• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN METODE UN-IGME UNTUK MENGESTIMASI KEMATIAN BAYI DAN BALITA DI PERKOTAAN DAN PERDESAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGGUNAAN METODE UN-IGME UNTUK MENGESTIMASI KEMATIAN BAYI DAN BALITA DI PERKOTAAN DAN PERDESAAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN METODE UN-IGME UNTUK MENGESTIMASI KEMATIAN BAYI DAN BALITA DI PERKOTAAN DAN PERDESAAN

DI INDONESIA

Maretalinia1, Suyitno2dan Dyah Suryani3

1.Intitute for Population and Social Research, Mahidol University Phutthamonthon Sai 4 Rd., Salaya, Nakhon Pathom 73170, Thailand

2.Master of Primary Health Care, Mahidol University

Phutthamonthon Sai 4 Rd., Salaya, Nakhon Pathom 73170, Thailand

3.Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan

Jl. Prof. DR. Soepomo Sh, Warungboto, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55164, Indonesia

E - mail : mareta.linia.21@gmail.com

APPLICATION OF UN-IGME METHOD TO ESTIMATE INFANT AND UNDER FIVE MORTALITY RATE IN URBAN AND RURAL AREA OF INDONESIA

Naskah masuk : 25-05-2021 Review : 16-06-2021 Layak Terbit : 18-08-2021 Abstract

The estimation of child mortality is very important, especially for the countries with low quality of death registration. The child mortality (IMR (Infant Mortality Rate) and U5MR (Under Five Mortality Rate) will be important to plan, organize, and evaluate the development programs. This study aimed to estimate the child mortality (IMR and U5MR) in urban and rural area of Indonesia. The indirect estimation method with one census period data was used to estimate the child mortality by using the data of: children ever born, children still alive, and number of women in reproductive age. The child mortality declined from 1997 to 2006 in urban and rural area but the child mortality in rural area was higher compared to urban area. The quality of death registration in Indonesia remains low and need to be improved. The estimation of IMR and U5MR in urban were 18 and 27 per 1000 mortality, respectively. On the other hand, the estimation of IMR and U5MR in rural were 24 and 36 per 1000 mortality, respectively. The high gap of characteristics between urban and rural area need to be explored to prevent the increasing number of IMR and U5MR.

Keywords: Census 2010, infant mortality, under five mortality, urban, rural Abstrak

Estimasi kematian anak sangat penting, khususnya untuk negara dengan kualitas registrasi kematian yang sangat rendah. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian di bawah 5 tahun (AKBa) akan sangat penting untuk perencanaan, pengorganisasian, dan evaluasi program pembangunan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengestimasi kematian anak dengan menggunakan data sensus di daerah perkotaan dan perdesaan di Indonesia. Metode estimasi tidak langsung dengan menggunakan 1 set data sensus untuk mengestimasi kematian anak dengan menggunakan data anak yang pernah lahir, anak yang masih hidup, dan jumlah perempuan pada masa reproduksi. Angka

(2)

kematian anak turun dari tahun 1997 ke tahun 2006 namun kematian anak di perdesaan lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Kualitas registrasi kematian di Indonesia masih sangat rendah dan perlu diperbaiki. Hasil estimasi AKB dan AKBa di perkotaan yaitu 18 dan 27 per 1000 kematian, sedangkan estimasi AKB dan AKBa di perdesaan yaitu 24 dan 36 per 1000 kematian. Perbedaan karakteristik perkotaan dan perdesaan yang terlalu jauh perlu dikaji untuk mencegah meningkatnya AKB dan AKBa.

Kata kunci: Sensus penduduk Indonesia 2010, kematian bayi, kematian anak di bawah lima tahun, perkotaan, perdesaan

PENDAHULUAN

Secara global, angka kematian anak mengalami penurunan yang tajam dari 93 kematian per 1000 lahir hidup pada tahun 1990 menjadi 38 kematian per 1000 lahir hidup pada tahun 2019.1 Kematian bayi didefinisikan sebagai kemungkinan bayi untuk mati sejak dilahirkan sampai usia 1 tahun, sedangkan kematian anak didefinisikan sebagai kemungkinan anak untuk mati antara usia 1 hingga 5 tahun.2 Angka kematian digolongkan menjadi 3 yaitu kematian anak di bawah 5 tahun, bayi di bawah satu tahun, dan bayi baru lahir.3 Indonesia telah menyelesaikan 5 kali sensus yang menunjukkan penurunan angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate (Sensus Penduduk 1971= 145, Sensus Penduduk 1980 = 109, Sensus Penduduk 1990 = 71, Sensus Penduduk 2000 = 47, Sensus Penduduk 2010 = 26).4 Pencapaian SDGs (Sustainable Development Goals) di Indonesia melaporkan angka kematian anak di bawah lima tahun pada tahun 2010 yaitu 40 kematian per 1000 lahir hidup.5 Organisasi internasional yang menaungi masalah anak (United Nation’s Children Emergency Fund) Indonesia melaporkan 1 dari 30 anak meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun dalam lingkup 1 dari 10 kabupaten/kota di bagian barat Indonesia.

