UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI MTS NEGERI 2 MEDAN ESTATE
Oleh : Suryati NIM. 4121111026
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI MTS NEGERI 2 MEDAN ESTATE
SURYATI (4121111026) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada materi Kubus dan Balok di kelas VIII-3 MTs Negeri 2 Medan Estate T.A 2015/2016. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-3 MTs Negeri 2 Medan Estate yang berjumlah 44 orang dan objek penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada materi Kubus dan Balok di kelas VIII-3 MTs Negeri 2 Medan Estate T.A 2015/2016. Instrument penelitian yang digunakan adalah tes, dan observasi.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari dua kali pertemuan. Hasil dari PTK ini merupakan tindakan. Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal dan setiap akhir siklus diberikan tes kemampuan berpikir kreatif. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan hasil tes akhir kemampuan berpikir kreatif. Jumlah siswa yang telah mampu menyelesaikan tes kemampuan berpikir kreatif dari tes awal yaitu 9 dari 44 orang (20,45%) dengan rata-rata kelas 61,51. Hasil analisis data pada siklus I setelah menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah menunjukkan jumlah siswa yang telah mampu menyelesaikan tes kemampuan berpikir kreatif I adalah 23 orang siswa (52,27%), dengan rata-rata kelas 61,93. Hasil analisis data pada siklus II dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah menunjukkan jumlah siswa yang telah mampu menyelesaikan tes kemampuan berpikir kreatif II adalah 38 orang siswa (86,36%), dengan rata-rata kelas 75,43. Berdasarkan kriteria kemampuan berpikir kreatif maka pembelajaran ini telah mencapai terget kemampuan berpikir kreatif siswa berada pada kategori sedang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah, kemampuan berpikir kreatif siswa dapat meningkat. Saran yang diajukan yaitu guru dapat menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai alternatif dalam pembelajaran dan selalu memuat latihan dan tes yang bertujuan lebih melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah di MTs Negeri 2 Medan Estate”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIMED.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
Syafari, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi dan Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan
skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan pada Bapak Dr. Asrin Lubis,
M.Pd, Bapak Dr. Abil Mansyur, M.Si dan Bapak Dr. E.Elvis Napitupulu, M.Si
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari
perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai
direktorat, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA, Bapak Dr. Edy
Surya selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Zul Amry, M.Si,Ph.D selaku
Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Musianto, MA selaku Kepala MTs
Negeri 2 Medan Estate dan Bunda Dra. Hj. Paridawati selaku guru bidang studi
matematika di MTs Negeri 2 Medan Estate yang telah banyak membantu penulis
selama penelitian.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahandaku
terkasih Muhammad Yadi, Ibundaku tercinta Julita Munthe, Kedua adikku
v
keluarga yang terus memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan dukungan demi
keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada sahabat-sahabat terbaik penulis, Wijayanti Ibrahim, Ulfa
Armadhani, Wika Candra Kasih, Dhiena Safitri, Husna, Aim Imuet, Roy Adi
Putra Manalu, Fery Putra Alam Bara Munthe, Yuni, Nanda, Nisa dan
teman-teman seperjuangan di Jurusan Matematika khususnya kelas DIK C 2012 yang
telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi
ini, dan teman-teman PPLT SMPN 1 Lubuk Pakam beserta semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan
kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi maupun tata
bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini
dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, Juni 2016
Penulis
Suryati
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
RIWAYAT HIDUP ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 8
1.3. Batasan Masalah 9
1.4. Rumusan Masalah 9
1.5. Tujuan Penelitian 9
1.6. Manfaat Penelitian 10
1.7. Definisi Operasional 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis 11
2.1.1 Pengertian Belajar 11
