• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Teknik Jurnalis-Masri-Sareb Putra No Password

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buku Teknik Jurnalis-Masri-Sareb Putra No Password"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK MENULIS

BERITA & FEATURE

R. MASRI SAREB PUTRA

PT INDEKS Kelompok GRAMEDIA

indeks@cbn.net.id

(2)

BAGIAN I

BERITA

Bagian pertama ini membahas

 sekilas terjadi dan institusi berita

 etimologi dan semantik berita

 unsur-unsur berita

 teknik menulis berita

 memancing dengan lead

 teknik membuat judul berita

 teknik menyunting berita

 menggali dan memburu berita

(3)

BAB 1

BERITA:

SEKILAS SEJARAH TERJADI

DAN INSTITUSINYA

Setelah membaca dan mempelajari bab ini. Anda diharapkan dapat

1. memahami asal usui berita dan institusinya Forum Romanum

3. memahami asal usul wartawan dijuluki slave reporter, atau "kuli tinta' 4. memahami revolusi institusi berita, setelah Johannes Gutenberg

menemukan mesin cetak

(4)

Kapankah terminologi "berita" ditemukan dan siapakah orang yang pertama kali mempopulerkannya? Sukar melacaknya secara pasti. Yang jelas, sejak manusia pertama bisa berkomunikasi satu sama lain. sebenarnya makna "berita" sudah dikenal. Bukankah berita pada hakikatnya adalah kabar biasa, atau keterangan mengenai kejadian/ peristiwa yang hangat?

Jadi, setiap kali berkomunikasi, setiap kali pula ada isi/pesan/berita yang disampaikan atau yang hendak dikomunikasikan. Tanpa adanya berita, maka sebuah komunikasi menjadi hanya komunikasi biasa, tanpa ada embel-embel "mengandung nilai berita".

Kabar biasa, atau keterangan mengenai kejadian/peristiwa yang hangat tentu saja datang dari pembawa kabar. Pada zaman dahulu kala, pada zaman kerajaan. pembawa kabar sering dilakukan oleh hulu balang. Salah satu pekerjaan hulu balang ialah mewartakan kepada raja ihwal/ peristiwa yang terjadi di seputar kerajaan. Karena itu, dalam arti sempit, hulu balang juga disebut pewarta. Tentu saja, kabar yang diwartakan hulu balang ialah kabar yang penting, kabar yang mengandung nilai berita, sehingga kabar itu dapat dijadikan dasar bagi raja di dalam mengambil sikap atau tindakan. Jika yang diwartakan bukan kabar yang penting, maka tentu saja si hulu balang akan dicaci maki oleh raja. Belum lagi jika misalnya berita yang dibawakan mengandung berita bohong, tidak dapat dipertanggungjawabkan. Bukan hanya si hulu balang akan dipecat, bisa jadi ia juga dihukum.

1.1 Berita pada Zaman Romawi Kuno

Berita memang nenjadi bagian dari hidup umat manusia dalam interaksi sosialnya. Akan tetapi, berita sebagai komoditas dan sebagai sebuali peristiwa/fakta yang ' secara khusus disistematisasikan (dicari, dikumpulkan, dan disiarkan untuk mendapatkan umpan balik) atau dijadikan menu/sajian sebuah medium komunikasi— barangkali baru dimulai pada zaman Romawi kuno.

Pakar sejarah Suetonius mencatat, ketika Julius Caesar dinobatkan menjadi konsul (9 SM), ia memerintahkan supaya di Forum Romanum (pasar Roma) dipasang papan pengumuman yang disebut dengan acta diurna atau catatan harian (ada = catatan: (diurna/diurnal - harian). Dari sinilah kita mengenal istilah "akta notaris" (catatan notaris) atau "akta mengajar" (surat keterangan kompetensi untuk mengajar). Juga dari sini kita mengenal istilah jurnal, atau terbitan berkala.

Boleh dikatakan, papan pengumuman di zaman Romawi kuno merupakan medium cetak yang fungsinya sebagai alat komunikasi massa. tidak ada hubungan timbal balik. Ada diuma adalah medium komunikasi dari atas (penguasa) ke bawah (rakyat).

Papan pengumuman pada acta diurna adalah informasi yang ingin dikomunikasikan dari penguasa kepada rakyatnya. Orang yang bertugas Namun, komunikasi yang masih searah (one way traffic communication).

(5)

mengumpulkan informasi itu disebut diurnarius. Mereka adalah para budak majikan mereka disebut "orang terikat". Pada zaman Kekaisaran Romawi, para budak diadu berkelahi dengan binatang buas di amphiteatrum (stadion). Perkelahian itu menjadi bahan tontonan yang menarik. Tidak jarang, sang budak mati diterkam binatang buas. Dan bagi yang menang, mendapat ganjaran, biasanya diangkat martabatnya menjadi manusia bebas. Waktu itu. hubungan budak-majikan bagai hubungan harta-pemilik. Budak adalah "harta" dan majikan adalah pemilik.

disamakan dengan "kuli tinta" untuk mengacu pada tugas mengumpulkan hasil investigasi dan wawancaranya menggunakan pena. Karena itu, wartawan disebut kuli tinta-setara dengan orang yang bekerja membangun sebuah rumah, gedung, atau jalan raya yang disebut "kuli bangunan".

 suatu pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan alat utama tinta (pena) atau wartawan;

 orang yang memperoleh penghasilan (bermata pencaharian) dari menulis

1.2 Gutenberg: Revolusi Media Massa

Media cetak yang kita kenal sekarang, merupakan sebuah proses penemuan panjang dan sangat berbelit. Media celak tidak lahir begitu saja, namun jauh hari sebelumnya sebenarnya sudah ada upaya, embrional, dan naluri manusia untuk mengarah ke sana. Hanya saja. temuan-temuan awal masih, bersifat naluriah, belum tersistematisasikan dan belum distrategikan untuk suatu tujuan atau kepentingan tertentu.

Kurang lebih 6.000 tahun yang silam, di zaman Babilonia dan Ninive (wilayah Irak sekarang), di Asia Kecil (Minor Asia) sebenarnya sudah dikenal karya cetak -walaupun bentuknya masih sangat sederhana. Karya cetak tersebut dibuat dari tanah lempung (tanah liat) yang dipanggang seperti halnya batu bata. Para ahli menemukan di Ninive terdapat 25.000 lempeng tanah liat berbentuk segi empat yang telah dikeringkan. Setiap lempeng berisi susunan garis-garis berupa paku. karena itu disebut juga sebagai "tulisan paku".

Selelah manusia berhasil berkomunikasi dengan suara atau bunyi, komunikasi sederhana itu meningkat lagi menjadi komunikasi tertulis. Setelah mengenal dunia sekitar dan dapat menggambar benda-benda, manusia mulai menciptakan komunikasi lewat gambar untuk "menuliskan" Dari sini nantinya lahir istilah slave reporter, yang di Indonesia (servus), golongan rendahan, kaum orang yang tidak merdeka, yang oleh

dan menyiarkan berita. Di dalam tugasnya sehari-hari, wartawan menulis

Jadi, "kuli tinta" mengacu pada:

karangan (artikel, buku, dan sebagainya) (KBBI, 2001: 610)

dengan "piktograf' (dari kata picture = gambar dan grafein = tulisan).

(6)

Jika manusia penghuni tepi sungai Eufrat membuat buku dari lempung, maka manusia yang bermukim di sepanjang sungai Nil jauh lebih maju peradabannya. Hal ini terbukti dari peninggalan kebudayaan material mereka. Mereka membual karya cetak sudah menggunakan papyrus yang tumbuh subur dan liar di sepanjang pesisir Laut Tengah. Bahkan, tumbuh-tumbuhan ini juga dengan mudah dapat ditemui di kiri atau kanan tepi Sungai Nil.

Manusia penghuni tepi Sungai Eufrat (Mesir) membual karya cetak diawali dengan memetik daun-daun papyrus, kemudian di permukaan daun menjadi ideograf. yakni lambang yang mempunyai makna tertentu berupa huruf kanji yang sekarang ini masih diteruskan tradisinya oleh bangsa Cina dan Jepang.

Tulisan dalam daun papyrus jika sudah penuh satu daun, maka disambung dengan daun yang lain dan lama-kelamaan sampai panjang, bahkan panjangnya hingga bermeter-meter. Itu pula sebabnya. Kitab Taurat (Torah) disebut Pentateukh, alau Lima Gulungan, karena kitab itu memang terdiri atas lima gulungan. Kitab gulungan yang terpanjang dalam sejarah sepanjang 7,5 meter.

gulungan. Namun, bahan yang mereka gunakan bukan dari daun papyrus, melainkan dari bahan kulit domba atau kulit kambing yang disebut dengan vellum. Materi kulit binatang ini ternyata cukup awet dan mudah untuk disimpan. Berabad-abad lamanya manusia menggunakan daun papyrus dan berupa kertas dan mesin cetak ditemukan.

Sementara itu, di India dan Indonesia yang alamnya banyak ditumbuhi pohon palma, orang menggunakan daun lontar sebagai media tulis-menulis. Di Cina, Tsai Lun yang hidup sekitar tahun 105M, telah melakukan eksperimen untuk membuat kertas. Ia menumbuk-numbuk beberapa jenis cetakan, lantas dijemur. Setelah kering, jadilah kertas. Dengan perantaraan tawanan-tawanan perang Cina. penemuan Tsai Lun lantas meluas sampai ke Arab, Mesir, Afrika Utara, dan kemudian Eropa. Para pakar memandang bahwa apa yang dirintis oleh Tsai Lun merupakan cikal bakal penemuan jenis bahan baku cetak-tulis modem yang disebut kertas.

