakat kota

Meulaboh khususnya nelayan(Jaliadi, 2012).

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujung Baroh Meulaboh merupakan

sebagai tempat sarana yang menampung kegiatan perikanan membentuk

hubungan keterkaitan dalam kegiatan perikanan membentuk interaksi fisik,

ekonomi dan sosial. Adanya hubungan interaksi tersebut berimplikasi pada

pertumbuhan kawasan sekitarnya, sehingga perlu dijaga hubungan ini dan tidak

ada permasalahan yang muncul di Pangkalan pendaratan Ikan (PPI).

Lubis (2000) yang menyatakan pangkalan pendaratan ikan merupakan

suatu wadah yang dapat menunjang pembangunan dan pengembangan perikanan

yang lebih baik, dengan adanya pangkalan pendaratan ikan diharapkan dapat

membantu nelayan dalam mendistribusikan hasil tangkapan dan menambahkan

(39)

23

4.2 Jenis Organisme Makanan

Berdasarkan hasil Analisis terhadap 20 isi lambung ikan Madidihang

(Thunnus albacares) menunjukkan bahwa komposisi makanan bervariasi,

didominasi oleh beberapa jenis organisme dan dikelompokkan kedalam empat

kelompok jenis makanan, yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jenis Organisme Makanan Ikan Madidihang

Kelompok Jenis

Ikan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis),ikan teri (Stelophorus sp), Kakap (Lates sp)dan Tembang (Sardinella fimbriata)

Cumi-cumi Loligo sp

Udang tingkat rendah Sub kelas Entomostraca

Ikan hancur

-Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar makanan ikan

Madidihang berupa cumi-cumi, ikan kecil dan udang tingkat rendahsehingga

dapat digolongkan kedalam ikan karnivora karena makanan utama ikan ini terdiri

dari bahan asal hewan (hewani), gambar dan klasifikasi lihat pada lampiran

3.Sedangkan analisis ikan Madidihang(Thunnus albacares) dari perairan Hawaii

terdiri dari megalop, stomatopoda, ikan dan chepalopoda(Molean, 2005).

Mardlijah (2008), menemukan komposisi makanan ikan Madidihang lebih

bervariasi didominasi oleh ikan malalugis (Decapterus macarellus) 45 % sebagai

makanan utama, ikan suro atau sunglir (Elagatis bipinnulatus) 5 % sebagai

makanan pelengkap, ikan buntal (Ostraciidae), ikan deho (Auxis thazard) dan

udang (Penaeidae)sebagai makanan pengganti.

Menard et al. (2003), melakukan analisis isi lambung ikan Madidihang

hasil tangkapan purse seine (pukat cincin) di perairan teluk Guinea yang

(40)

24

nimberia (Famili photichtydae, sejenis ikan mosopagis dari mikronekton),

cephalopoda lain-lain, dan jenis tidak terdeterminasi (dominan).

Gardieff (2003), menemukan 37 famili dan 8 ordo invetebrata dalam

lambung ikan Madidihang dan jenis makanan yang lain jenis lumba-lumba

(Dolphin sp) pilchard, anchovy (teri) ikan terbang (Hirundichtys oxycephalus).

Mackerel, lancetfish, cumi-cumi (Loligo sp), gurita, udang, lobster dan jenis

kepiting.

Berdasarkan beberapa penelitian ikan Madidihang dapat digolongkan

sebagai ikan yang bersifat euryphagic karena ada beberapa jenis makanan yang

dijumpai dalam lambungnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Effendie (2002),

yang menyatakan bahwa berdasarkan kepada jumlah variasimakanan dapat dibagi

menjadi (1) euryphagic yaitu ikan pemakan bermacam-macam makanan, (2)

stenophagic yaitu ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit ataus sempit,

dan (3)monophagicyaitu ikan yang makanannya terdiri dari satu makanan saja.