Indonesia adalah satu negara dengan kelengkapan administrasi kelahiran dan kematian yang rendah. Registrasi kematian di

Indonesia rendah yang ditunjukkan dengan di bawah setengah data kematian tidak teregistrasi.6Registrasi kematian di Indonesia dimulai dari tingkat Rukun Tetangga dan akan diakumulasikan pada Dinas Catatan Sipil pada tingkat kabupaten atau kota.7 Melaporkan kematian keluarga sebaiknya tidak lebih dari 30 hari setelah dinyatakan meninggal, jika melebihi maka diharuskan membayar denda.7

Kejadian vital dalam ilmu kependudukan yang meliputi kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk penting untuk diestimasi, khususnya untuk negara dengan kualitas vital registrasi yang rendah.

Indonesia adalah satu negara dengan kelengkapan administrasi kelahiran dan kematian yang rendah. Istilah “perkiraan atau estimasi” mengacu pada pengukuran demografi yang meliputi kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk dengan kelengkapan data yang jauh di bawah lengkap.8 Angka kematian anak nasional dapat diperoleh dari berbagai sumber data antara lain registrasi vital, sensus, dan survei.9

Rendahnya implementasi kebijakan registrasi bidan dikarenakan oleh tidak adanya motivasi bidan untuk mengembangkan diri.10 Selain itu ketidaktepatan kode sebab dasar kematian menjadi penyebab sistem registrasi yang kacau, hal tersebut disebabkan karena tidak adanya SOP (standar operasional prosedur)

(3)

dalam pengkodean dasar kematian dan tidak ada audit coding.11 Penelitian di Rumah Sakit di Kota Padang menunjukkan bahwa hanya 38% keterangan kematian sesuai dengan format.12Sistem registrasi yang tidak lengkap disebabkan karena sulitnya mendapat informasi dari keluarga pasien, tenaga kesehatan kurang teliti dan belum adanya standar operasional prosedur pengisian kuesioner AV (Autopsi Verbal).13

Ukuran, persebaran, dan komposisi dari populasi di perkotaan dan perdesaan yang beragam dapat mempengaruhi kejadian vital di dua wilayah tersebut. Perbedaan karakteristik antara kota dan desa dapat turut membedakan tren kematian anak pada wilayah tersebut. Daerah perdesaan cenderung terdiri dari populasi yang sedikit dan tidak padat sedangkan populasi kota cenderung banyak dan padat. Perkiraan angka kematian anak akan sangat berguna untuk menyusun program pencegahan yang turut menurunkan risiko kematian. Manfaat lainnya yaitu untuk merencanakan proyeksi populasi di masa mendatang. Studi ini bertujuan untuk memperkirakan kematian bayi dan anak di bawah 5 tahun berdasarkan data sensus tahun 2010 (data sensus terbaru).

Selain perbedaan definisi perdesaan dan perkotaan, terdapat pula perbedaan definisi kematian hidup antara fasilitas kesehatan dan kementerian kesehatan karena kurangnya kerja sama lintas sektor.14

Estimasi kematian dapat terjadi karena rendahnya kualitas vital registrasi yang ditekankan PBB (Persatuan Bangsa- Bangsa) untuk mengembangkan metode estimasi yang baru, yaitu UN-IGME (United Nations-Inter Agency Group for Child Mortality Estimation).15Pentingnya registrasi kematian untuk perencanaan, pengorganisasian, dan evaluasi pada program pengembangan perlu diimplementasikan baik di kota maupun di desa. Kelebihan metode ini yaitu data yang diperlukan sederhana

sehingga dapat menggunakan data Sensus Penduduk. Selain itu metode ini juga digunakan UNICEF (United Nations Children’s Fund) , WHO (World Health Organization), dan UN (United Nation) untuk mengestimasi kematian bayi dan balita serta untuk memantau progress ketercapaian target MDGs (Millenium Development Goals).16

METODE

Perkiraan kematian bayi dan balita pada studi ini menggunakan klasifikasi berdasarkan umur yaitu suatu metode untuk mengestimasi berdasarkan data durasi menikah, data umur dari 2 survei dalam 5 tahun, dan menggunakan kohor yang sesungguhnya. Studi ini bertujuan untuk mengestimasi kematian anak (bayi dan balita) menggunakan data Sensus Penduduk Indonesia 2010 dengan metode UN-IGME.