Waktu terus bergulir, manusia semakin maju dalam pemikiran dan peradabannya. Di tahun 1041, Pi Seng, seorang warga Cina, menemukan alat cetak sederhana. Akan tetapi, orang lebih mengenai apa yang dilakukan oleh Johannes Gutenberg. seorang Jerman dari kawasan Mainz, sebagai "penemu" teknologi cetak yang pertama. Dari tangannyalah lahir Septuaginta. kitab Latin yang pertama yang kemudian populer disebut itu diukir dengan huruf-huruf hieroglyp. Hieroglyp kemudian berkembang

Di tempat lain, orang Romawi membuat karya cetak juga dengan

vellum untuk media tulis-menulis, hingga kemudian bahan baku karya tulis

(7)

sebagai "Kitab Gutenberg". Kitab ini disebut juga sebagai "Kitab 42 Baris" karena setiap halamannya terdiri atas 42 baris.

Kitab Gutenberg rampung pengerjaannya pada 15 Agustus 1456, dengan jumlah cetakan 180 eksemplar. 150 dicetak di atas kertas, dan 30 lagi dicetak dalam vellum. Ukuran (format) buku 12 x 16, 5 inch. Konon, hingga sekarang buku itu hanya tersisa 48 buah saja. Barang berharga dan bersejarah itu 14 buah berada di Amerika Serikat. Boleh dikatakan, revolusi di dunia produksi media cetak dimulai ketika Gutenberg pada tahun 1456 menemukan mesin cetak sederhana. Meskipun sederhana, mesin cetak itu dapat memproduksi secara massal beberapa kitab (produk).

Penemuan Gutenberg merupakan titik awal yang menjadi inspirasi bagi penemuan-penemuan mesin cetak selanjutnya yang semakin hari semakin canggih. Sejak itu, teknologi percetakan semakin berkembang sehingga memicu perkembangan produksi media cetak seperti buku, majalah, surat kabar, serta berbagai terbitan berkala maupun tidak berkala lainnya. Tanpa adanya jasa Gutenberg, kita tidak tahu seperti apakah perkembangan teknologi percetakan dan output-nya. Dalam konteks ini, Marshail McLuhan mengatakan, "Gutenberg made everybody a reader, Xerox makes everybody a publisher" Gutenberg membuat setiap orang menjadi pembaca, sedangkan Xerox membuat setiap orang menjadi penerbit."

Tahun 1884 boleh dikatakan terjadi lompatan sekali lagi teknologi di bidang percetakan. Seorang penduduk Baltimore, Ottmar Mergenhaler berhasil menemukan jenis mesin linotype. Disusul kemudian dengan penemuan mesin celak yang lebih modern, yakni mesin cetak silinder.

Dan pada awal abad 19, media cetak tidak saja menjadi sebuah produk budaya. Akan tetapi, juga berfungsi sebagai komoditas (barang dagangan). Teknologi percetakan kian berkembang. Seni artistik pun masuk dalam industri media cetak. Media cetak telah semakin multifungsi, dicetak dalam jumlah besar, menjadi salah satu media komunikasi cetak di samping media lainnya. KATA-KATA KUNCI berita kabar pewarta medium/media komunikasi Forum Romanum acta diuma acta senatus slave reporter kuli tinta piktograf mesin cetak

(8)

PERTANYAAN

1. Apa yang disebut dengan "acta diuna"? 2. Jelaskan Forum Romanum!

3. Apa yang dimaksudkan dengan slave reporter? 4. Mengapa wartawan disebut "kuli tinta"?

5. Apa peran Johannes Gutenberg dalam perkembangan teknologi media cetak?

(9)

BAB 2

BERITA:

ETIMOLOGI DAN SEMANTIK

Setelah membaca dan mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat

1. mendefinisikan dan menyebut apakah berita itu

2. menjelaskan manakah peristiwa yang bernilai berita dan bukan 3. menjelaskan proses terjadinya berita

(10)

Dalam kehidupan sehari-hari. kita sudah sangat terbiasa menggunakan dan mengucapkan kata "berita." Ketika bertemu sahabat, kenalan, orang tua, atau siapa saja; kita sering bertanya, "Hei, lama tak bertemu, bagaimana kabar beritanya?" Atau, ketika kita ingin tahu tentang seseorang melalui orang yang kita Jumpai, kita bertanya. "Si Anu sekarang di mana? Kok lama tak mendengar beritanya?"

Makna "berita'" seperti contoh di atas, tentu saja sama dengan kabar, kisah, atau "ada apa dengan" si Anu yang hendak diketahui? Barangkali jawaban atas pertanyaan mengenai berita, penting bagi si penanya. Namun, belum tentu penting bagi orang lain, atau bagi khalayak yang lebih luas.

Dengan kata lain, sebuah peristiwa/fakta, atau apa pun yang dialami; belum tentu mengandung nilai berita. Tidak setiap peristiwa/kejadian dapat disebut berita.

Kalau begitu, apa sesungguhnya arti "berita"? Dihadapkan dengan pertanyaan seperti itu. tentu saja kita harus berpikir lebih dulu. Minimal membuka kamus, alau ensiklopedi.

2.1 Etimologi dan Semantik

Kamus Besar Bahasa Indonesia—KBBI, Departemen Pendidikan Nasional-Balai Pustaka, 2001:140—mendefinisikan "berita" sebagai berikut

 "Cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat; kobar; laporan; pemberitahuan; pengumuman."

Definisi dari kamus itu, tentu saja belum memuaskan. Oleh karenanya kita masih perlu mengeksplorasi sumber-sumber lain, yang menjelaskan apa sesungguhnya makna berita, khususnya dalam konteks ilmu jurnalistik

Berita, alau news, ternyata mengandung banyak definisi, namun substansinya sama. Sebagai contoh:

 "kabar, berita, warta." .

— Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia Pustaka Ulama. 2000: 394.

 > ''Information about a recent event or events; The presentation of such Information as reports by journalist and others in the media (print, radio, television, electronic, or other), often in a format described through a compound beginning with news such as news broadcast, newscast, newspaper, sometimes used as the title Newsweek, Newsday, and News night."

— The Oxford Companion to the English Language: 690.

 ... a report on the tatest major events in one's own city and nation and in other parts of the worid, on television, on the radio, in a

(11)

newspaper, etc; 2 information about recent events or changes In s.o.'s personal or business life; She read a letter with news from her son,

— Dictionary of American English: 1020

2.2 Berita dan Peristiwa

Samakah antara berita dan peristiwa?

Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita mengacu kepada makna harfiahnya. Peristiwa ialah kejadian, atau event. Adapun berita bisa saja merupakan sebuah peristiwa, namun tidak setiap peristiwa mengandung unsur berita.

Sebagai contoh:

 Bencana alam tsunami yang melanda Aceh merupakan suatu peristiwa (gejala) alam yang secara faktual terjadi. Peristiwa ini sekaligus mengandung unsur atau syarat-syarat sebuah berita. Mengapa? Karena peristiwa itu selain unik dan dramatis, juga menyangkut (kepentingan, masalah, perhatian) banyak orang.

panjang ilu akibat terjepit pintu mobil. Ini suatu peristiwa, namun bukan merupakan berita.

Mengapa peristiwa pertama disebut mengandung unsur berita, sedangkan peristiwa yang kedua bukan, akan dibahas pada bagian tersendiri (bahasan yang secara khusus mengupas unsur-unsur atau syarat-syarat sebuah berita).

2.3 Proses Penemuan dan Pelaporan Berita

Laporan wartawan, baik media elektronika maupun media cetak, yang kita mengalami proses yang panjang. Sebelum berita itu tersaji di hadapan kita (kita baca, resapi dan nikmati), sebenarnya sudah ada serangkaian pekerjaan yang dilakukan. Apa, siapa, dan bagaimana proses itu dilakukan?

2.4 Tempat Berita dalam Media

komoditas informasi yang sangat vital. Untuk itulah, ada media yang melulu mengandalkan jualannya (dagangan, atau menu utamanya) dari hanya menyiarkan berita. Sebagai contoh:

 Metro TV memaklumkan diri sebagai media berila dan informasi (juga CNN).

 Tempo adalah majalah berita mingguan.

 Joko Bodo, seorang kernet angkot, patah kuku jempol tangannya yang

terima dan kita baca, sesungguhnya merupakan sajian akhir yang sudah

(12)

Proses penemuan/pelaporan berita

Sebegitu pentingnya berita, sehingga ada rubrik tertentu dalam televisi yang dinamakan "Infotaintment". Artinya, sebuah berita (informasi) yang dikemas secara menghibur, secara enak. Dalam bab tersendiri mengenai rubrikasi. tempat berita dalam sebuah media akan dibahas secara mendetail Bahwa yang namanya "berita", masih dapat dipilah-pilah lagi dalam

kategori-Yang jelas, manusia ternyata membutuhkan berita (dan informasi) tentang manusia lain dan tentang dunia lain yang melingkupi dan memengaruhi kehidupannya. Kebutuhan itu terbukti dari banyaknya peminat (pembaca/pemirsa/pembeli) media yang menyiarkan atau mempublikasikan berila atau informasi. Sementara media yang mengandalkan opini, sering hanya sedikit peminatnya-sebagai contoh jurnal ingin mengetahui ihwal orang lain.

KATA-KATA KUNCI

berita

berita dan bukan berita proses berita

peristiwa

news event kabar laporan

PERTANYAAN

1. Apa definisi "berita"? Jelaskan dengan contoh minimal dua definisi dari sumber yang berbeda!

2. Apa perbedaan antara berita dan peristiwa?

3. Mengapa berita yang kita nikmati dan kita baca disebut telah mengalami proses?

4. Jelaskan bagaimana proses penemuan/ pelaporan berita!

TUGAS

Pergilah ke perpustakaan. Carilah dalam kamus, leksikon, ensiklopedi, internet, atau sumber lain definisi "BERITA". Bandingkan dengan pengetahuan, atau pemahaman yang sudah Anda peroleh! Adakah

PERISTIWA/FAKTA => WARTAWAN => DILAPORKAN => LAPORAN (lisan + tulisan)

- mengamati

- mengalami diedit

- wawancara

CLEAN COPY naskah dari wartawan yang sudah disunting editor dikirim ke PRACETAK untuk diset. Kalau dianggap final, dibuat film, lalu dicetak/diproduksi secara massal.

kategori.