4.3 Persentase bobot satu jenis makanan

Persentase bobot makanan ikan Madidihang diperoleh berdasarkan analisis

isi lambung dengan menggunakan metode gravimetrik dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase Bobot Satu Jenis Makanan

Jenis makanan

Udang tingkat rendah 4 35.26 3.9

Kakap 5 51.71 5.7

Tembang 3 67.68 7.4

Teri 2 1.72 0.18

Ikan hancur 5 95.37 10.45

(41)

25

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa persentase bobot tertinggi didominasi

oleh cumi-cumi (Loligo sp) dengan persentase berat total tertinggi 53,3 % sebagai

makanan yang jumlahnya paling banyak dalam lambung, sedangkan ikan

Cakalang (Katsuwonus pelamis) dengan persentase berat total 19,07%, Tembang

(Sardinella fimbriata) dengan berat total 7,4 %, Kakap (Lates sp) dengan berat

total 5,7 %, udang tingkat rendah dengan berat total 3,9 % dan ikan Teri

(Stolephorus sp) 0,18 %.Semua jenis makanan ini merupakan jenis ikan pelagis

yang juga merupakan habitat dari ikan Madidihang.

Ikan Madidihang merupakan hasil tangkapan hand line yang beroprasi

dilaut Aceh disekitar rumpon dimana tempat ikan-ikan pelagis kecil berkumpul

termasuk cumi-cumi (Loligo sp), dan udang tingkat rendah (zooplankton) yang

diduga merupakan jenis ikan pelagis kecil dominan di perairan Aceh.Hal ini

sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ditjen Perikanan, (1990), bahwa

ikanMadidihang termasuk buas dan bersifat predatormerupakan ikan pemakan

daging yang hidup dengan binatang berkulit keras yang plantonik, cumi-cumi dan

ikan kecil.

Ikan hancur disini dimaksud adalah ikan yang tidak teridentifikasi jenisnya

pada penelitian ini ada sebagian isi lambung ikan Madidihang yang sudah tidak

dapat diidentifikasi dengan persentase berat total 10,45 %, hal ini dikarenakan isi

lambung tersebut telah hancur dan telah bersatu sehingga tidak dapat dipastikan

(42)

26

4.4 Frekuensi kemunculan (Frequency of Occurence= FO)

Dari hasil penelitian terhadap 20 lambung ikan Madidihang didapat

dataFrekuensi kemunculan (Frequency of Occurence = FO) jenis organisme

makanan yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Frekuensi kemunculan jenis makanan

Jenis makanan Jumlah lambung yang mengandung jenis makanan atau ∑FOi

FOi %

Cumi –cumi 15 75

Ikan cakalang 3 15

Udang tingkat rendah 4 20

Kakap 5 25

Ikan Tembang 3 15

Ikan teri 2 10

Ikan hancur 5 25

Dilihat dari tabel 3 Persentase Frekuensi kemunculan tertinggi yaitu pada

jenis makanan cumi-cumi dengan kemunculan 15 kali dalam 20 lambung dengan

persentase frekuensi kemunculan 75 % maka jenis makanan tersebut dominan

makanan predator, sedangkan kemunculan Kakap (Lates sp) 5 kali dengan

persentase frekuensi kemunculan 25 %, udang tingkat rendah (zooplankton) 4 kali

kemunculan dengan persentase kemunculan 20 %, ikan Cakalang (Kotsuwonus

pelamis) 3 kali kemunculan dengan persentase kemunculan 15 %, ikan Tembang

(Sardinella fimbriata) 3 kali kemunculan dengan persentase kemunculan 15 %,

ikan Teri 2 kali kemunculan dengan persentase kemunculan 10 %, dan ikan

hancur 5 kali kemunculan dengan persentase kemunculan 25 % dengan demikian

maka jenis makanan tersebut merupakan komponen makanan sekunder. Hal ini

sesuai dengan pendapat Holden (1974) yang menyatakan jika FO>50 % maka

(43)

27

predator, dan jika50%>FO>10% maka jenis makanan itu merupakan komponen

makanan sekunder dan hanya dimakan jika jenis makanan utama tidak ada.

4.5Index of preponderance

Data Index of preponderance pada penelitian ikan Madidihang dapat

dilihat pada tabel 4.