Data yang digunakan untuk mengestimasi kematian anak pada studi ini bersumber dari Sensus Penduduk tahun 2010 (terbaru). Data mentah terbaru yaitu sensus 2020 belum tersedia secara terbuka, dimana data yang dibutuhkan yaitu data jumlah anak yang pernah dilahirkan, jumlah anak yang bertahan hidup, dan umur ibu. Sensus 2010 terdiri dari 33 provinsi, 497 kabupaten/kota, 6.651 kecamatan, dan 77.126 desa, sehingga setiap orang terdata.4 Dibandingkan dengan data dari vital registrasi, data hasil sensus berbeda dan cenderung tidak akurat. Lembar SP2010-CI (Sensus Penduduk 2010 - Pencacahan Lengkap Rumah Tangga dan Penduduk) digunakan untuk mengestimasi angka kematian meliputi angka kematian kasar (Crude Death Rate), angka kematian spesifik (Age Spesific Death Rate), dan angka kematian bayi. Pelaksanaan sensus 2010 menggunakan konsep de facto and de jure yaitu berdasarkan fakta dimana penduduk tinggal saat pendataan dan konsep

(4)

berdasarkan dimana penduduk menghabiskan sebagian besar hidupnya.

Terdapat dua teknik dalam mengestimasi kematian bayi dan anak, yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode yang digunakan untuk estimasi kematian pada studi ini yaitu metode langsung dengan estimasi data satu sensus, yang mensyaratkan data: jumlah anak yang pernah dilahirkan, jumlah anak yang mampu bertahan hidup, dan jumlah wanita usia produktif.

Asumsi dalam mengembangkan metode ini yaitu risiko kematian anak hanya dipengaruhi oleh umur sehingga faktor lain seperti umur ibu dan komplikasi lain dikesampingkan.8 Meskipun risiko kematian bayi cenderung tinggi untuk ibu muda dalam rentang umur 15-19 tahun karena jumlah anak yang pernah dilahirkan dan yang mati cenderung sedikit. Asumsi lainnya yaitu bahwa kelahiran dan kematian relatif konstan pada tahun yang diamati. Penelitian ini menggunakan data sensus penduduk 2010.

Terdapat 6 langkah untuk mengestimasi kematian bayi dan anak, antara lain:

Langkah 1: Menghitung proporsi kematian pada bayi yang pernah dilahirkan

Jumlah anak pada setiap wanita dihitung dengan menggunakan rumus:

P(i) = CEB(i)/FP(i)

P(i) the parity of women (jumlah anak pada setiap wanita)

CEB (children ever born) by women age group (jumlah anak yang pernah dilahirkan) FP(i) the total number of women in age group (jumlah wanita berdasarkan kelompok umur)

CS(i) children survive (jumlah anak yang mampu bertahan)

Langkah 2: Menghitung proporsi kematian anak pada setiap kelompok umur ibu

Proporsi kematian anak pada setiap kelompok umur ibu dihitung berdasarkan rasio kematian bayi yang dilaporkan dengan rasio anak yang pernah dilahirkan.

D(i) = CD (i)/ CEB (i)

CD (i) the number of children dead reported by women in age group i (jumlah kematian anak yang dilaporkan berdasarkan jumlah wanita per kelompok umur).

Langkah 3: Menghitung faktor pengali k(i) adalah simbol koefisien untuk mengestimasi faktor pengali yang dirumuskan Trussell dari penemu asli metode Brass.

k(i) = a(i) + b(i) (P(1)/P(2))+c(i)(P(2)/P3)) q(x) = k(i) D(i)

Langkah 4: Menghitung kemungkinan untuk mati dan bertahan

Simbol q(x) adalah kemungkinan untuk mati dari berbagai nilai eksak pada umur x sebagaimana data proporsi kematian. Jika q(x) adalah estimasi untuk bertahan dari sejak lahir hingga umur x, sehingga l(x) = 1.0 – q(X)

Langkah 5: Menghitung periode referensi Ketika kematian berubah dengan lambat, periode referensi t(x) penting untuk mengestimasi jumlah tahun sebelum survei untuk menyesuaikan estimasi kematian bayi q(x).

Rumpun tabel kematian dipilih untuk memastikan data kematian anak, tabel kematian barat merupakan tabel kematian yang paling sesuai untuk kondisi Indonesia karena kemiripan kondisinya. Tabel kematian barat juga menggambarkan pola kematian di banyak negara di dunia.17 Data mentah dari hasil sensus penduduk 2010 dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel versi 16.16.11.

(5)

HASIL

Berdasarkan langkah-langkah UN- IGME di atas, diperolehlah hasil perhitungan sesuai dengan tahapan metode tersebut.

Setiap langkah menunjukkan urutan yang akan mengarahkan ke langkah selanjutnya.

Hal tersebut dimaksudkan untuk mencapai

hasil yang sistematis. Hasil proporsi kematian pada bayi yang pernah dilahirkan dengan menggunakan data jumlah anak pada setiap wanita, jumlah anak yang pernah dilahirkan, jumlah wanita berdasarkan kelompok umur, dan jumlah anak yang mampu bertahan.