(13)

perbedaan yang kamu temukan? Adakah pula persamaannya? Tunjukkan! (tugas -kelompok).

(14)

BAB 3

MENGGALI DAN MEMBURU

BERITA

Setelah membaca dan mempelajari bob ini. Anda diharapkan dapat

1. memahami proses pelaporan dan penulisan berita

2. memahami teknik pendalaman berita, antara lain melalui wawancara dan pengamatan

(15)

Berita tentu tidak tidak datang dengan sendirinya. Seorang wartawan, koresponden, atau pelapor haruslah jeli di dalam menangkap berbagai fenomena di sekelilingnya untuk dijadikan balian pemberitaan.

Dalam tugas sehari-hari sebagai jurnalis, seorang wartawan haruslah pencari berita. Wartawan sepanjang waktu -konon jam kerja wartawan 24 jam!—terus-menerus memikirkan bagaimana mendapat berita yang eksklusif dan bernilai berita. Kalau perlu, media lain belum menyiarkannya dan berita itu hanya diperoleh dan dimuat dalam media tempat sang wartawan bekerja.

Proses mendapatkan berita dapat melalui berbagai cara. Setelah berita didapat, masih perlu diolah lagi -ibarat "tukang masak" yang meracik dan meramu makanan agar enak dan menarik ketika disajikan. Lazimnya berita didapat dari enam cara:

 Penemuan peristiwa(fact finding)

 Mencari keterangaan dari saksi/tokoh terkait

 Wawancara

 Investigasi

 Mengambil dari sumber lain

 Kantor berita

3.1 Penemuan Peristiwa (fact finding) dan angle

Berita yang "ditemukan" sifatnya berupa peristiwa yang terjadi. Bisa peristiwa alam. seperti: banjir, tsunami, gunung meletus, gempa bumi, meteor jatuh, gerhana matahari, kebakaran, dan sebagainya. Wartawan tinggal melaporkan, atau menuliskan, dampak yang ditimbulkan oleji peristiwa itu dan memilih angle manakah yang paling menarik bagi pembaca?

Apakah yang dimaksudkan dengan angle? Secara harilah, angle berarti "to hold am opinion or perspective on something" (Dictionary of

American English, 2002: 45).

Jadi. angle ialah sudut pandang, sisi pandang, atau titik awal yang diambil wartawan untuk mulai menulis berita.

Agar lebih jelas, barangkali angle dimasukkan dalam contoh berikut ini. Misalnya, ada peristiwa kebakaran di sebuah lokalisasi WTS di wilayah Jakarta Barat. Rentetan peristiwanya panjang dan tentu saja banyak yang terkait di dalamnya. Setelah diselisik, ternyata kebakaran itu tidak hanya semata-mata kebakaran, tetapi ada by design, ada skenario tertentu di sana. Wartawan harus jeli melihat sesuatu di balik berita, untuk menangkap "apa" di balik peristiwa. Laporan wartawan harus dalam, ia tidak hanya sekadar melaporkan sesuatu yang tampak di permukaan saja. Karena itu, si

(16)

wartawan—setelah menyaksikan peristiwa—menggali lebih dalam, akhirnya, ia menemukan tali temali peristiwa. Ternyata, kebakaran di lokalikasi WTS disulut oleh pihak tertentu yang ingin tempat lokalisasi dijadikan gedung perkantoran. Sudah banyak jalan ditempuh untuk mencoba membeli areal di sana, namun selalu gagal. Satu-satunya cara ialah dengan membumihanguskan areal tersebut.

Kebakaran membawa efek domino. Warga ada yang luka parah, sampai meninggal. Harta benda ludes. Seorang WTS—katakanlah namanya Mawar Indah Berduri—ikut tewas dalam peristiwa naas ini. Padahal. Mawar dikenal sangat cantik, ramah, dan menjadi tumpuan hidup keluarganya di kampung.

Sebagai wartawan, apa angle yang hendak Anda ambil? Terserah! Asalkan setiap angle perlu didalami, dan tentu saja, memenuhi tiga unsur berikut ini.

 What peopie WANT to know ?

 What people NEED to know ?

 What people WANT and NEED to know ?

Dalam bab khusus yang membahas teknik (dan proses) penulisan berita dijelaskan bahwa sebelum menulis berita, wartawan harus berpikir lebih dulu. Untuk wartawan junior, yang belum terbiasa menulis, agar dihasilkan berita yang sempurna kadang diperlukan outline. Outline sebenarnya sama dengan apa yang ada di dalam pikiran (map of mind) Anda.

Bagi wartawan senior dan orang yang biasa menulis, outline itu sudah ada dalam kepalanya. Urut-urutannya sudah ada. Ia tahu manakah angle yang dipakai untuk starting point, sehingga begitu sampai di kantor, ia cukup duduk di depan komputer ialu bisa langsung muiai menulis berita. Yang mengherankan wartawan junior, laporan seniornya bagus dan memikat." Aneh! (Inilah buah dari kebiasaan, berlatih, dan learning by doing! Neuron (syaraf) menjadi terbiasa atau imun, jika sering dilatih).

Setelah ditimbang-timbang, akhirnya wartawan yang meliput peristiwa kebakaran di lokalisasi WTS Jakarta Barat memilih angle tewasnya korban Mawar Indah Berduri. Si wartawan menghubungi keluarga di kampung dengan wawancara tak bersemuka. Ia mendapat informasi yang menarik, bahwa Mawar adalah kembang desa, tahun depan akan menikah dengan kepala desa sebagai istri ketujuh, dan sewaktu pamit ke Jakarta, Mawar mengatakan bekerja di pabrik sepatu milik orang Korea. Memang semula

(17)

dijanjikan begitu, namun akhirnya Mawar terjebak dalam mata rantai jual beli perempuan (trafficking), sehingga akhirnya menjadi penghuni lokalisasi. Setelah menetapkan angle, dengan tidak lupa memberi bingkai dan latar peristiwa, si wartawan lalu menulis:

Mawar Indah Berduri tewas mengenaskan dalam peristiwa kebakaran di sebuah lokalisasi di Jakarta Barot, Tubuhnya yang halus mulus tak terlihat lagi. Padahal, tahun depan kembang desa Itu bokal dipersunting kades sebagai istri ketujuh.

menangis histeris ketika mendapat kabar bahwa putri kesayangannya telah tiada.

Menurut keterangan Lilin Suci, setiap bulan Mawar mengirimkan uang Rp 1.500.000,00. "Kini kami luntang lantung dan hidup dari mana?' tanyanya. Memang kasihan nasib Bu Suci dan keluarga. Sudah jatuh tertimpa tanggo pulal (nar)

Bagaimana jika tidak ada kejadian alam, atau insiden kebakaran seperti terjadi di lokalisasi WTS Jakarta Barat, apakah wartawan menganggur? Ataukah ia malah membuat bencana -misalnya membakar rumah orang— agar ada bahan berita yang dapat ia tulis?

Tentu tidak! Seorang wartawan yang kreatif, selalu memiliki ide-ide untuk dikembangkan menjadi berita. Peristiwa yang sudah lama terjadi pun dapat dikembangkan menjadi sebuah tulisan/ berita yang hangat. Misalnya: bencana tsunami sudah terjadi lebih dua tahun -ini tentu bukan lagi berita hangat. Tapi berita itu bisa dihangatkan kembali dengan mengangkat bagaimana suka duka, atau pengalaman, sebuah keluarga yang tercerai berai sewaktu tsunami menghantam daerah Aceh dan sebagian wilayah Sumatera, baru benemu kembali.

Atau contoh lain. Gunung Merapi meletus tiga tahun yang lalu -berita basi. Wartawan bisa menghangatkannya kembali, dengan mengangkat sisa-sisa dampak peristiwa alam itu dengan mengaitkannya dengan temuan fakta sekarang. Katakan, seorang petani yang berhasil sukses karena menjual pasir gunung merapi (pasir malang) menjadi salah satu media tanam bonsai. Inilah yang dimaksudkan dengan temuan fakta. Jadi, selalu ada saja teknik untuk mendapatkan berita. Selalu ada cara jntuk membuat sebuah berita basi menjadi hangat kembali.

3.2 Keterangan dari Saksi/Tokoh Terkait

Saksi/ tokoh yang terkait dengan sualu peristiwa menjadi penting untuk dijadikan pelengkap, atau berita tersendiri, di samping berita ulama. Seorang wartawan dalam pengembangan berita, harus bisa menangkap efek "Habis sudah tumpuan hidup kami/ kata Lilin Suci (46 tahun), ibu Mawar. "Kami tak tahu mesti dapat biaya dari mana lagi/ tambah sang ibu sambi!

(18)

dan tali temali sebuah peristiwa. Dengan demikian, apa yang dilaporkan tidak hanya sebatas apa yang terjadi, tetapi betul-betul tuntas dan memuaskan rasa ingin tahu audience.

Sebagai contoh, banjir setiap tahun melanda kota Jakarta—ini sebuah berita biasa. Namun, menjadi berita luar biasa, jika banjir juga sampai menggenangi rumah pejabat teras negara, atau rumah seorang public figure, sehingga ketika hendak masuk rumah sang tokoh mesti mengangkat celana (atau rok) ke atas dulu. Apalagi, jika peristiwa itu diabadikan lewat kamera, tentu mengandung nilai berita yang luar biasa.

Dalam memburu berita yang menyangkut suatu peristiwa, wartawan ikut terlibat baik secara fisik maupun nonfisik. Wartawan mengikutinya dengan empati dan melaporkan hasil amatan dan apa yang ia rasakan. Wartawan mencatat" semuanya itu. Karena itu, wartawan yang ditugasi mengikuti dan melapiorkan suatu peristiwa/ event disebut meliput.