2.1.2 Pengertian Pembelajaran 12
2.1.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah 12
2.1.3.1 Model Pembelajaran 12
2.1.3.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) 13 2.1.3.3 Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran 16 Berbasis Masalah
2.1.3.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis 19 Masalah
2.1.3.5 Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah 20
2.1.4 Berpikir Kreatif 21
2.1.4.1 Berpikir 21
2.1.4.2 Berpikir Kreatif 23
2.1.4.3 Berpikir Kreatif dalam Matematika 26
2.2 Kubus dan Balok 27
2.2.1 Unsur-unsur Pada Kubus dan Balok 27
2.2.2 Jaring-Jaring Kubus dan Balok 31
2.2.3 Luas Permukaan Kubus dan Balok 33
2.2.4 Volume Kubus dan Balok 35
2.2.5 Pembelajaran Kubus dan Balok dengan Model 36 Pembelajaran Berbasis Masalah
2.3 Penelitian yang Relevan 37
vii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian 39
3.1.1 Lokasi Penelitian 39
3.1.2 Waktu Penelitian 39
3.2.Subjek dan Objek Penelitian 39
3.2.1 Subjek Penelitian 39
3.2.2 Objek Penelitian 39
3.3.Jenis Penelitian 39
3.4.Prosedur Penelitian 40
3.5.Instrumen Pengumpul Data 42
3.6 Teknik Analisis Data 44
3.6.1 Reduksi data 44
3.6.2 Paparan Data 44
3.6.3 Simpulan Data 44
3.6.3.1 Analisis Data KBK 44
3.6.3.2 Hasil Observasi 46
3.7 Indikator Keberhasilan 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 48
4.1. Hasil Penelitian 48
4.1.1. Siklus I 48
4.1.1.1. Permasalahan I 48
4.1.1.2. Alternatif Pemecahan I (Rencana Tindakan I) 54
4.1.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 55
4.1.1.4. Analisis Data I 56
4.1.1.4.1. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa I 56
4.1.1.4.2. Hasil Observasi I 65
4.1.1.5. Refleksi I 68
4.1.2. Siklus II 70
4.1.2.1. Permasalahan II 70
4.1.2.2. Alternatif Pemecahan II (Rencana Tindakan II) 70
4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 72
4.1.2.4. Analisis Data II 73
4.1.2.4.1. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa II 73
4.1.2.4.2. Hasil Observasi II 76
4.1.2.5. Refleksi II 79
4.2. Temuan Penelitian 81
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 85
5.2. Saran 85
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah 19
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir Kreatif 43
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir 45
Kreatif Matematika
Tabel 3.3 Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran 47
Tabel 4.1 Tingkat Kemampuan Matematika Siswa Berpikir 49
Lancar pada Tes Awal
Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Matematika Siswa Berpikir 49
Luwes pada Tes Awal
Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Matematika Siswa Berpikir 50
Original pada Tes Awal
Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Matematika Siswa Berpikir 51
Elaborasi pada Tes Awal
Tabel 4.5 Deskripsi Tingkat Kemampuan Matematika Siswa 51
Berpikir Kreatif pada Tes Awal
Tabel 4.6 Data Kesalahan siswa pada tes awal 52
Tabel 4.7 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Lancar pada TKBK I 57
Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Luwes pada TKBK I 57
Tabel 4.9 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Original pada TKBK I 58
Tabel 4.10 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Elaborasi pada TKBK I 59
Tabel 4.11 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Kreatif 60
Pada TKBK I
Tabel 4.12 Data kesalahan siswa pada TKBK I 61
Tabel 4.13 Deskripsi Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus I 65
Tabel 4.14 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Lancar pada TKBK II 73
Tabel 4.15 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Luwes pada TKBK II 74
Tabel 4.16 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Elaborasi pada 75
x
Tabel 4.17 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Original pada 76
TKBK II
Tabel 4.18 Deskripsi Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran 76
Siklus II
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Jawaban siswa 1 6
Gambar 1.2 Jawaban Siswa 2 7
Gambar 2.1 Piramida Berpikir Kruklik dan Rudnik 23
Gambar 2.2 Volume Kubus dan Balok 35
Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas 42
Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Kreatif pada TKBK I 59
Gambar 4.2 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Kreatif 61
pada Tes TKBK I
Gambar 4.3 Ketuntasan Siswa Berpikir Kreatif Secara Klasikal 82