Tabel 1. Proporsi kematian bayi yang pernah dilahirkan

Umur CEB(i) CS(i) FP(i) P(i)

15-19 209112 204065 588194 0,355515357 20-24 2090984 2046949 2669587 0,783261231 25-29 5871984 5748410 4593681 1,278274221 30-34 8954995 8745696 4779748 1,873528688 35-39 10655505 10357039 4466289 2,385762542 40-44 11068535 10662442 4002104 2,765679003 45-49 10280036 9784745 3363087 3,056726157 Hasil perhitungan proporsi kematian

anak pada setiap kelompok umur ibu dengan menggunakan data jumlah kematian anak yang dilaporkan berdasarkan jumlah wanita

per kelompok umur dan jumlah bayi yang pernah dilahirkan. Perhitungan faktor pengali yaitu berdasarkan Teori Truseel dari Brass.

Tabel 2. Proporsi kematian anak pada setiap kelompok umur ibu

Umur CEB(i) CS (i) D(i)

15-19 209112 204065 0,024135392

20-24 2090984 2046949 0,021059463

25-29 5871984 5748410 0,021044676

30-34 8954995 8745696 0,023372319

35-39 10655505 10357039 0,028010498

40-44 11068535 10662442 0,036688957

45-49 10280036 9784745 0,04817989

(6)

Tabel 3. Hasil analisis model akhir

Umur ibu D(i) K(i) Q(i)

15-19 0,024135392 0,382366148 0,009228557 20-24 0,021059463 0,850479254 0,017910636 25-29 0,021044676 0,95788606 0,020158402 30-34 0,023372319 1,016489557 0,023757718 35-39 0,028010498 1,053502633 0,029509133 40-44 0,036688957 1,04701532 0,0384139 45-49 0,04817989 1,036937109 0,049959515 Hasil perhitungan kemungkinan untuk mati

dan bertahan hidup dengan menggunakan data kemungkinan mati yang diperoleh dari hasil perhitungan sebelumnya.

.

Tabel 4. Menghitung kemungkinan untuk mati dan bertahan Umur ibu q(i) l(I)

15-19 0,009228557 0,99077 20-24 0,017910636 0,98209 25-29 0,020158402 0,97984 30-34 0,023757718 0,97624 35-39 0,029509133 0,97049 40-44 0,0384139 0,96159 45-49 0,049959515 0,95004 Perhitungan periode referensi diperoleh

dengan menggunakan rumus tertentu dengan tujuan mendapatkan perkiraan kematian pada tahun sebelumnya.

Tabel 5. Perhitungan periode referensi

Umuribu t (2010,39-t) n Logit Y(n) Y^s(n) Alpha 1q0 5q0 15-19 2,399103931 2007,990896 1 -2,338090605 -1,29201 -1,04608 0,011 0,015 20-24 4,014826121 2006,375174 2 -2,002143781 -1,19938 -0,80276 0,018 0,024 25-29 5,68933496 2004,700665 3 -1,941884884 -1,15924 -0,78264 0,019 0,024 30-34 7,287783594 2003,102216 5 -1,85790167 -1,11432 -0,74358 0,020 0,026 35-39 8,861045874 2001,528954 10 -1,746551088 -1,06485 -0,68171 0,023 0,030 40-44 10,71256364 1999,677436 15 -1,610082373 -1,02931 -0,58077 0,027 0,036 45-49 13,34326155 1997,046738 20 -1,472645806 -0,97893 -0,49371 0,032 0,043 Grafik di bawah ini menggambarkan estimasi

angka kematian bayi dan angka kematian balita di perkotaan dan perdesaan di Indonesia. Waktu yang merefleksikan

estimasi kematian bayi yaitu tahun 1997, 2000, 2003, dan 2006.

(7)

Secara keseluruhan, angka kematian bayi dan angka kematian balita baik di kota maupun di desa turun secara drastis. Di perkotaan, angka kematian bayi turun dari 32 pada tahun 1997 menjadi 18 pada tahun 2006, angka kematian balita juga menurun dari 56 pada tahun 1997 menjadi 27 pada tahun 2006. Di perdesaan, angka kematian bayi turun dari 43 pada tahun 1997 menjadi 24 pada tahun 2006,

angka kematian balita juga turut turun dari 79 pada tahun 1997 menjadi 36 pada tahun 2006.

Perbandingan area perkotaan dan perdesaan, menunjukkan bahwa angka kematian anak di perkotaan lebih rendah dari perdesaan. Pada tahun 2006, angka kematian bayi di area perkotaan turun menjadi 18 dan di perdesaan menjadi 24. Pada tahun 2006, angka kematian balita di perkotaan yaitu 27 dan di perdesaan 36.