Catatan:

meliput = membuat berita atau laporan secara terperinci tentang suatu masalah atau peristiwa [KBBi 2001: 677).

Dilihat dari prosesnya, ternyata wartawan tidak hanya menulis atau melaporkan berita secara terperinci, tetapi juga mengamati dan (sering kalil bahkan mengalaminya sendiri. Setelah itu. baru peristiwa/ event itu dilaporkan. Di sinilah sesungguhnya makna kata "meliput" menjadi penuh, ketika wartawan tidak saja melaporkan secara terperinci sualu peristiwa/ event, tetapi juga (sebelumnya) mengamati dan mengalami sendiri.

3.3 Wawancara

Salah salu teknik untuk mendapatkan berita yang eksklusif ialah dengan wawancara. Tentu saja. yang dipilih adalah narasumber yang punya nilai berita, atau narasumber yang benar-benar relevan dengan isu berita tersebut.

Sebagai contoh, kini sedang hangat-hangatnya isu mengenai flu burung. Siapa kira-kira tokoh yang lepat untuk diwawancarai? Tentu saja, dokter yang pakar di bidangnya (relevan) atau seorang public figure. kerabat atau kenalan korban flu burung (narasumber yang punya nilai berita).

Untuk melakukan wawancara dengan narasumber, tidaklah mudah. Di samping tidak setiap orang mau terbuka, banyak narasumber yang sibuk dan nyaris tidak punya waktu untuk wawancara khusus. Bagaimana cara melakukan wawancara, seorang wartawan harus punya trik-trik untuk itu.

(19)

Bagaimana agar narasumber mau "buka mulut", seorang wartawan pun harus pandai-pandai menyiasatinya. Ada narasumber yang untuk mendapatkan atau mengorek sesuatu darinya harus melalui pendekatan pribadi, atau personal approach. Ada yang melalui teknik investigatif (penyelidikan), bahkan tidak sedikit wartawan yang untuk mendapatkan informasi dengan menyamar.

Masih ingat bagaimana penyamaran yang dilakukan wartawan News of The World yang menjadi sheikh dari Timur Tengah saat mewawancarai pelatih nasional kesebelasan Inggris, Sven-Goran Erikkson? Dalam penyamarannya, si wartawan berhasil mengorek informasi dan memancing komentar Erikkson yang akhirnya menimbulkan kontroversial itu. Akibat komentarnya, Erikkson lalu berhadapan dengan publik Inggris yang berang. Erikkson lalu menuai akibat pahit atas komentarnya: dipecat sebagai pelatih limnas Inggris usai Piala Dunia 2006.

3.3.1 Teknik Wawancara I

Persiapan alat tulis dan rekam

Seorang wartawan, .sebelum melakukan wawancara, perlu persiapan atas memperlengkapi diri dengan seperangkat alat tulis dan rekam. Hal ini karena ingatan manusia pendek, sementara apa yang ditulis itu abadi. Selain itu, untuk menghindari kesalahan atau ketidaklengkapan yang dapat ditampung oleh daya ingat manusia.

Sebelum melakukan wawancara, wartawan harus melengkapi diri dengan tape recorder. Periksalah, apakah kaset penuh atau kosong, apa baterai masih baik atau usang, dan perhitungkan berapa lama waktu wawancara. Kalau lama, cukupkah dengan satu kaset? Selain itu, wartawan harus menyiapkan alat tulis. Biasanya, block notes dan ballpoint disediakan kantor. Jangan sampai terjadi, ketika wawancara, wartawan meminjam ballpoint narasumber. Ini sungguh memalukan!

Siapkan pertanyaan

Untuk mendapatkan sebuah berita yang lengkap, seorang wartawan perlu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber. Kalau perlu, persiapan dilakukan secara tertulis. Bahkan, ada wartawan yang sebelum melakukan wawancara langsung, mengirimkan terlebih dahulu daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber.

Mengapa persiapan itu perlu dilakukan? Persiapan perlu dilakukan agar diperoleh data, informasi dan keterangan yang lengkap pada saat itu juga. Mengapa daftar pertanyaan perlu dipersiapkan, atau dikirimkan lebih

(20)

dahulu? Hal ini agar pada saat itu pula diperoleh data yang akurat dan lengkap mengenai topik yang hendak digali dari narasumber.

Sebagai contoh, seorang wartawan harian ekonomi ingin mewawancarai presiden direktur sebuah perusahaan sepatu. Ia ingin menggali dari narasumber, berapakah karyawan yang berpendidikan SLTA, diploma, S-1. atau S-2? Kalau ini yang ditanyakan mendadak, maka sang wartawan tidak akan mendapatkan data saat itu juga. Karena karyawan pabrik sepatu itu mencapai angka belasan ribu, tentu saja sang presiden direktur tidak tahu persis datanya. Untuk mendapat data itu. sang presiden direktur memerlukan data dari Bagian Personalia. Jika informasi itu, atau pertanyaan itu, dikirimkan jauh hari sebelumnya, maka sang presiden direktur tentu sudah menyiapkan datanya di laci meja. Dan ketika wartawan meminta data, tinggal diberikan saja bahan yang sudah tersedia.

Sopan

Ketika melakukan wawancara, selalulah bersikap ramah tamah dan sopan. Anda bisa tidak mendapatkan berita apa-apa, jika narasumber sebal dengan Anda, lalu meninggalkan Anda pergi.

Kata-kata yang diajukan hendaknya tersusun sedemikian rupa, sehingga tidak terkesan menyalahkan, menggurui atau memojokkan narasumber. Ingat, yang diperlukan wartawan ialah menggali informasi dan data sebanyak-banyaknya dari narasumber, bukan untuk tujuan yang lain.

Tugas wartawan hanyalah menggali, mengarahkan narasumber, mendengar, dan mencatat.

Berhadapan dengan narasumber, seorang wartawan harus menyadari dia adalah pencari berita, bukan sumber berita. Sumber berita adalah narasumber itu sendiri! Jangan sampai, dalam sebuah wawancara, si wartawan yang lebih banyak ngomong daripada narasumbernya.

3.3.2 Wawancara Individual

Wawancara individual ialah wawancara yang dilakukan pada satu narasumber, namun narasumber ini memiliki nilai berita dan dapat memberikan keterangan secara lengkap. Misalnya, kita ingin menulis mengenai mengapa listrik akhir-akhir ini mengalami gangguan alau pemadaman? Untuk itu, kita cukup mewawancarai Kahumas PLN setempat. Dari sana akan diperoleh keterangan yang lengkap dan sebab-akibat yang kait-mengait.

(21)

3.3.3 Wawancara Tertulis

Sering karena masalah teknis dan rumitnya permasalahan, menyebabkan wartawan tidak dapat langsung masuk ke narasumber. Karena itu, wawancara tertulis menjadi alternatif. Misalnya, begitu sulitnya menembus benteng pertahanan Gerakan Aceh Merdeka, padahal wartawan memerlukan data dan konfirmasi mengenai sebuah operasi militer yang dilakukan pihak, lawan. Berapa korban jatuh? Nah. wawancara tertulis bisa dilakukan, dengan menitipkan wawancara itu kepada jalur khusus.

Keuntungan teknik wawancara ini ialah: diperoleh data dan informasi yang akurat dan penulisan nama dan tempat yang benar. Adapun kelemahannya: diperlukan waktu yang lama. padahal berita itu segera ditunggu pemuatannya dan jawaban hanya terbalas pada pertanyaan-pertanyaan tertulis yang telah dirancang.

3.3.4 Wawancara Tak Bersemuka

Wawancara yang dilakukan melalui telepon, email, alau sarana lainnya dengan mempertimbangkan unsur-unsur faktual suatu berita. Sebelum melakukan wawancara tak bersemuka. sebaiknya tetapkan dulu permasalahan, atau topik, apa yang mau digali dan diperdalam? Sejumlah pertanyaan perlu disiapkan. Karena waktunya terbatas, dan tentu saja berbiaya, usahakan pertanyaan yang diajukan langsung ke inti persoalan.

3.4 Konferensi Pers

Teknik lain bagaimana mendapatkan sumber berita ialah dengan mengikuti konferensi pers atau dikenal dengan istilah press conference. Biasanya, konferensi pers dilakukan oleh staf hubungan masyarakat atau biro komunikasi sebuah lembaga. Dalam konferensi pers, biasanya sudah disediakan informasi yang diperlukan. Namun, sering informasi yang disiapkan sifatnya umum dan kurang terkandung di dalamnya nilai berita. Untuk mendalaminya, wartawan harus menggali dari sumber lain.

Di samping itu, kerap konferensi pers sifatnya satu arah dan cenderung yang disampaikan sisi-sisi positifnya saja. Wartawan harus mengkaunter informasi itu lagi dengan narasumber lain yang relevan dan kompeten untuk isu tersebut.

Memang akhirnya banyak wartawan yang merasa kurang puas dengan hanya menggunakan kertas atau lembaran konferensi pers sebagai bahan berita.

(22)

3.5 Investigasi

Sering wartawan berhadapan dengan narasumber yang tidak mudah untuk diwawancarai. Atau ia sudah melakukan wawancara, namun masih belum merasa puas dengan temuan fakta yang diperoleh. Wartawan ingin lebih dalam lagi menggali. Karena itu, ia melakukan investigasi untuk memperoleh kedalaman dan penjelasan.

Di dalam melakukan investigasi, sering tidak mudah. Berbagai hambatan, bahkan sering ancaman, ditemui. Untuk memperoleh berita yang benar-benar eksklusif, tidak jarang wartawan kadang harus "menyamar". Namun, ketika bahan berita sudah didapat, hendaknya wartawan jujur menyebutkan akan dimuat atau dipublikasikan. Jangan mengelabui narasumber, wartawan harus bisa mendapatkan berita secara fair. Bagaimana caranya, tergantung pada kemampuan lobi dan keterampilan persuasi sang wartawan.