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaa Pembelajaran I (RPP) Siklus I 89
Lampiran 2 Lembar Aktivitas Siswa I Siklus I 101
Lampiran 3 Alternatif Penyelesaian LAS I Siklus I 106
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaa Pembelajaran II (RPP) Siklus I 111
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa II (LAS) Siklus I 117
Lampiran 6 Alternatif Penyelesaian LAS II Siklus I 121
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (RPP) Siklus II 126
Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa III (LAS) Siklus II 131
Lampiran 9 Alternatif Penyelesaian LAS III Siklus II 137
Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (RPP) Siklus II 143
Lampiran 11 Lembar Aktivitas Siswa IV (LAS) Siklus II 148
Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian LAS IV Siklus II 152
Lampiran 13 Pedoman Penskoran Tes 155
Lampiran 14 Kisi-Kisi Tes Awal 156
Lampiran 15 Tes Awal 157
Lampiran 16 Alternatif Tes Awal 158
Lampiran 17 Kisi-kisi TKBK I 164
Lampiran 18 TKBK I 165
Lampiran 19 Alternatif TKBK I 166
Lampiran 20 Lembar Validasi TKBK I 170
Lampiran 21 Kisi-kisi TKBK II 171
Lampiran 22 TKBK II 172
Lampiran 23 Alternatif TKBK II 173
Lampiran 24 Lembar Validasil TKBK II 178
Lampiran 25 Daftar Nilai Tes Awal 179
xii
Lampiran 27 Daftar Nilai TKBK II 183
Lampiran 28 Daftar Nama Siswa VIII-3 MTs N 2 Medan 185
Lampiran 29 Daftar Nama Kelompok Siswa 186
Lampiran 30 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan I (Siklus I) 187
Lampiran 31 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan II (Siklus I) 191
Lampiran 32 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan III (Siklus II) 195
Lampiran 33 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan IV (Siklus II) 199
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan seluruh aspek
kepribadian dan kemampuan manusia, baik yang berada di lingkungan sekolah
maupun diluar sekolah. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju
dan kompleks, manusia dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dapat diperoleh melalui
pendidikan. Demikian halnya Indonesia sebagai Negara besar menaruh harapan
besar terhadap pendidikan dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena
dari pendidikanlah tunas muda harapan bangsa sebagai penerus generasi dibentuk.
Seperti yang tertulis dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I Pasal I (dalam UU No.20 Tahun 2003 Sisdiknas):
Pendidikan didefenisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Salah satu pendidikan yang harus dimiliki dan ditingkatkan adalah
kemampuan dalam bidang matematika karena matematika memiliki peranan yang
penting dalam kehidupan. Hal tersebut terdapat dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yang menyatakan, “Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari pendidikan dasar dan menengah”. Mata pelajaran matematika yang diberikan di pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan untuk membekali siswa dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan
bekerja sama. Kemampuan tersebut merupakan kompetensi yang diperlukan oleh
siswa agar dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
2
Hal yang sama juga dikatakan oleh Cokkroft (dalam Abdurrahman,
2012:204) yang menyatakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan karena: (1)selalu digunakan dalam setiap segi kehidupan, (2) semua bidang studi membutuhkan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informai dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Namun pada kenyataannya, keadaan yang diinginkan tidak sesuai dengan
kondisi yang terjadi. Munandar (2012:27) mengatakan: “Sistem pendidikan saat
ini lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sangat sempit
dan kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik”.
Konsep kreativitas juga masih kurang dipahami, dan ini mempunyai dampak
terhadap cara mengasuh dan mendidik anak. Padahal kebutuhan akan kreativitas
tampak di semua bidang kegiatan manusia.
Dalam setiap bidang, saat ini sangat membutuhkan individual yang
produktif yang mampu menghasilkan sesuatu yang berbeda dengan yang lainnya.
Hal ini disebabkan oleh tingkat kebutuhan manusia yang semakin hari semakin
besar. Pentingnya kemampuan berpikir kreatif membuat setiap aspek ilmu
pengetahuan mengembangkan kompetensi berpikir kritis, kreatif, dan produktif di
kalangan peserta didik.