Gambar 1. Pola angka kematian anak di Indonesia berdasarkan data Sensus Penduduk 2010 Metode ini lebih mudah karena sumber data

dapat berasal dari sistem registrasi, survei, dan sensus. Data yang diperlukan cenderung mudah diperoleh dan pada metode ini dapat diikutsertakan kovariat yaitu sosioekonomik, demografi, dan faktor biomedis.18

PEMBAHASAN

Isu rendahnya kualitas registrasi data- data demografi telah ditelaah oleh banyak peneliti. Salah satunya penelitian di Kabupaten dan Kota Bandung Jawa Barat yang menunjukkan masih rendahnya

kesadaran penduduk untuk melaporkan kelahiran dan kematian.19 Secara spesifik, pelaporan kematian berperan penting dalam kebijakan dimana penyebab kematian dibedakan menjadi penyebab dasar, penyebab antara, dan penyebab langsung.20 Salah satu penelitian di Kabupaten Karanganyar menyimpulkan penyebab tingginya angka kematian bayi dikarenakan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) yang diperoleh dari data aplikasi pencatatan pelaporan kematian ibu dan anak di kabupaten tersebut.21Kegunaan sistem

(8)

pelaporan yang baik juga digunakan untuk mengetahui status kesehatan masyarakat Kendari dimana ditemukan bahwa angka kematian laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan dan angka harapan hidup laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan.22 Penelitian di tiga daerah di Indonesia (Kabupaten Padang Pariaman, Kota Makassar, dan Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa sistem pencatatan kematian tidak berjalan baik.23Penelitian lain yang berupaya mengetahui tingkat kelengkapan sistem registrasi di 4 daerah yaitu Kota Metro, Kota Surakarta, Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Gorontalo menunjukkan bahwa tingkat pelaporan sangat tinggi untuk umur di atas 50 tahun, hal tersebut mengindikasikan bahwa kematian pada usia muda jarang dilaporkan (under report).24 Penyebab kematian menjadi poin penting dari telaah data registrasi kematian sebagaimana salah satu penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama kematian anak 1 tahun yaitu pneumonia dan diare.25 Berdasarkan hasil studi di Kota Ambon, rendahnya kualitas sistem registrasi dapat disebabkan karena perbedaan data registrasi dari berbagai instansi, keterbatasan sumber daya manusia, dana, sarana prasarana, dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan.26

Karakteristik perkotaan dan perdesaan perlu dikaji untuk mengevaluasi akar penyebab masalah dan sebagai bahan penyusunan kebijakan selanjutnya. Definisi perkotaan dan perdesaan dikeluarkan oleh Presiden Indonesia dengan nomor 26 tahun 2007 tentang perencanaan tata ruang yang mengungkapkan bahwa area perkotaan adalah area yang sebagian besar aktivitasnya adalah non-pertanian, pemukiman kota, pusat dan penyebaran pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial, dan aktivitas ekonomi, sedangkan area perdesaan adalah area dengan perkebunan dan pengelolaan sumber daya alam sebagai aktivitas utamanya dan

pemukiman desa.27 Pada tahun 2010, proporsi penduduk kota di Indonesia yaitu 49,8% yang berarti bahwa sebaliknya lebih dari setengah penduduk Indonesia tinggal di desa.28 Proyeksi penduduk di tahun 2035 menunjukkan bahwa proporsi penduduk kota akan meningkat menjadi 66,6% yang berarti bahwa komponen demografi penduduk yang meliputi kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk juga berubah.28 Terdapat dua kemungkinan penyebab kenaikan populasi kota, pertama karena perpindahan penduduk desa ke kota, kedua yaitu karena area desa berubah menjadi kota dengan komponen non-pertanian.28

Kematian merupakan salah satu komponen demografi yang terdiri dari indikator jumlah, penyebaran, dan komposisi.

Penelitian ini berfokus pada kematian anak pada rentang umur kurang dari 5 tahun dengan spesifik area kota dan desa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) baik di desa dan di kota cenderung rendah dibandingkan dengan India, Nigeria, Republik Kongo, Pakistan, dan Cina sebagai 5 negara yang berkontribusi pada setengah kematian anak di dunia.29

Berdasarkan gambar 1 pola kematian anak di Indonesia, angka kematian bayi dan angka kematian balita menurun secara signifikan dari tahun 1997 sampai 2006.

Gambar tersebut menunjukkan hasil yang cenderung paralel karena angka kematian bayi dan angka kematian anak di bawah 5 tahun biasanya mempunyai faktor resiko yang serupa. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil BPS (Badan Pusat Statistik) bahwa angka kematian anak 12 kematian per 1000 kelahiran hidup. Situasi perkotaan menunjukkan bahwa angka kematian bayi di bawah satu tahun hanya 32 kematian per hari pada tahun 1997. Penurunan 11 kematian sudah sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Angka