3.6 Mengambil dari Sumber Lain

Bolehkah wartawan mengambil sumber dari media lain sebagai bahan berita? Boleh saja, asalkan disebutkan sumbernya dengan jujur. Akan tetapi, kalau tidak sangat terpaksa, sebaiknya tidak. Mengapa? Sebab media Anda menjadi kurang tepercaya. Selain itu, Anda juga menyajikan kepada audience berita yang sudah basi. bahan yang telah diberitakan media lain.

Akan tetapi, cukup banyak wartawan yang mengambil bahan berita dari media lain. Misalnya, sebuah pertandingan olah raga—katakanlah Liga Premier Inggris. Wartawan olah raga semalaman suntuk nonton, hingga tahu hasil akhir pertandingan. Sehabis itu. dia menulis laporan—hasilnya menonton tadi—untuk disajikan kepada pembaca. Wartawan yang menonton seakan-akan berada di stadion. Dia menulis berita pertandingan itu dari (melalui) menonton media lain. Kita membaca, kadangkala disebutkan sumbernya, namun sering juga tidak.

3.7 Kantor Berita

Wartawan juga menulis berita dari hasil liputan wartawan kantor-kantor berita. Cara mendapatkan berita itu dengan membeli. Misalnya, berita didapat dari kantor berita Indonesia (Antara). Malaysia (Bernama), kantor berita yang diterima berupa faks. atau teleks. Diperlukan ketelitian dan kejelian dari wartawan (dan redaktur) untuk menyeleksi (dan mengedit) pasokan berita dari sebuah kantor berita.

(23)

Tentang ''off the record"

Wartawan yang profesional, mendapatkan sumber berita secara elegan pula. Karena itu, setiap sumber berita wajib diberitahu—atau wajib dilindungi bagian tertentu yang dianggap bersifat sangat rahasia—dari hasil wawancara atau hasil penyelisikan, sesuai permintaan narasumber. Hal ini tentu saja dituntut—dan sesuai—dengan apa yang tersurat dalam Kode Etik Jurnalistik Pasal 5 tentang SUMBER BERITA (lihat Lampiran halaman sumber berita yang tidak mau disebut namanya dan tidak menyiarkan keterangan yang diberikan secara "off the record".

Terdapat tiga macam berita off the record: > Narasumber tidak bersedia disebutkan namanya -entah karena khawatir mendapat ancaman, entah karena mendapat intimidasi dari pihak lain. Dalam hal ini, wartawan wajib melindungi sumber berita. Menghadapi narasumber seperti ini. bagaimana "akal" wartawan? Wartawan dapat menulis, "Menurut sumber yang dapat dipercaya..." (untuk mengganti nama sumber yang menyatakan bahwa dia tidak bersedia disebutkan namanya.

Ketersembunyian, atau identitas, narasumber masih dapat dipertahankan dalam kondisi terdapat banyat kriteria yang masuk dalam beberapa ciri identitas. Sebagai contoh, sebuah universitas X di Jakarta, sudah biasa para mahasiswanya mengonsumsi obat-obat terlarang. Seorang mahasiswa memberikan keterangan dan namanya diminta off the record, maka memang sulit diidentifikasi siapa mahasiswa yang bersangkutan. Akan tetapi, lain persoalannya jika di kampus tersebut hanya ada satu dekan, dan si wartawan menulis, "menurut keterangan dekan fakultas..." meskipun tampak si wartawan menyembunyikan identitas narasumber, sebenarnya dengan mencantumkannya demikian gamblang— maka orang akan tahu juga siapa yang dimaksudkan.

Yang diminta dirahasiakan hanya "bagian tertentu" dari keterangan narasumber saja. Wartawan hendaknya menaati permintaan narasumber, jika ada bagian tertentu dari keterangan yang memang bersifat sangat rahasia dengan pertimbangan dan alasan tertentu. Off the record seluruhnya, baik identitas, sebagian, atau seluruh keterangan. Si narasumber tidak ingin keterangannya dipublikasikan, hanya klarifikasi persoalan saja. Misalnya, mengenai perceraian dan sebab-sebab keretakan rumah tangga artis atau public figure. Jadi, narasumber tidak ingin keterangannya dipublikasikan untuk konsumsi umum.

KATA-KATA KUNCI.

penemuan peristiwa (fact finding)

keterangan dari saksi

(24)

angle public figure event meliput narasumber

konferensi pers (press conference)

wawancara individual wawancara tertulis

wawancara tak bersemuka

off the record

investigasi faks teleks

PERTANYAAN

1. Jelaskan mengapa dalam menulis berita, fakta harus menjadi landasan utamanya?

2. Apa yang dimaksudkan dengan "factfinding"!

3. Apa yang dimaksudkan dengan "angle"? Berikanlah contoh angle dalam sebuah peristiwa!

4. Jelaskan dengan lengkap pengertian "meliput". Apa bedanya dengan "meliputi"?

5. Bagaimana proses/ langkah-langkah mendapatkan berita yang eksklusif? Jelaskan secara lengkap!

6. Bagaimana memulai wawancara? Apa yang perlu diperhatikan ketika melakukan wawancara?

7. Jelaskan mengenai konferensi pers! Apa keunggulan dan kelemahannya? 8. Apa yang dimaksudkan dengan "wawancara tertulis" Apa persiapan yang

harus dilakukan?

9. Apa yang dimaksudkan dengan "wawancara tak bersemuka?" Apa kelebihan dan kekurangannya? Jelaskan!

10. Jelaskan apa yang dimaksudkan dengan "off the record". TUGAS

Coba keluar ruangan kelas. Temuilah, lalu wawancarailah narasumber. Catatlah hasil wawancara itu. Tunjukkan nilai berita di dalamnya. Jelaskan dengan argumen, mengapa Anda mengatakannya mengandung nilai berita! Jelaskan, dalam menulis berita itu. Anda menggunakan angle yang mana?

(25)

BAB 4

Setelah membaca dan mempelajari bab ini. Anda diharapkan dapat

1. membedakan antara fakta dan opini (imajinasi)

2. memahami apa yang dimaksudkan dengan peristiwa dan fakta

3. mampu mengidentifikasi manakah peristiwa dan fakta yang bernilai berita dan mana yang bukan

(26)

Apakah yang dimaksudkan dengan "berita"? .

Sulit mendefinisikannya secara sempurna, sebab sebuah berita mengandung banyak dimensi dan syarat-syarat. Apalagi berita yang dimaksudkan untuk disajikan media, dan untuk konsumsi publik, tentu harus mengandung unsur-unsur sebuah berita yang selain berdimensi penting dan menyangkut hajat hidup/ kepentingan/ minat orang banyak, juga bernilai jual.

4.1 Perbedaan antara Mengarang dan Menulis

"Yang benar saja, ah. Ngarang saja kamu!" begitu kita biasa mendengar jika seseorang tidak begitu yakin akan ihwal/ sesuatu yang ia dengar dari sumber berita. Dengan "ngarang". dimaksudkan bahwa warta yang baru saja diterima, masih disangsikan kebenaran dan keakuratannya. Kebenarannya masih perlu untuk di-check dan re-check, sehingga benar-benar diperoleh berita yang teruji kebenarannya. Jika tidak, akan diterima berita bohong.

Jadi, seorang wartawan harus menulis berita yang fakta/data/ peristiwanya nyata, bukan mengada-ada atau imajinasi.

4.2 Fakta/Peristiwa Bernilai Berita

"Ah. itu bukan berita," begitu ungkapan yang sering kita dengar, ketika seseorang yang kita kenai (baik yang berberprestasi maupun yang bukan) sering melakukan, atau mencapai sesuatu yang luar biasa. Katakanlah Aisyah Tumijem, mahasiswa semester III. yang sejak duduk di semester I selalu mendapar nilai A dalam setiap ujian akhir. Dalam Ujian Akhir Semester (UAS) III. Tumijem juga mendapat nilai A semua. Ada rekan mahasiswa yang nyeletuk. "Hebat lho Tumijem, nilainya A semua." Lalu yang lain berkomentar, "Ah. itu bukan berita!" -karena dalam setiap kali ujian. Tumijem selalu langganan mendapat nilai A.

Atau contoh lain lagi. Selama menunggu jam kuliah, dua dosen adu jangkrik di ruang dosen. Melihat gelagat kedua dosen itu. seorang mahasiswa yang sempat masuk ruang dosen kaget bukan main. Ia lalu masuk ruang kuliah dan sambil tepingkal-pingkal memberitakan pada teman-temannya. "Ada berita besar nih! Dua dosen adu jangkrik!"

Mengapa prestasi yang luar biasa yang dicapai Tumijem dikatakan, "bukan berita?'", sedangkan dua dosen adu jangkrik dikatakan "berita besar?"

Di sanalah kita masuk dalam apa yang disebut dengan "fakta/peristiwa yang mengandung unsur berita". Jadi, tidak setiap fakta/peristiwa adalah berita. Fakta/peristiwa yang bernilai berita, haruslah:

1. sesuatu yang unik; 2. sesuatu yang luar biasa; 3. sesuatu yang langka;

(27)

4. sesuatu yang dialami/dilakukan/menimpa orang (tokoh) penting; 5. sesuatu yang menyangkut keingintahuan publik;

6. sesuatu yang tersembunyi;

7. sesuatu yang sulit untuk dimasuki;

8. sesuatu yang belum banyak/umum diketahui; 9. pemikiran dari tokoh penting;

10. komentar/ucapan dari tokoh penting; 11. kelakuan/kehidupan tokoh penting, dan 12. hal lain yang luar biasa.

4.3 Berita menurut Definisi Tradisional

Batas manakah fakta/peristiwa yang mengadung berita, manakah yang bukan, ternyata sulit untuk diambil garis putusnya. Kadangkala, feeling seorang wartawan harus main, harus jeli, di dalam menangkap setiap fakta/ peristiwa yang mengandung nilai berita. Bisa saja, fakta dan peristiwanya biasa-biasa saja, namun karena kepiawaian wartawan, maka fakta/peristiwa yang diangkatnya itu mengandung nilai berita.