Tabel 4.Index of preponderance

Jenis organism ∑FOi Oi (%) Vi (%) Oi x Vi IP (%)

Cumi-cumi 15 75 53.3 3997.5 81.79

Cakalang 3 15 19.07 295.5 6.04

Udang tingkat rendah 4 20 3.9 78 1.6

Kakap 5 25 5.7 142.5 2.9

Tambang 3 15 7.4 111 2.28

Teri 2 10 0.18 1.8 0.04

Ikan hancur 5 25 10.45 261.25 5.35

Total 4887.55 100

Nilai IP dari ikan Madidihang (Thunnus albacares) untuk cumi-cumi

81,79 %, hal ini menunjukan bahwa cumi-cumi sebagai makanan utama, karena

IP>40 %, untuk ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) 6,04 % sebagai makanan

pelengkap, Kakap (Lates sp)2,9 %, Udang tingkat rendah (zooplankton) 1,6 %,

Tembang (Sardinella fimbriata) 2,28 %, dan Teri 0,04 % sebagai makanan

tambahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nikolsky (1963) jika suatu jenis

makanan mempunyai nilai IP>40% berarti jenis makanan itu termasuk makanan

utama, nilai index of preponderance4 sampai dengan 40% berarti jenis makanan

itu termasuk makanan pelengkap, dan jika nilai IP<4%, maka jenis makanan

tersebut merupakan makanan tambahan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa ikan Madidihang bukan berarti lebih

menyukai Cumi-cumi (Loligo sp) melainkan karena cumi-cumi tersebut melimpah

(44)

28

Alverson 1963, bahwa ikan Madidihang tidak menunjukkan kesukaan terhadap

jenis makanan tertentu melainkan akan memangsa spesies mangsa yang ada

dihabitatnya. Ditambahkan pula oleh Effendie (2002), bahwa faktor-faktor yang

menentukan suatu spesies memakan jenis makanan antara lain ketersediaan jenis

makanan tersebut dihabitat.

Gambar 3. DiagramIndex of Preponderance

Variasi dalam volume dan frekuensi makanan ikan Madidihang (Thunnus

albacares) ditunjukan dengan jumlah dan ukuran spesies mangsa dilokasi

penelitian hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan ikan Madidihang tidak

tergantung oleh keberadaan cumi-cumi (Loligo sp), diduga cumi-cumi sebagai

makanan utama karena cumi-cumi merupakan jenis organisme kecil yang

dominan diperairan tersebut, hal ini sesuai dengan pendapat Effendie (1979)

bahwa faktor-faktor yang menentukan dimakan atau tidaknya suatu jenis makanan

oleh ikan adalah ukuran makanan, keberadaan makanan dan selera ikan terhadap

makanan. Jika populasi cumi-cumi (Loligo sp) semangkin menurun, maka ikan Cakalang

Alverson 1963, bahwa ikan Madidihang tidak menunjukkan kesukaan terhadap

jenis makanan tertentu melainkan akan memangsa spesies mangsa yang ada

dihabitatnya. Ditambahkan pula oleh Effendie (2002), bahwa faktor-faktor yang

menentukan suatu spesies memakan jenis makanan antara lain ketersediaan jenis

makanan tersebut dihabitat.

Gambar 3. DiagramIndex of Preponderance

Variasi dalam volume dan frekuensi makanan ikan Madidihang (Thunnus

albacares) ditunjukan dengan jumlah dan ukuran spesies mangsa dilokasi

penelitian hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan ikan Madidihang tidak

tergantung oleh keberadaan cumi-cumi (Loligo sp), diduga cumi-cumi sebagai

makanan utama karena cumi-cumi merupakan jenis organisme kecil yang

dominan diperairan tersebut, hal ini sesuai dengan pendapat Effendie (1979)

bahwa faktor-faktor yang menentukan dimakan atau tidaknya suatu jenis makanan

oleh ikan adalah ukuran makanan, keberadaan makanan dan selera ikan terhadap

makanan. Jika populasi cumi-cumi (Loligo sp) semangkin menurun, maka ikan

Cumi-Alverson 1963, bahwa ikan Madidihang tidak menunjukkan kesukaan terhadap

jenis makanan tertentu melainkan akan memangsa spesies mangsa yang ada

dihabitatnya. Ditambahkan pula oleh Effendie (2002), bahwa faktor-faktor yang

menentukan suatu spesies memakan jenis makanan antara lain ketersediaan jenis

makanan tersebut dihabitat.