Kreativitas individu tidak lahir dengan sendirinya, tetapi dapat dilahirkan
melalui pembelajaran. Namun pada kenyataannya sistem pendidikan di sekolah
sejauh ini khususnya dalam praktik pembelajaran di kelas lebih menekankan
pengembangan kecerdasan dalam arti sempit dan kurang memberi perhatian
kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik. Munandar (2012)
mengemukakan bahwa konsep kreativitas juga masih kurang dipahami, dan ini
mempunyai dampak terhadap cara mengasuh dan mendidik anak. Padahal
kebutuhan kemampuan berpikir kreatif tampak di semua bidang kegiatan manusia.
Munandar (2012:223) menyatakan bahwa :
3
hukuman atau memaksakan aturan-aturan, tetapi juga bila kita memberikan hadiah atau pujian secara berlebih.”
Demikian juga terjadi dalam matematika, dimana menurut Sisk (dalam
Munandar, 2012:150) yang menyatakan hanya sedikit mata pelajaran yang
diajarkan dengan cara yang begitu kaku berdasarkan buku teks, tanpa imajinasi,
terutama pada tingkat sekolah dasar, seperti matematika, padahal matematika begitu penting bagi siswa berbakat dalam abad otomatisasi dan teknologi ini”. Maka dari itu, guru sebagai fasilitator matematika harus memperhatikan
permasalahan ini, dimana matematika sangat membutuhkan kreativitas yang
menyangkut akal budi, imajinasi, estetika, dan intuisi mengenai hal-hal yang
benar.
Dalam pembelajaran matematika, kita akan menemukan berbagai
permasalahan yang dalam penyelesaiannya bukan hanya dengan melihat buku,
namun dibutuhkan kemampuan pemahaman konsep masalah baik yang telah
lampau maupun yang baru saja dipelajari. Hal ini disebabkan sifat matematika
yang hirarki. Selain itu kemampuan berpikir kreatif juga memiliki peranan yang
sangat penting karena dalam pembelajaran matematika, kita tidak hanya akan
menemukan satu bentuk permasalahan tetapi kita akan menemukan permasalahan
yang akan bervariasi dan kompleks. Berdasarkan paparan tersebut, jelaslah bahwa
dalam belajar matematika, siswa memerlukan kemampuan berpikir kreatif.
Pentingnya kemampuan berpikir kreatif ini tidak relevan dengan kenyataan
yang ada. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika
masih tergolong rendah. Hal ini sejalan dengan ungkapan Guilford (dalam
Munandar, 2012:7) dalam pidatonya yang mengatakan bahwa:
“Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan tinggi kita adalah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara yang baru.”
Berdasarkan hal tersebut, salah satu kemampuan berpikir yang harus dilatih
dalam kajian pembelajaran matematika di sekolah adalah kemampuan berpikir
kreatif dalam memecahkan masalah matematika. Siswa yang mempunyai
4
memahami dan memecahkan masalah matematika, sebaliknya siswa yang
mempunyai kemampuan berpikir rendah (tidak kreatif) mungkin akan mengalami
kesulitan dalam memahami dan memecahkan masalah matematika.
Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan berpikir kreatif dalam
pembelajaran matematika ketika siswa mencapai kriteria-kriteria tertentu atau
biasa dikenal dengan indikator. Ada empat indikator berpikir kreatif menurut
Fitran (2015:8), yaitu: 1) Fluency (Keterampilan berpikir lancar), yaitu mampu
Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, atau penyelesaian masalah, 2) Flexibility
(Keterampilan berpikir luwes), yaitu mampu Menghasilkan gagasan, jawaban,
atau penyelesaian masalah yang bervariasi, 3) Originality (Keterampilan berpikir
keaslian/orisinal), mampu membuat gagasan-gagasan yang baru, 4) Elaboration
(Keterampilan berpikir rinci/elaboratif), mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan dengan menambahkan detil-detil dari suatu
gagasan sehingga menjadi lebih menarik.
Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada
substansi berpikir kreatif. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep
matematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah sangat
kurang. Mereka hanya menggunakan sebagian kecil saja dari potensi atau
kemampuan berpikirnya. Trianto (2009:90) menyatakan bahwa sebagian besar
siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan
bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi
baru.