Ada semacam lelucon, tapi maknanya sangat dalam, di kalangan wartawan ketika berusaha untuk mendefinisikan apakah berita itu.

Kalau ada anjing menggigit orang (ini bukan berita). Sebaliknya, kalau ada orang yang menggigit anjing -apalagi menggigit kuping anjing sampai! anjing meraung-raung kesakitan dan menimbulkan heboh di sekitar (ini baru berita!)

Itulah definisi tradisional mengenai berita. Sulit untuk dibatasi, kapankah sebuah fakta/peristiwa bernilai berita kapankah bukan. Seorang wartawan, dengan nalurinya, akan tahu membedakannya. Namun, ruh dan pesan dari lelucon tadi sangat gamblang: setiap peristiwa yang luar biasa (orang menggigil anjing, padahal biasanya anjing yang menggigit orang) adalah berita!

4.4 Pisahkan Fakta dari Opini

Wartawan haruslah memisahkan antara fakta (peristiwa/ kejadian) yang sesungguhnya dengan opini (pendapatnya) sendiri. Yang juga wajib dihindarkan, seorang wartawan jangan mencampuri fakta dengan imajinasinya.

Contoh 1

Bangun tidur, kuterus mandi, tidalc lupo menggosok gigi. Habis mandi, kutolong ibu membersihkan tempat tidurku (syair lagu: Pak Kasur)

Adakah tercampur fakta dan opini pada kalimat itu-kalau benar Anda' mengalami hal seperti itu? Tidak! Fakta akan bercampur dengan opini jika kalimat itu menjadi:

(28)

Bangun tidur, tampaknya kuterus mandi, (katanya tidak lupa menggosok gigi. Habis mandi, sebaiknya kutolong ibu mungkin membersihkan tempat tidurku.

Contoh 2

Pencampuradukkan fakta dengan imajinasi:

Pesawat naas itu lepas landas. Mesinnya tiba-tiba mati. Dalam hitungan detik, di ketinggian, pesawat segera amblas. Bias..., ewes-ewes ewes, sampai bablas angine....

Sebaiknya kalimat berita itu cukup sampai sebelum "Bias.... ewes-ewes ewes, sampai bablas angine...Karena itu merupakan imajinasi penulisnya.

KATA-KATA KUNCI menulis mengarang nilai berita definisi tradisional berita fakta dan opini PERTANYAAN

1. Apa perbedaan antara mengarang dan menulis?

2. Apa yang dimaksudkan dengan "peristiwa yang mengandung nilai berita"? Jelaskan!

3. Apa batasan berita menurut definisi tradisional? Apa maknanya?

4. Mengapa tidak boleh mencampurkan antara berita dan opini? Berikan argumen yang masuk akal!

5. Buat contoh dalam sebuah kalimat berita faktual yang tidak bercampur dengan opini!

TUGAS

Telitilah, atau carilah, di media cetak adakah yang Anda temukan contoh kasus wartawan yang mencampuradukkan antara berita dan opini? Buat kliping dan komentarilah!

(29)

BAB 5

UNSUR-UNSUR BERITA

Setelah membaca dan mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat

1. memahami unsur-unsur berita (5W+1 H) 2. sanggup merekonstruksi sebuah laporan berita

3. dapat mempertimbangkan manakah unsur yang perlu diangkat sebagai kata pembuka

(30)

Apa unsur-unsur berita?

Seperti halnya dalam satu kesatuan anatomi, maka dalam berita pun ada anatomi, atau unsur-unsur senyawanya. Umumnya, para pakar sepakat bahwa didalam sebuah berita terdapat 6 unsur, yang disingkat menjadi

5W+1H.

5.1 Unsur Berita

Apakah yang dimaksudkan dengan unsur berita, atau lazim disebut dengan

Who (Siapa)? What (Apa)? Where (Di mana)? Why (Mengapa)? When (Kapan)? How (Bagaimana)?

Kalau diperhatikan dengan saksama, maka keenam unsur itu sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pakar ilmu komunikasi, Lasswell tentang hakikat komunikasi. Menurut Lasswell. definisi dan model komunikasi ialah,

"Who says What in Which channel to Whom with What effect." Tampak bahwa 5W+1H, tidak jauh berbeda dengan apa yang yang dimaksudkan oleh Lasswell.

Sebuah kalimat dalam bahasa jurnalistik tidak selalu dapat kita temukan unsur-unsur itu secara lengkap. Karena lebih menekankan bahasa sebagai alat komunikasi, sering kalimat dalam bahasa jurnalistik tidak lengkap dan tidak sempurna. Akan tetapi, jika dicermati secara saksama sebuah berita, maka selalu dapat ditemukan enam unsur itu.

Sebagai contoh, berikut ini konstruksi sebuah berita:

Dengan tergopoh-gopoh, Ali mengambil pena yang tergeletak di atas meja belajarnya. la memerlukan pena itu saat itu juga, pada subuh hari Kamis, untuk menulis sepucuk surat kepada kekasihnya.

Konstruksi kalimat itu sebagai berikut: 1. Siapa? (Ali)

(31)

3. Di mana? (di atas meja belajarnya)

4. Mengapa Ali mengambil pena itu? (untuk menulis surat buat kekasihnya)

5. Kapan? (pada subuh hari Kamis)

6. Bagaimana? (dengan tergopoh-gopoh)

5.2 Merekonstruksi Sebuah Berita

Unsur-unsur tadi dapat diterapkan untuk melihat kelengkapan, atau untuk melakukan rekonstruksi sebuah berita. Dengan berpedoman pada contoh ini. dapat diteruskan sejumlah percobaan -misalnya dengan mcrekonstruksi berita yang dimuat di surat kabar dan majalah.

Di dalam menulis berita, bisakah unsur-unsur itu dibolak balik urutannya? Tentu saja, bisa. dengan mempertimbangkan masak-masak power,

atau dampak, dari pembolak-balikan itu. Misalnya: manakah yang paling ingin diketahui/ menarik bagi pembaca, apakah apa yang terjadi (Apa)? Ataukah justru siapa yang melakukan (Siapa)? Peristiwanyakah yang perlu ditonjolkan pada kata pembuka, ataukah pelakunya?

Power, atau daya sebuah pilihan ini menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan. Mengapa? Sebab peristiwa yang biasa-biasa saja bisa menjadi berita jika dilakukan oleh orang yang luar biasa.

Contoh pertimbangan lebih menarik tokoh (pelaku) dulu daripada peristiwanya.

Dua anggota Brigade Mobil di bawah kendali operasi Kepolisian Resor Poso terlibat baku hantam di Jalan Kalimantan, Poso, Sulawesi fengah, Minggu (28/8). [Kompas, 29 Agustus 2005: 15).

Apa yang ada di kepala wartawan, ketika menulis berita itu? Yang pasti, setiap berita yang ditulis itu unik. dan yang diangkat ialah peristiwa yang mengandung nilai berita. Setiap berita yang diangkat ialah yang luar biasa.

Apanya yang luar biasa dalam contoh berita tadi? Tentu saja, perkelahian antara dua anggota Brigade Mobil. Keluarbiasaan itu terletak pada kontradiksi antara apa seharusnya tugas anggota Brigade Mobil dan apa yang mereka lakukan. Semestinya, aparat keamanan melindungi dan menciptakan keamanan dan ketertiban. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, aparat keamanan justru membuat onar. Di sanalah letak keunikan berita itu.

(32)

Contoh lain:

Selasa [23/8/2005] siang penyanyi dangdut lis Dahlia [34] manggung di lapangan di Lembaga Pemasyarakatan [LP] Cipinang, Jakarta. Puluhan penghuni LP berdiri di depan panggung itu. (Kompas. 29/8/2005:16).

Laporan wartawan mengenai kiprah penyanyi dangdut lis Dahlia seperti contoh tadi boleh dikatakan "agak menyimpang" dari norma penulisan berita—apalagi berita keras/hardnews). Mengapa? Sebab yang menempati kata pertama dalam kalimat bukan "Siapa" dan "Apa", tetapi justru unsur waktu atau kapan (Selasa 23/8).

Perhatikan antara saat terjadi peristiwa (23/8) dan waktu pemuatan berita itu (29/8). Kita pun lalu bertanya-tanya, mengapa sebuah media cetak harian, baru menurunkan berita itu hampir seminggu setelah peristiwa? Apakah karena kekurangan tempat? Ataukah karena dianggap kurang penting?

Pasti ada pertimbangan itu! Mengenai penempatan berita pada halaman-halaman surat kabar, akan dibahas tersendiri dalam Bab 11 Dalam praktik sehari-hari. sering terjadi diskusi antara wartawan dengan redaktur (atau sering disebut sebagai jabrik = penjaga rubrik). Dalam diskusi itu juga disinggung mengenai yang ingin ditonjolkan unsur maha, pelaku ataukah apa (peristiwa)-nya? Mengapa demikian? Karena orientasi sebuah media bukanlah pengelola, namun audience. Apakah berita yang disajikan menjawab kebutuhan mereka?

KATA-KATA KUNCI unsur-unsur berita rekonstruksi berita penjaga rubrik orientasi media PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksudkan dengan "unsur-unsur berita?" Jelaskan!

2. Adakah kesamaan unsur-unsur berita dengan pandangan Laswell mengenai hakikat komunikasi?

3. Apa yang menjadi pertimbangan mendahulukan menyebut pelaku daripada peristiwa dan sebaliknya?

TUGAS

Wawancarailah narasumber tentang suatu peristiwa yang mengandung nilai berita. Tulislah! Beri tanda unsur-unsur itu pada setiap kalimat.