Gambar 3. DiagramIndex of Preponderance

Variasi dalam volume dan frekuensi makanan ikan Madidihang (Thunnus

albacares) ditunjukan dengan jumlah dan ukuran spesies mangsa dilokasi

penelitian hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan ikan Madidihang tidak

tergantung oleh keberadaan cumi-cumi (Loligo sp), diduga cumi-cumi sebagai

makanan utama karena cumi-cumi merupakan jenis organisme kecil yang

dominan diperairan tersebut, hal ini sesuai dengan pendapat Effendie (1979)

bahwa faktor-faktor yang menentukan dimakan atau tidaknya suatu jenis makanan

oleh ikan adalah ukuran makanan, keberadaan makanan dan selera ikan terhadap

(45)

29

Madidihang akan memakan jenis organisme makanan lain yang jumlahnya

melimpah diperairan tersebut sehingga keberadaan ikan Madidihang tetap terjaga.

Menurut jenis dan jumlah makanan yang dapat dikonsumsi oleh suatu spesies ikan

biasanya bergantung pada umur, tempat dan waktu. Pada satu spesies ikan boleh

jadi makanannya berbeda pada waktu yang berbeda walaupun pengambilannya

contohnya dilakukan ditempat yang sama hal tersebut mungkin disebabkan oleh

adanya perubahan kondisi lingkungan.

Berdasarkan penelitian di Samudera Atlantik, Grudinin (1989)

mengatakan bahwaThunnus albacaresmulai makan sekitar pukul 07.00 am, terus

makan perlahan-lahan dan mencapai puncak sekitar pukul 03.00 pm dan berhenti

makan pada pukul 09.00 pm, hal ini tidak jauh beda dengan pendapat Mardlijah

(2008) bahwa ikan Madidihang mulai makan sekitar pukul 17.00 Wita, dan

berhenti makan pada pukul 08.00 Wita.

4.7 Panjang Usus Relatif (Relative Langth of theGut/ RLG)

Data rata-rata Panjang Usus Relatif (Relative Langth of the Gut/ RLG)

pada ikan Madidihang dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Panjang Usus RelatifRata-rata

Spesies Panjang

Berdasarkan hasil pengukuran panjang usus terhadap 20 ekor Madidihang

dengan panjang total berkisar antara 61,8 – 68 cm dengan panjang total rata-rata

64,95 cm dan panjang usus berkisar antara 16,4 – 22,5 cm dengan panjang usus

(46)

30

66,4

63,266,263,564,562,262,165,465,267,165,163,266,2 6861,865,3 64 67,2 67 65,4

22,5

17 20 18,218,516,716,519,419,2 22,3

19,1 18 22,3 23 16,419,217,823,223,522,2

0

panjang totalnya, dan usus ikan Madidihang tidak pernah melebihi panjang

totalnya hal ini menunjukkan bahwa ikan Madidihang merupakan ikan karnivor.

Gambar 4. Grafik Panjang Usus Relatif (RLG)

Ikan karnivor mempunyai lambung sejati, usus lebih pendek dari panjang

tubuh, tebal dan elastis, mempunyai gigi untuk merobek mangsa dan mempunyai

tapis insang yang jarang (Nikolsky, 1963). Berdasarkan saluran pencernaan ikan

Madidihang termasuk kedalam ikan karnivor, ikan Madidihang mempunyai

lambung dan usus yang lebih pendek dari panjang tubuhnya. Panjang usus ikan

berhubungan erat dengan makanannya.

Pada penelitian ini dapat diketahui juga bahwa ikan Madidihang memiliki

lambung besar elastis dan memanjang hal ini diduga untuk menyesuaikan dengan

kebiasaan ikan tersebut memangsa makanan dalam jumlah besar dan diduga

(47)

31

memanjang serta kebiasaannya yang langsung menelan mangsa secara utuh dan

menyimpannya untuk sementara waktu dilambung sebelum dicerna lebih lanjut.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (2002), yang mengatakan

bahwa ikan karnivora mempunyai usus yang pendek atau panjang usus ikan

karnivora dapat lebih pendek dari panjang tubuhnya. Kondisi tersebut dikarenakan

makanan ikan Madidihang berupa daging sehingga dalam proses pencernaannya

tidak memerlukan proses yang lama seperti pada ikan pemakan tumbuhan

(herbivora). Dan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi

tentang kemungkinan adanya jenis umpan yang alternatif dalam usaha

(48)

32

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Persentase bobot satu jenis makanan ikan Madidihang tertinggididominasi

oleh cumi-cumi (Loligo sp) dengan berat total 53,3 %.