(9)

kematian bayi di perdesaan juga menurun dari 56 kematian per 1000 kelahiran hidup menjadi 27 kematian per 1000 kelahiran hidup. Negara Sub-Sahara di Afrika mempunyai angka kematian anak tertinggi karena infeksi HIV/AIDS yang diturunkan kepada bayi.30 Teknik yang sama juga diterapkan salah satu peneliti untuk menentukan estimasi kematian bayi di Kabupaten Kuantan Singingi Riau, dimana hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 22 kematian bayi perempuan dari 1000 kelahiran dan terdapat 30 kematian bayi laki- laki dari 1000 kelahiran.31 Penelitian serupa di Provinsi Lampung menunjukkan terdapat 26 kematian bayi perempuan dan 35 kematian bayi laki-laki dari 1000 kelahiran.32 Penelitian lain di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat dengan metode yang sama menghasilkan estimasi kematian bayi laki- laki yaitu 43 dan kematian bayi perempuan 32 per 1000 kelahiran.33 Metode lain yaitu Brass dan Logit telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan menggunakan data dasar SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) 2017 dan diperoleh hasil yaitu AKB tahun 2017 ada pada rentang 28-43 kematian per 1000 kelahiran hidup.34

Angka kematian bayi dan balita di perkotaan dan perdesaan menunjukkan perbedaan yang tidak berarti, dimana angka kematian di perdesaan cenderung lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Hasil yang sama ditunjukkan oleh studi di 13 kabupaten di Indonesia yang menunjukkan lemahnya registrasi kematian di kota dan di desa.6 Penelitian di Kota Ambon juga mendukung hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa registrasi kematian belum cukup dalam aspek prevalensi dan faktor risiko.26 Angka kematian anak menurun drastis dari tahun 1997 ke tahun 2006 baik di desa dan di kota.8 Jika dibandingkan, angka kematian secara umum cenderung tinggi di perdesaan dibandingkan perkotaan. Penurunan AKB dan AKba didukung dengan optimalisasi

program posyandu yang menyeluruh di setiap desa. Posyandu merupakan upaya penurunan AKI dan AKB yang dicanangkan sejak 1986 mempunyai sasaran bayi, balita, ibu hamil dan pasangan usia subur (PUS).35 Penelitian sebelumnya turut mendukung data bahwa penurunan AKB dan AKABa merupakan peran masyarakat (termasuk kader posyandu) sehingga tercipta program yang mandiri dan berkesinambungan.36 Data kematian anak dikategorikan menjadi dua yaitu angka kematian bayi dan angka kematian balita.

UNICEF mempublikasikan data kematian bayi sebesar 22,15 per 1000 kematian dan angka kematian anak di bawah lima tahun sebesar 51,24 per 1000 kematian.37 Studi ini bertujuan untuk mengestimasi kematian anak (bayi dan balita) menggunakan data sensus Indonesia 2010 dengan metode UN-IGME.

Di Indonesia, data kematian bayi kurang dari 1 tahun berdasarkan hasil SDKI tahun 2017 yaitu 34 kematian per 1000 kelahiran.38 Angka tersebut cukup tinggi dibandingkan dengan angka kematian bayi secara global.

Penyebab rendahnya kualitas registrasi kematian di perdesaan mungkin karena proses registrasi dan syaratnya yang kompleks, langkah-langkah pelaporan dibimbing oleh Dinas Penduduk dan Catatan Sipil bersama dengan Dinas Kesehatan pada level kabupaten/kota. Langkah pertama yaitu ketua RT (Rukun Tetangga) melaporkan kematian yang terjadi di wilayah kerjanya dalam waktu 30 hari, jika melebihi batas waktu maka akan dikenakan denda. Ketua RT perlu melaporkan semua kematian dengan faktor penyebab ke tingkat kabupaten.

Dinas setempat akan melanjutkan ke level provinsi, dan tahap terakhir pada level nasional. Faktor geografi (yang membedakan area perkotaan dan perdesaan) yang ditunjukkan dengan akses transportasi dapat menjadi faktor penyebab rendahnya kualitas registrasi kematian. Hal tersebut akan menjadi lebih buruk karena pelaporan masih menggunakan sistem manual (tidak online).

(10)

Area perdesaan cenderung terdiri dari akses yang sulit (transportasi dan komunikasi) yang merefleksikan rendahnya pelaporan kematian bahkan banyak kematian yang tidak dilaporkan. Pelapotan kematian di Rumah Sakit dilaporkan melalui surat keterangan penyebab kematian (SKPK), di luar rumah sakit melalui pendekatan AV dengan kuesioner, dan kematian di Puskesmas dilaporkan melalui penyebab dasar kematian (Underlying Cause of Death) yang mengelompokkan penyakit berdasarkan ICD- 10 (International Statistical Classification of Deseases-10).39

KESIMPULAN

Sistem pelaporan dan registrasi kematian yang sulit diimplementasikan menyebabkan under-reporting atau kematian yang tidak dilaporkan secara benar dan tepat waktu ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil tingkat kabupaten/kota. Oleh karena itu penggunaan data sensus penduduk dengan metode analisis UN-IGME merupakan salah satu alternatif metode yang tepat untuk mengestimasi AKB dan AKBa.