(33)

BAB 6

TEKNIK MENULIS BERITA

Setelah membaca dan mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat

1. menulis berita dengan baik, benar, dan menarik

2. memahami unsur berita dan sanggup menulis laporan/berita yang sempurna

(34)

Untuk bisa mulai menulis, diandaikan bahan berita sudah ada di "kantong". Wartawan sudah terjun ke lapangan, dan kini saatnya ia berada di kantor redaksi. Menghadap komputer masing-masing, melihat catatan-catatan tertulis, mendengar kembali rekaman kaset. Kalau perlu, terus melakukan cek dan ricek. apakah misalnya penulisan suatu idiom, nama tokoh, nama tempat, atau istilah khusus sudah akurat? Untuk itu. manfaatkan kamus, leksikon, ensiklopedi, data "apa dan siapa", profil tokoh dan geografi. Wartawan harus bisa memanfaatkan semuanya itu. agar laporannya akurat dan mantap.

Pengalaman menunjukkan, akurasi itu sangat perlu dilakukan. Kalau tidak, akibatnya bisa menuai tulah. Salah nulis (ngucap) nama tokoh tertentu misalnya, bisa berbuntut panjang. Sang tokoh, kalau sangat penting, bisa mencak-mencak. Jika demikian, wartawan yang bersangkutan akan berhadapan dengan masalah. Tidak saja medianya dituntut, tetapi juga bisa berakibat pada penurunan pangkat, atau yang lebih buruk lagi, pemecatan.

Barangkali tugas wartawan media cetak di dalam menulis laporan, tidak serumit wartawan media elektronika. Selesai menulis, laporan itu tinggal disunting redaktur bidang. Bila sudah dianggap sempurna, tinggal diteruskan ke jaringan komputer pracetak untuk segera disetting. Tentu saja, sebelumnya terjadi diskusi antara wartawan dengan sang redaktur, atau antarsesama redaktur, apakah berita yang baru saja ditulis layak masuk (dan menjadi) headline atau tidak? (Merupakan suatu prestasi, dan mendapat poin khusus, jika wartawan sanggup menembus headline. Suatu saat, bisa jadi dia akan dipromosikan.)

Apa pun medianya, teknik menulis berita pada hakikatnya sama saja. Apabila seseorang bisa menulis berita untuk media cetak, maka ia bisa pula menulis berita untuk media yang lain, seperti untuk radio dan televisi. Bagaimana cara (dan proses) memburu berita, ilmu menulis, kaidah-kaidah, sampai pada penyajian sebelum berita disiarkan, pada prinsipnya sama saja.

Tentu saja. karena masing-masing media memiliki kelebihan dan keterbatasan, setiap media mempunyai kekhususan di dalam proses penyajiannya. Dalam media elektronika, unsur audio visual memainkan peranan penting. Sementara pada media cetak, maka unsur visuallah yang sangat dominan. Tidak pernah ada unsur audio di dalamnya.

Dengan kata lain. pemberitaan dalam media elektronika mengandalkan bahasa lisan dengan keterbatasan waktu dan tempat. Sementara media cetak mengandalkan bahasa tulisan, namun tidak dibatasi oleh waktu dan tempat.

Sifat dan kekhususan media seperti itu. akhirnya menuntut pemberitaan tertentu puia. Di situlah nantinya terjadi "penyesuaian" pola penulisan antara media cetak, radio, dan televisi -dengan tetap memperhitungkan kelebihan dan keterbatasannya.

(35)

Perbedaan, keunggulan, dan keterbatasan media

MEDIA CETAK

1. Bahasa tulisan

2. Kesalahan bahasa dan pungtuasi kentara

3. Jika terjadi kesalahan dalam pemberitaan dapat diralat dalam rubrik atau terbitan berikutnya

4. Kesalahan tulis dapat diminimalisasikan 5. Tidak dibatasi waktu dan tempat

6. Mengandalkan laporan tertulis, tidak harus disertai dengon gambar 7. Laporan dan pencarian berita dopat dilakukan secara solo

8. Editing tidak rumit

9. Tidak begitu repot melakukan koordinasi penurunan berita

TELEVISI

1. Bahasa lisan

2. Kesalahan dan pungtuasi tidak kentara 3. Kesalahan lebih sulit untuk diperbaiki

4. Salah ucap bisa fatal karena pembetulannya akan mengganggu 5. Dibatasi oleh waktu dan tempat

6. Mengandalkan baik Idporan/informasi lisan maupun gambar yang bergerak

7. Tidak dapat dilakukan hanya seorang wartawan, memerlukan crew yang banyak

8. Editing cukup, bahkan sangat rumit

9. Cukup atau bahkan sangat repot melakukan tayangan/penurunan berita RADIO

1. Bahasa lisan

2. Kesalahan dan pungtuasi tidak kentara 3. Kesalahan lebih sulit untuk diperbaiki

(36)

5. Terbatas oleh waktu dan tempat

6. Hanya mengandalkan laporan secara audio

7. Laporan dilakukan wartawan, dibacakan oleh penyiar

8. Editing lumayan repot, apalagi jika diselipkan dengan hasil wawancara atau kota-kota (suara) narasumber

9. Cukup mudah melakukan editing dibanding TV

Menulis berita dengan baik dan benar serta menarik, ternyata tidak mudah. Untuk itu. diperlukan latihan terus-menerus. Dengan banyak berlatih, si wartawan akan menjadi sangat hafal struktur sebuah berita yang baik dan benar. Setelah itu. baru dilihat dan ditimbang-timbang, apakah berita yang sudah ditulis menarik jika disajikan ke audience.

Jika demikian, dibutuhkan waktu. tenaga dan pikiran dalam menyusun

(dan menulis) sebuah berita? Memang demikian! Sebuah berita yang berhasil menuntut kreativitas dan imajinasi, di samping keterampilan menulis seorang wartawan.

6.1 Langkah-Langkah Menulis

Berpikir Dulu, Baru Menulis

Jujur kita mengaku, kita sering melakukan yang sebaliknya: menulis dulu. baru berpikir. Apa akibatnya? Di tengah jalan, tulisan kita menemui jalan buntu. Tidak tahu mesti berbuat apa dan bagaimana. Pokoknya, buntu. Tidak bisa meneruskan lagi. Ini karena kita mengabaikan unsur proses kreatif dalam menulis, bahwa berpikirlah sebelum Anda menulis. Bahwa kemudian ada hal-hal yang periu disisipkan, dihilangkan, atau tampak logika kalimat tidak jalan; itu merupakan proses kemudian.

Menulis untuk Pembaca

Selalulah waspada bahwa Anda menulis untuk pembaca, bukan untuk dimengerti diri sendiri. Berbeda dengan komunikasi lisan, dalam komunikasi tulisan. Anda tak mempunyai kesempatan untuk menjelaskan maksud Anda kepada pembaca. Apa yang tertulis, itulah yang dibaca orang. Bahwa akhirnya ada yang bisa menangkap maksud penulis, itu soal lain. Akan tetapi, itu tentu setelah membaca dan mempelajari serta mencoba memahami kalimat Anda berulang-ulang. Hindari kata, atau istilah, yang jauh dari alam kemampuan dan dunia pembaca!

Menulis untuk Mengungkapkan

Anda menulis, karena memiliki fakta untuk ditulis. Anda menginginkan pembaca menangkap tulisan Anda. Jangan menyangka bahwa kadar intelektual Anda tercermin dalam ungkapan-ungkapan yang sulit dan

(37)

bahasa yang sukar dicerna. Jangan pernah membuat sesuatu yang sederhana menjadi rumit. Sebaliknya, ungkapkan yang rumit dalam bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.

Gunakan kata/ Terminologi yang Akrab bagi Pembaca

Anda menulis bagi orang lain. Pertimbangkanlah setiap kata yang Anda gunakan sebagai alat komunikasi. Anda berkomunikasi dengan segmen masyarakat mana? Apakah kata dan bahasa yang Anda gunakan dapat mereka pahami?

Hindari Kata-kata yang Tidak Menambah Arti Kalimat

Selain membosankan, kata-kata yang tidak menambah arti kalimat sebaiknya dihindari karena merupakan pemborosan (ekonomi kata). Masih sering kita jumpai wartawan yang menulis demikian:

Tidak menambah arti: 1. Agar supaya

2. Membubuhkan tanda tangan

3. Mengajukan permohonan pengunduran diri 4. Berhasil meloloskan diri

Sebaiknya: 1. Agar/ supaya 2. Menandatangani 3. Berhenti

4. lolos

Tampak bahwa kata-kata yang diganti selain singkat, juga gampang untuk dimengerti. Wartawan harus menggunakan kata-kata yang gampang dimengerti.

Gunakan Kalimat Singkat

Usahakan agar orang yang membaca tulisan kita, jangan dibuat berkerut dahi. Upayakan agar tulisan kita dapat dipahami tanpa orang harus membaca ulang. Untuk itu. gunakanlah kata yang sederhana dengan kalimat yang singkat. Makin pendek sebuah kalimat, makin mudah dimengerti. Memang ada pedoman untuk mengukur mudah/tidaknya sebuah kalimat dipahami.

Taruhlah di depan Anda buku teks (atau bahan bacaan) tingkat SD, SMP. SMA, dan perguruan tinggi. Secara subjektif kita merasakan, semakin tinggi jenjang pendidikan, akan semakin sulit juga untuk dipahami kalimatnya. Tak hanya sukar dipahami. kalimatnya pun semakin panjang.

(38)

Namun, sebenarnya kita dapat mengukur mudah/ tidaknya sebuah kalimat dipahami. Pedoman itu disebut: FOG INDEX. Cara mengukur pemahaman akan suatu tulisan ini ditemukan Robert Gunning, dari Robert Gunning Clear Writing Institute Santa Barbara, California dalam buku The Technique of Clear Writing. Sebenarnya, pedoman ini pada awal mula untuk mengukur kemampuan menulis para jurnalis dalam bahasa Inggris. Namun, kemudian diperluas, sebab prinsipprinsip dasarnya bisa berlaku untuk semua bahasa -termasuk bahasa Indonesia.