2. Persentase Frekuensi kemunculan tertinggi yaitu pada jenis makanan

cumi-cumi dengan kemunculan 15 kali dengan persentase frekuensi

kemunculan 75 %.

3. Nilai IP dari ikan Madidihang (Thunnus albacares) tertinggi yaitu pada

jenis makanan cumi-cumi dengan nilai IP 81,79 %, hal ini menunjukan

bahwa cumi-cumi sebagai makanan utama, karena IP>40 %, hal ini juga

disebabkan karena keberadaan cumi-cumi ada sepanjang tahun.

4. Panjang total rata-rata ikan Madidihang 64,95 cm dengan panjang usus

rata-rata 19,75 cm, maka diperoleh panjang usus relative (RLG) ikan

Madidihang 30,40 % dari panjang totalnya.Ikan Madidihang memiliki

panjang usus lebih pendek dari panjang totalnya, hal ini menunjukan

bahwa ikan Madidihang merupakan ikan karnivor.

5.2 Saran

Sulitnya menentukan jenis makanan ikan Madidihang hingga ketingkat

jenis tertentu (genus dan spesies) disebabkan oleh sudah tercernanya makanan

didalam lambung. Oleh karena itu untuk menghindari hal tersebut maka perlu

diketahui terlebih dahulu tentang waktu makan ikan (feeding periodecity) dan

pendataan ikan-ikan yang ada diperairan tersebut sehingga dapat dilakukan

(49)

33

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R, D. S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 2005. Fisiologi Ikan, Pencernaan dan Penyerapan Makanan. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Amer MA, Miura T, Miura C, Yamauchi K. 2001. Involvement of Sex Steroid hormones In the early Stages of Spermatogenis In Japanes Huchon (Hucho Perryi). Biology of Reproduction. 65 : 1057 – 1066.

Biswas, S. P. 1993. Manual of Methods In Fish Biology. South Asian Publishers New Delhi. India.

Carpenter, Kente. &Volker H. Niem. 2001. FAO Species Identification Guide:The Living Marine Resources of The Western Pacific. Vol. 6 : 3721. Food and Agriculture Organization, Rome.

[Ditjen] Direktorat Jenderal Perikanan. 1990. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut. Departemen Pertanian:Jakarta.

Effendie, MI. 1979.Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Effendie, MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Bogor.1 hlm.

Effendie, MI. 2002.Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 157 hlm.

Hotta, H.,D.T. Ogawa. 1955. On the Stomach Content Of the Skipjack. BuiletinTohoku Fisheries Resources Lab. 4. 62-82. (Transl. Unpulbl. M. S. Bureau Of Commercial Fisheries Biological Laboratory. Honolului.

Gunarso, W. 1985.Tingkah Laku Ikan dalam Hubungan dengan Alat, Metode dan Taktik Penangkapan. Bahan MataAjaran Tingkah Laku Ikan. 143 hlm (tidak dipublikasikan).

Grudinin, V. B. 1989.On the Ecology Of Yellowfin tuna (Thunnus albacares) and Bige Ye (T. Obesus). Vournal Ichtyology. 29. (6). Hlm.

Gardieff, S. 2003. Yellowfin tuna 12 September 2003. Pukul 14.30 WIB. http ://www. Filmnh. Ufl. Edu.

(50)

34

interdupliner. [terhubung berkala]. http//gc. ukm.ugm.ac.id[15 Februari 2010].

Holden, M J. dan D F S. Raiit . 1974. Manual of Fisheries Science. Part 2 Methods of resource investigation and their application. FAO Fisheries Tech. Pap. 15. Rev. 1. Rome 214 p.

Jaliadi. 2012. Inventarisasi Jenis Ikan Karang Hasil Tangkap Nelayan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujung Baroh, Kabupaten Aceh Barat. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar.Meulaboh.