SARAN

Kualitas registrasi kematian bayi dan balita perlu ditingkatkan, terutama di perdesaan. Kualitas registrasi dapat ditingkatkan dengan memperbaiki koordinasi mulai dari ketua RT/pamong desa sampai dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Hal-hal yang perlu dikoordinasikan adalah pelaporan yang tepat waktu, kelengkapan data (termasuk penyebab kematian), dan kepatuhan untuk melaporkan.

Proses administrasi untuk pelaporan dari ketua RT hingga level nasional harus dipermudah, misalnya laporan dengan menggunakan SMS (Short Massage Service).

Perlu adanya sosialisasi ke masyarakat melalui televisi, radio, dan media sosial lainnya mengenai pentingnya kualitas data

kematian sehingga perumusan kebijakan pada sektor terkait dapat tepat sasaran.

KONTRIBUSI PENULIS

M berperan dalam mengembangkan ide, merumuskan masalah dan menganalisis data. S berperan dalam menyusun latar belakang dan metode penelitian. DS berperan dalam mengumpulkan tinjauan pustaka dan membahas hasil penelitian.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia yang telah mempublikasikan data mentah sensus 2010.

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Child Mortality.

2. UNITED NATIONS. Step-by-Step Guide to the Estimation of Child Mortality. New York; 1990.

3. World Health Organization. Number of Infant

Deaths (Thousands).

https://www.who.int/data/gho/data/indicators/in dicator-details/GHO/number-of-infant-deaths- (thousands). Published 2020.

4. Central Bureau of Statistics Indonesia.

Penduduk Indonesia (Population of Indonesia) The Result of Indonesia Population Census 2010.; 2010.

5. UNICEF. Health (Giving Children the Best Chanche to Survive and Thrive).; 2020.

6. Sulistiyowati N, Irianto J. Akurasi Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian (Studi Tipikal Sejumlah Daerah di Indonesia) Masih Perlu Banyak Peningkatan: Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian di Beberapa Daerah, Indonesia 2014 (Accuracy of the Death and Causes of . Media Litbangkes,26.

2016;26(4):191-200.

7. MPR (People’s Consultative Assembly).

Constitution Number 24 Year 2013 About Population Administration. Indonesia; 2013.

8. UNITED NATIONS. Manual X: Indirect Techniques for Demographic Estimation.; 1983.

(11)

9. Blencowe H, Cousens S, Jassir FB, et al.

National, regional, and worldwide estimates of stillbirth rates in 2015, with trends from 2000: a systematic analysis. Lancet Glob Heal.

2016;4(2):e98-e108. doi:10.1016/S2214- 109X(15)00275-2

10. Eliyana Y. Pengaruh Motivasi Bidan Terhadap Implementasi Kebijakan Registrasi Bidan di IBI Ranting Kota Pamekasan. J Adm Publik.

2016;14(1):19-26.

11. Hidayat T, Medis R, Vokasi S, Gadjah U.

Evaluasi Ketepatan Kode Diagnosis Penyebab Dasar Kematian Berdasarkan ICD-10 di RS Panti Rapih Yogyakarta. J Manaj Inf Kesehat Indones. 2014;2(1):82-89.

12. Syahputra AA, Susanti R, Mulyani H.

Gambaran Format dan Tata Cara Pengeluaran Surat Keterangan Kematian pada Rumah Sakit di Kota Padang. J Kesehat Andalas.

2016;5(1):103-110.

13. Agustina M, Masturoh I. Gambaran Kelengkapan Pengisian Kuesioner Autopsi Verbal Kematian Ibu Di Puskesmas Wilayah Kabupaten Ciamis. J Persada Husada Indones.

2018;5(18):48-59.

14. Sullivan JM, Tureeva NK. Infant and Child Mortality. Infant Child Mortal. 2002:77-85.

15. Alkema L, New JR, Pedersen J, You D. Child Mortality Estimation 2013 : An Overview of Updates in Estimation Methods by the United Nations Inter-Agency Group for Child Mortality Estimation. PLoS One. 2014;9(7).

doi:10.1371/journal.pone.0101112

16. You D, PhillipWu J, Tessa. Levels & Trends in Child Mortality, Report 2013.; 2013.

https://resourcecentre.savethechildren.net/library /levels-trends-child-mortality-report-2013.

17. Murray CJL, Ahmad OB, Lopez AD, Salomon JA. WHO System of Model Life Tables.

18. UNICEF. UN Inter-agency Group for Child

Mortality Estimation.

https://childmortality.org/methods. Published 2020.

19. Nadeak H. sistem Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ditinjau dari Aspek Kebijakan Publik (Suatu Kajian terhadap Implementasi Kebijakan Bidang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Bandung dan Kota Bandung Provinsi Jawa Barat). J Bina Praja. 2014;6(3):19-34.

20. Agustini H, Kabul T, Purwoko. Ketepatan Penentuan Diagnosa Penyebab Kematian pada Sertifikat Medis Penyebab Kematian di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Medicordhif.

2015;02(01):18-27.