Bagaimana mengukur Fog Index sebuah tulisan/laporan? Setiap tulisan/laporan unik. Artinya, berbeda satu sama lain. Demikian pula panjang/pendeknya tidak sama. Karena itu. baiklah kiranya jika diberikan rumusan umumnya saja.

Katakan sebuah laporan/ tulisan terdiri atas 200 kata. Kita dapat mulai menghitung rata-rata jumlah kata per kalimat-apakah rata-rata 10, 12, 14, ataukah lebih! Kemudian, hitung pula kata yang mengandung tiga suku kata atau lebih. Ini yang dimaksudkan dengan persentase dari jumlah keseluruhan kata dalam sebuah tulisan/laporan. Jumlahkan kedua angka itu. Lalu. dibagi dengan 2,5. Itulah Fog lndex.

Misalnya, sebuah tulisan berjudul "Duka Seorang Pramuria" -sebuah tulisan yang mengulas suka duka seorang pramuria.

Diketahui: Rata-rata jumlah kata per kalimat: 14 Persentase kata bersuku tiga atau lebih :20

Ditanyakan: Berapa Fog Index?

Dijawab: (14 +20) : 2,5 = 13,6

Jadi, Fog Index-nya: 14 (dibulatkan ke atas)

Apa arti Fog Index itu? Dengan angka 14, Fog Index sudah berbicara banyak. Kita dapat mengetahui bahwa laporan tadi berada dalam kategori "agak mudah" untuk dimengerti.

Berikut ini taksiran tingkat mudah-sukamya pemahaman sebuah kalimat.

1. Mudah sekali : 8 kata atau kurang 2. Mudah : 9-11 kata

3. Agak mudah : 12-14 kata 4. Sedang : 15-17 kata 5. Agak sukar : 18-21 kata 6. Sukar : 22-24 kata

(39)

Di negeri kita. Intisari termasuk majalah yang mudah dimengerti sajiannya. Kalimatnya pendek-pendek, mengalir, dan enak dibaca. Juga majalah Tempo. Dengan motto "Enak Dibaca dan Perlu", Tempo tetap mengupayakan adanya keharmonisan antara kenyamanan membaca (sajian) dan unsur isi (perlu). Sebab hanya hanya enak dibaca saja tanpa isi yang berbobot, akan menjadi hiburan yang tak banyak faedahnya. Namun, jika hanya unsur penting (isi) yang ditonjolkan, maka sajiannya akan kering kerontang. Orang akan bosan membacanya. Tak ada pengiklan yang mau beriklan jika sebuah media lak ada yang membacanya. Kompas minggu pun demikian. Kalimatnya terdiri atas kata yang tidak panjang-panjang.

Buatlah Paragraf Singkat

Paragraf, secara etimologis berasal dari kata Yunani para + grafein yang berarti: berhubungan dengan tulisan, atau tulisan yang ada kaitannya satu sama lain. Paragraf sama pengertiannya dengan alinea.

Biasanya, rumusannya adalah: setiap ganti ide, ganti paragraf Demikian pula jika dalam teks ada dialog, maka setiap pergantian dialog, dimulai dengan paragraf baru pula.

Selain itu, kita pun dapat merujuk pada kata penghubung (juga, pula, selain itu, di samping itu. selanjutnya) untuk mengetahui kapan harus memulai paragraf baru.

Selalu berikanlah perhatian pada paragraf pembuka dan penutup. Paragraf pembuka untuk menarik perhatian dan menyentak pembaca. Sementara paragraf penutup karena Anda akan berpisah dengan pembaca, dan Anda harus dapat meninggalkan kesan pada pembaca.

Gunakan Kata Konkret dan Terukur

Kata-kata yang abstrak cenderung memancing orang berpikir keras, sedangkan kata yang konkret memudahkan orang mengidentifikasi. Usahakan agar pembaca tidak membuang-buang waktu dan tenaga mengabstraksi, sebab masih banyak hal penting lain lagi yang mesti mereka kerjakan.

Untuk itu, gunakanlah kata konkret dan terukur.

1. Kecelakaan pesawat Mandala menewaskan begitu banyak orang 2. Menurut sebuah kantor berita luar negeri

3. Masyarakat

4. Pada suatu hari di awal bulan Desember Konkret dan terukur

(40)

1. Kecelakaan pesawat Mandala menewaskan 145 orang 2. Menurut AP (Associated Press of America)

3. Lingkungan, desa, kota, metropolitan 4. Pada 3 Desember

Pengalihan kata-kata abstrak ke kata-kata yang konkret dapat diteruskan sendiri, dengan mengambil contoh di atas.

6.2 Tipe Audience dan Struktur Berita

Dalam ilmu jurnalistik. Fraser Bond membagi pembaca (karena pada waktu itu audience lebih banyak mengacu ke pembaca media cetak) ke dalam tiga kelompok besar.

Pertama, kelompok praktis (practical type). Yakni pembaca yang daya apresiasinya tidak tinggi, menuntut hal-hal yang praktis atau manfaat suatu informasi. Termasuk kategori ini ialah pembaca yang tidak mempunyai banyak waktu luang, buru-buru, kurang minat atas bacaan sebagai sumber informasi.

Kedua, kelompok pemimpi atau nonintelektual. Mereka mengharapkan informasi yang dapat memuaskan harapan-harapan dan mimpi-mimpi mereka. Mereka menyukai hal yang berkaitan dengan dorongan motorik, permainan, hiburan, kisah-kisah romantis.

Ketiga, golongan ideal dan intelektual. Mereka adalah pembaca yang setia, sekaligus kritis.

Berdasarkan tipe itulah hendaknya jenis laporan/ tulisan ditulis atau disajikan. Sering bentuk penyajian berita/ laporan itu disebut juga "struktur berita". Struktur ialah susunan, atau lapisan. Jadi, struktur berita adalah tubuh berita secara keseluruhan yang dapat dilihat sebagai lapisan-lapisan yang masing-masing mengandung pokok yang dapat dibedakan atas dasar rupa atau bentuk, namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Dalam kaitan itu, Carl Warren dan Curtis D. MacDougall merumuskan pola jurnalistik yang konvensional. Pola itu digambarkan dalam bangunan geometri.

Pola Segitiga Terbalik (Inverted Triangle)

Disebut "segitiga terbalik" karena struktur beritanya jika digambarkan memang berbentuk segitiga terbalik. Pola ini sangat cocok bagi pembaca yang tergesa-gesa, tidak mencari kedalaman berita (in depth news) dan yang ingin mengetahui inti berita itu saja. Misalnya, dalam suatu peristiwa ia hanya ingin mengetahui "siapa" dan "apa" saja. Sementara unsur-unsur lain

(41)

baginya tidak penting, apalagi detail dan kaitan-kaitannya dengan pokok berita.

Ada media tertentu yang hanya melulu mengandalkan pola pemberitaan/penulisan seperti ini. Paling banyak media elektronika, karena keterbatasan waktu (durasi). Namun, media cetak pun sudah banyak yang menganut pola ini.

ESSENTIAL JUDUL LEAD A B C SHOULD COULD Judul berita:

Apa + mengapa?, siapa + mengapa?, dan seterusnya...

Berisi informasi penting. Sekaligus menjawab pertanyaan 5W+1H (who, what, why, when, where, +how). Inti berita.

Anak berita.

Ekor berita dapat dibuang, bila kehabisan ruang.

Gambar dimodifikasi dengan konsep pakar komunikasi Inggris, Leslie Lapisan A (essential, atau bagian yang pembaca harus ketahui) selama

ini kita kenal sebagai bagian dalam sebuah struktur berita piramida terbalik yang menunjukkan bagian yang paling inti. Lapisan B (should, atau bagian yang pembaca sebaiknya tahu) adalah bagian yang cukup penting, namun tidak sepenting lapisan A. Sementara lapisan C (could, atau pembaca boleh tahu) ialah bagian yang boleh ditinggalkan pembaca, karena merupakan ekor berita, tidak penting, dan boleh dipotong kalau tidak cukup tempat.

Piramida atau Segi Tiga Tegak (Pyramid/Upright Triangle) PoIa, atau struktur penulisan berita, ini disebut pola mengulur-ulur inti berita, atau penundaan klimaks. Jika diperhatikan. pola ini kebalikan dari pola segitiga terbalik.

Mulai dari bumbu-bumbu, atau hal-hal menarik yang mengitari pokok berita.

Gambar

Gambar  dimodifikasi  dengan  konsep  pakar  komunikasi  Inggris,  Leslie  Lapisan A (essential, atau bagian yang pembaca harus ketahui) selama

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak yang optimal dilakukan pengujian efek analgesik dalam bentuk sediaan gel dengan menggunakan 3 variasi konsentrasi basis HPMC yaitu 5%, 10%, 15%, sebagai

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Padang Pariaman, pada hari rabu tanggal 15 november tahun 2017 mengadakan Layang Padu (Layanan Lapangan

Untuk semua pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih, mohon maaf jika saya

Diharapkan dengan melakukan riset ini dapat diketahui hubungan antara kadar hemoglobin darah dengan kadar kreatinin darah pada penderita obstruksi ureter bilateral se- hingga

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut penulis membuat kerangka penelitian disertai beberapa hipotesa mengenai wallpaper “Ragnarok” Online Games versi Indonesia yaitu

Penetapan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Dan Pejabat Pengelola Informasi Dan Dokumentasi Pembantu (PPID Pembantu) Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Mojokerto

Peringkat teknologi moden selalunya bergantung kepada kuasa listrik (tenaga suria, angin dan lain lain). Teknologi moden ini telah banyak digunakan oleh

Sebaliknya individu yang memiliki tingkat pe- ngetahuan tentang agama yang rendah akan melakukan perilaku seks bebas tanpa berpikir panjang terlebih dahulu sehingga