Kagwade, V N. 1967. Food and Feeding Habits of The Horse Mackerel Caranx Kalia (Cuv and Val). Indian Journal Fisheries. 14. (1 and 2). 85 – 96.

Lagler, K. F. 1956. Freshwater Fishery Biology. W. M. C. Brown Company. Dubugue. London. 422 hlm.

Lagler, K. F. J. E. Bardach. R. S. Miller and D. R. M. Passino. 1977. Ichtyologi. Jhon Willey dan Sons, New York.

Lubis. 2000. Pengantar Pelabuhan Periikanan. Laboratorium Pelabuhan Perikanan, Jurusan Pemanfaatan Sumber Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Mudjiman, A. 1989.Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 190 hal.

Menard, F., B. Steguert, A. Rubin, M. Herrera, dan E Marchal. 2000. Food Consumption of tuna In the Eguatorial (Atlantic Ocean. FAD Associated Versus Unassociatec) Schools. Aquatic Living Resourles. (13). 233 – 240.

Mardlijah, S. 2008. Analisis Isi Lambung Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan ikan Madidihang (Thunnus albacores) Yang Didaratkan Di Bitung, Sulawesi Utara. [Skripsi]. Jakarta. Balai Riset Perikanan Laut. Muara Baru Jakarta.

Makmur, S. 2003. Reproduksi Makanan dan Pertumbuhan Ikan Gabus (Chana striata Bloch) di Daerah Banjiran Sungai Musi Sumatera Selatan. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Molean, K. 2005. Tropical Scombroid Feeding Habits In the Central Pasifik. 20 Oktober 2006. Pukul 13.00 WIB http : // Stanford. Sea. Edu/research/ Molean_ Research_Project. Pdf.

(51)

35

Ricker, W. E. 1970. IPB Handbook No. 3 : Methods for Assesment of Fish Production in Freshwater. 2nd. Printing International Biological Programe. Bleckwell Scientic Publicetions. Oxford and Edinburg. London 313 p.

Rao, K. Srinivasa. 1974. Food and Feeding Habits of Fishes from Trawl Cathes in the Bay of Bengal With Observation on Diurnal variation in the Nature of

the Feed. Indian Journal Fisheries. 11. (1). 277 – 314.

R.C. Tarumingkeng. 2001.Pemanfaatan Sumber Daya Tuna- Cakalang Secara Terpadu. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sjafei, D S, M F. Rahardjo, R. Affandi dan Sulistiono.1989. Ikhtiologi Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan. Fakultas Perikanan dn Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 183 hlm. (tidak di publikasikan).

Umar, 1999.Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.

143 hal.

(52)
(53)

Lampiran 2. Data jenis makanan terhadap 20 lambung ikan Madidihang

Sampel Isi lambung (gram)

Lambung 1 Cumi- cumi 56,04

(54)

Lampiran 3. Beberapa klasifikasi dan gambar organisme makanan yang terdapat

didalam lambung ikan Madidihang(Linnaeus, 1758; Saanin, 1984).

Filum : Molusca,

Kelas : Cephalopoda,

Sub kelas : Coleoidea,

Ordo : Teuthoidea,

Family : Loligonidae,

Genus :Loligo,

Spesies :Loligo sp

Filum : Chordata,

Kelas : Actinopterygii,

Ordo : Perciformes,

Famili : Scombridae,

Genus : Katsuwonus,

Spesies :Katsuwonus Pelamis

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Clupeiformes

Famili : Clupeidae

Genus : Sardinella

(55)

Kerajaan : Animalia

Filum : Kordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Clupeiformes

Famili : Engraulidae

Genus : Stolephorus

Filum : Chordata

Klas : Pisces

Ordo : Perciformes

Famili : Centropomidae

Genus : Lates (Kakap)

Kerajaan : Animalia

Filum : Anthropoda

Klas : Crustacea

Sub Kelas : Entomostraca :

Ordo : Amphipoda

Ikan Hancur

(56)

Lampiran 4. Data panjang total ikan (TL), panjang lambung (PL), Berat

Lambung (BL), Panjang usus (PU) ikan Madidihang (Thunnus

albacares)