Faktor lain yang menyebabkan kurang berhasilnya pembelajaran
matematika adalah keaktifan siswa. Metode konvensional yang banyak dijumpai
dalam pembelajaran mengakibatkan siswa pasif karena sebagian besar proses
pembelajaran didominasi oleh guru, siswa hanya mendengarkan dan mencatat
yang pokok dari penyampaian guru sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran hampir tidak ada. Siswa dikatakan belajar aktif jika ada
mobilitas, misalnya nampak dari interaksi yang terjadi antara guru dan siswa,
5
banyak arah”. Dalam pengajaran matematika diharapkan siswa benar-benar aktif
sehingga akan berdampak pada ingatan siswa tentang apa yang dipelajari akan
lebih lama bertahan. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila
konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas
dan menarik. Hal ini juga sesuai dengan yang dikatakan Herman (2006:3) yakni :
Kegiatan pembelajaran matematika masih berpusat pada guru tidak mengakomodasi pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi tetapi hanya mengakomodasi pemikiran tingkat rendah, seperti mengingat dan mengaplikasikan rumus.
Menyadari pentingnya peningkatan kreativitas generasi bangsa, maka
diperlukan usaha untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Oleh
sebab itu, peneliti melakukan sebuah observasi untuk melihat kemampuan
berpikir kreatif siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di sekolah MTs Negeri
2 Medan Estate pada tanggal 7 Januari 2016, kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa masih rendah, karena masih terdapat beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Sebagian siswa masih sulit menyelesaikan soal-soal matematika
2. Saat guru selesai memberikan pembelajaran, dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya, jarang sekali siswa mengajukan pertanyaannya.
3. Siswa kurang memiliki rasa percaya diri dalam mengungkapkan ide-ide yang
ada yang dalam pikiran mereka terutama saat guru memberikan pertanyaan.
Saat melakukan observasi, peneliti juga menemukan bahwa dalam
pembelajarannya guru hanya menggunakan metode ceramah dan bersifat
konvensional. Dimana guru hanya berperan sebagai sumber informasi dan siswa
hanya berperan sebagai penerima. Sehingga siswa tidak memahami pembelajaran
seutuhnya dan tak mampu mengembangkannya.
Pada kesempatan yang sama peneliti juga mewawancarai seoarang guru
6
diberikan sedikit bervariasi, siswa akan langsung kebingungan menyelesaikannya”.
Observasi selanjutnya adalah pemberian tes yang berhubungan dengan
kreativitas yang berbentuk uraian. Berikut soal yang diberikan untuk melihat
kemampuan berpikir kreatif siswa:
1. Perhatikanlah gambar di bawah ini. hitunglah keliling dan luas bangun yang
diarsir.
Gambar 1.3 Jawaban siswa
Pada soal no 1 yang diukur yaitu aspek original dan keluwesan dimana
siswa diharapkan dapat menjawab soal dengan memberikan banyak cara
penyelesaian. Kebanyakan siswa hanya menjawab 1 cara saja seperti jawaban di
atas. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih kurangnya unsur original siswa
dalam menyelesaikan soal yang diberikan.
2. Atap sebuah rumah terdiri dari dua buah bangun berbentuk persegi panjang
yang masing masing berukuran 10 m x 8 m. Jika tiap m2 atap tersebut 3
16 8
7
membutuhkan 13 buah genteng berapa banyakkah genteng yang yang
dibutuhkan untuk menutup atap rumah tersebut ?