21. Sukoco A, Wigunantiningsih A. Faktor Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten

Karanganyar 2018. MATERNAL.

2020;IV(1):1-5.

22. Agusrawati, Makkulau, Yahya I, Abidin S.

Deskripsi status kesehatan masyarakat kota kendari berdasarkan hasil registrasi penduduk.

In: SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL). ; 2017:555-560.

23. Prayitno L, Musadad AD. Rapid Assesment Pencatatan Sipil dan Statistik Hayati di Tiga Daerah di Indonesia. Media Kesehat Masy Indones. 2020;16(3):387-399.

24. Irianto J, Afifah T, Hermawan, Simamarta O.

Pemanfataan Completeness Sebagai Koreksi Angka Kematian Hasil Registrasi dan SP-2010.

J Ekol Kesehat. 2012;11(4):252-258.

25. Djaja S, Sulistiyowati N. Pola Penyebab Kematian Kelompok Bayi dan Anak Balita, Hasil Sistem Registrasi Kematian di Indonesia Tahun 2012. J Ekol Kesehat. 2014;13(3):265- 272.

26. Sulistiowati E, Handayani K. Pelaksanaan Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian di Kota Ambon Tahun 2014. Media Litbangkes.

2019;29(1):1-12.

27. Presiden RI. Law of Republic of Indonesia Number 26 Year 2007 About Spatial Planning.;

2007.

28. Central Bureau of Statistics Indonesia.

Percentage of Urban Population of Indonesia.;

2020.

29. Danzhen Y, Wardlaw T, Salama P, Jones G.

Levels and trends in under-5 mortality , 1990 – 2008. Lancet. 2010;375:2008-2011.

doi:10.1016/S0140-6736(09)61601-9

30. Guillot M, Gerland P. Child Mortality Estimation : A Global Overview of Infant and Child Mortality Age Patterns in Light of New Empirical Data. PLoS Med. 2012;9(8).

doi:10.1371/journal.pmed.1001299

31. Baqi AI. Estimasi Tingkat Kematian Bayi dan Harapan Hidup Bayi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2010 dengan

(12)

Menggunakan Metode Trussel. In: Prosiding Seminar Nasional Dan Kongres IndoMS Wilayah Sumatera Bagian Tengah. ; 2014:276- 281.

32. Baqi AI. Estimasi Tingkat Kematian Bayi dan Harapan Hidup Bayi Provinsi Lampung Tahun 2005 dengan Menggunakan Metode Trussel. In:

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. ; 2013:15-19.

33. Baqi AI. Estimasi Tingkat Kematian Bayi dan Harapan Hidup Bayi Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2010 dengan MenggunakanMetode Sullivan. In: Prosiding Semirata2015 Bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungpura Pontianak. ; 2010:350- 356.

34. Nainggolan DA. Estimasi Angka Kematian Bayi Indonesia Menggunakan Metode Brass dan Sistem Logit Berdasarkan Data Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2017. 2019.

35. Ministry of Health Indonesia. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu (General Guidelines for Posyandu Management). Jakarta; 2006.

36. Sengkey SW. Analisis Kinerja Kader Posyandu di Puskesmas Paniki Kota Manado. Jikmu.

2015;5(5).

37. UNICEF. Child Survival.; 2010.

38. Badan Pusat Statistik. Profil Kesehatan Ibu Dan Anak 2010.; 2010.

39. Sulistiyowati N, Senewe FP. Pola Penyebab Kematian Usia Produktif (15-54 Tahun) (Analisis lanjut dari "Pengembangan Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian di Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun 2012). J Kesehat Reproduksi Vol. 2014;5(April):37-47.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dikarenakan dengan menggunakan media komunikasi SMS dengan teknologi SMS Gateway , pengguna dapat memonitor keadaan utama pintu dengan adanya pengiriman

Banyak yang menganggap bahwa sumber dari sedimen di pantai adalah hasil erosi tebing (cliff) pantai, namun pada kenyataannya erosi pada tebing pantai tidak berkontribusi besar

Sedangkan yang termasuk peningkatan fisik khusus adalah stamina, daya ledak, reaksi, koordinasi, ketepatan dan keseimbangan (Suharno. Kekuatan adalah komponen fisik yang

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai adalah untuk mengetahui proses mengasah kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu melalui

Kata Kunci: Konseling Realita, Membolos dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah sering ditemukan kasus siswa yang meninggalkan

Di dalam menyusun sesuatu berita, wartawan Indonesia membedakan antara kejadian (fact) dan pendapat (opinion) sehingga tidak mencampurbaurkan yang satu dengan yang

Dengan demikian, keberatannya pada materialisme historis dengan unsur teleologis yang kuat dan juga unsur teleologis dari teologi, serta konsep sejarah lain yang berciri

Merupakan bagian dinding vena yang utama, terdiri dari jaringan pengikat longgar yang mengandung serabut kolagen kasar longitudinal dan sedikit serabut