No ikan TL (cm) PL (cm) BL (gram) PU (cm)

1 66.4 20.5 5.71 22.5

2 63.2 16 77.87 17

3 66.2 19.5 163.31 20

4 63.5 16.5 97.68 18.2

5 64.5 17 61.68 18.5

6 62.2 15.7 53.3 16.7

7 62.1 14.5 54.48 16.5

8 65.4 17.7 63.83 19.4

9 65.2 17.4 64.42 19.2

10 67.1 21 117.34 22.3

11 65.1 17.3 97.39 19.1

12 63.2 16.4 51.52 18

13 66.2 20.5 184.27 22.3

14 68 21 92.54 23

15 61.8 14.3 73.03 16.4

16 65.3 17.5 93.06 19.2

17 64 16.3 79.43 17.8

18 67.2 21.2 179.48 23.2

19 67 21.1 181.67 23.5

20 65.4 20 172.32 22.2

(57)

Lampiran 5. Data Panjang Usus Relatif (RLG) 20 ekor ikan Madidihang

Sampel ikan Panjang Total (cm)

Panjang Usus (cm)

RLG (%)

1 66.4 22.5 33.89

2 63.2 17 26.89

3 66.2 20 30.21

4 63.2 18.2 28.79

5 64.5 18.5 28.72

6 62.2 16.7 26.89

7 62.1 16.5 26.57

8 65.4 19.4 29.66

9 65.2 19.2 29.44

10 67.1 22.3 33.23

11 65.1 19.1 29.33

12 63.2 18 28.48

13 66.2 22.3 33.68

14 68 23 33.82

15 61.8 16.4 26.53

16 65.3 19.2 29.40

17 64 17.8 27.81

18 67.2 23.2 34.52

19 67 23.5 35.07

(58)

Lampiran 6. Contoh perhitungan Parameter Penelitian

Tabel 3. Pesentase bobot satu jenis makanan

Jenis makanan

Ikan hancur 5 95.37 10.45

Total 912.48 100

486,69 gram = Berat total satu jenis makanan cumi dalam 15 lambung (wi)

912,48 gram = Berat makanan total (w)

Wi = wi / w x 100 % = 486,69 / 912,48 x 100 % = 53,33%

Tabel 4. Contoh perhitungan Frekuensi kemunculan (FO)

Jenis makanan Jumlah lambung yang mengandung jenis

∑FOi = Jumlah lambung yang mengandung jenis makanan cumi-cumi = 15

∑FO = Jumlah lambung yang berisi makanan i/ lambung yang dianalisia = 20

Gambar

Gambar 2.1 Ikan Madidihang (Syafeiet al, 1989)
Tabel 1. Struktur Anatomi dan Histologi Ikan Madidihang
Gambar 2. Sistem pencernaan pada ikan
Tabel 3. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Obyek 2 (Bukit Kapur Jaddih Bangkalan) Pada obyek 2 tidak dilakukan perhitungan volume dengan pengukuran dimensikarena bentuknya yang tidak beraturan.Perhitungan

kesimpulannya bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pengungkapan status diri antara laki-laki dan wanita (kedua kelompok adalah identik), waktu yang

Pertama, menyatakan bahwa rata-rata skor hasil belajar PKn keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran kooperatif (A 1 ) dibandingkan dengan

(4) Wajib Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang tidak mematuhi waktu yang telah ditentukan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dapat dikenakan sanksi berupa denda

K3 diharapkan dapat memberi pengaruh dalam hal kemampuan untuk mempertahankan kepuasan serta motivasi tenaga kerja karena akan berdampak pada kinerja karyawan dalam

Rerata trigliserida pada hewan coba kelompok III mengalami peningkatan pada akhir perlakuan yaitu 29,5 mg/dl tetapi peningkatan ini tidak sebanyak kelompok II karena selain

Oleh karena itu, berdasarkan data dan penjelasan mengenai stigma masyarakat pada orang dengan gangguan jiwa di atas, dengan adanya penelitian ini diharapkan untuk

Telah dilakukan evaluasi yang menganalisis kesesuaian struktur organisasi dengan kinerja yang akan dihasilkan kepada seluruh unit kerja.. Telah dilakukan evaluasi yang