Gambar 1.4 Jawaban siswa
Pada soal no 2 yang diukur adalah aspek kelancaran dan elaborasi siswa
dimana siswa dapat menjawab soal dengan lancar memberikan jawaban yang
benar secara terperinci. Namun, kebanyakan siswa menjawab seperti jawaban di
atas dan tidak teliti dalam menyelesaikan soal yang diberi sehingga terdapat
kesalahan dari hasil yang diperoleh.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan peneliti kepada 44 siswa kelas
VIII-3 MTs Negeri 2 Medan Estate diperoleh bahwa rata-rata kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa dikategorikan rendah. Diperoleh 1 siswa
(2,27%) yang memiliki kemampuan berpikir kreatif sangat tinggi (�̅ =93,75), 2
siswa (4,54%) yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi �̅ = , , 6
siswa (13,64%) yang memiliki kemampuan berpikir kreatif sedang �̅ = , dan
35 siswa (79,55%) yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang sangat rendah
(�̅ =57,32). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih
dalam kategori rendah padahal kemampuan ini sangat penting dimiliki oleh setiap
individu. Oleh sebab itu, peneliti hendak melakukan penelitian untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul, terutama berkaitan
dengan praktek pembelajaran matematika di kelas dan pentingnya meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif matematika, maka upaya inovatif untuk
menangggulanginya perlu segera dilakukan. Salah satu alternatif yang dapat
8
pembelajaran melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). Fokus utama dalam
upaya peningkatan kualitas pembelajaran ini adalah memposisikan guru sebagai
perancang dan organisator pembelajaran sehingga siswa mendapat kesempatan
untuk memahami dan memaknai matematika melalui aktivitas belajar serta
memberikan ruang kepada siswa untuk bisa menemukan dan membangun konsep
sendiri sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ini
menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan nyata sebagai pijakan
dalam belajar. Model ini dirasakan tepat karena kemampuan berpikir kreatif akan
muncul apabila didukung oleh suasana pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student-centered), sehingga siswa bebas mengemukakan gagasan-gagasan yang
timbul dari dalam dirinya serta lingkungan belajar yang mendukung peran aktif
siswa pada pembelajaran tersebut. Tan (dalam Rusman, 2012:229) menyatakan bahwa “Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan
melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat
memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan”.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu melakukan
penelitian dengan judul: “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah di MTs Negeri 2 Medan Estate”.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang diidentifikasi
adalah:
1. Kemampuan berpikir kreatif matematika siswa MTs Negeri 2 Medan Estate
masih rendah.
2. Penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru MTs Negeri 2 Medan
9
pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif dalam
pembelajaran dan penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi.
3. Siswa Mts Negeri 2 Medan Estate mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
permasalahan matematika yang membutuhkan kemampuan berpikir kreatif.
1.3Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi, maka
peneliti perlu memberi batasan terhadap masalah yang akan dikaji sehingga dapat
dilakukan analisis yang terarah dan mendalam. Berdasarkan identifikasi masalah
yaitu
1. Kemampuan berpikir kreatif matematika siswa MTs Negeri 2 Medan Estate
masih rendah.
2. Penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru MTs negeri 2 Medan
Estate kurang tepat, dimana guru tersebut masih menggunakan model
pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif dalam
pembelajaran dan penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi.
Sehingga masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pembelajaran pada
materi kubus dan balok dengan model pembelajaran berbasis masalah sebagai
upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa.
1.4Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa pada
materi kubus dan balok di kelas VIII-3 MTs N 2 Medan dengan menerapkan
model pembelajaran berbasis masalah?
1.5Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
pada materi kubus dan balok di kelas VIII-3 MTs N 2 Medan dengan menerapan
10
1.6Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru, menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam menerapkan
model pembelajaran berbasis untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa.
2. Bagi siswa, agar lebih mudah memahami materi dalam pelajaran matematika,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa.
3. Bagi peneliti, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang
pembelajaran berbasis masalah sebagai wahana untuk mengembangkan dan
menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan. Memberikan
pengalaman yang berharga dan memotivasi peneliti untuk memilih strategi
yang tepat di kemudian hari.
4. Bagi Pihak Sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam
rangka perbaikan kualitas pembelajaran terutama dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa.
1.7Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis maslah dan
berfikir kreatif.
1. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah model
pembelajaran yang dirancang agar kemampuan berfikir siswa dapat
dioptimalisasikan yaitu, melalui proses kerja kelompok atau tim yang
sistematis, sehingga dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
2. Kemampuan Berpikir Kreatif adalah kemampuan berpikir secara bervariasi
dan memiliki bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu
persoalan yang melibatkan dimensi kreativitas, yaitu:
a. Kelancaran (fluency)
b. Keluwesan (flexibility)
c. Keaslian/Orisinal (originality)
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah model
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa kelas VIII-3 MTs Negeri 2 Medan Estate dimana peningkatan diperoleh
setelah dilaksanakannya pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Pada tes awal,
diperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 61,5 dalam
kategori rendah dan terdapat 9 orang siswa (20,45%) yang mencapai ketuntasan
berpikir kreatif. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I diperoleh nilai rata-rata
kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 61,93 yang termasuk dalam kategori
rendah dan siswa yang mencapai ketuntasan berpikir kreatif telah mencapai
52,27%. Namun persentase ini belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal,
oleh karena itu dirancang siklus II. Setelah dilakukan tindakan pada siklus II
diperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 75,43 yang
termasuk dalam kategori sedang dan siswa mencapai ketuntasan belajar 86,36%.
Persentase ini telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, oleh karena itu
tindakan dihentikan di siklus II.
5.2. Saran
Dengan melihat hasil penelitian ini penulis mengajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan materi pembelajaran
matematika disarankan guru menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah dengan penyelidikan secara berkelompok dan memberikan siswa
hadian untuk menarik motivasi siswa.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di kelas VIII-3 MTs Negeri 2 Medan Estate tahun ajaran
86
3. Kepada siswa MTs Negeri 2 Medan Estate khususnya siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif matematika rendah agar lebih banyak berlatih,
membaca dan tidak sungkan-sungkan untuk mengkomunikasikan ide-ide
matematikanya baik secara lisan maupun tulisan dalam pembelajaran
matematika.
4. Kepada peneliti lanjutan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan
pertimbangan untuk menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah
pada materi kubus dan balok ataupun pokok bahasan lain yang dapat
87
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2012), Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Atsnan, dkk, (2013), Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran
Matematika SMP Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan). Jurnal Pendidikan
Matematika Pasca Sarjana UNY. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/10777/1/P%20-%2054.pdf [14 Februari 2016].
Aziz, A., (2012), Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMRI), Jurnal (Al-Bidayah, vol 4 no 1, Juni 2012), Universitas
PGRI, Yogyakarta.
Daryanto, (2014), Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, gava Media, Yogyakarta.
Ferdiansyah, F.,(2012), Pengertian Berpikir Kreatif Matematis: http : // fery ferdiansyah16.blogspot.com/2012/11/berpikirkreatif-matematis.html
(Diakses 25 januari 2016)
Fitran, K., (2015), Deskripsi Kemampuan Siswa Berpikir Kreatif Dalam
Menyelesaikan Soal Matematika Pada Materi Kubus Dan Balok Di Kelas
VIII, Skripsi, FMIPA, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Herman,T., (2006), Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa SMP. Laporan
Penelitian. UPI Bandung.
http://www.scribd.com/doc/294180480/Pedoman-Penskoran-Soal-Tes-Kemampuan-Berpikir-Kreatif#scribd.
Krismanto, A., (2003). Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam
Pembelajaran Matematika. Makalah disampaikan pada pelatihan Instruktur/Pengembang SMU 28 Juli s.d. 10 Agusutus 2003. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Mawaddah, I., (2013), Definisi Berpikir Kreatif, http : // innamawaddah .blogspot .com/2013/05/definisi-berpikir-kreatif.html (Diakses 28 januari 2016).
88
Nuharuni, D., dkk, (2008), Matematika Konsep dan Aplikasinya Untuk SMP/
MTs kelas VIII, Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta.
Prasetiyo, A., (2014). Berpikir Kreatif Siswa Dalam Penerapan Model
Pembelajaran Berdasar Masalah Matematika. Jurnal Pendidikan
Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, [on-line] Vol 2, Vol 1, Maret 2014. Avaliable: http://lppm.stkipgri-sidoarjo.ac.id/files/Berpikir-Kreatif-Siswa-Dalam-Penerapan-Model-Pembelajaran-Berdasar-MasalahMatematika.pdf. (Dikases 20 januari 2016, 15:37).
Rusman, (2012), Model-model Pembelajaran, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sanjaya, W., (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi standar proses
pendidikan, Jakarta, Kencana.
Sidu, R., (2013), Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa pada
Soal Open-Ended dalam Materi Sistem Persaamaan Linear Dua Variabel,
Skripsi, FMIPA, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjana, N., (2010), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep,
Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.